SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Grebeg Maulud Surakarta
 Grebeg Mulud adalah salah satu acara rutin tiap tahun di

Keraton Surakarta.
Acara ini memperingati hari Maulud Nabi Muhammad
SAW. Pada moment ini akan dikirab Gunungan Tumpeng
Raksasa dari Keraton Surakarta menuju Masjid Agung
Surakarta.
 Pada hari itu ribuan warga Surakarta dan sekitarnya

tumplek blek untuk ngalap berkah. Banyak yang berasal
dari Sragen, Karanganyar, Wonogiri dan daerah-daerah
lain yang lebih jauh.


Dalam acara ini berkumpul semua abdi dalem Keraton
Surakarta, juga kerabat keraton.
The history of grebeg maulud
 Jika kita menelisik sejarah, kata “grebeg” berasal dari kata

“gumrebeg” artinya riuh, ribut dan ramai. Istilah grebeg
awalnya berarti “gerak bersama”, kemudian menjadi
“jalan maja”, “iring-iringan”. Upacara grebeg merupakan
upacara terpenting karena mengungkapkan pada tingkat
tertinggi, yaitu tindakan raja yang menggerakkan dunia.
 Grebeg Maulud adalah suatu acara yang diprakarsai
Sunan Kalijaga. Aslinya, acara ini adalah tabligh atau
pengajian akbar yang diselenggarakan para wali di depan
masjid Demak untuk memperingati Maulud Nabi.
Tata cara grebeg maulud
 1). Penyerahan kelengkapan “Jamasan Pusaka” atau minyak untuk

membersihkan pusaka diterimakan kepada sesepuh Kadilangu (Ahli waris
Sunan Kalijaga). Minyak diserahkan, yaitu lisah sepuh, lisah cendana dan
kembang.
 2). Dikeluarkannya ajad dalem “Pareden”atau gunungan pada +/- jam
10.00 WIB. Tatacara yang dilaksanakan adalah seperti pada Grebeg Pasa
 Dari ketiga jenis Grebeg tersebut, Grebeg Muludlah yang prospeknya
cerah dan banyak mengundang para pengunjung, oleh karena itu akan
dibahas lebih lanjut sebagai berikut.
 Setelah perayaan sekaten berlangsung 7 hari, maka tepat tanggal 12
Rabiulawal, yakni hari lahirnya Nabi Muhammad SAW, diadakan upacara
selamatan dengan sesaji “Gunungan” yang diselenggarakan oleh Sinuhun
Paku Buwana. Puncak perayaan sekaten itu berbarengan dengan Grebeg
Mulud Nabi, serta dipusatkan di Masjid Agung yang terletak di sebelah
barat Alun-Alun utara.
 Peresmian selamatan ini dimulai dengan pasewakan, Ingkang

Sinuhun memerintahkan Pepatih Dalem untuk menyampaikan
perintah kepada Kyai Penghulu Tapsiranom agar memimpin upacara
selamatan Mulud Nabi Muhammad SAW serta membacakan doa
seperlunya. Perjalanan rombongan pembawa sesaji “gunungan” dari
Karaton serta didahuluioleh tarian. Ini dilakukan oleh para
Brahmana dengan maksud untuk menguji kesungguhan iman
Pepatih dalem di dalam mengemban perintah Ingkang Sinuhun.
Kalau dalam menjalankan tugas tertawa itu tandanya masih bisa
tergoda.
 Tentang sesaji gunungan ini KGPH Hadiwijaya menjelaskan sebagai
berikut: Gunungan (asal kata gunung) itu terdiri dari 24 jodang
besar, yaitu 12 buah jodang gunungan laki-laki dan 12 buah jodang
gunungan perempuan. Disela-sela itu terdapat anak-anak (saradan)
dan 24 buah ancak-canthaka.
 Gunung laki-laki yang berbentuk tumpengan , lingga atau

meru itu tingginya melebihi tinggi ornag berdiri, dipundaknya
ditaruh ento-ento (sejenis makanan yang bentuknya bulat)
sebanyak 4 buah dan diatasnya 1 buah. Ini melambangkan rasa
sejati, perlambang yang dapat kita saksikan pada tugu batu
dari candi Sukuh (Sukuh, Tawangmangu) yang kini
ditancapkan bendera kecil gula klapa (putih merah) yang
dibalik, yang juga melambangkan laki-laki perempuan.
 Gunungan bentuknya seperti tubuh gender ialah yoni. Oleh
sebab itu dinamakan “gegenderan”. Segala sesuatu tidak
berbeda dengan gunungan laki-laki di atas. Antara gunungan
laki-laki tersebut terdapat anak-anakan yang dinamakan
“saradan”
Pelaksanaan
 Dalam iring-iringan dari halaman Kamandungan menuju

Masjid Besar, berjalan paling depan gunungan laki-laki
berselang dengan gunungan perempuan, sedang diantaranya
terdapat anak-anak (saradan). Di belakangnya adalah ancakcanthoka dalam formasi berjajar dua-dua. Perjalan diapit oleh
abdidalem panewu mantri. Dibelakang sendiri berjalan
seorang Bupati Pangreh Praja sebagai penutupnya.
 Iring-iringan gunungan itu berjalan lewat di depan Ingkang
Sinuhun di Sitinggil, lewat alun-alun utara dan seterusnya
menuju masjid Besar. Perjalanan iring-iringan sesaji gunungan
tersebut mendapat penghormatan gending Mungga.
Sesampainya pada rombongan ancak-canthoka gending
berubah menjadi kodhok ngorek.
 Selanjutnya mengenai jum`lah (hitungan) 12-24-2 di atas

masing-masing mempunyai arti sibolis sama dengan
hitungan khusus 3 = trimurti, 4 = keblat, 2 =
loro, loroning atunggal, dan sebagainya. Dikalangan
ilmiah barat disebutnyatweedeling dan perkalianangkaangka di atas apabila berikutnya 12 x 2 – 24 adalah
perputaran bumi mengelilingi matahari satu hari satu
malam selama 24 jam.
 Setelah rombongan sampai di serambi Masjid Besar maka

Pepatih Dalem memberitahukan hajat Ingkang Sinuhun
kepada Kyai Penghulu Tafsiranom serta minta dibacakan
doa menurut semestinya. Kyai penghulu Tafsiranom
menerima penyerahan itu selanjutnya memimpin jalannya
upara sampai selesai. Kemudian sesudah upacara selesai,
maka gunungan dan tumpeng sewu dibagikan kepada
semua yang hadir, tidak ketinggalan dikirimkan kepada
Ingkang Sinuhun dan para pembesar yang dianggap perlu.

More Related Content

Similar to Grebeg maulud (6)

Adat istiadat jawa
Adat istiadat jawaAdat istiadat jawa
Adat istiadat jawa
 
Peranan wali songo Dalam proses islamisasi Indonesia
Peranan wali songo Dalam proses islamisasi IndonesiaPeranan wali songo Dalam proses islamisasi Indonesia
Peranan wali songo Dalam proses islamisasi Indonesia
 
Sejarah Walisanga Sunan Giri ( Sejarah kelas X)
Sejarah Walisanga Sunan Giri ( Sejarah kelas X)Sejarah Walisanga Sunan Giri ( Sejarah kelas X)
Sejarah Walisanga Sunan Giri ( Sejarah kelas X)
 
Sejarat Tradisi Islam Jawa
Sejarat Tradisi Islam JawaSejarat Tradisi Islam Jawa
Sejarat Tradisi Islam Jawa
 
GEOGRAFI SUNAN KALIJAGA.pptx
GEOGRAFI SUNAN KALIJAGA.pptxGEOGRAFI SUNAN KALIJAGA.pptx
GEOGRAFI SUNAN KALIJAGA.pptx
 
Tugas Kesultanan cirebon
 Tugas Kesultanan cirebon Tugas Kesultanan cirebon
Tugas Kesultanan cirebon
 

Recently uploaded (7)

Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 6
 
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptxALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
ALIRAN ALIRAN ILMU KALAMyang ada di indonesia .pptx
 
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptxHadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
Hadits Arbain 35 tentang Sesama Muslim Bersaudara.pptx
 
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
Pelajaran Masa Lalu (Sekolah Sabat Dewasa, 10 Mac 2024)
 
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEISIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
SIAPAKAH KITA DI DALAM KRISTUS.pptx BULAN MEI
 
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
Panduan Liturgi untuk sekolah minggu 2024
 
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
APA YANG TERJADI SEKARANG NEW.pptx BULAN MEI 2024
 

Grebeg maulud

  • 2.  Grebeg Mulud adalah salah satu acara rutin tiap tahun di Keraton Surakarta. Acara ini memperingati hari Maulud Nabi Muhammad SAW. Pada moment ini akan dikirab Gunungan Tumpeng Raksasa dari Keraton Surakarta menuju Masjid Agung Surakarta.
  • 3.  Pada hari itu ribuan warga Surakarta dan sekitarnya tumplek blek untuk ngalap berkah. Banyak yang berasal dari Sragen, Karanganyar, Wonogiri dan daerah-daerah lain yang lebih jauh.  Dalam acara ini berkumpul semua abdi dalem Keraton Surakarta, juga kerabat keraton.
  • 4. The history of grebeg maulud  Jika kita menelisik sejarah, kata “grebeg” berasal dari kata “gumrebeg” artinya riuh, ribut dan ramai. Istilah grebeg awalnya berarti “gerak bersama”, kemudian menjadi “jalan maja”, “iring-iringan”. Upacara grebeg merupakan upacara terpenting karena mengungkapkan pada tingkat tertinggi, yaitu tindakan raja yang menggerakkan dunia.  Grebeg Maulud adalah suatu acara yang diprakarsai Sunan Kalijaga. Aslinya, acara ini adalah tabligh atau pengajian akbar yang diselenggarakan para wali di depan masjid Demak untuk memperingati Maulud Nabi.
  • 5. Tata cara grebeg maulud  1). Penyerahan kelengkapan “Jamasan Pusaka” atau minyak untuk membersihkan pusaka diterimakan kepada sesepuh Kadilangu (Ahli waris Sunan Kalijaga). Minyak diserahkan, yaitu lisah sepuh, lisah cendana dan kembang.  2). Dikeluarkannya ajad dalem “Pareden”atau gunungan pada +/- jam 10.00 WIB. Tatacara yang dilaksanakan adalah seperti pada Grebeg Pasa  Dari ketiga jenis Grebeg tersebut, Grebeg Muludlah yang prospeknya cerah dan banyak mengundang para pengunjung, oleh karena itu akan dibahas lebih lanjut sebagai berikut.  Setelah perayaan sekaten berlangsung 7 hari, maka tepat tanggal 12 Rabiulawal, yakni hari lahirnya Nabi Muhammad SAW, diadakan upacara selamatan dengan sesaji “Gunungan” yang diselenggarakan oleh Sinuhun Paku Buwana. Puncak perayaan sekaten itu berbarengan dengan Grebeg Mulud Nabi, serta dipusatkan di Masjid Agung yang terletak di sebelah barat Alun-Alun utara.
  • 6.  Peresmian selamatan ini dimulai dengan pasewakan, Ingkang Sinuhun memerintahkan Pepatih Dalem untuk menyampaikan perintah kepada Kyai Penghulu Tapsiranom agar memimpin upacara selamatan Mulud Nabi Muhammad SAW serta membacakan doa seperlunya. Perjalanan rombongan pembawa sesaji “gunungan” dari Karaton serta didahuluioleh tarian. Ini dilakukan oleh para Brahmana dengan maksud untuk menguji kesungguhan iman Pepatih dalem di dalam mengemban perintah Ingkang Sinuhun. Kalau dalam menjalankan tugas tertawa itu tandanya masih bisa tergoda.  Tentang sesaji gunungan ini KGPH Hadiwijaya menjelaskan sebagai berikut: Gunungan (asal kata gunung) itu terdiri dari 24 jodang besar, yaitu 12 buah jodang gunungan laki-laki dan 12 buah jodang gunungan perempuan. Disela-sela itu terdapat anak-anak (saradan) dan 24 buah ancak-canthaka.
  • 7.  Gunung laki-laki yang berbentuk tumpengan , lingga atau meru itu tingginya melebihi tinggi ornag berdiri, dipundaknya ditaruh ento-ento (sejenis makanan yang bentuknya bulat) sebanyak 4 buah dan diatasnya 1 buah. Ini melambangkan rasa sejati, perlambang yang dapat kita saksikan pada tugu batu dari candi Sukuh (Sukuh, Tawangmangu) yang kini ditancapkan bendera kecil gula klapa (putih merah) yang dibalik, yang juga melambangkan laki-laki perempuan.  Gunungan bentuknya seperti tubuh gender ialah yoni. Oleh sebab itu dinamakan “gegenderan”. Segala sesuatu tidak berbeda dengan gunungan laki-laki di atas. Antara gunungan laki-laki tersebut terdapat anak-anakan yang dinamakan “saradan”
  • 8. Pelaksanaan  Dalam iring-iringan dari halaman Kamandungan menuju Masjid Besar, berjalan paling depan gunungan laki-laki berselang dengan gunungan perempuan, sedang diantaranya terdapat anak-anak (saradan). Di belakangnya adalah ancakcanthoka dalam formasi berjajar dua-dua. Perjalan diapit oleh abdidalem panewu mantri. Dibelakang sendiri berjalan seorang Bupati Pangreh Praja sebagai penutupnya.  Iring-iringan gunungan itu berjalan lewat di depan Ingkang Sinuhun di Sitinggil, lewat alun-alun utara dan seterusnya menuju masjid Besar. Perjalanan iring-iringan sesaji gunungan tersebut mendapat penghormatan gending Mungga. Sesampainya pada rombongan ancak-canthoka gending berubah menjadi kodhok ngorek.
  • 9.  Selanjutnya mengenai jum`lah (hitungan) 12-24-2 di atas masing-masing mempunyai arti sibolis sama dengan hitungan khusus 3 = trimurti, 4 = keblat, 2 = loro, loroning atunggal, dan sebagainya. Dikalangan ilmiah barat disebutnyatweedeling dan perkalianangkaangka di atas apabila berikutnya 12 x 2 – 24 adalah perputaran bumi mengelilingi matahari satu hari satu malam selama 24 jam.
  • 10.  Setelah rombongan sampai di serambi Masjid Besar maka Pepatih Dalem memberitahukan hajat Ingkang Sinuhun kepada Kyai Penghulu Tafsiranom serta minta dibacakan doa menurut semestinya. Kyai penghulu Tafsiranom menerima penyerahan itu selanjutnya memimpin jalannya upara sampai selesai. Kemudian sesudah upacara selesai, maka gunungan dan tumpeng sewu dibagikan kepada semua yang hadir, tidak ketinggalan dikirimkan kepada Ingkang Sinuhun dan para pembesar yang dianggap perlu.