SlideShare a Scribd company logo
1 of 14
Download to read offline
Persepsi Aktor Mengenai Pengembangan Prasarana Angkutan
 Barang Regional Tujuan Ekspor Menuju Pelabuhan Tanjung Perak
                           Surabaya
                                       Miming Miharja 1
                                     Sri Oka Rachmadita 2

           1
               Dosen Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung
                      2
                       Peneliti Pusat Pengkajian Logistik dan Rantai Pasok ITB

               Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung
                      Gedung Labtek IX-A. Jl Ganesha No. 10 Bandung 40132
                                  Email: oka_planner@yahoo.co.id

Abstrak
     Kesepakatan antar aktor sangat dibutuhkan dalam mengaplikasikan perencanaan agar tidak
berujung konflik. Perdebatan dalam pembangunan Jalan Tol Aloha Perak di Surabaya
merupakan salah satu contoh konflik kebijakan dalam pengembangan prasarana angkutan
barang regional yang menghubungkan hinterland dan pelabuhan. Oleh karena itu, penelitian ini
bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi aktor mengenai penyediaan prasarana angkutan
barang regional tujuan ekspor menuju Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
     Penelitian ini menggunakan metode Dynamic Actor Network Analysis untuk memetakan
persepsi aktor mengenai penyediaan prasarana angkutan barang regional. Pengambilan sampel
dalam penentuan aktor-aktor yang terkait dengan studi ini dilakukan secara snowballing dengan
limitasi.
     Hasil temuan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan tindakan, serta alasan yang
mendasari tindakan dalam mencapai tujuan kelancaran arus barang dari hinterland ke
pelabuhan.Hasil studi ini merekomendasikan kesepakatan dan komunikasi antar aktor dalam
menetapkan kebijakan untuk menuju tujuan bersama.

Kata kunci :     persepsi aktor, dynamic actor network analysis, prasarana angkutan barang
                 regional.

Pendahuluan
    Kesepakatan antar aktor dalam penyediaan prasarana transportasi sangat dibutuhkan.
Hal ini mengingat rencana yang dihasilkan dari dalam organisasi dan hampir semua usulan
perencanaan yang dilaksanakan dengan melalui atau dikendalikan oleh organisasi. Oleh
karena itu, organisasi atau aktor menjadi sangat penting dalam perencanaan (Minnery,
1985). Menurut Fisher & Ury (1983), agar suatu rencana dapat diimplementasikan, maka
diperlukan kesepakatan antar aktor untuk memperkecil konflik yang merugikan.
    Sebenarnya Pemerintah Kota Surabaya sudah berupaya menyediakan prasarana
angkutan barang regional. Hal ini ditunjukkan dengan konsistennya Pemerintah Kota
Surabaya pada rencana pembangunan jalan lingkar yang sudah direncanakan sejak tahun
1978 dalam Masterplan Surabaya 2000. Jalan lingkar tersebut terintegrasi dengan
Jembatan Suramadu, Rencana Pelabuhan Tanjung Bumi, dan Pelabuhan Petikemas
Tanjung Bulupandan Kabupaten Bangkalan. Pelabuhan Tanjung Bumi dan Tanjung
Bulupandan akan dibangun untuk mengantisipasi padatnya Pelabuhan Tanjung Perak dan
akan dioperasikan tahun 2020 (Kementerian Perhubungan, Mei 2011). Rencana tersebut
termuat dalam RTRW Provinsi Jawa Timur 2009-2029 sebagaimana ditunjukkan dalam
Gambar 1 mengenai Struktur Tata Ruang Perkotaan Surabaya Metropolitan Area.
2 Seminar Nasional PlanoCosmo 2012



     Di sisi lain, Pemerintah Provinsi Jawa Timur merencanakan pembangunan jalan tol
tengah kota yang tertuang dalam RTRW Provinsi Jawa Timur tahun 2009 – 2029 hasil revisi.
Jalan Tol Tengah Kota atau Jalan Tol Aloha – Wonokromo – Perak direncanakan
menghubungkan Pelabuhan Tanjung Perak dengan sisi luar selatan Kota Surabaya. Jalan
tol tengah kota tersebut dianggap masih relevan, karena sebenarnya Pelabuhan Tanjung
Perak masih dalam satu sistem dengan Pelabuhan Tanjung Bumi yaitu sebagai Pelabuhan
Internasional (RTRWN 2008). Selain itu pengembangan terminal multi purpose ke arah
Teluk Lamong sekitar 50 Ha pada tahun 2013 oleh Pelindo III juga akan semakin
menambah kapasitas layanan Pelabuhan Tanjung Perak. Pengembangan terminal tersebut
dimaksudkan untuk mengatasi peningkatan arus barang dari hinterland menuju Pelabuhan
Tanjung Perak. Jalan Tol Tengah Kota Surabaya dengan biaya investasi sekitar 12 sampai
70 milyar/kilometer ini seharusnya sudah pada tahap pembebasan lahan tahun 2007.
Kebutuhan luas lahan yang dibebaskan untuk pembangunan infrastruktur ini adalah
630.264 km2 (BPJT, 2006). Namun terdapat conflict of interest antara pemerintah kota
provinsi dalam pembangunan Jalan Tol Tengah Kota.




            Gambar 1. Struktur Tata Ruang Perkotaan Surabaya Mertopolitan Area
                      (Sumber: RTRW Provinsi Jawa Timur 2009-2029)
     Pemerintah kota menolak rencana pembangunan jalan tol tengah kota dikarenakan
sudah mempunyai rencana pengembangan jalan lingkar yang terintegrasi dengan
pelabuhan baru yang akan dikembangkan. Dalam era otonomi daerah, pengadaan lahan
untuk pembangunan infrastruktur nasional seperti jalan tol dibebankan pada pemerintah
pusat atas ijin pemerintah daerah. Oleh karena itu, pembebasan lahan untuk pembangunan
jalan tol tengah kota belum dapat dilakukan. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan
tindakan antara pemerintah kota dan pemerintah provinsi yang didasari oleh perbedaan
kerangka pikir dari masing-masing aktor tersebut. Sementara tujuan dari tindakan tersebut
sama, yaitu kelancaran arus pengangkutan barang. Oleh karena itu diperlukan studi yang
Miming Miharja, Sri Oka Rachmadita 3



bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi aktor yang terlibat dalam pengembangan
prasarana angkutan barang regional tujuan ekspor menuju Pelabuhan Tanjung Perak.

Kajian Pustaka
     DANA (Dynamic Actor Network Analysis) merupakan konsep model dengan
menggunakan pendekatan persepsi aktor dan keterkaitan diantaranya dalam bentuk yang
cocok untuk penelitian, analisis dan perancangan. Pengertian network dalam DANA didapat
dari asumsi adanya hubungan antar aktor. Network juga mengindikasikan adanya posisi
dan pengaruh suatu aktor terhadap aktor lain (Bots, 2000). DANA berguna untuk
menggambarkan diagram perspektif dari masing-masing aktor, dan untuk menganalisis
interaksi diantaranya. Definisi untuk masing-masing simbol dalam peta persepsi adalah
sebagai berikut:
    1. Factor,       simbol elips menggambarkan faktor penting untuk masing-masing
       aktor.
    2. Prospect, simbol elips putih dengan tanda plus/minus ( ) menggambarkan faktor
       eksternal. Tanda plus/minus (            ) menggambarkan uncertainty.
    3. Goals, elips berwarna (   ) menggambarkan tujuan aktor. Segitiga (   )
       menggambarkan nilai utilitas yang dicapai atau menunjukkan bahwa aktor
       menginginkan peningkatan dalam faktor ini.

    4. Action, simbol kotak (        ) menggambarkan tindakan dari suatu aktor untuk
       mempengaruhi beberapa faktor. Nama aktor tersebut akan masuk pada simbol
       kotak. Aktor tersebut kemungkinan juga dimasukkan dalam beberapa tindakan dari
       aktor lain di diagram perspektif. Tanda plus/minus (                   ) juga
       dimasukkan        dalam     kotak       untuk    mendeskripsikan     multiplier
                                     dari tindakan.
    5. Link, panah (        ) menggambarkan hubungan antara dua simbol. Jika sebuah
       faktor atau tindakan mempengaruhi faktor lain, sebuah panah akan digambarkan dari
       faktor yang berpengaruh. Tanda positif dalam panah (             ) menggambarkan
       jenis dari pengaruh atau multiplier, baik pengaruh kecil searah ( ), pengaruh
       medium uncertainty    , maupun pengaruh besar        . Begitu pula sebaliknya untuk
       tanda minus.
    Kelemahan penggunakan DANA ada pada bounded rationality yang diakibatkan oleh
keterbatasan informasi yang dimiliki, keterbatasan kognitif dari pikiran narasumber, dan
keterbatasan waktu dalam membuat keputusan. Bias berpotensi terjadi karena aktor yang
diwawancara bisa saja memberikan pendapat individu (bukan instansi).

Pembahasan
    Persepsi aktor-aktor yang terkait dapat disintesis berdasarkan tujuan, tindakan (terkait
prasarana), dan alasan yang mendasari tindakan sebagaimana terlihat dalam Tabel 1.
Berikut ini merupakan beberapa temuan secara umum.
    • Terdapat perbedaan tujuan yang ingin dicapai antara organisasi user dan operator
       dengan pemerintah (kota, provinsi, maupun pusat), dimana kedua aktor tersebut
       memiliki tujuan profit.
    • Terdapat perbedaan tindakan yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan menurut
       masing-masing kelompok aktor.
4 Seminar Nasional PlanoCosmo 2012



    • Terdapat perbedaan alasan untuk masing-masing tindakan antara lain:
      a. Alasan yang melatarbelakangi tindakan pengembangan jalan rel baik berupa
         pengembangan double track, maupun berupa pembangunan dry port adalah
         biaya dan waktu.
      b. Alasan yang melatarbelakangi tindakan pengembangan jalan tol adalah waktu
         dan kapasitas.
      c. Alasan yang melatarbelakangi sinergitas jalan tol dan rel adalah waktu, biaya,
         fleksibilitas, dan kapasitas.
      d. Alasan yang melatarbelakangi tindakan pembangunan jalan lingkar adalah
         kapasitas.
                                Tabel 1. Sintesis Persepsi Aktor
   Kelompok                  Tujuan                    Tindakan                    Alasan
   Pemerintah          Penyediaan Prasarana   Sinergitas Jalan Tol          Biaya
   Pusat           Angkutan Barang yang       dan Jalan Rel                 Tarif
                   Menunjang Pengembangan                                   Waktu
                   Wilayah                                                  Kapasitas
                                                                            Fleksibilitas
                                              Pembangunan Dry Port          Biaya
                                                                            Tarif
                                                                            Waktu
                                                                            Fleksibilitas
                                              Pengembangan Double              Waktu
                                              Track
   Pemerintah       Penyediaan   Prasarana   Pembangunan Dry Port        Waktu
   Provinsi          Angkutan Barang yang                                 Kapasitas
                     Menunjang                                            Biaya
                     Pengembangan Wilayah     Pembangunan jalan tol          Kapasitas
                    Reduksi Kemacetan        Pembangunan                    Biaya
                                              Pelabuhan Pengumpan
   Pemerintah       Penyediaan   Prasarana   Pembangunan        Jalan      Waktu
   Kota              Angkutan Barang yang     Lingkar                       Kapasitas
                     Menunjang                Pembangunan Dry Port          Waktu
                     Pengembangan Wilayah     Sinergitas jalan tol dan      Fleksibilitas
                    Reduksi kemacetan        jalan rel                     Biaya
                                                                            Waktu
                                                                            Kapasitas
   Organisasi       Penyediaan   Prasarana   Pembangunan Dry Port          Biaya
   User              Angkutan Barang yang                                   Tarif
                     Menunjang                                              Waktu
                     Pengembangan Wilayah                                   Kapasitas
                    Profit                   Pembangunan jalan tol         Waktu
                    Reduksi kemacetan                                      Kapasitas
                                              Pembangunan    Jalan             Kapasitas
                                              Lingkar
   Operator         Penyediaan  Prasarana    Pembangunan Dry Port          Waktu
                     Angkutan Barang yang                                   Kapasitas
                     Menunjang                                              Investasi
                     Pengembangan Wilayah                                   Biaya
                    Profit                                                 Tarif
          (Sumber: Hasil Sintesis)


    Temuan secara umum tersebut dijelaskan pada          peta persepsi aktor yang paling
berpengaruh pada tiap kelompok berikut ini.
Miming Miharja, Sri Oka Rachmadita 5



a. Kelompok Pemerintah Pusat
     Berdasarkan 3 peta persepsi di bawah ini, terlihat bahwa Pemerintah Pusat yang
diwakili oleh BPJT, Ditjen Binamarga PU, dan Ditjen KA Kemenhub memiliki tujuan yang
sama, yaitu Penyediaan Angkutan Barang yang Menunjang Pengembangan Wilayah.
Sedangkan tindakan yang dilakukan setiap instansi untuk mencapai tujuan tersebut
berbeda-beda. Namun terdapat benang merahnya, yaitu: dukungan terhadap kebijakan
sinergitas jalan tol dan jalan rel didasari oleh alasan biaya, tarif, waktu, kapasitas, dan
fleksibilitas; pembangunan dry port didasari oleh alasan biaya, tarif, waktu, dan fleksibilitas;
sedangkan pengembangan double track didasari oleh alasan waktu.

                                 A2
                                                                     A27                                    A12
                                                                                Mengesahkan Tarif Jalan
                 Melakukan                                                                Tol
                                                               Studi
                Pengadaan                                                       D itjen Binamarga PU
                                                             Kelayakan
             Investasi Jalan Tol
                   BPJT
                                       meningkatkan            BPJT                                     meningkatkan
                                                                             meningkatkan            At1
       meningkatkan                                     Mengusulkan Tarif                   Tarif
                                                         Awal Jalan Tol                    BPJT
                                                            BPJT
                                   At7                A13
                 Fleksibilitas                                                                          meningkatkan
                   BPJT                                     meningkatkan       A5                        F1
                                              At6
                                                                                            Biaya
                                      Management                     Memeriksa
     mempersingkat                                                                          Total
                                        System                    Laporan Bulanan
                At3                     BPJT                          BPJT
                     Waktu                                                                          menurunkan
                     BPJT
                                                                menurunkan
     mempersingkat                    A28                                                                   G1
                                                                                     Penyediaan Prasarana
                  Standard                            menurunkan                     Angkutan Barang yang
             Pelayanan Minimum                                                            Menunjang
                   BPJT                                                             Pengembangan Wilayah

                                       Gambar 2. Persepsi Badan Pengatur Jalan Tol
                                                   (Sumber: Hasil Analisis, 2011)
         Menurut BPJT, faktor yang merupakan permasalahan dalam kelancaran
pengangkutan barang ekspor dari hinterland ke Pelabuhan Tanjung Perak dan sebaliknya
adalah faktor waktu (At3) dan biaya total (F1). Faktor waktu (At3) disebabkan oleh faktor
fleksibilitas (At7), sedangkan faktor biaya (F1) disebabkan oleh faktor tarif (At1). BPJT
berpengaruh terhadap tarif (At1), seperti dengan mengusulkan tarif awal jalan tol (A13).
Sementara itu, pengadaan investasi jalan tol (A2) yang dilakukan oleh BPJT dapat
mempengaruhi waktu. Pemeriksaan laporan bulanan (A5), penetapan Standard Pelayanan
Minimum (A28) yang dilakukan oleh BPJT merupakan bagian dari pengawasan
management system jalan tol (At6) (lihat Gambar2).
6 Seminar Nasional PlanoCosmo 2012



                                                                                           A10
                                                                                           Mengeluarkan SK Tarif
                                                                                          D itjen KA, Kemenhub
                                                   A6
                     A7                                                                               meningkatkan
                                                   Menetapkan Masterplan                                      At1d
                  Menetapkan Pedoman              Percepatan Pengembangan                           Tarif
                      Penyelenggaraan               Pembangunan Ekonomi                   D itjen KA, Kemenhub
                       Perkeretaapian                     Indonesia
                                                                                mengurangi             meningkatkan
                 D itjen KA, Kemenhub              M enko Perekonomian

                                                                                                   Biaya           F1
              meningkatkan                        meningkatkan
                                                                                                   Total
            standar kualitas
                                                               Bea         meningkatkan
                                                              Cukai
                                                                                                  mengurangi
                F9                                                                                               F4
                          Teknologi                                                               Energi
                                                 mengurangi                  mempersingkat
                                                      A11                                         mengurangi
                                                         Mengembangkan Double                                      F10
                                                                                                  Waktu
                                                                  Track
               F11                                       D itjen KA, Kemenhub
                      Management                                                                  mempersingkat
                        System
                                             meningkatkan                                                          F5
           meningkatkan                                                 meningkatkan
                                                                                                 Fleksibilitas
                                          meningkatkan                G1
                          Cultural
           meningkatkan                                           Penyediaan Prasarana
                                                                  Angkutan Barang yang
          A9                                                           Menunjang                  meningkatkan
                                                                 Pengembangan Wilayah                                   A1a
                 Mengadakan Sertifikasi
                D itjen KA, Kemenhub
                                                                                             Membangun Dry Port
                                                                                           D itjen KA, Kemenhub


               Gambar 3 Persepsi Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan
                                          (Sumber:Hasil Analisis, 2011)
     Menurut persepsi Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan mengenai
kelancaran pengangkutan barang dari hinterland ke Pelabuhan Tanjung Perak dan
sebaliknya dipengaruhi oleh faktor management system (operasional) (F11), fleksibilitas
(F5), dan teknologi (F9). Kedua faktor tersebut menyebabkan permasalahan dari sisi waktu
(F10) dan biaya total (F1). Selama ini, biaya total pengangkutan barang melalui jalan rel
dinilai tidak dapat bersaing dengan pengangkutan melalui jalan tol maupun jalan raya. Hal
ini dikarenakan pengangkutan melalui jalan rel di Indonesia masih belum terintegrasi
sehingga ada biaya tambahan atau double handling. Selain itu, pengangkutan barang
melalui jalan rel masih dikenakan bea cukai. Jika terdapat equal treatment dari pemerintah
pada pengangkutan barang melalui jalan rel dan jalan tol maupun jalan raya, maka
pengangkutan melalui jalan rel dapat bersaing.
     Permasalahan tersebut dinilai dapat diatasi dengan adanya kebijakan double track
(A11), dry port (A1a), dan penetapan pedoman penyelenggaraan perkeretaapian (A7).
Selain itu, untuk membenahi management system (F11) dari operator pengangkutan
barang, Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan melakukan sertifikasi (A9).
Kebijakan lain yang disebutkan berpengaruh dalam upaya penyediaan prasaran angkutan
barang yang menunjang pengembangan wilayah adalah penetapan Masterplan Percepatan
Pengembangan Pengembangan Pembangunan Ekonomi Indonesia oleh Kementerian
Koordinator Bidang Perkonomian (A6). Dalam kebijakan tersebut disebutkan adanya
integrasi antar moda yang mengubungkan kawasan industri dengan pelabuhan.
Miming Miharja, Sri Oka Rachmadita 7




           A23                           juga membahas      A24
                   Rapat Koordinasi untuk                Rencana Umum Jaringan           mempersingkat F1
                  Menghasilkan Keputusan                      Jalan Nasional                      0       Waktu
                         Bersama                         Ditjen Binamarga PU
                  Menko Perekonomian                                               A12
                                      meningkatkan                                                        meningkatkan
                                                                  Mengesahkan Tarif Jalan
                                                                           Tol
                                     Menyediakan Lahan            Ditjen Binamarga PU
                                    untuk Pengembangan
                                         Infrastruktur            At1c              mempersingkat
                                      Bappeda Jatim
                                                                           Tarif
                                                                  Ditjen Binamarga PU
                                     Menyusun RTRW     mengur            menambah
                                      Provinsi Jatim                                       meningkatkan
                                                angi
                                     Bappeda Jatim                         F1
                        menunjang                                           Biaya
                 membahas    membahas            menambah                   Total

           A25
                                                                                    meningkatkan
                                                          F5
                  Sinergitas Jalan Tol dan     meningkatkan
                          Jalan Rel                                      Fleksibilitas                              G1
                  Ditjen Bina marga PU
                                                 At4f                   meningkatkan                 Penyediaan Prasarana
          A8              meningkatkan                 Kapasitas/ Volume Barang                      Angkutan Barang yang
                                                       Ditjen Binamarga PU                               Menunjang
                  Menetapkan Pedoman                                                                Pengembangan Wilayah
                   Teknis dan Standard                      Teknologi     meningkatkan
                    Pelayanan Minimum                                    F9
                  Ditje n Binamarga PU
                                             meningkatkan

                                      Gambar 4 Persepsi Ditjen Binamarga PU
                                             (Sumber: Hasil Analisis, 2011)
    Faktor yang mempengaruhi kelancaran arus barang berdasarkan persepsi Binamarga
PU, adalah kapasitas atau volume barang prasarana (At4f), fleksibilitas (F5), biaya total
(F1), teknologi (F9), dan waktu (F10). Menurut instansi ini, prasarana yang dibutuhkan untuk
mencapai tujuan pengembangan wilayah (G1) adalah yang saling terintegrasi, mampu
mengimbangi peningkatan volume barang sebagai akibat peningkatan pertumbuhan
ekonomi (Tahun 2011 pertumbuhan ekonomi sekitar 6%), dan meminimasi biaya
pengangkutan.
b. Kelompok Pemerintah Provinsi
     Berdasarkan 2 peta persepsi di bawah ini, terlihat bahwa Pemerintah Provinsi yang
diwakili oleh Bappeda Jatim, Dinas Binamarga PU Jatim, dan Dishub Jatim memiliki tujuan
yang sama, yaitu Penyediaan Angkutan Barang yang Menunjang Pengembangan Wilayah
dan reduksi kemacetan (Dinas Binamarga PU). Sedangkan tindakan yang dilakukan setiap
instansi untuk mencapai tujuan tersebut berbeda-beda. Namun dapat disintesis, yaitu:
pembangunan dry port didasari alasan waktu, kapasitas, dan biaya; pembangunan jalan tol
didasari alasan kapasitas; dan pembangunan pelabuhan pengumpang didasari alasan
biaya.
     Badan Perencanaan Pembangunan Prov.Jawa Timur (Bappeda Jatim) memiliki
persepsi yang hampir sama dengan BPJT. Dalam RTRW Prov.Jatim yang disusun
disebutkan pengembangan jaringan jalan tol, termasuk Jalan Tol Aloha-Perak yang
merupakan bagian dari rencana pengembangan jaringan jalan tol di Jawa Timur. Meskipun
jaringan jalan tol tersebut sudah termuat dalam RTRW Jatim, tetapi Bappeda Jatim tidak
mempunyai kekuasaan saat implementasi rencana tersebut. Hal ini dikarenakan yang
memiliki kewenangan atas penggunaan lahan di Kota Surabaya adalah Pemerintah Kota
Surabaya.
8 Seminar Nasional PlanoCosmo 2012



                                                                                                          A18b
                      A17
                                                                                                       Merencanakan
         Menyusun RTRW                                    mendukung                                   Pembangunan Dry
          Provinsi Jatim
                                                                                                           Port
         Bappeda Jatim
                                                                                                      Bappeda Jatim
                                            A20a                                  A18a
                               Merencanakan/ Mengusulkan                   Merencanakan
                                   Jaringan Jalan Tol                   Pembangunan Dry Port
                                    Bappeda Jatim                       PU Binamarga Jatim
                                                   mempersingkat                        meningkatkan
   memperkuat                meningkatkan                                                          A2
                                                                                Melakukan
                                     At4a                                       Pengadaan                     mempersingkat
                                      Kapasitas/ Volume                      Investasi Jalan Tol
                                          Barang                                   BPJT
         A19                          Bappeda Jatim               mengurangi
                                                                   F1                    F4
           Merencanakan                                                        Energi              Mengurangi konsumsi
           Pembangunan                                    Biaya
       Pelabuhan Pengumpan                                Total
         Bappe da Jatim        menurunkan                                          kecil                      F10
                                                                                              F3
                                                      meningkatkan             Dampak
                                                                                                          Waktu
                                                                             Lingkungan
                                                              menurunkan
                              G1                                                          meningkatkan
                                      Penyediaan Prasarana
                                      Angkutan Barang yang
                                          Menunjang
                                     Pengembangan Wilayah

                                            Gambar 5 Persepsi Bappeda Jatim
                                             (Sumber: Hasil Analisis, 2011)


    Faktor yang menjadi issu permasalahan menurut Bappeda Jatim adalah faktor waktu
(F10). Sedangkan, yang menjadi faktor penyebab timbulnya permasalahan adalah
kapasitas/volume barang (At4a). Selama ini kapasitas prasarana yang ada dinilai masih
kurang seimbang dengan volume barang yang harus didistribusikan. Dalam upaya
mencapai tujuan penyediaan prasarana angkutan barang yang menunjang pengembangan
wilayah (G1), Bappeda Jatim memiliki rencana pengembangan prasarana angkutan barang
berupa rencana pembangunan jaringan jalan tol (A20a), pembangunan pelabuhan
pengumpan (A19) dan pembangunan dry port (A18b). Ketiga tindakan tersebut tertuang
dalam RTRW Provinsi Jawa Timur (A17).
    Dinas Binamarga PU Jatim berpendapat bahwa faktor yang menjadi issu permasalahan
adalah biaya total pengangkutan (F1), sedangkan faktor yang menjadi penyebab
permasalahan adalah kapasitas atau volume barang prasarana angkutan barang (At4d).
Teknologi (F9) dianggap mempengaruhi keandalan sistem (F7) pada arah positif.
Miming Miharja, Sri Oka Rachmadita 9



              A20b
                                                                       F9
                     Merencanakan/ Mengusulkan                         Teknologi
                          Jaringan Jalan Tol
                       PU Binamarga Jatim                                    meningkatkan
                                                                F7
                mengurangi
                               F1           mempersi                   Keandalan
                                Biaya                                    Sistem
                                    ngkat
                                Total                                   mempersingkat       A2
                mengurangi                                             F10
                                    A25                                                         Melakukan
                                                                        Waktu                  Pengadaan
                       Sinergitas Jalan Tol dan                                             Investasi Jalan Tol
                               Jalan Rel                     mempersingkat                        BPJT
                       D itjen Binamarga PU
                meningkatkan
                                              meningkatkan
                       At4d                                   meningkatkan
                         Kapasitas/ Volume
                             Barang
                       PU Binamarga Jatim

               meningkatkan                                                  G1
                                            meningkatkan          Penyediaan Prasarana
                             Reduksi                              Angkutan Barang yang
                            Kemacetan                                 Menunjang
                                                                 Pengembangan Wilayah
                  G2
                              Gambar 6 Persepsi Dinas Binamarga PU Jatim
                                            (Sumber: Hasil Analisis, 2011)
    Sementara itu, keandalan sistem mempengaruhi waktu (F10) secara negatif. Artinya,
semakin andal suatu sistem pengelolaan prasarana angkutan barang akan mampu
mengurangi total waktu yang dibutuhkan. Kebijakan Binamarga PU Jatim sesuai dengan
kapasitasnya, yaitu merencanakan/mengusulkan jaringan jalan tol (A20b). Selain kebijakan
yang dilakukan Binamarga PU Jatim, disebutkan pula kebijakan lembaga lain yang berkaitan
dengan kelancaran pengangkutan barang, seperti sinergitas jalan tol dan jalan rel yang
diusulkan oleh Ditjen Binamarga PU (A25) dan pengadaan investasi jalan tol yang dilakukan
oleh BPJT (A2). Adapun tujuan yang ingin dicapai Dinas Binamarga PU Jatim adalah
penyediaan prasarana angkutan barang yang menunjang pengembangan wilayah dan
reduksi kemacetan.
c. Kelompok Pemerintah Kota
     Persepsi kelompok Pemerintah Kota diwakili oleh instansi Bappeko Surabaya dan Dinas
Perhubungan Kota Surabaya. Berdasarkan 2 peta persepsi di bawah ini, terlihat bahwa
kedua aktor tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu Penyediaan Angkutan Barang yang
Menunjang Pengembangan Wilayah dan reduksi kemacetan (Dinas Perhubungan Kota
Surabaya). Sedangkan tindakan yang dilakukan setiap instansi untuk mencapai tujuan
tersebut terdapat perbedaan. Namun dapat disimpulkan: pembangunan jalan lingkar
didasari oleh alasan waktu dan kapasitas; pembangunan dry port didasari oleh alasan
waktu; sedangkan sinergitas jalan tol dan jalan rel didasari oleh alasan fleksibilitas, biaya,
waktu, dan kapasitas.
     Persepsi Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya berbeda dengan aktor lain
dari segi tindakan yang dianggap sesuai dalam menyelesaikan permasalahan penyediaan
prasarana angkutan barang. Dalam hal ini, Bappeko Surabaya berpendapat bahwa
pengembangan jaringan jalan tol justru akan semakin menambah kemacetan. Selain itu,
jalan tol akan menggusur banyak permukiman penduduk.
     Berdasarkan gambar di bawah ini, diketahui bahwa Bappeko Surabaya menganggap
solusi bagi penyediaan prasarana angkutan barang yang menunjang pengembangan
wilayah adalah dengan pembangunan jalan lingkar (A21). Hal ini mengingat jalan lingkat
merupakan jalan arteri primer yang sudah direncanakan sejak lama, yaitu semenjak dalam
10 Seminar Nasional PlanoCosmo 2012



Masterplan Surabaya 2000 pada tahun 1978. Dengan tidak dibangunnya jalan tol tengah
kota (A20b dan A2) dan hanya mengandalkan jalan lingkar, maka diperkirakan akan dapat
menambah kapasitas arus barang yang dapat didistribusikan (At4b) dan mereduksi
kemacetan (F2). Adanya reduksi kemacetan akan mempersingkat waktu yang dibutuhkan
dari hinterland ke pelabuhan (F10).
                                                                    Penyediaan Prasarana
                                                   G1               Angkutan Barang yang
                                                                         Menunjang
                                                                   Pengembangan Wilayah
                                                                                                                   A20
                                                                                 meningkatkan
                                                                                                             Merencanakan/ Mengusulkan
                         F7              mempersingkat
                                                                        F10                                       Jaringan Jalan Tol
                                  Keandalan
                                                                              Waktu                               Bappeda Jatim
                                   Sistem

                                                                                 mengurangi                                   A2
     A22                                      mempersingkat                                                                   Melakukan
                                                                   F2                                                        Pengadaan
                   Menyusun RTRW Kota                                     Reduksi            mengurangi                   Investasi Jalan Tol
                   Bappeko Surabaya                                      Kemacetan                                              BPJT

             meliputi                                                                               mengurangi
                                                      meningkatkan
                                                                                                      A20b
                              A               meningkatkan At4b
                                                              Kapasitas/ Volume                              Merencanakan/ Mengusulkan
                     21
                    Pembangunan Jalan                                   Barang                                   Jaringan Jalan Tol
                         Lingkar                                   Bappeko Surabaya                            PU Binamarga Jatim
                   Bappeko Surabaya


                                              Gambar 7 Persepsi Bappeko Surabaya
                                                    (Sumber: Hasil Analisis, 2011)
     Dinas Perhubungan Kota Surabaya (Dishub Surabaya) memiliki persepsi yang berbeda
dari Bappeko Surabaya mengenai penyediaan prasarana angkutan barang yang menunjang
pengembangan wilayah (G1) dan reduksi kemacetan (G2). Jika Bappeko Surabaya
mengandalkan jaringan jalan lingkar untuk kelancaran pengangkutan barang, maka Dishub
Surabaya mendukung adanya sinergitas jalan tol dan rel (A25) serta pembangunan dry port
(A1a). Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan oleh Dishub Surabaya adalah
melakukan pengawasan muatan kendaraan (A29) dan melaksanakan koordinasi dan
kerjasama dalam bidang sarana dan prasarana (A30a).
                         A30a                                                                 A25                              A29
            Melaksanakan
            Koordinasi dan
                                              juga membahas                           Sinergitas Jalan Tol dan                Melakukan
                                                                                              Jalan Rel                  Pengawasan Muatan
              Kerjasama
                                                                                      D itjen Binamarga PU                    Kendaraan
         D ishub Surabaya
                                                                                                                         D ishub Sura baya
  membahas                                                meningkatkan                                   uncertainty
                         A                                                            meningkatkan       melimitasi
              1a                                   F5
        Membangun Dry Port                         Fleksibilitas              mengurangi                                       meningkatkan
       Ditjen KA, Kemenhub
                                   meningkatkan                                                                    F9
                                                           mengurangi
                                                   F1                                                             Teknologi
                                                      Biaya                           At4e                                           At
                                                      Total                              Kapasitas/ Volume
                                                                                                                             2
                                                                                                                             Keselamatan
  mempersingkat                                                                               Barang
                                      meningkatkan                                      D ishub Sura baya                D ishub Surabaya
                                                              G1
                                                                               meningkatkan                      meningkatkan
                                               Penyediaan Prasarana                   G2                                             F7
                                               Angkutan Barang yang                           Reduksi                         Keandalan
                                                   Menunjang                                 Kemacetan                         Sistem
                                              Pengembangan Wilayah            meningkatkan
                                                                                                                 meningkatkan        F8
           F10                     meningkatkan
                                                                                                                              Ketepatan
                 Waktu
                                                                        mempersingkat                                          Waktu

                                Gambar 8 Persepsi Dinas Perhubungan Kota Surabaya
                                                    (Sumber: Hasil Analisis, 2011)
Miming Miharja, Sri Oka Rachmadita 11



    Adapun faktor yang dianggap issu permasalahan adalah waktu (F10), sedangkan yang
dianggap sebagai faktor penyebab permasalahan utama adalah kapasitas atau volume
barang prasarana angkutan barang (At4e). Kapasitas tersebut dipengaruhi oleh teknologi
(F9) dan keandalan sistem (F7). Keandalan sistem meliputi ketepatan waktu (F8) dan
keselamatan (At2). Ketepatan waktu (F8) berkorelasi dengan waktu (F10). Sementara itu,
biaya total (F1) dipengaruhi oleh fleksibilitas (F5). Hal ini dikarenakan dengan adanya
karakteristik fleksibilitas, maka angkutan barang dapat melayani dari pintu ke pintu dan
mengurangi biaya (menghindari double handling).
d. Kelompok Organisasi User
     Berdasarkan 3 peta persepsi di bawah ini, terlihat bahwa Organisasi User yang diwakili
oleh Organda DPC Jatim, ALFI dan APINDO yang memiliki tujuan yang sama, yaitu
Penyediaan Angkutan Barang yang Menunjang Pengembangan Wilayah, reduksi
kemacetan, dan profit. Sedangkan tindakan yang dilakukan setiap instansi untuk mencapai
tujuan tersebut berbeda-beda. Namun terdapat benang merahnya, yaitu: pembangunan dry
port didasari oleh alasan biaya, tarif, waktu, dan kapasitas; pembangunan jalan tol didasari
oleh alasan waktu dan kapasitas; sedangkan pembangunan jalan tol didasari alasan
kapasitas.
     Organda DPC Jawa Timur menjadi wadah pengusaha jasa angkutan. Berdasarkan
interest pengusaha jasa angkutan yang melalui jalan, maka Organda DPC Jawa Timur
mendukung adanya penyediaan prasarana jaringan jalan apapun yang dapat memperlancar
pengangkutan barang dari hinterland ke Pelabuhan Tanjung Perak (G1). Dengan demikian,
Organda DPC Jawa Timur mendukung pembangunan jalan lingkar yang merupakan
kebijakan Bappeko Surabaya (A21) dan pembangunan jaringan jalan tol yang merupakan
kebijakan Bappeda Jawa Timur dan BPJT (A20a, A2).                  A2
                              A4                                      Merencanakan/ Mengusulkan
                                                                          Jaringan Jalan Tol
                         Membuat Kesepakatan                               Bappeda Jatim                          A20a
                              Bersama
                        ORGAND A D PC JAT IM            meningkatkan
                                                   F6                                                Melakukan
                                                          Kapasitas/ Volume                          Pengadaan
              uncertainty                                     Barang                              Investasi Jalan Tol
              meningkatkan                                              meningkatkan                    BPJT
                                           meningkatkan
                 At1e                                        mempersingkat
                               Tarif
                        ORGAND A D PC JAT IM
                                                   meningkatkan         mempersingkat
             meningkatkan       F1                                                                   A31
                                                           A
                                   Biaya
                                   Total            21                                             Demorage dan
                                                     Pembangunan Jalan
                                                          Lingkar                                   Closing Time
             menghambat
                                                    Bappeko Surabaya                              PT .Pelindo III

               G1                                                                       mempersingkat
                          Penyediaan Prasarana
                          Angkutan Barang yang
                                                                               Waktu     F10
                              Menunjang
                                                     meningkatkan
                         Pengembangan Wilayah


                               Gambar 9 Persepsi Organda DPC Jawa Timur
                                             (Sumber:Hasil Analisis, 2011)
    Faktor yang menjadi issu permasalah menurut Organda DPC Jawa Timur adalah faktor
waktu (F10) dan biaya total (F1). Biaya total tersebut dalam satuan tiap jarak tempuh.
Sementara itu faktor yang menjadi penyebab permasalahan adalah kapasitas atau volume
barang prasarana angkutan barang (F6). Organda DPC Surabaya mempunyai pengaruh
untuk mempengaruhi faktor-faktor tersebut berdasarkan kapasitas yang dimiliki. Upaya
tersebut antara lain membuat kesepakatan bersama (A4) dalam penetapan tarif baru
pengangkutan barang (At1e).
12 Seminar Nasional PlanoCosmo 2012



     ALFI mempunyai pendapat bahwa faktor yang menjadi faktor penyebab timbulnya
permasalahan dalam kelancaran pengangkutan barang ekspor dari hinterland ke Pelabuhan
Tanjung Perak dan sebaliknya adalah faktor waktu (F1). Sementara itu, kapasitas/volume
barang (At4) merupakan faktor penyebab permasalahan kelancaran pengangkutan barang
ekspor dari hinterland ke Pelabuhan Tanjung Perak dan sebaliknya. ALFI
merekomendasikan pembangunan dry port (A1) untuk mereduksi kemacetan lalu lintas.
Pembenahan strategi operasi (A26) dari internal masing-masing perusahan khususnya dan
ALFI sebagai wadah perusahaan forwarder umumnya dipercaya akan menurunkan biaya
total (At5) dan meningkatkan profit (G3).
                        A26                                                                        G1
                                                       F1        meningkatkan                     Penyediaan Prasarana
                               Strategi                                                           Angkutan Barang yang
                               Operasi                        Waktu
                                                                                                      Menunjang
                                ALFI          mempersingkat                                      Pengembangan Wilayah
             menurunkan
            G3                                   mempersingkat
                    Profit                                        mempersingkat
                                                                      A1
        meningkatkan            At
                        5     Biaya Total                         Membangun Dry Port                    meningkatkan
                                 ALFI                            Ditjen KA, Kemenhub
                                          menurunkan
                                              meningkatkan            meningkatkan
         meningkatkan         At 1                                    At                                 G2
                                 Tarif                       Kapasitas/ Volume
                                                              4                                          Reduksi
                                BPJT                             Barang                                 Kemacetan
                                                                                meningkatkan

                    Gambar 10 Persepsi Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia
                                              (Sumber: Hasil Analisis, 2011)
     Menurut APINDO, faktor Biaya Total (At5) dan Waktu (F1) menjadi faktor yang menjadi
faktor permasalahan dalam kelancaran pengangkutan barang ekspor dari hinterland ke
Pelabuhan Tanjung Perak dan sebaliknya. Faktor penyebab timbulnya permasalahan
tersebut adalah faktor kapasitas/volume barang (F6).
                                                       F1                            A3
                      mempersingkat                 Waktu
                                                                         Memberikan
             A1                                                        potongan harga
                                                                      PT.KAI D aop VIII
            Membangun Dry Port
           Ditjen KA, Kemenhub                         menurunkan           menurunkan

                   meningkatkan
                                          meningkatkan                                                        A3
                         F6                                                     At        menurunkan
                 Kapasitas/ Volume                                    5    Biaya Total                   Memberikan potongan harga
                     Barang                        meningkatkan            APINDO                        ORGAND A DPC JAT IM

                                            G2                                           meningkatkan
                                                                           G3
                   meningkatkan                    Reduksi
                                                  Kemacetan                     Profit


                                                 Gambar 11 Persepsi APINDO
                                              (Sumber: Hasil Analisis, 2011)
e. Kelompok Operator
     Persepsi kelompok Operator diwakili oleh instansi PT.Pelindo III dan PT.KAI Daop VIII.
Berdasarkan 2 peta persepsi di bawah ini, terlihat bahwa kedua aktor tersebut memiliki
tujuan yang sama, yaitu Penyediaan Angkutan Barang yang Menunjang Pengembangan
Wilayah dan profit. Sedangkan tindakan yang dilakukan setiap instansi untuk mencapai
tujuan   tersebut   terdapat  perbedaan.       Namun     dapat    disimpulkan    keduanya
merekomendasikan pembangunan dry port didasari oleh alasan waktu; sedangkan
Miming Miharja, Sri Oka Rachmadita 13



sinergitas jalan tol dan jalan rel didasari oleh alasan waktu, kapasitas, investasi, biaya, dan
tarif.
                                                                    A1b
                                                                      Membangun Dry
                                                                          Port
                                                                      PT.Pelindo I II


                                        mempersingkat                                         menurunkan
                                                                    At 8                                   F1
                                       F2                               Investasi                          Biaya
                                                  Waktu             PT .Pelindo III                        Total


                      mempersingkat                       perlu ditambah           menurunkan
                                                                                                  menurunkan
                                 A31         Demorage dan
                                                                            Penyediaan Prasarana
                                                                            Angkutan Barang yang
                                              Closing Time
                                                                                 Menunjang
                                            PT .Pelindo III                                               G1
                                                                           Pengembangan Wilayah


                                                  Gambar 12 Persepsi PT.Pelindo III
                                                     (Sumber: Hasil Analisis, 2011)
     Berdasarkan persepsi PT Pelindo III, faktor biaya (F1) menjadi faktor permasalahan
dalam kelancaran pengangkutan barang ekspor dari hinterland ke Pelabuhan Tanjung Perak
dan sebaliknya. Hal ini dilihat dari jumlah link masuk ke suatu faktor terbanyak. Sementara
itu, faktor waktu (F2) menjadi faktor penyebab timbulnya permasalahan tersebut. Hal ini
dilihat dari jumlah link keluar suatu faktor terbanyak. Atribut investasi (At8) dipersepsikan
dapat mengurangi biaya (F1). Adapun solusi yang direkomendasikan PT.Pelindo III adalah
konsep dry port (A1).
     PT Kereta Api Indonesia, yang dalam hal ini diwakili oleh Subbid. Pengangkutan Barang
PT.KAI Daop VIII, sebagai operator angkutan barang melalui jalan rel. Secara sistem
mempunyai kapasitas dalam menyebabkan perubahan biaya total pengangkutan barang
melalui jalan rel (F1). Menurut Sub Bidang Pengangkutan Barang PT.KAI Daop VIII, faktor
yang menjadi issu permasalahan pengangkutan barang dari hinterland ke Pelabuhan
Tanjung Perak dan sebaliknya adalah faktor biaya (F1) dan waktu (At3b). Sedangkan faktor
penyebab permasalahannya adalah investasi (At8a) dan kapasitas atau volume
pengangkutan (At4g).
                                                                                         G3
                                                                               Profit
                                                             Bea
           G1                                               Cukai              mengurangi           A16
            Penyediaan Prasarana                                                  F1
            Angkutan Barang yang                                                 Biaya               Menyediakan Sepur
                Menunjang                                                        Total                     Simpang
           Pengembangan Wilayah
                                                meningkatkan                                       Ditje n KA, Kemenhub
                                                                                                                               A3b
                                   meningkatkan           meningkatkan         mengurangi                  mengurangi
   meningkatkan       At8a                                                                                                         Memberikan
                Investasi                    Kapasitas/ Volume                Waktu                         Tarif                potongan harga
            PT.KAI Da op VI II                    Barang                 PT.KAI Da op VI II          PT .KAI Daop VIII         PT .KAI Daop VIII
                                            PT .KAI Daop VII I
                                                                                   At3b      At1b
                           meningkatkan              At4g                           meningkatkan                          meningkatkan
     membuka                                                mempersingkat
                                        Mengembangkan Double                                          Mengusulkan Tarif
             Studi Kelayakan                     Track                Membangun Dry Port                  Kereta Api        Mengeluarkan SK Tarif
            PT.KAI Daop VI II           Ditje n KA, Kemenhub         Ditje n KA, Kemenhub            PT .KAI Daop VIII     D itjen KA, Kemenhub

                                            A11
           A27a                                                          A1a                        A14                     A10
                                            Gambar 13 Persepsi PT.KAI Daop VIII
                                                     (Sumber:Hasil Analisis, 2011)
    Senada dengan pendapat Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan,
permasalahan tersebut dinilai dapat diatasi dengan adanya kebijakan double track (A11),
dry port, dan sepur simpang (A16). Sementara itu, terkait dengan misinya, PT.KAI
melakukan usulan tarif (A14), studi kelayakan pembukaan rute baru (A27a), dan potongan
14 Seminar Nasional PlanoCosmo 2012



harga (A3b). Tindakan–tindakan tersebut memiliki tujuan profit dan dimaksudkan menunjang
pengembangan wilayah.

Simpulan dan Rekomendasi
     Berdasarkan hasil studi yang telah disampaikan, maka didapatkan kesimpulan bahwa
persepsi aktor yang terlibat dalam pengembangan prasarana angkutan barang regional
tujuan ekspor menuju Pelabuhan Tanjung Perak secara eksplisit memiliki perbedaan tujuan,
tindakan, dan alasan yang mendasari masing-masing tindakan. Dengan demikian
direkomendasikan kepada aktor-aktor yang berkepentingan untuk melakukan kesepakatan
dan komunikasi antar aktor dalam menetapkan kebijakan untuk menuju tujuan bersama.
Sementara itu, studi mengenai hubungan antar aktor direkomendasikan untuk studi lanjutan.


Daftar Pustaka
Bappeprov Jatim. 2005. Draft Rencana Tata Ruang Wilayah Jawa Timur hasil revisi 2009-
    2029.
Bots, P.W.G., J.R. Van Duin, M.J.W. Van Twist. 2000. Designing a Power Tool for Policy
    Analysts: Dynamic Actor Network Analysis. Proceedings of the 32nd Hawaii
    International Conference on System Sciences. Los Alamitos, CA: IEEE Press.
BPJT. 2006. FS Jalan Tol Aloha-Perak.
Fisher, R.,& Ury, W. 1983. Getting to Yes. Negotiating Agreement Without Giving In.
    Middlesex,England: Penguin Books Ltd.
Kementerian Perhubungan. 2010. Menhub: Pelabuhan Socah di bangun untuk kurangi
    kepadatan Tanjung Perak. Pusat Komunikasi Publik, 16 Agustus.
Keputusan Menteri PU 295/PRT/M/2005 tentang Tugas,Pokok, dan Fungsi BPJT.
Keputusan Menteri PU No. 369/KPTS/M/2005 tentang Rencana Umum Jaringan Jalan
    Nasional.
Minnery, J. R. 1985. Conflict Management Urban Planning. Vermont USA: Gower Publishing
    Company.
Peraturan Menteri PU No.11 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Jalan Tol.
Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.

More Related Content

Similar to OPTIMALISASI PERSEPSI

MATRIKS YOPI.docx
MATRIKS YOPI.docxMATRIKS YOPI.docx
MATRIKS YOPI.docxRianHawari
 
11 39-1-pb
11 39-1-pb11 39-1-pb
11 39-1-pbdniel6
 
A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata, A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata, bramantiyo marjuki
 
3 bab 1 pendahuluan ok
3 bab 1 pendahuluan ok3 bab 1 pendahuluan ok
3 bab 1 pendahuluan okdrestajumena1
 
Preliminary research design
Preliminary research designPreliminary research design
Preliminary research designAsri Adi
 
Analisis peran dan kinerja antar institusi dalam pengembangan sistem bus rapi...
Analisis peran dan kinerja antar institusi dalam pengembangan sistem bus rapi...Analisis peran dan kinerja antar institusi dalam pengembangan sistem bus rapi...
Analisis peran dan kinerja antar institusi dalam pengembangan sistem bus rapi...Izul Mencari
 
PRESENTASI STUDI KELAYAKAN INVESTASI JALAN TOL GEMPOL - PASURUAN SADAM 182300...
PRESENTASI STUDI KELAYAKAN INVESTASI JALAN TOL GEMPOL - PASURUAN SADAM 182300...PRESENTASI STUDI KELAYAKAN INVESTASI JALAN TOL GEMPOL - PASURUAN SADAM 182300...
PRESENTASI STUDI KELAYAKAN INVESTASI JALAN TOL GEMPOL - PASURUAN SADAM 182300...SadamPangestu1
 
Laporan Hikam KP fix Bab 1 dan 2.docx
Laporan Hikam KP fix Bab 1 dan 2.docxLaporan Hikam KP fix Bab 1 dan 2.docx
Laporan Hikam KP fix Bab 1 dan 2.docxYodiSATRIAIMANI1
 
04_PAPARAN USULAN TOD JUTPI KOTA TANGERANG SELATAN REVISI.pdf
04_PAPARAN USULAN TOD JUTPI KOTA TANGERANG SELATAN REVISI.pdf04_PAPARAN USULAN TOD JUTPI KOTA TANGERANG SELATAN REVISI.pdf
04_PAPARAN USULAN TOD JUTPI KOTA TANGERANG SELATAN REVISI.pdfTangkabDishub
 
1675 manual kapasitas jalan indonesian (mkji)
1675 manual kapasitas jalan indonesian (mkji)1675 manual kapasitas jalan indonesian (mkji)
1675 manual kapasitas jalan indonesian (mkji)WSKT
 
Bab 1. Masalah Kebijakan Transportasi - 2014 by Waluyo Sakarsono, PhD DEA
Bab 1. Masalah Kebijakan Transportasi - 2014 by Waluyo Sakarsono, PhD DEABab 1. Masalah Kebijakan Transportasi - 2014 by Waluyo Sakarsono, PhD DEA
Bab 1. Masalah Kebijakan Transportasi - 2014 by Waluyo Sakarsono, PhD DEASonny Sakarsono, PhD, DEA
 

Similar to OPTIMALISASI PERSEPSI (20)

Bab i tatralok skw doc
Bab i tatralok skw docBab i tatralok skw doc
Bab i tatralok skw doc
 
MATRIKS YOPI.docx
MATRIKS YOPI.docxMATRIKS YOPI.docx
MATRIKS YOPI.docx
 
11 39-1-pb
11 39-1-pb11 39-1-pb
11 39-1-pb
 
Sistem transportasi
Sistem transportasiSistem transportasi
Sistem transportasi
 
A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata, A translation paper about Cellular Automata,
A translation paper about Cellular Automata,
 
3 bab 1 pendahuluan ok
3 bab 1 pendahuluan ok3 bab 1 pendahuluan ok
3 bab 1 pendahuluan ok
 
Preliminary research design
Preliminary research designPreliminary research design
Preliminary research design
 
Analisis peran dan kinerja antar institusi dalam pengembangan sistem bus rapi...
Analisis peran dan kinerja antar institusi dalam pengembangan sistem bus rapi...Analisis peran dan kinerja antar institusi dalam pengembangan sistem bus rapi...
Analisis peran dan kinerja antar institusi dalam pengembangan sistem bus rapi...
 
adi
adiadi
adi
 
PRESENTASI STUDI KELAYAKAN INVESTASI JALAN TOL GEMPOL - PASURUAN SADAM 182300...
PRESENTASI STUDI KELAYAKAN INVESTASI JALAN TOL GEMPOL - PASURUAN SADAM 182300...PRESENTASI STUDI KELAYAKAN INVESTASI JALAN TOL GEMPOL - PASURUAN SADAM 182300...
PRESENTASI STUDI KELAYAKAN INVESTASI JALAN TOL GEMPOL - PASURUAN SADAM 182300...
 
Laporan Hikam KP fix Bab 1 dan 2.docx
Laporan Hikam KP fix Bab 1 dan 2.docxLaporan Hikam KP fix Bab 1 dan 2.docx
Laporan Hikam KP fix Bab 1 dan 2.docx
 
04_PAPARAN USULAN TOD JUTPI KOTA TANGERANG SELATAN REVISI.pdf
04_PAPARAN USULAN TOD JUTPI KOTA TANGERANG SELATAN REVISI.pdf04_PAPARAN USULAN TOD JUTPI KOTA TANGERANG SELATAN REVISI.pdf
04_PAPARAN USULAN TOD JUTPI KOTA TANGERANG SELATAN REVISI.pdf
 
Jurnal Ilmiah
Jurnal IlmiahJurnal Ilmiah
Jurnal Ilmiah
 
BAB-1-.docx
BAB-1-.docxBAB-1-.docx
BAB-1-.docx
 
Project charter
Project charterProject charter
Project charter
 
MKJI 2007
MKJI 2007MKJI 2007
MKJI 2007
 
Mkji1997 2
Mkji1997 2Mkji1997 2
Mkji1997 2
 
1675 manual kapasitas jalan indonesian (mkji)
1675 manual kapasitas jalan indonesian (mkji)1675 manual kapasitas jalan indonesian (mkji)
1675 manual kapasitas jalan indonesian (mkji)
 
Jurnal Isyana Yuvita P
Jurnal Isyana Yuvita PJurnal Isyana Yuvita P
Jurnal Isyana Yuvita P
 
Bab 1. Masalah Kebijakan Transportasi - 2014 by Waluyo Sakarsono, PhD DEA
Bab 1. Masalah Kebijakan Transportasi - 2014 by Waluyo Sakarsono, PhD DEABab 1. Masalah Kebijakan Transportasi - 2014 by Waluyo Sakarsono, PhD DEA
Bab 1. Masalah Kebijakan Transportasi - 2014 by Waluyo Sakarsono, PhD DEA
 

OPTIMALISASI PERSEPSI

  • 1. Persepsi Aktor Mengenai Pengembangan Prasarana Angkutan Barang Regional Tujuan Ekspor Menuju Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Miming Miharja 1 Sri Oka Rachmadita 2 1 Dosen Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung 2 Peneliti Pusat Pengkajian Logistik dan Rantai Pasok ITB Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi Bandung Gedung Labtek IX-A. Jl Ganesha No. 10 Bandung 40132 Email: oka_planner@yahoo.co.id Abstrak Kesepakatan antar aktor sangat dibutuhkan dalam mengaplikasikan perencanaan agar tidak berujung konflik. Perdebatan dalam pembangunan Jalan Tol Aloha Perak di Surabaya merupakan salah satu contoh konflik kebijakan dalam pengembangan prasarana angkutan barang regional yang menghubungkan hinterland dan pelabuhan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi aktor mengenai penyediaan prasarana angkutan barang regional tujuan ekspor menuju Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Penelitian ini menggunakan metode Dynamic Actor Network Analysis untuk memetakan persepsi aktor mengenai penyediaan prasarana angkutan barang regional. Pengambilan sampel dalam penentuan aktor-aktor yang terkait dengan studi ini dilakukan secara snowballing dengan limitasi. Hasil temuan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan tindakan, serta alasan yang mendasari tindakan dalam mencapai tujuan kelancaran arus barang dari hinterland ke pelabuhan.Hasil studi ini merekomendasikan kesepakatan dan komunikasi antar aktor dalam menetapkan kebijakan untuk menuju tujuan bersama. Kata kunci : persepsi aktor, dynamic actor network analysis, prasarana angkutan barang regional. Pendahuluan Kesepakatan antar aktor dalam penyediaan prasarana transportasi sangat dibutuhkan. Hal ini mengingat rencana yang dihasilkan dari dalam organisasi dan hampir semua usulan perencanaan yang dilaksanakan dengan melalui atau dikendalikan oleh organisasi. Oleh karena itu, organisasi atau aktor menjadi sangat penting dalam perencanaan (Minnery, 1985). Menurut Fisher & Ury (1983), agar suatu rencana dapat diimplementasikan, maka diperlukan kesepakatan antar aktor untuk memperkecil konflik yang merugikan. Sebenarnya Pemerintah Kota Surabaya sudah berupaya menyediakan prasarana angkutan barang regional. Hal ini ditunjukkan dengan konsistennya Pemerintah Kota Surabaya pada rencana pembangunan jalan lingkar yang sudah direncanakan sejak tahun 1978 dalam Masterplan Surabaya 2000. Jalan lingkar tersebut terintegrasi dengan Jembatan Suramadu, Rencana Pelabuhan Tanjung Bumi, dan Pelabuhan Petikemas Tanjung Bulupandan Kabupaten Bangkalan. Pelabuhan Tanjung Bumi dan Tanjung Bulupandan akan dibangun untuk mengantisipasi padatnya Pelabuhan Tanjung Perak dan akan dioperasikan tahun 2020 (Kementerian Perhubungan, Mei 2011). Rencana tersebut termuat dalam RTRW Provinsi Jawa Timur 2009-2029 sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 1 mengenai Struktur Tata Ruang Perkotaan Surabaya Metropolitan Area.
  • 2. 2 Seminar Nasional PlanoCosmo 2012 Di sisi lain, Pemerintah Provinsi Jawa Timur merencanakan pembangunan jalan tol tengah kota yang tertuang dalam RTRW Provinsi Jawa Timur tahun 2009 – 2029 hasil revisi. Jalan Tol Tengah Kota atau Jalan Tol Aloha – Wonokromo – Perak direncanakan menghubungkan Pelabuhan Tanjung Perak dengan sisi luar selatan Kota Surabaya. Jalan tol tengah kota tersebut dianggap masih relevan, karena sebenarnya Pelabuhan Tanjung Perak masih dalam satu sistem dengan Pelabuhan Tanjung Bumi yaitu sebagai Pelabuhan Internasional (RTRWN 2008). Selain itu pengembangan terminal multi purpose ke arah Teluk Lamong sekitar 50 Ha pada tahun 2013 oleh Pelindo III juga akan semakin menambah kapasitas layanan Pelabuhan Tanjung Perak. Pengembangan terminal tersebut dimaksudkan untuk mengatasi peningkatan arus barang dari hinterland menuju Pelabuhan Tanjung Perak. Jalan Tol Tengah Kota Surabaya dengan biaya investasi sekitar 12 sampai 70 milyar/kilometer ini seharusnya sudah pada tahap pembebasan lahan tahun 2007. Kebutuhan luas lahan yang dibebaskan untuk pembangunan infrastruktur ini adalah 630.264 km2 (BPJT, 2006). Namun terdapat conflict of interest antara pemerintah kota provinsi dalam pembangunan Jalan Tol Tengah Kota. Gambar 1. Struktur Tata Ruang Perkotaan Surabaya Mertopolitan Area (Sumber: RTRW Provinsi Jawa Timur 2009-2029) Pemerintah kota menolak rencana pembangunan jalan tol tengah kota dikarenakan sudah mempunyai rencana pengembangan jalan lingkar yang terintegrasi dengan pelabuhan baru yang akan dikembangkan. Dalam era otonomi daerah, pengadaan lahan untuk pembangunan infrastruktur nasional seperti jalan tol dibebankan pada pemerintah pusat atas ijin pemerintah daerah. Oleh karena itu, pembebasan lahan untuk pembangunan jalan tol tengah kota belum dapat dilakukan. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan tindakan antara pemerintah kota dan pemerintah provinsi yang didasari oleh perbedaan kerangka pikir dari masing-masing aktor tersebut. Sementara tujuan dari tindakan tersebut sama, yaitu kelancaran arus pengangkutan barang. Oleh karena itu diperlukan studi yang
  • 3. Miming Miharja, Sri Oka Rachmadita 3 bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi aktor yang terlibat dalam pengembangan prasarana angkutan barang regional tujuan ekspor menuju Pelabuhan Tanjung Perak. Kajian Pustaka DANA (Dynamic Actor Network Analysis) merupakan konsep model dengan menggunakan pendekatan persepsi aktor dan keterkaitan diantaranya dalam bentuk yang cocok untuk penelitian, analisis dan perancangan. Pengertian network dalam DANA didapat dari asumsi adanya hubungan antar aktor. Network juga mengindikasikan adanya posisi dan pengaruh suatu aktor terhadap aktor lain (Bots, 2000). DANA berguna untuk menggambarkan diagram perspektif dari masing-masing aktor, dan untuk menganalisis interaksi diantaranya. Definisi untuk masing-masing simbol dalam peta persepsi adalah sebagai berikut: 1. Factor, simbol elips menggambarkan faktor penting untuk masing-masing aktor. 2. Prospect, simbol elips putih dengan tanda plus/minus ( ) menggambarkan faktor eksternal. Tanda plus/minus ( ) menggambarkan uncertainty. 3. Goals, elips berwarna ( ) menggambarkan tujuan aktor. Segitiga ( ) menggambarkan nilai utilitas yang dicapai atau menunjukkan bahwa aktor menginginkan peningkatan dalam faktor ini. 4. Action, simbol kotak ( ) menggambarkan tindakan dari suatu aktor untuk mempengaruhi beberapa faktor. Nama aktor tersebut akan masuk pada simbol kotak. Aktor tersebut kemungkinan juga dimasukkan dalam beberapa tindakan dari aktor lain di diagram perspektif. Tanda plus/minus ( ) juga dimasukkan dalam kotak untuk mendeskripsikan multiplier dari tindakan. 5. Link, panah ( ) menggambarkan hubungan antara dua simbol. Jika sebuah faktor atau tindakan mempengaruhi faktor lain, sebuah panah akan digambarkan dari faktor yang berpengaruh. Tanda positif dalam panah ( ) menggambarkan jenis dari pengaruh atau multiplier, baik pengaruh kecil searah ( ), pengaruh medium uncertainty , maupun pengaruh besar . Begitu pula sebaliknya untuk tanda minus. Kelemahan penggunakan DANA ada pada bounded rationality yang diakibatkan oleh keterbatasan informasi yang dimiliki, keterbatasan kognitif dari pikiran narasumber, dan keterbatasan waktu dalam membuat keputusan. Bias berpotensi terjadi karena aktor yang diwawancara bisa saja memberikan pendapat individu (bukan instansi). Pembahasan Persepsi aktor-aktor yang terkait dapat disintesis berdasarkan tujuan, tindakan (terkait prasarana), dan alasan yang mendasari tindakan sebagaimana terlihat dalam Tabel 1. Berikut ini merupakan beberapa temuan secara umum. • Terdapat perbedaan tujuan yang ingin dicapai antara organisasi user dan operator dengan pemerintah (kota, provinsi, maupun pusat), dimana kedua aktor tersebut memiliki tujuan profit. • Terdapat perbedaan tindakan yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan menurut masing-masing kelompok aktor.
  • 4. 4 Seminar Nasional PlanoCosmo 2012 • Terdapat perbedaan alasan untuk masing-masing tindakan antara lain: a. Alasan yang melatarbelakangi tindakan pengembangan jalan rel baik berupa pengembangan double track, maupun berupa pembangunan dry port adalah biaya dan waktu. b. Alasan yang melatarbelakangi tindakan pengembangan jalan tol adalah waktu dan kapasitas. c. Alasan yang melatarbelakangi sinergitas jalan tol dan rel adalah waktu, biaya, fleksibilitas, dan kapasitas. d. Alasan yang melatarbelakangi tindakan pembangunan jalan lingkar adalah kapasitas. Tabel 1. Sintesis Persepsi Aktor Kelompok Tujuan Tindakan Alasan Pemerintah Penyediaan Prasarana Sinergitas Jalan Tol  Biaya Pusat Angkutan Barang yang dan Jalan Rel  Tarif Menunjang Pengembangan  Waktu Wilayah  Kapasitas  Fleksibilitas Pembangunan Dry Port  Biaya  Tarif  Waktu  Fleksibilitas Pengembangan Double Waktu Track Pemerintah  Penyediaan Prasarana Pembangunan Dry Port  Waktu Provinsi Angkutan Barang yang  Kapasitas Menunjang  Biaya Pengembangan Wilayah Pembangunan jalan tol Kapasitas  Reduksi Kemacetan Pembangunan Biaya Pelabuhan Pengumpan Pemerintah  Penyediaan Prasarana Pembangunan Jalan  Waktu Kota Angkutan Barang yang Lingkar  Kapasitas Menunjang Pembangunan Dry Port  Waktu Pengembangan Wilayah Sinergitas jalan tol dan  Fleksibilitas  Reduksi kemacetan jalan rel  Biaya  Waktu  Kapasitas Organisasi  Penyediaan Prasarana Pembangunan Dry Port  Biaya User Angkutan Barang yang  Tarif Menunjang  Waktu Pengembangan Wilayah  Kapasitas  Profit Pembangunan jalan tol  Waktu  Reduksi kemacetan  Kapasitas Pembangunan Jalan Kapasitas Lingkar Operator  Penyediaan Prasarana Pembangunan Dry Port  Waktu Angkutan Barang yang  Kapasitas Menunjang  Investasi Pengembangan Wilayah  Biaya  Profit  Tarif (Sumber: Hasil Sintesis) Temuan secara umum tersebut dijelaskan pada peta persepsi aktor yang paling berpengaruh pada tiap kelompok berikut ini.
  • 5. Miming Miharja, Sri Oka Rachmadita 5 a. Kelompok Pemerintah Pusat Berdasarkan 3 peta persepsi di bawah ini, terlihat bahwa Pemerintah Pusat yang diwakili oleh BPJT, Ditjen Binamarga PU, dan Ditjen KA Kemenhub memiliki tujuan yang sama, yaitu Penyediaan Angkutan Barang yang Menunjang Pengembangan Wilayah. Sedangkan tindakan yang dilakukan setiap instansi untuk mencapai tujuan tersebut berbeda-beda. Namun terdapat benang merahnya, yaitu: dukungan terhadap kebijakan sinergitas jalan tol dan jalan rel didasari oleh alasan biaya, tarif, waktu, kapasitas, dan fleksibilitas; pembangunan dry port didasari oleh alasan biaya, tarif, waktu, dan fleksibilitas; sedangkan pengembangan double track didasari oleh alasan waktu. A2 A27 A12 Mengesahkan Tarif Jalan Melakukan Tol Studi Pengadaan D itjen Binamarga PU Kelayakan Investasi Jalan Tol BPJT meningkatkan BPJT meningkatkan meningkatkan At1 meningkatkan Mengusulkan Tarif Tarif Awal Jalan Tol BPJT BPJT At7 A13 Fleksibilitas meningkatkan BPJT meningkatkan A5 F1 At6 Biaya Management Memeriksa mempersingkat Total System Laporan Bulanan At3 BPJT BPJT Waktu menurunkan BPJT menurunkan mempersingkat A28 G1 Penyediaan Prasarana Standard menurunkan Angkutan Barang yang Pelayanan Minimum Menunjang BPJT Pengembangan Wilayah Gambar 2. Persepsi Badan Pengatur Jalan Tol (Sumber: Hasil Analisis, 2011) Menurut BPJT, faktor yang merupakan permasalahan dalam kelancaran pengangkutan barang ekspor dari hinterland ke Pelabuhan Tanjung Perak dan sebaliknya adalah faktor waktu (At3) dan biaya total (F1). Faktor waktu (At3) disebabkan oleh faktor fleksibilitas (At7), sedangkan faktor biaya (F1) disebabkan oleh faktor tarif (At1). BPJT berpengaruh terhadap tarif (At1), seperti dengan mengusulkan tarif awal jalan tol (A13). Sementara itu, pengadaan investasi jalan tol (A2) yang dilakukan oleh BPJT dapat mempengaruhi waktu. Pemeriksaan laporan bulanan (A5), penetapan Standard Pelayanan Minimum (A28) yang dilakukan oleh BPJT merupakan bagian dari pengawasan management system jalan tol (At6) (lihat Gambar2).
  • 6. 6 Seminar Nasional PlanoCosmo 2012 A10 Mengeluarkan SK Tarif D itjen KA, Kemenhub A6 A7 meningkatkan Menetapkan Masterplan At1d Menetapkan Pedoman Percepatan Pengembangan Tarif Penyelenggaraan Pembangunan Ekonomi D itjen KA, Kemenhub Perkeretaapian Indonesia mengurangi meningkatkan D itjen KA, Kemenhub M enko Perekonomian Biaya F1 meningkatkan meningkatkan Total standar kualitas Bea meningkatkan Cukai mengurangi F9 F4 Teknologi Energi mengurangi mempersingkat A11 mengurangi Mengembangkan Double F10 Waktu Track F11 D itjen KA, Kemenhub Management mempersingkat System meningkatkan F5 meningkatkan meningkatkan Fleksibilitas meningkatkan G1 Cultural meningkatkan Penyediaan Prasarana Angkutan Barang yang A9 Menunjang meningkatkan Pengembangan Wilayah A1a Mengadakan Sertifikasi D itjen KA, Kemenhub Membangun Dry Port D itjen KA, Kemenhub Gambar 3 Persepsi Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Sumber:Hasil Analisis, 2011) Menurut persepsi Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan mengenai kelancaran pengangkutan barang dari hinterland ke Pelabuhan Tanjung Perak dan sebaliknya dipengaruhi oleh faktor management system (operasional) (F11), fleksibilitas (F5), dan teknologi (F9). Kedua faktor tersebut menyebabkan permasalahan dari sisi waktu (F10) dan biaya total (F1). Selama ini, biaya total pengangkutan barang melalui jalan rel dinilai tidak dapat bersaing dengan pengangkutan melalui jalan tol maupun jalan raya. Hal ini dikarenakan pengangkutan melalui jalan rel di Indonesia masih belum terintegrasi sehingga ada biaya tambahan atau double handling. Selain itu, pengangkutan barang melalui jalan rel masih dikenakan bea cukai. Jika terdapat equal treatment dari pemerintah pada pengangkutan barang melalui jalan rel dan jalan tol maupun jalan raya, maka pengangkutan melalui jalan rel dapat bersaing. Permasalahan tersebut dinilai dapat diatasi dengan adanya kebijakan double track (A11), dry port (A1a), dan penetapan pedoman penyelenggaraan perkeretaapian (A7). Selain itu, untuk membenahi management system (F11) dari operator pengangkutan barang, Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan melakukan sertifikasi (A9). Kebijakan lain yang disebutkan berpengaruh dalam upaya penyediaan prasaran angkutan barang yang menunjang pengembangan wilayah adalah penetapan Masterplan Percepatan Pengembangan Pengembangan Pembangunan Ekonomi Indonesia oleh Kementerian Koordinator Bidang Perkonomian (A6). Dalam kebijakan tersebut disebutkan adanya integrasi antar moda yang mengubungkan kawasan industri dengan pelabuhan.
  • 7. Miming Miharja, Sri Oka Rachmadita 7 A23 juga membahas A24 Rapat Koordinasi untuk Rencana Umum Jaringan mempersingkat F1 Menghasilkan Keputusan Jalan Nasional 0 Waktu Bersama Ditjen Binamarga PU Menko Perekonomian A12 meningkatkan meningkatkan Mengesahkan Tarif Jalan Tol Menyediakan Lahan Ditjen Binamarga PU untuk Pengembangan Infrastruktur At1c mempersingkat Bappeda Jatim Tarif Ditjen Binamarga PU Menyusun RTRW mengur menambah Provinsi Jatim meningkatkan angi Bappeda Jatim F1 menunjang Biaya membahas membahas menambah Total A25 meningkatkan F5 Sinergitas Jalan Tol dan meningkatkan Jalan Rel Fleksibilitas G1 Ditjen Bina marga PU At4f meningkatkan Penyediaan Prasarana A8 meningkatkan Kapasitas/ Volume Barang Angkutan Barang yang Ditjen Binamarga PU Menunjang Menetapkan Pedoman Pengembangan Wilayah Teknis dan Standard Teknologi meningkatkan Pelayanan Minimum F9 Ditje n Binamarga PU meningkatkan Gambar 4 Persepsi Ditjen Binamarga PU (Sumber: Hasil Analisis, 2011) Faktor yang mempengaruhi kelancaran arus barang berdasarkan persepsi Binamarga PU, adalah kapasitas atau volume barang prasarana (At4f), fleksibilitas (F5), biaya total (F1), teknologi (F9), dan waktu (F10). Menurut instansi ini, prasarana yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan pengembangan wilayah (G1) adalah yang saling terintegrasi, mampu mengimbangi peningkatan volume barang sebagai akibat peningkatan pertumbuhan ekonomi (Tahun 2011 pertumbuhan ekonomi sekitar 6%), dan meminimasi biaya pengangkutan. b. Kelompok Pemerintah Provinsi Berdasarkan 2 peta persepsi di bawah ini, terlihat bahwa Pemerintah Provinsi yang diwakili oleh Bappeda Jatim, Dinas Binamarga PU Jatim, dan Dishub Jatim memiliki tujuan yang sama, yaitu Penyediaan Angkutan Barang yang Menunjang Pengembangan Wilayah dan reduksi kemacetan (Dinas Binamarga PU). Sedangkan tindakan yang dilakukan setiap instansi untuk mencapai tujuan tersebut berbeda-beda. Namun dapat disintesis, yaitu: pembangunan dry port didasari alasan waktu, kapasitas, dan biaya; pembangunan jalan tol didasari alasan kapasitas; dan pembangunan pelabuhan pengumpang didasari alasan biaya. Badan Perencanaan Pembangunan Prov.Jawa Timur (Bappeda Jatim) memiliki persepsi yang hampir sama dengan BPJT. Dalam RTRW Prov.Jatim yang disusun disebutkan pengembangan jaringan jalan tol, termasuk Jalan Tol Aloha-Perak yang merupakan bagian dari rencana pengembangan jaringan jalan tol di Jawa Timur. Meskipun jaringan jalan tol tersebut sudah termuat dalam RTRW Jatim, tetapi Bappeda Jatim tidak mempunyai kekuasaan saat implementasi rencana tersebut. Hal ini dikarenakan yang memiliki kewenangan atas penggunaan lahan di Kota Surabaya adalah Pemerintah Kota Surabaya.
  • 8. 8 Seminar Nasional PlanoCosmo 2012 A18b A17 Merencanakan Menyusun RTRW mendukung Pembangunan Dry Provinsi Jatim Port Bappeda Jatim Bappeda Jatim A20a A18a Merencanakan/ Mengusulkan Merencanakan Jaringan Jalan Tol Pembangunan Dry Port Bappeda Jatim PU Binamarga Jatim mempersingkat meningkatkan memperkuat meningkatkan A2 Melakukan At4a Pengadaan mempersingkat Kapasitas/ Volume Investasi Jalan Tol Barang BPJT A19 Bappeda Jatim mengurangi F1 F4 Merencanakan Energi Mengurangi konsumsi Pembangunan Biaya Pelabuhan Pengumpan Total Bappe da Jatim menurunkan kecil F10 F3 meningkatkan Dampak Waktu Lingkungan menurunkan G1 meningkatkan Penyediaan Prasarana Angkutan Barang yang Menunjang Pengembangan Wilayah Gambar 5 Persepsi Bappeda Jatim (Sumber: Hasil Analisis, 2011) Faktor yang menjadi issu permasalahan menurut Bappeda Jatim adalah faktor waktu (F10). Sedangkan, yang menjadi faktor penyebab timbulnya permasalahan adalah kapasitas/volume barang (At4a). Selama ini kapasitas prasarana yang ada dinilai masih kurang seimbang dengan volume barang yang harus didistribusikan. Dalam upaya mencapai tujuan penyediaan prasarana angkutan barang yang menunjang pengembangan wilayah (G1), Bappeda Jatim memiliki rencana pengembangan prasarana angkutan barang berupa rencana pembangunan jaringan jalan tol (A20a), pembangunan pelabuhan pengumpan (A19) dan pembangunan dry port (A18b). Ketiga tindakan tersebut tertuang dalam RTRW Provinsi Jawa Timur (A17). Dinas Binamarga PU Jatim berpendapat bahwa faktor yang menjadi issu permasalahan adalah biaya total pengangkutan (F1), sedangkan faktor yang menjadi penyebab permasalahan adalah kapasitas atau volume barang prasarana angkutan barang (At4d). Teknologi (F9) dianggap mempengaruhi keandalan sistem (F7) pada arah positif.
  • 9. Miming Miharja, Sri Oka Rachmadita 9 A20b F9 Merencanakan/ Mengusulkan Teknologi Jaringan Jalan Tol PU Binamarga Jatim meningkatkan F7 mengurangi F1 mempersi Keandalan Biaya Sistem ngkat Total mempersingkat A2 mengurangi F10 A25 Melakukan Waktu Pengadaan Sinergitas Jalan Tol dan Investasi Jalan Tol Jalan Rel mempersingkat BPJT D itjen Binamarga PU meningkatkan meningkatkan At4d meningkatkan Kapasitas/ Volume Barang PU Binamarga Jatim meningkatkan G1 meningkatkan Penyediaan Prasarana Reduksi Angkutan Barang yang Kemacetan Menunjang Pengembangan Wilayah G2 Gambar 6 Persepsi Dinas Binamarga PU Jatim (Sumber: Hasil Analisis, 2011) Sementara itu, keandalan sistem mempengaruhi waktu (F10) secara negatif. Artinya, semakin andal suatu sistem pengelolaan prasarana angkutan barang akan mampu mengurangi total waktu yang dibutuhkan. Kebijakan Binamarga PU Jatim sesuai dengan kapasitasnya, yaitu merencanakan/mengusulkan jaringan jalan tol (A20b). Selain kebijakan yang dilakukan Binamarga PU Jatim, disebutkan pula kebijakan lembaga lain yang berkaitan dengan kelancaran pengangkutan barang, seperti sinergitas jalan tol dan jalan rel yang diusulkan oleh Ditjen Binamarga PU (A25) dan pengadaan investasi jalan tol yang dilakukan oleh BPJT (A2). Adapun tujuan yang ingin dicapai Dinas Binamarga PU Jatim adalah penyediaan prasarana angkutan barang yang menunjang pengembangan wilayah dan reduksi kemacetan. c. Kelompok Pemerintah Kota Persepsi kelompok Pemerintah Kota diwakili oleh instansi Bappeko Surabaya dan Dinas Perhubungan Kota Surabaya. Berdasarkan 2 peta persepsi di bawah ini, terlihat bahwa kedua aktor tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu Penyediaan Angkutan Barang yang Menunjang Pengembangan Wilayah dan reduksi kemacetan (Dinas Perhubungan Kota Surabaya). Sedangkan tindakan yang dilakukan setiap instansi untuk mencapai tujuan tersebut terdapat perbedaan. Namun dapat disimpulkan: pembangunan jalan lingkar didasari oleh alasan waktu dan kapasitas; pembangunan dry port didasari oleh alasan waktu; sedangkan sinergitas jalan tol dan jalan rel didasari oleh alasan fleksibilitas, biaya, waktu, dan kapasitas. Persepsi Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya berbeda dengan aktor lain dari segi tindakan yang dianggap sesuai dalam menyelesaikan permasalahan penyediaan prasarana angkutan barang. Dalam hal ini, Bappeko Surabaya berpendapat bahwa pengembangan jaringan jalan tol justru akan semakin menambah kemacetan. Selain itu, jalan tol akan menggusur banyak permukiman penduduk. Berdasarkan gambar di bawah ini, diketahui bahwa Bappeko Surabaya menganggap solusi bagi penyediaan prasarana angkutan barang yang menunjang pengembangan wilayah adalah dengan pembangunan jalan lingkar (A21). Hal ini mengingat jalan lingkat merupakan jalan arteri primer yang sudah direncanakan sejak lama, yaitu semenjak dalam
  • 10. 10 Seminar Nasional PlanoCosmo 2012 Masterplan Surabaya 2000 pada tahun 1978. Dengan tidak dibangunnya jalan tol tengah kota (A20b dan A2) dan hanya mengandalkan jalan lingkar, maka diperkirakan akan dapat menambah kapasitas arus barang yang dapat didistribusikan (At4b) dan mereduksi kemacetan (F2). Adanya reduksi kemacetan akan mempersingkat waktu yang dibutuhkan dari hinterland ke pelabuhan (F10). Penyediaan Prasarana G1 Angkutan Barang yang Menunjang Pengembangan Wilayah A20 meningkatkan Merencanakan/ Mengusulkan F7 mempersingkat F10 Jaringan Jalan Tol Keandalan Waktu Bappeda Jatim Sistem mengurangi A2 A22 mempersingkat Melakukan F2 Pengadaan Menyusun RTRW Kota Reduksi mengurangi Investasi Jalan Tol Bappeko Surabaya Kemacetan BPJT meliputi mengurangi meningkatkan A20b A meningkatkan At4b Kapasitas/ Volume Merencanakan/ Mengusulkan 21 Pembangunan Jalan Barang Jaringan Jalan Tol Lingkar Bappeko Surabaya PU Binamarga Jatim Bappeko Surabaya Gambar 7 Persepsi Bappeko Surabaya (Sumber: Hasil Analisis, 2011) Dinas Perhubungan Kota Surabaya (Dishub Surabaya) memiliki persepsi yang berbeda dari Bappeko Surabaya mengenai penyediaan prasarana angkutan barang yang menunjang pengembangan wilayah (G1) dan reduksi kemacetan (G2). Jika Bappeko Surabaya mengandalkan jaringan jalan lingkar untuk kelancaran pengangkutan barang, maka Dishub Surabaya mendukung adanya sinergitas jalan tol dan rel (A25) serta pembangunan dry port (A1a). Sementara itu, tindakan yang dapat dilakukan oleh Dishub Surabaya adalah melakukan pengawasan muatan kendaraan (A29) dan melaksanakan koordinasi dan kerjasama dalam bidang sarana dan prasarana (A30a). A30a A25 A29 Melaksanakan Koordinasi dan juga membahas Sinergitas Jalan Tol dan Melakukan Jalan Rel Pengawasan Muatan Kerjasama D itjen Binamarga PU Kendaraan D ishub Surabaya D ishub Sura baya membahas meningkatkan uncertainty A meningkatkan melimitasi 1a F5 Membangun Dry Port Fleksibilitas mengurangi meningkatkan Ditjen KA, Kemenhub meningkatkan F9 mengurangi F1 Teknologi Biaya At4e At Total Kapasitas/ Volume 2 Keselamatan mempersingkat Barang meningkatkan D ishub Sura baya D ishub Surabaya G1 meningkatkan meningkatkan Penyediaan Prasarana G2 F7 Angkutan Barang yang Reduksi Keandalan Menunjang Kemacetan Sistem Pengembangan Wilayah meningkatkan meningkatkan F8 F10 meningkatkan Ketepatan Waktu mempersingkat Waktu Gambar 8 Persepsi Dinas Perhubungan Kota Surabaya (Sumber: Hasil Analisis, 2011)
  • 11. Miming Miharja, Sri Oka Rachmadita 11 Adapun faktor yang dianggap issu permasalahan adalah waktu (F10), sedangkan yang dianggap sebagai faktor penyebab permasalahan utama adalah kapasitas atau volume barang prasarana angkutan barang (At4e). Kapasitas tersebut dipengaruhi oleh teknologi (F9) dan keandalan sistem (F7). Keandalan sistem meliputi ketepatan waktu (F8) dan keselamatan (At2). Ketepatan waktu (F8) berkorelasi dengan waktu (F10). Sementara itu, biaya total (F1) dipengaruhi oleh fleksibilitas (F5). Hal ini dikarenakan dengan adanya karakteristik fleksibilitas, maka angkutan barang dapat melayani dari pintu ke pintu dan mengurangi biaya (menghindari double handling). d. Kelompok Organisasi User Berdasarkan 3 peta persepsi di bawah ini, terlihat bahwa Organisasi User yang diwakili oleh Organda DPC Jatim, ALFI dan APINDO yang memiliki tujuan yang sama, yaitu Penyediaan Angkutan Barang yang Menunjang Pengembangan Wilayah, reduksi kemacetan, dan profit. Sedangkan tindakan yang dilakukan setiap instansi untuk mencapai tujuan tersebut berbeda-beda. Namun terdapat benang merahnya, yaitu: pembangunan dry port didasari oleh alasan biaya, tarif, waktu, dan kapasitas; pembangunan jalan tol didasari oleh alasan waktu dan kapasitas; sedangkan pembangunan jalan tol didasari alasan kapasitas. Organda DPC Jawa Timur menjadi wadah pengusaha jasa angkutan. Berdasarkan interest pengusaha jasa angkutan yang melalui jalan, maka Organda DPC Jawa Timur mendukung adanya penyediaan prasarana jaringan jalan apapun yang dapat memperlancar pengangkutan barang dari hinterland ke Pelabuhan Tanjung Perak (G1). Dengan demikian, Organda DPC Jawa Timur mendukung pembangunan jalan lingkar yang merupakan kebijakan Bappeko Surabaya (A21) dan pembangunan jaringan jalan tol yang merupakan kebijakan Bappeda Jawa Timur dan BPJT (A20a, A2). A2 A4 Merencanakan/ Mengusulkan Jaringan Jalan Tol Membuat Kesepakatan Bappeda Jatim A20a Bersama ORGAND A D PC JAT IM meningkatkan F6 Melakukan Kapasitas/ Volume Pengadaan uncertainty Barang Investasi Jalan Tol meningkatkan meningkatkan BPJT meningkatkan At1e mempersingkat Tarif ORGAND A D PC JAT IM meningkatkan mempersingkat meningkatkan F1 A31 A Biaya Total 21 Demorage dan Pembangunan Jalan Lingkar Closing Time menghambat Bappeko Surabaya PT .Pelindo III G1 mempersingkat Penyediaan Prasarana Angkutan Barang yang Waktu F10 Menunjang meningkatkan Pengembangan Wilayah Gambar 9 Persepsi Organda DPC Jawa Timur (Sumber:Hasil Analisis, 2011) Faktor yang menjadi issu permasalah menurut Organda DPC Jawa Timur adalah faktor waktu (F10) dan biaya total (F1). Biaya total tersebut dalam satuan tiap jarak tempuh. Sementara itu faktor yang menjadi penyebab permasalahan adalah kapasitas atau volume barang prasarana angkutan barang (F6). Organda DPC Surabaya mempunyai pengaruh untuk mempengaruhi faktor-faktor tersebut berdasarkan kapasitas yang dimiliki. Upaya tersebut antara lain membuat kesepakatan bersama (A4) dalam penetapan tarif baru pengangkutan barang (At1e).
  • 12. 12 Seminar Nasional PlanoCosmo 2012 ALFI mempunyai pendapat bahwa faktor yang menjadi faktor penyebab timbulnya permasalahan dalam kelancaran pengangkutan barang ekspor dari hinterland ke Pelabuhan Tanjung Perak dan sebaliknya adalah faktor waktu (F1). Sementara itu, kapasitas/volume barang (At4) merupakan faktor penyebab permasalahan kelancaran pengangkutan barang ekspor dari hinterland ke Pelabuhan Tanjung Perak dan sebaliknya. ALFI merekomendasikan pembangunan dry port (A1) untuk mereduksi kemacetan lalu lintas. Pembenahan strategi operasi (A26) dari internal masing-masing perusahan khususnya dan ALFI sebagai wadah perusahaan forwarder umumnya dipercaya akan menurunkan biaya total (At5) dan meningkatkan profit (G3). A26 G1 F1 meningkatkan Penyediaan Prasarana Strategi Angkutan Barang yang Operasi Waktu Menunjang ALFI mempersingkat Pengembangan Wilayah menurunkan G3 mempersingkat Profit mempersingkat A1 meningkatkan At 5 Biaya Total Membangun Dry Port meningkatkan ALFI Ditjen KA, Kemenhub menurunkan meningkatkan meningkatkan meningkatkan At 1 At G2 Tarif Kapasitas/ Volume 4 Reduksi BPJT Barang Kemacetan meningkatkan Gambar 10 Persepsi Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (Sumber: Hasil Analisis, 2011) Menurut APINDO, faktor Biaya Total (At5) dan Waktu (F1) menjadi faktor yang menjadi faktor permasalahan dalam kelancaran pengangkutan barang ekspor dari hinterland ke Pelabuhan Tanjung Perak dan sebaliknya. Faktor penyebab timbulnya permasalahan tersebut adalah faktor kapasitas/volume barang (F6). F1 A3 mempersingkat Waktu Memberikan A1 potongan harga PT.KAI D aop VIII Membangun Dry Port Ditjen KA, Kemenhub menurunkan menurunkan meningkatkan meningkatkan A3 F6 At menurunkan Kapasitas/ Volume 5 Biaya Total Memberikan potongan harga Barang meningkatkan APINDO ORGAND A DPC JAT IM G2 meningkatkan G3 meningkatkan Reduksi Kemacetan Profit Gambar 11 Persepsi APINDO (Sumber: Hasil Analisis, 2011) e. Kelompok Operator Persepsi kelompok Operator diwakili oleh instansi PT.Pelindo III dan PT.KAI Daop VIII. Berdasarkan 2 peta persepsi di bawah ini, terlihat bahwa kedua aktor tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu Penyediaan Angkutan Barang yang Menunjang Pengembangan Wilayah dan profit. Sedangkan tindakan yang dilakukan setiap instansi untuk mencapai tujuan tersebut terdapat perbedaan. Namun dapat disimpulkan keduanya merekomendasikan pembangunan dry port didasari oleh alasan waktu; sedangkan
  • 13. Miming Miharja, Sri Oka Rachmadita 13 sinergitas jalan tol dan jalan rel didasari oleh alasan waktu, kapasitas, investasi, biaya, dan tarif. A1b Membangun Dry Port PT.Pelindo I II mempersingkat menurunkan At 8 F1 F2 Investasi Biaya Waktu PT .Pelindo III Total mempersingkat perlu ditambah menurunkan menurunkan A31 Demorage dan Penyediaan Prasarana Angkutan Barang yang Closing Time Menunjang PT .Pelindo III G1 Pengembangan Wilayah Gambar 12 Persepsi PT.Pelindo III (Sumber: Hasil Analisis, 2011) Berdasarkan persepsi PT Pelindo III, faktor biaya (F1) menjadi faktor permasalahan dalam kelancaran pengangkutan barang ekspor dari hinterland ke Pelabuhan Tanjung Perak dan sebaliknya. Hal ini dilihat dari jumlah link masuk ke suatu faktor terbanyak. Sementara itu, faktor waktu (F2) menjadi faktor penyebab timbulnya permasalahan tersebut. Hal ini dilihat dari jumlah link keluar suatu faktor terbanyak. Atribut investasi (At8) dipersepsikan dapat mengurangi biaya (F1). Adapun solusi yang direkomendasikan PT.Pelindo III adalah konsep dry port (A1). PT Kereta Api Indonesia, yang dalam hal ini diwakili oleh Subbid. Pengangkutan Barang PT.KAI Daop VIII, sebagai operator angkutan barang melalui jalan rel. Secara sistem mempunyai kapasitas dalam menyebabkan perubahan biaya total pengangkutan barang melalui jalan rel (F1). Menurut Sub Bidang Pengangkutan Barang PT.KAI Daop VIII, faktor yang menjadi issu permasalahan pengangkutan barang dari hinterland ke Pelabuhan Tanjung Perak dan sebaliknya adalah faktor biaya (F1) dan waktu (At3b). Sedangkan faktor penyebab permasalahannya adalah investasi (At8a) dan kapasitas atau volume pengangkutan (At4g). G3 Profit Bea G1 Cukai mengurangi A16 Penyediaan Prasarana F1 Angkutan Barang yang Biaya Menyediakan Sepur Menunjang Total Simpang Pengembangan Wilayah meningkatkan Ditje n KA, Kemenhub A3b meningkatkan meningkatkan mengurangi mengurangi meningkatkan At8a Memberikan Investasi Kapasitas/ Volume Waktu Tarif potongan harga PT.KAI Da op VI II Barang PT.KAI Da op VI II PT .KAI Daop VIII PT .KAI Daop VIII PT .KAI Daop VII I At3b At1b meningkatkan At4g meningkatkan meningkatkan membuka mempersingkat Mengembangkan Double Mengusulkan Tarif Studi Kelayakan Track Membangun Dry Port Kereta Api Mengeluarkan SK Tarif PT.KAI Daop VI II Ditje n KA, Kemenhub Ditje n KA, Kemenhub PT .KAI Daop VIII D itjen KA, Kemenhub A11 A27a A1a A14 A10 Gambar 13 Persepsi PT.KAI Daop VIII (Sumber:Hasil Analisis, 2011) Senada dengan pendapat Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, permasalahan tersebut dinilai dapat diatasi dengan adanya kebijakan double track (A11), dry port, dan sepur simpang (A16). Sementara itu, terkait dengan misinya, PT.KAI melakukan usulan tarif (A14), studi kelayakan pembukaan rute baru (A27a), dan potongan
  • 14. 14 Seminar Nasional PlanoCosmo 2012 harga (A3b). Tindakan–tindakan tersebut memiliki tujuan profit dan dimaksudkan menunjang pengembangan wilayah. Simpulan dan Rekomendasi Berdasarkan hasil studi yang telah disampaikan, maka didapatkan kesimpulan bahwa persepsi aktor yang terlibat dalam pengembangan prasarana angkutan barang regional tujuan ekspor menuju Pelabuhan Tanjung Perak secara eksplisit memiliki perbedaan tujuan, tindakan, dan alasan yang mendasari masing-masing tindakan. Dengan demikian direkomendasikan kepada aktor-aktor yang berkepentingan untuk melakukan kesepakatan dan komunikasi antar aktor dalam menetapkan kebijakan untuk menuju tujuan bersama. Sementara itu, studi mengenai hubungan antar aktor direkomendasikan untuk studi lanjutan. Daftar Pustaka Bappeprov Jatim. 2005. Draft Rencana Tata Ruang Wilayah Jawa Timur hasil revisi 2009- 2029. Bots, P.W.G., J.R. Van Duin, M.J.W. Van Twist. 2000. Designing a Power Tool for Policy Analysts: Dynamic Actor Network Analysis. Proceedings of the 32nd Hawaii International Conference on System Sciences. Los Alamitos, CA: IEEE Press. BPJT. 2006. FS Jalan Tol Aloha-Perak. Fisher, R.,& Ury, W. 1983. Getting to Yes. Negotiating Agreement Without Giving In. Middlesex,England: Penguin Books Ltd. Kementerian Perhubungan. 2010. Menhub: Pelabuhan Socah di bangun untuk kurangi kepadatan Tanjung Perak. Pusat Komunikasi Publik, 16 Agustus. Keputusan Menteri PU 295/PRT/M/2005 tentang Tugas,Pokok, dan Fungsi BPJT. Keputusan Menteri PU No. 369/KPTS/M/2005 tentang Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional. Minnery, J. R. 1985. Conflict Management Urban Planning. Vermont USA: Gower Publishing Company. Peraturan Menteri PU No.11 Tahun 2006 tentang Penyelenggaraan Jalan Tol. Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.