SlideShare a Scribd company logo
KUMPULAN ARIKEL PERSONAL FINANCE KONTAN
                                               -ANGGARAN-


Memulai Rencana Keuangan
Mewujudkan Mimpi Selalu Hidup Sejahtera
Oleh Bagus Marsudi - Kamis, 05 Agustus 2010 | 15:12 WIB


                               Semua orang ingin hidup bahagia, sejahtera, dan sentosa. Tapi, mungkinkah
                               keinginan itu bakal terwujud? Takdir memang ada di tangan Tuhan. Tapi,
                               bukan mustahil kebahagiaan dan kesejahteraan itu bisa kita ciptakan sendiri,
                               tentu dengan usaha dan kerja keras.

                              Keinginan hidup lebih baik di masa mendatang adalah modal berharga.
                              Pertanyaannya, bagaimana bisa mencapainya? Kunci dari semua itu adalah
                              menata dan merencanakan keuangan kita secara matang. Hanya saja, dasar
keinginan untuk mewujudkan kebahagiaan saja kurang kuat memotivasi kita untuk berdisiplin mengelola
keuangan. Harus ada tujuan spesifik agar kita lebih fokus pada tujuan dan sasaran ke di masa mendatang.

Bagaimana memastikan bahwa beberapa keinginan dalam hidup itu adalah tujuan utama kita? Kita harus
menyadari bahwa sebuah mission impossible mewujudkan semua keinginan. Kita harus lebih bijak menentukan
secara spesifik, apa saja tujuan utama itu. Caranya, kita harus mendata lebih dulu semua tujuan itu berdasarkan
siklus dan tahap kehidupan.

Misalnya, jika Anda sekarang masih lajang, mungkin membeli kendaraan, memiliki rumah, menikah termasuk
tujuan hidup Anda. Setelah Anda menikah dan punya anak, membiayai pendidikan anak hingga jenjang paling
tinggi, menyiapkan pensiun, menyiapkan dana untuk pernikahan anak, menjadi tujuan berikutnya.

Di antara sekian banyak tujuan itu, kita harus menyortir dengan tetap berpijak di bumi. Artinya, dengan melihat
kemampuan diri Anda dan keluarga, kondisi keuangan, dan unsur kebutuhan mendesak. Anda harus berani
menentukan mana yang menjadi prioritas utama.

Seringkali, dalam penentuan tujuan prioritas, muncul godaan-godaan di tengah jalan. Contoh, ketakutan atau
kekhawatiran Anda atau pasangan Anda sakit berat atau meninggal dunia. Pelbagai risiko ini memang harus
dipertimbangkan, tapi jangan mengganggu penentuan tujuan hidup.

Faktor emosional itu justru akan mengganggu tujuan sesungguhnya perencanaan keuangan keluarga Anda.
Kekhawatiran dan ketakutan akan masa depan tidak bisa menjadi dasar tujuan perencanaan keluarga. Motivasi
yang lebih mendasar adalah meraih dan mewujudkan kebahagiaan bagi Anda dan keluarga Anda.

Perencanaan keuangan bukan sekadar berkaitan dengan nilai uang. Kalau kita hanya menyederhanakan dalam
hitungan angka, tujuan perencanaan keuangan tidak maksimal. Sebab, tak mungkin kita bilang, jatah uang
memasukkan anak ke universitas Rp 75 juta dan biaya liburan hanya Rp 10 juta akan selalu jadi kenyataan.

Meski akhirnya kita harus berhitung dengan angka, tujuan perencanaan keuangan lebih besar dari itu, yakni
memberikan yang terbaik bagi keluarga. Konkretnya, ini adalah cara mewujudkan kesenangan dan kebahagiaan
bagi keluarga. Sukses tak cukup dihitung dari pencapaian angka. Lebih dari itu, ukuran tertinggi adalah
kepuasan batin.

Skala waktu

Maka, saat menetapkan prioritas tujuan perencanaan keuangan keluarga, tidak ada salahnya kita mulai memilah
tujuan dengan skala waktu: jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka pendek biasanya dalam kurun
waktu 12 bulan. Sedangkan tujuan jangkap panjang bisa lebih dari satu tahun sampai puluhan tahun.

                                                                                                              1
Perencanaan jangka panjang dan pendek adalah sebagai pemilah kebutuhan mendesak dan penting. Kita acap
sulit membedakan keduanya. Mungkin, kebutuhan dan tujuan kita adalah penting, tapi tidak mendesak saat ini.
Misalnya, kita saat ini memiliki anak masih bayi dan berniat merencanakan pembiayaan pendidikan si buah
hati. Biaya pendidikan anak jelas penting, tapi belum mendesak dilakukan dalam waktu dekat.

Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan tujuan perencanaan keuangan keluarga. Yakni,
SMART: specific, measurable, achievable, realistic, dan time-frame.

Pertama, spesifik. Artinya, kita harus dapat membayangkan tujuan kita secara detail. Misalkan, untuk dana
pendidikan anak, kita harus dapat memperkirakan calon universitas anak kita nanti. Kita juga harus dapat
membayangkan kehidupan yang kita inginkan pada saat mengisi masa pensiun nanti.

Kedua, measurable (dapat diukur). Alat ukurnya adalah besaran uang. Misalkan, kita ingin menyusun rencana
liburan akhir tahun. Kita harus memperkirakan kebutuhan anggaran berlibur bersama.

Ketiga, achievable atau dapat kita capai. Agar tidak menjadi pungguk merindukan bulan, sebaiknya tujuan
keuangan disesuaikan dengan kemampuan keuangan kita.
Keempat, realistis atau masuk akal, bukan khayalan yang tidak dapat diwujudkan.

Kelima, time-frame. Artinya, kita harus memiliki jangka waktu yang jelas untuk mencapainya. Misalkan untuk
pendidikan anak, kita harus tahu jelas kapan anak akan kuliah. Kita juga harus mengetahui pada umur berapa
kita akan pensiun dari pekerjaan kita


Memulai Rencana Keuangan
Inilah Tahap-tahap Merencanakan Keuangan Keluarga
Oleh Umar Idris, Hendra Gunawan - Selasa, 10 Agustus 2010 | 12:31 WIB


                                      JAKARTA. Tahap paling penting dalam perencanaan keuangan ialah
                                      saat memulai perencanaan itu. Kalau salah merencanakannya, bisa-bisa
                                      tujuan perencanaan keuangan itu sendiri tidak akan tercapai.

                                      Ada beberapa pertanyaan mendasar sebelum memulai penyusunan
                                      rencana keuangan. Beberapa pertanyaan tersebut, antara lain, apa saja
                                      yang harus Anda siapkan? Bagaimana cara mengenali kebutuhan
                                      keluarga agar tidak salah dalam menyusun rencana keuangan? Di luar
                                      itu, tentu masih banyak lagi.

Jujur itu kunci

Menurut Freddy Pieloor, perencana keuangan dari Moneynlove, pada saat Anda mulai menyusun rencana
keuangan keluarga, kejujuran dan komunikasi yang baik bersama pasangan adalah hal mutlak dan paling
mendasar. "Diskusikan secara terbuka apa yang akan Anda direncanakan. Jangan ada yang disembunyikan,"
kata Freddy.

Kalau syarat utama ini sudah terpenuhi, tahap selanjutnya akan mudah Anda lalui. Tahap tersebut, yakni,
pertama, penetapan tujuan keuangan. Kedua, identifikasi pemasukan dan rencana pengeluaran. Ketiga, evaluasi
atas rencana itu.

Wiwit Prayitno, konsultan keuangan dari Asuransicerdas.com, menguraikan, pada tahap menetapkan tujuan
keuangan keluarga, Anda harus menjabarkannya secara detail tujuan penggunaan uang Anda. Sebagai contoh,
tujuan Anda adalah membiayai pendidikan anak, memiliki rumah, mobil, menjalani liburan, dan seterusnya.

Dalam menetapkan tujuan keuangan tersebut, Anda harus bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
"Kebutuhan itu kalau Anda tidak memilikinya, maka hidup Anda akan selalu terganggu. Sebaliknya, keinginan
                                                                                                              2
itu muncul secara spontan," jelas Freddy.

Setelah menetapkan tujuan, Anda perlu memiliki disiplin tinggi agar tujuan keuangan tersebut tercapai. Tanpa
disiplin, musykil tujuan tercapai.

Tahap kedua ialah menetapkan jumlah penghasilan dan pengeluaran. Dengan kata lain Anda harus tahu arus kas
masuk dan arus kas keluar. Yang tergolong arus kas masuk (pendapatan) ialah gaji, tunjangan, bonus, serta
penghasilan lain dari pekerjaan sampingan.

Freddy berpesan, pasangan suami istri yang sama-sama memiliki penghasilan harus rela menyatukan
penghasilannya itu. "Gaji istri untuk keluarga dan gaji suami juga untuk keluarga," sambung Freddy.

Ingat, prinsip dasar dari keuangan adalah pendapatan harus lebih besar daripada pengeluaran. Ambil contoh,
demi mengurangi pengeluaran wisata, Anda bisa menjarangkan berwisata, mengganti tujuan wisata dengan
yang lebih murah, atau sama sekali menghapusnya jika tidak perlu.

Nah, ketika menetapkan jenis-jenis pengeluaran, Anda perlu menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing
pasangan berdasarkan aktivitasnya. Bila suami seorang petugas marketing, mungkin perlu pengeluaran untuk
membeli mobil. "Kalau istri bekerja hanya di kantor, mungkin tidak terlalu membutuhkan punya mobil sendiri,"
kata Freddy.

Dalam pos pengeluaran, perlu ada pos untuk pribadi. Untuk pos ini, prinsipnya, pengeluaran pribadi untuk
suami dan istri harus seimbang. Tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil.

Tahap selanjutnya menetapkan pos pengeluaran sesuai tujuan. Guna mencapai hal itu, ada beberapa
langkahnya.

Pertama, Anda perlu menyiapkan dana darurat keluarga berkisar antara enam sampai 12 kali pengeluaran
bulanan. Dana darurat ini harus dipisahkan dari dana lain. Hal ini sangat penting, agar situasi darurat itu tidak
menghancurkan rencana keuangan secara keseluruhan. Menurut Freddy, dana darurat ini harus didahulukan.
Fungsi dana ini untuk kelangsungan keluarga bila sewaktu waktu musibah datang, misalnya, terkena PHK,
keluarga sakit berat, dan sebagainya.

Kedua, membeli atau memiliki asuransi untuk mengantisipasi risiko yang tidak diinginkan. Yang utama, belilah
asuransi untuk si pencari nafkah. Asuransi ini sangat penting keberadaannya untuk membentengi finansial
keluarga apabila pencari nafkah terkena risiko tidak bisa mencari nafkah atau meninggal dunia.

Ketiga, melakukan investasi untuk mengembangkan kekayaan. Bentuk investasi bisa bertujuan untuk
pendidikan anak atau tujuan lain dalam jangka panjang. Jumlahnya, minimal 20% dari penghasilan rutin Anda
agar nilai uang tidak tergerus inflasi.

Freddy menyarankan, pada tahap awal, Anda bisa berinvestasi pada instrumen jangka pendek di bank seperti
tabungan. "Setelah terakumulasi, misalnya selama satu tahun, dipindah ke deposito," kata Freddy. Pilihan lain
berinvestasi ialah secara rutin membeli reksadana. "Sekarang ini banyak reksadana kelas ritel, bisa Rp 100.000
per bulan, biar lebih cepat berkembang dan tidak tergerus inflasi," jelas Freddy.

Keempat adalah mengeluarkan pos untuk kebutuhan rutin keluarga, mulai dari membayar listrik, tagihan
kebersihan, hingga kebutuhan belanja bulanan. Nah, berhubung nilai belanja bulanan lumayan besar, sebaiknya
Anda belanja menggunakan kartu tabungan atau debit. Syukur-syukur bila ada program promosi dari bank.
Sebagai contoh, ada hadiah cash back yang secara otomatis masuk ke dalam rekening tabungan kita bila kita
berbelanja dalam jumlah tertentu.

Tahap terakhir adalah tahap evaluasi. Evaluasi keuangan mempunyai fungsi untuk melihat apakah kita telah
menyusun rencana yang baik, ada atau tidak kesalahan dari perencanaan tersebut, serta apakah perencanaan itu
masih pada jalurnya untuk mewujudkan tujuan keuangan. Anda, misalnya, bisa beralih ke instrumen yang lebih
menjanjikan jika portofolio lama kurang menguntungkan.


                                                                                                                    3
Kapan sebaiknya mengevaluasi rencana keuangan kita? "Bisa setiap
                                           enam bulan atau satu tahun," kata Freddy. Wiwit mengusulkan agar
                                           evaluasi dilakukan setiap tahun supaya tidak sering berubah.

                                           Selamat merencanakan keuangan keluarga Anda
                                           Memulai Rencana Keuangan
                                           Kiat Menyusun Rencana Keuangan Sendiri
                                           Oleh Astri Karina Bangun - Selasa, 10 Agustus 2010 | 12:39 WIB




JAKARTA. Gaji naik tidak berarti bebas masalah keuangan. Demikian pengalaman Amir, seorang manajer
tingkat menengah. Ini seperti ironi bagi Amir karena problem finansial justru muncul setelah ia menyandang
posisi manajer dan mendapatkan gaji belasan juta rupiah. Padahal, tahun-tahun pertama berkarier, Amir mudah
saja menyimpan penghasilan.

Sejatinya, banyak dari kita yang mengalami masalah sama seperti Amir. Perencana keuangan dari Finansia
Consulting, Eko Endarto, dalam bukunya Rahasia Mudah Mengelola Gaji, menggambarkan perubahan status
pribadi dan sosial berbanding lurus dengan jumlah pengeluaran. Sementara, penghasilan dan kenaikan gaji
berbanding terbalik dengan pengeluaran.
Maka, perlu perencanaan keuangan pribadi yang masak. Eko mengakui, perencanaan keuangan memang rumit.
"Tapi, bisa dipelajari," ujarnya.

Perencana keuangan Muhamad Ichsan membenarkan pandangan Eko. Menurut pria yang memimpin lembaga
perencana keuangan Prime Planner ini, setiap orang bisa membuat anggaran pribadi masing-masing.

Tahap-tahap perencanaan keuangan bisa diringkas sebagai berikut:

1. Menetapkan tujuan penggunaan uang

Pada tahap ini, Anda perlu menyusun daftar keinginan Anda yang membutuhkan dana. Tidak perlu membatasi
daftar keinginan itu. Bisa saja daftar tersebut terdiri dari hal yang mendasar, seperti membeli rumah, hingga hal
bersifat menghibur, semacam liburan.

Yang perlu diingat dalam tahap ini, jangan melupakan kebutuhan yang baru muncul di masa depan. Ambil
contoh, biaya pendidikan anak bagi pasangan yang memiliki bayi.

2. Menyusun prioritas

Dari sedemikian banyak item yang tercantum dalam wish list Anda, tentu tidak semua harus dipenuhi. Ini
sesuai dengan prinsip pemasukan manusia terbatas, sementara pengeluaran tidak ada batasnya.

Ini berarti, Anda harus menunda atau bahkan membuang sejumlah item yang ada dalam daftar Anda. Tahapan
ini biasa disebut juga menyusun prioritas penggunaan uang.

Eko menyarankan, dalam tahap ini Anda menyusun anggaran pengeluaran ke dalam empat kategori prioritas.
Kategori pertama adalah pengeluaran untuk keperluan sosial keagamaan, yang besar nilainya maksimal 10%
dari total gaji.

Kategori kedua, cicilan utang, dengan porsi maksimal 30% dari gaji. Ketiga, untuk investasi dan proteksi
minimal 20% dari gaji. Keempat, untuk kebutuhan hidup dengan porsi 40%.

Eko punya alasan mengapa menempatkan kebutuhan hidup sebagai kategori terakhir. "Bagian ini adalah yang
paling fleksibel, karena banyak pilihan," tutur Eko. Ia mengambil contoh anggaran untuk makan. Anda bisa
mengatur mau makanan yang harganya berapa. Contoh lainnya transportasi.
                                                                                                                4
Besaran porsi anggaran kebutuhan hidup juga fleksibel. Eko menjelaskan, bagi mereka yang tidak punya
kewajiban melunasi utang, mungkin saja anggaran kebutuhan hidup diperbesar menjadi 70% dari total gaji.
Singkatnya, jika tiga kelompok anggaran lain tidak terpakai seperti yang direncanakan semula, kelebihannya
bisa dialihkan sebagai bujet kebutuhan hidup.

3. Merancang daftar pengeluaran

Sebuah rencana tentu tidak lepas dari proses evaluasi. Khusus untuk perencanaan keuangan, kegiatan evaluasi
yang paling penting adalah memonitor seluruh pengeluaran. Itu sebabnya, Eko menyarankan agar Anda
mencatat seluruh pengeluaran Anda. Dokumentasi pengeluaran ini bisa menjadi bahan penyusunan rencana
keuangan berikutnya.

Anda juga jangan lupa memilah catatan pengeluaran sesuai kategori anggaran. Jadi, catatan pengeluaran
sumbangan amal, ya, dimasukkan ke kelompok anggaran sosial-keagamaan. Pembayaran kartu kredit juga
ditempatkan dalam catatan biaya pelunasan utang.

Jika Anda telah memiliki catatan pengeluaran rutin, paling tidak selama tiga bulan akan lebih mudah untuk
menyusun rencana keuangan. Alasannya, Anda bisa membaca pola pengeluaran pribadi, baik yang rutin
maupun yang non-rutin.

4. Menyusun Implementasi

Tahap berikutnya adalah menyusun model implementasi. Ada tiga model yang disarankan Eko. "Membuat
kalender duit, menyusun sistem amplop, atau rekening komitmen," saran dia.
Kalender duit adalah catatan pengeluaran pasti. Sedang pengeluaran tidak pasti harus dicadangkan pada pos
khusus.

Sistem amplop adalah membagi seluruh penerimaan ke minimal empat amplop, sesuai empat prioritas. Masing-
masing prioritas bisa diturunkan lagi ke dalam beberapa amplop tergantung dari perincian.

Jika Anda merasa sistem amplop terlalu ribet, rekening komitmen bisa dicoba, yakni dengan membagi dua
rekening. "Pertama, rekening untuk jangka pendek, yaitu untuk kebutuhan hidup dan sosial keagamanan.
Kedua, rekening untuk jangka panjang, yakni utang dan investasi," jelas Eko.

Tingkat bunga

Jika rencana keuangan yang Anda susun mencakup masa depan, seperti biaya pendidikan anak, jangan
melupakan konsep nilai waktu uang. Time value of money mengacu perubahan nilai uang seiring dengan
perjalanan waktu. Yang mempengaruhi perubahan nilai uang seperti inflasi dan tingkat bunga.

Jika Anda malas menghitung sendiri, Anda dapat memanfaatkan software keuangan dan investasi. Kebanyakan
paket software finansial zaman sekarang menyediakan fasilitas itu, mulai dari menghitung kebutuhan dana
pendidikan hingga mencatat portofolio investasi.

Yang lebih sulit dalam penyusunan perencanaan keuangan bukanlah tools atau rumus-rumus yang jelimet.
Ichsan menegaskan, hanya ada dua faktor yang kerap menghambat seseorang menyusun perencanaan keuangan.
"Dia punya waktu atau enggak? Dia mau atau tidak?" ujar dia.

Padahal, penyusunan sendiri, tidak rumit. "Paling lama satu jam saja," tandas Ichsan.
Dana darurat
Menyiapkan dana darurat
Oleh Yudho Winarto, Harris Hadinata, Azis Husaini - Senin, 16 Agustus 2010 | 21:06 WIB



                                                                                                              5
JAKARTA. Cahyo tidak pernah menyangka perjalanan wisata
                                         bersama keluarganya bakal berubah jadi bencana. Awalnya, karyawan
                                         perusahaan swasta di Jakarta itu berniat menyenangkan istri dan
                                         anaknya berlibur di Puncak, Bogor.

                                    Apa daya, niat bersenang-senang itu tidak terpenuhi. Di tengah jalan
penginapan, mobil Cahyo yang memang sudah agak uzur itu rusak lantaran harus menaiki tanjakan terjal.
Kerusakannya pun parah.

Alhasil, Cahyo malah harus sibuk mengurus perbaikan mobil selama liburan itu. Biaya perbaikan mobil itu pun
me-nguras habis kocek Cahyo. Padahal, ia sudah nyaris tidak memiliki duit lagi. Akhir cerita, Cahyo harus
sibuk mencari utangan ke mana-mana.

Cahyo mungkin tidak perlu bingung seandainya jauh-jauh hari menyisihkan dana darurat. Seperti namanya, ini
adalah dana yang disiapkan untuk keadaan darurat dan membutuhkan pengeluaran lebih banyak dari biasanya.

Keadaan darurat itu sendiri bisa bermacam-macam. Salah satunya seperti kisah Cahyo tadi. Situasi darurat juga
bisa berupa sakit keras yang menimpa anggota keluarga sehingga membutuhkan perawatan ekstra. "Dana
darurat juga perlu kalau-kalau terjadi bencana," tutur Safir Senduk, seorang perencana keuangan.

Sesuai kondisi

Dalam teori perencanaan keuangan, penyisihan dana darurat merupakan prioritas utama. Bahkan, seseorang
harus menyiapkan dana darurat dulu, sebelum menetapkan jatah menabung dan berinvestasi.

Saking pentingnya dana darurat, para perencana keuangan mengungkapkan dana ini baru boleh dipakai bila si
pemilik dana berada dalam kondisi darurat. "Uang ini diibaratkan uang terakhir, sehingga kita harus berpikir
bagaimana mempertahankan hidup," tandas Eko Endarto, perencana keuangan Finansia Consulting.

Berapa besar dana darurat yang harus disiapkan? Porsi tiap orang bisa berbeda-beda. "Patokannya antara tiga
kali sampai 12 kali jumlah pengeluaran setiap bulan," terang Safir.
Tentu saja, Anda harus memperhatikan jumlah tanggungan keluarga sebelum menetapkan plafon dana darurat.
Porsi dana darurat juga bergantung pada status Anda.

Jika Anda belum menikah, dana darurat lebih minim ketimbang orang yang sudah menikah. Para perencana
keuangan bersepakat menetapkan porsi dana darurat bagi para lajang sebanyak tiga kali nilai pengeluaran
bulanan si lajang.

Jika sudah menikah, porsi dana darurat itu minimal enam kali jumlah pengeluaran bulanan keluarga Anda. Porsi
dana darurat kian bertambah jika Anda memiliki anak. Minimal, Anda harus menyiapkan dana darurat 12 kali
jumlah pengeluaran bulanan keluarga Anda.

Jadi, penentuan porsi dana darurat ini bergantung pada nilai pengeluaran tiap bulan. Oleh sebab itu, Anda wajib
menghitung total pengeluaran Anda.

Taruh kata Anda menghabiskan Rp 5 juta sebulan. Jika Anda sudah menikah dan memiliki anak, Anda minimal
harus memiliki dana darurat sebanyak Rp 60 juta.

Nah, karena ini dana darurat, akses atas dana ini juga harus mudah. "Tapi, uang itu jangan diutak-atik, kecuali
untuk kebutuhan mendesak," tegas Eko.

Lantas, di mana sebaiknya menaruh dana darurat ini? Silakan menyimpan duit di lemari atau di bawah bantal.
Tapi, cara penyimpanan seperti itu amat berisiko dan uang tidak optimal berkembang.

Para perencana keuangan menyarankan Anda menaruh dana darurat itu di tabungan khusus alias terpisah dari
rekening yang biasa digunakan untuk bertransaksi dan investasi. Anda juga bisa menyimpan dana itu dalam
                                                                                                                  6
bentuk giro maupun deposito.

Pilihan lain adalah menempatkannya pada instrumen reksadana pasar uang. Selain memiliki dana darurat yang
mudah diakses, Anda juga bisa memperoleh imbal hasil lumayan dari instrumen investasi itu.

Eko menyarankan agar setiap orang mulai menyisihkan dana darurat sejak menerima gaji pertama. Begitu
pertama kali menerima gaji, segera sisihkan minimal 20% dari gaji tersebut sebagai dana darurat.

Jika memiliki dana darurat sesuai plafon minimal, Anda bisa tetap tenang menghadapi kondisi darurat yang
membutuhkan biaya. Anda tidak perlu menjual harta atau mencari utangan ke sana ke mari demi memenuhi
biaya.


Memulai rencana keuangan
Memilih perencana keuangan
Oleh Astri Karina Bangun - Senin, 23 Agustus 2010 | 17:36 WIB


                                         JAKARTA. Idealnya, setiap orang menyusun sendiri rencana
                                         keuangan masing-masing. Namun, tidak perlu berkecil hati jika Anda
                                         kesulitan menyusun rencana keuangan bagi diri sendiri. Maklum,
                                         dalam kenyataan sehari-hari, banyak orang yang tidak punya waktu
                                         atau pengetahuan memadai untuk menjadi perencana keuangan bagi
                                         diri sendiri. Ada juga orang yang kesulitan menjaga komitmen.

                                        Nah, bila termasuk dalam kelompok tersebut, Anda bisa meminta
                                        jasa perencana keuangan. "Harus diakui, merencanakan keuangan
                                        tidak gampang. Ada orang yang bisa memajukan keuangan
                                        perusahaan, tapi tidak bisa mengelola keuangan diri sendiri," ujar
Eko Endarto, perencana keuangan dari Finansia.

Secara garis besar, tugas perencana keuangan adalah membantu klien mengukur kemampuan finansial serta
memberikan pendampingan dalam memilih produk keuangan atau jenis investasi. Anda tidak perlu pusing
menghitung dan memproyeksi alokasi dana untuk mencapai berbagai tujuan keuangan Anda. "Dengan
pendampingan perencana keuangan, klien punya pegangan. Tidak bingung dengan isu atau omongan orang,"
imbuh Eko.

Perencana keuangan Muhamad Ichsan menambahkan, perencana keuangan wajib mempresentasikan hak dan
kewajiban ke kliennya dalam pertemuan pertama. Selanjutnya, perencana keuangan akan mengumpulkan data
dan informasi klien, mulai dari informasi dasar seperti biografi sampai informasi keuangan, semacam
penerimaan dan pengeluaran rutin. Perencana keuangan kemudian mengembangkan hasil analisis terhadap
kliennya itu menjadi rekomendasi strategi.

Fase berikutnya adalah mengimplementasikan strategi yang sudah disiapkan. Tentu saja, perencana keuangan
juga berkewajiban memantau implementasi dari rencana itu. Apakah target si klien sudah tercapai? Atau,
apakah ada pos pengeluaran yang perlu dipangkas?

Dalam kegiatan perencanaan keuangan itu sendiri, ada dua tujuan yang paling penting. Yaitu, investasi dan
proteksi. "Perencana keuangan membantu jangan sampai klien hanya mencapai satu tujuan utama, sementara
tujuan yang lain tidak teraih," papar Ichsan.

Tawaran Terbatas

Jika tertarik menggunakan jasa perencana keuangan, tentu Anda harus memilih yang paling sesuai. Selain
mengetahui hal-hal dasar, seperti jenis layanan atau tarif, Anda juga perlu memahami hubungan antara
perencana keuangan dan perusahaan jasa keuangan. Saat ini, ada perencana keuangan yang independen atau
                                                                                                             7
tidak terkait dengan lembaga keuangan, serta ada perencana keuangan yang terafiliasi alias bekerja untuk
perusahaan keuangan tertentu.

Tentu, perencana keuangan independen punya ruang gerak yang lebih luas dalam memberikan rekomendasi
produk keuangan ke klien. "Kami bisa menawarkan produk yang tidak ada di penasihat keuangan terafiliasi.
Misalnya, investasi di properti,” kata Eko.

Cara kerja di antara penasihat keuangan independen memang tidak harus identik. Ada perencana keuangan
independen yang bersedia memberi rekomendasi ke klien tentang produk investasi yang pas. Memang, tugas si
perencana di sini hanya sebatas memberi masukan. Si klien tetap pegang kendali.

Namun, ada pula perencana keuangan independen yang lebih suka memberikan rekomendasi secara umum.
"Kalau klien sudah punya referensi atas sebuah produk dan mereka meminta saran saya, baru saya berikan,"
ujar Muhamad Ichsan dari Prime Planner.

Dari segi biaya, menggunakan jasa perencana keuangan independen memang lebih mahal daripada jasa
perencana keuangan terafiliasi. Maklumlah, perencana keuangan terafiliasi biasanya bekerja untuk bank,
perusahaan sekuritas atau perusahaan asuransi.

Tentu, penasihat keuangan terafiliasi hanya menawarkan produk-produk yang dimiliki perusahaan tempat ia
bekerja. "Biaya jasanya gratis, karena dapat kompensasi dari perusahaan," ujar Tri Djoko Santoso, perencana
keuangan dari Panin Life yang juga Ketua Financial Planning Standards Board Indonesia.


Kiat Menyiapkan Biaya Pendidikan
Biaya Pendidikan Naik 20% Setahun, Siapkan Sejak Dini!
Oleh Yudo Widiyanto, Azis Husaini - Selasa, 28 September 2010 | 13:02 WIB


                                         PARA pakar perencanaan sering bilang bahwa pendidikan merupakan
                                         investasi terpenting dalam hidup setiap orang. Masalahnya, ongkos
                                         pendidikan semakin melangit saban tahun.

                                         Menurut hitungan para perencana keuangan, biaya pendidikan di
                                         negeri ini rata-rata meningkat sekitar 15%–20% per tahun. Angka ini
                                         lebih dari dua kali lipat rata-rata kenaikan inflasi. Makanya,
                                         merencanakan biaya pendidikan anak sejak dini merupakan hal
                                         penting kalau tak ingin tergopoh-gopoh saat harus membayar.

                                        Sebagai orangtua yang baik, sepantasnya Anda merencanakan dengan
matang biaya sekolah anak. Nah, apa saja yang perlu Anda persiapkan?

Pertama, tentukan target kebutuhan dana pendidikan. Menurut Eko Endarto, perencana keuangan dari Finansia
Consulting, sejak anak lahir ke dunia, orangtua pasti sudah bisa memperkirakan pada usia berapa si anak akan
masuk TK, SD, SMP, dan perguruan tinggi. Nah, cari informasi berapa biaya pendidikan saat ini atas setiap
jenjang pendidikan tersebut.

Berdasarkan informasi itu, kita bisa memperkirakan kebutuhan dana buat sang anak kelak. Ambil contoh, biaya
masuk SD saat ini Rp 6 juta, sementara anak Anda baru akan masuk SD empat tahun mendatang. Dengan
asumsi kenaikan ongkos pendidikan sebesar 20% per tahun, berarti saat dia masuk SD nanti, Anda harus
menyiapkan dana sekitar Rp 12,5 juta. "Perhitungan ini penting supaya Anda tidak gelagapan nantinya," kata
Eko.

Setelah menentukan target kebutuhan dana, langkah kedua adalah memastikan cara mencapai target tersebut.
Banyak pilihan yang bisa dilakukan. Menurut perencana keuangan Safir Senduk, salah satu cara menyiapkan
dana pendidikan anak adalah lewat investasi aset seperti tanah. Namun, investasi ini hanya cocok untuk jangka
                                                                                                                8
panjang. "Kelemahan lain, tanah tidak selalu mudah untuk dijual kembali," papar dia.

Untuk kebutuhan dalam jangka pendek, Safir menyarankan Anda berinvestasi secara bertahap. Misalnya, lewat
produk tabungan pendidikan. Ada beberapa keunggulan tabungan pendidikan ini. Selain suku bunga yang
umumnya lebih tinggi daripada tabungan biasa, produk ini juga memiliki fasilitas asuransi jiwa.

Dengan begitu, kalau orangtua kehilangan penghasilan karena kematian, kecelakaan, atau sakit parah, dana
pendidikan anak sudah terproteksi. "Ini salah satu keunggulan tabungan pendidikan," kata Direktur Konsumer
PT Bank Bukopin Tbk Lamira S. Parwedi. Eko menyarankan orangtua menyisihkan 20% dari pendapatan
setiap bulan untuk investasi di tabungan pendidikan.

Meski begitu, menurut Eko, investasi di tabungan pendidikan ini cuma cocok dipakai menyiapkan dana sekolah
anak sampai bangku SD. Sedangkan untuk kebutuhan dana pendidikan dalam jangka panjang, misalnya lebih
dari 10 tahun, Safir Senduk menyarankan supaya alokasi dana pendidikan dialihkan ke produk keuangan lain
yang memberikan imbal hasil lebih tinggi.
Setidaknya, produk investasi tersebut bisa memberikan imbal hasil minimal sama dengan kenaikan biaya
sekolah anak per tahun. Contoh instrumen yang ideal adalah investasi di produk reksadana, saham, atau emas
batangan.
(Diambil dari tulisan Edisi Khusus KONTAN Mei 2010)


RISIKO PERENCANAAN KEUANGAN
Mengurangi risiko dengan antisipasi matang
Oleh Titis Nurdiana, Adi Wikanto - Kamis, 28 Oktober 2010 | 16:11 WIB




                                        JAKARTA. Punya banyak uang, bisa foya-foya, tua bahagia, dan mati
                                        masuk surga. Barangkali, ini cita-cita kebanyakan orang. Namun,
                                        manusia memang hanya bisa berharap dan merencanakan. Hasilnya
                                        belum tentu sesuai harapan.

                                     Begitu juga dalam perencanaan keuangan. Meski hasilnya belum tentu
                                     sesuai dengan harapan, kita bisa mengantisipasi kemungkinan
                                     munculnya risiko. "Antisipasi dengan mengelola risiko," tandas Prita
                                     Hapsari Gozie, Kepala Perencana Keuangan ZAP Finance. Mengelola
risiko bertujuan mencegah atau meminimalkan terjadinya kerugian dalam rencana keuangan.

Ada empat risiko dalam perencanaan keuangan: yakni risiko kehilangan penghasilan, risiko pasar, risiko kredit,
serta risiko kesehatan. Risiko pasar terjadi ketika nilai aset lancar berkurang karena terpengaruh kondisi harga
di pasar. Risiko kredit berupa kemungkinan gagal bayar atas obligasi atau utang yang kita miliki. Risiko
kesehatan terjadi lantaran biaya kesehatan yang tinggi.

Menurut Ligwina Poerwo Hananto, Chief Executive Officer Quantum Magna Financial, upaya mengantisipasi
risiko tak berarti harus membeli produk asuransi. Kita bisa melakukannya melalui tindakan pencegahan,
mengurangi, membagi, atau mengalihkan risiko. "Agar terhindar dari risiko kerusakan mobil, Anda bisa
menggunakan angkutan umum atau hati-hati berkendara," ujar Wina, panggilan karib Ligwina.

Begitu pula dengan kesehatan. Untuk menghindari risiko sakit, misalnya, Anda bisa mencegahnya dengan
mengatur pola makan dan olahraga teratur. "Asuransi kesehatan hanya menjadi tambahan untuk memastikan
jika sakit tetap memiliki perlindungan," ujar Wina.

Risiko kehilangan penghasilan dapat ditanggulangi dengan beberapa cara. Salah satunya dengan memiliki
asuransi jiwa untuk kepala keluarga. "Memiliki asuransi jiwa untuk menjamin masa depan keluarga," imbuh
Prita.
                                                                                                               9
Risiko kehilangan pekerjaan juga bisa diantisipasi dengan menyiapkan dana darurat. Bagi karyawan, nilai dana
darurat yang ideal minimal enam kali pengeluaran bulanan. Sementara, untuk wiraswasta, minimal 12 kali
pengeluaran bulanan. "Bisa juga dengan mempersilakan pasangan kita bekerja sehingga tak bergantung 100%,"
ujar Wina.

Sri Khurniatun, Kepala Perencana Keuangan dari Kurnia Consulting, menambahkan bahwa memiliki aset aktif
seperti rumah kos, kontrakan, atau bisnis sampingan juga membantu mengantisipasi risiko atas kehilangan
pekerjaan. "Pendapatan dari usaha-usaha sampingan ini bisa menjadi pos penghasilan lain," ujar Sri.
Mengukur risiko

Para perencana keuangan menyarankan, sebelum kita menghadapi risiko, sebaiknya kita memahami profil
risiko pribadi kita masing-masing. Ada tiga variabel yang umumnya menjadi patokan menghadapi risiko dalam
perencanaan keuangan keluarga.

Pertama, adalah bagaimana sikap atau toleransi Anda terhadap risiko. Kedua, seberapa besar kemampuan atau
kapasitas keuangan Anda dalam menghadapi risiko. Terakhir, seberapa besar asumsi risiko yang ditetapkan.
"Berkaca dari tiga faktor tersebut, masing-masing individu dengan tujuan keuangan tertentu memiliki
kemampuan berbeda dalam menghadapi risiko," tandas Wina.

Ketika mencairkan pinjaman, Anda harus sadar bahwa ada kewajiban untuk mengembalikan. Oleh karena itu,
sebelum berutang, Anda harus berhitung dulu berapa besar kemampuan untuk mengembalikan. "Kalau dirasa
tak bisa membayar utang, jangan berutang," kata Wina.

Risiko investasi biasa menempel pada orang yang suka berinvestasi. Untuk itu, mereka harus menyesuaikan
alokasi aset dengan cara berinvestasi sesuai dengan sifat pribadinya.

Cara mudah untuk mengetahui sifat pribadi ini adalah bertanya pada diri sendiri. Apakah di dalam kehidupan,
kita cukup berambisi? Apakah kita termasuk orang yang sangat agresif di dalam menekuni pekerjaan atau
apakah Anda menyukai hobi yang menantang?

Apabila jawaban Anda "iya", berarti Anda cenderung menjadi orang yang agresif. "Orang agresif sudah pasti
lebih berani mengambil risiko," ujar Wina. Alhasil, Anda bisa mengalokasikan investasi Anda di dalam produk
yang agresif. Begitu pula sebaliknya.

Selain itu, melakukan diversifikasi juga menjadi salah satu cara untuk menurunkan risiko. Teori kuno ini
memang harus dilaksanakan sebagai salah satu cara ampuh untuk menurunkan tingkat risiko. "Dengan
menyebar investasi di beberapa produk yang berlainan, Anda akan terhindar dari risiko penurunan nilai aset,"
ujar Wina.


KIAT BERBELANJA SESUAI KEBUTUHAN
Berbelanja sewajarnya saja, jangan gelap mata
Oleh Sam Cahyadi, Ruhut Ambaruta, Diade Riva Nugrahani - Kamis, 09 Desember 2010 | 15:38 WIB


                                   JAKARTA. Uang hasil jerih payah bekerja pada akhirnya memang
                                   digunakan untuk berbelanja. Tapi, jika salah memanfaatkannya, bisa-bisa
                                   kita pusing tujuh keliling.

                                   Kita memang harus benar-benar teliti menggunakan uang, baik untuk
                                   membeli barang atau membayar jasa. "Setiap orang harus bisa mengukur
                                   kebutuhannya sendiri," kata Risza Bambang, perencana keuangan dari
                                   Shildt Financial Planning.

Menurut Bambang, mengukur kebutuhan belanja mutlak dilakukan agar kita tidak terjebak pada sebuah
                                                                                                               10
keinginan dan nafsu belanja semata. Jadi, berbelanjalah sesuatu yang memang menjadi kebutuhan kita.

Karena itu, sebelum memanfaatkan uang, kita harus menentukan apa saja kebutuhan kita pada saat itu. Kita
juga harus menyusun daftar kebutuhan sesuai skala prioritas.

Setelah menyusun daftar kebutuhan, kita harus menyusun money tracking alias catatan arus keluar masuk
keuangan. Cara ini bertujuan untuk mengukur kemampuan keuangan kita sebelum menghabiskannya. "Kalau
kita tidak disiplin menyusun money tracking, keuangan kita berisiko menjadi lebih besar pasak daripada tiang,"
cetus Bambang.

Nah, setelah itu kita harus memastikan bahwa barang-barang tersebut benar-benar kebutuhan kita, atau sekadar
keinginan belaka . "Cara mengukurnya, kalau barang atau aset yang kita beli minimal bisa menghasilkan aset
lagi, artinya, aset itu adalah kebutuhan," terang Bambang.

Umumnya, perangsang berbelanja adalah iming-iming harga murah atau sedang ada program promosi. Jika kita
memang membutuhkan barang tersebut dan ada dana cukup, silakan saja membelinya. Tapi, kalau hanya
mengejar murah, padahal di rumah sudah memiliki banyak barang serupa, jangan sekali-kali membelinya.

Taruh kata kita sedang membutuhkan suatu barang, jangan pernah ragu membandingkan harga dari satu gerai
dengan gerai lain. Dengan nilai manfaat yang sama tapi dengan biaya lebih murah, berarti kita sudah
menghemat duit.

Manfaat ganda

Kendati mendapati program diskon harga barang kebutuhan kita, kita pun jangan terburu membelinya. Mungkin
kita sudah merencanakan lama untuk membeli produk itu, tapi jika tak masuk anggaran bulanan, jangan
memaksa membelinya. Sebab, jika harganya mahal dan di luar bujet bulanan kita, sudah pasti bakal
mengganggu kas bulanan.

Akan lebih baik lagi apabila kita membeli barang konsumtif yang sekaligus bisa sebagai sarana investasi.
Ambil contoh, kita membeli mobil dengan fasilitas cicilan dan memanfaatkannya sebagai usaha rental
kendaraan. Upaya ini bisa menghasilkan uang, sehingga cicilan bulanan tidak memberatkan keuangan kita.
"Artinya, kita belanja konsumtif untuk investasi," tandas Bambang.

Prinsip serupa bisa kita terapkan pada saat membeli rumah dengan fasilitas kredit. Jika tidak benar-benar
terdesak menempati rumah tersebut, kita bisa menyewakan atau mengontrakkannya kepada orang lain, sehingga
uang sewa itu bisa dimanfaatkan untuk membayar cicilan rumah. "Tapi, kita memang perlu mempertimbangkan
lokasi yang strategis agar mendapatkan uang sewa tinggi," kata Bambang.

Mike Rini, perencana keuangan dari Mike Rini and Associates, membagi kebutuhan belanja menjadi dua
kategori. Pertama, kebutuhan sehari-hari seperti belanja bahan pokok. Kedua, kebutuhan besar yang frekuensi
pembeliannya jarang tapi nilainya besar.

Sebelum berbelanja kebutuhan sehari-hari, kita harus menyesuaikannya dengan jumlah kebutuhan seluruh
anggota keluarga. "Jangan berbelanja kebutuhan sehari-hari melebihi konsumsi, karena bahan pokok bisa rusak
jika disimpan terlalu lama," terang Mike.

Kita juga harus memperhitungkan masa pakai suatu barang sebelum membeli barang elektronik atau mobil.
Jadi, tidak tepat seandainya kita membeli barang elektronik hanya karena sedang ada program diskon atau
karena barang itu model terbaru.

Mike juga mengritik cara kebanyakan orang membeli sandang atau pakaian. Menurutnya, belanja pakaian
sebenarnya cukup tiga sampai enam bulan sekali, sehingga tidak membeli pakaian sebulan sekali.

Nyatanya, banyak yang membeli baju baru setiap bulan sekali. "Selama masih layak pakai dan tidak
ketinggalan mode, kita tidak perlu membeli pakaian baru," kata Mike.


                                                                                                            11
EVALUASI TUJUAN KEUANGAN 2010
Mengapa mobil impian gagal masuk garasi? (1)
Oleh Fransiska Firlana, Raymond Reynaldi - Kamis, 16 Desember 2010 | 12:47 WIB


                                     JAKARTA. Menjelang pergantian tahun, Juanita tampak murung. Dia
                                     kembali gagal mewujudkan mimpinya untuk membeli mobil baru tahun
                                     ini. Padahal, impian itu sudah ia pendam sejak dua tahun silam.

                                     Dia menyesali sikap hidup borosnya sepanjang Tahun Macan 2010.
                                     Diskon besar-besaran di berbagai pusat perbelanjaan telah menggodanya
                                     menghamburkan uang untuk membeli barang-barang yang sejatinya tidak
                                     begitu dia perlukan. Baju-baju pesta yang hanya sekali pakai atau tas-tas
                                     mahal yang lebih sering disimpan di kotak penyimpanan ketimbang
                                     dipakai sehari-hari ke kantor.

Tahun ini, ia juga harus melakukan pengeluaran tak terduga lantaran dia jatuh sakit dan harus dirawat di rumah
sakit selama 10 hari. Sayang, ia belum memiliki asuransi.

Juanita bertekad, tahun depan ia harus memiliki asuransi dan lebih disiplin menyisihkan gajinya. Inilah resolusi
keuangan Juanita untuk tahun depan.

Nah, apakah Anda juga seperti Juanita yang gagal mencapai target-target finansial tahun ini? Sebelum
menapaki tahun yang baru, kini adalah saat yang tepat untuk melakukan evaluasi terhadap perencanaan
keuangan yang Anda buat untuk periode tahun ini.

Evaluasi ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan finansial Anda tahun ini tercapai sesuai
jadwal. Evaluasi juga diperlukan sebelum kita membuat perencanaan keuangan ke depan.

Cek pencapaian target

Dalam melakukan evaluasi keuangan, Anda perlu memperhatikan tiga hal. Pertama, apakah target finansial
yang Anda tetapkan tahun ini tercapai?

Ambil contoh, Anda mungkin menargetkan bisa membeli mobil baru, seperti halnya Juanita. Atau, Anda
menargetkan bisa memperoleh imbal hasil dari investasi Anda minimal sebesar 30% pada tahun ini. Atau, Anda
ingin melakukan renovasi rumah. “Cek apakah sudah sesuai harapan, di atas harapan, atau justru di bawah
harapan,” tutur Budi Raharjo, Managing Partner One Consulting, sebuah lembaga penasehat keuangan.

Hal kedua yang harus Anda pertanyakan adalah, apakah target-target finansial tersebut berjalan sesuai jadwal
atau tidak dan apakah hal tersebut telah dilakukan dengan benar sesuai perencanaan keuangan yang Anda susun
sebelumnya.

Misalnya, dalam perencanaan keuangan, Anda sudah berencana melakukan investasi secara rutin dengan
menginvestasikan Rp 500.000 setiap bulan ke produk reksadana saham. Cek, apakah hal tersebut konsisten
Anda laksanakan. Jika tidak, tentu ini akan mempengaruhi perencanaan keuangan jangka panjang Anda. Sebab,
hasilnya bisa saja tidak sesuai dengan harapan Anda.

Pertanyaan ketiga adalah, apakah ada perubahan yang bisa mempengaruhi kondisi keuangan Anda sepanjang
periode rencana keuangan tahun ini? Perubahan yang dimaksud bisa berarti positif maupun negatif. Yang
positif, misalnya, Anda mendapatkan bonus tak terduga dari perusahaan atau Anda mengalami kenaikan gaji.
Bisa juga Anda mendapatkan pekerjaan baru yang menyebabkan penghasilan bulanan Anda melonjak cukup
drastis. Atau, bintang Anda sedang terang sehingga mendapatkan warisan keluarga yang signifikan. Wow!

Namun, yang terjadi bisa sebaliknya. Perubahan itu bisa berarti, Anda mengalami pemutusan hubungan kerja
(PHK) sehingga kehilangan penghasilan rutin. Atau, Anda mengalami banyak pengeluaran tidak terduga
                                                                                                              12
sepanjang 2010 sehingga dana darurat terkuras. Bahkan, tidak mustahil, Anda justru terjebak utang-utang baru.
“Ini semua perlu penyesuaian dan antisipasi,” ujar Budi lagi.

(Bersambung)


PERENCANAAN KEUANGAN
Lakukan evaluasi perencanaan keuangan secara periodik
Oleh Fransiska Firlana, Raymond Reynaldi - Senin, 10 Januari 2011 | 18:53 WIB


                              JAKARTA. Pelaksanaan perencanaan keuangan harus dievaluasi secara rutin.
                              Tujuannya, jelas, agar kesadaran kita akan kondisi finansial kita selalu terjaga.
                              Pertanyaannya, kapan evaluasi perencanaan keuangan tersebut mesti dibuat?
                              Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk dan Rekan,
                              berpendapat bahwa evaluasi bisa dilakukan setiap enam bulan atau satu tahun
                              sekali. Khusus bagi orang yang baru pertama kali melakukan perencanaan
                              keuangan alias pemula, Rakhmi menyarankan, evaluasi tersebut dibuat setiap tiga
bulan sekali.


"Evaluasi ini tidak hanya menjamin rencana kita bakal terwujud, tetapi sekaligus menjadi sarana mengubah
gaya hidup yang terencana," jelas dia.


Sementara, perencana keuangan dari Shildt Consulting Joanes Widjajanto juga yakin, evaluasi rencana
keuangan harus dilakukan. Tanpa evaluasi, kita tidak tahu apa rencana apa yang akan dibuat untuk tahun
selanjutnya. Jadi, "Minimal evaluasi setiap akhir tahun," tegas dia.


Malah, perencana keuangan dari Kurnia Consulting, Sri Kurniatun mengatakan, evaluasi akan lebih baik bila
dilakukan bulanan, atau minimal per tiga bulan. Tidak hanya dilakukan setiap akhir tahun. Ini berlaku bagi
siapa saja. "Tujuannya mengantisipasi apabila terjadi perubahan dalam pelaksanaannya," ujar Sri.


Lebih lanjut, dia menyebut, jika evaluasi per akhir tahun, akan sulit mengantisipasi bila ada perubahan,
misalnya perubahan penghasilan atau keperluan yang mendadak.


Evaluasi juga perlu dilakukan untuk memberikan kenyamanan di masa mendatang. "Ini menyangkut kebutuhan
dana tahun selanjutnya," kata Joanes. Setelah tahu besaran dana yang dibutuhkan, Anda bisa memperkirakan
sumber pendanaannya.


Ambil contoh, bila penempatan dana di tabungan kurang menguntungkan, Anda bisa mengalihkan dana itu ke
produk yang lebih menguntungkan, seperti deposito ataupun reksadana. Boleh juga, diinvestasi ke emas yang
memiliki kenaikan harga relatif stabil.


KIAT ANTISIPASI KENAIKAN BBM
Berhemat bahan bakar agar kocek tidak terbakar (1)
Oleh Dikky Setiawan - Jumat, 25 Maret 2011 | 18:16 WIB



                                                                                                                  13
JAKARTA. Kenaikan harga BBM kerap menjadi momok menakutkan
                                        bagi masyarakat. Maklum, kenaikan harga BBM acap memantik
                                        lonjakan harga-harga kebutuhan pokok, juga harga di sektor pelayanan
                                        dan jasa. Kalau sudah begitu, daya beli (purchasing power)
                                        masyarakat pun melemah. Walhasil, kualitas hidup masyarakat
                                        semakin terpuruk.
                                         Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk & Rekan,
menilai kenaikan harga BBM lazim berdampak pada semua sektor. Tak hanya transportasi tapi juga sandang,
pangan, dan papan. Nah, kalau inflasi ini terus terjadi, ekonomi rumah tangga yang tak mendapatkan kenaikan
penghasilan (sesuai dengan inflasi) akan terancam.
Apalagi jika rumah tangga mempunyai utang dengan bunga mengambang. Soalnya, kenaikan inflasi bisa
memicu kenaikan suku bunga yang berarti memicu kenaikan pada pembayaran cicilan utang tiap bulannya.
"Bisa dibayangkan, penghasilan tetap, tapi pengeluaran bertambah tidak hanya di biaya hidup, tapi juga di pos
pembayaran utang," kata Rakhmi.
Masa penyesuaian
Lanjut Rakhmi, biasanya rumah tangga membutuhkan waktu minimal tiga bulan hingga empat bulan untuk
menyesuaikan diri. Menjadi lebih hemat atau justru mengubah pos-pos pengeluaran, atau menambah
penghasilan. Selama satu hingga dua bulan pertama kalangan rumah tangga akan merasakan dampak kenaikan
harga BBM tadi. Lalu, satu hingga dua bulan berikutnya mereka mulai menyesuaikan diri.
"Jadi, jika dalam tiga sampai empat bulan pertama dampak kenaikan BBM masih terasa memberatkan, itu
sangat wajar," imbuh Rakhmi.
Dia mengingatkan, pada masa-masa penyesuaian ini setiap rumahtangga jangan buru-buru menggunakan dana
cadangan. Sebab, kemungkinan defisit di awal pemberlakuan kebijakan kenaikan BBM sangat besar. Jangan
sampai hanya karena belum terbiasa, kemudian dana cadangan terpakai. Padahal, sebenarnya masih bisa
berhemat.
Tapi, lanjut Rakhmi, bila sudah lewat masa 3-4 bulan, penyesuaian tetap tak bisa dilakukan (memang tak ada
lagi pos-pos yang bisa dikurangi), solusinya adalah menambah penghasilan yang signifikan untuk menutupi
defisit tadi.
Nah, bagaimana seharusnya masyarakat mengatur ekonomi rumahtangga di saat harga BBM naik? Berikut ini
beberapa tip sederhana yang dirangkum KONTAN dari sejumlah perencana keuangan:


1. Evaluasi anggaran rumahtangga
Langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah mengevaluasi anggaran rumah tangga. Menurut Mike Rini,
perencana keuangan dari MRE Financial & Advisory, evaluasi tersebut terdiri dari dua komponen: pengeluaran
dan pemasukan.
Ingat, pertama-tama Anda harus mengevaluasi aspek pengeluaran rumahtangga. Aspek ini terbagi dalam dua
kategori, yakni pengeluaran bersifat harian (daily) dan masa mendatang (future). Item pengeluaran harian
biasanya terdiri dari biaya makanan, pakaian, transportasi, komunikasi, iuran listrik, dan gas. "Nah, mampukah
penghasilan Anda memenuhi biaya kegiatan sehari-hari rumahtangga," kata Mike.
Sementara itu, tambah Mike, pengeluaran yang bersifat future terbagi dalam dua macam: terduga (predicted )
dan tidak terduga (unpredicted). Contoh dari pengeluaran terduga antara lain biaya memperpanjang surat tanda
nomor kendaraan (STNK) mobil atau sepeda motor, biaya membayar pajak bumi dan bangunan (PBB) rumah,
dan biaya yang bersifat saving, seperti dana pendidikan serta dana pensiun.
Adapun pengeluaran yang tidak terduga biasanya menyangkut dana kesehatan atau kecelakaan. Semua
komponen pengeluaran itu harus bisa Anda deteksi. Setelah itu, lakukan alokasi anggaran dengan cermat agar
tidak menambah beban hidup Anda.
Mike mengakui, ketika biaya hidup naik, penghasilan seseorang biasanya juga akan naik. Masalahnya,
penghasilan tersebut kerap tidak sesuai dengan biaya hidupnya. Oleh sebab itu, ketika harga kebutuhan pokok
naik akibat lonjakan harga BBM, Anda dituntut meningkatkan penghasilan.


                                                                                                             14
Ini bisa dilakukan dengan meningkatkan kualitas kemampuan di tempat bekerja, mendiversifikasi penghasilan,
dan meningkatkan pendapatan bisnis bagi wiraswasta. "Jadi, situasi kegiatan yang menghasilkan pendapatan
harus dievaluasi. Semua itu bertujuan mengimbangi anggaran pengeluaran," imbuh Mike. (Bersambung)


KIAT ANTISIPASI KENAIKAN BBM
Berhemat bahan bakar agar kocek tidak terbakar (selesai)
Oleh Dikky Setiawan - Senin, 04 April 2011 | 13:41 WIB


                                     JAKARTA. Kenaikan harga BBM acap memantik lonjakan harga-harga
                                     kebutuhan pokok, juga harga di sektor pelayanan dan jasa. Lantas,
                                     bagaimana seharusnya mengatur ekonomi rumahtangga di saat harga BBM
                                     naik? Berikut ini lanjutan beberapa tip sederhana yang dirangkum
                                     KONTAN dari sejumlah perencana keuangan:


                                     2. Evaluasi aktivitas transportasi

                                     Ini bertujuan agar Anda bisa menghemat anggaran transportasi sehari-hari,
sehingga penghasilan yang didapat bisa dimanfaatkan secara maksimal. Evaluasi dilakukan selama sepekan,
pada hari aktif bekerja atau masa berlibur.
Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Advisory bilang, evaluasi itu bisa dilakukan dengan cara
mengurangi pemakaian kendaraan pribadi. Bagi Anda yang bekerja sebagai karyawan kantoran, sebaiknya
menggunakan transportasi umum atau bike to work ketika hendak pergi ke kantor. Jika tetap ingin
menggunakan kendaraan pribadi, usahakan memanfaatkannya secara kolektif. "Anda pergi ke kantor dengan
teman, sehingga biaya bahan bakar bisa ditanggung bersama," saran Mike.
Cara lain, mengatur jalur transportasi yang kita lalui ketika beraktivitas di luar rumah. Sebelum bepergian
dengan kendaraan pribadi, usahakan mengatur jalur transportasi yang akan kita lalui. Usahakan juga dalam
sehari bisa selesai ke beberapa tempat. Jadi, efisiensi di waktu.
Joannes Widjajanto, perencana keuangan dari Shildt Financial Planning, mempunyai cara lain untuk
menghemat anggaran transportasi, yakni mengombinasikan penggunaan kendaraan pribadi dan angkutan
umum. Menurut Joannes, ketika hendak pergi ke kantor, Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi berupa
sepeda motor, lalu dilanjutkan dengan kendaraan umum, seperti kereta api, angkot atau bus.
Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk & Rekan menambahkan, penghematan lain yang
bisa dilakukan, adalah mengurangi aktivitas berlibur menggunakan kendaraan pribadi. "Misalnya, biasa jalan-
jalan setiap akhir pekan, sekarang dikurangi dan lebih banyak bermain di rumah," kata dia.


3. Evaluasi perawatan kendaraan
Langkah lain yang harus Anda lakukan untuk mengatasi dampak kenaikan harga BBM adalah mengevaluasi
perawatan kendaraan pribadi. Tujuannya, kata Mike, demi menghemat konsumsi bahan bakar kendaraan. Yang
tadinya Anda tidak peduli, sebaiknya mulai melakukan perawatan kendaraan secara optimal. "Jika mesin
kendaraan Anda bagus, selain konsumsi BBM irit, juga bisa menghemat pembelian suku cadang," kata dia.
Saran senada diungkapkan Joannes. Dia bilang, ketika harga BBM naik, biasanya harga onderdil kendaraan
bermotor juga ikut terkerek. Untuk menghemat pengeluaran biaya pembelian onderdil di bengkel, Anda harus
mulai mempelajari perawatan kendaraan dengan baik. "Dengan memperlakukan kendaraan kita secara baik,
kerusakannya bisa ditekan. Cara ini bisa menghemat pemborosan bahan bakar dan pembelian onderdil,"
imbuhnya.

4. Evaluasi jenis kendaraan

Selanjutnya, mengevaluasi jenis kendaraan yang Anda gunakan. Menurut Joannes, untuk menekan anggaran
                                                                                                              15
transportasi, tak ada salahnya Anda mencoba mengganti kendaraan Anda dengan jenis yang bisa menghemat
bahan bakar. Sekarang banyak pilihan kendaraan. Misalnya, saat ini sudah ada mobil yang hanya mengonsumsi
bahan bakar 1 liter, tapi bisa menempuh jarak hingga sejauh 15 km?20 km.
Mike mengatakan, biasanya penghematan banyak dilakukan oleh kalangan yang pas-pasan. Namun, dalam
kasus lonjakan harga BBM, kalangan menengah atas bisa melakukan penghematan. Contohnya, jika seseorang
sudah tak mampu memiliki mobil mewah, jangan sungkan mengganti mobilnya dengan model yang lebih
ekonomis dan hemat BBM. "Kendati dari sisi prestise turun, tapi dia tetap memiliki mobil," kata Mike.
Nah, kini kembali pada Anda sendiri. Sanggup berhemat?


Ada kendaraan, ada pengeluaran rutin
Jika memang secara ekonomi Anda sudah merasa mampu memiliki kendaraan, baik roda empat maupun roda
dua, tidak ada salahnya Anda membeli kendaraan dengan model yang sesuai keinginan. Namun, yang patut
diperhatikan adalah konsekuensi memiliki mobil tersebut. Setidaknya, ada tiga pos pengeluaran pasti yang
menjadi konsekuensi Anda akibat memiliki mobil.
Pertama, biaya operasional. Ingat, jika punya kendaraan, tentu akan ada biaya operasional yang harus Anda
bayar. Mobil atau sepeda motor butuh bahan bakar yang harus Anda isi satu atau dua hari sekali. Belum lagi
kalau Anda datang ke pusat perbelanjaan, tentu ada biaya parkir yang hitungannya per jam. "Jadi, semua itu
meliputi biaya sehari-hari dalam penggunaan kendaraan," kata Rakhmi.
Kedua, biaya perawatan rutin. Jika memiliki kendaraan, Anda juga harus siap untuk merawat mobil itu. Anda
perlu mengganti rutin suku cadang tertentu dan oli. Bentuk perawatan lainnya yaitu mencuci kendaraan setiap
satu sampai dua hari sekali. Jika Anda malas mencuci sendiri, otomatis harus mengeluarkan biaya untuk jasa
pencucian.
Ketiga, biaya perbaikan. Dalam banyak kasus, tidak sedikit orang yang memiliki kendaraan hanya bisa
menggunakan, tanpa bisa memperbaiki. Kadang ketidaktahuan kita dalam merawat kendaraan bisa membuat
kendaraan cepat rusak dan harus dibetulkan. "Karenanya, Anda harus bisa merawat sendiri," kata Rakhmi.


KIAT MERENCANAKAN ANGGARAN PERNIKAHAN
Merancang biaya nikah agar pesta tetap meriah (1)
Oleh Dikky Setiawan - Jumat, 08 April 2011 | 19:03 WIB


                                         JAKARTA. Pernikahan adalah momen terindah yang akan dikenang
                                         sepanjang hidup seseorang. Oleh karena itu, untuk bisa mendapatkan
                                         momen pernikahan yang indah, tidak sedikit pasangan yang
                                         mengabadikan hari sakral tersebut dengan pesta yang meriah dan
                                         mewah.
                                          Persiapan pernikahan yang panjang dan biaya pernikahan yang besar
                                          seolah terbayar. Kedua pengantin larut dalam kebahagiaan yang
                                          berbaur dengan tawa para sahabat, sanak keluarga, maupun kolega
                                          yang turut merayakan hari bahagia. Sayang, tidak sedikit pula,
                                          pasangan pengantin yang harus pusing usai pesta pernikahannya
digelar. Mereka terbelit utang yang terkadang tidak kecil demi menutupi biaya pesta pernikahan.
Padahal, ungkap Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk & Rekan, bagian terpenting
sebuah pernikahan adalah janji (akad) yang diucapkan dari kedua pasangan pengantin. Rakhmi mengingatkan,
setelah momen pernikahan, masih banyak hal lain yang perlu dipersiapkan si pengantin untuk kehidupan
rumahtangganya. Tentu saja, hal ini butuh biaya yang sangat banyak dibandingkan dengan sebuah pesta sesaat.
"Jadi, hindari utang karena sangat tidak sepadan hanya demi kesenangan satu hari, akhirnya si pengantin atau
keluarganya sampai harus bersakit-sakit selama beberapa tahun kemudian akibat terbelit utang," imbuhnya.

Nah, untuk menghindari hal semacam itu, seseorang jelas harus merencanakan biaya pernikahan dengan
                                                                                                               16
matang. Lalu, bagaimana cara menyiapkan biaya itu? Berikut adalah tips merencanakan biaya pernikahan dari
sejumlah perencana keuangan dan perencana pernikahan (wedding organizer).

Siapkan dana

Pada saat Anda dan pasangan telah menggelar lamaran atau telah menetapkan tanggal pernikahan, sebaiknya,
saat itu juga mulai mempersiapkan biayanya. Menurut Rakhmi, lazimnya, persiapan nikah butuh waktu sekitar
satu tahun hingga dua tahun. Namun, terkadang calon pengantin baru mulai mempersiapkan dana setelah
mengetahui tanggal pernikahan.


Nah, karena jangka waktu yang singkat seperti itulah, biaya untuk menikah tidak bisa disimpan dalam
instrumen investasi berisiko tinggi. "Harus disimpan dalam investasi yang cukup aman, seperti tabungan atau
deposito. Alternatif lainnya bisa di reksadana pasar uang atau emas. Ini sekaligus untuk mempersiapkan mahar
emas," katanya.

Tapi, sambung Rakhmi, kalau yang mempersiapkan dana pernikahan adalah orangtua, biasanya dilakukan
dalam waktu yang panjang. Semakin panjang waktu persiapannya, semakin fleksibel tipe instrumen investasi
yang bisa digunakan. "Tapi, bentuk investasinya juga harus disesuaikan dengan profil risiko orangtua,"
tambahnya.

Selain dengan cara menabung dan berinvestasi, menyiapkan biaya pernikahan bisa dilakukan dengan menjual
aset tertentu yang dimiliki. Langkah ini lebih bijak dibandingkan dengan berutang. Menjual aset biasanya
dilakukan oleh orangtua si calon pengantin.

Tetapkan pembagian porsi pembiayaan

Karena pernikahan merupakan penyatuan dua insan menjadi satu keluarga dan menyambung silaturahmi dua
keluarga besar menjadi saudara, tidak ada salahnya Anda dan pasangan berbagi tanggungjawab membiayai
pernikahan.
Menurut Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Advisory, dalam merencanakan pernikahan,
seyogianya calon pengantin menggelar rapat pendanaan. Tujuannya untuk keterbukaan masing-masing pihak.
Keterbukaan perlu dilakukan untuk menghindari masing-masing pihak dari janji ataupun perencanaan acara
pernikahan di luar kemampuan keuangannya.
Pembagian tugas pembiayaan tergantung dari kesepakatan kedua pihak. Kata Mike, yang penting masing-
masing calon pengantin dan keluarganya saling memberikan kontribusi biaya. "Persentasenya bisa 50%-50%,
atau pihak pengantin pria yang lebih besar. Syaratnya adil dan terbuka," imbuh Mike.
Sependapat, Muhamad Ichsan, perencana keuangan dari Prime Planner, bilang, cara terbaik menanggung biaya
pernikahan dengan membagi pendanaan. "Tapi, tren saat ini calon pengantin pria yang menyiapkan dana, dan
pihak pengantin wanita yang aktif mengelola dananya," katanya.


Tetapkan batas bujet pernikahan

Sederhana atau meriah sebuah acara pernikahan, sangat ditentukan jumlah dana yang tersedia. Karenanya,
Anda perlu menetapkan batas maksimal anggaran untuk menghindari pengeluaran yang terlalu boros. Misalnya,
biaya undangan pernikahan atau kebaya pernikahan yang kelewat mahal. Padahal, pengantin bisa menyewa.

Selain itu, penetapan batas bujet juga menjadi patokan dana yang harus Anda kumpulkan secara bertahap sejak
awal. Batas anggaran juga berfungsi sebagai alat kendali pasangan pengantin dalam mempersiapkan
pernikahan.
Dengan menetapkan batas anggaran, Anda pun bisa menghindari utang. "Yang membuat biaya pernikahan
membengkak adalah banyak keinginan calon pengantin. Sebenarnya, lebih baik menyesuaikan dengan
anggaran," kata Rosalin, pemilik Glow Wedding Organizer. (Bersambung)

                                                                                                           17
KIAT MERENCANAKAN ANGGARAN PERNIKAHAN
Merancang biaya nikah agar pesta tetap meriah (selesai)
Oleh Dikky Setiawan - Jumat, 15 April 2011 | 19:15 WIB




                                       JAKARTA. Kendati menjadi momen terindah, sebuah pernikahan kerap
                                       membuat pusing kedua calon mempelai. Apalagi penyebabnya kalau
                                       bukan biaya pesta yang besar. Karena itu, merencanakan biaya
                                       pernikahan sejak dini merupakan langkah yang bijak.
                                       Berikut adalah tips tambahan merencanakan biaya pernikahan dari
                                       sejumlah perencana keuangan dan perencana pernikahan (wedding
                                       organizer):


Tetapkan konsep acara pernikahan
Henny Susanto, pemilik The Greeny Organizer menyebut, langkah selanjutnya yaitu sesuaikan dengan
anggaran yang telah Anda dan pasangan tetapkan. Anda berdua dapat menentukan konsep acara pernikahan
yang diinginkan. Jika anggaran yang tersedia cukup besar, alternatif konsep dan perincian acara bisa lebih
banyak. "Misalnya, menggunakan adat pernikahan daerah masing-masing, lengkap dengan hiburannya," kata
Henny.

Namun, bila anggaran Anda tidak terlalu besar, pesta pernikahan yang sederhana pun dapat dibuat indah dan
tidak terlupakan. Dengan kata lain, ujar Henny, dalam menggelar pesta pernikahan, Anda tidak harus mengikuti
tren yang ada saat ini. "Jangan pernah memaksakan anggaran untuk pernikahan," sarannya.
Anda berdua bisa membuat skala prioritas tentang hal apa saja yang diinginkan dalam rangkaian acara
pernikahan. Nah, hal-hal seperti ini harus dipenuhi terlebih dahulu. Bila dana masih tersedia, baru dapat
ditambah detail yang lainnya.

Satu catatan, kata Henny, biaya menggelar pesta pernikahan di dalam (indoor) dan di luar ruangan (outdoor)
berbeda. Biasanya, pesta pernikahan ala outdoor memakan biaya lebih besar daripada indoor, karena ada biaya
pemasangan tenda untuk mengantisipasi turunnya hujan, atau biaya untuk pemanggilan pawang hujan.

Tetapkan alokasi biaya pernikahan

Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Advisory menyebut, umumnya biaya pernikahan terbagi
tiga, yakni biaya internal, eksternal, dan cadangan. Nah, sebelum hari H pernikahan, sebaiknya Anda
merancang susunan alokasi bujet itu. Cara ini akan memudahkan Anda menghitung anggaran pengeluaran pesta
pernikahan.

Mike bilang, biaya internal biasanya meliputi biaya-biaya yang terkait langsung dengan kebutuhan si calon
pengantin. Misalnya, biaya penghulu, adminstrasi kantor urusan agama (KUA), mahar, busana, serta rias
pengantin.

Sedangkan biaya eksternal meliputi, biaya penyelenggaraan pesta pernikahan. Antara lain sewa gedung, izin
penyelenggaraan, menu katering, pemasangan tenda, cetak undangan, dekorasi, kostum keluarga, suvenir,
hiburan, upacara adat, dan dokumentasi pernikahan.

Adapun pada pos biaya tidak terduga, biasanya, meliputi kebutuhan- kebutuhan yang tidak termasuk di dalam
alokasi biaya pernikahan. "Misalnya, ada alat perlengkapan pernikahan yang Anda sewa mengalami kerusakan
dan Anda diwajibkan untuk menanggung kerusakannya," imbuh Mike.
                                                                                                             18
Selain itu, dana cadangan juga diperlukan jika suvenir yang telah disediakan ternyata tidak cukup. "Porsi dana
cadangan yang harus Anda siapkan ketika menggelar pernikahan sekitar 10% dari total biaya," katanya.
Nah, bekal merancang biaya pernikahan sudah lengkap. Kini, keputusan ada di tangan Anda. Selamat mencoba!

Hemat biaya, pesta pernikahan tetap ceria

Setiap pasangan yang akan menikah, niscaya, mendambakan pesta pernikahan yang sesuai keinginannya. Tapi,
bukan berarti pasangan itu harus menghamburkan dana yang dimiliki. Bagaimana cara menghemat biaya
pernikahan? Pada intinya, semua pos biaya pernikahan bisa dihemat. Namun, Anda harus mengetahui terlebih
dahulu apa saja komponen biaya yang dibutuhkan dalam pesta pernikahan.

Menurut Henny, pada umumnya, pos terbesar biaya pesta pernikahan adalah katering dan sewa tempat. Kedua
pos ini bisa memakan porsi biaya hingga 40% dari total biaya pernikahan. Porsi biaya selanjutnya adalah
dekorasi (20%), busana pengantin dan dokumentasi (10%), serta undangan dan suvenir (10%). Ada pula biaya
transportasi pengantin, baju keluarga, dan kue pengantin (10%), hiburan (5%), dan biaya lain-lain sekitar 5%.

Nah, yang paling mungkin dihemat adalah sewa tempat. Henny bilang, agar biaya sewa bisa lebih murah,
usahakan mencari tempat yang berada di pinggiran kota. "Di pusat kota lebih mahal. Cari gedung yang
independen, pengelolanya tidak banyak bekerjasama dengan vendor pesta pernikahan, seperti katering. Jadi,
Anda bisa bayar sewa tempat saja," katanya.

Biaya makanan juga bisa dihemat, tapi hanya 5%. "Sediakan makanan yang mengenyangkan, seperti pasta.
Dibandingkan kambing guling, menu pasta lebih mengenyangkan. Dari sisi biaya juga lebih murah," imbuh
Henny.
Komponen biaya lain yang bisa dihemat adalah undangan pernikahan. Undangan bisa dibagi dua sesi. Jadi,
Anda bisa mengundang kolega ketika akad nikah atau saat resepsi pernikahan saja. "Dekorasi dan dan hiburan
juga bisa dihemat, kok," kata Rosalin, pemilik Glow Wedding Organizer.




KIAT MERANCANG PEMBELIAN MOBIL
Mobil idaman terbeli, kantong tetap terlindungi (1)
Oleh Dikky Setiawan - Jumat, 27 Mei 2011 | 18:19 WIB


                                         JAKARTA. Kebutuhan memiliki kendaraan roda empat bagi sebuah
                                         keluarga semakin meningkat. Indikasi ini bisa dilihat dari semakin
                                         banyaknya mobil pribadi yang berseliweran di jalan raya, terutama di
                                         kota-kota besar.

                                         Selain memudahkan keluarga ketika bepergian, baik untuk urusan
                                         pekerjaan maupun urusan rumah tangga, mobil juga melindungi kita
                                         dari risiko kehujanan atau kepanasan saat bepergian. Selain itu, mobil
                                         Anda pun bisa digunakan membawa barang dalam jumlah banyak.
                                         Anda bisa pula menggunakannya untuk tujuan-tujuan produktif
                                         lainnya, seperti mendukung usaha, mengantar anak ke sekolah, dan
mengajak keluarga berlibur.
Demi memiliki sebuah mobil, sebagian besar masyarakat di negeri ini rela merogoh koceknya dalam-dalam.
Bahkan, tak sedikit di antara mereka yang membeli mobil dengan cara berutang dengan memanfaatkan
pinjaman bank atau lembaga pembiayaan (multifinance).

Bukan aset investasi

                                                                                                             19
Banyak orang juga cenderung buru-buru membeli mobil. Aneka tawaran pinjaman atau kredit dengan iming-
iming uang muka kecil dan bunga murah menjadi salah satu pemicu munculnya kecenderungan tersebut.
Padahal, menurut Eko Endarto, perencana keuangan dari Finansia Consulting, mobil atau jenis kendaraan
lainnya masuk kategori barang konsumtif. "Mobil adalah benda yang mengalami penyusutan harga (depresiasi)
dari tahun ke tahun," katanya. Karena itu, umumnya, mobil tidak bisa dijadikan sebagai aset investasi.
Melihat semua plus-minus tersebut, sebaiknya, Anda membuat perencanaan sebelum membeli mobil. Nah, apa
saja yang harus Anda siapkan dalam merencanakan pembelian kendaraan, khususnya mobil? Berikut sejumlah
tip sederhana yang dirangkum KONTAN dari sejumlah perencana keuangan:

*Tentukan fungsi dan kegunaan kendaraan

Sebelum memutuskan membeli sebuah mobil, coba Anda renungkan kembali apakah tujuan niat itu untuk
memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga atau semata untuk memuaskan keinginan Anda? "Ingat. Membeli
mobil merupakan sebuah pengeluaran, meskipun sebagian orang menjadikan mobil sebagai aset," ungkap Risza
Bambang, perencana keuangan Shildt Financial Planning.
Risza juga mengingatkan, jangan sampai Anda berniat membeli mobil hanya karena ikut-ikutan segelintir orang
yang ada di sekeliling Anda, semisal tetangga, teman, keluarga, atau kolega. Jadi, kata Risza, pastikan dahulu,
apa, sih, fungsi atau kegunaan mobil yang Anda beli tersebut untuk kebutuhan sehari-hari? Jika memang Anda
menilai belum perlu, ya, jangan memaksakan kehendak itu.
Eko Endarto menambahkan, membeli kendaraan yang difungsikan untuk kegiatan produktif (usaha) berbeda
dengan membeli mobil untuk kebutuhan konsumtif. Jika untuk kegiatan usaha, tidak ada salahnya Anda
membeli dengan cara kredit. Tapi, jika untuk kebutuhan konsumtif, ada baiknya Anda membelinya secara tunai.

*Lihat kondisi keuangan keluarga

Karena mobil merupakan barang konsumtif, sebelum membeli mobil, Anda harus mengaudit keuangan pribadi
atau rumah tangga. Tujuannya untuk mengukur pengeluaran Anda ketika telah memiliki mobil. Caranya, Anda
tinggal menghitung penghasilan keluarga per bulan. Setelah itu, hitung berapa pengeluaran keluarga per bulan
sebelum membeli mobil.
Nah, setelah angkanya ketahuan, Anda tinggal menghitung komponen biaya yang harus dikeluarkan bila
memiliki mobil. Jika menurut perhitungan Anda, penghasilan keluarga belum memadai untuk membeli mobil
yang diinginkan, ya, jangan memaksakan diri untuk membeli, meskipun itu sebuah mobil bekas.
Sebagai patokan, Risza menyarankan, nilai mobil itu maksimal sekitar 15% dari total nilai aset yang Anda
miliki. Contoh, jika Anda memiliki kekayaan senilai Rp 1 miliar, sebaiknya, Anda hanya memiliki kendaraan
senilai RP 150 juta.
Tentu saja, memiliki merek mobil yang memiliki nilai jual kembali (resale value) tinggi lebih baik ketimbang
memiliki mobil yang nilai jualnya terus merosot drastis. (Bersambung)


KIAT MERANCANG PEMBELIAN MOBIL
Mobil idaman terbeli, kantong tetap terlindungi (Selesai)
Oleh Dikky Setiawan - Jumat, 10 Juni 2011 | 15:20 WIB




                                   JAKARTA. Kini, kebutuhan akan kendaraan roda empat bagi keluarga
                                   semakin meningkat. Namun, perlu diingat mobil atau jenis kendaraan
                                   lainnya masuk kategori barang konsumtif, dan umumnya tidak bisa
                                   dijadikan sebagai aset investasi.
                                   Kendati tidak serumit urusan membeli rumah, membeli mobil juga
                                   membutuhkan sederet pertimbangan, seperti persiapan dana pembelian dan
                                   biaya operasional mobil. Bagaimana merencanakannya agar tak
                                                                                                            20
mengganggu keuangan keluarga? Berikut,i lanjutan tip sederhana dalam merencanakan pembelian kendaraan,
yang dirangkum KONTAN dari sejumlah perencana keuangan:
*Tentukan alokasi biaya pembelian

Hal pertama yang harus dilakukan dalam menentukan alokasi biaya, yaitu mengetahui berapa jumlah dana yang
Anda miliki saat ini dan menentukan sumber dana untuk membeli mobil. Cara terbaik dengan menyisihkan
sebagian penghasilan Anda untuk pembayaran pembelian mobil, baik tunai atau kredit. Tak ada batasan dana
yang bisa disisihkan. Semakin besar penghasilan yang Anda disisihkan, semakin cepat uang pembelian mobil
terkumpul.
"Uang yang Anda sisihkan tadi, bisa ditaruh di instrumen investasi jangka pendek seperti tabungan atau
deposito," saran Eko Endarto, perencana keuangan dari Finansia Consulting.

Anda harus memahami, biasanya ketika membeli mobil, baik tunai maupun kredit, diler mobil akan meminta
Anda membayar biaya 'tanda jadi' atau booking fee agar mobil incaran Anda tidak dibeli orang lain. Lalu, jika
Anda memilih membeli mobil dengan cara kredit, Anda harus menyiapkan uang muka sebagai mahar
pembelian. Biasanya, uang muka kredit kendaraan berkisar 10%-30% dari harga mobil.
Saat ini, jangka waktu kredit mobil rata-rata 1 tahun-4 tahun. Tentu saja, sebaiknya, jumlah cicilan mobil Anda
tidak terlalu besar. Patokannya, seharusnya, jumlah cicilan kredit mobil Anda tidak lebih dari sepertiga
penghasilan Anda per bulan, sehingga sisanya atau dua per tiga penghasilan dapat dipakai untuk keperluan
rumahtangga. Patokan ini sudah berlaku luas. Bahkan, pemberi pinjaman juga melihat kemampuan calon
debitur dengan menggunakan angka acuan yang sama.
Anda juga harus menentukan jangka waktu kredit dengan bijak. Eko mengingatkan, semakin panjang jangka
waktu cicilan, beban bunga kredit yang dipikul pembeli akan semakin besar. Begitu pula sebaliknya.
Satu lagi, jika membeli mobil melalui kredit, Anda harus memilih lembaga kredit yang akan mendanai
pembelian tersebut. Lembaga itu bisa berupa perusahaan pembiayaan atau bank. Biasanya, bunga cicilan kredit
bank akan lebih rendah dibandingkan bunga multifinance.

*Tentukan alokasi biaya operasional

Perencanaan pembelian mobil tidak berhenti sampai mobil nongkrong di garasi. Ingat, ada sejumlah biaya
operasional yang harus Anda keluarkan. Yang pasti, Anda harus menyediakan biaya pembayaran cicilan mobil
per bulan jika Anda membeli mobil secara kredit. Selain itu, Anda juga harus menyiapkan biaya pembelian
bahan bakar, pemeliharaan atau perawatan kendaraan, dan biaya pajak tahunan kendaraan.
"Anda juga harus menyiapkan biaya tidak terduga guna mengantisipasi ketika mobil terkena musibah seperti
kecelakaan atau rusak diterjang bencana alam seperti banjir," kata Rakhmi Permatasari, perencana keuangan
dari Safir Senduk & Rekan.

*Cermat memilih jenis mobil
Banyak di antara kita yang pernah salah menghitung ketika membeli kendaraan. Mobil yang kita beli malah
menjadi beban keuangan keluarga lantaran kerap mengalami kerusakan pada mesinnya. Untuk itu, perencana
keuangan Shildt Financial Planning Risza Bambang menyebut, setelah Anda memastikan kesiapan membeli
mobil, hal yang perlu Anda perhatikan adalah soal pemilihan jenis kendaraan.
Jika keuangan Anda hanya mampu membeli mobil secara kredit, terutama mobil bekas, Risza menyarankan
Anda tidak membeli mobil yang mesinnya rewel. Pilihlah jenis kendaraan yang pemeliharaannya mudah dan
murah. Jangan mudah tergoda dengan model trendi atau bodi yang mulus.
Menurut Risza, yang paling utama dalam membeli mobil adalah kondisi mesin. Ingat, kondisi mesin sangat
menentukan biaya operasional (bahan bakar dan oli), serta biaya pemeliharaan mobil seperti servis, dan
pembelian suku cadang.
Selain itu, jika berniat membeli mobil, sebaiknya Anda memilih jenis yang nilai jual kembalinya tinggi. Ada
beberapa jenis mobil yang direkomendasikan Risza. Berdasarkan pengalaman dia, harga mobil tipe penumpang
atau multi purpose vehicle (MPV), seperti Toyota Avanza, Toyota Innova, dan Nissan Livina memiliki nilai
jual kembali (resale value) yang cukup tinggi.
                                                                                                             21
Mobil yang memiliki nilai jual kembali tinggi memberikan keuntungan tersendiri bagi pembelinya. Sebab,
dalam beberapa tahun, ada kemungkinan, harga mobil tersebut akan bertahan. Bahkan, alih-alih turun, ada
mobil yang harganya justru naik.
Nah, kini, tiba saatnya Anda berhitung. Apakah Anda memang sudah benar-benar siap memiliki mobil?


                                     JURUS MENGHITUNG INFLASI BIAYA PENDIDIKAN
                                     Hitungan meleset, sekolah idaman cuma impian (1)
                                     Oleh Dikky Setiawan - Jumat, 01 Juli 2011 | 15:30 WIB


                                     JAKARTA. Apa yang terbayang di benak Anda ketika tahun ajaran baru
                                     sekolah tiba? Niscaya hati kecil Anda akan mengatakan biaya pendidikan
                                     atau uang masuk sekolah tahun ini lebih mahal dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya.
Pendapat Anda memang tidak salah. Biaya pendidikan selalu melonjak setiap tahun. Bahkan, kenaikannya bisa
dua kali lipat atau lebih dari laju inflasi. Lalu, apa faktor penyebab inflasi biaya pendidikan?
Dalam kacamata Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Business Advisory, ada sejumlah
pemicu inflasi pendidikan. Pertama, inflasi biaya pendidikan dipicu inflasi ekonomi. Menurut Mike, inflasi
ekonomi yang utama berkaitan dengan kebutuhan pokok (sembako). "Jika harga sembako mahal, gaji guru juga
kian mahal. Harga kebutuhan lain, seperti bahan bangunan untuk fasilitas sekolah, ikut naik. Semua itu
menyebabkan pihak sekolah mendongkrak biaya pendidikan," kata Mike.

Kedua, faktor pemicu inflasi biaya pendidikan adalah kurikulum sekolah tujuan. Menurut Mike, standar
kurikulum sekolah umum, sekolah alam, atau sekolah internasional, memiliki perbedaan. Metode pembelajaran
di sekolah bertaraf internasional biasanya bukan cuma mengacu kepada keterampilan ilmu pasti, namun juga
kepada personal skill para siswa.
Tidak semua siswa memiliki skill dan bakat yang sama. Untuk menemukan bakat siswa, butuh waktu untuk
pendekatan yang intensif. Nah, kata Mike, semakin terbukti bagus kurikulum yang ditawarkan sebuah sekolah,
maka akan semakin mahal tarif biaya pendidikannya.
Ketiga, penyebab inflasi adalah fasilitas yang ditawarkan. Semakin lengkap fasilitas sebuah lembaga sekolah,
semakin mahal pula biaya pendidikan di sekolah itu. Dan, jika semakin banyak lulusan dari sebuah sekolah
yang memiliki penghasilan bagus, ranking sekolah itu akan semakin tinggi.

Lalu, bagaimana cara menghitung inflasi biaya pendidikan? Berikut ini adalah sejumlah tip sederhana
menghitung inflasi biaya pendidikan yang dirangkum KONTAN dari sejumlah perencana keuangan:

Tentukan jenjang pendidikan anak

Sebelum melakukan perhitungan inflasi biaya pendidikan anak, terlebih dahulu Anda harus menghitung atau
memperkirakan jenjang pendidikan yang kelak akan dilalui sang buah hati. Jenjang pendidikan diawali dari
play group, taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA, dan jenjang perguruan tinggi.

Nah, penentuan jenjang pendidikan ini dilakukan berdasarkan umur anak Anda. Katakanlah, usia anak saat ini
baru menginjak dua tahun, dan Anda berencana mempersiapkan biaya pendidikan untuk jenjang SMA. Maka,
usia anak Anda ketika masuk SMA diperkirakan 16 tahun.

Menurut Mike, menghitung jenjang pendidikan bertujuan untuk menentukan time horizon investasi biaya
pendidikan yang dibutuhkan ketika anak memasuki sebuah jenjang pendidikan. Langkah ini akan memudahkan
Anda dalam menghitung atau memperkirakan biaya pendidikan anak kelak.

Tentukan sekolah tujuan anak

Langkah selanjutnya adalah menentukan sekolah tujuan. Langkah ini berguna mengukur kemampuan finansial
                                                                                                               22
Anda dalam memenuhi biaya pendidikan anak ketika menempuh jenjang pendidikan di sekolah yang jadi
tujuan. Maklum, kenaikan biaya pendidikan di setiap lembaga sekolah berbeda.
Contohnya, biaya pendidikan kuliah di universitas dalam negeri dengan universitas di Amerika Serikat. Selain
karena faktor biaya hidup, perbedaan juga terletak pada tingkat inflasi ekonomi dan nilai mata uang yang
digunakan.

Menurut Risza Bambang, perencana keuangan dari Shildt Financial Planning, menentukan sekolah tujuan anak
juga berguna sebagai dasar mendapatkan informasi berapa biaya pendidikan yang dibutuhkan. Nah, biaya itu
meliputi biaya masuk sekolah, SPP sekolah, buku dan perlengkapan sekolah, akomodasi seperti tempat tinggal,
kebutuhan hidup, transportasi, dan komunikasi.

Di luar urusan biaya, Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk & Rekan mengingatkan
supaya orangtua juga menyesuaikan sekolah tujuan dengan visi pendidikan anak yang diinginkan orangtua.
(Bersambung)


JURUS MENGHITUNG INFLASI BIAYA PENDIDIKAN
Hitungan meleset, sekolah idaman cuma impian (selesai)
Oleh Dikky Setiawan - Jumat, 08 Juli 2011 | 14:28 WIB


                               JAKARTA. Biaya pendidikan sekolah anak terus melonjak setiap tahun.
                               Bahkan, kenaikannya bisa jauh melewati angka inflasi. Bagaimana langkah
                               menghitung inflasi biaya pendidikan ini agar sesuai dengan kebutuhan saat anak
                               masuk sekolah?
                               Berikut ini adalah kelanjutan tip menghitung inflasi biaya pendidikan yang
                               dirangkum KONTAN dari sejumlah perencana keuangan:
                               Mencari tahu biaya pendidikan di sekolah tujuan anak

Demi menghindari kesalahan perhitungan biaya pendidikan yang harus Anda siapkan, Risza Bambang,
perencana keuangan dari Shildt Financial Planning menyarankan Anda mencari informasi sebanyak mungkin
sebagai bahan referensi dalam menentukan dana pendidikan anak.
Caranya, bisa dengan mengecek di website sekolah tujuan atau menanyakan langsung ke bagian administrasi
sekolah, kunjungan ke sekolah untuk menanyakan informasi kepada orangtua atau murid di sekolah tujuan itu.

Risza mengatakan, beberapa sekolah di dalam maupun luar negeri dengan pengalaman beroperasi yang mapan
biasanya menyediakan informasi biaya yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan maupun akomodasi siswa.
Beberapa sekolah bahkan mencantumkan biaya yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan di jaringan website.


Namun, kebanyakan sekolah hanya menyediakan informasi mengenai biaya-biaya yang berkaitan dengan
kegiatan sekolah. Sementara itu, biaya akomodasi dapat diperoleh dengan dengan mencari informasi dari
keluarga, teman, atau siapa pun yang dapat dipercaya untuk memperoleh informasi yang akurat tentang biaya-
biaya tersebut.

Carilah informasi mengenai biaya-biaya tersebut sejak sekarang meskipun anak Anda baru akan bersekolah
beberapa tahun lagi. Sebab, Anda harus mencicil investasi biaya pendidikan anak Anda sejak sekarang.
Berdasarkan data inilah, Anda bisa memperkirakan berapa dana yang harus Anda sisihkan saban bulan dan
instrumen investasi apa yang tepat untuk mencapai tujuan ini.

Tentukan asumsi perhitungan inflasi

Kita memang tidak bisa memastikan jumlah biaya pendidikan anak kita kelak. Yang bisa kita lakukan adalah
menggunakan asumsi tertentu. Dengan asumsi inflasi ini, kita mengalikan biaya pendidikan saat ini dan berapa

                                                                                                            23
tahun lagi anak kita masuk ke sekolah tersebut.

Menurut Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Business Advisory, ada beberapa pendekatan
menentukan asumsi inflasi biaya pendidikan. Pertama, memakai asumsi umum, Jadi, inflasi biaya pendidikan
dianggap setara dengan inflasi ekonomi. Jika inflasi nasional kita 6%, biaya pendidikan juga diasumsikan naik
rata-rata 6%. Tapi, asumsi ini kerap meleset.

Kedua, memakai asumsi inflasi ekonomi, tapi dikalikan dua. Misal, angka inflasi ekonomi negara 6% per tahun,
maka rata-rata angka inflasi biaya pendidikan diasumsikan 12% per tahun.
Ketiga, menggunakan asumsi usia anak. Semakin panjang jangka waktu mempersiapkan biaya pendidikan, dan
Anda ingin merasa nyaman dalam mempersiapkan biaya sekolah anak, maka asumsi angka inflasi bisa
dinaikkan. Sebaliknya, makin pendek jangka waktu persiapan, makin kecil asumsi inflasi yang digunakan.

Metode yang terbaik adalah, setelah mengetahui total biaya di sekolah yang Anda idamkan, cari tahu juga
berapa kenaikan biaya pendidikan setiap tahun di sekolah tersebut. Asal tahu, setiap sekolah punya standar
kenaikan biaya pendidikan yang berbeda-beda. Dengan angka inilah, Anda bisa menghitung secara lebih tepat
biaya pendidikan anak Anda kelak.

Cara menghitung biaya pendidikan anak

Untuk menghitung dan memperkirakan jumlah biaya pendidikan anak Anda di masa depan, ada beberapa
langkah yang bisa digunakan. Sebagai contoh, Anda akan mempersiapkan biaya pendidikan anak untuk masuk
jenjang sekolah menengah atas (SMA).

Ambil contoh, saat ini anak Anda baru berusia dua tahun. Dengan asumsi usia anak Anda ketika masuk SMA
16 tahun, masih ada waktu 14 tahun buat Anda untuk menyiapkan biayanya. Lalu, bagaimana cara menghitung
biaya sekolah yang dibutuhkan saat anak Anda masuk SMA?

Untuk menghitung biaya yang dibutuhkan, Anda bisa menggunakan rumus future value: Biaya x (1+i)n.

Biaya dalam rumus itu adalah standar uang pangkal masuk sekolah tujuan saat ini. Sedangkan angka 1 di dalam
kurung merupakan bilangan sederhana guna memudahkan Anda melakukan perkalian memperkirakan jumlah
biaya pendidikan. Huruf i adalah tingkat inflasi pendidikan.

Adapun huruf n kecil yang berada di luar kurung adalah selisih atau jangka waktu tahun sekarang hingga tahun
yang akan datang ketika anak Anda masuk SMA pada usia 16 tahun. Jadi, berapa biaya yang harus Anda
siapkan untuk biaya anak masuk SMA?

Taruh kata kini standar uang pangkal masuk SMA impian Anda Rp 10 juta. Sebagai acuan inflasi pendidikan,
Anda bisa menggunakan asumsi saban tahun biaya pendidikan naik 15%.
Berdasarkan rumusan tersebut, menurut perhitungan Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir
Senduk & Rekan, biaya pendidikan masuk SMA anak Anda 14 tahun mendatang Rp 70,76 juta. Tentu tidak
akan persis betul, tapi cukup bermanfaat untuk memperkirakan secara jelas kebutuhan biaya pendidikan anak
Anda di masa depan. Anda bisa siap-siap, kan?
PERENCANAAN KEUANGAN
Mengijon biaya sekolah dengan kepingan emas (1)
Oleh Syamsul Ashar, Anastasia Lilin Y - Kamis, 08 September 2011 | 16:02 WIB


                                    JAKARTA. Jika ingin mengejar kuda, tunggangi kuda yang lain. Jangan
                                    mengejar kuda dengan keledai, niscaya tak bakal tersusul. Ungkapan ini
                                    dapat menggambarkan laju biaya pendidikan di Indonesia. Biaya
                                    pendidikan berlari kencang tiap tahun, bahkan sering melonjak lebih tinggi
                                    di atas inflasi tahunan. Kita perlu instrumen investasi dengan kemampuan
                                    setara tapi aman untuk mengimbangi laju biaya pendidikan tersebut.
                                                                                                            24
Salah satu instrumen investasi yang sering digunakan sejak dulu sebagai sarana lindung nilai dari gerusan
inflasi adalah emas. Perencana Keuangan Shildt Financial Planning Joannes Widjajanto memperkirakan,
keuntungan yang dipetik dari investasi emas berkisar 15% - 20% per tahun.
Emas juga tergolong likuid karena dapat dijual atau digadaikan sewaktu-waktu. Menurut Direktur Operasional
Perum Pegadaian Edy Prayitno, setiap tahun ajaran baru tiba, omzet gadai emas selalu melonjak 20% lebih
tinggi ketimbang bulan biasa.
Nah, kapan kita harus memulai menabung emas? Joannes menyarankan, idealnya setiap keluarga menyiapkan
biaya pendidikan anak sejak anak baru lahir. Dengan demikian beban yang harus ditanggung untuk biaya
pendidikan pada 18 tahun - 20 tahun mendatang akan terasa ringan. Selain itu, keluarga muda biasanya masih
belum terbebani banyak kebutuhan, sehingga lebih mudah menyisihkan uang untuk membeli emas. Mereka bisa
menabung emas secara berurutan dimulai dari persiapan untuk biaya SD, disusul investasi untuk SMP dan
selanjutnya SMA.
Anda memiliki pilihan menyimpan emas perhiasan ataupun batangan. Jika ingin berinvestasi sekaligus
memakainya, Anda dapat membeli perhiasan. Namun, harga jual emas perhiasan lebih rendah dibandingkan
emas batangan karena ada komponen harga pembuatannya.
Layaknya merencanakan keuangan, yang harus dilakukan pertama kali adalah menetapkan target jumlah dana
yang ingin dikumpulkan. Misalnya, mengacu biaya pendidikan di sekolah favorit yang diidamkan sang orang
tua atau anak.
Joannes menyarankan Anda menghitung dulu prediksi biaya pendidikan menggunakan fair value. Misalnya,
dalam 10 tahun, asumsi kenaikan biaya pendidikan rata-rata 10% tiap tahun. "Inflasi pendidikan dan proyeksi
kenaikan harga emas 15%-20% per tahun itu dapat menghitung berapa gram emas yang harus ditabung,"
katanya.
Sedangkan Achmad Gozali, perencana keuangan dari Safir Senduk Rekan and Financial Services Consultant,
mempunyai perhitungan yang lebih sederhana. Indikatornya, jumlah biaya masuk sekolah yang dituju, besaran
kebutuhan dana bulanan, lalu dikonversikan ke harga emas.
Misalnya, diketahui kebutuhannya sebesar 30 gram - 40 gram emas untuk biaya masuk SMP atau SMA. Setelah
mengetahui target itu, Anda tinggal memilih cara yang paling pas dengan mempertimbangkan risiko yang bakal
dihadapi. Berikut ini simulasi investasi emas untuk biaya pendidikan anak.

Menabung emas

Menabung emas untuk biaya pendidikan anak adalah cara paling konvensional yang telah dilakukan oleh nenek
moyang kita. Metode menabung memakai emas masih layak digunakan saat sekarang. Orangtua bisa
menyiapkan pendidikan anak dengan cara membeli emas secara mencicil.
Contohnya, Anda ingin menyekolahkan anak di SMP swasta favorit. Perkiraan biaya masuk tahun ini sebesar
Rp 20 juta. Sementara biaya sekolah tiap bulan dan uang daftar ulang selama tiga tahun masa sekolah
diperkirakan mencapai Rp 20 juta. Jika harga emas sekarang Rp 500.000 per gram, maka logam mulia yang
dibutuhkan untuk menyekolahkan anak di SMP dengan nilai sekarang mencapai berat 40 gram emas.
Kalau sekarang si anak masih duduk di kelas tiga SD, berarti masih ada waktu tersisa tiga tahun untuk
mengumpulkan emas 40 gram tersebut. Otomatis, tiap tahun Anda harus membeli emas minimal seberat 13,33
gram atau 1,11 gram per bulan. Kalau dengan harga emas yang berlaku sekarang, berarti Anda harus
menyisihkan dana Rp 555.000 juta untuk membeli 1,1 gram emas saban bulan.
Begitu juga asumsi untuk biaya pendidikan SMA maupun perguruan tinggi. Anda dapat membuat perencanaan
sesuai dengan target sekolah yang Anda inginkan. "Berapa besar tabungan emas yang ideal, harus
menyesuaikan dengan biaya di sekolah yang hendak dituju," ujar Gozali.
Menurut Joannes, menabung emas ini cocok bagi investor tipe konservatif. Menabung emas dapat digunakan
untuk investasi jangka panjang di atas 10 tahun.

Cicilan emas

Cara kedua yang bisa dipilih untuk mempersiapkan biaya sekolah anak dengan emas, yakni membeli emas


                                                                                                              25
dengan cara mencicil. Prinsipnya sama, kita membeli emas secara mencicil di perusahaan pegadaian atau bank
syariah.
Di Perum Pegadaian, pembelian emas secara cicilan ini disebut dengan produk Kredit Mulia. Edy Prayitno
menjelaskan, syaratnya nasabah atau investor hanya perlu menyerahkan fotokopi kartu identitas diri yang sah
dan membayar uang muka 10% dari total harga emas yang ingin dibeli dengan cara cicilan. Berat minimal emas
yang bisa dibeli secara kredit adalah lima gram dan cicilan maksimal selama dua tahun.
Sedangkan BRI Syariah menawarkan kepemilikan logam mulia dengan berat minimum 10 gram dan maksimum
angsuran tiga tahun. Ada pula pinjaman dengan berat maksimum 14 kilogram dengan batas waktu cicilan
sampai 15 tahun.
Yang perlu diingat jika membeli emas dengan cara ini, Anda akan dikenakan biaya penyimpanan emas untuk
bank syariah. Biaya ini harus dibayar tiap bulan. Sedangkan Pegadaian memungut biaya administrasi 1%.
Sebagai ilustrasi, jika Anda ingin membeli emas seberat 25 gram dengan harga senilai Rp 12,44 juta, maka
uang muka yang harus disediakan sebesar minimal Rp 1,86 juta atau setara 15% dari harga emas itu. Dengan
asumsi biaya penyimpanan Rp 4.500 per gram, maka Anda harus membayar cicilan pinjaman bank sebesar Rp
993.455 per bulan selama 12 bulan untuk mengumpulkan 25 gram emas dalam setahun.
Begitu pula jika mempersiapkan biaya pendidikan SMA dan perguruan tinggi. Dengan asumsi biaya pendidikan
SMA sama dengan SMP, Anda perlu mengumpulkan sekitar 25 gram emas per tahun. Sedangkan untuk biaya
kuliah bisa mengoleksi sekitar 35 gram per tahun.
Sementara jika ingin memenuhi biaya di semua level pendidikan, Anda perlu membeli gadai emas seberat 85
gram per tahun (asumsi harga emas batangan LM pecahan 10 gram Rp 5 juta, 25 gram sebesar Rp 12,44 juta,
dan 50 gram senilai Rp 24,8 juta). Perkiraan cicilan bulanan sekitar Rp 3,7 juta selama 12 bulan.
Gozali mengingatkan, kalau memilih investasi emas untuk pendidikan dengan cara ini, maka Anda harus
bersiap memperhitungkan kenaikan biaya penyimpanan. Biasanya bank atau pegadaian meninjau ulang biaya
penyimpanan tiap empat bulan atau saban tahun. "Kalau biaya penyimpanan naik lebih besar dibandingkan
kenaikan harga emas dalam setahun, arus kas Anda bisa terganggu," imbuh Gozali.
Bagi Joannes, menyiapkan biaya pendidikan dengan cicilan emas seperti ini cocok untuk investor konservatif
dan dapat dipakai untuk investasi jangka pendek dan menengah.
Perlu diketahui, jika Anda menjadi nasabah bank syariah dan membeli emas dengan cara tersebut, maka nama
Anda akan masuk dalam Sistem Informasi Debitur di Bank Indonesia (BI). Otomatis, Anda dianggap punya
cicilan atau kredit senilai emas yang dibeli itu. Kondisi ini akan menyulitkan Anda untuk mendapat kredit di
bank konvensional. Karena itu, Gozali menyarankan, jika ingin mendapatkan pembiayaan tambahan setelah
memiliki cicilan beli gadai emas, sebaiknya di bank syariah lagi. "Bank syariah tidak menganggap beli gadai ini
sebagai pinjaman," tukasnya. (bersambung)
PERENCANAAN KEUANGAN
Mengijon biaya sekolah dengan kepingan emas (selesai)
Oleh Syamsul Ashar, Anastasia Lilin Y - Rabu, 14 September 2011 | 18:18 WIB


                                JAKARTA. Biaya pendidikan anak merupakan salah satu kewajiban yang
                                perlu dipenuhi setiap orang tua sejak dini. Selain menabung uang, emas bisa
                                mendukung anak dalam mengejar cita-citanya.
                                Menyiapkan biaya sekolah anak dengan menyimpan emas, bisa dilakukan
                                melalui beberapa cara. Langkah cepat atau santai, tergantung kemampuan
                                Anda. Selain dua cara yang sebelumnya sudah diuraikan di tulisan seri
                                pertama, menyimpan emas juga bisa dilakukan melalui cara ketiga, yaitu
                                berkebun emas.
Kebun emas

Cara paling cepat untuk menumpuk emas saat ini adalah dengan cara berkebun emas. Tapi ingat, cara yang satu
ini memiliki tingkat risiko yang paling tinggi.

                                                                                                              26
Artikel personal finance kontan anggaran
Artikel personal finance kontan anggaran
Artikel personal finance kontan anggaran
Artikel personal finance kontan anggaran
Artikel personal finance kontan anggaran
Artikel personal finance kontan anggaran
Artikel personal finance kontan anggaran
Artikel personal finance kontan anggaran

More Related Content

Similar to Artikel personal finance kontan anggaran

Strategi Cerdas Mengelola Keuangan Keluarga Untuk Masa Depan Lebih Baik
Strategi Cerdas Mengelola Keuangan Keluarga Untuk Masa Depan Lebih BaikStrategi Cerdas Mengelola Keuangan Keluarga Untuk Masa Depan Lebih Baik
Strategi Cerdas Mengelola Keuangan Keluarga Untuk Masa Depan Lebih Baik
FR Consultant Indonesia
 
Buku 9-cara-cerdas-mengelola-keuangan-pribadi
Buku 9-cara-cerdas-mengelola-keuangan-pribadiBuku 9-cara-cerdas-mengelola-keuangan-pribadi
Buku 9-cara-cerdas-mengelola-keuangan-pribadi
Satria Mandala
 
Artikel ilmiah manajemen keuangan 1 cica nur cahaya
Artikel ilmiah manajemen keuangan 1   cica nur cahayaArtikel ilmiah manajemen keuangan 1   cica nur cahaya
Artikel ilmiah manajemen keuangan 1 cica nur cahaya
CicaNurCahaya
 
Entrepreneur Way #19 - Juni 2016
Entrepreneur Way #19 - Juni 2016Entrepreneur Way #19 - Juni 2016
Entrepreneur Way #19 - Juni 2016
UCEO
 
Happy Retirement
Happy RetirementHappy Retirement
Happy Retirement
oeci lavoi
 
Menejemen resiko investasi
Menejemen resiko investasiMenejemen resiko investasi
Menejemen resiko investasi
Yayasan Al-Awsath
 
(Tanya jawab) tips menjalankan multi karir
(Tanya jawab) tips menjalankan multi karir(Tanya jawab) tips menjalankan multi karir
(Tanya jawab) tips menjalankan multi karir
Mitra Rencana Edukasi
 
Hw (1) - afriani sinaga [merencanakan hidup]
Hw   (1) - afriani sinaga   [merencanakan hidup]Hw   (1) - afriani sinaga   [merencanakan hidup]
Hw (1) - afriani sinaga [merencanakan hidup]
betermind
 
Anggaran visioner
Anggaran visionerAnggaran visioner
Anggaran visioner
Mitra Rencana Edukasi
 
Pengurusan kewangan yang bijak
Pengurusan kewangan yang bijakPengurusan kewangan yang bijak
Pengurusan kewangan yang bijak
Mohd Nazirul Mubin
 
Resolusi keuangan 2018 finansialku
Resolusi keuangan 2018 finansialkuResolusi keuangan 2018 finansialku
Resolusi keuangan 2018 finansialku
Finansialku.com
 
Dana pensiun
Dana pensiunDana pensiun
Ek Keluarga4
Ek Keluarga4Ek Keluarga4
Ek Keluarga4
GriyaBukuNet
 
Company profile finansialku perencana keuangan independen
Company profile finansialku perencana keuangan independenCompany profile finansialku perencana keuangan independen
Company profile finansialku perencana keuangan independen
Finansialku.com
 
Beramal sedekah & perencanaan keuangan
Beramal sedekah & perencanaan keuanganBeramal sedekah & perencanaan keuangan
Beramal sedekah & perencanaan keuangan
Mitra Rencana Edukasi
 
PptMENABUNG.pptx
PptMENABUNG.pptxPptMENABUNG.pptx
PptMENABUNG.pptx
TryWahyuUtamiRitonga
 
KEWIRAUSAHAAN BAB 9 DAN 10 PERTEMUAN KE 10.pptx
KEWIRAUSAHAAN BAB 9 DAN 10 PERTEMUAN KE 10.pptxKEWIRAUSAHAAN BAB 9 DAN 10 PERTEMUAN KE 10.pptx
KEWIRAUSAHAAN BAB 9 DAN 10 PERTEMUAN KE 10.pptx
DitDot4
 
Memulai bisnis dari rumah
Memulai bisnis dari rumahMemulai bisnis dari rumah
Memulai bisnis dari rumah
Mitra Rencana Edukasi
 
Perencanaan keuangan untuk ibu rumah tangga
Perencanaan keuangan untuk ibu rumah tanggaPerencanaan keuangan untuk ibu rumah tangga
Perencanaan keuangan untuk ibu rumah tangga
Mitra Rencana Edukasi
 

Similar to Artikel personal finance kontan anggaran (20)

Strategi Cerdas Mengelola Keuangan Keluarga Untuk Masa Depan Lebih Baik
Strategi Cerdas Mengelola Keuangan Keluarga Untuk Masa Depan Lebih BaikStrategi Cerdas Mengelola Keuangan Keluarga Untuk Masa Depan Lebih Baik
Strategi Cerdas Mengelola Keuangan Keluarga Untuk Masa Depan Lebih Baik
 
Buku 9-cara-cerdas-mengelola-keuangan-pribadi
Buku 9-cara-cerdas-mengelola-keuangan-pribadiBuku 9-cara-cerdas-mengelola-keuangan-pribadi
Buku 9-cara-cerdas-mengelola-keuangan-pribadi
 
Artikel ilmiah manajemen keuangan 1 cica nur cahaya
Artikel ilmiah manajemen keuangan 1   cica nur cahayaArtikel ilmiah manajemen keuangan 1   cica nur cahaya
Artikel ilmiah manajemen keuangan 1 cica nur cahaya
 
Entrepreneur Way #19 - Juni 2016
Entrepreneur Way #19 - Juni 2016Entrepreneur Way #19 - Juni 2016
Entrepreneur Way #19 - Juni 2016
 
Happy Retirement
Happy RetirementHappy Retirement
Happy Retirement
 
Menejemen resiko investasi
Menejemen resiko investasiMenejemen resiko investasi
Menejemen resiko investasi
 
(Tanya jawab) tips menjalankan multi karir
(Tanya jawab) tips menjalankan multi karir(Tanya jawab) tips menjalankan multi karir
(Tanya jawab) tips menjalankan multi karir
 
Hw (1) - afriani sinaga [merencanakan hidup]
Hw   (1) - afriani sinaga   [merencanakan hidup]Hw   (1) - afriani sinaga   [merencanakan hidup]
Hw (1) - afriani sinaga [merencanakan hidup]
 
Anggaran visioner
Anggaran visionerAnggaran visioner
Anggaran visioner
 
Pengurusan kewangan yang bijak
Pengurusan kewangan yang bijakPengurusan kewangan yang bijak
Pengurusan kewangan yang bijak
 
Resolusi keuangan 2018 finansialku
Resolusi keuangan 2018 finansialkuResolusi keuangan 2018 finansialku
Resolusi keuangan 2018 finansialku
 
Dana pensiun
Dana pensiunDana pensiun
Dana pensiun
 
Ek Keluarga4
Ek Keluarga4Ek Keluarga4
Ek Keluarga4
 
Urus wang
Urus wangUrus wang
Urus wang
 
Company profile finansialku perencana keuangan independen
Company profile finansialku perencana keuangan independenCompany profile finansialku perencana keuangan independen
Company profile finansialku perencana keuangan independen
 
Beramal sedekah & perencanaan keuangan
Beramal sedekah & perencanaan keuanganBeramal sedekah & perencanaan keuangan
Beramal sedekah & perencanaan keuangan
 
PptMENABUNG.pptx
PptMENABUNG.pptxPptMENABUNG.pptx
PptMENABUNG.pptx
 
KEWIRAUSAHAAN BAB 9 DAN 10 PERTEMUAN KE 10.pptx
KEWIRAUSAHAAN BAB 9 DAN 10 PERTEMUAN KE 10.pptxKEWIRAUSAHAAN BAB 9 DAN 10 PERTEMUAN KE 10.pptx
KEWIRAUSAHAAN BAB 9 DAN 10 PERTEMUAN KE 10.pptx
 
Memulai bisnis dari rumah
Memulai bisnis dari rumahMemulai bisnis dari rumah
Memulai bisnis dari rumah
 
Perencanaan keuangan untuk ibu rumah tangga
Perencanaan keuangan untuk ibu rumah tanggaPerencanaan keuangan untuk ibu rumah tangga
Perencanaan keuangan untuk ibu rumah tangga
 

Artikel personal finance kontan anggaran

  • 1. KUMPULAN ARIKEL PERSONAL FINANCE KONTAN -ANGGARAN- Memulai Rencana Keuangan Mewujudkan Mimpi Selalu Hidup Sejahtera Oleh Bagus Marsudi - Kamis, 05 Agustus 2010 | 15:12 WIB Semua orang ingin hidup bahagia, sejahtera, dan sentosa. Tapi, mungkinkah keinginan itu bakal terwujud? Takdir memang ada di tangan Tuhan. Tapi, bukan mustahil kebahagiaan dan kesejahteraan itu bisa kita ciptakan sendiri, tentu dengan usaha dan kerja keras. Keinginan hidup lebih baik di masa mendatang adalah modal berharga. Pertanyaannya, bagaimana bisa mencapainya? Kunci dari semua itu adalah menata dan merencanakan keuangan kita secara matang. Hanya saja, dasar keinginan untuk mewujudkan kebahagiaan saja kurang kuat memotivasi kita untuk berdisiplin mengelola keuangan. Harus ada tujuan spesifik agar kita lebih fokus pada tujuan dan sasaran ke di masa mendatang. Bagaimana memastikan bahwa beberapa keinginan dalam hidup itu adalah tujuan utama kita? Kita harus menyadari bahwa sebuah mission impossible mewujudkan semua keinginan. Kita harus lebih bijak menentukan secara spesifik, apa saja tujuan utama itu. Caranya, kita harus mendata lebih dulu semua tujuan itu berdasarkan siklus dan tahap kehidupan. Misalnya, jika Anda sekarang masih lajang, mungkin membeli kendaraan, memiliki rumah, menikah termasuk tujuan hidup Anda. Setelah Anda menikah dan punya anak, membiayai pendidikan anak hingga jenjang paling tinggi, menyiapkan pensiun, menyiapkan dana untuk pernikahan anak, menjadi tujuan berikutnya. Di antara sekian banyak tujuan itu, kita harus menyortir dengan tetap berpijak di bumi. Artinya, dengan melihat kemampuan diri Anda dan keluarga, kondisi keuangan, dan unsur kebutuhan mendesak. Anda harus berani menentukan mana yang menjadi prioritas utama. Seringkali, dalam penentuan tujuan prioritas, muncul godaan-godaan di tengah jalan. Contoh, ketakutan atau kekhawatiran Anda atau pasangan Anda sakit berat atau meninggal dunia. Pelbagai risiko ini memang harus dipertimbangkan, tapi jangan mengganggu penentuan tujuan hidup. Faktor emosional itu justru akan mengganggu tujuan sesungguhnya perencanaan keuangan keluarga Anda. Kekhawatiran dan ketakutan akan masa depan tidak bisa menjadi dasar tujuan perencanaan keluarga. Motivasi yang lebih mendasar adalah meraih dan mewujudkan kebahagiaan bagi Anda dan keluarga Anda. Perencanaan keuangan bukan sekadar berkaitan dengan nilai uang. Kalau kita hanya menyederhanakan dalam hitungan angka, tujuan perencanaan keuangan tidak maksimal. Sebab, tak mungkin kita bilang, jatah uang memasukkan anak ke universitas Rp 75 juta dan biaya liburan hanya Rp 10 juta akan selalu jadi kenyataan. Meski akhirnya kita harus berhitung dengan angka, tujuan perencanaan keuangan lebih besar dari itu, yakni memberikan yang terbaik bagi keluarga. Konkretnya, ini adalah cara mewujudkan kesenangan dan kebahagiaan bagi keluarga. Sukses tak cukup dihitung dari pencapaian angka. Lebih dari itu, ukuran tertinggi adalah kepuasan batin. Skala waktu Maka, saat menetapkan prioritas tujuan perencanaan keuangan keluarga, tidak ada salahnya kita mulai memilah tujuan dengan skala waktu: jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan jangka pendek biasanya dalam kurun waktu 12 bulan. Sedangkan tujuan jangkap panjang bisa lebih dari satu tahun sampai puluhan tahun. 1
  • 2. Perencanaan jangka panjang dan pendek adalah sebagai pemilah kebutuhan mendesak dan penting. Kita acap sulit membedakan keduanya. Mungkin, kebutuhan dan tujuan kita adalah penting, tapi tidak mendesak saat ini. Misalnya, kita saat ini memiliki anak masih bayi dan berniat merencanakan pembiayaan pendidikan si buah hati. Biaya pendidikan anak jelas penting, tapi belum mendesak dilakukan dalam waktu dekat. Ada lima hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan tujuan perencanaan keuangan keluarga. Yakni, SMART: specific, measurable, achievable, realistic, dan time-frame. Pertama, spesifik. Artinya, kita harus dapat membayangkan tujuan kita secara detail. Misalkan, untuk dana pendidikan anak, kita harus dapat memperkirakan calon universitas anak kita nanti. Kita juga harus dapat membayangkan kehidupan yang kita inginkan pada saat mengisi masa pensiun nanti. Kedua, measurable (dapat diukur). Alat ukurnya adalah besaran uang. Misalkan, kita ingin menyusun rencana liburan akhir tahun. Kita harus memperkirakan kebutuhan anggaran berlibur bersama. Ketiga, achievable atau dapat kita capai. Agar tidak menjadi pungguk merindukan bulan, sebaiknya tujuan keuangan disesuaikan dengan kemampuan keuangan kita. Keempat, realistis atau masuk akal, bukan khayalan yang tidak dapat diwujudkan. Kelima, time-frame. Artinya, kita harus memiliki jangka waktu yang jelas untuk mencapainya. Misalkan untuk pendidikan anak, kita harus tahu jelas kapan anak akan kuliah. Kita juga harus mengetahui pada umur berapa kita akan pensiun dari pekerjaan kita Memulai Rencana Keuangan Inilah Tahap-tahap Merencanakan Keuangan Keluarga Oleh Umar Idris, Hendra Gunawan - Selasa, 10 Agustus 2010 | 12:31 WIB JAKARTA. Tahap paling penting dalam perencanaan keuangan ialah saat memulai perencanaan itu. Kalau salah merencanakannya, bisa-bisa tujuan perencanaan keuangan itu sendiri tidak akan tercapai. Ada beberapa pertanyaan mendasar sebelum memulai penyusunan rencana keuangan. Beberapa pertanyaan tersebut, antara lain, apa saja yang harus Anda siapkan? Bagaimana cara mengenali kebutuhan keluarga agar tidak salah dalam menyusun rencana keuangan? Di luar itu, tentu masih banyak lagi. Jujur itu kunci Menurut Freddy Pieloor, perencana keuangan dari Moneynlove, pada saat Anda mulai menyusun rencana keuangan keluarga, kejujuran dan komunikasi yang baik bersama pasangan adalah hal mutlak dan paling mendasar. "Diskusikan secara terbuka apa yang akan Anda direncanakan. Jangan ada yang disembunyikan," kata Freddy. Kalau syarat utama ini sudah terpenuhi, tahap selanjutnya akan mudah Anda lalui. Tahap tersebut, yakni, pertama, penetapan tujuan keuangan. Kedua, identifikasi pemasukan dan rencana pengeluaran. Ketiga, evaluasi atas rencana itu. Wiwit Prayitno, konsultan keuangan dari Asuransicerdas.com, menguraikan, pada tahap menetapkan tujuan keuangan keluarga, Anda harus menjabarkannya secara detail tujuan penggunaan uang Anda. Sebagai contoh, tujuan Anda adalah membiayai pendidikan anak, memiliki rumah, mobil, menjalani liburan, dan seterusnya. Dalam menetapkan tujuan keuangan tersebut, Anda harus bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. "Kebutuhan itu kalau Anda tidak memilikinya, maka hidup Anda akan selalu terganggu. Sebaliknya, keinginan 2
  • 3. itu muncul secara spontan," jelas Freddy. Setelah menetapkan tujuan, Anda perlu memiliki disiplin tinggi agar tujuan keuangan tersebut tercapai. Tanpa disiplin, musykil tujuan tercapai. Tahap kedua ialah menetapkan jumlah penghasilan dan pengeluaran. Dengan kata lain Anda harus tahu arus kas masuk dan arus kas keluar. Yang tergolong arus kas masuk (pendapatan) ialah gaji, tunjangan, bonus, serta penghasilan lain dari pekerjaan sampingan. Freddy berpesan, pasangan suami istri yang sama-sama memiliki penghasilan harus rela menyatukan penghasilannya itu. "Gaji istri untuk keluarga dan gaji suami juga untuk keluarga," sambung Freddy. Ingat, prinsip dasar dari keuangan adalah pendapatan harus lebih besar daripada pengeluaran. Ambil contoh, demi mengurangi pengeluaran wisata, Anda bisa menjarangkan berwisata, mengganti tujuan wisata dengan yang lebih murah, atau sama sekali menghapusnya jika tidak perlu. Nah, ketika menetapkan jenis-jenis pengeluaran, Anda perlu menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasangan berdasarkan aktivitasnya. Bila suami seorang petugas marketing, mungkin perlu pengeluaran untuk membeli mobil. "Kalau istri bekerja hanya di kantor, mungkin tidak terlalu membutuhkan punya mobil sendiri," kata Freddy. Dalam pos pengeluaran, perlu ada pos untuk pribadi. Untuk pos ini, prinsipnya, pengeluaran pribadi untuk suami dan istri harus seimbang. Tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil. Tahap selanjutnya menetapkan pos pengeluaran sesuai tujuan. Guna mencapai hal itu, ada beberapa langkahnya. Pertama, Anda perlu menyiapkan dana darurat keluarga berkisar antara enam sampai 12 kali pengeluaran bulanan. Dana darurat ini harus dipisahkan dari dana lain. Hal ini sangat penting, agar situasi darurat itu tidak menghancurkan rencana keuangan secara keseluruhan. Menurut Freddy, dana darurat ini harus didahulukan. Fungsi dana ini untuk kelangsungan keluarga bila sewaktu waktu musibah datang, misalnya, terkena PHK, keluarga sakit berat, dan sebagainya. Kedua, membeli atau memiliki asuransi untuk mengantisipasi risiko yang tidak diinginkan. Yang utama, belilah asuransi untuk si pencari nafkah. Asuransi ini sangat penting keberadaannya untuk membentengi finansial keluarga apabila pencari nafkah terkena risiko tidak bisa mencari nafkah atau meninggal dunia. Ketiga, melakukan investasi untuk mengembangkan kekayaan. Bentuk investasi bisa bertujuan untuk pendidikan anak atau tujuan lain dalam jangka panjang. Jumlahnya, minimal 20% dari penghasilan rutin Anda agar nilai uang tidak tergerus inflasi. Freddy menyarankan, pada tahap awal, Anda bisa berinvestasi pada instrumen jangka pendek di bank seperti tabungan. "Setelah terakumulasi, misalnya selama satu tahun, dipindah ke deposito," kata Freddy. Pilihan lain berinvestasi ialah secara rutin membeli reksadana. "Sekarang ini banyak reksadana kelas ritel, bisa Rp 100.000 per bulan, biar lebih cepat berkembang dan tidak tergerus inflasi," jelas Freddy. Keempat adalah mengeluarkan pos untuk kebutuhan rutin keluarga, mulai dari membayar listrik, tagihan kebersihan, hingga kebutuhan belanja bulanan. Nah, berhubung nilai belanja bulanan lumayan besar, sebaiknya Anda belanja menggunakan kartu tabungan atau debit. Syukur-syukur bila ada program promosi dari bank. Sebagai contoh, ada hadiah cash back yang secara otomatis masuk ke dalam rekening tabungan kita bila kita berbelanja dalam jumlah tertentu. Tahap terakhir adalah tahap evaluasi. Evaluasi keuangan mempunyai fungsi untuk melihat apakah kita telah menyusun rencana yang baik, ada atau tidak kesalahan dari perencanaan tersebut, serta apakah perencanaan itu masih pada jalurnya untuk mewujudkan tujuan keuangan. Anda, misalnya, bisa beralih ke instrumen yang lebih menjanjikan jika portofolio lama kurang menguntungkan. 3
  • 4. Kapan sebaiknya mengevaluasi rencana keuangan kita? "Bisa setiap enam bulan atau satu tahun," kata Freddy. Wiwit mengusulkan agar evaluasi dilakukan setiap tahun supaya tidak sering berubah. Selamat merencanakan keuangan keluarga Anda Memulai Rencana Keuangan Kiat Menyusun Rencana Keuangan Sendiri Oleh Astri Karina Bangun - Selasa, 10 Agustus 2010 | 12:39 WIB JAKARTA. Gaji naik tidak berarti bebas masalah keuangan. Demikian pengalaman Amir, seorang manajer tingkat menengah. Ini seperti ironi bagi Amir karena problem finansial justru muncul setelah ia menyandang posisi manajer dan mendapatkan gaji belasan juta rupiah. Padahal, tahun-tahun pertama berkarier, Amir mudah saja menyimpan penghasilan. Sejatinya, banyak dari kita yang mengalami masalah sama seperti Amir. Perencana keuangan dari Finansia Consulting, Eko Endarto, dalam bukunya Rahasia Mudah Mengelola Gaji, menggambarkan perubahan status pribadi dan sosial berbanding lurus dengan jumlah pengeluaran. Sementara, penghasilan dan kenaikan gaji berbanding terbalik dengan pengeluaran. Maka, perlu perencanaan keuangan pribadi yang masak. Eko mengakui, perencanaan keuangan memang rumit. "Tapi, bisa dipelajari," ujarnya. Perencana keuangan Muhamad Ichsan membenarkan pandangan Eko. Menurut pria yang memimpin lembaga perencana keuangan Prime Planner ini, setiap orang bisa membuat anggaran pribadi masing-masing. Tahap-tahap perencanaan keuangan bisa diringkas sebagai berikut: 1. Menetapkan tujuan penggunaan uang Pada tahap ini, Anda perlu menyusun daftar keinginan Anda yang membutuhkan dana. Tidak perlu membatasi daftar keinginan itu. Bisa saja daftar tersebut terdiri dari hal yang mendasar, seperti membeli rumah, hingga hal bersifat menghibur, semacam liburan. Yang perlu diingat dalam tahap ini, jangan melupakan kebutuhan yang baru muncul di masa depan. Ambil contoh, biaya pendidikan anak bagi pasangan yang memiliki bayi. 2. Menyusun prioritas Dari sedemikian banyak item yang tercantum dalam wish list Anda, tentu tidak semua harus dipenuhi. Ini sesuai dengan prinsip pemasukan manusia terbatas, sementara pengeluaran tidak ada batasnya. Ini berarti, Anda harus menunda atau bahkan membuang sejumlah item yang ada dalam daftar Anda. Tahapan ini biasa disebut juga menyusun prioritas penggunaan uang. Eko menyarankan, dalam tahap ini Anda menyusun anggaran pengeluaran ke dalam empat kategori prioritas. Kategori pertama adalah pengeluaran untuk keperluan sosial keagamaan, yang besar nilainya maksimal 10% dari total gaji. Kategori kedua, cicilan utang, dengan porsi maksimal 30% dari gaji. Ketiga, untuk investasi dan proteksi minimal 20% dari gaji. Keempat, untuk kebutuhan hidup dengan porsi 40%. Eko punya alasan mengapa menempatkan kebutuhan hidup sebagai kategori terakhir. "Bagian ini adalah yang paling fleksibel, karena banyak pilihan," tutur Eko. Ia mengambil contoh anggaran untuk makan. Anda bisa mengatur mau makanan yang harganya berapa. Contoh lainnya transportasi. 4
  • 5. Besaran porsi anggaran kebutuhan hidup juga fleksibel. Eko menjelaskan, bagi mereka yang tidak punya kewajiban melunasi utang, mungkin saja anggaran kebutuhan hidup diperbesar menjadi 70% dari total gaji. Singkatnya, jika tiga kelompok anggaran lain tidak terpakai seperti yang direncanakan semula, kelebihannya bisa dialihkan sebagai bujet kebutuhan hidup. 3. Merancang daftar pengeluaran Sebuah rencana tentu tidak lepas dari proses evaluasi. Khusus untuk perencanaan keuangan, kegiatan evaluasi yang paling penting adalah memonitor seluruh pengeluaran. Itu sebabnya, Eko menyarankan agar Anda mencatat seluruh pengeluaran Anda. Dokumentasi pengeluaran ini bisa menjadi bahan penyusunan rencana keuangan berikutnya. Anda juga jangan lupa memilah catatan pengeluaran sesuai kategori anggaran. Jadi, catatan pengeluaran sumbangan amal, ya, dimasukkan ke kelompok anggaran sosial-keagamaan. Pembayaran kartu kredit juga ditempatkan dalam catatan biaya pelunasan utang. Jika Anda telah memiliki catatan pengeluaran rutin, paling tidak selama tiga bulan akan lebih mudah untuk menyusun rencana keuangan. Alasannya, Anda bisa membaca pola pengeluaran pribadi, baik yang rutin maupun yang non-rutin. 4. Menyusun Implementasi Tahap berikutnya adalah menyusun model implementasi. Ada tiga model yang disarankan Eko. "Membuat kalender duit, menyusun sistem amplop, atau rekening komitmen," saran dia. Kalender duit adalah catatan pengeluaran pasti. Sedang pengeluaran tidak pasti harus dicadangkan pada pos khusus. Sistem amplop adalah membagi seluruh penerimaan ke minimal empat amplop, sesuai empat prioritas. Masing- masing prioritas bisa diturunkan lagi ke dalam beberapa amplop tergantung dari perincian. Jika Anda merasa sistem amplop terlalu ribet, rekening komitmen bisa dicoba, yakni dengan membagi dua rekening. "Pertama, rekening untuk jangka pendek, yaitu untuk kebutuhan hidup dan sosial keagamanan. Kedua, rekening untuk jangka panjang, yakni utang dan investasi," jelas Eko. Tingkat bunga Jika rencana keuangan yang Anda susun mencakup masa depan, seperti biaya pendidikan anak, jangan melupakan konsep nilai waktu uang. Time value of money mengacu perubahan nilai uang seiring dengan perjalanan waktu. Yang mempengaruhi perubahan nilai uang seperti inflasi dan tingkat bunga. Jika Anda malas menghitung sendiri, Anda dapat memanfaatkan software keuangan dan investasi. Kebanyakan paket software finansial zaman sekarang menyediakan fasilitas itu, mulai dari menghitung kebutuhan dana pendidikan hingga mencatat portofolio investasi. Yang lebih sulit dalam penyusunan perencanaan keuangan bukanlah tools atau rumus-rumus yang jelimet. Ichsan menegaskan, hanya ada dua faktor yang kerap menghambat seseorang menyusun perencanaan keuangan. "Dia punya waktu atau enggak? Dia mau atau tidak?" ujar dia. Padahal, penyusunan sendiri, tidak rumit. "Paling lama satu jam saja," tandas Ichsan. Dana darurat Menyiapkan dana darurat Oleh Yudho Winarto, Harris Hadinata, Azis Husaini - Senin, 16 Agustus 2010 | 21:06 WIB 5
  • 6. JAKARTA. Cahyo tidak pernah menyangka perjalanan wisata bersama keluarganya bakal berubah jadi bencana. Awalnya, karyawan perusahaan swasta di Jakarta itu berniat menyenangkan istri dan anaknya berlibur di Puncak, Bogor. Apa daya, niat bersenang-senang itu tidak terpenuhi. Di tengah jalan penginapan, mobil Cahyo yang memang sudah agak uzur itu rusak lantaran harus menaiki tanjakan terjal. Kerusakannya pun parah. Alhasil, Cahyo malah harus sibuk mengurus perbaikan mobil selama liburan itu. Biaya perbaikan mobil itu pun me-nguras habis kocek Cahyo. Padahal, ia sudah nyaris tidak memiliki duit lagi. Akhir cerita, Cahyo harus sibuk mencari utangan ke mana-mana. Cahyo mungkin tidak perlu bingung seandainya jauh-jauh hari menyisihkan dana darurat. Seperti namanya, ini adalah dana yang disiapkan untuk keadaan darurat dan membutuhkan pengeluaran lebih banyak dari biasanya. Keadaan darurat itu sendiri bisa bermacam-macam. Salah satunya seperti kisah Cahyo tadi. Situasi darurat juga bisa berupa sakit keras yang menimpa anggota keluarga sehingga membutuhkan perawatan ekstra. "Dana darurat juga perlu kalau-kalau terjadi bencana," tutur Safir Senduk, seorang perencana keuangan. Sesuai kondisi Dalam teori perencanaan keuangan, penyisihan dana darurat merupakan prioritas utama. Bahkan, seseorang harus menyiapkan dana darurat dulu, sebelum menetapkan jatah menabung dan berinvestasi. Saking pentingnya dana darurat, para perencana keuangan mengungkapkan dana ini baru boleh dipakai bila si pemilik dana berada dalam kondisi darurat. "Uang ini diibaratkan uang terakhir, sehingga kita harus berpikir bagaimana mempertahankan hidup," tandas Eko Endarto, perencana keuangan Finansia Consulting. Berapa besar dana darurat yang harus disiapkan? Porsi tiap orang bisa berbeda-beda. "Patokannya antara tiga kali sampai 12 kali jumlah pengeluaran setiap bulan," terang Safir. Tentu saja, Anda harus memperhatikan jumlah tanggungan keluarga sebelum menetapkan plafon dana darurat. Porsi dana darurat juga bergantung pada status Anda. Jika Anda belum menikah, dana darurat lebih minim ketimbang orang yang sudah menikah. Para perencana keuangan bersepakat menetapkan porsi dana darurat bagi para lajang sebanyak tiga kali nilai pengeluaran bulanan si lajang. Jika sudah menikah, porsi dana darurat itu minimal enam kali jumlah pengeluaran bulanan keluarga Anda. Porsi dana darurat kian bertambah jika Anda memiliki anak. Minimal, Anda harus menyiapkan dana darurat 12 kali jumlah pengeluaran bulanan keluarga Anda. Jadi, penentuan porsi dana darurat ini bergantung pada nilai pengeluaran tiap bulan. Oleh sebab itu, Anda wajib menghitung total pengeluaran Anda. Taruh kata Anda menghabiskan Rp 5 juta sebulan. Jika Anda sudah menikah dan memiliki anak, Anda minimal harus memiliki dana darurat sebanyak Rp 60 juta. Nah, karena ini dana darurat, akses atas dana ini juga harus mudah. "Tapi, uang itu jangan diutak-atik, kecuali untuk kebutuhan mendesak," tegas Eko. Lantas, di mana sebaiknya menaruh dana darurat ini? Silakan menyimpan duit di lemari atau di bawah bantal. Tapi, cara penyimpanan seperti itu amat berisiko dan uang tidak optimal berkembang. Para perencana keuangan menyarankan Anda menaruh dana darurat itu di tabungan khusus alias terpisah dari rekening yang biasa digunakan untuk bertransaksi dan investasi. Anda juga bisa menyimpan dana itu dalam 6
  • 7. bentuk giro maupun deposito. Pilihan lain adalah menempatkannya pada instrumen reksadana pasar uang. Selain memiliki dana darurat yang mudah diakses, Anda juga bisa memperoleh imbal hasil lumayan dari instrumen investasi itu. Eko menyarankan agar setiap orang mulai menyisihkan dana darurat sejak menerima gaji pertama. Begitu pertama kali menerima gaji, segera sisihkan minimal 20% dari gaji tersebut sebagai dana darurat. Jika memiliki dana darurat sesuai plafon minimal, Anda bisa tetap tenang menghadapi kondisi darurat yang membutuhkan biaya. Anda tidak perlu menjual harta atau mencari utangan ke sana ke mari demi memenuhi biaya. Memulai rencana keuangan Memilih perencana keuangan Oleh Astri Karina Bangun - Senin, 23 Agustus 2010 | 17:36 WIB JAKARTA. Idealnya, setiap orang menyusun sendiri rencana keuangan masing-masing. Namun, tidak perlu berkecil hati jika Anda kesulitan menyusun rencana keuangan bagi diri sendiri. Maklum, dalam kenyataan sehari-hari, banyak orang yang tidak punya waktu atau pengetahuan memadai untuk menjadi perencana keuangan bagi diri sendiri. Ada juga orang yang kesulitan menjaga komitmen. Nah, bila termasuk dalam kelompok tersebut, Anda bisa meminta jasa perencana keuangan. "Harus diakui, merencanakan keuangan tidak gampang. Ada orang yang bisa memajukan keuangan perusahaan, tapi tidak bisa mengelola keuangan diri sendiri," ujar Eko Endarto, perencana keuangan dari Finansia. Secara garis besar, tugas perencana keuangan adalah membantu klien mengukur kemampuan finansial serta memberikan pendampingan dalam memilih produk keuangan atau jenis investasi. Anda tidak perlu pusing menghitung dan memproyeksi alokasi dana untuk mencapai berbagai tujuan keuangan Anda. "Dengan pendampingan perencana keuangan, klien punya pegangan. Tidak bingung dengan isu atau omongan orang," imbuh Eko. Perencana keuangan Muhamad Ichsan menambahkan, perencana keuangan wajib mempresentasikan hak dan kewajiban ke kliennya dalam pertemuan pertama. Selanjutnya, perencana keuangan akan mengumpulkan data dan informasi klien, mulai dari informasi dasar seperti biografi sampai informasi keuangan, semacam penerimaan dan pengeluaran rutin. Perencana keuangan kemudian mengembangkan hasil analisis terhadap kliennya itu menjadi rekomendasi strategi. Fase berikutnya adalah mengimplementasikan strategi yang sudah disiapkan. Tentu saja, perencana keuangan juga berkewajiban memantau implementasi dari rencana itu. Apakah target si klien sudah tercapai? Atau, apakah ada pos pengeluaran yang perlu dipangkas? Dalam kegiatan perencanaan keuangan itu sendiri, ada dua tujuan yang paling penting. Yaitu, investasi dan proteksi. "Perencana keuangan membantu jangan sampai klien hanya mencapai satu tujuan utama, sementara tujuan yang lain tidak teraih," papar Ichsan. Tawaran Terbatas Jika tertarik menggunakan jasa perencana keuangan, tentu Anda harus memilih yang paling sesuai. Selain mengetahui hal-hal dasar, seperti jenis layanan atau tarif, Anda juga perlu memahami hubungan antara perencana keuangan dan perusahaan jasa keuangan. Saat ini, ada perencana keuangan yang independen atau 7
  • 8. tidak terkait dengan lembaga keuangan, serta ada perencana keuangan yang terafiliasi alias bekerja untuk perusahaan keuangan tertentu. Tentu, perencana keuangan independen punya ruang gerak yang lebih luas dalam memberikan rekomendasi produk keuangan ke klien. "Kami bisa menawarkan produk yang tidak ada di penasihat keuangan terafiliasi. Misalnya, investasi di properti,” kata Eko. Cara kerja di antara penasihat keuangan independen memang tidak harus identik. Ada perencana keuangan independen yang bersedia memberi rekomendasi ke klien tentang produk investasi yang pas. Memang, tugas si perencana di sini hanya sebatas memberi masukan. Si klien tetap pegang kendali. Namun, ada pula perencana keuangan independen yang lebih suka memberikan rekomendasi secara umum. "Kalau klien sudah punya referensi atas sebuah produk dan mereka meminta saran saya, baru saya berikan," ujar Muhamad Ichsan dari Prime Planner. Dari segi biaya, menggunakan jasa perencana keuangan independen memang lebih mahal daripada jasa perencana keuangan terafiliasi. Maklumlah, perencana keuangan terafiliasi biasanya bekerja untuk bank, perusahaan sekuritas atau perusahaan asuransi. Tentu, penasihat keuangan terafiliasi hanya menawarkan produk-produk yang dimiliki perusahaan tempat ia bekerja. "Biaya jasanya gratis, karena dapat kompensasi dari perusahaan," ujar Tri Djoko Santoso, perencana keuangan dari Panin Life yang juga Ketua Financial Planning Standards Board Indonesia. Kiat Menyiapkan Biaya Pendidikan Biaya Pendidikan Naik 20% Setahun, Siapkan Sejak Dini! Oleh Yudo Widiyanto, Azis Husaini - Selasa, 28 September 2010 | 13:02 WIB PARA pakar perencanaan sering bilang bahwa pendidikan merupakan investasi terpenting dalam hidup setiap orang. Masalahnya, ongkos pendidikan semakin melangit saban tahun. Menurut hitungan para perencana keuangan, biaya pendidikan di negeri ini rata-rata meningkat sekitar 15%–20% per tahun. Angka ini lebih dari dua kali lipat rata-rata kenaikan inflasi. Makanya, merencanakan biaya pendidikan anak sejak dini merupakan hal penting kalau tak ingin tergopoh-gopoh saat harus membayar. Sebagai orangtua yang baik, sepantasnya Anda merencanakan dengan matang biaya sekolah anak. Nah, apa saja yang perlu Anda persiapkan? Pertama, tentukan target kebutuhan dana pendidikan. Menurut Eko Endarto, perencana keuangan dari Finansia Consulting, sejak anak lahir ke dunia, orangtua pasti sudah bisa memperkirakan pada usia berapa si anak akan masuk TK, SD, SMP, dan perguruan tinggi. Nah, cari informasi berapa biaya pendidikan saat ini atas setiap jenjang pendidikan tersebut. Berdasarkan informasi itu, kita bisa memperkirakan kebutuhan dana buat sang anak kelak. Ambil contoh, biaya masuk SD saat ini Rp 6 juta, sementara anak Anda baru akan masuk SD empat tahun mendatang. Dengan asumsi kenaikan ongkos pendidikan sebesar 20% per tahun, berarti saat dia masuk SD nanti, Anda harus menyiapkan dana sekitar Rp 12,5 juta. "Perhitungan ini penting supaya Anda tidak gelagapan nantinya," kata Eko. Setelah menentukan target kebutuhan dana, langkah kedua adalah memastikan cara mencapai target tersebut. Banyak pilihan yang bisa dilakukan. Menurut perencana keuangan Safir Senduk, salah satu cara menyiapkan dana pendidikan anak adalah lewat investasi aset seperti tanah. Namun, investasi ini hanya cocok untuk jangka 8
  • 9. panjang. "Kelemahan lain, tanah tidak selalu mudah untuk dijual kembali," papar dia. Untuk kebutuhan dalam jangka pendek, Safir menyarankan Anda berinvestasi secara bertahap. Misalnya, lewat produk tabungan pendidikan. Ada beberapa keunggulan tabungan pendidikan ini. Selain suku bunga yang umumnya lebih tinggi daripada tabungan biasa, produk ini juga memiliki fasilitas asuransi jiwa. Dengan begitu, kalau orangtua kehilangan penghasilan karena kematian, kecelakaan, atau sakit parah, dana pendidikan anak sudah terproteksi. "Ini salah satu keunggulan tabungan pendidikan," kata Direktur Konsumer PT Bank Bukopin Tbk Lamira S. Parwedi. Eko menyarankan orangtua menyisihkan 20% dari pendapatan setiap bulan untuk investasi di tabungan pendidikan. Meski begitu, menurut Eko, investasi di tabungan pendidikan ini cuma cocok dipakai menyiapkan dana sekolah anak sampai bangku SD. Sedangkan untuk kebutuhan dana pendidikan dalam jangka panjang, misalnya lebih dari 10 tahun, Safir Senduk menyarankan supaya alokasi dana pendidikan dialihkan ke produk keuangan lain yang memberikan imbal hasil lebih tinggi. Setidaknya, produk investasi tersebut bisa memberikan imbal hasil minimal sama dengan kenaikan biaya sekolah anak per tahun. Contoh instrumen yang ideal adalah investasi di produk reksadana, saham, atau emas batangan. (Diambil dari tulisan Edisi Khusus KONTAN Mei 2010) RISIKO PERENCANAAN KEUANGAN Mengurangi risiko dengan antisipasi matang Oleh Titis Nurdiana, Adi Wikanto - Kamis, 28 Oktober 2010 | 16:11 WIB JAKARTA. Punya banyak uang, bisa foya-foya, tua bahagia, dan mati masuk surga. Barangkali, ini cita-cita kebanyakan orang. Namun, manusia memang hanya bisa berharap dan merencanakan. Hasilnya belum tentu sesuai harapan. Begitu juga dalam perencanaan keuangan. Meski hasilnya belum tentu sesuai dengan harapan, kita bisa mengantisipasi kemungkinan munculnya risiko. "Antisipasi dengan mengelola risiko," tandas Prita Hapsari Gozie, Kepala Perencana Keuangan ZAP Finance. Mengelola risiko bertujuan mencegah atau meminimalkan terjadinya kerugian dalam rencana keuangan. Ada empat risiko dalam perencanaan keuangan: yakni risiko kehilangan penghasilan, risiko pasar, risiko kredit, serta risiko kesehatan. Risiko pasar terjadi ketika nilai aset lancar berkurang karena terpengaruh kondisi harga di pasar. Risiko kredit berupa kemungkinan gagal bayar atas obligasi atau utang yang kita miliki. Risiko kesehatan terjadi lantaran biaya kesehatan yang tinggi. Menurut Ligwina Poerwo Hananto, Chief Executive Officer Quantum Magna Financial, upaya mengantisipasi risiko tak berarti harus membeli produk asuransi. Kita bisa melakukannya melalui tindakan pencegahan, mengurangi, membagi, atau mengalihkan risiko. "Agar terhindar dari risiko kerusakan mobil, Anda bisa menggunakan angkutan umum atau hati-hati berkendara," ujar Wina, panggilan karib Ligwina. Begitu pula dengan kesehatan. Untuk menghindari risiko sakit, misalnya, Anda bisa mencegahnya dengan mengatur pola makan dan olahraga teratur. "Asuransi kesehatan hanya menjadi tambahan untuk memastikan jika sakit tetap memiliki perlindungan," ujar Wina. Risiko kehilangan penghasilan dapat ditanggulangi dengan beberapa cara. Salah satunya dengan memiliki asuransi jiwa untuk kepala keluarga. "Memiliki asuransi jiwa untuk menjamin masa depan keluarga," imbuh Prita. 9
  • 10. Risiko kehilangan pekerjaan juga bisa diantisipasi dengan menyiapkan dana darurat. Bagi karyawan, nilai dana darurat yang ideal minimal enam kali pengeluaran bulanan. Sementara, untuk wiraswasta, minimal 12 kali pengeluaran bulanan. "Bisa juga dengan mempersilakan pasangan kita bekerja sehingga tak bergantung 100%," ujar Wina. Sri Khurniatun, Kepala Perencana Keuangan dari Kurnia Consulting, menambahkan bahwa memiliki aset aktif seperti rumah kos, kontrakan, atau bisnis sampingan juga membantu mengantisipasi risiko atas kehilangan pekerjaan. "Pendapatan dari usaha-usaha sampingan ini bisa menjadi pos penghasilan lain," ujar Sri. Mengukur risiko Para perencana keuangan menyarankan, sebelum kita menghadapi risiko, sebaiknya kita memahami profil risiko pribadi kita masing-masing. Ada tiga variabel yang umumnya menjadi patokan menghadapi risiko dalam perencanaan keuangan keluarga. Pertama, adalah bagaimana sikap atau toleransi Anda terhadap risiko. Kedua, seberapa besar kemampuan atau kapasitas keuangan Anda dalam menghadapi risiko. Terakhir, seberapa besar asumsi risiko yang ditetapkan. "Berkaca dari tiga faktor tersebut, masing-masing individu dengan tujuan keuangan tertentu memiliki kemampuan berbeda dalam menghadapi risiko," tandas Wina. Ketika mencairkan pinjaman, Anda harus sadar bahwa ada kewajiban untuk mengembalikan. Oleh karena itu, sebelum berutang, Anda harus berhitung dulu berapa besar kemampuan untuk mengembalikan. "Kalau dirasa tak bisa membayar utang, jangan berutang," kata Wina. Risiko investasi biasa menempel pada orang yang suka berinvestasi. Untuk itu, mereka harus menyesuaikan alokasi aset dengan cara berinvestasi sesuai dengan sifat pribadinya. Cara mudah untuk mengetahui sifat pribadi ini adalah bertanya pada diri sendiri. Apakah di dalam kehidupan, kita cukup berambisi? Apakah kita termasuk orang yang sangat agresif di dalam menekuni pekerjaan atau apakah Anda menyukai hobi yang menantang? Apabila jawaban Anda "iya", berarti Anda cenderung menjadi orang yang agresif. "Orang agresif sudah pasti lebih berani mengambil risiko," ujar Wina. Alhasil, Anda bisa mengalokasikan investasi Anda di dalam produk yang agresif. Begitu pula sebaliknya. Selain itu, melakukan diversifikasi juga menjadi salah satu cara untuk menurunkan risiko. Teori kuno ini memang harus dilaksanakan sebagai salah satu cara ampuh untuk menurunkan tingkat risiko. "Dengan menyebar investasi di beberapa produk yang berlainan, Anda akan terhindar dari risiko penurunan nilai aset," ujar Wina. KIAT BERBELANJA SESUAI KEBUTUHAN Berbelanja sewajarnya saja, jangan gelap mata Oleh Sam Cahyadi, Ruhut Ambaruta, Diade Riva Nugrahani - Kamis, 09 Desember 2010 | 15:38 WIB JAKARTA. Uang hasil jerih payah bekerja pada akhirnya memang digunakan untuk berbelanja. Tapi, jika salah memanfaatkannya, bisa-bisa kita pusing tujuh keliling. Kita memang harus benar-benar teliti menggunakan uang, baik untuk membeli barang atau membayar jasa. "Setiap orang harus bisa mengukur kebutuhannya sendiri," kata Risza Bambang, perencana keuangan dari Shildt Financial Planning. Menurut Bambang, mengukur kebutuhan belanja mutlak dilakukan agar kita tidak terjebak pada sebuah 10
  • 11. keinginan dan nafsu belanja semata. Jadi, berbelanjalah sesuatu yang memang menjadi kebutuhan kita. Karena itu, sebelum memanfaatkan uang, kita harus menentukan apa saja kebutuhan kita pada saat itu. Kita juga harus menyusun daftar kebutuhan sesuai skala prioritas. Setelah menyusun daftar kebutuhan, kita harus menyusun money tracking alias catatan arus keluar masuk keuangan. Cara ini bertujuan untuk mengukur kemampuan keuangan kita sebelum menghabiskannya. "Kalau kita tidak disiplin menyusun money tracking, keuangan kita berisiko menjadi lebih besar pasak daripada tiang," cetus Bambang. Nah, setelah itu kita harus memastikan bahwa barang-barang tersebut benar-benar kebutuhan kita, atau sekadar keinginan belaka . "Cara mengukurnya, kalau barang atau aset yang kita beli minimal bisa menghasilkan aset lagi, artinya, aset itu adalah kebutuhan," terang Bambang. Umumnya, perangsang berbelanja adalah iming-iming harga murah atau sedang ada program promosi. Jika kita memang membutuhkan barang tersebut dan ada dana cukup, silakan saja membelinya. Tapi, kalau hanya mengejar murah, padahal di rumah sudah memiliki banyak barang serupa, jangan sekali-kali membelinya. Taruh kata kita sedang membutuhkan suatu barang, jangan pernah ragu membandingkan harga dari satu gerai dengan gerai lain. Dengan nilai manfaat yang sama tapi dengan biaya lebih murah, berarti kita sudah menghemat duit. Manfaat ganda Kendati mendapati program diskon harga barang kebutuhan kita, kita pun jangan terburu membelinya. Mungkin kita sudah merencanakan lama untuk membeli produk itu, tapi jika tak masuk anggaran bulanan, jangan memaksa membelinya. Sebab, jika harganya mahal dan di luar bujet bulanan kita, sudah pasti bakal mengganggu kas bulanan. Akan lebih baik lagi apabila kita membeli barang konsumtif yang sekaligus bisa sebagai sarana investasi. Ambil contoh, kita membeli mobil dengan fasilitas cicilan dan memanfaatkannya sebagai usaha rental kendaraan. Upaya ini bisa menghasilkan uang, sehingga cicilan bulanan tidak memberatkan keuangan kita. "Artinya, kita belanja konsumtif untuk investasi," tandas Bambang. Prinsip serupa bisa kita terapkan pada saat membeli rumah dengan fasilitas kredit. Jika tidak benar-benar terdesak menempati rumah tersebut, kita bisa menyewakan atau mengontrakkannya kepada orang lain, sehingga uang sewa itu bisa dimanfaatkan untuk membayar cicilan rumah. "Tapi, kita memang perlu mempertimbangkan lokasi yang strategis agar mendapatkan uang sewa tinggi," kata Bambang. Mike Rini, perencana keuangan dari Mike Rini and Associates, membagi kebutuhan belanja menjadi dua kategori. Pertama, kebutuhan sehari-hari seperti belanja bahan pokok. Kedua, kebutuhan besar yang frekuensi pembeliannya jarang tapi nilainya besar. Sebelum berbelanja kebutuhan sehari-hari, kita harus menyesuaikannya dengan jumlah kebutuhan seluruh anggota keluarga. "Jangan berbelanja kebutuhan sehari-hari melebihi konsumsi, karena bahan pokok bisa rusak jika disimpan terlalu lama," terang Mike. Kita juga harus memperhitungkan masa pakai suatu barang sebelum membeli barang elektronik atau mobil. Jadi, tidak tepat seandainya kita membeli barang elektronik hanya karena sedang ada program diskon atau karena barang itu model terbaru. Mike juga mengritik cara kebanyakan orang membeli sandang atau pakaian. Menurutnya, belanja pakaian sebenarnya cukup tiga sampai enam bulan sekali, sehingga tidak membeli pakaian sebulan sekali. Nyatanya, banyak yang membeli baju baru setiap bulan sekali. "Selama masih layak pakai dan tidak ketinggalan mode, kita tidak perlu membeli pakaian baru," kata Mike. 11
  • 12. EVALUASI TUJUAN KEUANGAN 2010 Mengapa mobil impian gagal masuk garasi? (1) Oleh Fransiska Firlana, Raymond Reynaldi - Kamis, 16 Desember 2010 | 12:47 WIB JAKARTA. Menjelang pergantian tahun, Juanita tampak murung. Dia kembali gagal mewujudkan mimpinya untuk membeli mobil baru tahun ini. Padahal, impian itu sudah ia pendam sejak dua tahun silam. Dia menyesali sikap hidup borosnya sepanjang Tahun Macan 2010. Diskon besar-besaran di berbagai pusat perbelanjaan telah menggodanya menghamburkan uang untuk membeli barang-barang yang sejatinya tidak begitu dia perlukan. Baju-baju pesta yang hanya sekali pakai atau tas-tas mahal yang lebih sering disimpan di kotak penyimpanan ketimbang dipakai sehari-hari ke kantor. Tahun ini, ia juga harus melakukan pengeluaran tak terduga lantaran dia jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit selama 10 hari. Sayang, ia belum memiliki asuransi. Juanita bertekad, tahun depan ia harus memiliki asuransi dan lebih disiplin menyisihkan gajinya. Inilah resolusi keuangan Juanita untuk tahun depan. Nah, apakah Anda juga seperti Juanita yang gagal mencapai target-target finansial tahun ini? Sebelum menapaki tahun yang baru, kini adalah saat yang tepat untuk melakukan evaluasi terhadap perencanaan keuangan yang Anda buat untuk periode tahun ini. Evaluasi ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan finansial Anda tahun ini tercapai sesuai jadwal. Evaluasi juga diperlukan sebelum kita membuat perencanaan keuangan ke depan. Cek pencapaian target Dalam melakukan evaluasi keuangan, Anda perlu memperhatikan tiga hal. Pertama, apakah target finansial yang Anda tetapkan tahun ini tercapai? Ambil contoh, Anda mungkin menargetkan bisa membeli mobil baru, seperti halnya Juanita. Atau, Anda menargetkan bisa memperoleh imbal hasil dari investasi Anda minimal sebesar 30% pada tahun ini. Atau, Anda ingin melakukan renovasi rumah. “Cek apakah sudah sesuai harapan, di atas harapan, atau justru di bawah harapan,” tutur Budi Raharjo, Managing Partner One Consulting, sebuah lembaga penasehat keuangan. Hal kedua yang harus Anda pertanyakan adalah, apakah target-target finansial tersebut berjalan sesuai jadwal atau tidak dan apakah hal tersebut telah dilakukan dengan benar sesuai perencanaan keuangan yang Anda susun sebelumnya. Misalnya, dalam perencanaan keuangan, Anda sudah berencana melakukan investasi secara rutin dengan menginvestasikan Rp 500.000 setiap bulan ke produk reksadana saham. Cek, apakah hal tersebut konsisten Anda laksanakan. Jika tidak, tentu ini akan mempengaruhi perencanaan keuangan jangka panjang Anda. Sebab, hasilnya bisa saja tidak sesuai dengan harapan Anda. Pertanyaan ketiga adalah, apakah ada perubahan yang bisa mempengaruhi kondisi keuangan Anda sepanjang periode rencana keuangan tahun ini? Perubahan yang dimaksud bisa berarti positif maupun negatif. Yang positif, misalnya, Anda mendapatkan bonus tak terduga dari perusahaan atau Anda mengalami kenaikan gaji. Bisa juga Anda mendapatkan pekerjaan baru yang menyebabkan penghasilan bulanan Anda melonjak cukup drastis. Atau, bintang Anda sedang terang sehingga mendapatkan warisan keluarga yang signifikan. Wow! Namun, yang terjadi bisa sebaliknya. Perubahan itu bisa berarti, Anda mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga kehilangan penghasilan rutin. Atau, Anda mengalami banyak pengeluaran tidak terduga 12
  • 13. sepanjang 2010 sehingga dana darurat terkuras. Bahkan, tidak mustahil, Anda justru terjebak utang-utang baru. “Ini semua perlu penyesuaian dan antisipasi,” ujar Budi lagi. (Bersambung) PERENCANAAN KEUANGAN Lakukan evaluasi perencanaan keuangan secara periodik Oleh Fransiska Firlana, Raymond Reynaldi - Senin, 10 Januari 2011 | 18:53 WIB JAKARTA. Pelaksanaan perencanaan keuangan harus dievaluasi secara rutin. Tujuannya, jelas, agar kesadaran kita akan kondisi finansial kita selalu terjaga. Pertanyaannya, kapan evaluasi perencanaan keuangan tersebut mesti dibuat? Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk dan Rekan, berpendapat bahwa evaluasi bisa dilakukan setiap enam bulan atau satu tahun sekali. Khusus bagi orang yang baru pertama kali melakukan perencanaan keuangan alias pemula, Rakhmi menyarankan, evaluasi tersebut dibuat setiap tiga bulan sekali. "Evaluasi ini tidak hanya menjamin rencana kita bakal terwujud, tetapi sekaligus menjadi sarana mengubah gaya hidup yang terencana," jelas dia. Sementara, perencana keuangan dari Shildt Consulting Joanes Widjajanto juga yakin, evaluasi rencana keuangan harus dilakukan. Tanpa evaluasi, kita tidak tahu apa rencana apa yang akan dibuat untuk tahun selanjutnya. Jadi, "Minimal evaluasi setiap akhir tahun," tegas dia. Malah, perencana keuangan dari Kurnia Consulting, Sri Kurniatun mengatakan, evaluasi akan lebih baik bila dilakukan bulanan, atau minimal per tiga bulan. Tidak hanya dilakukan setiap akhir tahun. Ini berlaku bagi siapa saja. "Tujuannya mengantisipasi apabila terjadi perubahan dalam pelaksanaannya," ujar Sri. Lebih lanjut, dia menyebut, jika evaluasi per akhir tahun, akan sulit mengantisipasi bila ada perubahan, misalnya perubahan penghasilan atau keperluan yang mendadak. Evaluasi juga perlu dilakukan untuk memberikan kenyamanan di masa mendatang. "Ini menyangkut kebutuhan dana tahun selanjutnya," kata Joanes. Setelah tahu besaran dana yang dibutuhkan, Anda bisa memperkirakan sumber pendanaannya. Ambil contoh, bila penempatan dana di tabungan kurang menguntungkan, Anda bisa mengalihkan dana itu ke produk yang lebih menguntungkan, seperti deposito ataupun reksadana. Boleh juga, diinvestasi ke emas yang memiliki kenaikan harga relatif stabil. KIAT ANTISIPASI KENAIKAN BBM Berhemat bahan bakar agar kocek tidak terbakar (1) Oleh Dikky Setiawan - Jumat, 25 Maret 2011 | 18:16 WIB 13
  • 14. JAKARTA. Kenaikan harga BBM kerap menjadi momok menakutkan bagi masyarakat. Maklum, kenaikan harga BBM acap memantik lonjakan harga-harga kebutuhan pokok, juga harga di sektor pelayanan dan jasa. Kalau sudah begitu, daya beli (purchasing power) masyarakat pun melemah. Walhasil, kualitas hidup masyarakat semakin terpuruk. Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk & Rekan, menilai kenaikan harga BBM lazim berdampak pada semua sektor. Tak hanya transportasi tapi juga sandang, pangan, dan papan. Nah, kalau inflasi ini terus terjadi, ekonomi rumah tangga yang tak mendapatkan kenaikan penghasilan (sesuai dengan inflasi) akan terancam. Apalagi jika rumah tangga mempunyai utang dengan bunga mengambang. Soalnya, kenaikan inflasi bisa memicu kenaikan suku bunga yang berarti memicu kenaikan pada pembayaran cicilan utang tiap bulannya. "Bisa dibayangkan, penghasilan tetap, tapi pengeluaran bertambah tidak hanya di biaya hidup, tapi juga di pos pembayaran utang," kata Rakhmi. Masa penyesuaian Lanjut Rakhmi, biasanya rumah tangga membutuhkan waktu minimal tiga bulan hingga empat bulan untuk menyesuaikan diri. Menjadi lebih hemat atau justru mengubah pos-pos pengeluaran, atau menambah penghasilan. Selama satu hingga dua bulan pertama kalangan rumah tangga akan merasakan dampak kenaikan harga BBM tadi. Lalu, satu hingga dua bulan berikutnya mereka mulai menyesuaikan diri. "Jadi, jika dalam tiga sampai empat bulan pertama dampak kenaikan BBM masih terasa memberatkan, itu sangat wajar," imbuh Rakhmi. Dia mengingatkan, pada masa-masa penyesuaian ini setiap rumahtangga jangan buru-buru menggunakan dana cadangan. Sebab, kemungkinan defisit di awal pemberlakuan kebijakan kenaikan BBM sangat besar. Jangan sampai hanya karena belum terbiasa, kemudian dana cadangan terpakai. Padahal, sebenarnya masih bisa berhemat. Tapi, lanjut Rakhmi, bila sudah lewat masa 3-4 bulan, penyesuaian tetap tak bisa dilakukan (memang tak ada lagi pos-pos yang bisa dikurangi), solusinya adalah menambah penghasilan yang signifikan untuk menutupi defisit tadi. Nah, bagaimana seharusnya masyarakat mengatur ekonomi rumahtangga di saat harga BBM naik? Berikut ini beberapa tip sederhana yang dirangkum KONTAN dari sejumlah perencana keuangan: 1. Evaluasi anggaran rumahtangga Langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah mengevaluasi anggaran rumah tangga. Menurut Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Advisory, evaluasi tersebut terdiri dari dua komponen: pengeluaran dan pemasukan. Ingat, pertama-tama Anda harus mengevaluasi aspek pengeluaran rumahtangga. Aspek ini terbagi dalam dua kategori, yakni pengeluaran bersifat harian (daily) dan masa mendatang (future). Item pengeluaran harian biasanya terdiri dari biaya makanan, pakaian, transportasi, komunikasi, iuran listrik, dan gas. "Nah, mampukah penghasilan Anda memenuhi biaya kegiatan sehari-hari rumahtangga," kata Mike. Sementara itu, tambah Mike, pengeluaran yang bersifat future terbagi dalam dua macam: terduga (predicted ) dan tidak terduga (unpredicted). Contoh dari pengeluaran terduga antara lain biaya memperpanjang surat tanda nomor kendaraan (STNK) mobil atau sepeda motor, biaya membayar pajak bumi dan bangunan (PBB) rumah, dan biaya yang bersifat saving, seperti dana pendidikan serta dana pensiun. Adapun pengeluaran yang tidak terduga biasanya menyangkut dana kesehatan atau kecelakaan. Semua komponen pengeluaran itu harus bisa Anda deteksi. Setelah itu, lakukan alokasi anggaran dengan cermat agar tidak menambah beban hidup Anda. Mike mengakui, ketika biaya hidup naik, penghasilan seseorang biasanya juga akan naik. Masalahnya, penghasilan tersebut kerap tidak sesuai dengan biaya hidupnya. Oleh sebab itu, ketika harga kebutuhan pokok naik akibat lonjakan harga BBM, Anda dituntut meningkatkan penghasilan. 14
  • 15. Ini bisa dilakukan dengan meningkatkan kualitas kemampuan di tempat bekerja, mendiversifikasi penghasilan, dan meningkatkan pendapatan bisnis bagi wiraswasta. "Jadi, situasi kegiatan yang menghasilkan pendapatan harus dievaluasi. Semua itu bertujuan mengimbangi anggaran pengeluaran," imbuh Mike. (Bersambung) KIAT ANTISIPASI KENAIKAN BBM Berhemat bahan bakar agar kocek tidak terbakar (selesai) Oleh Dikky Setiawan - Senin, 04 April 2011 | 13:41 WIB JAKARTA. Kenaikan harga BBM acap memantik lonjakan harga-harga kebutuhan pokok, juga harga di sektor pelayanan dan jasa. Lantas, bagaimana seharusnya mengatur ekonomi rumahtangga di saat harga BBM naik? Berikut ini lanjutan beberapa tip sederhana yang dirangkum KONTAN dari sejumlah perencana keuangan: 2. Evaluasi aktivitas transportasi Ini bertujuan agar Anda bisa menghemat anggaran transportasi sehari-hari, sehingga penghasilan yang didapat bisa dimanfaatkan secara maksimal. Evaluasi dilakukan selama sepekan, pada hari aktif bekerja atau masa berlibur. Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Advisory bilang, evaluasi itu bisa dilakukan dengan cara mengurangi pemakaian kendaraan pribadi. Bagi Anda yang bekerja sebagai karyawan kantoran, sebaiknya menggunakan transportasi umum atau bike to work ketika hendak pergi ke kantor. Jika tetap ingin menggunakan kendaraan pribadi, usahakan memanfaatkannya secara kolektif. "Anda pergi ke kantor dengan teman, sehingga biaya bahan bakar bisa ditanggung bersama," saran Mike. Cara lain, mengatur jalur transportasi yang kita lalui ketika beraktivitas di luar rumah. Sebelum bepergian dengan kendaraan pribadi, usahakan mengatur jalur transportasi yang akan kita lalui. Usahakan juga dalam sehari bisa selesai ke beberapa tempat. Jadi, efisiensi di waktu. Joannes Widjajanto, perencana keuangan dari Shildt Financial Planning, mempunyai cara lain untuk menghemat anggaran transportasi, yakni mengombinasikan penggunaan kendaraan pribadi dan angkutan umum. Menurut Joannes, ketika hendak pergi ke kantor, Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi berupa sepeda motor, lalu dilanjutkan dengan kendaraan umum, seperti kereta api, angkot atau bus. Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk & Rekan menambahkan, penghematan lain yang bisa dilakukan, adalah mengurangi aktivitas berlibur menggunakan kendaraan pribadi. "Misalnya, biasa jalan- jalan setiap akhir pekan, sekarang dikurangi dan lebih banyak bermain di rumah," kata dia. 3. Evaluasi perawatan kendaraan Langkah lain yang harus Anda lakukan untuk mengatasi dampak kenaikan harga BBM adalah mengevaluasi perawatan kendaraan pribadi. Tujuannya, kata Mike, demi menghemat konsumsi bahan bakar kendaraan. Yang tadinya Anda tidak peduli, sebaiknya mulai melakukan perawatan kendaraan secara optimal. "Jika mesin kendaraan Anda bagus, selain konsumsi BBM irit, juga bisa menghemat pembelian suku cadang," kata dia. Saran senada diungkapkan Joannes. Dia bilang, ketika harga BBM naik, biasanya harga onderdil kendaraan bermotor juga ikut terkerek. Untuk menghemat pengeluaran biaya pembelian onderdil di bengkel, Anda harus mulai mempelajari perawatan kendaraan dengan baik. "Dengan memperlakukan kendaraan kita secara baik, kerusakannya bisa ditekan. Cara ini bisa menghemat pemborosan bahan bakar dan pembelian onderdil," imbuhnya. 4. Evaluasi jenis kendaraan Selanjutnya, mengevaluasi jenis kendaraan yang Anda gunakan. Menurut Joannes, untuk menekan anggaran 15
  • 16. transportasi, tak ada salahnya Anda mencoba mengganti kendaraan Anda dengan jenis yang bisa menghemat bahan bakar. Sekarang banyak pilihan kendaraan. Misalnya, saat ini sudah ada mobil yang hanya mengonsumsi bahan bakar 1 liter, tapi bisa menempuh jarak hingga sejauh 15 km?20 km. Mike mengatakan, biasanya penghematan banyak dilakukan oleh kalangan yang pas-pasan. Namun, dalam kasus lonjakan harga BBM, kalangan menengah atas bisa melakukan penghematan. Contohnya, jika seseorang sudah tak mampu memiliki mobil mewah, jangan sungkan mengganti mobilnya dengan model yang lebih ekonomis dan hemat BBM. "Kendati dari sisi prestise turun, tapi dia tetap memiliki mobil," kata Mike. Nah, kini kembali pada Anda sendiri. Sanggup berhemat? Ada kendaraan, ada pengeluaran rutin Jika memang secara ekonomi Anda sudah merasa mampu memiliki kendaraan, baik roda empat maupun roda dua, tidak ada salahnya Anda membeli kendaraan dengan model yang sesuai keinginan. Namun, yang patut diperhatikan adalah konsekuensi memiliki mobil tersebut. Setidaknya, ada tiga pos pengeluaran pasti yang menjadi konsekuensi Anda akibat memiliki mobil. Pertama, biaya operasional. Ingat, jika punya kendaraan, tentu akan ada biaya operasional yang harus Anda bayar. Mobil atau sepeda motor butuh bahan bakar yang harus Anda isi satu atau dua hari sekali. Belum lagi kalau Anda datang ke pusat perbelanjaan, tentu ada biaya parkir yang hitungannya per jam. "Jadi, semua itu meliputi biaya sehari-hari dalam penggunaan kendaraan," kata Rakhmi. Kedua, biaya perawatan rutin. Jika memiliki kendaraan, Anda juga harus siap untuk merawat mobil itu. Anda perlu mengganti rutin suku cadang tertentu dan oli. Bentuk perawatan lainnya yaitu mencuci kendaraan setiap satu sampai dua hari sekali. Jika Anda malas mencuci sendiri, otomatis harus mengeluarkan biaya untuk jasa pencucian. Ketiga, biaya perbaikan. Dalam banyak kasus, tidak sedikit orang yang memiliki kendaraan hanya bisa menggunakan, tanpa bisa memperbaiki. Kadang ketidaktahuan kita dalam merawat kendaraan bisa membuat kendaraan cepat rusak dan harus dibetulkan. "Karenanya, Anda harus bisa merawat sendiri," kata Rakhmi. KIAT MERENCANAKAN ANGGARAN PERNIKAHAN Merancang biaya nikah agar pesta tetap meriah (1) Oleh Dikky Setiawan - Jumat, 08 April 2011 | 19:03 WIB JAKARTA. Pernikahan adalah momen terindah yang akan dikenang sepanjang hidup seseorang. Oleh karena itu, untuk bisa mendapatkan momen pernikahan yang indah, tidak sedikit pasangan yang mengabadikan hari sakral tersebut dengan pesta yang meriah dan mewah. Persiapan pernikahan yang panjang dan biaya pernikahan yang besar seolah terbayar. Kedua pengantin larut dalam kebahagiaan yang berbaur dengan tawa para sahabat, sanak keluarga, maupun kolega yang turut merayakan hari bahagia. Sayang, tidak sedikit pula, pasangan pengantin yang harus pusing usai pesta pernikahannya digelar. Mereka terbelit utang yang terkadang tidak kecil demi menutupi biaya pesta pernikahan. Padahal, ungkap Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk & Rekan, bagian terpenting sebuah pernikahan adalah janji (akad) yang diucapkan dari kedua pasangan pengantin. Rakhmi mengingatkan, setelah momen pernikahan, masih banyak hal lain yang perlu dipersiapkan si pengantin untuk kehidupan rumahtangganya. Tentu saja, hal ini butuh biaya yang sangat banyak dibandingkan dengan sebuah pesta sesaat. "Jadi, hindari utang karena sangat tidak sepadan hanya demi kesenangan satu hari, akhirnya si pengantin atau keluarganya sampai harus bersakit-sakit selama beberapa tahun kemudian akibat terbelit utang," imbuhnya. Nah, untuk menghindari hal semacam itu, seseorang jelas harus merencanakan biaya pernikahan dengan 16
  • 17. matang. Lalu, bagaimana cara menyiapkan biaya itu? Berikut adalah tips merencanakan biaya pernikahan dari sejumlah perencana keuangan dan perencana pernikahan (wedding organizer). Siapkan dana Pada saat Anda dan pasangan telah menggelar lamaran atau telah menetapkan tanggal pernikahan, sebaiknya, saat itu juga mulai mempersiapkan biayanya. Menurut Rakhmi, lazimnya, persiapan nikah butuh waktu sekitar satu tahun hingga dua tahun. Namun, terkadang calon pengantin baru mulai mempersiapkan dana setelah mengetahui tanggal pernikahan. Nah, karena jangka waktu yang singkat seperti itulah, biaya untuk menikah tidak bisa disimpan dalam instrumen investasi berisiko tinggi. "Harus disimpan dalam investasi yang cukup aman, seperti tabungan atau deposito. Alternatif lainnya bisa di reksadana pasar uang atau emas. Ini sekaligus untuk mempersiapkan mahar emas," katanya. Tapi, sambung Rakhmi, kalau yang mempersiapkan dana pernikahan adalah orangtua, biasanya dilakukan dalam waktu yang panjang. Semakin panjang waktu persiapannya, semakin fleksibel tipe instrumen investasi yang bisa digunakan. "Tapi, bentuk investasinya juga harus disesuaikan dengan profil risiko orangtua," tambahnya. Selain dengan cara menabung dan berinvestasi, menyiapkan biaya pernikahan bisa dilakukan dengan menjual aset tertentu yang dimiliki. Langkah ini lebih bijak dibandingkan dengan berutang. Menjual aset biasanya dilakukan oleh orangtua si calon pengantin. Tetapkan pembagian porsi pembiayaan Karena pernikahan merupakan penyatuan dua insan menjadi satu keluarga dan menyambung silaturahmi dua keluarga besar menjadi saudara, tidak ada salahnya Anda dan pasangan berbagi tanggungjawab membiayai pernikahan. Menurut Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Advisory, dalam merencanakan pernikahan, seyogianya calon pengantin menggelar rapat pendanaan. Tujuannya untuk keterbukaan masing-masing pihak. Keterbukaan perlu dilakukan untuk menghindari masing-masing pihak dari janji ataupun perencanaan acara pernikahan di luar kemampuan keuangannya. Pembagian tugas pembiayaan tergantung dari kesepakatan kedua pihak. Kata Mike, yang penting masing- masing calon pengantin dan keluarganya saling memberikan kontribusi biaya. "Persentasenya bisa 50%-50%, atau pihak pengantin pria yang lebih besar. Syaratnya adil dan terbuka," imbuh Mike. Sependapat, Muhamad Ichsan, perencana keuangan dari Prime Planner, bilang, cara terbaik menanggung biaya pernikahan dengan membagi pendanaan. "Tapi, tren saat ini calon pengantin pria yang menyiapkan dana, dan pihak pengantin wanita yang aktif mengelola dananya," katanya. Tetapkan batas bujet pernikahan Sederhana atau meriah sebuah acara pernikahan, sangat ditentukan jumlah dana yang tersedia. Karenanya, Anda perlu menetapkan batas maksimal anggaran untuk menghindari pengeluaran yang terlalu boros. Misalnya, biaya undangan pernikahan atau kebaya pernikahan yang kelewat mahal. Padahal, pengantin bisa menyewa. Selain itu, penetapan batas bujet juga menjadi patokan dana yang harus Anda kumpulkan secara bertahap sejak awal. Batas anggaran juga berfungsi sebagai alat kendali pasangan pengantin dalam mempersiapkan pernikahan. Dengan menetapkan batas anggaran, Anda pun bisa menghindari utang. "Yang membuat biaya pernikahan membengkak adalah banyak keinginan calon pengantin. Sebenarnya, lebih baik menyesuaikan dengan anggaran," kata Rosalin, pemilik Glow Wedding Organizer. (Bersambung) 17
  • 18. KIAT MERENCANAKAN ANGGARAN PERNIKAHAN Merancang biaya nikah agar pesta tetap meriah (selesai) Oleh Dikky Setiawan - Jumat, 15 April 2011 | 19:15 WIB JAKARTA. Kendati menjadi momen terindah, sebuah pernikahan kerap membuat pusing kedua calon mempelai. Apalagi penyebabnya kalau bukan biaya pesta yang besar. Karena itu, merencanakan biaya pernikahan sejak dini merupakan langkah yang bijak. Berikut adalah tips tambahan merencanakan biaya pernikahan dari sejumlah perencana keuangan dan perencana pernikahan (wedding organizer): Tetapkan konsep acara pernikahan Henny Susanto, pemilik The Greeny Organizer menyebut, langkah selanjutnya yaitu sesuaikan dengan anggaran yang telah Anda dan pasangan tetapkan. Anda berdua dapat menentukan konsep acara pernikahan yang diinginkan. Jika anggaran yang tersedia cukup besar, alternatif konsep dan perincian acara bisa lebih banyak. "Misalnya, menggunakan adat pernikahan daerah masing-masing, lengkap dengan hiburannya," kata Henny. Namun, bila anggaran Anda tidak terlalu besar, pesta pernikahan yang sederhana pun dapat dibuat indah dan tidak terlupakan. Dengan kata lain, ujar Henny, dalam menggelar pesta pernikahan, Anda tidak harus mengikuti tren yang ada saat ini. "Jangan pernah memaksakan anggaran untuk pernikahan," sarannya. Anda berdua bisa membuat skala prioritas tentang hal apa saja yang diinginkan dalam rangkaian acara pernikahan. Nah, hal-hal seperti ini harus dipenuhi terlebih dahulu. Bila dana masih tersedia, baru dapat ditambah detail yang lainnya. Satu catatan, kata Henny, biaya menggelar pesta pernikahan di dalam (indoor) dan di luar ruangan (outdoor) berbeda. Biasanya, pesta pernikahan ala outdoor memakan biaya lebih besar daripada indoor, karena ada biaya pemasangan tenda untuk mengantisipasi turunnya hujan, atau biaya untuk pemanggilan pawang hujan. Tetapkan alokasi biaya pernikahan Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Advisory menyebut, umumnya biaya pernikahan terbagi tiga, yakni biaya internal, eksternal, dan cadangan. Nah, sebelum hari H pernikahan, sebaiknya Anda merancang susunan alokasi bujet itu. Cara ini akan memudahkan Anda menghitung anggaran pengeluaran pesta pernikahan. Mike bilang, biaya internal biasanya meliputi biaya-biaya yang terkait langsung dengan kebutuhan si calon pengantin. Misalnya, biaya penghulu, adminstrasi kantor urusan agama (KUA), mahar, busana, serta rias pengantin. Sedangkan biaya eksternal meliputi, biaya penyelenggaraan pesta pernikahan. Antara lain sewa gedung, izin penyelenggaraan, menu katering, pemasangan tenda, cetak undangan, dekorasi, kostum keluarga, suvenir, hiburan, upacara adat, dan dokumentasi pernikahan. Adapun pada pos biaya tidak terduga, biasanya, meliputi kebutuhan- kebutuhan yang tidak termasuk di dalam alokasi biaya pernikahan. "Misalnya, ada alat perlengkapan pernikahan yang Anda sewa mengalami kerusakan dan Anda diwajibkan untuk menanggung kerusakannya," imbuh Mike. 18
  • 19. Selain itu, dana cadangan juga diperlukan jika suvenir yang telah disediakan ternyata tidak cukup. "Porsi dana cadangan yang harus Anda siapkan ketika menggelar pernikahan sekitar 10% dari total biaya," katanya. Nah, bekal merancang biaya pernikahan sudah lengkap. Kini, keputusan ada di tangan Anda. Selamat mencoba! Hemat biaya, pesta pernikahan tetap ceria Setiap pasangan yang akan menikah, niscaya, mendambakan pesta pernikahan yang sesuai keinginannya. Tapi, bukan berarti pasangan itu harus menghamburkan dana yang dimiliki. Bagaimana cara menghemat biaya pernikahan? Pada intinya, semua pos biaya pernikahan bisa dihemat. Namun, Anda harus mengetahui terlebih dahulu apa saja komponen biaya yang dibutuhkan dalam pesta pernikahan. Menurut Henny, pada umumnya, pos terbesar biaya pesta pernikahan adalah katering dan sewa tempat. Kedua pos ini bisa memakan porsi biaya hingga 40% dari total biaya pernikahan. Porsi biaya selanjutnya adalah dekorasi (20%), busana pengantin dan dokumentasi (10%), serta undangan dan suvenir (10%). Ada pula biaya transportasi pengantin, baju keluarga, dan kue pengantin (10%), hiburan (5%), dan biaya lain-lain sekitar 5%. Nah, yang paling mungkin dihemat adalah sewa tempat. Henny bilang, agar biaya sewa bisa lebih murah, usahakan mencari tempat yang berada di pinggiran kota. "Di pusat kota lebih mahal. Cari gedung yang independen, pengelolanya tidak banyak bekerjasama dengan vendor pesta pernikahan, seperti katering. Jadi, Anda bisa bayar sewa tempat saja," katanya. Biaya makanan juga bisa dihemat, tapi hanya 5%. "Sediakan makanan yang mengenyangkan, seperti pasta. Dibandingkan kambing guling, menu pasta lebih mengenyangkan. Dari sisi biaya juga lebih murah," imbuh Henny. Komponen biaya lain yang bisa dihemat adalah undangan pernikahan. Undangan bisa dibagi dua sesi. Jadi, Anda bisa mengundang kolega ketika akad nikah atau saat resepsi pernikahan saja. "Dekorasi dan dan hiburan juga bisa dihemat, kok," kata Rosalin, pemilik Glow Wedding Organizer. KIAT MERANCANG PEMBELIAN MOBIL Mobil idaman terbeli, kantong tetap terlindungi (1) Oleh Dikky Setiawan - Jumat, 27 Mei 2011 | 18:19 WIB JAKARTA. Kebutuhan memiliki kendaraan roda empat bagi sebuah keluarga semakin meningkat. Indikasi ini bisa dilihat dari semakin banyaknya mobil pribadi yang berseliweran di jalan raya, terutama di kota-kota besar. Selain memudahkan keluarga ketika bepergian, baik untuk urusan pekerjaan maupun urusan rumah tangga, mobil juga melindungi kita dari risiko kehujanan atau kepanasan saat bepergian. Selain itu, mobil Anda pun bisa digunakan membawa barang dalam jumlah banyak. Anda bisa pula menggunakannya untuk tujuan-tujuan produktif lainnya, seperti mendukung usaha, mengantar anak ke sekolah, dan mengajak keluarga berlibur. Demi memiliki sebuah mobil, sebagian besar masyarakat di negeri ini rela merogoh koceknya dalam-dalam. Bahkan, tak sedikit di antara mereka yang membeli mobil dengan cara berutang dengan memanfaatkan pinjaman bank atau lembaga pembiayaan (multifinance). Bukan aset investasi 19
  • 20. Banyak orang juga cenderung buru-buru membeli mobil. Aneka tawaran pinjaman atau kredit dengan iming- iming uang muka kecil dan bunga murah menjadi salah satu pemicu munculnya kecenderungan tersebut. Padahal, menurut Eko Endarto, perencana keuangan dari Finansia Consulting, mobil atau jenis kendaraan lainnya masuk kategori barang konsumtif. "Mobil adalah benda yang mengalami penyusutan harga (depresiasi) dari tahun ke tahun," katanya. Karena itu, umumnya, mobil tidak bisa dijadikan sebagai aset investasi. Melihat semua plus-minus tersebut, sebaiknya, Anda membuat perencanaan sebelum membeli mobil. Nah, apa saja yang harus Anda siapkan dalam merencanakan pembelian kendaraan, khususnya mobil? Berikut sejumlah tip sederhana yang dirangkum KONTAN dari sejumlah perencana keuangan: *Tentukan fungsi dan kegunaan kendaraan Sebelum memutuskan membeli sebuah mobil, coba Anda renungkan kembali apakah tujuan niat itu untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga atau semata untuk memuaskan keinginan Anda? "Ingat. Membeli mobil merupakan sebuah pengeluaran, meskipun sebagian orang menjadikan mobil sebagai aset," ungkap Risza Bambang, perencana keuangan Shildt Financial Planning. Risza juga mengingatkan, jangan sampai Anda berniat membeli mobil hanya karena ikut-ikutan segelintir orang yang ada di sekeliling Anda, semisal tetangga, teman, keluarga, atau kolega. Jadi, kata Risza, pastikan dahulu, apa, sih, fungsi atau kegunaan mobil yang Anda beli tersebut untuk kebutuhan sehari-hari? Jika memang Anda menilai belum perlu, ya, jangan memaksakan kehendak itu. Eko Endarto menambahkan, membeli kendaraan yang difungsikan untuk kegiatan produktif (usaha) berbeda dengan membeli mobil untuk kebutuhan konsumtif. Jika untuk kegiatan usaha, tidak ada salahnya Anda membeli dengan cara kredit. Tapi, jika untuk kebutuhan konsumtif, ada baiknya Anda membelinya secara tunai. *Lihat kondisi keuangan keluarga Karena mobil merupakan barang konsumtif, sebelum membeli mobil, Anda harus mengaudit keuangan pribadi atau rumah tangga. Tujuannya untuk mengukur pengeluaran Anda ketika telah memiliki mobil. Caranya, Anda tinggal menghitung penghasilan keluarga per bulan. Setelah itu, hitung berapa pengeluaran keluarga per bulan sebelum membeli mobil. Nah, setelah angkanya ketahuan, Anda tinggal menghitung komponen biaya yang harus dikeluarkan bila memiliki mobil. Jika menurut perhitungan Anda, penghasilan keluarga belum memadai untuk membeli mobil yang diinginkan, ya, jangan memaksakan diri untuk membeli, meskipun itu sebuah mobil bekas. Sebagai patokan, Risza menyarankan, nilai mobil itu maksimal sekitar 15% dari total nilai aset yang Anda miliki. Contoh, jika Anda memiliki kekayaan senilai Rp 1 miliar, sebaiknya, Anda hanya memiliki kendaraan senilai RP 150 juta. Tentu saja, memiliki merek mobil yang memiliki nilai jual kembali (resale value) tinggi lebih baik ketimbang memiliki mobil yang nilai jualnya terus merosot drastis. (Bersambung) KIAT MERANCANG PEMBELIAN MOBIL Mobil idaman terbeli, kantong tetap terlindungi (Selesai) Oleh Dikky Setiawan - Jumat, 10 Juni 2011 | 15:20 WIB JAKARTA. Kini, kebutuhan akan kendaraan roda empat bagi keluarga semakin meningkat. Namun, perlu diingat mobil atau jenis kendaraan lainnya masuk kategori barang konsumtif, dan umumnya tidak bisa dijadikan sebagai aset investasi. Kendati tidak serumit urusan membeli rumah, membeli mobil juga membutuhkan sederet pertimbangan, seperti persiapan dana pembelian dan biaya operasional mobil. Bagaimana merencanakannya agar tak 20
  • 21. mengganggu keuangan keluarga? Berikut,i lanjutan tip sederhana dalam merencanakan pembelian kendaraan, yang dirangkum KONTAN dari sejumlah perencana keuangan: *Tentukan alokasi biaya pembelian Hal pertama yang harus dilakukan dalam menentukan alokasi biaya, yaitu mengetahui berapa jumlah dana yang Anda miliki saat ini dan menentukan sumber dana untuk membeli mobil. Cara terbaik dengan menyisihkan sebagian penghasilan Anda untuk pembayaran pembelian mobil, baik tunai atau kredit. Tak ada batasan dana yang bisa disisihkan. Semakin besar penghasilan yang Anda disisihkan, semakin cepat uang pembelian mobil terkumpul. "Uang yang Anda sisihkan tadi, bisa ditaruh di instrumen investasi jangka pendek seperti tabungan atau deposito," saran Eko Endarto, perencana keuangan dari Finansia Consulting. Anda harus memahami, biasanya ketika membeli mobil, baik tunai maupun kredit, diler mobil akan meminta Anda membayar biaya 'tanda jadi' atau booking fee agar mobil incaran Anda tidak dibeli orang lain. Lalu, jika Anda memilih membeli mobil dengan cara kredit, Anda harus menyiapkan uang muka sebagai mahar pembelian. Biasanya, uang muka kredit kendaraan berkisar 10%-30% dari harga mobil. Saat ini, jangka waktu kredit mobil rata-rata 1 tahun-4 tahun. Tentu saja, sebaiknya, jumlah cicilan mobil Anda tidak terlalu besar. Patokannya, seharusnya, jumlah cicilan kredit mobil Anda tidak lebih dari sepertiga penghasilan Anda per bulan, sehingga sisanya atau dua per tiga penghasilan dapat dipakai untuk keperluan rumahtangga. Patokan ini sudah berlaku luas. Bahkan, pemberi pinjaman juga melihat kemampuan calon debitur dengan menggunakan angka acuan yang sama. Anda juga harus menentukan jangka waktu kredit dengan bijak. Eko mengingatkan, semakin panjang jangka waktu cicilan, beban bunga kredit yang dipikul pembeli akan semakin besar. Begitu pula sebaliknya. Satu lagi, jika membeli mobil melalui kredit, Anda harus memilih lembaga kredit yang akan mendanai pembelian tersebut. Lembaga itu bisa berupa perusahaan pembiayaan atau bank. Biasanya, bunga cicilan kredit bank akan lebih rendah dibandingkan bunga multifinance. *Tentukan alokasi biaya operasional Perencanaan pembelian mobil tidak berhenti sampai mobil nongkrong di garasi. Ingat, ada sejumlah biaya operasional yang harus Anda keluarkan. Yang pasti, Anda harus menyediakan biaya pembayaran cicilan mobil per bulan jika Anda membeli mobil secara kredit. Selain itu, Anda juga harus menyiapkan biaya pembelian bahan bakar, pemeliharaan atau perawatan kendaraan, dan biaya pajak tahunan kendaraan. "Anda juga harus menyiapkan biaya tidak terduga guna mengantisipasi ketika mobil terkena musibah seperti kecelakaan atau rusak diterjang bencana alam seperti banjir," kata Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk & Rekan. *Cermat memilih jenis mobil Banyak di antara kita yang pernah salah menghitung ketika membeli kendaraan. Mobil yang kita beli malah menjadi beban keuangan keluarga lantaran kerap mengalami kerusakan pada mesinnya. Untuk itu, perencana keuangan Shildt Financial Planning Risza Bambang menyebut, setelah Anda memastikan kesiapan membeli mobil, hal yang perlu Anda perhatikan adalah soal pemilihan jenis kendaraan. Jika keuangan Anda hanya mampu membeli mobil secara kredit, terutama mobil bekas, Risza menyarankan Anda tidak membeli mobil yang mesinnya rewel. Pilihlah jenis kendaraan yang pemeliharaannya mudah dan murah. Jangan mudah tergoda dengan model trendi atau bodi yang mulus. Menurut Risza, yang paling utama dalam membeli mobil adalah kondisi mesin. Ingat, kondisi mesin sangat menentukan biaya operasional (bahan bakar dan oli), serta biaya pemeliharaan mobil seperti servis, dan pembelian suku cadang. Selain itu, jika berniat membeli mobil, sebaiknya Anda memilih jenis yang nilai jual kembalinya tinggi. Ada beberapa jenis mobil yang direkomendasikan Risza. Berdasarkan pengalaman dia, harga mobil tipe penumpang atau multi purpose vehicle (MPV), seperti Toyota Avanza, Toyota Innova, dan Nissan Livina memiliki nilai jual kembali (resale value) yang cukup tinggi. 21
  • 22. Mobil yang memiliki nilai jual kembali tinggi memberikan keuntungan tersendiri bagi pembelinya. Sebab, dalam beberapa tahun, ada kemungkinan, harga mobil tersebut akan bertahan. Bahkan, alih-alih turun, ada mobil yang harganya justru naik. Nah, kini, tiba saatnya Anda berhitung. Apakah Anda memang sudah benar-benar siap memiliki mobil? JURUS MENGHITUNG INFLASI BIAYA PENDIDIKAN Hitungan meleset, sekolah idaman cuma impian (1) Oleh Dikky Setiawan - Jumat, 01 Juli 2011 | 15:30 WIB JAKARTA. Apa yang terbayang di benak Anda ketika tahun ajaran baru sekolah tiba? Niscaya hati kecil Anda akan mengatakan biaya pendidikan atau uang masuk sekolah tahun ini lebih mahal dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pendapat Anda memang tidak salah. Biaya pendidikan selalu melonjak setiap tahun. Bahkan, kenaikannya bisa dua kali lipat atau lebih dari laju inflasi. Lalu, apa faktor penyebab inflasi biaya pendidikan? Dalam kacamata Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Business Advisory, ada sejumlah pemicu inflasi pendidikan. Pertama, inflasi biaya pendidikan dipicu inflasi ekonomi. Menurut Mike, inflasi ekonomi yang utama berkaitan dengan kebutuhan pokok (sembako). "Jika harga sembako mahal, gaji guru juga kian mahal. Harga kebutuhan lain, seperti bahan bangunan untuk fasilitas sekolah, ikut naik. Semua itu menyebabkan pihak sekolah mendongkrak biaya pendidikan," kata Mike. Kedua, faktor pemicu inflasi biaya pendidikan adalah kurikulum sekolah tujuan. Menurut Mike, standar kurikulum sekolah umum, sekolah alam, atau sekolah internasional, memiliki perbedaan. Metode pembelajaran di sekolah bertaraf internasional biasanya bukan cuma mengacu kepada keterampilan ilmu pasti, namun juga kepada personal skill para siswa. Tidak semua siswa memiliki skill dan bakat yang sama. Untuk menemukan bakat siswa, butuh waktu untuk pendekatan yang intensif. Nah, kata Mike, semakin terbukti bagus kurikulum yang ditawarkan sebuah sekolah, maka akan semakin mahal tarif biaya pendidikannya. Ketiga, penyebab inflasi adalah fasilitas yang ditawarkan. Semakin lengkap fasilitas sebuah lembaga sekolah, semakin mahal pula biaya pendidikan di sekolah itu. Dan, jika semakin banyak lulusan dari sebuah sekolah yang memiliki penghasilan bagus, ranking sekolah itu akan semakin tinggi. Lalu, bagaimana cara menghitung inflasi biaya pendidikan? Berikut ini adalah sejumlah tip sederhana menghitung inflasi biaya pendidikan yang dirangkum KONTAN dari sejumlah perencana keuangan: Tentukan jenjang pendidikan anak Sebelum melakukan perhitungan inflasi biaya pendidikan anak, terlebih dahulu Anda harus menghitung atau memperkirakan jenjang pendidikan yang kelak akan dilalui sang buah hati. Jenjang pendidikan diawali dari play group, taman kanak-kanak, SD, SMP, SMA, dan jenjang perguruan tinggi. Nah, penentuan jenjang pendidikan ini dilakukan berdasarkan umur anak Anda. Katakanlah, usia anak saat ini baru menginjak dua tahun, dan Anda berencana mempersiapkan biaya pendidikan untuk jenjang SMA. Maka, usia anak Anda ketika masuk SMA diperkirakan 16 tahun. Menurut Mike, menghitung jenjang pendidikan bertujuan untuk menentukan time horizon investasi biaya pendidikan yang dibutuhkan ketika anak memasuki sebuah jenjang pendidikan. Langkah ini akan memudahkan Anda dalam menghitung atau memperkirakan biaya pendidikan anak kelak. Tentukan sekolah tujuan anak Langkah selanjutnya adalah menentukan sekolah tujuan. Langkah ini berguna mengukur kemampuan finansial 22
  • 23. Anda dalam memenuhi biaya pendidikan anak ketika menempuh jenjang pendidikan di sekolah yang jadi tujuan. Maklum, kenaikan biaya pendidikan di setiap lembaga sekolah berbeda. Contohnya, biaya pendidikan kuliah di universitas dalam negeri dengan universitas di Amerika Serikat. Selain karena faktor biaya hidup, perbedaan juga terletak pada tingkat inflasi ekonomi dan nilai mata uang yang digunakan. Menurut Risza Bambang, perencana keuangan dari Shildt Financial Planning, menentukan sekolah tujuan anak juga berguna sebagai dasar mendapatkan informasi berapa biaya pendidikan yang dibutuhkan. Nah, biaya itu meliputi biaya masuk sekolah, SPP sekolah, buku dan perlengkapan sekolah, akomodasi seperti tempat tinggal, kebutuhan hidup, transportasi, dan komunikasi. Di luar urusan biaya, Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk & Rekan mengingatkan supaya orangtua juga menyesuaikan sekolah tujuan dengan visi pendidikan anak yang diinginkan orangtua. (Bersambung) JURUS MENGHITUNG INFLASI BIAYA PENDIDIKAN Hitungan meleset, sekolah idaman cuma impian (selesai) Oleh Dikky Setiawan - Jumat, 08 Juli 2011 | 14:28 WIB JAKARTA. Biaya pendidikan sekolah anak terus melonjak setiap tahun. Bahkan, kenaikannya bisa jauh melewati angka inflasi. Bagaimana langkah menghitung inflasi biaya pendidikan ini agar sesuai dengan kebutuhan saat anak masuk sekolah? Berikut ini adalah kelanjutan tip menghitung inflasi biaya pendidikan yang dirangkum KONTAN dari sejumlah perencana keuangan: Mencari tahu biaya pendidikan di sekolah tujuan anak Demi menghindari kesalahan perhitungan biaya pendidikan yang harus Anda siapkan, Risza Bambang, perencana keuangan dari Shildt Financial Planning menyarankan Anda mencari informasi sebanyak mungkin sebagai bahan referensi dalam menentukan dana pendidikan anak. Caranya, bisa dengan mengecek di website sekolah tujuan atau menanyakan langsung ke bagian administrasi sekolah, kunjungan ke sekolah untuk menanyakan informasi kepada orangtua atau murid di sekolah tujuan itu. Risza mengatakan, beberapa sekolah di dalam maupun luar negeri dengan pengalaman beroperasi yang mapan biasanya menyediakan informasi biaya yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan maupun akomodasi siswa. Beberapa sekolah bahkan mencantumkan biaya yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan di jaringan website. Namun, kebanyakan sekolah hanya menyediakan informasi mengenai biaya-biaya yang berkaitan dengan kegiatan sekolah. Sementara itu, biaya akomodasi dapat diperoleh dengan dengan mencari informasi dari keluarga, teman, atau siapa pun yang dapat dipercaya untuk memperoleh informasi yang akurat tentang biaya- biaya tersebut. Carilah informasi mengenai biaya-biaya tersebut sejak sekarang meskipun anak Anda baru akan bersekolah beberapa tahun lagi. Sebab, Anda harus mencicil investasi biaya pendidikan anak Anda sejak sekarang. Berdasarkan data inilah, Anda bisa memperkirakan berapa dana yang harus Anda sisihkan saban bulan dan instrumen investasi apa yang tepat untuk mencapai tujuan ini. Tentukan asumsi perhitungan inflasi Kita memang tidak bisa memastikan jumlah biaya pendidikan anak kita kelak. Yang bisa kita lakukan adalah menggunakan asumsi tertentu. Dengan asumsi inflasi ini, kita mengalikan biaya pendidikan saat ini dan berapa 23
  • 24. tahun lagi anak kita masuk ke sekolah tersebut. Menurut Mike Rini, perencana keuangan dari MRE Financial & Business Advisory, ada beberapa pendekatan menentukan asumsi inflasi biaya pendidikan. Pertama, memakai asumsi umum, Jadi, inflasi biaya pendidikan dianggap setara dengan inflasi ekonomi. Jika inflasi nasional kita 6%, biaya pendidikan juga diasumsikan naik rata-rata 6%. Tapi, asumsi ini kerap meleset. Kedua, memakai asumsi inflasi ekonomi, tapi dikalikan dua. Misal, angka inflasi ekonomi negara 6% per tahun, maka rata-rata angka inflasi biaya pendidikan diasumsikan 12% per tahun. Ketiga, menggunakan asumsi usia anak. Semakin panjang jangka waktu mempersiapkan biaya pendidikan, dan Anda ingin merasa nyaman dalam mempersiapkan biaya sekolah anak, maka asumsi angka inflasi bisa dinaikkan. Sebaliknya, makin pendek jangka waktu persiapan, makin kecil asumsi inflasi yang digunakan. Metode yang terbaik adalah, setelah mengetahui total biaya di sekolah yang Anda idamkan, cari tahu juga berapa kenaikan biaya pendidikan setiap tahun di sekolah tersebut. Asal tahu, setiap sekolah punya standar kenaikan biaya pendidikan yang berbeda-beda. Dengan angka inilah, Anda bisa menghitung secara lebih tepat biaya pendidikan anak Anda kelak. Cara menghitung biaya pendidikan anak Untuk menghitung dan memperkirakan jumlah biaya pendidikan anak Anda di masa depan, ada beberapa langkah yang bisa digunakan. Sebagai contoh, Anda akan mempersiapkan biaya pendidikan anak untuk masuk jenjang sekolah menengah atas (SMA). Ambil contoh, saat ini anak Anda baru berusia dua tahun. Dengan asumsi usia anak Anda ketika masuk SMA 16 tahun, masih ada waktu 14 tahun buat Anda untuk menyiapkan biayanya. Lalu, bagaimana cara menghitung biaya sekolah yang dibutuhkan saat anak Anda masuk SMA? Untuk menghitung biaya yang dibutuhkan, Anda bisa menggunakan rumus future value: Biaya x (1+i)n. Biaya dalam rumus itu adalah standar uang pangkal masuk sekolah tujuan saat ini. Sedangkan angka 1 di dalam kurung merupakan bilangan sederhana guna memudahkan Anda melakukan perkalian memperkirakan jumlah biaya pendidikan. Huruf i adalah tingkat inflasi pendidikan. Adapun huruf n kecil yang berada di luar kurung adalah selisih atau jangka waktu tahun sekarang hingga tahun yang akan datang ketika anak Anda masuk SMA pada usia 16 tahun. Jadi, berapa biaya yang harus Anda siapkan untuk biaya anak masuk SMA? Taruh kata kini standar uang pangkal masuk SMA impian Anda Rp 10 juta. Sebagai acuan inflasi pendidikan, Anda bisa menggunakan asumsi saban tahun biaya pendidikan naik 15%. Berdasarkan rumusan tersebut, menurut perhitungan Rakhmi Permatasari, perencana keuangan dari Safir Senduk & Rekan, biaya pendidikan masuk SMA anak Anda 14 tahun mendatang Rp 70,76 juta. Tentu tidak akan persis betul, tapi cukup bermanfaat untuk memperkirakan secara jelas kebutuhan biaya pendidikan anak Anda di masa depan. Anda bisa siap-siap, kan? PERENCANAAN KEUANGAN Mengijon biaya sekolah dengan kepingan emas (1) Oleh Syamsul Ashar, Anastasia Lilin Y - Kamis, 08 September 2011 | 16:02 WIB JAKARTA. Jika ingin mengejar kuda, tunggangi kuda yang lain. Jangan mengejar kuda dengan keledai, niscaya tak bakal tersusul. Ungkapan ini dapat menggambarkan laju biaya pendidikan di Indonesia. Biaya pendidikan berlari kencang tiap tahun, bahkan sering melonjak lebih tinggi di atas inflasi tahunan. Kita perlu instrumen investasi dengan kemampuan setara tapi aman untuk mengimbangi laju biaya pendidikan tersebut. 24
  • 25. Salah satu instrumen investasi yang sering digunakan sejak dulu sebagai sarana lindung nilai dari gerusan inflasi adalah emas. Perencana Keuangan Shildt Financial Planning Joannes Widjajanto memperkirakan, keuntungan yang dipetik dari investasi emas berkisar 15% - 20% per tahun. Emas juga tergolong likuid karena dapat dijual atau digadaikan sewaktu-waktu. Menurut Direktur Operasional Perum Pegadaian Edy Prayitno, setiap tahun ajaran baru tiba, omzet gadai emas selalu melonjak 20% lebih tinggi ketimbang bulan biasa. Nah, kapan kita harus memulai menabung emas? Joannes menyarankan, idealnya setiap keluarga menyiapkan biaya pendidikan anak sejak anak baru lahir. Dengan demikian beban yang harus ditanggung untuk biaya pendidikan pada 18 tahun - 20 tahun mendatang akan terasa ringan. Selain itu, keluarga muda biasanya masih belum terbebani banyak kebutuhan, sehingga lebih mudah menyisihkan uang untuk membeli emas. Mereka bisa menabung emas secara berurutan dimulai dari persiapan untuk biaya SD, disusul investasi untuk SMP dan selanjutnya SMA. Anda memiliki pilihan menyimpan emas perhiasan ataupun batangan. Jika ingin berinvestasi sekaligus memakainya, Anda dapat membeli perhiasan. Namun, harga jual emas perhiasan lebih rendah dibandingkan emas batangan karena ada komponen harga pembuatannya. Layaknya merencanakan keuangan, yang harus dilakukan pertama kali adalah menetapkan target jumlah dana yang ingin dikumpulkan. Misalnya, mengacu biaya pendidikan di sekolah favorit yang diidamkan sang orang tua atau anak. Joannes menyarankan Anda menghitung dulu prediksi biaya pendidikan menggunakan fair value. Misalnya, dalam 10 tahun, asumsi kenaikan biaya pendidikan rata-rata 10% tiap tahun. "Inflasi pendidikan dan proyeksi kenaikan harga emas 15%-20% per tahun itu dapat menghitung berapa gram emas yang harus ditabung," katanya. Sedangkan Achmad Gozali, perencana keuangan dari Safir Senduk Rekan and Financial Services Consultant, mempunyai perhitungan yang lebih sederhana. Indikatornya, jumlah biaya masuk sekolah yang dituju, besaran kebutuhan dana bulanan, lalu dikonversikan ke harga emas. Misalnya, diketahui kebutuhannya sebesar 30 gram - 40 gram emas untuk biaya masuk SMP atau SMA. Setelah mengetahui target itu, Anda tinggal memilih cara yang paling pas dengan mempertimbangkan risiko yang bakal dihadapi. Berikut ini simulasi investasi emas untuk biaya pendidikan anak. Menabung emas Menabung emas untuk biaya pendidikan anak adalah cara paling konvensional yang telah dilakukan oleh nenek moyang kita. Metode menabung memakai emas masih layak digunakan saat sekarang. Orangtua bisa menyiapkan pendidikan anak dengan cara membeli emas secara mencicil. Contohnya, Anda ingin menyekolahkan anak di SMP swasta favorit. Perkiraan biaya masuk tahun ini sebesar Rp 20 juta. Sementara biaya sekolah tiap bulan dan uang daftar ulang selama tiga tahun masa sekolah diperkirakan mencapai Rp 20 juta. Jika harga emas sekarang Rp 500.000 per gram, maka logam mulia yang dibutuhkan untuk menyekolahkan anak di SMP dengan nilai sekarang mencapai berat 40 gram emas. Kalau sekarang si anak masih duduk di kelas tiga SD, berarti masih ada waktu tersisa tiga tahun untuk mengumpulkan emas 40 gram tersebut. Otomatis, tiap tahun Anda harus membeli emas minimal seberat 13,33 gram atau 1,11 gram per bulan. Kalau dengan harga emas yang berlaku sekarang, berarti Anda harus menyisihkan dana Rp 555.000 juta untuk membeli 1,1 gram emas saban bulan. Begitu juga asumsi untuk biaya pendidikan SMA maupun perguruan tinggi. Anda dapat membuat perencanaan sesuai dengan target sekolah yang Anda inginkan. "Berapa besar tabungan emas yang ideal, harus menyesuaikan dengan biaya di sekolah yang hendak dituju," ujar Gozali. Menurut Joannes, menabung emas ini cocok bagi investor tipe konservatif. Menabung emas dapat digunakan untuk investasi jangka panjang di atas 10 tahun. Cicilan emas Cara kedua yang bisa dipilih untuk mempersiapkan biaya sekolah anak dengan emas, yakni membeli emas 25
  • 26. dengan cara mencicil. Prinsipnya sama, kita membeli emas secara mencicil di perusahaan pegadaian atau bank syariah. Di Perum Pegadaian, pembelian emas secara cicilan ini disebut dengan produk Kredit Mulia. Edy Prayitno menjelaskan, syaratnya nasabah atau investor hanya perlu menyerahkan fotokopi kartu identitas diri yang sah dan membayar uang muka 10% dari total harga emas yang ingin dibeli dengan cara cicilan. Berat minimal emas yang bisa dibeli secara kredit adalah lima gram dan cicilan maksimal selama dua tahun. Sedangkan BRI Syariah menawarkan kepemilikan logam mulia dengan berat minimum 10 gram dan maksimum angsuran tiga tahun. Ada pula pinjaman dengan berat maksimum 14 kilogram dengan batas waktu cicilan sampai 15 tahun. Yang perlu diingat jika membeli emas dengan cara ini, Anda akan dikenakan biaya penyimpanan emas untuk bank syariah. Biaya ini harus dibayar tiap bulan. Sedangkan Pegadaian memungut biaya administrasi 1%. Sebagai ilustrasi, jika Anda ingin membeli emas seberat 25 gram dengan harga senilai Rp 12,44 juta, maka uang muka yang harus disediakan sebesar minimal Rp 1,86 juta atau setara 15% dari harga emas itu. Dengan asumsi biaya penyimpanan Rp 4.500 per gram, maka Anda harus membayar cicilan pinjaman bank sebesar Rp 993.455 per bulan selama 12 bulan untuk mengumpulkan 25 gram emas dalam setahun. Begitu pula jika mempersiapkan biaya pendidikan SMA dan perguruan tinggi. Dengan asumsi biaya pendidikan SMA sama dengan SMP, Anda perlu mengumpulkan sekitar 25 gram emas per tahun. Sedangkan untuk biaya kuliah bisa mengoleksi sekitar 35 gram per tahun. Sementara jika ingin memenuhi biaya di semua level pendidikan, Anda perlu membeli gadai emas seberat 85 gram per tahun (asumsi harga emas batangan LM pecahan 10 gram Rp 5 juta, 25 gram sebesar Rp 12,44 juta, dan 50 gram senilai Rp 24,8 juta). Perkiraan cicilan bulanan sekitar Rp 3,7 juta selama 12 bulan. Gozali mengingatkan, kalau memilih investasi emas untuk pendidikan dengan cara ini, maka Anda harus bersiap memperhitungkan kenaikan biaya penyimpanan. Biasanya bank atau pegadaian meninjau ulang biaya penyimpanan tiap empat bulan atau saban tahun. "Kalau biaya penyimpanan naik lebih besar dibandingkan kenaikan harga emas dalam setahun, arus kas Anda bisa terganggu," imbuh Gozali. Bagi Joannes, menyiapkan biaya pendidikan dengan cicilan emas seperti ini cocok untuk investor konservatif dan dapat dipakai untuk investasi jangka pendek dan menengah. Perlu diketahui, jika Anda menjadi nasabah bank syariah dan membeli emas dengan cara tersebut, maka nama Anda akan masuk dalam Sistem Informasi Debitur di Bank Indonesia (BI). Otomatis, Anda dianggap punya cicilan atau kredit senilai emas yang dibeli itu. Kondisi ini akan menyulitkan Anda untuk mendapat kredit di bank konvensional. Karena itu, Gozali menyarankan, jika ingin mendapatkan pembiayaan tambahan setelah memiliki cicilan beli gadai emas, sebaiknya di bank syariah lagi. "Bank syariah tidak menganggap beli gadai ini sebagai pinjaman," tukasnya. (bersambung) PERENCANAAN KEUANGAN Mengijon biaya sekolah dengan kepingan emas (selesai) Oleh Syamsul Ashar, Anastasia Lilin Y - Rabu, 14 September 2011 | 18:18 WIB JAKARTA. Biaya pendidikan anak merupakan salah satu kewajiban yang perlu dipenuhi setiap orang tua sejak dini. Selain menabung uang, emas bisa mendukung anak dalam mengejar cita-citanya. Menyiapkan biaya sekolah anak dengan menyimpan emas, bisa dilakukan melalui beberapa cara. Langkah cepat atau santai, tergantung kemampuan Anda. Selain dua cara yang sebelumnya sudah diuraikan di tulisan seri pertama, menyimpan emas juga bisa dilakukan melalui cara ketiga, yaitu berkebun emas. Kebun emas Cara paling cepat untuk menumpuk emas saat ini adalah dengan cara berkebun emas. Tapi ingat, cara yang satu ini memiliki tingkat risiko yang paling tinggi. 26