The research purposes is to create a model to detect financial statement fraud. This research examines the variable of fraud triangle and auditor industry specialization with financial statement fraud.
Samples were 30 companies of fraud and 30 non-fraud companies that
were listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) and sanctioned by the Financial Services Authority (FSA). The result shows the financial targets can be detect financial statement fraud, while financial stability can’t be detect financial statement fraud.
Pengaruh Stabilitas Keuangan, Kondisi Industri, dan Tekanan Eksternal terhada...Trisnadi Wijaya
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh stabilitas keuangan, kondisi industri, dan tekanan eksternal terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stabilitas keuangan dan tekanan eksternal tidak berpengaruh secara parsial terhadap kecurangan laporan keuangan, sedangkan kondisi industri berpen
Teks tersebut membahas pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba perusahaan. Kualitas audit diukur melalui ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) besar atau kecil, dan spesialisasi industri auditor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan spesialisasi industri auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Pengaruh Independensi, Kualitas Audit dan Pergantian Auditor terhadap Integri...Trisnadi Wijaya
Judul: Pengaruh Independensi, Kualitas Audit dan Pergantian Auditor terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2018)
Penerbit: e-Jurnal Skripsi STIE MDP
Wibowo dan Mulyanto 2020,Size (-), Prof, (-), Winner Loss Stock (-).pdfBimoKunDwiCahyo
Studi ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, return on assets, dan status winner/loser stock terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2017. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan, return on assets, dan status winner/loser stock. Variabel dependennya adalah praktik perataan laba. Hasilnya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, return on
Dewi dan Latrini 2016, CH (++), Prof (+-), RA (+-).pdfBimoKunDwiCahyo
Dokumen tersebut membahas pengaruh cash holding, profitabilitas, dan reputasi auditor terhadap perataan laba. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di BEI selama 2010-2013 sebanyak 161 perusahaan dengan 644 observasi. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa cash holding dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap perataan laba, sedangkan reputasi auditor berpengaruh negatif.
Dokumen tersebut membahas tentang fungsi manajemen dalam penyajian laporan keuangan dan bagaimana laporan keuangan berfungsi sebagai alat pertanggungjawaban manajemen kepada pihak-pihak yang berkepentingan seperti pemilik perusahaan, investor, kreditur dan pemerintah. Dokumen ini juga menjelaskan bagaimana laporan keuangan dapat disalahgunakan oleh manajemen untuk kepentingan pribadi melalui praktik merekayasa
Pengaruh Stabilitas Keuangan, Kondisi Industri, dan Tekanan Eksternal terhada...Trisnadi Wijaya
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh stabilitas keuangan, kondisi industri, dan tekanan eksternal terhadap kecurangan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stabilitas keuangan dan tekanan eksternal tidak berpengaruh secara parsial terhadap kecurangan laporan keuangan, sedangkan kondisi industri berpen
Teks tersebut membahas pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba perusahaan. Kualitas audit diukur melalui ukuran Kantor Akuntan Publik (KAP) besar atau kecil, dan spesialisasi industri auditor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan spesialisasi industri auditor berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.
Pengaruh Independensi, Kualitas Audit dan Pergantian Auditor terhadap Integri...Trisnadi Wijaya
Judul: Pengaruh Independensi, Kualitas Audit dan Pergantian Auditor terhadap Integritas Laporan Keuangan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2016-2018)
Penerbit: e-Jurnal Skripsi STIE MDP
Wibowo dan Mulyanto 2020,Size (-), Prof, (-), Winner Loss Stock (-).pdfBimoKunDwiCahyo
Studi ini bertujuan untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan, return on assets, dan status winner/loser stock terhadap praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2017. Variabel independen yang digunakan adalah ukuran perusahaan, return on assets, dan status winner/loser stock. Variabel dependennya adalah praktik perataan laba. Hasilnya menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, return on
Dewi dan Latrini 2016, CH (++), Prof (+-), RA (+-).pdfBimoKunDwiCahyo
Dokumen tersebut membahas pengaruh cash holding, profitabilitas, dan reputasi auditor terhadap perataan laba. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di BEI selama 2010-2013 sebanyak 161 perusahaan dengan 644 observasi. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa cash holding dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap perataan laba, sedangkan reputasi auditor berpengaruh negatif.
Dokumen tersebut membahas tentang fungsi manajemen dalam penyajian laporan keuangan dan bagaimana laporan keuangan berfungsi sebagai alat pertanggungjawaban manajemen kepada pihak-pihak yang berkepentingan seperti pemilik perusahaan, investor, kreditur dan pemerintah. Dokumen ini juga menjelaskan bagaimana laporan keuangan dapat disalahgunakan oleh manajemen untuk kepentingan pribadi melalui praktik merekayasa
Dokumen tersebut membahas prediksi kebangkrutan perusahaan yang berorientasi ekspor pada masa krisis. Penelitian ini menggunakan analisis rasio keuangan dan Altman Z-Score untuk memprediksi potensi kebangkrutan 14 perusahaan tekstil dan pakaian terdaftar di BEI pada tahun 2008. Hasilnya menunjukkan bahwa 3 perusahaan tidak bangkrut, 11 perusahaan bangkrut berdasarkan analisis rasio, dan 1 perusaha
Analisis Penggunaan Model Altman Z-Score untuk Memprediksi Kebangkrutan pada ...Trisnadi Wijaya
Judul: Analisis Penggunaan Model Altman Z-Score untuk Memprediksi Kebangkrutan pada Perusahaan Jasa Transportasi yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014
Penerbit: e-Jurnal Skripsi STIE MDP
Dokumen ini membahas pengaruh profitabilitas, likuiditas, dan ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2014-2018. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap opini audit serta menggunakan sampel delapan perusahaan selama lima tahun.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang keberadaan expectation gap antara pemakai laporan keuangan pemerintah dan auditor pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor pemerintah.
2. Hasil analisis data menunjukkan terdapat expectation gap pada faktor komunikasi hasil audit dan tanggung jawab memperbaiki efektivitas audit.
3. Tidak terdapat expectation gap pada faktor deteksi dan pelaporan kecurangan serta
Teks tersebut membahas mengenai praktik perataan laba oleh perusahaan. Ia menjelaskan bahwa perataan laba dilakukan untuk mengurangi fluktuasi laba antar tahun dengan memindahkan pendapatan antar periode. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, dan nilai perusahaan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan di Jakarta Islamic Index 2011-2015. Hasilny
his research aims to reveal goal congruence for the financial statement fraud- based behavioral audit.
financial statement fraud. The agency relationship theory is a contract between the auditor (agent) and the principal (principal). Agency relationships arise when one or more principals employ another person
(agent) to provide a service and then delegate authority to decision making to the agent. This study was
conducted at KAP Benny and colleagues using qualitative research using phenomenology approach using
secondary data and primary data analyzed using interview and interview method using tools in the form
of recorder and manuscript aid and tested its validity. The result of this research is shown by case from
from 2015 to 2017. In 2015 there was 86.3% of cases, in 2016 there was 86.7% and down in 2017 by
3.68%. Auditors' perception of goal congruence can help in achieving the goal of information that is not synchronized with other information. For that in building a good goal congruence then we need to build the ethics of an auditor
Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunanAbdi Az
Dokumen tersebut merupakan analisis laporan keuangan dan informasi tiga perusahaan perkebunan besar di Indonesia yaitu PT Sampoerna Agro, PT Bakrie Sumatera Plantations, dan PT Astra Agro Lestari untuk periode 2009-2013. Analisis dilakukan untuk mengetahui kinerja keuangan dan posisi masing-masing perusahaan.
Analisis Perbandingan Reaksi Pasar Sebelum dan Sesudah Pengumuman Opini Audit...Trisnadi Wijaya
Analisis perbandingan reaksi pasar sebelum dan sesudah pengumuman opini auditor pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014-2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan teknik purposive sampling untuk mengambil sampel. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan reaksi pasar sebelum dan sesudah pengumuman opini auditor berdasarkan hasil uji statistik. Oleh karena itu, pengumuman op
Dalam mekanisme pelaporan keuangan, suatu audit dirancang untuk memberikan
keyakinan bahwa laporan keuangan tidak dipengaruhi oleh salah saji (mistatement) yang material
dan juga memberikan keyakinan yang memadai atas akuntabilitas manajemen atas aktiva
perusahaan. Salah saji itu terdiri dari dua macam yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan
(fraud). Fraud diterjemahkan dengan kecurangan sesuai Pernya- taan Standar Auditing (PSA)
No. 70, demikian pula error dan irregularities masing-masing diterjemahkan sebagai kekeliruan
dan ketidakberesan sesuai PSA sebelumnya yaitu PSA No. 32.
Menurut standar pengauditan, faktor yang membedakan kecurangan dan kekeliruan
adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya salah saji dalam laporan
keuangan, berupa tindakan yang sengaja atau tidak disengaja (IAI, 2001).
Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, dan Audit Delay terhadap Penerimaan Op...Trisnadi Wijaya
Judul: Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, dan Audit Delay terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017)
Penerbit: e-Jurnal Skripsi STIE MDP
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh manajemen laba, masa jabatan auditor, dan komisaris independen terhadap integritas laporan keuangan perusahaan sektor keuangan subsektor perbankan di Indonesia. Integritas laporan keuangan diukur menggunakan indeks konservatisme dengan rasio harga pasar terhadap nilai buku. Hasilnya menunjukkan manajemen laba berpengaruh negatif dan komisaris independen berpengaruh positif, sedangkan
Dokumen tersebut merupakan bab pendahuluan skripsi yang membahas latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur di BEI."
Accounting for Pensions and Postretirement Benefitsreskino1
After studying this chapter, you should be able to:
Discuss the fundamentals of pension plan accounting.
Use a worksheet for employer’s pension plan entries.
Explain the accounting for past service costs.
Explain the accounting for remeasurements.
Describe the requirements for reporting pension plans in financial statements.
Explain the accounting for other postretirement benefits.
Current Liabilities, Provisions, and Contingenciesreskino1
Current Liabilities,
Provisions, and Contingencies
After studying this chapter, you should be able to:
1. Describe the nature, valuation, and reporting of current liabilities.
2. Explain the accounting for different types of provisions.
3. Explain the accounting for loss and gain contingencies.
4. Indicate how to present and analyze liability-related information
More Related Content
Similar to MODEL PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE
Dokumen tersebut membahas prediksi kebangkrutan perusahaan yang berorientasi ekspor pada masa krisis. Penelitian ini menggunakan analisis rasio keuangan dan Altman Z-Score untuk memprediksi potensi kebangkrutan 14 perusahaan tekstil dan pakaian terdaftar di BEI pada tahun 2008. Hasilnya menunjukkan bahwa 3 perusahaan tidak bangkrut, 11 perusahaan bangkrut berdasarkan analisis rasio, dan 1 perusaha
Analisis Penggunaan Model Altman Z-Score untuk Memprediksi Kebangkrutan pada ...Trisnadi Wijaya
Judul: Analisis Penggunaan Model Altman Z-Score untuk Memprediksi Kebangkrutan pada Perusahaan Jasa Transportasi yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014
Penerbit: e-Jurnal Skripsi STIE MDP
Dokumen ini membahas pengaruh profitabilitas, likuiditas, dan ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia antara tahun 2014-2018. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap opini audit serta menggunakan sampel delapan perusahaan selama lima tahun.
Ringkasan dokumen tersebut adalah:
1. Dokumen tersebut membahas tentang keberadaan expectation gap antara pemakai laporan keuangan pemerintah dan auditor pemerintah mengenai peran dan tanggung jawab auditor pemerintah.
2. Hasil analisis data menunjukkan terdapat expectation gap pada faktor komunikasi hasil audit dan tanggung jawab memperbaiki efektivitas audit.
3. Tidak terdapat expectation gap pada faktor deteksi dan pelaporan kecurangan serta
Teks tersebut membahas mengenai praktik perataan laba oleh perusahaan. Ia menjelaskan bahwa perataan laba dilakukan untuk mengurangi fluktuasi laba antar tahun dengan memindahkan pendapatan antar periode. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, dan nilai perusahaan terhadap praktik perataan laba pada perusahaan di Jakarta Islamic Index 2011-2015. Hasilny
his research aims to reveal goal congruence for the financial statement fraud- based behavioral audit.
financial statement fraud. The agency relationship theory is a contract between the auditor (agent) and the principal (principal). Agency relationships arise when one or more principals employ another person
(agent) to provide a service and then delegate authority to decision making to the agent. This study was
conducted at KAP Benny and colleagues using qualitative research using phenomenology approach using
secondary data and primary data analyzed using interview and interview method using tools in the form
of recorder and manuscript aid and tested its validity. The result of this research is shown by case from
from 2015 to 2017. In 2015 there was 86.3% of cases, in 2016 there was 86.7% and down in 2017 by
3.68%. Auditors' perception of goal congruence can help in achieving the goal of information that is not synchronized with other information. For that in building a good goal congruence then we need to build the ethics of an auditor
Analisis informasi laporan keuangan subsektor perkebunanAbdi Az
Dokumen tersebut merupakan analisis laporan keuangan dan informasi tiga perusahaan perkebunan besar di Indonesia yaitu PT Sampoerna Agro, PT Bakrie Sumatera Plantations, dan PT Astra Agro Lestari untuk periode 2009-2013. Analisis dilakukan untuk mengetahui kinerja keuangan dan posisi masing-masing perusahaan.
Analisis Perbandingan Reaksi Pasar Sebelum dan Sesudah Pengumuman Opini Audit...Trisnadi Wijaya
Analisis perbandingan reaksi pasar sebelum dan sesudah pengumuman opini auditor pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2014-2016. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan teknik purposive sampling untuk mengambil sampel. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan reaksi pasar sebelum dan sesudah pengumuman opini auditor berdasarkan hasil uji statistik. Oleh karena itu, pengumuman op
Dalam mekanisme pelaporan keuangan, suatu audit dirancang untuk memberikan
keyakinan bahwa laporan keuangan tidak dipengaruhi oleh salah saji (mistatement) yang material
dan juga memberikan keyakinan yang memadai atas akuntabilitas manajemen atas aktiva
perusahaan. Salah saji itu terdiri dari dua macam yaitu kekeliruan (error) dan kecurangan
(fraud). Fraud diterjemahkan dengan kecurangan sesuai Pernya- taan Standar Auditing (PSA)
No. 70, demikian pula error dan irregularities masing-masing diterjemahkan sebagai kekeliruan
dan ketidakberesan sesuai PSA sebelumnya yaitu PSA No. 32.
Menurut standar pengauditan, faktor yang membedakan kecurangan dan kekeliruan
adalah apakah tindakan yang mendasarinya, yang berakibat terjadinya salah saji dalam laporan
keuangan, berupa tindakan yang sengaja atau tidak disengaja (IAI, 2001).
Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, dan Audit Delay terhadap Penerimaan Op...Trisnadi Wijaya
Judul: Pengaruh Profitabilitas, Solvabilitas, dan Audit Delay terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2015-2017)
Penerbit: e-Jurnal Skripsi STIE MDP
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh manajemen laba, masa jabatan auditor, dan komisaris independen terhadap integritas laporan keuangan perusahaan sektor keuangan subsektor perbankan di Indonesia. Integritas laporan keuangan diukur menggunakan indeks konservatisme dengan rasio harga pasar terhadap nilai buku. Hasilnya menunjukkan manajemen laba berpengaruh negatif dan komisaris independen berpengaruh positif, sedangkan
Dokumen tersebut merupakan bab pendahuluan skripsi yang membahas latar belakang, perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur di BEI."
Accounting for Pensions and Postretirement Benefitsreskino1
After studying this chapter, you should be able to:
Discuss the fundamentals of pension plan accounting.
Use a worksheet for employer’s pension plan entries.
Explain the accounting for past service costs.
Explain the accounting for remeasurements.
Describe the requirements for reporting pension plans in financial statements.
Explain the accounting for other postretirement benefits.
Current Liabilities, Provisions, and Contingenciesreskino1
Current Liabilities,
Provisions, and Contingencies
After studying this chapter, you should be able to:
1. Describe the nature, valuation, and reporting of current liabilities.
2. Explain the accounting for different types of provisions.
3. Explain the accounting for loss and gain contingencies.
4. Indicate how to present and analyze liability-related information
After studying this chapter, you should be able to:
1. Discuss the characteristics, valuation, and amortization of intangible assets.
2. Describe the accounting for various types of intangible assets.
3. Explain the accounting issues for recording goodwill.
4. Identify impairment procedures and presentation requirements for intangible assets.
5. Describe the accounting and presentation for research and development and similar costs.
Describe depreciation concepts and methods of depreciation.
Identify other depreciation issues.
Explain the accounting issues related to asset impairment.
Discuss the accounting procedures for depletion of mineral resources.
Apply the accounting for revaluations.
Demonstrate how to report and analyze property, plant, equipment, and mineral resources.
Acquisition and Disposition of Property, Plant, and Equipmentreskino1
Identify property, plant, and equipment and its related costs.
Discuss the accounting problems associated with interest capitalization.
Explain accounting issues related to acquiring and valuing plant assets.
Describe the accounting treatment for costs subsequent to acquisition.
Describe the accounting treatment for the disposal of property, plant, and equipment.
Describe and apply the lower-of-cost-or-net realizable value rule.
Identify other inventory valuation issues.
Determine ending inventory by applying the gross profit method.
Determine ending inventory by applying the retail inventory method.
Explain how to report and analyze inventory.
Valuation of Inventories: A Cost-Basis Approachreskino1
Describe inventory classifications and different inventory systems.
Identify the goods and costs included in inventory.
Compare the cost flow assumptions used to account for inventories.
Determine the effects of inventory errors on the financial statements.
This study aims to examine the tendency of fraud to the perception of
external auditors triggered by the five components of pentagon fraud:
pressure, opportunity, arrogance, rationalization,and competence. In
addition, the morality of the individual is placed as an intervention
variable for this relationship. This is a quantitative study with a survey
of external auditors at the BPK in Jakarta. The intervention model for
the research framework was developed to investigate the role of
individual morality interference. The findings suggest that the five
components of the pentagon's fraud theory are not fully proven to be
fraud triggers in the perception of external auditors. Arrogance,
rationalization, and competence have proven to have a positive effect
on the perception of fraud tendencies, while pressure and opportunity
have a negative impact on the perception of fraud tendencies. Then
pressure, rationalization, and competence are shown to negatively
impact individual morality, while opportunity and arrogance positively
impact individual morality. In addition, 5 (five) variables in fraud
pentagon theory, namely pressure, opportunity, arrogance,
rationalization, and competence, are proven to prevent the perception of
fraud tendency. This can be explained because this study is the first
study to examine pentagon fraud in the context of behavior in the
environment of government external auditors, so the results cannot be
compared with previous studies that used proxies in financial
statements as predictors of fraud.
Wilson would make the following entry to record the estimated uncollectible accounts of $26,610 using the allowance method:
Bad Debt Expense 26,610
Allowance for Doubtful Accounts 26,610
This entry increases the Bad Debt Expense to record the estimated uncollectible amount and increases the contra-asset account Allowance for Doubtful Accounts to offset Accounts Receivable and report it at its net realizable value.
Accounting and the Time Value of Money
After studying this chapter, you should be able to:
Describe the fundamental concepts related to the time value of money.
Solve future and present value of 1 problems.
Solve future value of ordinary and annuity due problems.
Solve present value of ordinary and annuity due problems.
Solve present value problems related to deferred annuities, bonds, and expected cash flows.
The document provides an overview of the content and format of the income statement, including:
- The uses and limitations of an income statement in evaluating past performance and predicting future performance.
- The key components of an income statement including revenues, expenses, gains, losses, income from operations, and net income.
- How to report various income items such as unusual gains and losses, discontinued operations, and accounting changes.
- The learning objectives cover the income statement, related equity statements, and reporting accounting changes and errors.
The Accounting Information System
LEARNING OBJECTIVES
After studying this chapter, you should be able to:
Describe the basic accounting information system.
Record and summarize basic transactions.
Identify and prepare adjusting entries.
Prepare financial statements from the adjusted trial balance and prepare closing entries.
Prepare financial statements for a merchandising company.
Conceptual Framework for Financial Reportingreskino1
The document provides an overview of the conceptual framework for financial reporting under IFRS. It describes the objectives of the conceptual framework as establishing concepts that underlie financial reporting to ensure consistent standard-setting over time. The conceptual framework comprises three levels - the objectives of financial reporting, qualitative characteristics and elements of financial statements, and recognition, measurement and disclosure concepts. It identifies the key qualitative characteristics of accounting information as relevance and faithful representation. The basic elements of financial statements are defined as assets, liabilities, equity, income and expenses. The conceptual framework is based on assumptions of the going concern, monetary unit, and accrual concepts.
Intermediate Accounting Chapter 1 about Financial Reporting
and Accounting Standards
After studying this chapter, you should be able to:
Describe the growing importance of global financial markets and its relation to financial reporting.
Explain the objective of financial reporting.
Identify the major policy-setting bodies and their role in the standard-setting process.
Discuss the challenges facing financial reporting.
PERAN PEMODERASI KUALITAS AUDIT ATAS PENGARUH PERENCANAAN PAJAK DAN PAJAK TAN...reskino1
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh perencanaan pajak dan pajak tangguhan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2016-2018. Penelitian ini juga menggunakan variabel moderasi kualitas audit untuk mengetahui pengaruhnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perencanaan pajak berpengaruh positif terhadap manajemen laba dan kualitas audit d
Pengaruh Organizational Justice Dan Religiosity Terhadap Employee Fraud Denga...reskino1
Dokumen tersebut merupakan abstrak dari penelitian yang bertujuan untuk menguji pengaruh organizational justice dan religiosity terhadap employee fraud dengan dimediasi oleh whistleblowing intention. Penelitian ini menggunakan data primer dari 71 responden karyawan bank syariah di DKI Jakarta dan menganalisis data menggunakan Partial Least Square. Hasilnya menunjukkan religiosity berpengaruh signifikan terhadap whistleblowing intention, sedangkan organizational justice tidak. Whistleblowing intention berpen
STUDY OF FRAUD TENDENCY: THE ROLE OF UNETHICAL BEHAVIORS AS MEDIATIONreskino1
Islamic banking and Islamic insurance are institutions that are trusted by the public that play an important role in the economy that should uphold Islamic values. But in fact, there are still many cases of fraud that occur in Islamic banking and Islamic insurance. This study aims to examine the determinant factor fraud tendency with the role of unethical behavior as mediation. The sample used is the financial staff of Islamic banking and Islamic insurance in DKI Jakarta as many as 118 respondents. The data analysis method used in this research is Partial Least Square (PLS-SEM). The results of this study indicate that the implementation of good corporate governance (GCG) practice has a significant effect on unethical behavior, but conformity compensation does not have a significant effect on unethical behavior. Conformity compensation, implementation of GCG practice, and unethical behavior has a significant effect on the fraud tendency. Furthermore, the implementation of GCG practice has a significant effect on fraud tendency through unethical behavior, but conformity compensation has no significant effect on fraud tendency through unethical behavior.
ISLAMIC WORK ETHICS AND ORGANIZATIONAL JUSTICE IMPLEMENTATION IN REACHING ACC...reskino1
The topic of business ethics from Islamic perspective has become important for business currently. This paper investigates the influence of Islamic work ethics on organizational justice and its impact on accountants’ job satisfaction. A total of 202 accountants participated in this study from the Islamic finance industry in Indonesia. The analysis uses the AMOS 21 program as a tool to solve structural equation modeling problems. The results show that Islamic work ethics positively influence the two dimensions of organizational justice, which are procedural and interactive justice, but not on distributive justice. Moreover, all dimensions of organizational justice and Islamic work ethics were found to positively influence job satisfaction.
ISLAMIC WORK ETHICS AND ORGANIZATIONAL JUSTICE IMPLEMENTATION IN REACHING ACC...
MODEL PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE
1. Jurnal Akuntansi Multiparadigma
JAMAL
Volume 7
Nomor 2
Halaman 156-323
Malang, Agustus 2016
ISSN 2086-7603
e-ISSN 2089-5879
256
MODEL PENDETEKSIAN KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN
DENGAN ANALISIS FRAUD TRIANGLE
Reskino1)
Muhammad Fakhri Anshori2)
1)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Djuanda No. 95 a.Tangsel, Banten.
2)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jl. Djuanda No. 95 a.Tangsel, Banten.
e-mail: reskino@uinjkt.ac.id
Abstrak: Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan de
ngan
Analisis Fraud Triangle. Penelitian ini bertujuan untuk membuat model
dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Penelitian ini menguji
variabel fraud triangle dan auditor spesialis industri dengan kecuran-
gan laporan keuangan. Sampel penelitian adalah 30 perusahaan fraud
dan 30 perusahaan non-fraud yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI)
serta terkena sanksi dan kasus oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hasil
penelitian ini menunjukkan financial targets dapat mendeteksi kecuran-
gan laporan keuangan, sedangkan financial stabililty tidak dapat mende-
teksi kecurangan laporan keuangan.
Abstract: Financial Statement Fraud Detection Model with Fraud
Triangle Analysis. The research purposes is to create a model to detect
financial statement fraud. This research examines the variable of fraud
triangle and auditor industry specialization with financial statement fraud.
Samples were 30 companies of fraud and 30 non-fraud companies that
were listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) and sanctioned by the
Financial Services Authority (FSA). The result shows the financial targets
can be detect financial statement fraud, while financial stability can’t be
detect financial statement fraud.
Kata kunci: analisis fraud triangle, financial targets, financial stability,
auditor spesialis industri, kecurangan laporan keuangan.
Kecurangan (fraud) ialah suatu per-
buatan sengaja untuk menipu, membohongi
atau cara-cara yang tidak jujur untuk men-
gambil atau menghilangkan uang, harta,
hak yang sah milik orang lain baik karena
suatu tindakan atau dampak yang fatal
dari tindakan itu sendiri (Priantara 2013:5).
Kasus kecurangan merupakan salah satu
permasalahan yang banyak dihadapi oleh
negara-negara tidak hanya di negara maju.
Negara berkembang pun seperti Indonesia
juga mengalami banyak kasus pelanggaran.
Kasus pelanggaran emiten di pasar modal
merupakan salah satu permasalahan yang
kerap dihadapi oleh badan regulator di bi-
dang pasar modal (Sukirman dan Sari 2013).
Berdasarkan data yang dimiliki oleh OJK,
pada tahun 2011 – 2013 terdapat beberapa
perusahaan yang melakukan pelanggaran
dan terkena kasus yang berkaitan dengan
laporan keuangan dan pelanggaran lainnya.
Melihat beberapa tahun ke belakang, kasus
pelanggaran juga pernah terjadi di bebera-
pa negara dan merupakan kasus skandal
akuntansi terbesar. Beasley et al. (2010) me-
nyatakan Security and Exchange Commision
menuduh 347 perusahaan publik melaku-
kan penipuan selama sepuluh periode yaitu
antara tahun 1998-2007.
Kasus penipuan meningkat tajam dari
laporan COSO pada tahun 1999. Skandal
akuntansi utama terjadi pada awal tahun
2000-an dimana perusahaan besar terlibat
dalam fraud memberikan kontribusi hampir
120 miliar dolar dengan salah saji kumulatif
atau penyalahgunaan selama periode 10 ta-
hun. Salah satu skandal akuntansi terbesar
yang pernah terjadi di dunia adalah kasus
Satyam Computer Service India pada tahun
2009. Satyam Computer Service India me-
nyajikan laporan keuangan yang salah den-
gan melebihkan laba selama beberapa tahun
sekitar 1,04 miliar dolar AS, kecurangan ini
dilakukan dengan memalsukan accrued in-
Tanggal Masuk:
15 Maret 2016
Tanggal Revisi:
26 Juli 2016
Tanggal Diterima:
18 Agustus 2016
http://dx.doi.org/10.18202/jamal.2016.08.7020
2. 257 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 256-269
terest, understated liability, dan overstated
debtors (Priantara 2013:85). Tidak hanya di
luar negeri, di Indonesia kasus overstated
terbesar juga pernah terjadi yaitu dilakukan
oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) tahun
2005. PT KAI menyajikan laporan keuangan
yang salah dengan menyajikan laba sebesar
6,9 miliar rupiah, ketika perusahaan se-
dang mengalami kerugian sebesar 63 miliar
rupiah dimana hal tersebut diungkapkan
oleh komisaris PT KAI (Manao 2015). Selain
itu Association of Certified Fraud Examin-
ers (ACFE 2014) menyatakan berdasarkan
frekuensi tindakan kecurangan yang terjadi,
penyalahgunaan aset (aset misappropria-
tion) merupakan tindakan kecurangan yang
memiliki frekuensi tertinggi disusul oleh ko-
rupsi (corruption) dan yang terakhir adalah
kecurangan laporan keuangan (financial
statement fraud). Meskipun demikian, finan-
cial statement fraud adalah jenis kecuranga
atau fraud yang memiliki dampak kecurang
an yang paling merugikan.
Berdasarkan fenomena di atas, hal ini
merupakan fakta yang tidak baik bagi ling-
kungan industri, khususnya di Indonesia.
Untuk meminimalisasi terjadinya kecurang
an tersebut, penulis memandang dibutuh-
kan peran yang lebih oleh auditor selaku
pihak yang bertugas memastikan kewaja-
ran atas suatu laporan keuangan. Gul et al.
(2009) mengatakan bahwa auditor spesialis
industri memiliki kemungkinan lebih cer-
mat untuk mendeteksi kekeliruan dan pe-
nyimpangan terutama ditahun-tahun awal
penugasan audit. Audit
or spesialis biasanya
juga menyusun secara spesifik database
best practices industri, kesalahan dan risiko
suatu industri secara spesifik, serta trans-
aksi yang tidak biasa, yang semua itu bertu-
juan untuk meningkatkan efektivitas audit
(Krishnan 2003). Wilopo (2006) menyatakan
bahwa meski kecurangan akuntansi diduga
sudah merambah, namun di Indonesia be-
lum terdapat kajian teoritis dan empiris
secara komprehensif. Penelitian mengenai
pendeteksian kecurangan laporan keuangan
sebelumnya telah dilakukan oleh Chen dan
Elder (2007), Skousen et al. (2008), Antonia
(2008).
Penjabaran dari teori fraud triangle
adalah sebagai berikut: tekanan berasal dari
financial stability, external pressure, personal
financial needs, dan financial targets, kesem-
patan berasal dari nature of industry, inef-
fective monitoring, organizational structure,
internal control, dan rasionalisasi berkaitan
dengan adanya pengetahuan menajemen
tentang tindakan kecurangan. Hal tersebut
dapat berasal dari pengalaman di masa lalu
ataupun hubu
ngan yang tidak baik dengan
auditor. Penelitan ini dimaksudkan untuk
membuat model pendeteksian kecurangan
laporan keuangan dengan menggunakan
analisis audit fraud triangle.
METODE
Populasi penelitian ini adalah perusa-
haan yang terdaftar (listing) di Bursa Efek
Indonesia (BEI) yang terkena sanksi OJK
(Otoritas Jasa Keuangan) pada tahun 2011-
2013. Tahun 2011–2013 ini digunakan se-
bagai tahun penelitian karena berdasarkan
data yang dikeluarkan oleh Indonesian Com-
mercial Newletter (ICN), kalangan industri
manufaktur masih cukup besar walaupun
sektor ini akan menghadapi tantangan yang
cukup berat pada tahun 2012 salah satunya
adalah kenaikan bahan bakar minyak (BBM)
dan tarif dasar listrik yang banyak menen-
tukan daya saing hasil industri baik dipasar
domestik maupun pasar ekspor. Keadaan
ekonomi negara maju terutama Eropa yang
masih dililit krisis finansial juga menjadi an-
caman tambahan bagi pertumbuhan sektor
ini. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
mengambil data.
Metode yang digunakan peneliti dalam
pemilihan sampel penelitian adalah pur-
posive sampling dengan teknik judgement
sampling. Kriteria sampel perusahaan fraud
merupakan perusahaan yang terdaftar (list-
ing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan ter-
kena sanksi OJK pada tahun 2011-2013.
Sampel perusahaan fraud merupakan pe-
rusahaan yang melanggar peraturan Bape-
pam nomor IX.E.2 dan VII.G.7. Sampel pe-
rusahaan non-fraud merupakan perusahaan
yang tidak memiliki indikasi adanya fraud
dan jumlah aset dan penjualan yang seband-
ing atau hampir sama dengan perusahaan
fraud pada tahun 2011-2013 pada sektor in-
dustri yang sama. Perusahaan menerbitkan
laporan keuangan tahunan audited selama
periode 2011-2013. Perusahaan memiliki
komite audit independen dan Adanya akses
untuk mengunduh laporan keuangan peru-
sahaan audited.
Adapun model regresi dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
FRAUD = ß0
+ ß1
ACHANGE + ß2
ROA +
ß3
IND + ß4
AUDREPORT + ß5
SPEC + εi
3. Reskino, Anshori, Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan... 258
Keterangan:
ß0
= koefisien regresi konstanta
ß1,2,3,4,5
= koefisien regresi masing-
masing proksi
ACHANGE = persentase perubahan total
aset selama 2 tahun
ROA = rasio tingkat pengembalian
aset
IND = rasio komite independen
AUDREPORT = opini audit laporan ke
uangan
SPEC = auditor spesialis industri
εi = error
Fraud merupakan variabel dependen
dalam penelitian ini dengan menggunakan
dummy variabel yaitu 0 untuk perusahaan
non-fraud dan 1 untuk perusahan fraud.
Variabel independen dalam penelitian ini
adalah financial stability, financial targets,
ineffective monitoring, rationalizatoin, dan au-
ditor industry specialization. Varibel Dummy
digunakan dalam penelitian ini untuk mem-
bandingkan dua situasi perusahaan yang
fraud dan yang tidak fraud dengan melihat
pengaruh variabel independen ke dependen.
Financial stability adalah kecurangan
yang disebabkan oleh tekanan. Salah satu
jenisnya adalah stabilitas atau profitabilitas
keuangan yang terancam oleh kondisi eko-
nomi, industri, atau operasi entitas. Finan-
cial stability dalam penelitian ini diproksikan
dengan ACHANGE yang merupakan rasio
perubahan aset selama dua tahun sebelum
terjadinya fraud. Proksi ini telah banyak
dipakai oleh peneliti terdahulu di antaranya
Skousen et al. (2008), Martantya dan Dal-
jono (2013), Manurung dan Hadian (2013),
serta Yesiariani dan Rahayu (2016). Proksi
ini digunakan karena ACHANGE mengu-
kur perubahan aset dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Jika terjadi kenaikan
aset tahun ini dibandingkan dengan tahun
lalu, maka itu menunjukkan perusahaan ti-
dak mengalami tekanan stabilitas sehingga
dapat digunakan sebagai proksi untuk me-
lihat stabilitas keuangan dengan menggu-
nakan rumus sebagai berikut:
ACHANGE =
Total Aset t − Total Aset t−1
Total Aset t
Financial targets timbul disebabkan
perusahaan sering memasang target be-
saran tingkat laba yang harus diperoleh
oleh manajemen. Implikasinya hal tersebut
memicu timbulnya kecurangan yang dia-
kibatkan oleh tekanan untuk menghasil-
kan tingkat laba tersebut. Financial targets
dalam penelitian ini diproksikan dengan
ROA. Skousen et al. (2008), Anshar (2012),
Martantya (2013), dan Manurung dan Had-
ian (2013), serta Yesiariani dan Rahayu
(2016) menggunakan ROA sebagai proksi
dari variabel financial targets. ROA digunak-
an sebagai proksi karena diperoleh dari laba
bersih yang merupakan target keuangan
dari manajemen yang dibandingkan dengan
total aset sebagai dana kelolaan manajemen.
Proksi ini digunakan untuk mengukur target
pertumbuhan perusahaan dari laba. Sema-
kin besar laba bersih, maka tekanan terha-
dap keuangan semakin rendah. ROA meng-
gunakan rumus sebagai berikut:
ROA =
Net Income before extraordinary item t-1
Total Asset t
Ineffective monitoring adalah kecurang
an yang disebabkan oleh peluang. Salah sa-
tu jenisnya adalah pemantauan manajemen
yang tidak efektif berupa pengawasan oleh
pihak yang bertanggung jawab atas tata kelo-
la terhadap proses pelaporan keuangan dan
pengendalian intern yang tidak efektif (SPAP
2013:47), pada hal ini adalah dewan direksi
dan komite audit (SAS No. 99, 2002:46). Bea-
sley et al. (2010) dan Skousen et al. (2008)
mengamati kejadian fraud antara perusa-
haan yang memiliki komite audit. Ineffective
monitoring dalam penelitian ini diproksikan
dengan komite audit (IND) karena meng
ukur
seberapa efektif komite audit melakukan pe-
mantauan pada manajemen dengan melihat
jumlah komite audit independen dibanding-
kan total komite audit. Ineffective monitoring
diukur dengan jumlah anggota komite audit
independen. Hal ini disebabkan jika semakin
besar jumlah komite audit independen maka
pengawasan terhadap laporan keuangan
akan semakin tinggi sehingga laporan yang
dibuat oleh manajenemn dapat memberikan
gambaran yang sebenarnya. Skousen et al.
(2008), Beasley et al. (2010) serta Martantya
dan Daljono (2013) menggunakan proksi
ini untuk mengukur Ineffective monitoring.
Komite audit (IND) dapat diukur dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
IND =
Jumlah anggota komite audit independen
Jumlah total komite audit
Rationalization merupakan kecurang
an yang disebabkan oleh adanya indikasi
manajemen karena memiliki kepentingan
yang eksesif dalam menjaga atau mening-
4. 259 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 256-269
katkan harga saham atau tren laba entitas.
Upaya menjaga laba yang dimiliki memerlu-
kan treatment atau perlakuan tertentu agar
laba perusahaan menjadi terlihat bagus,
salah satunya menggunakan diskesionari
akrual dalam manajemen laba. Penggunaan
discresionary akrual menyebabkan suatu
perusahaan mungkin mendapatkan opini
quailified audit opinions atau wajar dengan
pengecualian (Skousen et al. 2008). Ratio-
nalization dalam penelitian ini diproksikan
dengan audit report dimana Skousen et
al. (2008) serta Sukirman dan Sari (2013)
menggunakan opini audit sebagai proksi
dari variabel rasionalisasi.
Auditor Industry Specialization adalah
auditor yang telah memenuhi syarat ter-
tentu yaitu menguasi pangsa pasar audit
dalam suatu industri tersebut. Balsam et al.
(2003) menggunakan industry market share
(menggunakan sales klien). Sebagai upaya
mengukur auditor spesialis industri, Neal
dan Riley (2004) menjelaskan bahwa audi-
tor spesialis industri dapat diukur meng-
gunakan pendekatan pangsa pasar (market
share approach), yaitu dimana auditor terse-
but memiliki pangsa pasar yang berbeda
dengan kompetitorya. Selanjutnya, Gul et al.
(2009), Sun dan Liu (2013), serta Siregar et
al. (2011) mengukur auditor spesialis indus-
tri menggunakan market share atau pangsa
pasar berdasarkan persentase tertinggi dari
total aset perusahaan yang diaudit dalam
suatu industri. Suatu KAP dikatakan spesi-
alis jika menguasai 20% atau lebih industry
market share (Rusmin 2010). Pada penelitian
ini peneliti menggunakan perbandingan aset
klien untuk mengukur auditor spesialis in-
dustri yang dapat dihitung berdasarkan ru-
mus sebagai berikut (Setiawan dan Fitriany
2011):
SPEC =
Jumlah klien KAP dalam industri
Jumlah emiten dalam industri
x
Rerata Aset Klien KAP dalam industri
Rerata Aset seluruh emiten dalam industri
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan uji beta
t non-paramertik, yaitu mann-whitney u
untuk menguji sampel penelitian, variabel
penelitian dan uji analisis diskriminan. Pada
sampel penelitian, tujuan uji mann-whitney
u adalah untuk memastikan bahwa sampel
perusahaan fraud dan non-fraud memiliki
karakteristik jumlah aset dan sales yang ti-
dak berbeda atau dapat dikatakan sama. Pa-
da variabel peneliti, tujuan uji mann-whitney
u adalah untuk menyeleksi variabel yang
dapat diuji dengan analisis diskriminan. Uji
analisis diskriminan adalah uji yang digu-
nakan untuk mendapatkan jawaban dari ru-
musan masalah dalam penelitian ini.
Data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah perusahaan listing Bursa Efek In-
donesia yang terkena sanksi Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) pada tahun 2011-2013. Pe-
rusahaan tersebut merupakan entitas yang
terkategori dalam pengelompokkan seluruh
industri di BEI. Peneliti mengambil sampel
sebanyak 30 perusahaan dari total 74 peru-
sahaan fraud yang terkena sanksi OJK yang
tersebar di semua industri. Terdapat 72
perusahaan merupakan perusahaan non-
sekuritas dan 61 di antaranya terdaftar atau
listing di BEI berdasarkan modal atau sa-
ham. Selanjutnya, peneliti menyeleksi kem-
bali jumlah tersebut dengan kriteria perusa-
haan yang melanggar peraturan Bapepam
LK No. VIII.G.7 dan IX.E.2 sehingga menyu-
sut menjadi 37 perusahaan. Berdasarkan
jumlah tersebut, terdapat 30 perusahaan
yang menerbitkan laporan keuangan dan ta-
hunannya di situs BEI atau situs resmi pe-
rusahaan. Dengan demikian, sampel 30 pe-
rusahaan fraud itulah yang digunakan oleh
peneliti dalam penelitian ini. Sampel dipilih
dengan metode purposive sampling dengan
judgment sampling. Tabel 1 menyajikan data
yang diperoleh peneliti dalam pengumpulan
data tersebut.
Berdasarkan pada Tabel 1, peneliti
menggunakan sampel pembanding peru-
sahaan fraud dengan non-fraud. Pemilihan
tersebut dilakukan dengan cara memilih
perusahaan yang berada pada industri atau
core-business yang sama berdasarkan jum-
lah aset dan penjualan yang hampir sama.
Tabel 2 menunjukkan data pembanding
kedua perusahaan.
Data di atas terdiri dari 30 perusahaan
fraud dan 30 perusahaan non-fraud sebagai
data pembanding agar penelitian ini bisa
dilakukan. Peneliti akan menguji sampel
tersebut untuk melihat apakah kedua sam-
pel memiliki ukuran yang sama. Hal terse-
but disebabkan jika ukuran berbeda, maka
sampel tidak dapat digunakan dalam pene-
litian ini.
Uji Mann-Whitney u. Tahap awal pada
pengujian data dalam penelitian ini adalah
menguji sampel dengan menggunakan uji
5. Reskino, Anshori, Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan... 260
mann-whitney u. Sebelum itu peneliti akan
melakukan uji normalitas terlebih dahulu.
Berdasarkan tabel 3, nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) adalah 0,000. Nilai 0,000 memberi-
kan makna bahwa data tidak terdistribusi
normal karena nilai signifikansi berada di
bawah 0,05. Oleh karena itu, statistik non
parametrik dapat digunakan untuk menguji
sampel. Selanjutnya, peneliti menggunakan
sampel penelitian yang sama yaitu terdiri
dari 30 perusahaan fraud dan 30 perusa-
haan non fraud. Semuanya diuji dengan
menggunakan uji beda non-parametrik atau
mann-whitney U untuk melihat karakteris-
tik perusahaan berdasarkan jumlah asets
dan sales.
Hasil uji mann-whitney u pada tabel 4
menunjukkan nilai signifikansi aset 0,636
dan sales 0,290 yang memiliki makna ti-
dak terdapat perbedaan signifikan di antara
sampel fraud dan non-fraud berdasarkan
ukuran perusahaan melalui jumlah aset
dan sales karena memiliki nilai signifikansi
diatas 0,05. Dengan demikian sampel dapat
digunakan dalam penelitian ini.
Berdasarkan hasil uji mann-whitney
u pada tabel 4, perusahaan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini memiliki kara-
kteristik asets dan sales yang sama. Penulis
menyimpulkan tidak terjadi perbedaan jarak
yang signifikan diantara kedua sampel pe-
rusahaan tersebut. Hal ini dapat dikatakan
perusahaan dapat dibandingkan dan digu-
nakan dalam penelitian ini.
Berikutnya, peneliti menguji variabel
independen dengan uji mann-whitney u. Se-
belumnya peneliti akan melakukan uji nor-
malitas terlebih dahulu.
Tabel 5 menunjukkan nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Nilai ini memi-
liki makna bahwa data tidak terdistribusi
normal karena nilai signifikansi berada di
bawah 0,05. Oleh karena itu, statistik non-
parametrik dapat digunakan untuk menguji
variabel independen.
Selanjutnya, pengujian dilakukan de
ngan menggunakan sampel yang sama dan
melakukan uji beda non-parametrik atau
mann-whitney u. Hal ini dilakukan untuk
melihat apakah ada perbedaan yang signifi-
kan di antara kedua sampel dari variabel
tersebut. Hasil uji dapat dilihat pada Tabel
6.
Nilai ACHANGE perusahaan fraud
memiliki perbedaan signifikan dengan non-
fraud. Hal ini terjadi karena memiliki nilai
signifikansi di bawah 0,05. Sebaliknya nilai
IND, AUDREPORT dan SPEC perusahaan
Tabel 1. Daftar Sampel Industri Sanksi dan Kasus OJK tahun 2011-2013
No Industri Jumlah
1 Agriculture 2
2 Mining 10
3 Basic Industry and Chemicals 13
4 Miscelleneous Industry 3
5 Consumer Goods Industry 1
6 Property, Real Estate and Building Construction 10
7 Infrastructure, Utilities, and Transportation 8
8 Finance 2
9 Trade, Service, and Invesment 13
10 Securities Company 2
11 Private Company 10
Total Perusahaan 74
Perusahaan non sekuritas 72
Perusahaan listing equity atau modal 61
Perusahaan sanksi VIII.G.7 dan IX.E.2 37
Perusahaan memiliki laporan keuangan audited 30
6. 261 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 256-269
fraud tidak berbeda signifikan dengan non-
fraud karena memiliki nilai signifikansi di
atas 0,05. Berdasarkan hasil ini, variabel
yang dapat diuji lebih lanjut dengan meng-
gunakan analisis diskriminan adalah proksi
ACHANGE dan ROA.
Nilai ACHANGE cenderung berbeda
antara perusahaan fraud dengan non-fraud.
Hal ini berarti terdapat perbedaan pertum-
buhan aset karena perusahaan fraud cend-
erung memiliki ACHANGE yang lebih rendah
dibandingkan non-fraud. Hal ini menunjuk-
kan kestabilan pada perusahaan fraud tidak
terjaga dan rentan terjadinya kecurangan.
Hal tersebut terjadi karena nilai ACHANGE
yang merupakan proksi dari variabel finan-
cial stability memiliki perbedaan yang signifi-
kan. Oleh karena itu proksi ini dapat diuji
lebih lanjut dengan menggunakan analisis
diskriminan.
Nilai ROA cenderung memiliki hasil
berbeda antara perusahaan fraud dengan
non-fraud. Hal ini berarti terdapat kebijakan
akuntansi yang berbeda atau perbedaan ke-
mampuan antara perusahaan fraud dan non-
fraud. Sedangkan nilai IND atau persentase
komite audit independen cenderung sama
antara perusahaan fraud dengan non-fraud.
Hal ini berarti setiap perusahaan telah me-
matuhi peraturan tentang komposisi komite
audit, yang salah satu syaratnya diwajibkan
memiliki komite audit independen. Hal terse-
but terjadi karena nilai IND yang merupakan
proksi dari variabel ineffective monitoring
tidak memiliki perbedaan signifikan. Oleh
karena itu proksi ini tidak dapat di uji lebih
lanjut dengan menggunakan analisis dis-
kriminan. Skousen et al. (2008) dan Beasley
et al. (2010) menemukan adanya pengaruh
efektivitas pengawasan terhadap kemung-
kinan kecurangan. Selain itu Kusumawar
Tabel 2. Daftar Sampel Industri Sanksi dan Kasus OJK tahun 2011-2013
No Industry
Fraud Non Fraud
Aset Sales Aset Sales
1 Agriculture 1213 25 2241 682
2 Mining 19924 11890 23831 19850
3 Basic Industry and Chemicals 17590 20726 4002 4509
4 Miscellaneous Industry 1874 1004 2377 2270
5 Property, Real Estate and Building
Construction
2865 467 2503 430
6 Infrastructure, Utilities, and
Transportation
2273 658 3081 2906
7 Finance 2442 210 3382 1124
8 Trade, Service, and Invesment 24845 2940 24869 20857
Total 73026 37920 66286 52628
Sumber: Data sekunder yang diolah
Tabel 3. Uji Normalitas Sampel (One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test)
Unstandardized
Residual
N
Normal
Parametersa,b
Most Extreme Differences
Test Statistic
Asymp. Sig. (2-tailed)
Mean
Std.Deviation
Absolute
Positive
Negative
60
,0000000
,49905374
,302
,262
-,302
,302
,000
Sumber: Output SPSS
7. Reskino, Anshori, Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan... 262
dhani (2012) menemukan bahwa Ineffective
monitoring berpengaruh signifikan terhadap
earning management dengan memproksi-
kannya dengan BDOUT. BDOUT dihitung
dengan jumlah dewan komisaris independen
dibagi dengan total dewan komisaris. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa variabel
ineffective monitoring akan membantu audi-
tor dalam pendeteksian financial statement
fraud. Ineffective monitoring berpengaruh
negatif terhadap earning management.
Nilai AUDREPORT atau laporan auditor
independen yang mendapatkan opini wajar
tanpa pengecualian berdasarkan hasil peng
ujian di atas cenderung sama antara peru-
sahaan fraud dengan non-fraud. Hal ini be-
rarti setiap perusahaan yang mendapatkan
opini wajar tanpa pengecualian tidak selalu
dikategorikan bersih karena hal tersebut
hanya sebatas wajar dalam penyajian bu-
kan memiliki kebenaran absolut. Hal terse-
but dikarenakan karena nilai AUDREPORT
yang merupakan proksi dari variabel ratio-
nalization tidak memiliki perbedaan signifi-
kan. Oleh karena itu, proksi ini tidak dapat
diuji lebih lanjut dengan menggunakan uji
analisis diskriminan. Konsisten dengan
studi sebelumnya, Aghghaleh et al. (2014)
menyatakan keterbatasan dalam penelitian
mereka yang menemukan ketidakmampuan
mengidentifikasi proxy yang tepat untuk ra-
sionalisasi berdasarkan SAS No.99. Mereka
juga mencatat kesulitan yang terkait dengan
mengisolasi karakteristik yang digunakan
sebagai indikator rasionalisasi.
Nilai SPEC atau auditor spesialis cen-
derung sama antara perusahaan fraud de
ngan non-fraud. Hal ini berarti setiap auditor
memiliki kemampuan yang sama walaupun
spesialis industri. Hal tersebut dikarenakan
perusahaan yang diaudit oelh auditor spe-
sialis industri tetap tergolong perusahaan
fraud yang terkena sanksi dan kasus OJK.
Nilai SPEC yang merupakan proksi dari
variabel industry specialization tidak memi-
liki perbedaan nilai yang signifikan maka
proksi ini tidak dapat di uji lebih lanjut de
ngan menggunakan uji analisis diskriminan.
Selanjutnya analisis diskriminan digunakan
untuk menguji hipotesis penelitian. Variabel
Tabel 4. Uji Mann-Whitney U Aset dan Sales (Test Statistics)
Aset Sales
Mann Whitney U 418,000 378,500
Wilcoxon W 883,000 843,500
Z -,473 -1,057
Asymp. Sig. (2-tailed) ,636 ,290
Sumber: Output SPSS
Tabel 5. Uji Normalitas Variabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal
Parametersa,b
Mean
Std.Deviation
Most Extreme
Differences
Absolute
Test Statistic
Positive
Negative
Asymp. Sig.
(2 tailed)
60
,0000000
,47954291
,246
,246
-,230
,246
,000
Sumber: Output SPSS
8. 263 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 256-269
yang dapat diuji dengan analisis diskriminan
yaitu variabel yang telah lolos uji mann-whit-
ney u. Terdapat beberapa tahapan dalam
pengujian dengan menggunakan analisis
diskriminan.
Test of equality of group means. Ini
adalah tahap awal pengujian variabel yang
menggunakan analisis diskriminan. Tahap
ini akan menguji apakah means diantara
kedua variabel independen memiliki perbe-
daan yang signifikan.
Hasil Tabel 7 menunjukkan nilai
ACHANGE yang merupakan proksi dari vari-
able Financial Stability menunjukkan tidak
memiliki perbedaan yang signifikan karena
memiliki nilai signifikansi diatas 0,05. Seba-
liknya ROA memiliki perbedaaan signifikan
karena memiliki nilai signifikansi dibawah
0,05.
Wilks’ lambda. Hasil uji beda di atas
juga dapat dibuktikan dengan melihat nilai
wilk’s lambda dan menentukan ada tidak
nya perbedaan mean dicriminants score di
antara kedua sampel yang mendukung uji
test of equality of group means.
Pengujian memperoleh nilai signifi-
kansi sebesar 0,018 yang berarti nilai mean
score diskriminan diantara kedua kelompok
memiliki perbedaan signifikan. Nilai di atas
berarti ROA dapat mengidentifikasi peru-
sahaan fraud dan non-fraud. Hal ini terjadi
karena nilai ROA kedua perusahaan terse-
but memiliki perbedaan yang signifikan. Hal
ini juga menjelaskan bahwa hasil pengujian
hipotesis pada uji test of equality of group
means hasilnya benar signifikan, karena
wilks’ Lambda mendukung hasil signifikansi
tersebut. Hal tersebut terjadi karena hanya
ada satu variabel yang signifikan, maka nilai
signifikansi pada uji ini sama dengan test of
equality of group means.
Elgenvalues. Hasil berikut akan
menunjukkan seberapa besar variabel
dependen dapat dijelaskan oleh variabel
independen.
Nilai canonical correlation sebesar 0,304
atau besarnya square canonical correlation
(CR2
) sebesar 0,0924 memiliki makna bah-
wa 9% variasi antara kelompok perusahaan
fraud dan non-fraud dapat dijelaskan oleh
variabel diskriminan rasio ROA sedangkan
91% yang lain dijelaskan oleh variabel lain di
luar model ini. Hal tersebut terjadi karena di
luar model ini masih terdapat kemungkinan
variabel lain yang dapat mengidentifikasi
sampel seperti financial stability.
Canonical discriminant function
coefficients. Analisis diskriminan ini akan
menghasilkan suatu koefisien yang mem-
bentuk fungsi diskriminan.
Tabel 10 menyajikan persamaan esti-
masi fungsi diskriminan unstandarized yang
dapat dilihat dari output canonical discrimi-
nant function coefficients dengan hasil se
bagai berikut: Z = -0,153 + 7,271 ROA. Hasil
ini dapat digunakan untuk mendapatkan ni-
lai diskriminan yang akan menentukan sam-
pel yang masuk ke dalam kelompok perusa-
haan fraud atau non-fraud. Hal ini dilakukan
dengan memasukkan nilai ROA perusahaan
dengan melihat hasil casewise result.
Tabel 6. Uji Mann-Whitney U Variabel Independen
ACHANGE ROA IND AUDREPORT SPEC
Mann-Whitney U 296,500 5,500 434,000 405,000 450,000
Wilcoxon W 761,500 700,500 899,000 870,000 915,000
Z -2,270 -3,171 -,626 -1,076 ,000
Asymp. Sig. (2-tailed) ,023 ,002 ,531 ,282 1,000
Sumber: Output SPSS
Tabel 7. Hasil Test of Equality of Group Means
Wilks’ Lambda F df1 df2 Sig.
ACHANGE ,958 2,569 1 58 ,114
ROA ,908 5,892 1 58 ,018
Sumber: output SPSS
9. Reskino, Anshori, Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan... 264
Functions at group centroids. Ha-
sil dari analisis diskriminan ini juga akan
menghasilkan suatu fungsi untuk menentu-
kan score cut off atau batas sampel masuk
ke dalam kelompok fraud atau non-fraud.
Tabel 11 menunjukkan nilai fungsi pe-
rusahan non-fraud dan fraud masing-masing
sebesar 0,313 dan -0,313. Selanjutnya nilai
score cut off dapat dihitung dengan menggu-
nakan rumus berikut:
score cut off = 0
Maka, berdasarkan nilai tersebut dapat di
simpulkan, jika:
a. nilai > 0, maka perusahaan masuk ke-
lompok perusahaan fraud.
b. nilai < 0, maka perusahaan masuk ke-
lompok persahaan non-fraud.
Classification result. Bagian terakhir
dari analisis diskriminan adalah pengkla-
sifikasian kelompok. Hasil ini akan menun-
jukkan seberapa tepat pengklasifikasian
kelompok tersebut berdasarkan variabel
independen.
Tabel 12 menunjukkan bahwa analisis
diskriminan mampu menentukan sampel
sebesar 24 perusahaan masuk kategori non-
fraud dan 19 perusahaan masuk kategori
fraud. Klasifikasi tersebut dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
Percentage classification = x 100% = 71,66%
Hal ini menunjukkan bahwa model dapat
mengidentifikasi sampel dan dapat mengkla-
sifikasikannya dengan ketetapan yang tinggi
yaitu sebesar 71,66%.
Financial stability dengan kecurang
an laporan keuangan. Hasil uji signifikansi
yang dilakukan dengan analisis diskrimi-
nan menunjukkan variabel financial stabil-
ity yang diproksikan dengan change in asets
atau ACHANGE memiliki tingkat signifikansi
sebesar 0,114. Meskipun pada tahap awal
pengujian beda antar variabel menunjuk-
kan perbedaan yang signifikan tetapi varia-
bel tidak mampu membedakan kedua pe-
rusahaan tersebut. Hal ini menunjukkan
setiap perusahaan memiliki kecenderungan
pertumbuhan aset yang sama, walaupun
perusahaan fraud memiliki nilai yang lebih
rendah.
Merujuk hasil pengujian dalam pene-
litian ini, nilai perubahan aset yang dimil-
iki oleh perusahaan fraud dan non-fraud
cenderung sama. Ini menunjukkan bahwa
variabel financial stability tidak dapat mem-
bantu auditor dalam pendeteksian financial
statement fraud. Apabila stabilitas perekono-
mian perusahaan kurang baik, maka tingkat
financial statement fraud akan meningkat.
Tinggi rendahnya stabilitas keuangan pe-
rusahaan tidak menyebabkan manajemen
otomatis akan melakukan kecurangan un-
tuk meningkatkan stabilitas perusahaan.
Rasio perubahan aset merupakan analisis
yang biasa digunakan untuk melihat stabili-
tas keuangan perusahaan. Nilai dari rasio
tersebut ternyata tidak dapat menjadi acuan
suatu perusahaan dalam melakukan fraud.
Hal ini terjadi karena ada faktor lain yang
dapat memengaruhi stabilitas keuangan pe-
rusahaan selain dari dalam perusahaan. Pa-
da kasus perusahaan mengalami pertumbu-
han industri di bawah rata-rata, manajemen
sangat mungkin menggunakan manipu-
lasi laporan keuangan untuk mening
katkan
tampilan perusahaan (Skousen et al. 2008).
Selain itu salah satu faktor yang memenga-
ruhi stabilitas keuangan adalah lingkungan
bisnis. Umumnya, perusahaan yang me-
miliki bisnis berskala menengah ke bawah
tidak mempunyai teknologi canggih yang
dapat menyimpan seluruh database aset pe-
rusahaan dengan rapi. Oleh karena itu, para
Tabel 8. Hasil Wilks’ Lambda_
Test of Function(s) Wilks’ Lambda Chi-square Df Sig.
1 ,908 5,563 1 ,018
Sumber: ouput SPSS
Tabel 9. Hasil Elgenvalues
Function Eigenvalue % of Variance Cumulative %
Canonical
Correlation
1 ,102a 100,0 100,0 ,304
10. 265 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 256-269
pelaku akan mudah meretas masuk dalam
sistem akuntansi perusahaan tersebut.
Lingkungan bisnis meliputi faktor-faktor di-
luar perusahaan yang dapat menimbulkan
peluang atau ancaman (Wispandono 2010).
Hal ini dapat saja terjadi saat perusahaan
memiliki stabilitas keuangan yang rendah,
namun entitas sejenis di industri yang sama
juga memiliki stabilitas yang rendah. Hal
ini tidak menjadi kekhawatiran manajemen
akan kehilangan investor karena kondisi ini
juga dialami oleh pesaing mereka.
Hasil pengujian tersebut juga me-
nyatakan bahwa variabel financial stability
tidak mampu mengidentifikasi perusahaan
yang termasuk dalam kategori fraud dan
non-fraud. Variabel financial stability dalam
penelitian ini disimpulkan tidak dapat men-
deteksi kecurangan laporan keuangan.
Temuan ini mendukung penelitian yang di-
lakukan oleh Ratmono et al. (2013), Listiana
(2012) serta Yesiariani dan Rahayu (2016).
Listiana (2012) menemukan bahwa financial
stability yang diproksikan dengan ACHANGE
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap
kecurangan laporan keuangan. ACHANGE
tidak berpengaruh signifikan terhadap fi-
nancial statement fraud yang diproksikan
dengan earning management. Menurut Listi-
ana (2012), hal ini dapat terjadi karena para
manajer tidak serta merta akan memanipu-
lasi laporan keuangan. meskipun demikian
kemungkinan ini bertentangan dengan pene-
litian yang meningkatkan prospek perusa-
haan ketika rata-rata pertumbuh
an berada
di bawah industri, seperti yang diungkapkan
oleh Skousen et al. (2008). Hal tersebut jus-
tru akan memperparah kondisi keuangan
perusahaan di masa yang akan datang. Ma-
nipulasi laba menyebabkan lapor
an keuang
an tidak mencerminkan kondisi perusahaan
yang sebenarnya. Keadaan demikian justru
mempersulit perusahaan untuk mendapat-
kan bantuan dana atau investasi dari pihak
eksternal maupun internal untuk menyela-
matkan mereka ketika terancam oleh kondisi
ekonomi global. Akhirnya, perusahaan akan
sulit untuk berembang dan menjadikan sta-
bilitas semakin buruk di masa depan.
Yesiariani dan Rahayu (2016) me
nemukan ACHANGE tidak berpengaruh
positif signifikan terhadap risiko terjadinya
financial statement fraud. Hal ini disebab-
kan perusahaan kemungkinan mempunyai
tingkat pengawasan sangat baik oleh Dewan
Komisaris untuk memonitor dan mengenda-
likan tindakan manajemen. Sehingga, mena-
jemen menghadapi tekanan ketika stabilitas
keuangan terancam oleh keadaaan ekonomi,
industri dan situasi entitas.
Hasil penelitian ini tidak sejalan de
ngan temuan Skousen et al. (2008), Manu-
rung dan Hadian (2013), Kusumawardhani
(2012), serta Oktaviani et al. (2014) yang
menunjukkan adanya hubungan positif an-
tara financial stability dengan kecurangan
laporan keuangan. Kusumawardhani (2012)
menyatakan variabel financial stability akan
membantu auditor dalam pendeteksian fi-
nancial statement fraud. Apabila stabilitas
perekonomian perusahaan kurang baik,
maka tingkat financial statement fraud akan
meningkat. Financial stability berpengaruh
negatif terhadap earning management. Arti
Tabel 10. Hasil Function Coefficients
Function
1
ROA 7,271
(Constant) -,153
Sumber: output SPSS
Tabel 11. Hasil Function at Group Centroids
Perusahaan
Function
1
Non-Fraud ,313
Fraud -,313
Sumber: output SPSS
11. Reskino, Anshori, Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan... 266
nya setiap kenaikan 1 satuan financial stabil-
ity akan diikuti penurunan earning manage-
ment sebesar 6,040 satuan. Hasil ini sesuai
dengan teori yang mengemukakan bahwa
ketika stabilitas keuangan atau profitabili-
tas baik, maka perusahaan tidak mungkin
memanipulasi laba.
Financial targets dengan kecurang
an laporan keuangan. Hasil uji signifikansi
yang dilakukan dengan analisis diskrimi-
nan menunjukkan variabel financial targets
memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,018.
Hal ini berarti terdapat motif yang berbeda
diantara kedua perusahaan tersebut. Pe-
rusahaan fraud cenderung memiliki ROA
yang lebih rendah dibandingkan non-fraud.
Kondisi demikian akan memberikan tun-
tutan kepada manajemen untuk mencapai
target laba yang setidaknya sama dengan
perolehan tahun sebelumnya. Sehingga,
manajemen terpacu untuk melakukan
suatu tindak kecurangan laporan keuangan
(Martantya dan Daljono 2013). Selanjutnya,
menurut Anshar (2012), kecurangan pelapo-
ran keuang
an sering digunakan oleh peru-
sahaan dalam kondisi krisis finansial dan
dimotivasi oleh oportunisme yang salah arah
(misguided opportunism). Kecurangan mun-
cul karena adanya krisis yang dialami oleh
suatu perusahaan.
Hasil pengujian dalam penelitian ini
menemukan bahwa perusahan yang melaku-
kan fraud memiliki nilai ROA rendah karena
rendahnya laba yang dapat dihasilkan. Hal
ini dapat mengakibatkan manajemen harus
bekerja lebih keras agar dapat memperbaiki
kondisi keuangan perusahaan yang sedang
tidak sehat. Hal tersebut terjadi karena salah
satu indikator dalam menilai kinerja suatu
perusahaan adalah dari nilai rasio profitabil-
itasnya atau ROA (Antari dan Dana 2012).
Motif-motif seperti inilah yang menyebabkan
adanya tekanan yang dihadapi manajemen
dalam menjalankan tugasnya. Di satu sisi
manajemen harus membuat perusahaan be-
rada dalam kondisi keuangan yang bagus. Di
sisi lain manajemen juga tetap pada koridor
peraturan yang ada agar terciptanya Good
Corporate Governance (GCG). Oleh karena
itu, manajemen akan melakukan manipulasi
terhadap kebijakan akuntansi, dan laporan
keuangan serta membuat seminimal mung-
kin manipulasi tersebut dapat disembu
nyikan dan tidak terdeteksi oleh auditor.
Berdasarkan hasil pengujian di atas,
variabel financial targets yang diproksikan
dengan ROA mampu mengidentifikasi peru-
sahaan yang termasuk dalam kategori fraud
dan non-fraud. Oleh karena itu, variabel fi-
nancial targets disimpulkan dapat mende-
teksi kecurangan laporan keuangan. Perole-
han laba perusahaan yang sesuai dengan
target memicu perhatian para investor. Hal
ini akan mengakibatkan bereaksinya pihak
manajemen perusahaan untuk melakukan
kecurangan. Pihak manajemen perusahaan
akan berusaha mengelola labanya sehingga
laporan keuangan disajikan secara tidak wa-
jar apabila laba yang dihasilkan rendah.
Temuan ini mendukung penelitian Mar-
tantya dan Daljono (2013). Mereka menemu-
kan perusahaan yang melakukan kecuran-
gan cenderung memiliki ROA lebih rendah
dibandingkan dengan perusahaan yang ti-
dak melakukan kecurangan. Pada penelitian
lain, Anshar (2012) juga menemukan bahwa
profitabilitas berpengaruh negatif terhadap
kecurangan laporan keuangan. Perusahaan
yang memiliki laba besar mungkin melaku-
kan manajemen laba. ROA tahun sebe
lumnya yang tinggi menunjukkan tingginya
profitabilitas perusahaan dan menjadikan
target perolehan laba pada tahun berikut-
nya juga demikian. Kondisi demikian mem-
Tabel 12. Hasil klasifikasi
Perusahaan
Predicted Group Membership
Total
Non-Fraud Fraud
Original Count Non-Fraud 24 6 30
Fraud 11 19 30
%
Non-Fraud 80,0 20,0 100,0
Fraud 36,7 63,3 100,0
Sumber: output SPSS
12. 267 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 256-269
berikan tuntutan kepada manajemen untuk
mencapai target laba yang setidaknya sama
dengan laba yang diperoleh tahun sebelum-
nya. Kondisi demikian menjadikan manaje-
men terpacu untuk melakukan suatu tindak
financial statement fraud.
Manurung dan Hadian (2013) juga
menemukan bahwa financial target yang di-
proksikan dengan ROA mempunyai penga-
ruh positif terhadap fiancial statement fraud.
Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Oktaviani et al. (2014) ten-
tang pengaruh tiga variabel pressure (aset
growth, sales growth, return on Aset) dan dua
variabel opportunity. Mereka menemukan
hasil bahwa variabel tersebut secara signifi-
kan dapat memprediksi financial statement
fraud. Oktaviani et al. (2014) menyarankan
bahwa perusahaan fokus pada faktor-faktor
spesifik yang rentan dengan penipuan, teru-
tama mengencangkan peraturan pemerin-
tah, misalnya meningkatkan pengawasan
pada kegiatan operasional dengan meme
riksa akun tertentu secara random. Peme
rintah melalui OJK perlu mengambil peran
aktif dalam merumuskan kebijakan, per-
aturan, dan standar dalam upaya untuk
mempersempit peluang penipuan. OJK bisa
mengurangi tekanan dan peluang motivasi
perusahaan dalam melakukan penipuan
dengan mewajibkan memiliki whistleblowing
policy (WBP) berdasarkan regulasi No. X.K.
6 lampiran keputusan ketua OJK: Kep-431/
BL/2012 pada tanggal 1 Agustus 2012 ten-
tang pengajuan laporan tahunan atau pe-
rusahaan yang terdaftar. OJK mendukung
untuk mengencangkan peraturan ini demi
meningkatkan kaulitas keterbukaan infor-
masi laporan tahunan perusahaan.
Hasil penelitian ini tidak sejalan de
ngan temuan Skousen et al. (2008), Sukir-
man dan Sari (2013), serta Yesiariani dan
Rahayu (2016). Variabel fiancial target tidak
mampu mendeteksi kecurangan terhadap
laporan keuangan. Yesiariani dan rahayu
(2016) menyatakan hal ini berarti karena ra-
sio ROA yang digunakan di dalam penelitian
ini digunakan untuk tujuan jangka pendek.
Padahal, manajer juga harus memikirkan
program jangka panjang agar dapat mening
katkan keuntungan perusahaan secara
keseluruhan. Kebanyakan tujuan jangka
pendek perusahaan seringkali kurang bisa
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan
secara kesuluruhan, oleh karena itu perusa-
haan harus mengkaji ulang apakah tujuan
yang dibuatnya bisa menghasilkan keun-
tungan secara keseluruhan atau tidak guna
keberlangsungan.
SIMPULAN
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifi-
kan dengan perusahaan non-fraud. Hal ini
berarti variabel financial stability tidak bisa
membuktikan kecurangan laporan keuang
an. Artinya variabel stabilitas keuang
an
belum menjadi indikator untuk menentu-
kan kecuangan dalam laporan keuangan.
Variabel financial stability dalam penelitian
ini tidak dapat mendukung hasil penelitian
Kusumawardhani (2012) dan Skousen et
al. (2008). Akan tetapi hasil penelitian ini
mendukung penelitian Ratmono et al. (2013)
serta Sukirman dan Sari (2013) yang tidak
menemukan pengaruh signifikan antara fi-
nancial stability terhadap kecurangan lapo-
ran keuangan.
Financial targets pada perusahaan
fraud memiliki perbedaan yang signifikan
dengan perusahaan non-fraud. Hal ini ber
arti financial targets dapat mendeteksi ke-
curangan laporan keuangan. Hasil penelitian
ini mendukung temuan Anshar (2012) dan
Martantya dan Daljono (2013) yang mene
mukan pengaruh yang signifikan financial
targets terhadap kecurangan laporan keuan-
gan. Namun hasil ini tidak mendukung hasil
penelitian Skousen et al. (2008) Sukirman
dan Sari (2013).
Penelitian ini mempunyai sejumlah ke
terbatasan. Pertama, fraud biasa
nya sulit
untuk dideteksi oleh faktor-faktor tidak lang-
sung, sehingga penelitian ini hanya meng-
gunakan variabel proxy untuk mengukur
financial stability, financial target, ine
ffective
monitoring, rationalization dan auditor in-
dustry specialization untuk menye
lesaikan
model terbaik. Peneliti menurunkan faktor
ineffective monitoring, rationalization dan au-
ditor industry specialization. Kedua, untuk
mensiasati distribusi kecurangan pelaporan
keuangan berbeda untuk perusahaan kecil
dan besar. Sampel peneliti terbatas untuk
perusahaan yang terdaftar BEI.
Berdasarkan model yang ditawarkan
tersebut setelah diuji dengan analisis dis-
kriminan hanya Financial Target yang di-
proksikan dengan ROA yang bisa dijadikan
model dalam mendeteksi kecurangan dalam
laporan keuangan. Penelitian di masa men-
datang diharapkan dapat menyajikan hasil
lebih baik dengan adanya beberapa masuk
an. Penelitian selanjutnya disarankan untuk
13. Reskino, Anshori, Model Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan dengan... 268
menambah sampel penelitian perusahaan
fraud menjadi lebih banyak dan periode
peng
amatan penelitian yang lebih lama, an-
tara 5 sampai 10 tahun. Penelitian di men-
datang diharapkan dapat menggunakan
internal kontrol sebagai proksi dari varia-
bel opportunity karena belum banyak yang
menggunakan untuk data sekunder. Peneli-
tian lain juga bisa mencari proksi lain untuk
variabel rationalization. Selain itu peneliti
lain sebaik
nya mendapatkan data perusa-
haan yang terkena kasus setiap tahun mini-
mal 2 tahun untuk mendapatkan hasil yang
lebih baik.
DAFTAR RUJUKAN
Aghghaleh, S.F., T.M. Iskandar, Z.M. Mo-
hamed. 2014. “Fraud Risk Factors of
Fraud Triangle and the Likelihood of
Fraud Occurrence: Evidence from Ma-
laysia”. Information Management and
Business Review, Vol. 6, No. 1, hlm 1-7.
American Institue of Certified Public Accoun-
tants (AICPA). 2002. Statement of Au-
diting Standard No. 99.
American Institue of Certified Public Ac-
countants (AICPA). 2011. Statement of
Auditing Standard No. 73 (AU Section
336).
Anshar, M. 2012. Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Kecurangan Pel-
aporan Keuangan pada Perusahaan
Publik di Indonesia. Diunduh 30 Agus-
tus 2016. <http://sibukkerjatugas.
files. wordpress .com/2011/12/anali-
sis-faktor-faktor>.
Antari, D.A.P.P dan I.M. Dana. 2013. “Pen-
garuh Struktur Modal, Kepemilikan
Manajerial dan Kinerja Keuangan ter-
hadap Nilai Perusahaan.”Jurnal Mana-
jemen dan Kewirausahaan, Vol. 2, No.
3, hlm 274-288.
Antonia, E. 2008. Analisis Pengaruh Repu-
tasi Auditor, Proporsi Dewan Komisa-
ris Independen, Leverage, Kepemilikan
Manajerial dan Proporsi Komite Au-
dit Independen terhadap Manajemen
Laba. Diunduh 30 Agustus <http://
eprints.undip.ac.id>.
Association of Certified Public Accountans
(ACFE). 2014. Fraud Examiners Manual
(International Edition). New York.
Association of Certified Fraud Examiners
(ACFE). 2000. ACFE Reports The Na-
tions 2000.
Balsam, S., J. Krishnan dan J.S. Yang. 2003.
“Auditor Industry Specialization and
Earnings Quality”. Auditing: A Journal
of Practice dan Theory, Vol. 22, No. 2,
hlm 1–5.
Beasley, M.S., J.V. Carcello, D.R. Herman-
son, dan T.L. Neal. 2010. “Fraudulent
Financial reporting 1998–2007, an
Analysis of U.S. Public Companies”.
Committee of Sponsoring Organizations
of the Treadway Commission. Univer-
sity of Tennessee.
Chen, K., dan R.J. Elder. 2007. Fraud Risk
Factors and the Likelohood of Fraudu-
lent Financial Reporting Evidence from
Statement on Auditing Standards No.
43 in Taiwan. Diunduh 30 Agustus
2016. <https://www.researchgate.net/
publication>.
Gul, F.F dan B.S.Y.K. Jaggi. 2009. Earnings
Quality: Some Evidence on the Role of
Auditor Tenure and Auditors’ Industry
Expertise. Diunduh 30 Agustus 2016
<Farsiarticles.com>.
Krishnan, G.V. 2003. “Does Big 6 Auditor
Industry Expertise Constrain Earnings
Management”? Accounting Horizons.
Supplement, hlm 1-16.
Kusumawardhani, P. 2012. Deteksi Financial
Statement Fraud dengan Analisis Fraud
Triangle Pada Perusahaan Perbankan
yang Terdaftar di BEI. Diunduh 30
Agustus 2016. <file:///Users/reskino/
Downloads/2295-4095-1-SM%20(1).
pdf>.
Listiana, L. dan T.P. Susilo. 2012. Fak-
tor- Faktor yang Mempengaruhi Re-
porting Lag Perusahaan. Diunduh 30
Agustus 2016. http://journal.bakrie.
ac.id/index.php/journal_MRA/article/
view/47.
Manurung, D.T.H., dan N. Hadian. 2013.
“Detection Fraud of Financial State-
ment with Fraud Triangle”. Proceedings
of 23rd
International Business Research
Conference, hlm 1-18.
Martantya dan Daljono. 2013. “Pendeteksian
Kecurangan Laporan Keuangan Melalui
Faktor Risiko Tekanan dan Peluang
(Studi Kasus pada Perusahaan yang
Mendapat Sanksi dari Bapepam Peri-
ode 2002-2006)”. Diponegoro Jounal of
Accounting, Vol. 2, No. 2, hlm 1 – 12.
Manao, H. 2015. Laporan Keuangan Kere-
ta Api Diduga Salah. Diunduh 1 April
2015 <http://www.tempo.co/read/
news /2006 /08/07/ 05681332/Lapo-
ran-Keuangan-Kereta-Api-Diduga-
Salah>
14. 269 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 7, Nomor 2, Agustus 2016, Hlm. 256-269
Neal T., and R. Riley. 2004. “Auditor Indus-
try Specialist Research Design”. Audit-
ing: A Journal of Practice and Theory,
Vol. 23, No. 2, hlm 166-177.
Oktaviani, E., G. Karyawati, dan N. Arsy-
ad. 2014. “Factors affecting Financial
Statement Fraud: Fraud Triangle Ap-
proach”. 3rd Economics dan Business
Research Festival, hlm 1939 – 1955.
Priantara, D. 2013. Fraud Auditing dan In-
vestigation. Mitra Wacana Media. Ja-
karta.
PCAOB Staff Audit Practice Alert No. 10.
2012. Maintaining and Applying Profes-
sional Skepticism in Audits. Diunduh
30 Agustus 2016. <www.pcaob.org>.
Ratmono, D, Y. Avrie, dan Purwanto.
2014. “Dapatkah Teori Fraud Triangle
Menjelaskan Kecurangan dalam Lapo-
ran Keuangan”? Simposium Nasional
Akuntansi. Universitas Mataram. Lom-
bok.
Rusmin, R. 2010. “Auditor Quality and Earn-
ings Management: Singaporean Evi-
dence”. Managerial Auditing Journal,
Vol. 25. No. 7, hlm 618 – 638.
Setiawan dan Fitriany. 2011. “Pengaruh
Workload dan Spesialisasi Auditor Ter-
hadap Kualitas Audit dengan Kualitas
Komite Audit Sebagai Variabel Mod-
erasi”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan
Indonesia, Vol. 8, No. 1, hlm 36 – 53.
Siregar, S.V., A. Fitriany. V. Wibowo. Ang-
graita. 2011. “Rotasi dan Kualitas Au-
dit: Evaluasi atas Kebijakan Menteri
Keuangan KMK No. 423/KMK.06/2002
tentang Jasa Akuntan Publik”. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia,
Vol. 8, No. 1, hlm 1 – 20.
Skousen, C.J., K.R. Smith, dan C.J. Wright.
2008. “Detecting and Predecting Finan-
cial Statement Fraud: The Effectiveness
of The Fraud Traingle and SAS No. 99”.
Corporate Governance and Firm Perfor-
mance Advances in Financial Economis,
Vol. 13, hlm 53-81.
Sukirman dan Sari. 2013. “Model Kecuran-
gan Berbasis Fraud Triangle Studi Ka-
sus Pada Perusahaan Publik di Indo-
nesia”. Jurnal Akuntansi dan Auditing,
Vol. 9, No. 2, hlm 199 – 225.
Sun, J. dan G. Liu. 2013. “Auditor Industry
Specialization, Board Governance and
Earnings Management”. Managerial
Auditing Journal, Vol. 28, No. 1, hlm 45
– 64.
Wilopo. 2006. “Analisis Faktor-Faktor yang
Berpengaruh terhadap Kecenderungan
Kecurangan Akuntansi: Studi Pada Pe-
rusahaan Publik dan Badan Usaha Mi-
lik Negara Di Indonesia ”. Simposium
Nasional Akuntansi 9. Padang.
Wispandono. 2010. “Pengaruh Lingkungan
Bisnis terhadap Kinerja Pengrajin In-
dustri Batik di Kabupaten Bangkalan”.
Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen
Bisnis, Vol. 1, No. 2, hlm 152 – 162.
Yesiariani, M., dan Rahayu, I. 2016. “Anali-
sis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi
Financial Statement Fraud”. Lampung.
Simposium Nasional Akuntansi XIX.