1. Kotak Pandora Anas
Oleh Husnun N Djuraid
PERSETERUAN antara Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yu-dhoyono (SBY) dan mantan
ketua umum partai itu, Anas Urbaningrum, makin meruncing. Pimpinan tertinggi partai itu makin gerah
dengan manuver Anas yang dianggap bisa mengganggu kelancaran tugasnya mengembalikan
popularitas partai. Di hadapan ribuan kader, SBY mengeluhkan serangan banyak pihak terhadap partai
yang dipimpinnya.
Serangan makin gencar justru ketika partai tengah bersiap-siap menghadapi Pemilu 2014. Ironisnya,
sebagaimana dikatakan, serangan itu dilancarkan oleh mereka yang sebelumnya bergabung dalam partai
tersebut. Tanpa menyebutkan nama, publik tahu siapa yang dimaksud.
Proses pengunduran diri Anas memang dramatis, bahkan kental rekayasa politik. Seperti diungkap Anas,
kehadirannya sebagai ketua umum tak dikehendaki oleh sejumlah elite. Keberhasilan Anas menjadi
ketua umum melalui kongres di Bandung dianggap sebagai ’’kecelakaan’’. Pilihan sejumlah elite partai
waktu itu lebih condong kepada Andi Alifian Mallarangeng yang dikenal dekat dengan SBY.
Namun berkat kepiawaiannya berpolitik, Anas mampu meyakinkan mayoritas peserta ko-ngres untuk
memilihnya. Dalam perja-lan-an-nya, berbagai survei menunjukkan po-pu-laritas partai di bawah
kepemimpinannya te-rus menurun. SBY sebagai ketua dewan pem--bina sangat gusar terhadap kondisi
partai yang didirikan, yang dilanda prahara karena ba-nyak kader tersandung kasus korupsi. Dia
ke-mudian turun gunung membersihkan partai.
Bahkan SBY meminta semua kader menandatangani pakta integritas, seandainya ditetapkan sebagai
tersangka korupsi harus mundur dari partai. Drama itu akhirnya terjadi, tak lama setelah Anas meneken
pakta integritas, KPK menetapkannya sebagai tersangka kasus Hambalang.
Anas seperti masuk perangkap, dia tidak berkutik, dan tidak ada pilihan lain kecuali mundur. Secara
gentle dia menyampaikan pengunduran dirinya. Setelah mundur, persoalan pada bekas partainya
mengecambah karena Anas menganggap itu baru awal dari banyak episode yang tengah disiapkan untuk
menyerang balik.
Dia menganalogikan lakon yang dialami sebagai buku, dan yang terjadi saat itu baru lembar pertama
dari ratusan atau ribuan lembar yang akan dia buka. Meskipun tak secara terang-terangan, Anas
mengatakan akan mengoreksi borok partai. Tapi belum juga membuka semua lembar, ia mendirikan
Perkumpulan Pergerakan Indonesia (PPI) bersama sejumlah teman, di antaranya beberapa kader
Demokrat. Kehadiran organisasi itu membuat gerah para elite Demokrat, termasuk SBY yang terlihat
sensitif, dengan menyebutnya sebagai pihak yang akan menyerang diri dan partainya.
2. Kotak Pandora
Mengapa SBY dengan ketokohannya dan Demokrat sebagai partai besar, risau terhadap PPI, organisasi
’’kemarin sore’’. Itu organisasi baru, tapi ada banyak mantan pengurus Demokrat, yang tersingkir
bersama Anas, atau kerap disebut loyalisnya. Akankah Anas merealisasikan ancaman menyerang balik
bekas partainya? Episode inilah yang menarik untuk ditunggu, perseteruan terbuka. Seandainya Anas
berani melawan, itu pertanda memiliki amunisi andalan untuk melawan mantan bosnya.
Sejatinya Anas tak hanya akan membuka lembar berikut bukunya, tapi ia juga me-megang kotak
pandora yang siap dibuka setiap saat. Dalam mitos Yunani, ketika kotak pandora dibuka, keluarlah bau
busuk dan bermacam penyakit. Sebagai pemegang kotak, Anas bisa membuka kapan saja dia mau,
sebagai senjata untuk mempertahankan diri sekaligus menyerang balik. Tatkala mendirikan PPI yang
pendeklarasiannya ber-barengan dengan konvensi capres Demokrat, Anas membuka sedikit pintu kotak
pandora.
Meskipun Anas bersikeras PPI bukan parpol dan bukan tandingan Demokrat, realitasnya para elite partai
panas dingin, apalagi dalam ormas itu Anas memboyong koleganya di partai dulu. Tak lama setelah PPI
berdiri, beberapa elite yang bergabung bersama Anas, dicopot dari jabatan, termasuk Saan Mustopa dan
I Made Pasek Suardika yang dikenal loyalis Anas. Keduanya kehilangan jabatan penting di partai dan
Fraksi Demo-krat.
Terasa mengherankan, petinggi Demo-krat bereaksi keras terhadap PPI. Meskipun tidak
mengungkapkan secara langsung, kegusaran SBY saat memberikan pembekalan kepada kader di Sentul
mengarah ke Anas dan PPI. Sebelum acara itu digelar pun, terjadi ketegangan ketika PPI menggelar
diskusi di rumah Anas yang mengundang mantan ketua partai itu, Subur Budi Santoso. Tokoh itu tibatiba membatalkan kehadirannya dan panitia mengabarkan pembatalan itu karena dia dipanggil Badan
Intelijen Nasional (BIN). Kabar itu menimbulkan kehebohan publik, pencekalan model Orde Baru yang
dilakukan aparat intelijen menjadi isu seksi.
Inilah kepandaian Anas dan kelompoknya memainkan isu ribbon yang secara tak langsung menghantam
pemerintah. Manuver itu berdampak hebat, sampai SBY menyampaikan keluhan kepada para kader.
Bukan hanya mengeluh, ia juga meminta kader melawan serangan tersebut. Kali ini ia tak hanya curhat,
tapi bersiap membuat perhitungan. Benarkah Anas akan membuka halaman berikut bukunya, atau
membuka lebih lebar lagi tutup kotak pandora? (10)
— Husnun N Djuraid, dosen Univer-sitas Muhammadiyah Malang