1. KARYA TULIS
MODEL PELATIHAN
PENDIDIK PAUD
BERWAWASAN
LINGKUNGAN
SUSILOWATI, S.PD
NIP. 19750404 200012 2 003
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
BALAI PENGEMBANGAN KEGIATAN BELAJAR PENDIDIKAN NON FORMAL DAN INFORMAL
TAHUN 2011
2. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berdasarkan penelitian para ahli pendidikan mengungkapkan bahwa
masa usia dini merupakan rentang usia kritis yang disebut dengan masa
keemasan (golden age). Pada usia ini anak mulai peka atau sensitif untuk
menerima berbagai rangsangan. Masa peka pada masing-masing anak
berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara
individual. Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi fisik dan
psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan.
Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada tanggal 8 Juli 2003 merupakan bukti
komitmen pemerintah dalam menyelenggarakan pendidikan anak usia dini
(PAUD). Pada Bab I pasal 1 butir 14 Undang Nomor 20 tahun 2003
menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Kemudian dalam pasal 28
pada Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 itu menyebutkan secara tegas
antara lain bahwa, pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum
jenjang pendidikan dasar; pendidikan anak usia dini diselenggarakan melalui
2
3. jalur pendidikan formal, non formal, dan/atau informal; pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal meliputi Taman Kanak-kanak, Raudatul Athfal,
atau bentuk lain yang sederajat; pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
non formal mencakup Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak, atau
bentuk lain yang sederajat; dan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
informal berupa pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan
oleh lingkungan.
Anak usia dini memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat
terhadap segala sesuatu, memiliki sikap berpetualang dan minat yang kuat
untuk mengobservasi lingkungan. Pengenalan terhadap lingkungan di
sekitarnya merupakan pengalaman yang positif untuk mengembangkan minat
keilmuan anak usia dini. Melalui lingkungan dapat memperkaya wawasan
anak dalam proses pembelajaran.
Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dan
lingkungan. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap
individu dan sebaliknya individu memberikan respons terhadap lingkungan.
Dalam proses interaksi itu dapat terjadi perubahan pada diri individu berupa
perubahan tingkah laku. Dapat juga individu menyebabkan terjadinya
perubahan pada lingkungan, baik yang bersifat positif maupun bersifat
negatif. Hal ini menunjukkan, bahwa fungsi lingkungan merupakan faktor
yang penting dalam proses pembelajaran. Belajar akan lebih bermakna karena
anak berinteraksi langsung dengan lingkungan dan merangsang anak untuk
lebih banyak tahu hal yang ada di sekitarnya.
3
4. Tenaga kependidikan dalam pendidikan anak usia dini merupakan
komponen yang sangat penting, karena perannya sangat menentukan berhasil
tidaknya proses pembelajaran pada pendidikan anak usia dini.1 Pendidik
maupun tenaga kependidikan PAUD harus memiliki kompetensi pribadi yang
meliputi: beragama dan berbudi pekerti luhur; memiliki minat dan perhatian
pada anak; sehat jasmani dan rohani; sabar dan menyenangkan; cukup cerdas;
kreatif; memiliki komitmen tinggi; memahami perkembangan anak; cakap
berkomunikasi dengan anak; dan berwawasan multi budaya.2
Di samping itu, pendidik atau tenaga kependidikan sebagai fasilitator
dalam pelaksanaan pendidikan untuk anak usia dini harus mampu
memberikan kemudahan kepada anak untuk mempelajari berbagai hal yang
terdapat dalam lingkungannya.
Muhamad Uzer Usman (1999:3) dalam Sudilah menyatakan bahwa
sebagai pengajar ataupun pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan setiap upaya pendidikan. Oleh karena itu setiap ada upaya
inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan
sumberdaya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan, selalu bermuara
pada faktor guru. Hal ini menunjukkan bahwa peran guru dalam dunia
pendidikan sangat eksis. Diskusi mengenai profesi guru, baik dari segi
kompetensi guru, gaji guru, mutu guru, peran guru, dan kehidupan pribadi
guru serta dari segi lain selalu menarik, dan menunjukkan bahwa
1 Lexy J. Meleong, Membentuk Profesionalisme Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini, Buletin
PAUD Edisi 03 Desember 2002, (Jakarta; Direktorat PADU, 2002), h. 48
2 Lexy J. Meleong, Standar Nasional dan Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan Anak Usia
Dini Pada Jalur Pendidikan Non Formal, Buletin PADU Edisi Khusus 2004 (Jakarta; Direktorat
PADU, 2004), h. 11
4
5. posisi/peran guru tidak mudah digantikan, sekalipun dengan mesin
canggih.3
Menurut Soeparto dalam La Ode Turin menyatakan bahwa
peningkatan mutu pendidikan tidak hanya pada faktor guru saja, namun
demikian analisis terakhir menunjukkan bahwa guru tetap merupakan factor
kunci yang paling menentukan, karena proses kegiatan belajar mengajar
ditentukan oleh pendidik dan peserta didik.4
Sebagai salah satu alternatif dalam menanggapi pernyataan di atas,
penulis akan mencoba menyumbangkan pemikiran melalui Model Pelatihan
Pendidik PAUD Berwawasan Lingkungan dalam rangka meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan pendidik maupun tenaga kependidikan dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran berwawasan lingkungan.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari Model Pelatihan Pendidik PAUD Berwawasan
Lingkungan ini adalah:
1. memberikan pemahaman kepada pendidik atau tenaga
kependidikan anak usia dini dalam menyelenggarakan atau
melaksanakan pembelajaran berwawasan lingkungan,
2. meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pendidik
3 Sudilah,M.W., Hubungan Latar Belakang Pendidikan dan Pembinaan Kepala Sekolah dengan Kinerja
Guru SMU Negeri se-Kota Samarinda (Jakarta; UNJ,2003)p.2
4 La Ode Turin, Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengalaman PEnataran dan Motivasi Kerja
dengan Performansi Mengajar Guru-guru SMU Negeri 3 Kendari Sulawesi Tenggara,
http.//pk.ut.ac.id/jp/12turi.htm
5
6. maupun tenaga kependidikan anak usia dini dalam
menyelenggarakan proses pembelajaran berwawasan
lingkungan,
3. mengembangkan penggunaan lingkungan sekitar lembaga
PAUD sebagai sumber belajar pada proses pembelajaran
PAUD,
4. memilih media dan sumber belajar yang tepat sesuai dengan
topik dan tujuan pembelajaran untuk anak usia dini yang
berwawasan lingkungan.
6
7. BAB II
BAHASAN UTAMA
A. Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang unik, dalam arti memiliki pola
pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi motorik halus dan kasar),
intelegensi (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi dan kecerdasan
spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan
komunikasi yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan anak.5
Mengingat bahwa anak usia dini merupakan makhluk unik yang
memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda, maka intervensi yang
diberikan oleh orang dewasa pun harus berbeda pula sesuai dengan laju dan
kecepatan belajar anak seiring dengan masa pertumbuhan dan
perkembangannya. Untuk itu lembaga pendidikan anak usia dini harus
mempunyai sumber daya manusia yang memiliki pemahaman dan
pengetahuan tentang perkembangan anak.
B. Prinsip dalam Pendidikan Anak Usia Dini
5 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, http://www.nu.or.id/public_detail_buku_asp, 2006
7
8. Prinsip-prinsip dalam pendididikan anak usia dini (PAUD) sangat
diperlukan untuk memenuhi aspek-aspek dalam perkembangan anak baik
aspek kognitif, afektif, fisik, sosial emosional, bahasa, moral, agama,
kemandirian dan seni. Prinsip-prinsip yang telah dtetapkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional6 yaitu:
1. Berorientasi pada kebutuhan anak
Kegiatan pembelajaran harus senantiasa berorientasi terhadap
kebutuhan anak karena pada masa ini anak usia dini sedang
membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi
semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis.
2. Belajar melalui bermain
Melalui bermain diharapkan dapat memberikan kesempatan
pada anak untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan
perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Melalui bermain
anak akan memperoleh pengetahuan. Bermain merupakan pendekatan
dalam melaksanakan kegiatan pendidikan anak usia dini, dengan
menggunakan strategi, metode, materi atau bahan dan media yang
menarik agar mudah diikuti oleh anak.
3. Pendekatan berpusat pada anak
Pendekatan kelas yang berpusat pada anak adalah suatu kegiatan
belajar di mana terjadi interaksi dinamis antara pendidik dan anak atau
antara anak dengan anak lainnya
6 Departemen Pendidikan Nasional, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, (Jakarta; Dit.
PTK-PNF), h. 8
8
9. 4. Pendekatan konstruktivisme
Pendekatan ini bertolak dari pemahaman para konstruktivist
bahwa belajar adalah membangun (to construct) pengetahuan itu
sendiri, setelah dicernakan dan kemudian dipahami dalam diri individu,
dan merupakan perbuatan dari dalam diri seseorang. Diyakini bahwa
pembelajaran terjadi saat anak berusaha memahami dunia sekeliling
mereka, anak membangun pemahaman mereka sendiri terhadap dunia
sekitar dan pembelajaran menjadi proses interaktif yang melibatkan
teman sebaya, orang dewasa, dan lingkungan.
5. Pendekatan Kreatif dan Inovatif
Proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan melalui kegiatan-
kegiatan yang menarik dan membangkitkan rasa ingin tahu anak untuk
berpikir kritis dan menemukan hal-hal baru.
6. Lingkungan yang kondusif
Lingkungan pembelajarn harus diciptakan sedemikian rupa
sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan
keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar
melalui bermain.
7. Menggunakan pembelajaran terpadu
Model pembelajaran terpadu berdasarkan tema dan dapat
membangkitkan minat anak. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu
mengenal berbagai konsep sacara mudah dan jelas sehingga
pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.
9
10. 8. Pengembangan tematik
Pembelajaran tematik merupakan suatu strategi pembelajaran
yang melibatkan beberapa bidang pengembangan untuk memberikan
pengalaman yang bermakna kepada anak.
9. Menggunakan berbagai media dan sumber belajar
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan
alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan. Banyak bahan
alam yang dapat digunakan sebagai media dan sumber belajar untuk
mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak.
10. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui
berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu
menolong dirinya sendiri, mandiri, bertanggungjawab, memiliki disiplin
diri, mampu bersosialisasi dan memperoleh bekal keterampilan dasar
yang berguna untuk kelangsungan hidupnya.
C. Pengertian Lingkungan
Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki
makna dan/atau pengaruh tertentu kepada individu. Contoh: Seseorang yang
sedang berada dalam perjalanan di padang pasir tentunya merasa sangat haus
dan dahaga. Baginya, air merupakan lingkungan sangat bermakna guna
meredam rasa hausnya. Kalaulah dia memiliki 1 kg emas, namun tidak ada
maknanya dalam situasi atau kondisi yang sedang dihadapi oleh individu
bersangkutan. Jadi air merupakan lingkungan bagi individu, dan besar
10
11. pengaruhnya terhadap perilaku individu tersebut.7
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan
sebagai bulatan yang melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu
sekalian yang terlingkung di suatu daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris
peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada istilah circle,
area, surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang artinya
kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar
atau sekeliling.8
Lingkungan ini merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan
keadaan makhluk hidup termasuk didalamnya manusia dan perilakunya serta
makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik
(makhluk hidup), abiotik (benda mati) dan budaya manusia.9
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan
adalah sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling yang merupakan kesatuan
ruang dengan semua benda dan makhluk hidup dan perilakunya yang
memiliki makna dan atau pengaruh tertentu kepada individu, dalam
lingkup ini adalah warga belajar anak usia dini.
D. Nilai dan Manfaat Lingkungan terhadap Perkembangan Anak
7 Candra Sumantri. Pengajaran Berbasis Lingkungan. http://can-isika-itnp.blogspot.com/2009/06/
pengajaran-berbasis-lingkungan-html.
8 Aptisoma. Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar. http://simbos.web.id/berita-
pendidikan/pemanfaatan-lingkungan-sebagai-sumber-belajar/.
9 Prastiadi Utomo. Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar bagi Anak Usia Dini. http://
ilmuwanmuda.wordpress.com/pemanfaatan-lingkungan-sebagai-sumber-belajar-untuk-anak-usia-
dini/
11
12. Lingkungan sebagai sumber belajar dapat dimaknai sebagai segala
sesuatu yang ada di sekitar atau di sekeliling anak (makhluk hidup lain, benda
mati, dan budaya manusia).
Lingkungan merupakan sumber belajar yang kaya dan menarik untuk
anak-anak. Lingkungan mana pun bisa menjadi tempat yang menyenangkan
bagi anak-anak. Lingkungan yang ada di sekitar anak merupakan salah satu
sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil
pendidikan yang berkualitas bagi anak usia dini.
Lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari anak.
Jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas,
sekalipun pada umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan
pendidikan. Sumber belajar lingkungan ini akan semakin memperkaya
wawasan dan pengetahuan anak karena mereka belajar tidak terbatas oleh
empat dinding kelas. Selain itu kebenarannya lebih akurat, sebab anak dapat
mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca
inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut.
Sebagai contoh, jika pada saat belajar di dalam ruangan anak
diperkenalkan oleh pendidik tentang tema tanaman, dengan memanfaatkan
lingkungan anak akan dapat memperoleh pengalaman yang lebih banyak lagi.
Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut pendidik dapat membawa kegiatan-
kegiatan yang biasanya dilakukan di dalam ruangan kelas ke alam terbuka
dalam hal ini lingkungan, membawa anak-anak berinteraksi langsung dengan
lingkungan, menunjukkan tanaman sesuai dengan tema. Namun jika pendidik
12
13. menyampaikan tema dengan metode bercerita yang berhubungan dengan
tema tanaman tersebut di dalam ruangan kelas, nuansa yang terjadi di dalam
kelas tidak akan sealamiah seperti halnya jika pendidik mengajak anak untuk
memanfaatkan lingkungan.
Memanfaatkan lingkungan sekitar dengan membawa anak-anak untuk
mengamati lingkungan akan menambah keseimbangan dalam kegiatan
belajar. Artinya belajar tidak hanya terjadi di ruangan kelas namun juga di
luar ruangan kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber belajar yang
sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, dan
budaya, perkembangan emosional serta intelektual, dengan uraian sebagai
berikut:
1. Perkembangan Fisik
Lingkungan sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan
fisik anak untuk mengembangkan otot-ototnya. Anak memiliki
kesempatan yang alami untuk berlari-lari, melompat, berkejar-kejaran
dengan temannya dan menggerakkan tubuhnya dengan cara-cara yang
tidak terbatas. Kegiatan ini sangat alami dan sangat bermanfaat dalam
mengembangkan aspek fisik anak.
Dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber beajarnya,
anak-anak menjadi tahu bagaimana tubuh mereka bekerja dan
merasakan bagaimana rasanya pada saat mereka memanjat pohon
tertentu, berayun-ayun, merangkak melalui sebuah terowongan atau
berguling di dedaunan.
13
14. 2. Perkembangan aspek keterampilan sosial
Lingkungan secara alami mendorong anak untuk berinteraksi
dengan anak-anak lain bahkan dengan orang-orang dewasa. Pada saat
anak mengamati objek-objek tertentu yang ada di lingkungan pasti dia
ingin menceritakan hasil penemuannya dengan yang lain. Supaya
penemuannya diketahui oleh teman-temnannya maka anak tersebut
mencoba mendekati anak yang lain sehinga terjadilah proses
interaksi/hubungan yang harmonis.
Anak-anak dapat membangun keterampilan sosialnya ketika
mereka membuat perjanjian dengan teman-temannya untuk bergantian
dalam menggunakan alat-alat tertentu pada saat mereka memainkan
objek-objek yang ada di lingkungan tertentu. Melalui kegiatan sepeti ini
anak berteman dan saling menikmati suasana yang santai dan
menyenangkan.
3. Perkembangan aspek emosi
Lingkungan pada umumnya memberikan tantangan untuk dilalui
oleh anak-anak. Pemanfaatannya akan memungkinkan anak untuk
mengembangkan rasa percaya diri yang positif. Misalnya bila anak
diajak ke sebuah taman yang terdapat beberapa pohon yang
memungkinkan untuk mereka panjat. Dengan memanjat pohon tersebut
anak mengembangkan aspek keberaniannya sebagai bagian dari
pengembangan aspek emosinya.
Rasa percaya diri yang dimiliki oleh anak terhadap dirinya
14
15. sendiri dan orang lain dikembangkan melalui pengalaman hidup yang
nyata. Lingkungan sendiri menyediakan fasilitas bagi anak untuk
mendapatkan pengalaman hidup yang nyata.
4. Perkembangan intelektual
Anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan benda-
benda atau ide-ide. Lingkungan menawarkan kepada pendidik
kesempatan untuk menguatkan kembali konsep-konsep seperti warna,
angka, bentuk dan ukuran.
Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan
konsep-konsep tertentu secara alami. Konsep warna yang diketahui dan
dipahami anak di dalam kelas tentunya akan semakin nyata apabila
pendidik mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna secara
nyata yang ada pada lingkungan sekitar.
Dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, pendidik
harus memiliki pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan dalam
mengembangkan pembelajaran anak dengan memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajarnya. Adapun sumber belajar itu antara lain :
1. Mengamati apa yang menarik bagi anak
Biasanya anak serius jika menemukan sesuatu yang sangat
menarik baginya. Bila pendidik melihat hal ini maka pendidik hendaknya
memberi bimbingan kepada anak dengan cara menayakan apa yang
sedang diamatinya.
Manfaat yang bisa diambil dari kegiatan ini adalah anak dapat
15
16. mengembangkan kemampuan intelektualnya dengan mengetahui
berbagai benda yang diamatinya. Selain itu anak akan dapat
mengembangkan keterampilan sosialnya yaitu dengan mengembangkan
kemampuannya dengan berinteraksi dengan orang dewasa dalam hal ini
pendidik.
Upaya pendidik dengan mengamati apa yang menarik bagi anak
juga akan dapat mengembangkan emosi anak misalnya pada saat anak
mengungkapkan hal-hal yang menarik baginya, dia menunjukkan
ekspresi yang serius dan pandangan mata yang tajam. Kemampuan
berbahasa anak juga akan semakin meningkat jika pendidik mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya mengungkapkan berbahasa anak,
maka kosa kata yang dimiliki anak akan berkembang.
2. Memperhatikan saat yang tepat proses pembelajaran
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sebenarnya
memberikan berbagai alternatif pendekatan dalam membelajarkan anak.
Hal tersebut disebabkan alternatif dan pilihan sumber belajarnya sangat
banyak. Dengan memanfaatkan lingkungan kegiatan belajar akan lebih
berpusat pada anak.
3. Bertanya dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka
Memberikan pertanyaan kepada anak mendorong anak untuk
menjelaskan mengenai berbagai hal yang dialami dan dilihat oleh anak.
Pertanyaan yang bersifat terbuka akan memacu anak untuk
mengungkap berbagai hal yang diamatinya secara bebas sesuai dengan
16
17. kemampuan berbahasanya.
4. Gunakan kosa kata yang beragam untuk menjelaskan hal-hal baru
Anak-anak terkadang mengalami kekurangan perbendaharaan
kata untuk menjelaskan apa yang mereka lihat. Keterbatasan kosa kata
yang terjadi pada anak harus dibantu oleh pendidik sehingga tahap demi
tahap kemampuan berbahasa dan perbendaharaan kosa katanya akan
semakin meningkat.
5. Bersikap lebih ingin tahu
Pendidik tidak selamanya mengetahui jawaban-jawaban atas
pertanyaan anak. Pendidik yang mengetahui berbagai hal akan
menumbuhkan kepercayaan anak kepadanya. Anak merasa memiliki
orang yang dapat dijadikannya tempat bertanya mengenai hal-hal yang
tidak dapat anak pecahkan. Anak akan memiliki keyakinan yang tinggi
kepada pendidik yang mau membantunya dalam segala hal. Sebaliknya
jika pendidik tidak mengetahui banyak hal akan menimbulkan
ketidakyakinan kepadanya karena setiap mereka menanyakan sesuatu
anak tidak mendapatkan jawaban yang jelas dan memuaskan.
Penggunaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang
lebih bermakna (meaningfull learning) sebab anak dihadapkan dengan
keadaan dan situasi yang sebenarnya. Hal ini akan memenuhi prinsip
kekonkritan dalam belajar sebagai salah satu prinsip pendidikan anak usia
dini.
17
18. Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan mendorong pada
penghayatan nilai-nilai atau aspek-aspek kehidupan yang ada di
lingkungannya. Kesadaran akan pentingnya lingkungan dalam kehidupan bisa
mulai ditanamkan pada anak sejak dini, sehingga setelah mereka dewasa
kesadaran tersebut bisa tetap terpelihara.
Penggunaan lingkungan dapat menarik bagi anak. Kegiatan belajar
dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan
sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan. Kegemaran belajar
sejak usia dini merupakan modal dasar yang sangat diperlukan dalam rangka
penyiapan masyarakat belajar (learning societes) dan sumber daya manusia di
masa mendatang.
Pemanfaatan lingkungan menumbuhkan aktivitas belajar anak
(learning activities) yang lebih meningkat. Penggunaan cara atau metode
yang bervariasi ini merupakan tuntutan dan kebutuhan yang harus dipenuhi
dalam pendidikan untuk anak usia dini.
Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan
sebagai sumber belajar dalam pendidikan anak usia dini bahkan hampir
semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Namun demikian
diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para pendidik untuk dapat
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
E. Jenis-jenis Lingkungan sebagai sumber belajar
Pada dasarnya semua jenis lingkungan yang ada di sekitar anak dapat
dimanfaatkan untuk mengoptimalkan kegiatan pendidikan untuk anak usia
18
19. dini sepanjang relevan dengan komptensi dasar dan hasil belajar yang bisa
berupa lingkungan alam atau lingkungan fisik, lingkungan sosial dan
lingkungan budaya.10
1. Lingkungan alam
Lingkungan alam atau lingkungan fisik adalah segala sesuatu
yang sifatnya alamiah, seperti sumber daya alam (air, hutan, tanah,
batu-batuan), tumbuh-tumbuhan dan hewan (flora dan fauna), sungai,
iklim, suhu, dan sebagainya.
Lingkungan alam sifatnya relatif menetap, oleh karena itu jenis
lingkungan ini akan lebih mudah dikenal dan dipelajari oleh anak.
Sesuai dengan kemampuannya, anak dapat mengamati perubahan-
perubahan yang terjadi dan dialami dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk juga proses terjadinya.
Dengan mempelajari lingkungan alam ini diharapkan anak akan
lebih memahami gejala-gejala alam yang terjadi dalam kehidupannya
sehari-hari, lebih dari itu diharapkan juga dapat menumbuhkan
kesadaran sejak awal untuk mencintai alam, dan mungkin juga anak
bisa turut berpartisipasi untuk menjaga dan memelihara lingkungan
alam.
2. Lingkungan sosial
Selain lingkungan alam sebagaimana telah diuraikan di atas
jenis lingkungan lain yang kaya akan informasi bagi anak usia dini
10 Prastiadi Utomo; http://ilmuwanmuda.wordpress.com/pemanfaatan-lingkungan-sebagai-
sumber- belajar-untuk-anak-usia-dini/
19
20. yaitu lingkungan sosial.
Hal-hal yang bisa dipelajari oleh anak usia dini dalam kaitannya
dengan pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar ini
misalnya:
a. mengenal adat istiadat dan kebiasaan penduduk setempat di mana
anak tinggal.
b. mengenal jenis-jenis mata pencaharian penduduk di sektiar tempat
tinggal dan sekolah.
c. mengenal organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat
sekitar tempat tinggal dan sekolah.
d. mengenal kehidupan beragama yang dianut oleh penduduk sekitar
tempat tinggal dan sekolah.
e. mengenal kebudayaan termasuk kesenian yang ada di sekitar
tempat tinggal dan sekolah.
f. mengenal struktur pemerntahan setempat seperti RT, RW, desa
atau kelurahan dan kecamatan.
Pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar dalam
kegiatan pendidikan untuk anak usia dini sebaiknya dimulai dari
lingkungan yang terkecil atau paling dekat dengan anak.
3. Lingkungan budaya
Di samping lingkungan budaya dan lingkungan alam yang
sifatnya alami, ada juga yang disebut lingkungan budaya atau buatan
yakni lingkungan yang sengaja diciptakan atau dibangun manusia untuk
20
21. tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Anak
dapat mempelajari lingkungan buatan dari berbagai aspek seperti
prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya
dukungnya, serta aspek lain yang berkenan dengan pembangunan dan
kepentingan manusia dan masyarakat pada umumnya.
Agar penggunaan lingkungan ini efektif perlu disesuaikan
dengan rencana kegiatan atau program yang ada. Dengan begitu, maka
lingkungan ini dapat memperkaya dan memperjelas bahan ajar yang
dipelajari dan bisa dijadikan sebagai laboratorium belajar anak.
F. Keuntungan Memanfaatkan Media Lingkungan
Memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran berwawasan
lingkungan bagi anak usia dini memiliki banyak keuntungan. Beberapa
keuntungan tersebut antara lain:
1. Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang
telah ada di lingkungan.
2. Praktis dan mudah dilakukan, tidak memerlukan peralatan
khusus seperti listrik.
3. Memberikan pengalaman yang riil kepada anak, pelajaran
menjadi lebih konkrit, tidak verbalistik.
4. Karena benda-benda tersebut berasal dari lingkungan anak,
maka benda-benda tersebut akan sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan anak. Hal ini juga sesuai dengan
konsep pembelajaran kontekstual (contextual learning).
21
22. 5. Pelajaran lebih aplikatif, maksudnya materi belajar yang
diperoleh anak melalui media lingkungan kemungkinan besar
akan dapat diaplikasikan langsung, karena anak akan sering
menemui benda-benda atau peristiwa serupa dalam
kehidupannya sehari-hari.
6. Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada
anak. Dengan media lingkungan, anak dapat berinteraksi
secara langsung dengan benda, lokasi atau peristiwa
sesungguhnya secara alamiah.
7. Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di
lingkungan anak biasanya mudah dicerna oleh anak,
dibandingkan dengan media yang dikemas (didesain).
Dengan memahami berbagai keuntungan tersebut, seharusnya kita dapat
tergugah untuk memanfaatkan semaksimal mungkin lingkungan di sekitar
kita untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Lingkungan di sekitar anak
menyimpan berbagai jenis sumber dan media belajar yang hampir tak
terbatas. Lingkungan dapat kita manfaatkan sebagai sumber
belajar untuk berbagai tema pembelajaran. Pendidik tinggal memilihnya
berdasarkan prinsip-prinsip atau kriteria pemilihan media dan
menyesuaikannya dengan tujuan, karakteristik anak dan tema pembelajaran
yang akan disampaikan.
G. Prinsip-prinsip Pembuatan Media yang Memanfaatkan
Lingkungan
22
23. Media-media yang terdapat di lingkungan sekitar, ada yang berupa
benda-benda atau peristiwa yang langsung dapat kita pergunakan sebagai
sumber belajar. Selain itu, ada pula benda-benda tertentu yang harus kita buat
terlebih dulu sebelum dapat kita pergunakan dalam proses
pembelajaran. Media yang perlu kita buat itu biasanya berupa alat peraga
sederhana dengan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di lingkungan
kita. Jika kita harus membuat media belajar semacam itu, maka ada beberapa
prinsip pembuatan yang perlu kita perhatikan, yaitu :
1. Media yang dibuat harus sesuai dengan tujuan dan fungsi
penggunaannya,
2. Dapat membantu memberikan pemahaman terhadap suatu
konsep tertentu, terutama konsep yang abstrak,
3. Dapat mendorong kreatifitas anak, memberikan kesempatan
kepada anak untuk bereksperimen dan
bereksplorasi (menemukan sendiri),
4. Media yang dibuat harus mempertimbangkan faktor
keamanan, tidak mengandung unsur yang membahayakan
anak,
5. Dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal,
6. Usahakan memenuhi unsur kebenaran substansial dan
kemenarikan
7. Media belajar hendaknya mudah dipergunakan baik oleh
pendidik maupun anak didik,
23
24. 8. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat hendaknya
dipilih agar mudah diperoleh di lingkungan sekitar dengan
biaya yang relatif murah,
9. Jenis media yang dibuat harus disesuaikan dengan tingkat
perkembangan sasaran didik.
H. Langkah-langkah pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
belajar
Apabila kita menginginkan anak memperoleh hasil belajar yang
banyak dan bermakna dari sumber belajar lingkungan, maka kita perlu
membuatan persiapan yang matang. Tanpa persiapan belajar anak tidak akan
terkendali dengan baik sehingga akan berpengaruh terhadap terjadinya tujuan
pendidikan yang diharapkan.
Ada empat langkah prosedur yang bisa ditempuh dalam
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk anak usia dini sesuai
dengan metode pembelajaran Beyond Centers and Circle Time (Lebih Jauh
Tentang Sentra dan Saat Lingkaran) yaitu :11
1. Pijakan Lingkungan
a. Mengelola awal lingkungan
main dengan bahan-bahan
yang cukup, sesuai dengan
tema, memilih tempat yang
aman dan nyaman untuk
11 Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Ditjen PLSP, Depdiknas, Bahan Pelatihan Lebih Jauh
Tentang Sentra dan Saat Lingkaran Jilid 1-5, (Jakarta: Direktorat PAUD, 2004)
24
25. proses main atau
pembelajaran,
b. Merencanakan untuk
intensitas dan densitas
pengalaman main atau dalam
proses pembelajaran,
c. Memiliki berbagai bahan
yang mendukung tiga jenis
main, yaitu : main
sensorimotor, main
pembangunan dan main
peran.
d. Memiliki berbagai bahan
yang mendukung pengalaman
keaksaraan
e. Menata kesempatan main
untuk mendukung hubungan
sosial yang positif
Pijakan lingkungan atau penataan lingkungan main dilakukan oleh
pendidik sehari sebelum atau minimal setengah jam sebelum anak-anak
memulai kegiatan main (pijakan saat main) disesuaikan dengan tema.
Melalui perencanaan yang matang, yang disusun secara sistematik,
dalam pola pemikiran yang menyeluruh akan memberi landasan yang
25
26. kuat dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan khususnya
untuk anak usia dini.
2. Pijakan Pengalaman Sebelum Main
a. Membacakan buku (buku
cerita/dongeng dll) yang
berkaitan dengan pengalaman
atau mengundang nara
sumber. Kegiatan ini juga
untuk memperkenalkan
keaksaraan dan membiasakan
anak untuk menyukai buku.
b. Menggabungkan kosakata
baru dan menunjukkan
konsep yang mendukung
standar kinerja
c. Memberikan gagasan
bagaimana menggunakan
bahan-bahan yang disediakan
yang berhubungan dengan
lingkungan
d. Mendiskusikan aturan dan
harapan untuk pengalaman
main
26
27. e. Menjelaskan rangkaian waktu
main
f. Mengelola anak untuk
keberhasilan hubungan sosial
g. Merancang dan menerapkan
urutan transisi main
3. Pijakan pengalaman main setiap anak (Pijakan saat main)
a. Memberikan anak waktu untuk mengelola dan
meneliti pengalaman main mereka
b. Mencontohkan komunikasi yang tepat
c. Memperkuat dan memperluas bahasa anak
d. Meningkatkan kesempatan sosialisasi melalui
dukungan hubungan teman sebaya
e. Mengamati dan mendokumentasikan
perkembangan dan kemajuan main anak
4. Pijakan Pengalaman Setelah Main
a. Mendukung anak untuk mengingat kembali
pengalaman mainnya dan saling menceritakan
pengalaman mainnya
b. Menggunakan waktu membereskan sebagai
pengalaman belajar positif melalui
pengelompokan, urutan, dan penataan
lingkungan main secara tepat.
27
28. BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak usia dini memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat
terhadap segala sesuatu, memiliki sikap berpetualang dan minat yang kuat
untuk mengobservasi lingkungan. Pengenalan terhadap lingkungan di
sekitarnya merupakan pengalaman yang positif untuk mengembangkan minat
keilmuan anak usia dini. Melalui lingkungan dapat memperkaya wawasan
anak dalam proses pembelajaran.
Apabila pendidik dalam proses pembelajaran menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajarnya maka hal itu akan lebih bermakna dan
bernilai, sebab para anak didik atau warga belajar diharapkan berinteraksi dan
memiliki pengalaman belajar dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya,
keadaan yang dialami sehingga lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya
lebih dapat dipertanggungjawabkan.
Peran pendidik anak usia dini sebagai fasilitator dalam pelaksanaan
pendidikan untuk anak usia dini harus mampu memberikan kemudahan
kepada anak untuk mempelajari berbagai hal yang terdapat dalam
28
29. lingkungannya, dikarenakan anak usia dini memiliki rasa ingin tahu dan sikap
antusias yang kuat terhadap segala sesuatu serta memliki sikap berpetualang
serta minat yang kuat untuk mengobservasi lingkungan. Pengenalan terhadap
lingkungan di sekitarnya merupakan pengalaman yang positif untuk
mengembangkan minat keilmuan anak usia dini.
B. Saran
Sebagai salah satu ujung tombak keberhasilan program pendidikan
anak usia dini, pendidik PAUD perlu mendapatkan perhatian dalam
meningkatkan kualitas pendidik dalam menyelenggarakan proses
pembelajaran, baik melalui workshop, pendidikan dan pelatihan, atau
kegiatan lainnya.
Berdasarkan uraian pada kesimpulan dan uraian saran di atas, melalui
pelatihan pendidik PAUD berwawasan lingkungan, setidaknya menjadi salah
satu pilihan meningkatkan kualitas pendidik PAUD dalam melaksanakan
proses pembelajaran berwawasan lingkungan.
29
31. Aam Kurnia. Program Bimbingan Untuk Mencapai Tugas Perkembangan di
Taman Kanak-Kanak Bumi Siliwangi UPI, Aisyiyah dan Pembina Sadang
Serang Bandung Tahun Ajaran2004-2005.
http://pps.upi.edu/org/abstrakthesis/abstrakbk/abstrakbp05.html. Diakses
tanggal 6 Mei 2011
31
32. Aptisoma. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar.
http://simbos.web.id/berita-pendidikan/pemanfaatan-lingkungan-sebagai-
sumber-belajar/. Diakses tanggal 14 Mei 2011
Ariyanti, Fitri, Lita Edia dan Khamsa Noory. Diary Tumbuh Kembang Anak Usia
0-6 Tahun. Bandung: Read! Publishing House, 2006.
Armstrong, Thomas. Kamu Itu Lebih Cerdas Daripada Yang Kamu Duga (You’re
Smarter Than You Think): Panduan Menuju Multiple Intelijensi Bagi
Anak-anak. Arvin Saputra. (Alh.B). Batam: Interaksa, 2004.
Bennett, Neville, Liz Wood and Sue Rogers. Teaching Through Play: Teachers’
Thinking and Classroom Practice. Frans Kowa. (Alh. B). Jakarta:
Gramedia, 2005.
Buzan, Tony. Brain Child: Cara Pintar Membuat Anak Menjadi Pintar. Marselita
Harapan. (Alh.B). Jakarta: Gramedia, 2005.
Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia, Ditjen PLSP, Depdiknas. Acuan Menu
Pembelajaran Pada Pendidikan Anak Dini Usia (Menu Pembelajaran
Generik). Jakarta: Direktorat PADU, 2002.
Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia, Ditjen PLSP, Depdiknas. Bahan Pelatihan
Lebih Jauh Tentang Sentra dan Saat Lingkaran Jilid 1-5. Jakarta:
Direktorat PADU, 2004.
Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia, Ditjen PLSP, Depdiknas. Buletin PADU:
Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini, Edisi Khusus. Jakarta: Direktorat PADU,
2004.
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Ditjen PLS, Depdiknas. Pedoman Teknis
Penyelenggaraan Kelompok Bermain. Jakarta: Direktorat PAUD, 2006.
Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal (PTK-
PNF), Departemen Pendidikan Nasional. Bahan Ajar Etika Pendidik Anak
Usia Dini. Jakarta: Depdiknas, 2006.
Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal (PTK-
PNF), Departemen Pendidikan Nasional. Komunikasi Dalam Pengasuhan
Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas, 2006.
Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal (PTK-
PNF), Departemen Pendidikan Nasional. Konsep Dasar Pendidikan Anak
Usia Dini. Jakarta: Depdiknas, 2006.
Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal (PTK-
PNF), Departemen Pendidikan Nasional. Mengembangkan Kecerdasan
32
33. Kinestetik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas, 2006.
Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal (PTK-
PNF), Departemen Pendidikan Nasional. Perkembangan Anak Usia Dini.
Jakarta: Depdiknas, 2006.
Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Non Formal (PTK-
PNF),. Departemen Pendidikan Nasional. Pedoman Standar Kompetensi
Pendidik Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas, 2007.
Gardner, Howard. Multiple Intelligences: Kecerdasan Majemuk ”Teori dan
Praktek”. Alexander Sindoro. (Alh.B). Batam: Interaksara, 2003.
Hamidi. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan
Laporan. Malang: UMM Press, 2005.
La Ode Turin, Hubungan Tingkat Pendidikan, Pengalaman PEnataran dan
Motivasi Kerja dengan Performansi Mengajar Guru-guru SMU Negeri 3
Kendari Sulawesi Tenggara, http.//pk.ut.ac.id/jp/12turi.htm, diakses 10
Mei 2011
33
34. Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam,
http://www.nu.or.id/public_detail_buku_asp. Diakses tanggal 16 Mei 2011
Meleong, Lexy J., Membentuk Profesionalisme Tenaga Kependidikan Anak Usia
Dini, Buletin PAUD Edisi 03 Desember 2002, (Jakarta; Direktorat PADU,
2002).
Meleong, Lexy J, Standar Nasional dan Kerangka Dasar Kurikulum Pendidikan
Anak Usia Dini Pada Jalur Pendidikan Non Formal, Buletin PADU Edisi
Khusus 2004 (Jakarta; Direktorat PADU, 2004).
34
35. Motivasi Belajar Melalui Mainan.http://cheer-
itong.blogspot.com/2006/04/tumbuh-kembang.html. Diakses tanggal 15
Mei 2011
Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Jakarta: CV. Eka Jaya, 2006.
35
36. Prastiadi Utomo. Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar untuk Anak
Usia Dini. http://ilmuwanmuda.wordpress.com/pemanfaatan-lingkungan-
sebagai-sumber- belajar-untuk-anak-usia-dini/ Diakses 10 Mei 2011
Solehuddin, M. Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: IKIP Bandung,
1997.
Sudono, Anggaini. Peranan Alat Permainan Edukatif Bagi Anak Usia Dini.
Buletin PADU Edisi Khusus 2004. Jakarta: Direktorat PADU, 2004.
Sudilah,M.W., Hubungan Latar Belakang Pendidikan dan Pembinaan Kepala
Sekolah dengan Kinerja Guru SMU Negeri se-Kota Samarinda (Jakarta;
UNJ,2003)
36
37. Sumantri,Candra. Pengajaran Berbasis Lingkungan. http://can-isika-
itnp.blogspot.com/2009/06/pengajaran-berbasis-lingkungan-html. Diakses
10 Mei 2011
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: CV. Eka Jaya, 2003.
37