2. Islam dan Jaringan perdagangan
antar pulau
• Islam dan Jaringan Perdagangan Antar Pulau Jaringan
perdagangan dan pelayaran antarpulau di Nusantara
terbentuk karena antarpulau saling membutuhkan
barang-barang yang tidak ada di tempatnya.
• Untuk menunjang terjadinya hubungan itu, para
pedagang harus melengkapi diri dengan pengetahuan
tentang angin, navigasi, pembuatan kapal, dan
kemampuan diplomasi dagang.
• Dalam kondisi seperti itu, muncullah saudagar-
saudagar dan syahbandar yang berperan melahirkan
dan membangun pusat-pusat perdagangan di
Nusantara
3. A. POLA JARINGAN PERDAGANGAN DAN PELAYARAN
ANTARPULAU DI INDONESIA DAN HUBUNGANNYA DENGAN
WILAYAH LAIN DI ASIA TENGGARA SAMPAI JATUHNYA MALAKA
TAHUN 1511
• Pelaut-pelaut Nusantara juga telah mengetahui beberapa rasi
bintang.
• Ketika berlayar pada siang hari, mereka mencari pedoman arah
pada pulau-pulau, gunung-gunung, tanjung-tanjung, atau letak
kedudukan matahari di langit. Pada malam hari mereka
memanfaatkan rasi bintang di langit yang cerah sebagai pedoman
arahnya. Para pelaut mengetahui bahwa rasi bintang pari berguna
sebagai pedoman mencari arah selatan dan rasi bintang biduk besar
menjadi pedoman untuk menentukan arah utara. Hubungan
perdagangan antarpulau di Indonesia sebelum tahun 1500 berpusat
di beberapa wilayah, antara lain Samudera Pasai, Sriwijaya, Melayu,
Pajajaran, Majapahit, Gowa-Tallo, Ternate, dan Tidore.
4. • Wilayah Nusantara menyimpan berbagai kekayaan di darat
dan di laut. Sumber daya alam ini sejak dulu telah
dimanfaatkan untuk keperluan sendiri dan diperdagangkan
antarpulau atau antarnegara. Barang dagangan utama yang
mendapat prioritas dalam perdagangan antarpulau, yaitu
• a.lada, emas, kapur barus, kemenyan, sutera, damar madu,
bawang putih, rotan, besi, katun (Sumatera);
• b.beras, gula, kayu jati (Jawa)
• c.emas, intan, kayu-kayuan (Kalimantan)
• d.kayu cendana, kapur barus, beras, ternak, belerang (Nusa
Tenggara)
• e.emas, kelapa (Sulawesi)
• f. perak, sagu, pala, cengkih, burung cenderawasih, perahu
Kei (Maluku dan Papua).
5. Rasi bintang biduk besar dan rasi bintang pari.
Pada saat ini cara perdagangan dilakukan melalui system barter
(tukar menukar barang dengan barang). Sistem barter umumnya
dilakukan oleh para pedagang daerah pedalaman. Hal ini
disebabkan kegiatan komunikasi dengan daerah-daerah luar kurang
lancer.
6. • Beberapa macam mata uang yang telah beredar pada saat itu
adalah
• 1.Drama (Dirham), mata uang emas dari Pedir dan Samudera
Pasai
• 2.Tanga, mata uang perak dari Pedir
• 3.Ceiti, mata uang timah dari Pedir
• 4.Cash (Caxa), mata uang emas di Banten
• 5.Picis, mata uang kecil di Cirebon
• 6.Dinara, mata uang emas dari Gowa-Tallo
• 7.Kupa, mata uang emas kecil dari Gowa-Tallo
• 8.Benggolo, mata uang timah dari Gowa-Tallo
• 9.Tumdaya, mata uang emas di Pulau Jawa
• 10.Mass, mata uang emas di Aceh Darussalam. Mata uang asing
yang telah digunakan dalam kegiatan perdagangan di Nusantara
antara lain Real (Arab); Yuan dan Cash (Cina).
7. Para pedagang Nusantara, baik dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku, maupun pulau-
pulau lain telah berjasil menjalin hubungan dagang bandar-bandar, seperti Malaka dan
Johor di Semenanjung Malaka; Pattani, dan Kra di Thailand; Pegu di Myanmar (Birma);
Campa di Kamboja; Manila di Filipina; Brunei dan bandar-bandar lain.
Perahu yang dipakai dalam pelayaran di masa lalu.
8. B. PERAN KEPULAUAN INDONESIA DALAM
PERDAGANGAN DAN PELAYARAN DI ASIA TENGGARA
SAMPAI ABAD KE-18
• Munculnya pusat-pusat perdagangan Nusantara
disebabkan adanya kemampuan sebagai tempat
berikut ini.
• 1.Pemberi bekal untuk berlayar dari suatu tempat ke
tempat lain.
• 2.Pemberi tempat istirahat bagi kapal-kapal yang
singgah di Nusantara.
• 3.Pengumpul barang komoditas yang diperlukan
bangsa lain.
• 4.Penyedia tempat pemasaran bagi barang-barang
asing yang siap disebarkan keseluruh Nusantara.
9. • Peranan Sriwijaya sebagai salah satu pusat
perdagangan dan pelayaran di Asia Tenggara
umumnya dan Nusantara khususnya,
kemudian digantikan oleh Kesultanan
Samudera Pasai sejak abad ke-13.