Teks tersebut membahas berbagai makanan dan budaya khas dari Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, seperti Bagea, keripik mete, Air Terjun Moramo, Pulau Bokori, Puncak Ahuawali, tari tradisional Lumense, suku Wolio, dan kasoami dari Pulau Buton.

1. Kota Kendari
Evellyne.V.Lyanto

2. Bagea merupakan salah satu makanan tradisional
yang populer di Sulawesi. Makanan yang sering
dijadikan oleh-oleh ini terbuat dari tepung sagu.
Kue kering Bagea memiliki rasa manis dengan tekstur
yang cukup keras. Namun begitu masuk mulut akan
begitu nikmat dan lembut. Untuk membuat rasanya
makin nikmat, biasanya ditambahkan dengan kacang
tanah atau biji kenari.
Olahan kacang mete di Kota yang miliki banyak
pantai ini memang begitu beragam. Sebagai
alternatif, Keripik Mete bisa dijadikan sebagai buah
tangan untuk keluarga di rumah.
Adanya berbagai varian rasa membuat keripik mete
ini semakin menarik untuk dicicipi. Rasanya yang
gurih berpadu dengan tekstur yang renyah,
membuat kamu bisa ketagihan saat menyantapnya.
Makanan Khas Kendari

3. AIR TERJUN MORAMO
Air Terjun Moramo Terletak di kawasan Hutan Suaka Alam Tanjung
Peropa tepatnya di Desa Sumber Sari, Kecamatan Moramo, Kabupaten
Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara.

4. Pulau bokori
Pulau Bokori merupakan
pulau dengan hamparan
pasir putih yang membenang
di bibir teluk. Kawasan ini
juga terdapat tanaman
rindang yang tumuh
terawatt. Berbagai aktivitas
dapat di lakukan di pulau
yang tidak terlalu besar ini,
seperti snorkeling,
memancing, dan berenang
Dahulu sebelum menjadi
tempat wisata, Pulau Bokori
di huni sejumlah penduduk.
Kemudian saat wilayah ini
menjadi tempat wisata,
penduduk setempat di
rekolasi untuk pertama kali
pada tahun 1984

5. Puncak ahuawali
Puncak Ahuawali berada di ketinggian sekitar 750
meter dari permukaan laut.
Puncak Ahuawali bisa ditempuh dengan kendaraan
beroda dua maupun empat, sekitar 60 kilometer dari
pusat kota Kendari.
Dari kota Kendari perjalanan 1 jam dengan roda dua,
tapi akan lebih cepat jika menggunakna mobil.
Saat tiba di Desa Ahuawali, pengunjung masih harus
berjalan kaki sejauh 300 meter. Dari jalur yang ada.
Tempat ini juga biasa dijadikan lokasi kamping
pengunjung. Jika datang hanya 1 sampai 2 jam, tempat
ini akan sama seperti hutan biasa. Tapi beda jika
dinikmati sambal bermalam.

6. Tari lumense
Salah satu tari traditional terkenal di
Kota Kendari adalah Tari Lumense.
Tari Lumense atau Tarian
Lumense adalah tarian yang berasal
dari Tokotu'a, Kabupaten
Bombana, Sulawesi Tenggara. Kata
lumense sendiri berasal dari bahasa
daerah setempat yakni "lumee" yang
berarti Mengais dan e'ense yang
berarti Loncat. Jadi, lumense bisa
diartikan mengais dengan meloncat-
loncat. Tari lumense sendiri berasal
dari kecamatan Kabaena.

7. Suku Wolio
Suku Wolio adalah suatu suku yang tersebar di kepulauan
Buton, Muna dan Kabaena di provinsi Sulawesi Tenggara.
Juga terdapat di pulau-pulau kecil di provinsi Selatan.
Populasi suku Wolio diperkirakan lebih dari 30.000 orang.
Suku Wolio berbicara dengan bahasa Wolio. Bahasa Wolio
merupakan sub-bahasa Buton-Muna, yang termasuk cabang
bahasa Austronesia. Menurut para peneliti bahwa suku Wolio
ini merupakan bagian dari sub-suku Buton.

8. Kasoami, adalah makanan dari pulau
Buton dan Wakatobi. Kasaomi terbuat
dari ubi. Rasanya sangat khas karea ubi
yang digunakan merupakan jenis yang
beracun, tetapi karena pengolahannya
dilakukan secara benar, jadilah
menghasilkan Kasoami yang
enak. Kasoami bisa dipadukan dengan
olahan ikan asin, ikan kuah, ikan
goreng, ikan bakar, dan ikan perede.
Selain dengan olahan
ikan, kasoami juga bisa dipadukan
dengan sayur bening.
KASOAMI