2. Pengertian HTML5 dan Perbedaannya
HTML5 adalah sebuah bahasa markah untuk menstrukturkan dan menampilkan isi dari
Waring Wera Wanua, sebuah teknologi inti dari Internet. HTML5 adalah revisi kelima
dari HTML (yang pertama kali diciptakan pada tahun 1990 dan versi keempatnya,
HTML4, pada tahun 1997[1]) dan hingga bulan Juni 2011 masih dalam pengembangan.
Tujuan utama pengembangan HTML5 adalah untuk memperbaiki teknologi HTML agar
mendukung teknologi multimedia terbaru, mudah dibaca oleh manusia dan juga
mudah dimengerti oleh mesin.
HTML5 merupakan salah satu karya Konsortium Waring Wera Wanua (World Wide
Web Consortium, W3C) untuk mendefinisikan sebuah bahasa markah tunggal yang
dapat ditulis dengan cara HTML ataupun XHTML. HTML5 merupakan jawaban atas
pengembangan HTML 4.01 dan XHTML 1.1 yang selama ini berjalan terpisah, dan
diimplementasikan secara berbeda-beda oleh banyak perangkat lunak pembuat web.
3. Contoh web yang menggunakan html5
http://www.thewildernessdowntown.com/
Downtown Wilderness adalah sebuah video musik untuk lagu interaktif Arcade Api itu "Kami Digunakan untuk Tunggu".
Pengunjung diminta untuk memasukkan alamat dari rumah mereka tumbuh dan kemudian situs menggunakan Google Earth dan
HTML5 untuk membuat video musik pribadi yang membawa pengguna pada rumah kembali perjalanan. - See more at:
http://websepuluh.blogspot.co.id/2012/05/10-website-terbaik-menggunakan-html5.html#sthash.me5dfjqN.dpuf
4. WebSocket
Pada spesifikasinya, WebSocket didefinisikan sebagai sebuah Application
Programming Interfaces (API) yang membuat koneksi "socket" antara web browser
dan server. Dalam kata polos: Ada sebuah koneksi tetap antara klien dan server,
dan kedua pihak dapat memulai mengirim data kapan saja.
WebSocket merupakan bagian dari HTML5. WebSocket menghadirkan
pengurangan besar dalam lalu-lintas jaringan yang tidak penting
dan latency dibandingkan dengan solusi polling dan long-polling yang telah
digunakan untuk mensimulasikan koneksi dua arah dengan cara menjaga dua
koneksi tetap terhubung.
5. HTML5 WebSocket memperhitungkan bahaya jaringan seperti proxy dan firewall, sehingga memungkinkan streamingmelalui
koneksi apapun, dan dengan kemampuan untuk mendukung komunikasi hulu dan hilir melalui koneksi tunggal, aplikasi
berbasis WebSocket mengurangi beban pada server, memungkinkan mesin yang telah ada untuk mendukung banyak koneksi
yang berbarengan. Gambar 2.1 memperlihatkan arsitektur dasar berbasis WebSocket yang mana beberapa browser
menggunakan koneksi WebSocket untuk komunikasi langsung, dua arah dengan host remot.
Satu dari sekian banyak fitur unik yang disediakan WebSocket adalah kemampuannya untuk melintasi proxy dan firewall, yang
mana merupakan wilayah yang umumnya bermasalah untuk kebanyakan aplikasi. Aplikasi berbasis Comet biasanya
menggunakan long-polling sebagai garis pertahanan yang belum sempurna untuk mempertahankan diri dari firewall dan proxy.
Teknik tersebut efektif, tapi tidak cocok bila diterapkan untuk aplikasi yang memiliki latency dibawah 500 milidetik atau
membutuhkan haluan keluaran (Throughput) yang tinggi. Teknologi berbasis plugin seperti Adobe Flash, juga menyediakan
beberapa level dari dukungan socket, namun sejak lama telah dibebani oleh masalah dengan kemampuannya untuk melewati
proxy dan firewall yang mana kini telah dipecahkan oleh WebSocket.
WebSocket mendeteksi kehadiran proxy server dan secara otomatis membuat sebuah tunnel untuk dapat melewati proxy
tersebut. Tunnel dibuat dengan cara mengeluarkan sebuah pernyataan HTTP CONNECT kepada proxy server, yang mana
meminta proxy server untuk membuka koneksi TCP/IP ke host dan port spesifik. Setelah tunnel selesai dibuat, komunikasi dapat
mengalir dengan leluasa melalui proxy. Karena HTTP/S juga bekerja dengan cara yang sama, secure WebSocket melalui SSL juga
dapat menggunakan teknik HTTP CONNECT yang sama.
WebSocket menggunakan standard protokol RFC6455 untuk handshake dan komunikasi antara klien dan server. Web browser
seperti Google Chrome untuk Android sepenuhnya telah mendukung RFC6455 termasuk pesan biner.