Presentasi Menilai Bahaya dan Resiko di Laboratorium
1. Menilai Bahaya dan Risiko
di Labolaturium
Disusun Oleh :
Chandra Kirana Dimas
Eka Safitri
Hesti Wulandari
Yogie Wibisono
2. Menilai Bahaya dan Risiko di
Laboratorium
1. Mengkonsultasikan Sumber Informasi
2. Mengevaluasi risiko racun bahan kimia
laboratorium
3. Menilai Bahaya Bahan Mudah Terbakar
Reaktif dan Mudah Meledak
4. Menilai Bahaya Fisik
5. Menilai bahaya hayati
3. Mengkonsultasikan Sumber Informasi
Dalam penilaian resiko, pemakai laboratorium harus memeriksa
rencana mereka untuk eksperimen yang diajukan dan
mengidentifikasi bahan kimia yang tidak dikenal. Banyak sumber
daya yang dapat membantu dalam menilai bahaya dan risiko bahan
kimia di dalam laboratorium. Sumber daya yang paling dikenal
secara universal meliputi :
1. Rencana kesehatan bahan kimia
2. Lembar Data Kesehatan Bahan (MSDS)
3. Ringkasan Keselamatan Bahan Kimia Labolaturium (MSDS)
4. Kartu Keselamatan Bahan Kimia Internasional (ICSC)
5. Sistem Harmonisasi Global untuk Komunikasi Bahaya (GHS)
4. Mengevaluasi Resiko Bahan Kimia
Laboratorium
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang efek balik dari
bahan kimia terhadap sistem hidup. Seluruh pemakai laboratorium
harus memahami prinsip dasar toksikologi (tidak ada zat yang
sepenuhnya aman dan semua bahan kimia dapat menimbulkan efek
racun jika dalam dosis berlebihan) dan belajar untuk
mengidentifikasi bahan kimia beracun serta bersifat korosif.
Langkah pengevaluasi resiko penggunaan bahan kimia beracun
adalah mengetahui zat kimia berbahaya. Bahan kimia yang
mengandung racun akut :
1. Korosif
2. Iritan
3. Alergen (Pemeka)
4. Asfiksian
5. Neurotoksin
6. Karsinogen
5. Menilai Bahaya Bahan Mudah Terbakar,
Reaktif dan Mudah Meledak
Selain bahaya yang disebabkan oleh efek racun bahan kimia, penilaian
risiko harus mempertimbangkan bahaya bahan kimia karena
kemudahbakaran, reaktivitas, eksplosivitas (mudahnya meledak).
A. Kemudahbakaran
Karakteristik kemudah bakaran diantaranya :
1. Titik nyala:
suhu terendah di mana cairan memiliki tekanan uap untuk membentuk campuran yang
dapat bereaksi dengan udara di sekitar permukaan cairan. Derajat bahaya
yang terkait dengan cairan yang mudah terbakar juga tergantung pada
sifat lainnya, seperti titik penyulutan dan titik didihnya.
2. Suhu penyulutan:
suhu minimal yang diperlukan untuk memulai atau menyebabkan
terjadinya pembakaran mandiri tanpa tergantung sumber panas. Semakin
rendah suhu penyulutan, semakin besar potensi terjadinya kebakaran
yang dipicu oleh peralatan laboratorium biasa.
8. 3. Penyebab Penyulutan
Pembakaran spontan terjadi jika zat mencapai suhu penyulutan tanpa
adanya panas dari luar. Kita harus selalu mempertimbangkan
kemungkinan pembakaran sendiri, terutama saat menyimpan atau
membuang material. Contoh bahan yang rentan terhadap pembakaran
sendiri meliputi : lap berminyak, tumpukan debu,material organik
yang dicampur dengan bahan pengoksidasi kuat (asam nitrat,
klorat,permanganat, peroksida, persulfat,logam alkali (natrium,
kalium).
9. B.Reaktifitas
Reaktif Air : material yang bereaksi kuat dengan air. Logam
alkali (litium, natrium, kalium ) .Banyak senyawa organometalik,
dan beberapa hidrida bereaksi dengan air untuk menghasilkan
panas dan gas hidrogen yang mudah terbakar, yang menyala atau
bergabung secara eksplosif dengan oksigen di atmosfer. Beberapa
halida logam anhidrat (aluminium bromida), oksida (kalsium
oksida), dan oksida nonlogam (belerang trioksida) serta halida
(fosfor pentaklorida) bereaksi eksotermis dengan air. Hal ini
menyebabkan reaksi kuat jika air pendingin tidak memadai
untuk menghilangkan panas yang dihasilkan.
10. C. Eksplosivitas
Eksplosivitas adalah senyawa kimia atau campuran
mekanis yang jika terkena getaran, benturan dan
gesekan akan mengalami perubahan kimia dengan
cepat yang menimbulkan gas.. Ketentuan ini berlaku
pada material yang mudah meledak atau terbakar
dengan cepat. Contohnya, hidrogen dan klorin yang
bereaksi akan mudah meledak jika terkena cahaya.
11. Menilai Bahaya Fisik
1. Gas yang Dimampatkan
Gas yang dimampatkan dapat memapar pekerja baik ke bahaya mekanik
maupun kimia, tergantung gasnya. Bahaya dapat disebabkan oleh
kemudahbakaran, reaktivitas, atau toksisitas gas; dari kemungkinan asfi
ksiasi; dan dari pemampatan gas itu sendiri, yang dapat menyebabkan
pecahnya tangki atau katup.
2. Reaksi Tekanan Tinggi
Eksperimen yang dilakukan pada tekanan di atas satu atmosfer dapat
menyebabkan ledakan karena kegagalan peralatan. Reaksi hidrogenasi
sering dilakukan pada tekanan lebih tinggi. Potensi bahayanya adalah
pembentukan campuran O2-H2 eksplosif dan reaktivitas atau piroforisitas
katalis. Penggunaan cairan superkritis juga dapat menyebabkan tekanan
tinggi.
12. 3. Bahaya listrik
Laboratorium bisa meniadakan bahaya kematian karena tersengat listrik
dari instrumen, perangkat, dan peralatan listrik lain jika melakukan
tindakan pencegahan yang tepat. Namun, kemungkinan terjadinya cedera
parah atau kematian akibat tersengat listrik sangat besar jika pekerjaan
rekayasa, perawatan, dan praktik kerja pribadi tidak dilakukan dengan
hati-hati. Semua pegawai laboratorium harus tahu cara mematikan daya ke
peralatan yang terbakar dengan menggunakan sakelar pemutus aliran
listrik dan/atau sakelar pemutus rangkaian.
13. 4. Bahaya Frekuensi Radio dan Gelombang Mikro
Frekuensi radio (RF) dan gelombang mikro yang digunakan di oven
dantanur RF, pemanas induksi, dan oven gelombang mikro terjadi dalam
kisaran 10 kHzhingga 300.000 MHz. Paparan berlebih yang ekstrem pada
gelombang mikro bisa menyebabkan gangguan katarak, kemandulan, atau
keduanya. Laboratorium harus menggunakan oven gelombang mikro yang
dirancang untuk digunakan di laboratorium atau industri. Penggunaan
logam di oven gelombang mikro bisa menyebabkan terbentuknya busur
listrik dan terjadinya kebakaran atau ledakan, jika ada pelarut yang mudah
terbakar. Super-pemanasan pada cairan bisa terjadi. Tutup vial dan wadah
lain yang digunakan di oven bisa menyebabkan ledakan akibat
menumpuknya tekanan di dalam botol vial. Wadah plastik yang salah pilih
bisa meleleh.
5. Bahaya Lain
Beberapa di antara cedera paling umum di laboratorium adalah bahaya
akibat kaca yang pecah dan akibat tergelincir, tersandung, atau
pengangkatan yang salah. Bahaya umum di tempat kerja juga terjadi di
laboratorium. Misalnya, pegawai laboratorium bisa menderita cedera
gerakan berulang atau cedera otot punggung. Masalah ini perlu disadari dan
dikontrol sehingga mengurangi cedera kerja.
14. Menilai Bahaya Hayati
Yaitu penilaian risiko terhadap racun biologis, yang dimana
penilaiannya sama seperti dalam menilai risiko bahan kimia yang di
dasarkan pada potensi dosis racun yang digunakan, dan prosedur
penggunaan racun.
Bahaya hayati merupakan masalah yang menangani
mikroorganisme serta bahan yang terkontaminasi mikroorganisme.
Bahaya-bahaya ini biasanya muncul di laboratorium penelitian klinis
dan penyakit menular, tetapi mungkin juga muncul di laboratorium
lain. Penilaian risiko bahan bahaya hayati perlu mempertimbangkan
sejumlah faktor ,yaitu memanipulasi organisme (adanya perubahan
organisme dari aslinya) .