3. Moto Kita (1):
• Kegiatan ini bukan seminar atau
pelatihan, tetapi “media dialog” untuk
merajut kreativitas & membangun
kesadaran, sebagai awal perubahan
• Kita dapat sepakat untuk tidak
sepakat.
• Kita semua adalah sejawat, kerabat,
dan sahabat kita: tidak ada subyek-
obyek, atau eselon: subyek ke
subyek….
4. Motto Kita (2)
• Silahkan interupsi kapan saja
• Bertanya apa saja, belum tentu saya
bisa menjawab (jawab bersama).
• Yang salah adalah yang tidak
berpendapat
• Kesalahan adalah pembelajaran
(embrace error)
• Kita belajar bersama seumur hidup
5. Merubah Kebiasaan Lama
• Kiatnya adalah “membuka
pikiran kita”
• Menerima hal2 baru
• Tidak malu mengakui bahwa
kita tidak tau (STST)
• Karena itu, resep kita adalah…
SSSS ….1000 kali
8. Refleksi
1. Apa yang diinginkan Keluarga
Berencana (program)?
2. Apa yang diinginkan Kemenkes,
Pemda (VISI) dan Rakyat daerah
anda?
3. Apakah keinginan tersebut anda
rasakan?
4. Apa beban, hambatan, masalah
yang paling berat?
11. VISI KB
1970 - 2000
Keluarga kecil,
bahagia dan
sejahtera
1970 - 2000
Keluarga kecil,
bahagia dan
sejahtera
2000 - 2015
Keluarga
berkualitas
2015
2000 - 2015
Keluarga
berkualitas
2015
14. VISI-NTB:
AKINO, ADO-NO, ABSA-NO, GIKUR-NO
Bagaimana kita mewujudkan agar
wanita hamil dan melahirkan
termasuk bayinya, ditolong oleh
tenaga kesehatan dan dapat
terbebas dari resiko kematian, dan
ketika menjadi Balita dan murid
sekolah, tumbuh kembang sehat dan
cerdas.
15. Visi Bersama yang “Baik”:
1) Dapat menginspirasi orang
2) Nyata
3) Mendorong orang untuk berbuat
4) Melibatkan semua
5) “Kata kunci – mudah diingat”
16. Peringkat 10 Teratas
Peringkat IPKM Kabupaten/Kota
1 0,708959 Kota Magelang
2 0,706451 Gianyar
3 0,704497 Kota Salatiga
4 0,694835 Kota Yogyakarta
5 0,691480 Bantul
6 0,685481 Sukoharjo
7 0,680316 Sleman
8 0,680142 Balikpapan
9 0,679631 Kota Denpasar
10 0,678957 Kota Madiun
17. Peringkat 10 Terbawah
Peringkat IPKM Kabupaten/Kota
431 0,299731 Mappi
432 0,295536 Asmat
433 0,294741 Seram Bagian Timur
434 0,292974 Yahukimo
435 0,291263 Nias Selatan
436 0,288243 Paniai
437 0,283220 Manggarai
438 0,282181 Puncak Jaya
439 0,271275 Gayo lues
440 0,247059 Pegunungan Bintang
18. Provinsi Sul-Tra
Kabupaten
Kategori wilayah
P-IPKM IPKM
Kolaka Utara KaA 397 0,388577
Muna KaC 357 0,429366
Wakatobi KaC 340 0,439676
Kolaka KaC 294 0,463434
Buton KaC 289 0,466681
Konawe KaC 271 0,476170
Bombana KaD 351 0,433098
Konawe Selatan KaD 314 0,450837
Bau-bau KoA 209 0,517897
Kota Kendari KoC 96 0,594733
20. Kabupaten/Kota Ranking
Kuningan 16
Kota Cimahi 25
Kota Bandung 37
Kota Bekasi 55
Kota Cirebon 65
Kota Bogor 72
Kota Banjar 89
Sumedang 101
Kota Sukabumi 113
Kota Depok 114
Cirebon 155
Subang 159
Ciamis 170
Kota Tasikmalaya 177
Bekasi 190
Karawang 196
Bandung 208
Indramayu 214
Majalengka 251
Bogor 287
Purwakarta 329
Sukabumi 347
Tasikmalaya 364
Garut 374
Cianjur 416
Peringkat
IPKM
Kab/Kot
Jawa Barat
21. Blum: Health Determinant.
Status
LingkGenetic
Program
Perilaku
1. Social
Education
Employment
Income
Nutrition
2. Cultural
Family
Network
Religion
3.Physical
Water
Sanitation
Pollution
Population density
Zoonotic exposure
Disaster vulnerable residence
Climate
4.Emotional
Supportive
Over-reactive
Parents relationship
5. Biological
Mental
Mortality
Morbidity
Productivity
Quality of life
Days lost
Life expectancy
Disability
Nutritional status
Quality
Responsiveness
Outpatient
Inpatient
Maternal Health Services
Pediatric services
Community outreach
Essential drugs availability
MSS
Vital registry
School Based Program
Vector control
Food safety
Risk taking
Transportation
Dietary Intake
Smoking
Physical activity
Spiritual Orientation
Sexual Orientation
Exposure to community
Exposure to live stock
Immune System
Genetic propensity
30. Pelaku: Petugas Lapangan
Pendamping :
Pusat
Prop
Kab/Kota
PT
Individu
Pengamat: Litbangkes
Rerutment
Pelatihan
Perumusan
Model
Review
Model
Pengamatan
PDBK dan Riset
32. IPKM 2013?
• Jika Seluruh Indikator tetap, kecuali 7
Indikator:
– Giburkur, Pendek, Kurus menjadi 0
– Linakes, Imunisasi, KN1, Penimbangan
mencapai 100
– Sanitasi, air bersih
• Simulasi IPKM dilakukan pada 8 Provinsi
Prioritas: Aceh, NTT, NTB, Gorontalo,
Maluku, Sultra, Sulbar, Sulteng
41. Jenis Manusia: Dua (2)
• Mereka:
– yang selalu membuat alasan dan
– yang mencapai keberhasilan tanpa
alasan
• Tidak menyalahkan orang lain ketika
keadaan menjadi sulit.
• Tau apa yang dpt dan perlu
dilakukan, dan mengambil tanggung
jawab untk melakukannya.
42. Enggan Belajar: Siklus Takut…
RasaTakut
Kurang
pengetahuan
dan keahlian
Menutupi
kesalahan
Tidak ada
Pembelajaran
baru
43. Pemimpin: Siapa di
LOTENG?
• Pemimpin adalah pemupuk
perubahan.
• Pemimpin adalah pengaruh
• Kekeliruan kita, menganggap
pemimpin adalah atasan (kita)—
atas dasar jabatan;
• Ada di semua tingkatan
organisasi.
44. Kepemimpinan:
• adalah kapasitas untuk terjemahkan
visi menjadi kenyataan
• adalah perilaku, bukan peran….
• Manusia menjadi pemimpin karena
perbuatannya, bukan karena “gelar”
atau “jabatan” (atribut) yang diemban.
• bukanlah menggunakan kewenangan
melainkan memberdayakan orang-2
46. Arsitektur (Kerangka)
Teori, metode,
dan alat-alat
Inovasi dalam
infrastruktur
Gagasan-gagasan
penuntun
WILAYAH
TINDAKAN
(arsitektur
organisasional)
VISI, IPKM,
Keutuhan
47. WILAYAH
PERUBAHAN
YANG ABADI
(Siklus belajar
yang dalam
Sikap dan
keyakinan
Kesadaran dan
kepekaan
Keahlian dan
kemampuan
Teori, metode,
dan alat-alat
Inovasi dalam
infrastruktur
Gagasan-gagasan
penuntun
WILAYAH
TINDAKAN
(arsitektur
organisasional
)
Hasil
Keteraturan yang
saling terkait
(membangkitkan)
.
.
.
. .
. .
. .
.
.
. .
. .
.
.
Senge, ‘90
48. Batasan DBK
Batasan ditentukan oleh 2 indikator:
• IPKM, yang dibagi 3:
– > (rerata IPKM)
– (rerata IPKM – 1 SD) < IPKM < (rerata IPKM)
– < (rerata IPKM – 1 SD)
• PSE (pendataan sosial ekonomi): proporsi
penduduk miskin di kab/kota:
– > (rerata proporsi penduduk miskin)
– < (rerata proporsi penduduk miskin)
49. Indikator Yang Masuk
Variabel Bobot
Prev. balita gizi buruk dan kurang 5
Prev. balita sangat pendek & pendek 5
Prev. balita sangat kurus dan kurus 5
Prevalensi balita gemuk 4
Prevalensi diare 4
Prevalensi pnemonia 4
Prevalensi hipertensi 4
Prevalensi gangguan mental 3
Prevalensi asma 3
Prevalensi penyakit gigi dan mulut 3
50. Indikator yang Masuk
Variabel Bobot
Proporsi perilaku cuci tangan 4
Proporsi merokok tiap hari 3
Akses air bersih 5
Akses sanitasi 5
Cakupan persalinan oleh nakes 5
Cakupan pemeriksaan neonatal-1 5
Cakupan imunisasi lengkap 5
Cakupan penimbangan balita 5
Ratio Dokter 5
Ratio Bidan 5
51. IPKM (24 Indik) PSE
0
Mean
1 SD
Kab
0
Mean
1 SD
Kota Kab
0
Mean
0
Mean
Kota
57
40
6
11
412
DBK
DBK/B
(40+12+4+11) DBK/K
53. Kategorisasi Ka/Ko-DBK/B
Kategorisasi DBK/B Jumlah
Kabupaten BKB Miskin > (A) 40
Kabupaten BKB Non-Miskin/<(B) 12
Kabupaten BK (C) 57
Jumlah KaBK/B 109
Kota BKB Miskin (A) 11
Kota BKB Non-Miskin (B) 4
Kota BK (C) 6
Jumlah KoBK/B 21
Total KaKoBK/B 130
54. Kab/Kota DBK: IPKM/PSE
KATEGORI Kota Kab Total
IPKM: Mean - (Mean-1SD)
PSE : <Mean
DBK 6 57 63
IPKM : <Mean-1SD
PSE : <Mean
DBKK 4 12 16
IPKM : <Mean-1SD
PSE : >Mean
DBKB 11 40 51
Total 21 109 130
57. DATA Propinsi (‘07-’10)
• KIA
– AKI dan Penyebab Kematian
– Penolong Persalinan
– Cakupan K1-K4
• GIZI
• IMUNISASI
• Rencana Percepatan MDGs
• Gerakan Membangun Masyarakat Sehat
64. Proporsi Yan-Antenatal K1 & K4
Provinsi, Risk 2010
Provinsi K1 K4
Nanggroe Aceh Darussalam 93.5 61.2
Sumatera Utara 88.2 50.7
Sumatera Barat 93.7 54.6
Riau 88.8 52.4
Jambi 75.7 41.8
Sumatera Selatan 89.8 50.4
Bengkulu 92.1 56.1
Lampung 94.7 59.7
Bangka Belitung 94.6 67.4
Kepulauan Riau 98.4 77.1
DKI Jakarta 98.0 84.5
Jawa Barat 95.5 67.4
Jawa Tengah 98.1 73.7
DI Yogyakarta 100.0 89.5
Jawa Timur 96.6 74.4
Provinsi K1 K4
Nusa Tenggara Barat 93.2 53.5
Nusa Tenggara Timur 85.5 44.1
Kalimantan Barat 76.9 46.6
Kalimantan Tengah 77.2 35.6
Kalimantan Selatan 94.9 48.4
Kalimantan Timur 91.9 58.3
Sulawesi Utara 91.7 52.8
Sulawesi Tengah 83.1 28.5
Sulawesi Selatan 93.1 44.4
Sulawesi Tenggara 82.1 21.7
Gorontalo 77.9 19.8
Sulawesi Barat 88.3 24.6
Maluku 85.1 35.1
Maluku Utara 81.3 32.6
Papua Barat 72.0 34.2
65. Cakupan BUMIL NTB
2001 2002
Jumlah
Kasus
%
Jumlah
kasus
%
KI
102.004 92.27 108.134 96.63
K4 91.799 83.04 95.773 85.58
Deteksi Dini
Risti oleh
Masy.
9.842 8.90 9.510 8.50
Deteksi Dini
Risti oleh
Nakes
20.649 19.37 20.632 19.32
Sumber : Profil Kesehatan NTB (2002)
67. Provinsi %
Nanggroe Aceh Darussalam 92.5
Sumatera Utara 88.4
Sumatera Barat 85.5
Riau 87.8
Jambi 64.6
Sumatera Selatan 87.7
Bengkulu 80.9
Lampung 80.2
Bangka Belitung 95.8
Kepulauan Riau 97.2
DKI Jakarta 95.8
Jawa Barat 78.5
Jawa Tengah 94.1
DI Yogyakarta 98.6
Jawa Timur 94.8
Provinsi %
Nusa Tenggara Barat 79.0
Nusa Tenggara Timur 66.6
Kalimantan Barat 66.4
Kalimantan Tengah 56.4
Kalimantan Selatan 79.0
Kalimantan Timur 79.7
Sulawesi Utara 87.0
Sulawesi Tengah 52.1
Sulawesi Selatan 76.5
Sulawesi Tenggara 63.1
Gorontalo 64.3
Sulawesi Barat 57.8
Maluku 48.7
Maluku Utara 26.2
49.3
Penol PERSALINAN 1 th terakhir oleh
Nakes, NAS, RISKESDAS 2010
70. Jenis Manusia: Dua (2)
• Mereka:
– yang selalu membuat alasan dan
– yang mencapai keberhasilan tanpa
alasan
• Tidak menyalahkan orang lain ketika
keadaan menjadi sulit.
• Tau apa yang dpt dan perlu
dilakukan, dan mengambil tanggung
jawab untk melakukannya.
71. Mengapa & Bagaimana
• Masa lampau
• Ranah reflektif
(mudah)
• Apa yang diperlukan?
• Refleksi dan Akses,
tiap orang punya
• Aktifitas rutin
• Reaktif, tidak
imaginatif
• Harus
• Masa depan
• Ranah INGIN (susah)
(mencipta)
• Apa yang diperlukan?
• Imaginasi, impian,
kreatif (belajar)
• Tiada ke ADA
• Generatif, ekslporasi,
kesadaran
• MAU
72. Berpikir & Bertindak
• Berpikir/melihat masalalu; melihat
masadepan sebagai masa lampau
• Impian sebagai REALITA
• NIAT/Kehendak: >>pertimbangan ini, itu
– tidak jadi2 melangkah (alasan>>)
• Ingin maju/lebih baik: tapi, pandangan &
pikiran kebelakang
• Dominan mengapa – bagaimana
73. Orientasi Reaktif
Apa yang mereka inginkanApa yang mereka inginkan
sekarang? Siapa yangsekarang? Siapa yang
melakukan hal inimelakukan hal ini
kepada saya?kepada saya?
Orientasi Kreatif
Apa yang ingin saya ciptakanApa yang ingin saya ciptakan
untuk diri saya sendiri danuntuk diri saya sendiri dan
orang-orang yang sayaorang-orang yang saya
pedulikan? Bagaimana saya/kitapedulikan? Bagaimana saya/kita
menciptakan situasi ini?menciptakan situasi ini?
74. Dimanakah Manager Terbayak
Menghabiskan Waktunya?
Quality of
Design
Quality of
Production
Kualitas Desain:
Rapat, rapat,
rapat
Kualitas Produk:
KN-1, Imunisasi,
Penol persal, gizi
75. Iklim Kontrol: Aturan/Birokrasi
Aturan dianggap bermakna mencegah
terjadinya situasi memburuk, malahan
menghambat timbulnya perbaikan.
Mengapa
merasa
terbelenggu?
76. Komunitas Pembelajar
• Belajar: melalui refleksi dan
praktek (lab pembelajaran)
• Kegiatan beresiko—rasa malu
dan takut keliru (‘tidak pede’)
• Menumbuhkan kemampuan baru
• Memerlukan komunitas pemimpin
yang saling memberikan
pengaruh dan pelayanan
77. Enggan Belajar: Siklus Takut…
RasaTakut
Kurang
pengetahuan
dan keahlian
Menutupi
kesalahan
Tidak ada
Pembelajaran
baru
78. Pemimpin: Siapa di
LOTENG?
• Pemimpin adalah pemupuk
perubahan.
• Pemimpin adalah pengaruh
• Kekeliruan kita, menganggap
pemimpin adalah atasan (kita)—
atas dasar jabatan;
• Ada di semua tingkatan
organisasi.
79. Kepemimpinan:
• adalah kapasitas untuk terjemahkan
visi menjadi kenyataan
• adalah perilaku, bukan peran….
• Manusia menjadi pemimpin karena
perbuatannya, bukan karena “gelar”
atau “jabatan” (atribut) yang diemban.
• bukanlah menggunakan kewenangan
melainkan memberdayakan orang-2
81. Arsitektur (Kerangka)
Teori, metode,
dan alat-alat
Inovasi dalam
infrastruktur
Gagasan-gagasan
penuntun
WILAYAH
TINDAKAN
(arsitektur
organisasional)
VISI, IPKM,
Keutuhan
82. WILAYAH
PERUBAHAN
YANG ABADI
(Siklus belajar
yang dalam
Sikap dan
keyakinan
Kesadaran dan
kepekaan
Keahlian dan
kemampuan
Teori, metode,
dan alat-alat
Inovasi dalam
infrastruktur
Gagasan-gagasan
penuntun
WILAYAH
TINDAKAN
(arsitektur
organisasional
)
Hasil
Keteraturan yang
saling terkait
(membangkitkan)
.
.
.
. .
. .
. .
.
.
. .
. .
.
.
Senge, ‘90
84. Berpikir Negatif: Akibat
• Adegan saling menjatuhkan
• Cari yang salah: disuguhkan kekurangan,
kegagalan, pesimisme, rasa inferior
• Dalam momen krisis, perlu sikap
konstruktif
• Akibat: bgmn kita melihat dunia,
menyikapinya, menerima realitas, tidak
mampu, minder: serba suuulliittttttt......
• Depresi, cemas, simptom depresiasi
85. Berpikir Positif: Cara
• Belajar mengajukan pertanyaan yg tepat
• Bukan hanya mengapa, melainkan
bagaimana sebaiknya
• Bukan apa yg dibutuhkan, melainkan
apa yang terbaik
• Tdk berorientasi pd masalah, ttp fokus
pd menciptakan masa depan, me+
kekuatan
86. Pengamat 1: Keras
“Saya melihat Sistem;
Perlu biaya utk merubahnya”
system system
system
Pengamat
Melihat dunia nyata
Dunia Nyata
Dunia:
Sistemic
Pengamat 2: Lunak
(Pembelajaran)
“Saya melihat kompleksitas dan
keruwetan; bisa kita ubah melalui
pembelajaran dan kebersamaan
Proses
Menelusuri:
Sistemik
Berpikir Sistem: Pembelajaran/Mentoring
87. Berpikir Sistem
Disiplin untuk melihat
– Keseluruhan
– Bagian-bagiannya
– Hubungan antar bagiannya dalam
rangka untuk mengerti
keseluruhan
88. Peter Senge:Peter Senge: The Fifth DisciplineThe Fifth Discipline, p68, p68
Berpikir Sistem
• Sebuah disiplin untuk melihat sesuatu
secara menyeluruh
– Sebuah kerangka untuk melihat kesaling
hubungan, untuk melihat pola perubahan
– Sebuah set prinsip umum (hukum) lintas
disiplin
– Sebuah set teknis dan alat (i.e.: umpan balik
dan saling mengontrol)
89. Mengapa Kita Buta Sistem?
• Karena sistem itu kompleks, kita
terbiasa berpikir non sistem
• Sistem secara statis sangat detail
• Namun yang lebih penting, sistem
secara dinamis juga kompleks
91. Model Integrasi: FOKUS
• Menyatukan kegiatan KIA, Imunisasi,
Gizi. Bagaimana menyusunnya? BOK
• Apakah rendahnya cakupan karena
faktor biaya? Mengapa daerah lain
tidak?
• Apakah kinerja upaya yang rendah?
• SPM tidak match dengan status kes?
• Puskesmas berubah fungsi: >>>di dalam
gedung?
• Bidan: minta dilayani???
98. Pola Berpikir Beku
• Pemecahan lokal memberikan
solusi terbaik. Jawaban terkandung
didalamnya.
• Kunci hambatan utama,
kemungkinan besar … adalah
“asumsi berpikir kita” (Frozen
Pattern of Thought-psikosklerosis)
102. Bagaimana Mengubahnya
(Strategi)
1. Fokus, fokus, fokus pada
MDGs, tujud Indikator IPKM
dengan 5
2. Kreativitas, kecerdasan: Kiat
untuk integrasi, intensifikasi;
dengan memanfaatkan yang
ADA
103. Hambatan Kunci: Telusuri
• Sadari, fahami bahwa urutan
langkah untuk menghilangkan
hambatan kunci (constraints) adalah:
1. Rekonfigurasi, dan
2. Realokasi sebelum melakukan
3. Tambahan dana**
**Kebiasaan kita: dana, dana, dan
dana….
105. IPKM Kini
(2007)
IPKM
Terbaik
(2013)
Berpikir: Mengelola Perubahan
Integrasi apa:
Berpikir Sistem
Proses
Semangat/spirit
untuk perubahan?
Mengapa?
Bagaimana
mencapai?
Tindakan kita?
Siapa melakukannya?
Kapan?
Kriteria mencapainya?
Siapa mendampingi?
..o
o
o
. . o
o o
Tim
Menggapai
Keinginan
106. Current Reality Tree
Undesirable Effects
Intermediate Effects
Root Causes, Core Problem
Conflict Resolution Diagram
Objective
Requirements
Prerequisites
Apa yang diubah
Future Reality Tree
Desired Effects
Intermediate Effects
Injections
Prerequisite Tree
Objective
Obstacles,
Intermediate
Objectives
Transition Tree
Objective
Intermediate Effects
Specific Action
Bagaimana mengubahnya
Diubah menjadi apa
107. Hambatan Kunci: Instrumen
1. Apa yang diubah (konsensus):
Pohon Realitas Mutakhir
2. Diubah menjadi apa (konstruksi dan
komunikasi):
a) Menguapkan awan (Conflict
Resolution Diagram)
b) Pohon realitas mendatang
3. Bagaimana mengubahnya (kerjasama):(kerjasama):
a)a) Pohon pra-syaratPohon pra-syarat
b)b) Pohon transisiPohon transisi
108. IPKM 2013?
• Jika Seluruh Indikator tetap, kecuali 7
Indikator:
– Giburkur, Pendek, Kurus menjadi 0
– Linakes, Imunisasi, KN1, Penimbangan
mencapai 100
• Simulasi IPKM dilakukan pada 8 Provinsi
Prioritas: Aceh, NTT, NTB, Gorontalo,
Maluku, Sultra, Sulbar, Sulteng
110. “Dia-logos”: Arti (Yunani)
• Dia : melalui/satu sama lain
• Logos : makna yang mengalir
• Dialog BUK: Penyelidikan bersama
yang berkelanjutan terhadap
pengalaman setiap hari dari apa yang
kita anggap semestinya
• Menuju “shared meaning”
111. Dia-logos”: Sasaran
• Adalah untuk membuka “wadah”
sebagai area baru bagi penyelidikan
(eksplorasi gagasan/pendapat)
sehingga “sadar” atas konteks seputar
perjalanan tim
• Merasakannya ketika mengalami
keunggulan dan keutuhan
• Wadah analog dengan IKLIM:
sejuk/panas, tabrakan elektron
112. Dia-logos & TIM: Prinsip
• Basket: bukan cetak goal—ego prestasi
• Berbagai cara—fokus “potensi kolektif”
• Bukan disiplin meningkatkan keahlian,
komunikasi
• Keselarasan—berfungsi keseluruhan
• Adalah peningkatan kapasitas utk berpikir
dan bertindak dg cara yang sinergis dg
koordinasi penuh & rasa persatuan; krn
anggota tim saling mengenal hati dan
pikiran (saling berterima)
113. Dialog: Kekuatan
• Kekuatan dialog terletak pada “sinergi
yang dihajatkan”
• Tidak ada sinergi tanpa adanya
pemahaman yang memadai, tentang
perspektif pembicara
• Kemenangan adalah tujuan dari
diskusi tradisional—bagaimana agar
ide kita diterima kelompok--- bukan
tujuan dari dialog
114. Diskusi Tradisionil vs Mahir
• Mengadu gagasan,
mana yang terkuat
• Meremehkan
pembelajaran
• Tergantung siapa yang
mengatakannya
• Dominan aspek
“pembelaan”
• Buruk untuk kerjasama
tim
• Gali isu2 dan makna
baru mendalam, tetapi
arah pemikiran
konvergen
• Putusan, kesepakatan,
prioritas2
• Utk mencapai tujuan
penutup
115. Dialog vs Debat
• Keseluruhan
• Melihat interkoneksi,
Eksplorasi, penemuan,
wawasan
• Belajar melalui rasa
ingin tahu
• Bukan mencapai
sepakat
• Tujuan: pemahaman
makna bersama
• Konvergen -
• Membahas isyu bagian
• Melihat perbedaan antar
bagian, bertahan pada
kebenarannya.
• Ngotot pada asumsinya,
tidak mau menerima pdpt.
• Mencapai kesepakatan
tentang istilah
• Tujuan: untuk menang,
mencari dukungan
• Argumen, telling
116. Undangan
Percakapan
(berbelok bersama)
Pertimbangan yang mendalam
(mempertimbangkan secara mendalam)
Krisis Inisiatif
Diskusi
(memecah-mecah)
Penggantungan
(menggantung di depan)
Diskusi mahir
(aliran pembicaraan:
analisis logis)
Dialog (aliran makna)
Krisis Penggantungan
Metalog
(makna bergerak bersama, diantara)
Debat
(menjatuhkan)
Krisis Rasa Sakit Bersama
Fase 1
Ketidakstabilan
dari wadah
Fase 2
Ketidakstabilan
dalam wadah
Fase 3
Penyelidikan
dalam wadah
Fase 4
Kreativitas
dalam wadah
EVOLUSI
DIALOG
117. Dialog dan Kolega
• Hilangkan kebiasaan untuk harus
didengar
• Hilangkan kebiasaan menjadi
pengikut ide orang lain
• Belajar agar membuat Dialog menjadi
menyenangkan—bermain dengan
ide, mengevaluasi dan mengujinya
118. Dialog, Kolega, dan Hirarki
• Pandanglah lawan sebagai kolega
yang memiliki pandangan yang
berbeda
• Dalam dialog, perbedaan pendapat
dilihat sebagai sarana untuk
menemukan pandangan yang baru
bersama
• Hierarchy is antithetical to dialogue
119. Tipe Pembelajar: Dialog-Diskusi
Lebih banyak
perenungan
Makna
bersama
Lebih
abstrak
Lebih
konkret
Perenungan
umum
Tindakan
terkoordinasi
Perencanaan
bersama
Lebih banyak
tindakan
A
B
C
D
Pemikir
Divergen
120. Dialog: Protokol
• Perhatian pada tujuan (bersedia
dipengaruhi?)
• Pembelaan & eksplorasi: seimbang
• Hindari bangga menentang, ingin tampil,
meninggikan hal2 remeh
• Membangun makna bersama
• Gunakan kesadaran sbg sumberdaya;
apa yg sdh terpikirkan? Rasakan? Yang
saya inginkan sekarang dan disini?
121. Menggali Kebuntuan: Bertanya
• Fakta: apa sebenarnya yg telah tjd?
Apa datanya?
• Metoda: bagaimana melakukan apa
yang perlu dilakukan?
• Sasaran: latihan VISI?
• Nilai2: mengapa kita berpikir bahwa
hal itu harus dilakukan dengan cara
tertentu?
122. Lima Pertanyaan
Apa yang kita inginkan?
Apa yang telah terjadi?
Mengapa terjadi perbedaan?
Apa yang perlu diubah?
Bagaimana mencapainya?
Lima Jawaban
Visi Bersama
Situasi sekarang
Analisa Akar
Penyebab
Tujuan Strategis
Strategi/Kiat
124. Intervensi: Pembelajaran
• Gangguan “sengaja” dilakukan; agar mampu
menyiapkan diri terhadap berbagai hal tidak
terduga.
• Sasana tinju sebagai tempat berlatih:
laboratorium pembelajaran.
• Kemarahan, kedongkolan, berbagai cerminan
emosi, dimunculkan sebagai “emergent”.
• Terjadi benturan emosional—wujud
ketidakstabilan dalam wadah, saling curiga.
• Merupakan perjalanan menuju terbentuknya
keutuhan atau ”unity”.
125. Unity: Proses Menjadi
• Pola interaksi antar komponen bersifat
multiminded dan purposeful.
• Tidak bersifat one-time proposition (sekali jadi).
• Dilakukan berdasarkan pilihan individu (tidak
given).
• Akibatnya, unity dalam sistem sosial belum
menjadi identitas eksistensialnya.
• Masih menjadi visi, selalu dalam proses
perjuangan untuk membangun identitas unity.
• Dimensi adalah learning system.
126. Organisasi Pembelajar
• Yang kita hadapi dan terapkan sebagai
organisasi pembelajar bukanlah berpikir
sistem dalam kerangka analitis, dengan
mereduksi berpikir secara keseluruhan
menjadi bagian-bagian.
• Misalnya, masalah kesehatan yang hanya
didekati dengan cara pandang kesehatan
semata.
• Ia merupakan kristalisasi hasil
pemahaman kita sendiri.
127. Kepingan Menuju Keseluruhan
• Perilaku organisasi tidak tergantung
pada apa yang dilakukan oleh setiap
bagiannya.
• Bukan fungsi dari komponen, bagaimana
bertaut atau menggabungkan kepingan
untuk memahami keseluruhan.
• Menggeser berpikir alam ‘bagian’
menjadi ‘keseluruhan’
• Hidup dialam keseluruhan yang berada
dalam keseluruhan.
128. Prinsip: Org Pembelajar
• Menanamkan budaya berdasarkan nilai-
nilai cinta kemanusiaan transendental,
kesederhanaan, dan kepedulian;
• Seperangkat latihan percakapan
generatif dan tindakan bersama;
• Kemampuan melihat dan bekerja
dengan aliran hidup sebagai suatu
sistem.
129. Sasana Tinju
• Memahami interdependensi (kesaling-
tergantungan), yang mendasari masalah rumit,
bertindak dengan ketajaman pikiran, dan
dorongan nurani.
• Bersabar dalam mencari pemahaman mendalam.
• Tidak langsung memenggal masalah demi
memperbaiki gejalanya.
• Perbaikan itu hanya bersifat sementara; bahkan
seringkali menghasilkan masalah yang jauh lebih
besar di kemudian hari.
130. Mengangkat ke Permukaan
• Rasa takut salah, reaksi otomatif,
tanggapan defensif’
• Persaingan yang meningkat, menutup-
nutupi masalah.
• Output: mencapai pemahaman
mendalam tentang ‘budaya hukuman’
• Peran mereka mereka dalam usaha
melanggengkannya.
131. Pendekatan Sistem Hidup (2)
• Mesin, bisa dikendalikan
• Sistem hidup, pemahaman sistemik
kehidupan, hanya bisa diganggu &
“dipengaruhi” dengan impuls, (bukan
“instruksi”).
• Berarti, tidak perlu mengerahkan banyak
energi untuk menggerakkan suatu
organisasi.
• Langkah kunci: dialog menuju
pemahaman ”makna bersama”.
132. Dimensi Kehidupan: CIRI
• Perasaan komunitas dan identitas kolektif
yang kuat, dengan nilai kebersamaan,
semua anggota mengetahui bahwa mereka
akan didukung, untuk mencapai VISI.
• Keterbukaan terhadap dunia luar, toleransi
bagi masuknya individidu, dan gagasan
baru.
• Hasil: tumbuh kemampuan nyata untuk
belajar dan beradaptasi terhadap keadaan
baru.
133. Krisis Kemanusiaan: VISI Dangkal
• Persepsi kita: dimensi kehidupan fisik
• Akar non material & dimensi makna: roh
kesejatian, yg menggerakkan perilaku &
interaksi manusia, “REDUP”.
• Redupnya lilin yang mencerahkan: akibat
dari modernitas & materialistik?
• Bagaimana hakikat manusia menjalani
hidupnya?
• Manusia memandang manusia sbg obyek.
134. Plastisitas & Kesejajaran
• Kesejajaran dalam hubungan, melahirkan
ruang interaksi yang rileks, tidak tegang.
• Muncul plastisitas dalam interaksi; lahirlah
toleransi, kreativitas, dan potensi
kecerdasan.
• Semua orang dalam tim akan memiliki
kecerdasan yang semakin berkembang.
• Kesejajaran juga bermakna pengakuan,
terhadap adanya intelegensi yang sama,
dalam suatu tim.
135. 1. Revolusioner
• Cara:
• Mempertanyakan sesuatu yang
selama ini yang kita lakukan,
kerjakan, dan kita yakini sebagai
kebenaran (asumsi).
• Contoh: Galileo
136. 2. Menjadi INOVATOR
• Cara:
• Mencari cara baru dan
pendekatan baru dalam
melakukan sesuatu
• James Watt: mesin uap, revolusi
industri
137. 3. Menjadi Pencari (seeker)
• Cara:
• Memberikan pemahaman dan
pendalaman suatu bidang di dunia
kehidupan
• Einstein
138. 4. Menjadi Visioner
• Cara:
• Memperluas sudut pandang
mengenai kemungkinan2 untuk
diwujudkan
• Contoh: Bima 2013
139. 5. Menjadi Pemimpin
• Cara:
• Berani melangkah dan
mengexpresikan kepada khalayak
suatu keunikan untuk mewujudkan
• Kerjasama tim
• Contoh: Bima 2013
140. 6. Berkomitmen
• Cara:
• Pikiran, ucapan, dan tindakan.
Apa yang diucapkan sesuai
dengan yang dilakukan.
• Berhentilah mengeluh,
menggerutu, merasa kurang
• Contoh: Bima 2013
142. HIDUP adalah BELAJAR (8)
• Belajar BERSYUKUR meski TAK
CUKUP
• Belajar MEMAHAMI meski TAK
SEHATI
• Belajar MEMBERI meski TAK
SEBERAPA
• Belajar IKHLAS meski TAK RELA
• Belajar TULUS meski KECEWA
• Belajar TAAT meski BERAT
143. HIDUP adalah BELAJAR (8)
• Belajar TENANG meski GELISAH
• Belajar SABAR meski
TERBEBANI…..
• Belajar menerima: kita
semua….BODOH..
144. HIDUP: Doa dan Berkarya…
Setiap pikiran, ucapan, dan
tindakan adalah DOA kita yang
sesungguhnya
MARI KITA BERKARYA
dimanapun anda dan kita berada
145. Tenaga Kes adalah sumber
SDM Terbaik Kita!!!!
Selamat Bekerja, Berkarja,
Berjuang, dengan Kejujuran
dilandasi
semangat pembelajaran