SlideShare a Scribd company logo
Strategi Infomobilisasi untuk 
Pengarusutamaan Isu Perdesaan1 
Yossy Suparyo2 
Pendekatan Infomobilisasi 
Akses informasi merupakan hak dasar warga yang harus dipenuhi oleh negara (baca: 
pemerintah). Untuk itu, pemerintah meluncurkan sejumlah program yang bertujuan 
untuk mendorong warga negara mampu mengakses informasi, seperti koran masuk 
desa, telecenter, pusat layanan internet kecamatan (PLIK), dan community access point 
(CAP). Sayang, watak teknokratis sangat dominan dalam perancangan 
program­program 
tersebut sehingga program diterjemahkan sekadar proyek tender 
pengadaan alat maupun pelatihan cara penggunaan alat. Aktivitas akses informasi 
tidak dirancang untuk melahirkan proses komunikasi­informasi 
yang bermakna dan 
memberdayakan. 
Proses komunikasi­informasi 
mensyaratkan antarpihak melakukan komunikasi 
pembangunan. Dalam aktivitas komunikasi pembangunan, warga menempatkan 
kebutuhan informasi sebagai sumber kekuatan. Warga menggunakan informasi untuk 
mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya, termasuk bertindak secara kritis 
untuk memperbaiki keadaan dan masalah yang mereka hadapi. Warga tak sekadar 
mampu mengakses informasi, juga memilah informasi dan memproduksi informasi. 
Akhirnya, warga terlibat aktif untuk diskusi maupun negosiasi dalam proses­proses 
pengambilan keputusan publik di wilayahnya. 
Pendekatan di atas biasa disebut dengan infomobilisasi. Infomobilisasi merupakan 
serangkaian kegiatan komunikasi­informasi 
yang melibatkan masyarakat secara aktif 
dalam menggali permasalahan, kebutuhan, potensi, dan upaya untuk mendorong 
perbaikan kehidupan mereka. Keberhasilan strategi ini diukur dengan sejauhmana 
keterlibatan warga dalam praktik komunikasi­informasi, 
misalnya apakah mereka 
mau berbagi pengetahuan/pengalaman dalam mengidentifikasi masalah, 
menganalisis masalah, dan mencari jalan keluar yang terbaik. 
1 Disampaikan pada Latihan Kades II Tingkat Nasional Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Purwokerto 
pada 24 Oktober 2013 di Wisma Indria Prana, Baturraden, Banyumas 
2 Juru Bicara Gerakan Desa Membangun http://desamembangun.or.id. Studi di Jurusan Teknik Mesin 
Universitas Negeri Yogyakarta (1997) dan Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Islam Negeri 
Yogyakarta (2002). Twitter: @yossysuparyo E­mail: 
yossysuparyo@gmail.com FB: http://fb.com/yossysuparyo 
Blog: http://pelosokdesa.wordpress.com 
1
Pendekatan infomobilisasi mengandaikan setiap warga sebagai subjek yang mampu 
memperbaiki kondisi melalui proses pembangunan yang dirancang secara kolektif. Di 
sini, dukungan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) akan mempermudah para 
warga untuk memproduksi maupun mengakses informasi. TIK ditempatkan sebagai 
bagian dari penguatan kapasitas warga untuk terlepas dari belenggu 
ketidakberdayaan akibat kesenjangan informasi. Ruang lingkup pemanfaatan TIK 
bukan sekadar bagaimana akses informasi, namun bagaimana memaksimalkannya 
sebagai alat berkomunikasi antara satu pelaku dengan pelaku lainnya secara lebih 
efektif. 
Kita perlu memastikan akses terhadap TIK dapat menghasilkan perbaikan kualitas 
hidup masyarakat. Penyediaan akses TIK merupakan meja dukungan bagi kegiatan 
pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat. Masyarakat perdesaan membutuhkan 
informasi dan pengetahuan yang dapat mereka manfaatkan untuk meningkatkan 
kualitas hidupnya, seperti kesehatan, sosial, budaya, politik, ekonomi, lingkungan, 
dan rekreasi. 
Internet merupakan media yang mampu memfasilitasi komunikasi antarpihak secara 
andal. Lewat internet, antarpihak bisa berkomunikasi dalam bentuk teks, gambar, 
suara, dan video sekaligus sehingga mereka bisa berinteraksi layaknya tatap muka. 
Ambil contoh, seorang petani bisa berdiskusi dengan petani di daerah lain untuk 
membahas penyakit tanaman menggunakan webcam sehingga bisa melihat lawan 
bicaranya melalui monitor. 
2
Namun penerapan strategi infomobilisasi sendiri bukan tanpa hambatan. Persoalan 
internet di dunia perdesaan masih berkutat pada ketersediaan akses. Pada 2012, 
pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 63 juta atau penetrasinya 24,23 
prosen (APJII: 2012). Namun, pengguna internet terkonsentrasi di kota­kota 
besar 
dengan penetrasi mencapai 57 prosen. Warga desa sulit mengakses layanan 
telekomunikasi karena infrastrukturnya belum menyentuh ke dunia perdesaan. Situasi 
itu melahirkan kesenjangan informasi dalam arti yang sesungguhnya. 
Kesenjangan informasi di dunia perdesaan merupakan akibat kebijakan pemerintah di 
bidang telekomunikasi dan informasi yang masih menganaktirikan wilayah 
perdesaan. Data eMarketer (2013), pada 2010 ada 65 prosen dari 66.778 desa di 
Indonesia belum bisa mengakses fasilitas telekomunikasi. Fakta yang sangat miris 
karena di waktu yang sama, warga yang tinggal di kota­kota 
besar berpesta bandwith 
untuk berselancar di internet. Kesenjangan informasi menyebabkan isu­isu 
perdesaan 
selalu tenggelam di ranah publik. Lebih dari itu, tak jarang pegiat online justru 
acapkali menyudutkan suara­suara 
dari perdesaan. 
Secara struktural, kesenjangan informasi merupakan dampak dari kebijakan 
telekomunikasi yang sangat liberal. Undang­Undang 
No 36 Tahun 1999 tentang 
telekomunikasi menyebabkan seluruh urusan telekomunikasi diserahkan pada sektor 
privat. Akibatnya, penyelenggaraan layanan telekomunikasi didasarkan pada relasi 
produsen­konsumen 
dibanding negara­warganegara. 
Kesenjangan informasi menjauhkan komunitas atau masyarakat dari beragam 
keuntungan menggunakan informasi. Rachman (2007:6) mengatakan lemahnya akses 
dan pemanfaatan informasi akan menyebabkan keterpinggiran dan ketertinggalan 
masyarakat dari berbagai kemajuan pembangunan yang tersedia. Logikanya, 
kesenjangan informasi akan melahirkan kebijakan­kebijakan 
yang tidak aspiratif 
sebab masyarakat tidak cukup memiliki pemahaman untuk bisa terlibat dalam 
pengambilan keputusan. Bahkan, masyarakat bisa menjadi korban diskriminasi dan 
dominasi dari kelompok kelompok atau pihak yang menguasai informasi. 
3
Kesenjangan informasi menjadi sebab dan akibat dari kesenjangan lainnya. Miskinnya 
informasi mengenai pelbagai hal menyebabkan masyarakat perdesaan kesulitan 
mengembangkan alternatif hidup. Situasi itu dinamakan sebagai lingkaran 
ketidakberdayaan. Kelompok miskin dan kelas marjinal di wilayah perdesaan 
sebagian besar terjerat dalam lingkaran ketidakberdayaan itu. Masyarakat yang tidak 
memiliki kemampuan dalam mengakses, menggunakan, dan penyebarluaskan 
informasi yang akan berdampak pada kesejahteraan seseorang. 
Strategi Membangun Daya Tawar 
Sektor pertanian memberikan kontribusi 19,1 persen terhadap Produk Domestik Bruto 
(PDB) dari keseluruhan sektor perekonomian Indonesia. Meski secara absolut masih 
lebih kecil dari sektor lainnya–jasa (43,5 prosen dan manufaktur (23,9 persen), 
namun sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja terbesar, yaitu sebesar 47,1 
prosen. 
Sebagian besar wilayah pertanian berada di daerah perdesaan. Tak bisa dimungkiri, 
warga desa sangat tergantung pada sektor hasil bumi dan rempah­rempah. 
Sementara 
itu, warga kota punya ketergantungan pada suplai hasil bumi dari desa. Seharusnya 
desa mampu memanfaatkan hasil bumi tersebut sebagai alat untuk bernegosiasi 
dengan pihak lain. 
4
Di sinilah obrolan tentang politik rasa perlu dilakukan. Politik rasa merupakan bagian 
dari kebutuhan dasar manusia. Dalam dunia kuliner, rasa menjadi kunci utama 
kejayaan sebuah usaha jasa boga. Rasa pedas, pahit, asin, manis, gurih, dan asam 
ditentukan oleh aneka rempah­rempah 
yang banyak tersebar di desa­desa. 
Rasa pedas 
dihasilkan dari lada, cabe, dan jahe. Rasa asin ditentukan oleh garam. 
Akibat politik rasa Indonesia terbelenggu dalam kolonialisme selama ratusan tahun. 
Ambil contoh kopi, tamanan biji­bijian 
beraroma harum dan rasa cenderung pahit itu 
memiliki kisah spektakuler. Sebelum 1808, kopi hanya ditanam oleh sebagian petani 
di daerah Sunda. Lalu, pada era Daendels (awal abad 18) kopi menjelma sebagai 
komoditas paling populer di nusantara. Bahkan, keberlangsungan pemerintah kolonial 
sangat tergantung pada produk ini sehingga menerapkan sistem tanam paksa 1.000 
batang kopi per keluarga. Keuntungan yang diperoleh Pemerintah Belanda dari kopi 
sebesar 300.000 pikul atau senilai 4.5 juta gulden. Angka itu hampir separuh dari 
pemasukan pemerintah kolonial pada sektor pertanian yang hanya 10,7 juta gulden. 
Bisa dikatakan kopi menjadi titian ekonomi orang­orang 
Eropa yang berjaya dalam 
sektor bisnis perkebunan dan rempah. 
Apakah politik rasa memiliki nilai tinggi dalam negosiasi? Jelas, tak ada seorangpun 
di muka bumi yang sudi mengonsumsi makanan yang hambar tanpa rasa. Pada abad 
17, para pedagang Eropa mengarungi samudra luas untuk mencari rempah­rempah, 
seperti merica, pala, cengkeh, dan hasil bumi lainnya. Bahkan, tak sedikit peperangan 
besar terjadi akibat urusan politik rasa ini. 
Sudah saatnya desa memikirkan sistem tata kelola hasil bumi dan rempah­rempah 
di 
daerahnya. Kedaulatan rasa akan akan menegakkan kedaulatan ekonomi. Saat ini, 
para petani atau pedagang kecil memperoleh harga rendah untuk produk­produk 
mereka. Setidaknya, ada tiga permasalahan yang dialami warga desa dalam 
pengelolaan produk hasil bumi: 
1. Jumlah pembeli dan penjual hasil bumi sangat terbatas akibat kendala­kendala 
berupa hambatan­hambatan 
geografis (spatial) dan temporal; 
2. Warga desa tidak memiliki media untuk menentukan harga secara kolektif 
(collective price determination), dan 
3. Warga desa sulit mengakses informasi harga dari dunia luar. 
Terpuruknya harga hasil bumi dan rempah­rempah 
di wilayah perdesaan akibat 
kesenjangan informasi harga antara pedagang dan petani. Warga belum terlibat 
dalam mekanisme penentuan harga (price determination) dan penemuan harga (price 
discovery) bagi komoditas yang mereka produksi. Lewat dukungan teknologi informasi 
dan komunikasi (TIK), warga bisa terlibat dalam menemukan, mengungkap, dan 
menyajikan informasi harga produk, termasuk waktunya. 
5
Sekarang ini, informasi “harga beli” dan “harga jual” suatu barang di pasar 
berbeda­beda 
tergantung pada kepada siapa kita bertanya karena ini melibatkan 
overheads dan marjin keuntungan yang ditetapkan sendiri oleh setiap pedagang atau 
perantara. Oleh karena itu, mereka sering menjadi sumber untuk asumsi harga 
meskipun kita tahu data yang diperoleh tidak sahih, terlebih digunakan para pelaku 
pasar dalam membuat estimasi­estimasi 
nilai yang adil. 
Pengembangan Sistem Lawang Tani (http://lawang.org) bertujuan untuk menyajikan 
daftar mid­market 
price untuk suatu komoditi tertentu. Sistem itu mengolah data 
harga dan komoditas sebagai nilai indikatif yang tidak berat sebelah, baik ke arah 
pembelian maupun penjualan. Harga mid­market 
adalah sebuah harga yang 
terkalkulasikan sebagai titik tengah antara harga­harga 
permintaan dan harga­harga 
penawaran. Harga mid­market 
ini diperoleh dari nilai pertengahan agregasi sejumlah 
patraka harga (price quotation) yang diumumkan oleh pelaku pasar. 
Lewat sistem ini, warga bisa mengetahui data harga indikatif, maka mereka bisa 
memandu, mengarahkan, dan menginformasikan harga yang tepat bagi komoditi 
yang mereka miliki. Secara teknis, para pengguna sistem ini diminta mem­posting­kan 
harga komoditi mereka. Lalu, sistem akan mengkombinasikan (aggregated) 
harga­harga 
itu untuk menemukan harga mid­market. 
Di sinilah kita bicara tentang 
penemuan harga tengahan (mid­price 
discovery). 
Dampak yang paling utama dari sistem ini terletak pada potensinya untuk 
menurunkan biaya ekonomi, beban kolektif, yang selama tak pernah diperhatikan 
karena para pendamping terpaku pada orientasi mengejar peningkatan pendapatan. 
Padahal menurunkan biaya ekonomi dan beban kolektif berdampak pada keuntungan 
yang bisa diraih. 
6
Studi Kasus GDM: Pengarusutamaan Isu Perdesaan 
Untuk menggalang kekuatan pengarusutamaan isu perdesaan di ruang publik perlu 
dilakukan strategi atas­bawah. 
Bila pada awal gerakan, Gerakan Desa Membangun 
(GDM) fokus mendorong komunitas warga di perdesaan untuk bersuara, 
menyelenggarakan tata layanan publik yang prima, dan mengelola sumber daya 
secara baik, kini dia mulai mempengaruhi komunitas kelas menengah dan penentu 
kebijakan untuk mendukung inisiatif kreatif masyarakat desa. 
Strategi atas­bawah 
musti dilakukan untuk melakukan perubahan sosial. Perubahan 
sosial lahir dari kemampuan masyarakat akar rumput untuk mengorganisasi diri, 
sekaligus mengomunikasikan gagasannya secara apik ke pelbagai kalangan. GDM 
percaya perubahan bisa diraih melalui kepemimpinan gagasan. Karenanya, GDM 
harus mampu mengemas gagasannya secara fleksibel saat bertemu dengan pelbagai 
kalangan, baik masyarakat akar rumput, kelas menengah, hingga penentu kebijakan 
publik. 
Untuk melakukan perubahan sosial melalui kepemimpinan gagasan, GDM harus 
mampu mengelola percobaan dan pengalaman organisasi menjadi pengetahuan 
eksplisit (explicit knowledge). Pengetahuan yang ekplisit mampu disebarluaskan secara 
massif sebagai rujukan publik dalam mengambil keputusan. Apabila sebagian besar 
publik bisa menerima gagasan itu, bahkan mengambil keputusan berdasarkan 
pengetahuan itu secara otomatis perubahan sosial akan tercipta. 
Habermas memberikan sumbangan atas pemikiran ini. Menurutnya, rasionalitas 
memiliki keterkaitan erat dengan kemampuan linguistik manusia atau paradigma 
komunikasi. Perubahan sosial lahir karena adanya komunikasi, karena itu GDM perlu 
mengemas gagasannya secara cerdas sehingga menyadarkan pelbagai komunitas 
untuk mendorong perbaikan atas nasib warga yang tinggal di wilayah perdesaan. 
Strategi ini disebut Habermas sebagai rasio memihak atau keberpihakan 
emansipatoris, yaitu komunikasi yang berpihak pada kelompok masyarakat yang 
tertindas, terhegemoni, dan terpinggirkan. 
Keberpihakan emansipatoris ala GDM diwujudkan melalui tiga cara, yaitu (1) 
mendorong semakin banyak masyarakat perdesaaan untuk bersuara, (2) kemampuan 
7
mengelola pengalaman organisasi menjadi pengetahuan ilmiah, dan (3) 
mempengaruhi para penentu kebijakan publik untuk mengadopsi pengetahuan dan 
praktik baik tata kelola perdesaan dalam peraturan dan perundang­undangan. 
Cara pertama cukup sukses dilakukan oleh GDM. Ada ratusan desa secara mandiri 
memanfaatkan website dan teknologi informasi lainnya untuk berbagi informasi dan 
pengalaman. Kini, desa mampu mempromosikan potensi dan produk unggulannya ke 
ruang publik, bahkan sejumlah desa mampu memasarkan aneka produk rural melalui 
jagad broadband. Untuk memasifkan praktik baik itu, GDM meluncurkan Program 
1000 website desa gratis (http://1000desa.web.id) supaya menambah jumlah desa 
yang mampu menyuarakan gagasannya. 
Meski pelan, cara kedua mulai tunjukkan hasil. GDM mampu mendokumentasikan 
kegiatan dalam pelbagai bentuk, seperti artikel, kajian, maupun laporan penelitian. 
Hal itu terjadi karena organisasi ini mampu mengomunikasikan gagasannya pada 
kelompok menengah, seperti blogger, mahasiswa, jurnalis, praktisi teknologi 
informasi, maupun kalangan peneliti sosial. Ratusan artikel yang mengulas GDM 
tersebar di media massa on­line 
maupun off­line. 
Bahkan, sejumlah civitas akademika 
telah menjadikannya sebagai bahan kajian untuk skripsi, tesis, maupun desertasi. 
Tantangan terbesar ada pada strategi ketiga, yaitu mempengaruhi kebijakan publik. 
Target terbesar GDM adalah ikut melahirkan peraturan dan perundang­undangan 
yang berpihak pada masyarakat perdesaan. Bagi GDM, perubahan sosial harus 
ditandai oleh perubahan struktural, yaitu munculnya sistem baru yang 
mengakomodasi kepentingan masyarakat perdesaan. Asa perbaikan tata kelola desa 
ada pada Rancangan Undang­Undang 
(RUU) Desa yang tengah digodog di Pansus 
DPR RUU Desa. 
Sejumlah gagasan GDM telah diadopsi dalam draft RUU Desa, seperti (1) 
menempatkan desa bukan sekadar sebagai wilayah administratif melainkan sebagai 
kesatuan wilayah hukum berdasarkan hal asal dan usul; (2) hak penganggaran dalam 
kebijakan pembangunan desa; (3) kewenangan untuk mengelola sumber daya alam di 
wilayahnya; dan (4) kewenangan untuk mengelola bentuk organisasi maupun tata 
pemerintahan yang memperhatikan kearifan lokal. 
Selain RUU Desa, ada sejumlah perubahan tata perundang­undangan 
yang tengah 
dikawal oleh GDM, yaitu perubahan UU Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar 
Negeri, RUU Pertanahan, dan RUU Pemerintah Daerah. Pada ranah ini, GDM 
bersentuhan dengan pelbagai kepentingan sehingga kemampuan negosiasi, 
penggalangan opini publik, dan bermain peran mutlak diperlukan. Pada urusan ini, 
GDM tampil luwes dan tak perlu harus tampil di depan. GDM lebih mementingkan 
substansi gagasannya masuk dalam peraturan dan perundangan daripada menjadi 
pahlawan yang acapkali justru tampil kesiangan. 
@berkohpwt (24/10/2013) 
8
Daftar Pustaka 
Freire, Paulo. 1985. Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3ES 
Rachman, Zulfikar Mochamad dkk. 2007. Memberdayakan Masyarakat dengan 
Mendayagunakan Telecenter. Jakarta: Partnerships for e­Prosperity 
for the Poor 
(Pe­PP) 
Bappenas ­UNDP 
Jakarta. 
Suparyo, Yossy. 2012. Pewarta Warga. Yogyakarta: COMBINE Resource Institution 
­­­­­­­­­­­. 
Sistem Monitoring Harga Lewat Crowdsourching. Diunduh dari 
http://gedhe.com/sistem­monitoring­harga­lewat­crowdsourching/ 
pada 24 
Oktober 2013 
­­­­­­­­­­­. 
Pemberdayaan 2.0: Strategi Infomobilisasi untuk Pemberdayaan Masyarakat 
Perdesaan. Makalah ini dipresentasikan dalam Pelatihan Tenaga Pelatih 
Masyarakat PNPMP Mandiri Perdesaan Kabupaten Cilacap di Baturraden pada 
18 September 2013 
­­­­­­­­­­­. 
Strategi Menggalang Kekuatan untuk Lantangkan Isu Perdesaan. Diunduh dari 
http://desamembangun.or.id/2013/09/strategi­menggalang­kekuatan­untuk­l 
antangkan­isu­perdesaan/ 
pada 24 Oktober 2013 
­­­­­­­­­­­. 
Peta Jalan Kebebasan Informasi di Indonesia. Diunduh dari 
http://desamembangun.or.id/2013/04/peta­jalan­kebebasan­informasi­di­ind 
onesia/ pada 24 Oktober 2013 
­­­­­­­­­­­. 
Strategi Kuatkan Daya Tawar Desa. Diunduh dari 
http://desamembangun.or.id/2012/10/strategi­kuatkan­daya­tawar­desa/ 
pada 24 Oktober 2013 
9

More Related Content

Similar to strategi-infomobilisasi-untuk-pengarusutamaan-isu-perdesaan

Perkembangan Teknologi Informasi Dan Dampaknya Terhadap Masyarakat
Perkembangan Teknologi Informasi Dan Dampaknya Terhadap MasyarakatPerkembangan Teknologi Informasi Dan Dampaknya Terhadap Masyarakat
Perkembangan Teknologi Informasi Dan Dampaknya Terhadap MasyarakatIchsan Smith
 
Analisis Penerapan Teknologi Informasi Dalam Otonomi Daerah
Analisis Penerapan Teknologi Informasi Dalam Otonomi DaerahAnalisis Penerapan Teknologi Informasi Dalam Otonomi Daerah
Analisis Penerapan Teknologi Informasi Dalam Otonomi Daerah
Andino Maseleno
 
Tugas Sosio X 1 Kel 6 sman 49
Tugas Sosio X 1 Kel 6 sman 49Tugas Sosio X 1 Kel 6 sman 49
Tugas Sosio X 1 Kel 6 sman 49Abdul Rachim
 
Bela Negara.pptx
Bela Negara.pptxBela Negara.pptx
Bela Negara.pptx
IlmanKhoirulUmam
 
Masyarakat informasi
Masyarakat informasiMasyarakat informasi
Masyarakat informasi
Irwan Dujour
 
Strategi Mengelola Website Desa
Strategi Mengelola Website DesaStrategi Mengelola Website Desa
Strategi Mengelola Website Desa
Yossy Suparyo
 
Cabaran media sosial dalam masyarakat dalam memastikan kestabilan dalam masya...
Cabaran media sosial dalam masyarakat dalam memastikan kestabilan dalam masya...Cabaran media sosial dalam masyarakat dalam memastikan kestabilan dalam masya...
Cabaran media sosial dalam masyarakat dalam memastikan kestabilan dalam masya...
Freedy Kalang
 
zbook_28artikel-29-20pengaruh-20perk_7da9e (1).pdf
zbook_28artikel-29-20pengaruh-20perk_7da9e (1).pdfzbook_28artikel-29-20pengaruh-20perk_7da9e (1).pdf
zbook_28artikel-29-20pengaruh-20perk_7da9e (1).pdf
hafiza62
 
3._GLOBALISASI.ppt
3._GLOBALISASI.ppt3._GLOBALISASI.ppt
3._GLOBALISASI.ppt
DIKLATBRIMOB
 
Pembentukan Masyarakat Informasi (E-Goverment)
Pembentukan Masyarakat Informasi (E-Goverment)Pembentukan Masyarakat Informasi (E-Goverment)
Pembentukan Masyarakat Informasi (E-Goverment)Tri Chairani
 
Buku pengaruh interaksi
Buku pengaruh interaksiBuku pengaruh interaksi
Buku pengaruh interaksi
norasofiani
 
(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN
(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN
(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN
Bakhrul Ulum
 
2. strategi komunikasi-[1]
2. strategi komunikasi-[1]2. strategi komunikasi-[1]
2. strategi komunikasi-[1]
Andrew Hutabarat
 
Power Point PKN GLOBALISASI kelas 12 SMA (with Hyperlink)
Power Point PKN GLOBALISASI kelas 12 SMA (with Hyperlink)Power Point PKN GLOBALISASI kelas 12 SMA (with Hyperlink)
Power Point PKN GLOBALISASI kelas 12 SMA (with Hyperlink)
Sigit Dwi Juliarto
 
Tugas urbanisasi
Tugas urbanisasiTugas urbanisasi
Tugas urbanisasi
Rani-0707
 
3 petani (yuti)
3   petani (yuti)3   petani (yuti)
3 petani (yuti)
Syahyuti Si-Buyuang
 
Men seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanMen seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanSari Faizah
 

Similar to strategi-infomobilisasi-untuk-pengarusutamaan-isu-perdesaan (20)

Perkembangan Teknologi Informasi Dan Dampaknya Terhadap Masyarakat
Perkembangan Teknologi Informasi Dan Dampaknya Terhadap MasyarakatPerkembangan Teknologi Informasi Dan Dampaknya Terhadap Masyarakat
Perkembangan Teknologi Informasi Dan Dampaknya Terhadap Masyarakat
 
Analisis Penerapan Teknologi Informasi Dalam Otonomi Daerah
Analisis Penerapan Teknologi Informasi Dalam Otonomi DaerahAnalisis Penerapan Teknologi Informasi Dalam Otonomi Daerah
Analisis Penerapan Teknologi Informasi Dalam Otonomi Daerah
 
Tugas Sosio X 1 Kel 6 sman 49
Tugas Sosio X 1 Kel 6 sman 49Tugas Sosio X 1 Kel 6 sman 49
Tugas Sosio X 1 Kel 6 sman 49
 
Bela Negara.pptx
Bela Negara.pptxBela Negara.pptx
Bela Negara.pptx
 
Masyarakat informasi
Masyarakat informasiMasyarakat informasi
Masyarakat informasi
 
Strategi Mengelola Website Desa
Strategi Mengelola Website DesaStrategi Mengelola Website Desa
Strategi Mengelola Website Desa
 
Analisis wilayah
Analisis wilayahAnalisis wilayah
Analisis wilayah
 
Cabaran media sosial dalam masyarakat dalam memastikan kestabilan dalam masya...
Cabaran media sosial dalam masyarakat dalam memastikan kestabilan dalam masya...Cabaran media sosial dalam masyarakat dalam memastikan kestabilan dalam masya...
Cabaran media sosial dalam masyarakat dalam memastikan kestabilan dalam masya...
 
Makalah siskom 1
Makalah siskom 1Makalah siskom 1
Makalah siskom 1
 
zbook_28artikel-29-20pengaruh-20perk_7da9e (1).pdf
zbook_28artikel-29-20pengaruh-20perk_7da9e (1).pdfzbook_28artikel-29-20pengaruh-20perk_7da9e (1).pdf
zbook_28artikel-29-20pengaruh-20perk_7da9e (1).pdf
 
3._GLOBALISASI.ppt
3._GLOBALISASI.ppt3._GLOBALISASI.ppt
3._GLOBALISASI.ppt
 
Proposal pondok
Proposal pondokProposal pondok
Proposal pondok
 
Pembentukan Masyarakat Informasi (E-Goverment)
Pembentukan Masyarakat Informasi (E-Goverment)Pembentukan Masyarakat Informasi (E-Goverment)
Pembentukan Masyarakat Informasi (E-Goverment)
 
Buku pengaruh interaksi
Buku pengaruh interaksiBuku pengaruh interaksi
Buku pengaruh interaksi
 
(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN
(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN
(8) PERANAN SEKTOR PERTANIAN
 
2. strategi komunikasi-[1]
2. strategi komunikasi-[1]2. strategi komunikasi-[1]
2. strategi komunikasi-[1]
 
Power Point PKN GLOBALISASI kelas 12 SMA (with Hyperlink)
Power Point PKN GLOBALISASI kelas 12 SMA (with Hyperlink)Power Point PKN GLOBALISASI kelas 12 SMA (with Hyperlink)
Power Point PKN GLOBALISASI kelas 12 SMA (with Hyperlink)
 
Tugas urbanisasi
Tugas urbanisasiTugas urbanisasi
Tugas urbanisasi
 
3 petani (yuti)
3   petani (yuti)3   petani (yuti)
3 petani (yuti)
 
Men seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaanMen seminar050601 reformasiperkotaan
Men seminar050601 reformasiperkotaan
 

More from Pradna Paramita

Paperwork Produkbanyumas
Paperwork ProdukbanyumasPaperwork Produkbanyumas
Paperwork Produkbanyumas
Pradna Paramita
 
Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber ...
Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata  Kelola Sumber ...Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata  Kelola Sumber ...
Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber ...
Pradna Paramita
 
Matrik program dan kegiatan RPJMD Desa Dermaji
Matrik program dan kegiatan RPJMD Desa DermajiMatrik program dan kegiatan RPJMD Desa Dermaji
Matrik program dan kegiatan RPJMD Desa Dermaji
Pradna Paramita
 
Perdes RPJMD Desa Dermaji Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas
Perdes RPJMD Desa Dermaji Kecamatan Lumbir Kabupaten BanyumasPerdes RPJMD Desa Dermaji Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas
Perdes RPJMD Desa Dermaji Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas
Pradna Paramita
 
Dokumen RPJMD Desa Dermaji
Dokumen RPJMD Desa DermajiDokumen RPJMD Desa Dermaji
Dokumen RPJMD Desa Dermaji
Pradna Paramita
 
Acara DESTIKA 2014
Acara DESTIKA 2014Acara DESTIKA 2014
Acara DESTIKA 2014
Pradna Paramita
 
Menulis Advertorial
Menulis AdvertorialMenulis Advertorial
Menulis Advertorial
Pradna Paramita
 
Kelola tulisan Web Desa
Kelola tulisan Web DesaKelola tulisan Web Desa
Kelola tulisan Web Desa
Pradna Paramita
 
Membuat twitter
Membuat twitterMembuat twitter
Membuat twitter
Pradna Paramita
 
Cara Menggunakan Google Hangout
Cara Menggunakan Google HangoutCara Menggunakan Google Hangout
Cara Menggunakan Google Hangout
Pradna Paramita
 
Komentar Website Desa
Komentar Website DesaKomentar Website Desa
Komentar Website Desa
Pradna Paramita
 
Resize gambar-windows
Resize gambar-windowsResize gambar-windows
Resize gambar-windows
Pradna Paramita
 
Petunjuk Teknis Perempuan TV
Petunjuk Teknis Perempuan TVPetunjuk Teknis Perempuan TV
Petunjuk Teknis Perempuan TV
Pradna Paramita
 
Pendampingan arusutama desa
Pendampingan arusutama desaPendampingan arusutama desa
Pendampingan arusutama desa
Pradna Paramita
 
Profil bloggerbanyumas
Profil bloggerbanyumasProfil bloggerbanyumas
Profil bloggerbanyumas
Pradna Paramita
 

More from Pradna Paramita (16)

Paperwork Produkbanyumas
Paperwork ProdukbanyumasPaperwork Produkbanyumas
Paperwork Produkbanyumas
 
Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber ...
Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata  Kelola Sumber ...Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata  Kelola Sumber ...
Analisis Penerapan Sistem Informasi Desa untuk Mendukung Tata Kelola Sumber ...
 
Matrik program dan kegiatan RPJMD Desa Dermaji
Matrik program dan kegiatan RPJMD Desa DermajiMatrik program dan kegiatan RPJMD Desa Dermaji
Matrik program dan kegiatan RPJMD Desa Dermaji
 
Perdes RPJMD Desa Dermaji Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas
Perdes RPJMD Desa Dermaji Kecamatan Lumbir Kabupaten BanyumasPerdes RPJMD Desa Dermaji Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas
Perdes RPJMD Desa Dermaji Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas
 
Dokumen RPJMD Desa Dermaji
Dokumen RPJMD Desa DermajiDokumen RPJMD Desa Dermaji
Dokumen RPJMD Desa Dermaji
 
Acara DESTIKA 2014
Acara DESTIKA 2014Acara DESTIKA 2014
Acara DESTIKA 2014
 
Menulis Advertorial
Menulis AdvertorialMenulis Advertorial
Menulis Advertorial
 
Kelola tulisan Web Desa
Kelola tulisan Web DesaKelola tulisan Web Desa
Kelola tulisan Web Desa
 
Membuat twitter
Membuat twitterMembuat twitter
Membuat twitter
 
Cara Menggunakan Google Hangout
Cara Menggunakan Google HangoutCara Menggunakan Google Hangout
Cara Menggunakan Google Hangout
 
Komentar Website Desa
Komentar Website DesaKomentar Website Desa
Komentar Website Desa
 
Resize gambar-windows
Resize gambar-windowsResize gambar-windows
Resize gambar-windows
 
Petunjuk Teknis Perempuan TV
Petunjuk Teknis Perempuan TVPetunjuk Teknis Perempuan TV
Petunjuk Teknis Perempuan TV
 
Pendampingan arusutama desa
Pendampingan arusutama desaPendampingan arusutama desa
Pendampingan arusutama desa
 
Posting web-desa
Posting web-desaPosting web-desa
Posting web-desa
 
Profil bloggerbanyumas
Profil bloggerbanyumasProfil bloggerbanyumas
Profil bloggerbanyumas
 

strategi-infomobilisasi-untuk-pengarusutamaan-isu-perdesaan

  • 1. Strategi Infomobilisasi untuk Pengarusutamaan Isu Perdesaan1 Yossy Suparyo2 Pendekatan Infomobilisasi Akses informasi merupakan hak dasar warga yang harus dipenuhi oleh negara (baca: pemerintah). Untuk itu, pemerintah meluncurkan sejumlah program yang bertujuan untuk mendorong warga negara mampu mengakses informasi, seperti koran masuk desa, telecenter, pusat layanan internet kecamatan (PLIK), dan community access point (CAP). Sayang, watak teknokratis sangat dominan dalam perancangan program­program tersebut sehingga program diterjemahkan sekadar proyek tender pengadaan alat maupun pelatihan cara penggunaan alat. Aktivitas akses informasi tidak dirancang untuk melahirkan proses komunikasi­informasi yang bermakna dan memberdayakan. Proses komunikasi­informasi mensyaratkan antarpihak melakukan komunikasi pembangunan. Dalam aktivitas komunikasi pembangunan, warga menempatkan kebutuhan informasi sebagai sumber kekuatan. Warga menggunakan informasi untuk mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya, termasuk bertindak secara kritis untuk memperbaiki keadaan dan masalah yang mereka hadapi. Warga tak sekadar mampu mengakses informasi, juga memilah informasi dan memproduksi informasi. Akhirnya, warga terlibat aktif untuk diskusi maupun negosiasi dalam proses­proses pengambilan keputusan publik di wilayahnya. Pendekatan di atas biasa disebut dengan infomobilisasi. Infomobilisasi merupakan serangkaian kegiatan komunikasi­informasi yang melibatkan masyarakat secara aktif dalam menggali permasalahan, kebutuhan, potensi, dan upaya untuk mendorong perbaikan kehidupan mereka. Keberhasilan strategi ini diukur dengan sejauhmana keterlibatan warga dalam praktik komunikasi­informasi, misalnya apakah mereka mau berbagi pengetahuan/pengalaman dalam mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, dan mencari jalan keluar yang terbaik. 1 Disampaikan pada Latihan Kades II Tingkat Nasional Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Purwokerto pada 24 Oktober 2013 di Wisma Indria Prana, Baturraden, Banyumas 2 Juru Bicara Gerakan Desa Membangun http://desamembangun.or.id. Studi di Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Yogyakarta (1997) dan Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Islam Negeri Yogyakarta (2002). Twitter: @yossysuparyo E­mail: yossysuparyo@gmail.com FB: http://fb.com/yossysuparyo Blog: http://pelosokdesa.wordpress.com 1
  • 2. Pendekatan infomobilisasi mengandaikan setiap warga sebagai subjek yang mampu memperbaiki kondisi melalui proses pembangunan yang dirancang secara kolektif. Di sini, dukungan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) akan mempermudah para warga untuk memproduksi maupun mengakses informasi. TIK ditempatkan sebagai bagian dari penguatan kapasitas warga untuk terlepas dari belenggu ketidakberdayaan akibat kesenjangan informasi. Ruang lingkup pemanfaatan TIK bukan sekadar bagaimana akses informasi, namun bagaimana memaksimalkannya sebagai alat berkomunikasi antara satu pelaku dengan pelaku lainnya secara lebih efektif. Kita perlu memastikan akses terhadap TIK dapat menghasilkan perbaikan kualitas hidup masyarakat. Penyediaan akses TIK merupakan meja dukungan bagi kegiatan pembangunan sosial dan ekonomi masyarakat. Masyarakat perdesaan membutuhkan informasi dan pengetahuan yang dapat mereka manfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidupnya, seperti kesehatan, sosial, budaya, politik, ekonomi, lingkungan, dan rekreasi. Internet merupakan media yang mampu memfasilitasi komunikasi antarpihak secara andal. Lewat internet, antarpihak bisa berkomunikasi dalam bentuk teks, gambar, suara, dan video sekaligus sehingga mereka bisa berinteraksi layaknya tatap muka. Ambil contoh, seorang petani bisa berdiskusi dengan petani di daerah lain untuk membahas penyakit tanaman menggunakan webcam sehingga bisa melihat lawan bicaranya melalui monitor. 2
  • 3. Namun penerapan strategi infomobilisasi sendiri bukan tanpa hambatan. Persoalan internet di dunia perdesaan masih berkutat pada ketersediaan akses. Pada 2012, pengguna internet di Indonesia sudah mencapai 63 juta atau penetrasinya 24,23 prosen (APJII: 2012). Namun, pengguna internet terkonsentrasi di kota­kota besar dengan penetrasi mencapai 57 prosen. Warga desa sulit mengakses layanan telekomunikasi karena infrastrukturnya belum menyentuh ke dunia perdesaan. Situasi itu melahirkan kesenjangan informasi dalam arti yang sesungguhnya. Kesenjangan informasi di dunia perdesaan merupakan akibat kebijakan pemerintah di bidang telekomunikasi dan informasi yang masih menganaktirikan wilayah perdesaan. Data eMarketer (2013), pada 2010 ada 65 prosen dari 66.778 desa di Indonesia belum bisa mengakses fasilitas telekomunikasi. Fakta yang sangat miris karena di waktu yang sama, warga yang tinggal di kota­kota besar berpesta bandwith untuk berselancar di internet. Kesenjangan informasi menyebabkan isu­isu perdesaan selalu tenggelam di ranah publik. Lebih dari itu, tak jarang pegiat online justru acapkali menyudutkan suara­suara dari perdesaan. Secara struktural, kesenjangan informasi merupakan dampak dari kebijakan telekomunikasi yang sangat liberal. Undang­Undang No 36 Tahun 1999 tentang telekomunikasi menyebabkan seluruh urusan telekomunikasi diserahkan pada sektor privat. Akibatnya, penyelenggaraan layanan telekomunikasi didasarkan pada relasi produsen­konsumen dibanding negara­warganegara. Kesenjangan informasi menjauhkan komunitas atau masyarakat dari beragam keuntungan menggunakan informasi. Rachman (2007:6) mengatakan lemahnya akses dan pemanfaatan informasi akan menyebabkan keterpinggiran dan ketertinggalan masyarakat dari berbagai kemajuan pembangunan yang tersedia. Logikanya, kesenjangan informasi akan melahirkan kebijakan­kebijakan yang tidak aspiratif sebab masyarakat tidak cukup memiliki pemahaman untuk bisa terlibat dalam pengambilan keputusan. Bahkan, masyarakat bisa menjadi korban diskriminasi dan dominasi dari kelompok kelompok atau pihak yang menguasai informasi. 3
  • 4. Kesenjangan informasi menjadi sebab dan akibat dari kesenjangan lainnya. Miskinnya informasi mengenai pelbagai hal menyebabkan masyarakat perdesaan kesulitan mengembangkan alternatif hidup. Situasi itu dinamakan sebagai lingkaran ketidakberdayaan. Kelompok miskin dan kelas marjinal di wilayah perdesaan sebagian besar terjerat dalam lingkaran ketidakberdayaan itu. Masyarakat yang tidak memiliki kemampuan dalam mengakses, menggunakan, dan penyebarluaskan informasi yang akan berdampak pada kesejahteraan seseorang. Strategi Membangun Daya Tawar Sektor pertanian memberikan kontribusi 19,1 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dari keseluruhan sektor perekonomian Indonesia. Meski secara absolut masih lebih kecil dari sektor lainnya–jasa (43,5 prosen dan manufaktur (23,9 persen), namun sektor pertanian merupakan penyerap tenaga kerja terbesar, yaitu sebesar 47,1 prosen. Sebagian besar wilayah pertanian berada di daerah perdesaan. Tak bisa dimungkiri, warga desa sangat tergantung pada sektor hasil bumi dan rempah­rempah. Sementara itu, warga kota punya ketergantungan pada suplai hasil bumi dari desa. Seharusnya desa mampu memanfaatkan hasil bumi tersebut sebagai alat untuk bernegosiasi dengan pihak lain. 4
  • 5. Di sinilah obrolan tentang politik rasa perlu dilakukan. Politik rasa merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia. Dalam dunia kuliner, rasa menjadi kunci utama kejayaan sebuah usaha jasa boga. Rasa pedas, pahit, asin, manis, gurih, dan asam ditentukan oleh aneka rempah­rempah yang banyak tersebar di desa­desa. Rasa pedas dihasilkan dari lada, cabe, dan jahe. Rasa asin ditentukan oleh garam. Akibat politik rasa Indonesia terbelenggu dalam kolonialisme selama ratusan tahun. Ambil contoh kopi, tamanan biji­bijian beraroma harum dan rasa cenderung pahit itu memiliki kisah spektakuler. Sebelum 1808, kopi hanya ditanam oleh sebagian petani di daerah Sunda. Lalu, pada era Daendels (awal abad 18) kopi menjelma sebagai komoditas paling populer di nusantara. Bahkan, keberlangsungan pemerintah kolonial sangat tergantung pada produk ini sehingga menerapkan sistem tanam paksa 1.000 batang kopi per keluarga. Keuntungan yang diperoleh Pemerintah Belanda dari kopi sebesar 300.000 pikul atau senilai 4.5 juta gulden. Angka itu hampir separuh dari pemasukan pemerintah kolonial pada sektor pertanian yang hanya 10,7 juta gulden. Bisa dikatakan kopi menjadi titian ekonomi orang­orang Eropa yang berjaya dalam sektor bisnis perkebunan dan rempah. Apakah politik rasa memiliki nilai tinggi dalam negosiasi? Jelas, tak ada seorangpun di muka bumi yang sudi mengonsumsi makanan yang hambar tanpa rasa. Pada abad 17, para pedagang Eropa mengarungi samudra luas untuk mencari rempah­rempah, seperti merica, pala, cengkeh, dan hasil bumi lainnya. Bahkan, tak sedikit peperangan besar terjadi akibat urusan politik rasa ini. Sudah saatnya desa memikirkan sistem tata kelola hasil bumi dan rempah­rempah di daerahnya. Kedaulatan rasa akan akan menegakkan kedaulatan ekonomi. Saat ini, para petani atau pedagang kecil memperoleh harga rendah untuk produk­produk mereka. Setidaknya, ada tiga permasalahan yang dialami warga desa dalam pengelolaan produk hasil bumi: 1. Jumlah pembeli dan penjual hasil bumi sangat terbatas akibat kendala­kendala berupa hambatan­hambatan geografis (spatial) dan temporal; 2. Warga desa tidak memiliki media untuk menentukan harga secara kolektif (collective price determination), dan 3. Warga desa sulit mengakses informasi harga dari dunia luar. Terpuruknya harga hasil bumi dan rempah­rempah di wilayah perdesaan akibat kesenjangan informasi harga antara pedagang dan petani. Warga belum terlibat dalam mekanisme penentuan harga (price determination) dan penemuan harga (price discovery) bagi komoditas yang mereka produksi. Lewat dukungan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), warga bisa terlibat dalam menemukan, mengungkap, dan menyajikan informasi harga produk, termasuk waktunya. 5
  • 6. Sekarang ini, informasi “harga beli” dan “harga jual” suatu barang di pasar berbeda­beda tergantung pada kepada siapa kita bertanya karena ini melibatkan overheads dan marjin keuntungan yang ditetapkan sendiri oleh setiap pedagang atau perantara. Oleh karena itu, mereka sering menjadi sumber untuk asumsi harga meskipun kita tahu data yang diperoleh tidak sahih, terlebih digunakan para pelaku pasar dalam membuat estimasi­estimasi nilai yang adil. Pengembangan Sistem Lawang Tani (http://lawang.org) bertujuan untuk menyajikan daftar mid­market price untuk suatu komoditi tertentu. Sistem itu mengolah data harga dan komoditas sebagai nilai indikatif yang tidak berat sebelah, baik ke arah pembelian maupun penjualan. Harga mid­market adalah sebuah harga yang terkalkulasikan sebagai titik tengah antara harga­harga permintaan dan harga­harga penawaran. Harga mid­market ini diperoleh dari nilai pertengahan agregasi sejumlah patraka harga (price quotation) yang diumumkan oleh pelaku pasar. Lewat sistem ini, warga bisa mengetahui data harga indikatif, maka mereka bisa memandu, mengarahkan, dan menginformasikan harga yang tepat bagi komoditi yang mereka miliki. Secara teknis, para pengguna sistem ini diminta mem­posting­kan harga komoditi mereka. Lalu, sistem akan mengkombinasikan (aggregated) harga­harga itu untuk menemukan harga mid­market. Di sinilah kita bicara tentang penemuan harga tengahan (mid­price discovery). Dampak yang paling utama dari sistem ini terletak pada potensinya untuk menurunkan biaya ekonomi, beban kolektif, yang selama tak pernah diperhatikan karena para pendamping terpaku pada orientasi mengejar peningkatan pendapatan. Padahal menurunkan biaya ekonomi dan beban kolektif berdampak pada keuntungan yang bisa diraih. 6
  • 7. Studi Kasus GDM: Pengarusutamaan Isu Perdesaan Untuk menggalang kekuatan pengarusutamaan isu perdesaan di ruang publik perlu dilakukan strategi atas­bawah. Bila pada awal gerakan, Gerakan Desa Membangun (GDM) fokus mendorong komunitas warga di perdesaan untuk bersuara, menyelenggarakan tata layanan publik yang prima, dan mengelola sumber daya secara baik, kini dia mulai mempengaruhi komunitas kelas menengah dan penentu kebijakan untuk mendukung inisiatif kreatif masyarakat desa. Strategi atas­bawah musti dilakukan untuk melakukan perubahan sosial. Perubahan sosial lahir dari kemampuan masyarakat akar rumput untuk mengorganisasi diri, sekaligus mengomunikasikan gagasannya secara apik ke pelbagai kalangan. GDM percaya perubahan bisa diraih melalui kepemimpinan gagasan. Karenanya, GDM harus mampu mengemas gagasannya secara fleksibel saat bertemu dengan pelbagai kalangan, baik masyarakat akar rumput, kelas menengah, hingga penentu kebijakan publik. Untuk melakukan perubahan sosial melalui kepemimpinan gagasan, GDM harus mampu mengelola percobaan dan pengalaman organisasi menjadi pengetahuan eksplisit (explicit knowledge). Pengetahuan yang ekplisit mampu disebarluaskan secara massif sebagai rujukan publik dalam mengambil keputusan. Apabila sebagian besar publik bisa menerima gagasan itu, bahkan mengambil keputusan berdasarkan pengetahuan itu secara otomatis perubahan sosial akan tercipta. Habermas memberikan sumbangan atas pemikiran ini. Menurutnya, rasionalitas memiliki keterkaitan erat dengan kemampuan linguistik manusia atau paradigma komunikasi. Perubahan sosial lahir karena adanya komunikasi, karena itu GDM perlu mengemas gagasannya secara cerdas sehingga menyadarkan pelbagai komunitas untuk mendorong perbaikan atas nasib warga yang tinggal di wilayah perdesaan. Strategi ini disebut Habermas sebagai rasio memihak atau keberpihakan emansipatoris, yaitu komunikasi yang berpihak pada kelompok masyarakat yang tertindas, terhegemoni, dan terpinggirkan. Keberpihakan emansipatoris ala GDM diwujudkan melalui tiga cara, yaitu (1) mendorong semakin banyak masyarakat perdesaaan untuk bersuara, (2) kemampuan 7
  • 8. mengelola pengalaman organisasi menjadi pengetahuan ilmiah, dan (3) mempengaruhi para penentu kebijakan publik untuk mengadopsi pengetahuan dan praktik baik tata kelola perdesaan dalam peraturan dan perundang­undangan. Cara pertama cukup sukses dilakukan oleh GDM. Ada ratusan desa secara mandiri memanfaatkan website dan teknologi informasi lainnya untuk berbagi informasi dan pengalaman. Kini, desa mampu mempromosikan potensi dan produk unggulannya ke ruang publik, bahkan sejumlah desa mampu memasarkan aneka produk rural melalui jagad broadband. Untuk memasifkan praktik baik itu, GDM meluncurkan Program 1000 website desa gratis (http://1000desa.web.id) supaya menambah jumlah desa yang mampu menyuarakan gagasannya. Meski pelan, cara kedua mulai tunjukkan hasil. GDM mampu mendokumentasikan kegiatan dalam pelbagai bentuk, seperti artikel, kajian, maupun laporan penelitian. Hal itu terjadi karena organisasi ini mampu mengomunikasikan gagasannya pada kelompok menengah, seperti blogger, mahasiswa, jurnalis, praktisi teknologi informasi, maupun kalangan peneliti sosial. Ratusan artikel yang mengulas GDM tersebar di media massa on­line maupun off­line. Bahkan, sejumlah civitas akademika telah menjadikannya sebagai bahan kajian untuk skripsi, tesis, maupun desertasi. Tantangan terbesar ada pada strategi ketiga, yaitu mempengaruhi kebijakan publik. Target terbesar GDM adalah ikut melahirkan peraturan dan perundang­undangan yang berpihak pada masyarakat perdesaan. Bagi GDM, perubahan sosial harus ditandai oleh perubahan struktural, yaitu munculnya sistem baru yang mengakomodasi kepentingan masyarakat perdesaan. Asa perbaikan tata kelola desa ada pada Rancangan Undang­Undang (RUU) Desa yang tengah digodog di Pansus DPR RUU Desa. Sejumlah gagasan GDM telah diadopsi dalam draft RUU Desa, seperti (1) menempatkan desa bukan sekadar sebagai wilayah administratif melainkan sebagai kesatuan wilayah hukum berdasarkan hal asal dan usul; (2) hak penganggaran dalam kebijakan pembangunan desa; (3) kewenangan untuk mengelola sumber daya alam di wilayahnya; dan (4) kewenangan untuk mengelola bentuk organisasi maupun tata pemerintahan yang memperhatikan kearifan lokal. Selain RUU Desa, ada sejumlah perubahan tata perundang­undangan yang tengah dikawal oleh GDM, yaitu perubahan UU Perlindungan Pekerja Indonesia di Luar Negeri, RUU Pertanahan, dan RUU Pemerintah Daerah. Pada ranah ini, GDM bersentuhan dengan pelbagai kepentingan sehingga kemampuan negosiasi, penggalangan opini publik, dan bermain peran mutlak diperlukan. Pada urusan ini, GDM tampil luwes dan tak perlu harus tampil di depan. GDM lebih mementingkan substansi gagasannya masuk dalam peraturan dan perundangan daripada menjadi pahlawan yang acapkali justru tampil kesiangan. @berkohpwt (24/10/2013) 8
  • 9. Daftar Pustaka Freire, Paulo. 1985. Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3ES Rachman, Zulfikar Mochamad dkk. 2007. Memberdayakan Masyarakat dengan Mendayagunakan Telecenter. Jakarta: Partnerships for e­Prosperity for the Poor (Pe­PP) Bappenas ­UNDP Jakarta. Suparyo, Yossy. 2012. Pewarta Warga. Yogyakarta: COMBINE Resource Institution ­­­­­­­­­­­. Sistem Monitoring Harga Lewat Crowdsourching. Diunduh dari http://gedhe.com/sistem­monitoring­harga­lewat­crowdsourching/ pada 24 Oktober 2013 ­­­­­­­­­­­. Pemberdayaan 2.0: Strategi Infomobilisasi untuk Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan. Makalah ini dipresentasikan dalam Pelatihan Tenaga Pelatih Masyarakat PNPMP Mandiri Perdesaan Kabupaten Cilacap di Baturraden pada 18 September 2013 ­­­­­­­­­­­. Strategi Menggalang Kekuatan untuk Lantangkan Isu Perdesaan. Diunduh dari http://desamembangun.or.id/2013/09/strategi­menggalang­kekuatan­untuk­l antangkan­isu­perdesaan/ pada 24 Oktober 2013 ­­­­­­­­­­­. Peta Jalan Kebebasan Informasi di Indonesia. Diunduh dari http://desamembangun.or.id/2013/04/peta­jalan­kebebasan­informasi­di­ind onesia/ pada 24 Oktober 2013 ­­­­­­­­­­­. Strategi Kuatkan Daya Tawar Desa. Diunduh dari http://desamembangun.or.id/2012/10/strategi­kuatkan­daya­tawar­desa/ pada 24 Oktober 2013 9