SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
TUJUAN 2


Mencapai Pendidikan Dasar
untuk Semua




                    35
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia




     Tujuan 2: Mencapai Pendidikan Dasar
               untuk Semua
          Target 3: Memastikan pada 2015 semua anak-anak
                    di mana pun, laki-laki maupun perempuan,
                    dapat menyelesaikan pendidikan dasar.a
          Indikator:
          • Angka Partisipasi Murni di sekolah dasar.
          • Angka Partisipasi Murni di sekolah lanjutan pertama.
          • Proporsi murid yang berhasil mencapai kelas 5.
          • Proporsi murid di kelas 1 yang berhasil menamatkan sekolah dasar.
          • Proporsi murid di kelas 1 yang berhasil menyelesaikan sembilan tahun pendidikan dasar.
          • Angka melek huruf usia 15–24 tahun.




     Keadaan dan kecenderungan                                             meningkatkan partisipasi pendidikan dasar dengan
                                                                           indikator kinerja pencapaian Angka Partisipasi Kasar
     Pengantar. Untuk meningkatkan pembangunan                             (APK) jenjang SLTP/MTs mencapai 90 persen persen
     suatu bangsa diperlukan critical mass di bidang                       paling lambat pada 2008, dan meningkatkan mutu
     pendidikan. Hal ini membutuhkan adanya persen-                        pendidikan dasar yang pada saat ini masih di bawah
     tase penduduk dengan tingkat pendidikan yang                          standar nasional.
     memadai untuk mendukung pembangunan eko-
     nomi dan sosial yang cepat. Program pendidikan                        Angka partisipasi
     dasar sembilan tahun merupakan salah satu upaya
     pemerintah untuk mewujudkan critical mass itu dan                     Angka partisipasi tingkat sekolah dasar. Data
     membekali anak didik dengan ketrampilan dan                           Susenas menunjukkan adanya perbaikan Angka Par-
     pengetahuan dasar: untuk melanjutkan ke jenjang                       tisipasi Murni (APM) jenjang SD/MI untuk anak usia
     pendidikan yang lebih tinggi, untuk bekal men-                        7–12 tahun dari 88,7 persen pada 1992 menjadi an-
     jalani kehidupan dalam masyarakat, untuk membuat                      tara 92–93 persen selama tiga tahun terakhir (Gam-
     pilihan-pilihan dan memanfaatkan produk-produk
                                                                              Gambar 2.1. Angka partisipasi murni, SD/MI dan
     berteknologi tinggi, untuk mengadakan interaksi                          %           SLTP/MTs
     dan kompetisi antar warga masyarakat, kelompok,
     dan antar bangsa.


     Target. Target MDG adalah menjamin bahwa sam-
     pai dengan 2015, semua anak, di mana pun, laki-
     laki dan perempuan, dapat menyelesaikan sekolah
     dasar. Target itu sejalan dengan target Program Wa-
     jib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, yaitu
                                                                              Sumber: Susenas



     a
         Indonesia menetapkan Pendidikan Dasar Sembilan Tahun: enam tahun di sekolah dasar (anak usia 7–12 tahun) dan tiga tahun di
         SLTP (anak usia 13–15 tahun). Dengan demikian, sasaran MDG untuk Indonesia lebih tinggi dari pada standar internasional untuk
         pendidikan dasar.




36
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia




bar 2.1). Sementara itu, Data Departemen Pendidi-                    Disparitas APM dan APK SD/MI. Analisis lebih
kan Nasional menunjukkan APM yang lebih tinggi,                      lanjut berdasarkan data Susenas 2002 diketahui
yaitu 94 persen. Perbedaan angka antara Susenas                      bahwa APM dan APK SD/MI yang tinggi terjadi
dan data Depdiknas dapat terjadi karena sistem                       pada semua kelompok masyarakat. Tidak ada per-
pendataan yang berbeda. Pertama, Susenas meng-                       bedaan yang signifikan antara daerah pedesaan
gunakan pendataan berdasarkan tempat tinggal,                        dan perkotaan, antara laki-laki dan perempuan,
sementara Depdiknas menggunakan data dari lapo-                      dan antar kelompok ekonomi masyarakat yang
ran sekolah yang memungkinkan terjadinya penghi-                     diukur menggunakan pengeluaran konsumsi kelu-
tungan ganda karena adanya anak yang sekolah di                      arga (Tabel 2.2a dan 2.2b). Namun terdapat variasi
lebih dari satu tempat. Kedua, waktu pelaksanaan                     APM di antara provinsi, bahkan beberapa provinsi
yang berbeda; data Depdiknas adalah data pen-                        memiliki APM di bawah 90 persen (Gambar 2.2 dan
daftaran pada awal tahun ajaran baru, sedangkan                      Tabel 2.1).
Susenas tidak selalu pada tahun ajaran baru.
                                                                     Sekolah lanjutan tingkat pertama dan madrasah
Angka Partisipasi Kasar. Angka Partisipasi Murni                     tsanawiyah (SLTP/MTs). Akses pendidikan tingkat
juga berbeda cukup signifikan dengan Angka Par-                       SLTP/MTs mengalami peningkatan secara signifi-
tisipasi Kasar (APK). Menurut data Depdiknas, pada                   kan selama dilaksanakannya Program Wajib Belajar
2002 APK SD/MI telah mencapai 112 persen, secara                     Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, yaitu sejak 1994.
signifikan lebih besar dibanding APM yang baru 94                     APM jenjang SLTP/MTs naik dari 41,9 persen pada
persen. Hal itu menunjukkan banyaknya siswa yang                     1992 menjadi 61,6 persen pada 2002, sedangkan
berusia di bawah tujuh tahun (underage) dan di atas                  APK naik dari 65,7 persen pada 1995 menjadi 79,8
12 tahun (overage). Data Depdiknas menunjukkan                       persen pada 2002 (Tabel 2.3). Namun angka parti-
bahwa siswa SD/MI yang berusia kurang dari tujuh                     sipasi itu belum cukup tinggi untuk mencapai APK
tahun sebesar 10,3 persen dan siswa yang berusia                     90 persen sebagai target penuntasan Wajib Bela-
di atas 12 tahun sebanyak 4,9 persen. Dengan di-                     jar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun pada 2008.
mungkinkannya anak usia di bawah tujuh tahun                         Angka partisipasi di SLTP/MTs perlu diukur dengan
untuk mengikuti pendidikan di SD/MI, maka jum-                       menggunakan APK mengingat banyaknya murid
lahnya cenderung meningkat, terutama di daerah                       yang berusia di bawah 13 tahun dan di atas 15 tahun
perkotaan. Di sisi lain, adanya anak-anak usia di atas               yang bersekolah di tingkat ini.
12 tahun yang masih di SD disebabkan oleh dua
kemungkinan. Pertama, anak-anak itu masuk SD                         Disparitas APM dan APK SLTP/MTs. Berbeda de-
di atas usia tujuh tahun, misalnya pada 2000/2001                    ngan jenjang SD/MI, partisipasi pendidikan jenjang
ada sekitar 42,2 persen murid baru kelas I SD/MI                     SLTP/MTs menunjukan masih adanya perbedaan
yang berusia delapan tahun ke atas. Kedua, adanya                    antara pedesaan dan perkotaan serta antar kelom-
anak-anak yang mengulang kelas, sehingga mereka                      pok pengeluaran konsumsi keluarga meskipun per-
baru dapat menyelesaikan SD pada usia di atas                        bedaan antara laki-laki dan perempuan tidak tam-
12 tahun.                                                            pak nyataa (Tabel 2.4a, 2.4b). APM pedesaan baru




a
    Lihat pembahasan Tujuan 3 tentang kesetaraan gender.




                                                                                                                                   37
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia




                     Gambar 2.2. Angka partisipasi murni SD/MI dan SLTP/MTs, 2002
      APM SLTP/MTs




                      * Tidak semua propinsi ditampilkan             APM SD/MI
                     ** Angka Maluku dan Papua adalah
                        data 2001

                     Sumber: Susenas




     mencapai 54,1 persen, sementara daerah perkotaan
     71,9 persen. Selanjutnya, APM kelompok 20 persen
                                                                   Proporsi murid yang menyelesaikan
     penduduk termiskin (kuantil 1) baru mencapai 49,9             pendidikan dasar
     persen, sangat berbeda tajam dengan kelompok
     terkaya (kuantil 5) yang telah mencapai 72,3 persen.          Murid yang dapat bertahan hingga kelas 5. Pro-
     APK SLTP/MTs juga bervariasi antara pedesaan (69,7            porsi murid yang memulai pendidikannya dari ke-
     persen) dan perkotaan (93,5 persen), dan antara ke-           las 1 dan dapat bertahan hingga kelas 5 meningkat
     lompok penduduk termiskin (64,8 persen) dengan                dari 74,7 persen pada 1991 menjadi 82,2 persen
     kelompok penduduk terkaya (94,6 persen). Dis-                 pada 2002.
     paritas APM yang tajam juga terjadi antarprovinsi
     (Gambar 2.2). Masih banyak provinsi yang memiliki             Angka kelulusan pendidikan dasar. Proporsi murid
     APM di bawah 60 persen seperti Gorontalo, Nusa                kelas 1 yang berhasil menamatkan sekolah dasarnya
     Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Barat, Sulawesi              dan selanjutnya menyelesaikan sembilan tahun
     Selatan, Sulawesi Tengah, Kalimantan Tengah, Kali-            pendidikan dasar, dapat dilihat pada arus siswa
     mantan Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Nusa Teng-             pendidikan dasar (Gambar 2.3), yang menunjukkan
     gara Barat (NTB). Data Susenas 2001 memperlihat-              proporsi siswa yang menyelesaikan satu siklus pen-
     kan APM 40,5 persen untuk Provinsi Papua.                     didikan dasar tertentu. Gambar itu secara implisit




38
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia




  Gambar 2.3. Proporsi murid kelas 1 yang menyelesaikan pendidikan dasar (kohort)




  Sumber: Departeman Pendidikan Nasional




mengindikasikan tingkat kesuksesan pelaksanaan         tuk menyelesaikan pendidikan dasar; kedua, adanya
program wajib belajar serta kemajuan tingkat pe-       siswa putus sekolah, baik di tingkat SD/MI maupun
nyelesaian pendidikan dasar dalam kurun waktu 11       di SLTP/MTs, dan tidak masuk ke dalam lembaga
tahun. Dari data arus siswa yang masuk SD tahun        pendidikan alternatif lain; dan ketiga, adanya lulusan
1982/1983, hanya 32,1 persen yang lulus dari SLTP      SD/MI atau yang setara yang tidak melanjutkan ke
pada 1990/1991, menyelesaikan sembilan tahun           SLTP/MTs atau ke lembaga setara yang menawarkan
pendidikan dasar. Sementara, 46,8 persen arus siswa    pendidikan luar sekolah. Mereka yang tidak mampu
yang masuk SD/MI pada 1993/1994 menyelesaikan          menyelesaikan pendidikan dasar, terutama yang
pendidikan dasarnya pada 2001/2002.                    terjadi di tingkat SD/MI merupakan faktor potensial
                                                       untuk menjadi warga buta huruf.
Penyelesaian pendidikan dasar yang tidak tepat
waktu. Masih besar proporsi anak-anak yang tidak       Angka mengulang dan angka putus sekolah.
menyelesaikan pendidikan dasar dalam kurun wak-        Perbaikan tingkat penyelesaian pendidikan dasar
tu sembilan tahun. Dari seluruh siswa baru kelas 1     dari dua arus siswa di atas (1982/83 dan 1993/94)
SD/MI pada 1982/1983 ada 67,9 presen yang tidak        dapat disebabkan oleh adanya penurunan angka
atau belum dapat menyelesaikannya dalam kurun          mengulang kelas, penurunan angka putus sekolah,
waktu sembilan tahun. Fenomena serupa terjadi          dan peningkatan angka melanjutkan dari SD/MI ke
pada siklus 1993/94 sampai dengan 2001/02, 53,2        SLTP/MTs, atau kombinasi dari ketiganya. Kesemua
persen siswa tidak dapat menyelesaikan pendidikan      perbaikan itu antara lain merupakan dampak posi-
dasar tepat waktu. Hal ini bisa terjadi karena: per-   tif dari program wajib belajar sembilan tahun yang
tama, adanya siswa yang mengulang kelas sehingga       telah dilakukan selama ini. Namun persentase lulus-
membutuhkan waktu lebih dari sembilan tahun un-        an SD/MI yang melanjutkan pendidikan ke tingkat




                                                                                                                     39
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia




                            Gambar 2.4. Angka mengulang dan angka putus sekolah SD/MI
                                        dan SLTP/MTs, 2002
      Angka putus sekolah




                            Sumber: Susenas                          Angka mengulang

     SLTP/MTs masih relatif rendah dan angka meng-                 oleh anak-anak usia 7–15 tahun yang putus sekolah
     ulang serta angka putus sekolah masih perlu ditu-             dari SD/MI maupun dari SLTP/MTs.
     runkan lagi. Pada 2000/2001 angka putus sekolah
     SD/MI sebesar 2,6 persen dan SLTP sebesar 4,4                 Variasi antarprovinsi. Gambar 2.4 menunjuk-
     persen. Pada saat yang sama angka mengulang SD                kan bahwa kecilnya angka di tingkat nasional me-
     sebesar 5,9 persen dan SLTP sebesar 0,3 persen.               nyembunyikan kenyataan variasi angka mengulang
     Perlu ada perhatian khusus pada tingginya angka               dan putus sekolah di tingkat provinsi. Angka meng-
     mengulang kelas, khususnya di tingkat SD/MI,                  ulang bervariasi dari 2,7 persen hingga 13,5 persen,
     karena angka mengulang tidak hanya berpengaruh                sementara angkat putus sekolah antara di bawah
     besar pada tingkat penyelesaian sekolah, tetapi               satu persen hingga di atas delapan persen.
     juga berhubungan erat dengan angka putus seko-
     lah (Gambar 2.4). Lembaga pendidikan alternatif
     perlu diefektifkan dan dibuat mudah terjangkau                Tingkat melek huruf penduduk
                  Gambar 2.5. Angka Melek Huruf                    Tingkat melek huruf penduduk usia 15–24 tahun.
                  %
                                                                   Secara nasional tingkat melek huruf penduduk usia
                                                                   15–24 tahun ke atas meningkat dari 96,2 persen
                                                                   pada 1990 menjadi 98,7 persen pada 2002 (Tabel 2.5
                                                                   dan Gambar 2.5). Penduduk yang masih buta huruf
                                                                   diperkirakan adalah mereka yang berada di daerah
                                                                   yang sulit dijangkau pelayanan pendidikan dan pe-
                                                                   nyandang cacat. Perbaikan tingkat melek huruf pada
                                                                   kelompok usia ini disebabkan oleh meningkatnya
                  Sumber: Susenas




40
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia




   Gambar 2.6. Angka melek huruf penduduk usia           Gambar 2.7. Angka melek huruf penduduk usia
               15-24 tahun menurut kota/desa dan                     15 tahun ke atas menurut kota/
               kuantil kemiskinan                                     desa dan kuantil kemiskinan
   %                                                     %




   Sumber: Susenas                                       Sumber: Susenas




partisipasi pendidikan dasar serta meningkatnya       Tantangan
proporsi siswa SD/MI yang dapat menyelesaikan
sekolahnya sampai kelas 5. Proporsi siswa kelas 1     Walaupun pelaksanaan program pendidikan dasar
yang berhasil menyelesaikan sekolah sampai kelas      sembilan tahun, khususnya pada empat tahun per-
5 meningkat dari 74,7 persen pada 1991 menjadi        tama sejak dicanangkan, dapat dikatakan berhasil,
82,2 persen pada 2002. Memang masih terdapat          terdapat sejumlah masalah dan tantangan yang
perbedaan antara daerah perkotaan dan pedesaan        harus diselesaikan, sebagaimana dibahas dalam
serta antara yang kaya dan yang miskin. Meskipun      bagian sebelumnya. Karena itu, kebijakan, strategi,
demikian, kesenjangan ini telah semakin sempit        dan program penuntasan program pendidikan dasar
bila dibandingkan dengan keadaan pada 1995            sembilan tahun yang akan datang hendaknya lebih
(Gambar 2.6).                                         memperhatikan masalah-masalah tersebut di atas.


Tingkat melek huruf penduduk usia lanjut. Apa-
bila kelompok usia diperluas menjadi 15 tahun ke      Kebijakan dan program
atas, tingkat melek huruf penduduk menjadi lebih
rendah. Meskipun demikian, peningkatan juga
telah terjadi dari 87,1 persen pada 1995 menjadi      Kebijakan pokok pendidikan dasar
91,7 persen pada 2002 (Gambar 2.5). Disparitas
yang besar juga terjadi pada kelompok umur ini,       • Meningkatkan akses dan perluasan kesempatan
yaitu antara penduduk pedesaan dan perkotaan              belajar bagi semua anak usia pendidikan dasar,
serta antara tingkat kemiskinan yang dihitung ber-        dengan target utama daerah dan masyarakat
dasarkan pengeluaran keluarga (Gambar 2.7). Dari          miskin, terpencil, dan terisolasi.
tahun ke tahun, tingkat melek huruf telah mening-     • Meningkatkan kualitas dan relevansi pendidik-
kat di hampir semua kelompok. Migrasi dari desa           an dasar, sehingga setiap tamatan mempunyai
ke kota diduga menjadi faktor pengaruh dalam              kompetensi dasar yang dapat digunakan untuk
mandeknya atau turunnya kecenderungan tingkat             hidup dalam masyarakat atau melanjutkan pen-
melek huruf di antara kelompok miskin kota dari           didikan ke jenjang yang lebih tinggi.
1998 ke 2002.




                                                                                                                    41
Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia




     • Meningkatkan efisiensi manajemen pendaya-                       kan jumlah siswa masuk sekolah (enrollment).
        gunaan sumber daya pendidikan dan meng-                       Sementara itu, program-program kegiatan yang
        upayakan agar semua lembaga pendidikan                        kurang esensial agar dikaji ulang dan memobil-
        dasar dapat melaksanakan fungsinya secara                     isasi sumber daya yang mendukungnya untuk
        lebih efisien dan efektif.                                     mempertahankan dan meningkatkan program
     • Meningkatkan akses pendidikan dasar harus di-                  pendidikan dasar.
        lakukan bersama-sama dengan perbaikan mutu                 • Memberikan peluang yang lebih besar kepada
        pendidikan. Dengan demikian, penuntasan pro-                  sekolah-sekolah swasta dan lembaga pendidikan
        gram pendidikan dasar tidak dapat dipisahkan                  yang berbasis masyarakat untuk lebih berpartisi-
        dari upaya peningkatan mutu.                                  pasi dalam pelaksanaan pendidikan dasar.
                                                                   • Mengupayakan untuk menangani secara lebih
     Strategi pelaksanaan untuk kebijakan di atas men-                efektif target-target masyarakat yang tidak ter-
     cakup:                                                           jangkau (miskin, terpencil, terisolasi) melalui
     • Melaksanakan gerakan nasional penuntasan                       pendekatan dan program pendidikan alternatif,
        program pendidikan dasar dengan partisipasi                   untuk meningkatkan persamaan akses pendidi-
        semua kekuatan masyarakat, seperti orang tua,                 kan dasar.
        tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyara-                 • Pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar di-
        kat, dunia industri, dan usahawan, sehingga                   tangani secara lokal, dengan memperhatikan
        pelaksanaan penuntasan program ini betul-betul                setiap potensi dan tantangan yang ada, dengan
        merupakan gerakan sosial (community-based                     memberikan kewenangan penuh dan tanggung
        education).                                                   jawab pelaksanaan kepada pemerintah kabu-
     • Meningkatkan dan memperkuat program-pro-                       paten/kota dengan didukung oleh pemerintah
        gram esensial yang telah ada untuk meningkat-                 provinsi dan pusat.




42

More Related Content

Viewers also liked

T pryor a day in the life
T pryor  a day in the lifeT pryor  a day in the life
T pryor a day in the lifetpryorp3
 
οικοσύστημα Vs σύστημα. αναπτύσσοντας μια ολιστική στρατηγική για κινητά ερμη...
οικοσύστημα Vs σύστημα. αναπτύσσοντας μια ολιστική στρατηγική για κινητά ερμη...οικοσύστημα Vs σύστημα. αναπτύσσοντας μια ολιστική στρατηγική για κινητά ερμη...
οικοσύστημα Vs σύστημα. αναπτύσσοντας μια ολιστική στρατηγική για κινητά ερμη...Έλενα Λαγούδη
 
Veterans Day Discounts 2012
Veterans Day Discounts 2012 Veterans Day Discounts 2012
Veterans Day Discounts 2012 Noel Waterman
 
Dcc sale of flats presentation 20101[1]
Dcc sale of flats presentation 20101[1]Dcc sale of flats presentation 20101[1]
Dcc sale of flats presentation 20101[1]ruairimcginley
 
Bharata Muni & Executive's Body Language
Bharata Muni & Executive's Body LanguageBharata Muni & Executive's Body Language
Bharata Muni & Executive's Body LanguageNimal Namboodiripad
 
Aneboda chest-of-drawers-with-3-drawers-80x100x40-cm -_dr14_pub
Aneboda chest-of-drawers-with-3-drawers-80x100x40-cm -_dr14_pubAneboda chest-of-drawers-with-3-drawers-80x100x40-cm -_dr14_pub
Aneboda chest-of-drawers-with-3-drawers-80x100x40-cm -_dr14_pubhepline
 
WebXpress Solutions Profile
WebXpress Solutions ProfileWebXpress Solutions Profile
WebXpress Solutions ProfileWebXpress
 
5 December 2012 1ABCT Weekly Newsletter
5 December 2012 1ABCT Weekly Newsletter5 December 2012 1ABCT Weekly Newsletter
5 December 2012 1ABCT Weekly NewsletterNoel Waterman
 
1st Engineer Battalion November Newsletter
1st Engineer Battalion November Newsletter 1st Engineer Battalion November Newsletter
1st Engineer Battalion November Newsletter Noel Waterman
 
Il web marketing dei siti pubblici del turismo
Il web marketing dei siti pubblici del turismoIl web marketing dei siti pubblici del turismo
Il web marketing dei siti pubblici del turismoTurismo Cervia
 
Web development(kewal)
Web development(kewal)Web development(kewal)
Web development(kewal)Kewal Pradhan
 
Larvicidal activity of mousticide in rice husk and wettable powder formulatio...
Larvicidal activity of mousticide in rice husk and wettable powder formulatio...Larvicidal activity of mousticide in rice husk and wettable powder formulatio...
Larvicidal activity of mousticide in rice husk and wettable powder formulatio...entogenex
 

Viewers also liked (18)

T pryor a day in the life
T pryor  a day in the lifeT pryor  a day in the life
T pryor a day in the life
 
οικοσύστημα Vs σύστημα. αναπτύσσοντας μια ολιστική στρατηγική για κινητά ερμη...
οικοσύστημα Vs σύστημα. αναπτύσσοντας μια ολιστική στρατηγική για κινητά ερμη...οικοσύστημα Vs σύστημα. αναπτύσσοντας μια ολιστική στρατηγική για κινητά ερμη...
οικοσύστημα Vs σύστημα. αναπτύσσοντας μια ολιστική στρατηγική για κινητά ερμη...
 
Veterans Day Discounts 2012
Veterans Day Discounts 2012 Veterans Day Discounts 2012
Veterans Day Discounts 2012
 
Dcc sale of flats presentation 20101[1]
Dcc sale of flats presentation 20101[1]Dcc sale of flats presentation 20101[1]
Dcc sale of flats presentation 20101[1]
 
Bharata Muni & Executive's Body Language
Bharata Muni & Executive's Body LanguageBharata Muni & Executive's Body Language
Bharata Muni & Executive's Body Language
 
Aneboda chest-of-drawers-with-3-drawers-80x100x40-cm -_dr14_pub
Aneboda chest-of-drawers-with-3-drawers-80x100x40-cm -_dr14_pubAneboda chest-of-drawers-with-3-drawers-80x100x40-cm -_dr14_pub
Aneboda chest-of-drawers-with-3-drawers-80x100x40-cm -_dr14_pub
 
Losing a pound
Losing a poundLosing a pound
Losing a pound
 
WebGIS Implementatie tips
WebGIS Implementatie tipsWebGIS Implementatie tips
WebGIS Implementatie tips
 
Program tahunan
Program tahunanProgram tahunan
Program tahunan
 
WebXpress Solutions Profile
WebXpress Solutions ProfileWebXpress Solutions Profile
WebXpress Solutions Profile
 
5 December 2012 1ABCT Weekly Newsletter
5 December 2012 1ABCT Weekly Newsletter5 December 2012 1ABCT Weekly Newsletter
5 December 2012 1ABCT Weekly Newsletter
 
Mamografie
MamografieMamografie
Mamografie
 
1st Engineer Battalion November Newsletter
1st Engineer Battalion November Newsletter 1st Engineer Battalion November Newsletter
1st Engineer Battalion November Newsletter
 
Il web marketing dei siti pubblici del turismo
Il web marketing dei siti pubblici del turismoIl web marketing dei siti pubblici del turismo
Il web marketing dei siti pubblici del turismo
 
Web development(kewal)
Web development(kewal)Web development(kewal)
Web development(kewal)
 
Ehlel
EhlelEhlel
Ehlel
 
Viðskiptabladid 19mars2009
Viðskiptabladid 19mars2009Viðskiptabladid 19mars2009
Viðskiptabladid 19mars2009
 
Larvicidal activity of mousticide in rice husk and wettable powder formulatio...
Larvicidal activity of mousticide in rice husk and wettable powder formulatio...Larvicidal activity of mousticide in rice husk and wettable powder formulatio...
Larvicidal activity of mousticide in rice husk and wettable powder formulatio...
 

Similar to Indonesia

Peningkatan kualitas pendidikan pdf
Peningkatan kualitas pendidikan pdfPeningkatan kualitas pendidikan pdf
Peningkatan kualitas pendidikan pdfmaziyatul2
 
Komposisi penduduk pendidikan
Komposisi penduduk   pendidikanKomposisi penduduk   pendidikan
Komposisi penduduk pendidikanEka Arya
 
Manajemen strategis pembangunan daerah bidang pendidikan kabupaten pekalongan...
Manajemen strategis pembangunan daerah bidang pendidikan kabupaten pekalongan...Manajemen strategis pembangunan daerah bidang pendidikan kabupaten pekalongan...
Manajemen strategis pembangunan daerah bidang pendidikan kabupaten pekalongan...adi
 
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...Nandang Sukmara
 
Petunjuk pelaksanaan bsm
Petunjuk pelaksanaan bsmPetunjuk pelaksanaan bsm
Petunjuk pelaksanaan bsmNandang Sukmara
 
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...Nandang Sukmara
 
Petunjuk pelaksanaan bsm
Petunjuk pelaksanaan bsmPetunjuk pelaksanaan bsm
Petunjuk pelaksanaan bsmNandang Sukmara
 
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solokUpaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solokPosdaya Solok
 
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solokUpaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solokPosdaya Solok
 
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solokUpaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solokPosdaya Solok
 
Putus sekolah kenaikan bbm kr
Putus sekolah kenaikan bbm krPutus sekolah kenaikan bbm kr
Putus sekolah kenaikan bbm krSuyanto Suyanto
 
Putus sekolah kenaikan bbm kr
Putus sekolah kenaikan bbm krPutus sekolah kenaikan bbm kr
Putus sekolah kenaikan bbm krSuyanto Suyanto
 

Similar to Indonesia (20)

Peningkatan kualitas pendidikan pdf
Peningkatan kualitas pendidikan pdfPeningkatan kualitas pendidikan pdf
Peningkatan kualitas pendidikan pdf
 
Pendidikan
PendidikanPendidikan
Pendidikan
 
Komposisi penduduk pendidikan
Komposisi penduduk   pendidikanKomposisi penduduk   pendidikan
Komposisi penduduk pendidikan
 
Manajemen strategis pembangunan daerah bidang pendidikan kabupaten pekalongan...
Manajemen strategis pembangunan daerah bidang pendidikan kabupaten pekalongan...Manajemen strategis pembangunan daerah bidang pendidikan kabupaten pekalongan...
Manajemen strategis pembangunan daerah bidang pendidikan kabupaten pekalongan...
 
29bab 20081123201837__1279__28
29bab  20081123201837__1279__2829bab  20081123201837__1279__28
29bab 20081123201837__1279__28
 
Education Journal
Education JournalEducation Journal
Education Journal
 
Hapuskan un sd:mi
Hapuskan un sd:miHapuskan un sd:mi
Hapuskan un sd:mi
 
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...
 
Petunjuk pelaksanaan bsm
Petunjuk pelaksanaan bsmPetunjuk pelaksanaan bsm
Petunjuk pelaksanaan bsm
 
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...
Panduan pelaksanaan beasiswa miskin (bsm) khususnya bagi sekolah menengah per...
 
Petunjuk pelaksanaan bsm
Petunjuk pelaksanaan bsmPetunjuk pelaksanaan bsm
Petunjuk pelaksanaan bsm
 
Kemitraan uppks
Kemitraan uppksKemitraan uppks
Kemitraan uppks
 
Bab i ok
Bab i okBab i ok
Bab i ok
 
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solokUpaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solok
 
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solokUpaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solok
 
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solokUpaya pencapaian mdg’s melalui posdaya  di kabupaten solok
Upaya pencapaian mdg’s melalui posdaya di kabupaten solok
 
Putus sekolah kenaikan bbm kr
Putus sekolah kenaikan bbm krPutus sekolah kenaikan bbm kr
Putus sekolah kenaikan bbm kr
 
Putus sekolah kenaikan bbm kr
Putus sekolah kenaikan bbm krPutus sekolah kenaikan bbm kr
Putus sekolah kenaikan bbm kr
 
Women and-education
Women and-educationWomen and-education
Women and-education
 
Ke60 d7~1
Ke60 d7~1Ke60 d7~1
Ke60 d7~1
 

Recently uploaded

KISI-KISI DAN KARTU SOAL INFORMATIKA PAKET A.docx
KISI-KISI DAN KARTU SOAL INFORMATIKA PAKET A.docxKISI-KISI DAN KARTU SOAL INFORMATIKA PAKET A.docx
KISI-KISI DAN KARTU SOAL INFORMATIKA PAKET A.docxrulimustiyawan37
 
Implementasi Model pembelajaran STEAM Holistik-Integratif Berbasis Digital Me...
Implementasi Model pembelajaran STEAM Holistik-Integratif Berbasis Digital Me...Implementasi Model pembelajaran STEAM Holistik-Integratif Berbasis Digital Me...
Implementasi Model pembelajaran STEAM Holistik-Integratif Berbasis Digital Me...Shoffan shoffa
 
DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3
DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3
DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3sekolah9304
 
BMMB 1134 KETERAMPILAN BERBAHASA HALANGAN KOMUNIKASI
BMMB 1134 KETERAMPILAN BERBAHASA HALANGAN KOMUNIKASIBMMB 1134 KETERAMPILAN BERBAHASA HALANGAN KOMUNIKASI
BMMB 1134 KETERAMPILAN BERBAHASA HALANGAN KOMUNIKASIwanalifhikmi
 
MATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptx
MATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptxMATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptx
MATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptxSuarniSuarni5
 
power point mengenai akhlak remaja: menghindari tawuran
power point mengenai akhlak remaja: menghindari tawuranpower point mengenai akhlak remaja: menghindari tawuran
power point mengenai akhlak remaja: menghindari tawuranapriandanu
 
Paparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptx
Paparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptxPaparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptx
Paparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptxagunk4
 
Makna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdf
Makna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdfMakna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdf
Makna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdfAdindaRizkiThalia
 
materi PPT tentang cerita inspiratif kelas 9 smp
materi PPT tentang cerita inspiratif kelas 9 smpmateri PPT tentang cerita inspiratif kelas 9 smp
materi PPT tentang cerita inspiratif kelas 9 smpAanSutrisno
 
DOKUMEN PENJAJARAN_KSSR MATEMATIK TAHAP 1_EDISI 3.pdf
DOKUMEN PENJAJARAN_KSSR MATEMATIK TAHAP 1_EDISI 3.pdfDOKUMEN PENJAJARAN_KSSR MATEMATIK TAHAP 1_EDISI 3.pdf
DOKUMEN PENJAJARAN_KSSR MATEMATIK TAHAP 1_EDISI 3.pdfssuserb45274
 
Tanqihul Qoul Bab 14 - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptx
Tanqihul Qoul Bab 14  - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptxTanqihul Qoul Bab 14  - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptx
Tanqihul Qoul Bab 14 - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptxMMuminSholih
 
Kelompok 1_Pengantar Komunikasi Pendidikan.pdf
Kelompok 1_Pengantar Komunikasi Pendidikan.pdfKelompok 1_Pengantar Komunikasi Pendidikan.pdf
Kelompok 1_Pengantar Komunikasi Pendidikan.pdf2210130220024
 
Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada Murid
Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada MuridAksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada Murid
Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada MuridDonyAndriSetiawan
 
PTS Genap 7, 8 & US 9 SMP 51 dan HK 2024.pdf
PTS Genap 7, 8 & US 9 SMP 51 dan HK 2024.pdfPTS Genap 7, 8 & US 9 SMP 51 dan HK 2024.pdf
PTS Genap 7, 8 & US 9 SMP 51 dan HK 2024.pdfSMP Hang Kasturi, Batam
 
Kisi-kisi PTS Kelas 8 semester 2 kurikulum merdeka
Kisi-kisi PTS Kelas 8 semester 2 kurikulum merdekaKisi-kisi PTS Kelas 8 semester 2 kurikulum merdeka
Kisi-kisi PTS Kelas 8 semester 2 kurikulum merdekahellenchanel31
 
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdf
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdfkeutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdf
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdfatsira1
 
Materi Presentasi PPT Komunitas belajar 2.pptx
Materi Presentasi PPT Komunitas belajar 2.pptxMateri Presentasi PPT Komunitas belajar 2.pptx
Materi Presentasi PPT Komunitas belajar 2.pptxnursamsi40
 
MATERI PESANTREN KILAT RAMADHAN AQIDAH ISLAM.pptx
MATERI PESANTREN KILAT RAMADHAN  AQIDAH ISLAM.pptxMATERI PESANTREN KILAT RAMADHAN  AQIDAH ISLAM.pptx
MATERI PESANTREN KILAT RAMADHAN AQIDAH ISLAM.pptxSuarniSuarni5
 
Dinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptx
Dinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptxDinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptx
Dinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptxFritzPieterMichaelNa
 

Recently uploaded (20)

KISI-KISI DAN KARTU SOAL INFORMATIKA PAKET A.docx
KISI-KISI DAN KARTU SOAL INFORMATIKA PAKET A.docxKISI-KISI DAN KARTU SOAL INFORMATIKA PAKET A.docx
KISI-KISI DAN KARTU SOAL INFORMATIKA PAKET A.docx
 
Implementasi Model pembelajaran STEAM Holistik-Integratif Berbasis Digital Me...
Implementasi Model pembelajaran STEAM Holistik-Integratif Berbasis Digital Me...Implementasi Model pembelajaran STEAM Holistik-Integratif Berbasis Digital Me...
Implementasi Model pembelajaran STEAM Holistik-Integratif Berbasis Digital Me...
 
DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3
DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3
DSKP KSSM Kurikulum Bersepadu Dini LAM Tingkatan 3
 
BMMB 1134 KETERAMPILAN BERBAHASA HALANGAN KOMUNIKASI
BMMB 1134 KETERAMPILAN BERBAHASA HALANGAN KOMUNIKASIBMMB 1134 KETERAMPILAN BERBAHASA HALANGAN KOMUNIKASI
BMMB 1134 KETERAMPILAN BERBAHASA HALANGAN KOMUNIKASI
 
MATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptx
MATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptxMATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptx
MATERI PESANTREN KILAT SD PUASA II .pptx
 
power point mengenai akhlak remaja: menghindari tawuran
power point mengenai akhlak remaja: menghindari tawuranpower point mengenai akhlak remaja: menghindari tawuran
power point mengenai akhlak remaja: menghindari tawuran
 
Paparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptx
Paparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptxPaparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptx
Paparan Model Kompetensi Kepala Sekolah.pptx
 
Makna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdf
Makna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdfMakna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdf
Makna, hukum, hikmah dan keutamaan puasa.pdf
 
materi PPT tentang cerita inspiratif kelas 9 smp
materi PPT tentang cerita inspiratif kelas 9 smpmateri PPT tentang cerita inspiratif kelas 9 smp
materi PPT tentang cerita inspiratif kelas 9 smp
 
DOKUMEN PENJAJARAN_KSSR MATEMATIK TAHAP 1_EDISI 3.pdf
DOKUMEN PENJAJARAN_KSSR MATEMATIK TAHAP 1_EDISI 3.pdfDOKUMEN PENJAJARAN_KSSR MATEMATIK TAHAP 1_EDISI 3.pdf
DOKUMEN PENJAJARAN_KSSR MATEMATIK TAHAP 1_EDISI 3.pdf
 
Tanqihul Qoul Bab 14 - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptx
Tanqihul Qoul Bab 14  - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptxTanqihul Qoul Bab 14  - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptx
Tanqihul Qoul Bab 14 - Keutamaan Ibadah Fardhu.pptx
 
DEFINISI DAN KONTEKS MANAJEMEN ISU DAN KRISIS.pptx
DEFINISI DAN KONTEKS MANAJEMEN ISU DAN KRISIS.pptxDEFINISI DAN KONTEKS MANAJEMEN ISU DAN KRISIS.pptx
DEFINISI DAN KONTEKS MANAJEMEN ISU DAN KRISIS.pptx
 
Kelompok 1_Pengantar Komunikasi Pendidikan.pdf
Kelompok 1_Pengantar Komunikasi Pendidikan.pdfKelompok 1_Pengantar Komunikasi Pendidikan.pdf
Kelompok 1_Pengantar Komunikasi Pendidikan.pdf
 
Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada Murid
Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada MuridAksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada Murid
Aksi Nyata Guru Penggerak Modul 3.3. Program Berdampak Positif pada Murid
 
PTS Genap 7, 8 & US 9 SMP 51 dan HK 2024.pdf
PTS Genap 7, 8 & US 9 SMP 51 dan HK 2024.pdfPTS Genap 7, 8 & US 9 SMP 51 dan HK 2024.pdf
PTS Genap 7, 8 & US 9 SMP 51 dan HK 2024.pdf
 
Kisi-kisi PTS Kelas 8 semester 2 kurikulum merdeka
Kisi-kisi PTS Kelas 8 semester 2 kurikulum merdekaKisi-kisi PTS Kelas 8 semester 2 kurikulum merdeka
Kisi-kisi PTS Kelas 8 semester 2 kurikulum merdeka
 
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdf
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdfkeutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdf
keutamaan dan hikmah shaalat fardhu .pdf
 
Materi Presentasi PPT Komunitas belajar 2.pptx
Materi Presentasi PPT Komunitas belajar 2.pptxMateri Presentasi PPT Komunitas belajar 2.pptx
Materi Presentasi PPT Komunitas belajar 2.pptx
 
MATERI PESANTREN KILAT RAMADHAN AQIDAH ISLAM.pptx
MATERI PESANTREN KILAT RAMADHAN  AQIDAH ISLAM.pptxMATERI PESANTREN KILAT RAMADHAN  AQIDAH ISLAM.pptx
MATERI PESANTREN KILAT RAMADHAN AQIDAH ISLAM.pptx
 
Dinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptx
Dinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptxDinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptx
Dinamika atmosfer dan Dampaknya terhadap kehidupan.pptx
 

Indonesia

  • 1. TUJUAN 2 Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua 35
  • 2. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia Tujuan 2: Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua Target 3: Memastikan pada 2015 semua anak-anak di mana pun, laki-laki maupun perempuan, dapat menyelesaikan pendidikan dasar.a Indikator: • Angka Partisipasi Murni di sekolah dasar. • Angka Partisipasi Murni di sekolah lanjutan pertama. • Proporsi murid yang berhasil mencapai kelas 5. • Proporsi murid di kelas 1 yang berhasil menamatkan sekolah dasar. • Proporsi murid di kelas 1 yang berhasil menyelesaikan sembilan tahun pendidikan dasar. • Angka melek huruf usia 15–24 tahun. Keadaan dan kecenderungan meningkatkan partisipasi pendidikan dasar dengan indikator kinerja pencapaian Angka Partisipasi Kasar Pengantar. Untuk meningkatkan pembangunan (APK) jenjang SLTP/MTs mencapai 90 persen persen suatu bangsa diperlukan critical mass di bidang paling lambat pada 2008, dan meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini membutuhkan adanya persen- pendidikan dasar yang pada saat ini masih di bawah tase penduduk dengan tingkat pendidikan yang standar nasional. memadai untuk mendukung pembangunan eko- nomi dan sosial yang cepat. Program pendidikan Angka partisipasi dasar sembilan tahun merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan critical mass itu dan Angka partisipasi tingkat sekolah dasar. Data membekali anak didik dengan ketrampilan dan Susenas menunjukkan adanya perbaikan Angka Par- pengetahuan dasar: untuk melanjutkan ke jenjang tisipasi Murni (APM) jenjang SD/MI untuk anak usia pendidikan yang lebih tinggi, untuk bekal men- 7–12 tahun dari 88,7 persen pada 1992 menjadi an- jalani kehidupan dalam masyarakat, untuk membuat tara 92–93 persen selama tiga tahun terakhir (Gam- pilihan-pilihan dan memanfaatkan produk-produk Gambar 2.1. Angka partisipasi murni, SD/MI dan berteknologi tinggi, untuk mengadakan interaksi % SLTP/MTs dan kompetisi antar warga masyarakat, kelompok, dan antar bangsa. Target. Target MDG adalah menjamin bahwa sam- pai dengan 2015, semua anak, di mana pun, laki- laki dan perempuan, dapat menyelesaikan sekolah dasar. Target itu sejalan dengan target Program Wa- jib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, yaitu Sumber: Susenas a Indonesia menetapkan Pendidikan Dasar Sembilan Tahun: enam tahun di sekolah dasar (anak usia 7–12 tahun) dan tiga tahun di SLTP (anak usia 13–15 tahun). Dengan demikian, sasaran MDG untuk Indonesia lebih tinggi dari pada standar internasional untuk pendidikan dasar. 36
  • 3. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia bar 2.1). Sementara itu, Data Departemen Pendidi- Disparitas APM dan APK SD/MI. Analisis lebih kan Nasional menunjukkan APM yang lebih tinggi, lanjut berdasarkan data Susenas 2002 diketahui yaitu 94 persen. Perbedaan angka antara Susenas bahwa APM dan APK SD/MI yang tinggi terjadi dan data Depdiknas dapat terjadi karena sistem pada semua kelompok masyarakat. Tidak ada per- pendataan yang berbeda. Pertama, Susenas meng- bedaan yang signifikan antara daerah pedesaan gunakan pendataan berdasarkan tempat tinggal, dan perkotaan, antara laki-laki dan perempuan, sementara Depdiknas menggunakan data dari lapo- dan antar kelompok ekonomi masyarakat yang ran sekolah yang memungkinkan terjadinya penghi- diukur menggunakan pengeluaran konsumsi kelu- tungan ganda karena adanya anak yang sekolah di arga (Tabel 2.2a dan 2.2b). Namun terdapat variasi lebih dari satu tempat. Kedua, waktu pelaksanaan APM di antara provinsi, bahkan beberapa provinsi yang berbeda; data Depdiknas adalah data pen- memiliki APM di bawah 90 persen (Gambar 2.2 dan daftaran pada awal tahun ajaran baru, sedangkan Tabel 2.1). Susenas tidak selalu pada tahun ajaran baru. Sekolah lanjutan tingkat pertama dan madrasah Angka Partisipasi Kasar. Angka Partisipasi Murni tsanawiyah (SLTP/MTs). Akses pendidikan tingkat juga berbeda cukup signifikan dengan Angka Par- SLTP/MTs mengalami peningkatan secara signifi- tisipasi Kasar (APK). Menurut data Depdiknas, pada kan selama dilaksanakannya Program Wajib Belajar 2002 APK SD/MI telah mencapai 112 persen, secara Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, yaitu sejak 1994. signifikan lebih besar dibanding APM yang baru 94 APM jenjang SLTP/MTs naik dari 41,9 persen pada persen. Hal itu menunjukkan banyaknya siswa yang 1992 menjadi 61,6 persen pada 2002, sedangkan berusia di bawah tujuh tahun (underage) dan di atas APK naik dari 65,7 persen pada 1995 menjadi 79,8 12 tahun (overage). Data Depdiknas menunjukkan persen pada 2002 (Tabel 2.3). Namun angka parti- bahwa siswa SD/MI yang berusia kurang dari tujuh sipasi itu belum cukup tinggi untuk mencapai APK tahun sebesar 10,3 persen dan siswa yang berusia 90 persen sebagai target penuntasan Wajib Bela- di atas 12 tahun sebanyak 4,9 persen. Dengan di- jar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun pada 2008. mungkinkannya anak usia di bawah tujuh tahun Angka partisipasi di SLTP/MTs perlu diukur dengan untuk mengikuti pendidikan di SD/MI, maka jum- menggunakan APK mengingat banyaknya murid lahnya cenderung meningkat, terutama di daerah yang berusia di bawah 13 tahun dan di atas 15 tahun perkotaan. Di sisi lain, adanya anak-anak usia di atas yang bersekolah di tingkat ini. 12 tahun yang masih di SD disebabkan oleh dua kemungkinan. Pertama, anak-anak itu masuk SD Disparitas APM dan APK SLTP/MTs. Berbeda de- di atas usia tujuh tahun, misalnya pada 2000/2001 ngan jenjang SD/MI, partisipasi pendidikan jenjang ada sekitar 42,2 persen murid baru kelas I SD/MI SLTP/MTs menunjukan masih adanya perbedaan yang berusia delapan tahun ke atas. Kedua, adanya antara pedesaan dan perkotaan serta antar kelom- anak-anak yang mengulang kelas, sehingga mereka pok pengeluaran konsumsi keluarga meskipun per- baru dapat menyelesaikan SD pada usia di atas bedaan antara laki-laki dan perempuan tidak tam- 12 tahun. pak nyataa (Tabel 2.4a, 2.4b). APM pedesaan baru a Lihat pembahasan Tujuan 3 tentang kesetaraan gender. 37
  • 4. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia Gambar 2.2. Angka partisipasi murni SD/MI dan SLTP/MTs, 2002 APM SLTP/MTs * Tidak semua propinsi ditampilkan APM SD/MI ** Angka Maluku dan Papua adalah data 2001 Sumber: Susenas mencapai 54,1 persen, sementara daerah perkotaan 71,9 persen. Selanjutnya, APM kelompok 20 persen Proporsi murid yang menyelesaikan penduduk termiskin (kuantil 1) baru mencapai 49,9 pendidikan dasar persen, sangat berbeda tajam dengan kelompok terkaya (kuantil 5) yang telah mencapai 72,3 persen. Murid yang dapat bertahan hingga kelas 5. Pro- APK SLTP/MTs juga bervariasi antara pedesaan (69,7 porsi murid yang memulai pendidikannya dari ke- persen) dan perkotaan (93,5 persen), dan antara ke- las 1 dan dapat bertahan hingga kelas 5 meningkat lompok penduduk termiskin (64,8 persen) dengan dari 74,7 persen pada 1991 menjadi 82,2 persen kelompok penduduk terkaya (94,6 persen). Dis- pada 2002. paritas APM yang tajam juga terjadi antarprovinsi (Gambar 2.2). Masih banyak provinsi yang memiliki Angka kelulusan pendidikan dasar. Proporsi murid APM di bawah 60 persen seperti Gorontalo, Nusa kelas 1 yang berhasil menamatkan sekolah dasarnya Tenggara Timur (NTT), Kalimantan Barat, Sulawesi dan selanjutnya menyelesaikan sembilan tahun Selatan, Sulawesi Tengah, Kalimantan Tengah, Kali- pendidikan dasar, dapat dilihat pada arus siswa mantan Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Nusa Teng- pendidikan dasar (Gambar 2.3), yang menunjukkan gara Barat (NTB). Data Susenas 2001 memperlihat- proporsi siswa yang menyelesaikan satu siklus pen- kan APM 40,5 persen untuk Provinsi Papua. didikan dasar tertentu. Gambar itu secara implisit 38
  • 5. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia Gambar 2.3. Proporsi murid kelas 1 yang menyelesaikan pendidikan dasar (kohort) Sumber: Departeman Pendidikan Nasional mengindikasikan tingkat kesuksesan pelaksanaan tuk menyelesaikan pendidikan dasar; kedua, adanya program wajib belajar serta kemajuan tingkat pe- siswa putus sekolah, baik di tingkat SD/MI maupun nyelesaian pendidikan dasar dalam kurun waktu 11 di SLTP/MTs, dan tidak masuk ke dalam lembaga tahun. Dari data arus siswa yang masuk SD tahun pendidikan alternatif lain; dan ketiga, adanya lulusan 1982/1983, hanya 32,1 persen yang lulus dari SLTP SD/MI atau yang setara yang tidak melanjutkan ke pada 1990/1991, menyelesaikan sembilan tahun SLTP/MTs atau ke lembaga setara yang menawarkan pendidikan dasar. Sementara, 46,8 persen arus siswa pendidikan luar sekolah. Mereka yang tidak mampu yang masuk SD/MI pada 1993/1994 menyelesaikan menyelesaikan pendidikan dasar, terutama yang pendidikan dasarnya pada 2001/2002. terjadi di tingkat SD/MI merupakan faktor potensial untuk menjadi warga buta huruf. Penyelesaian pendidikan dasar yang tidak tepat waktu. Masih besar proporsi anak-anak yang tidak Angka mengulang dan angka putus sekolah. menyelesaikan pendidikan dasar dalam kurun wak- Perbaikan tingkat penyelesaian pendidikan dasar tu sembilan tahun. Dari seluruh siswa baru kelas 1 dari dua arus siswa di atas (1982/83 dan 1993/94) SD/MI pada 1982/1983 ada 67,9 presen yang tidak dapat disebabkan oleh adanya penurunan angka atau belum dapat menyelesaikannya dalam kurun mengulang kelas, penurunan angka putus sekolah, waktu sembilan tahun. Fenomena serupa terjadi dan peningkatan angka melanjutkan dari SD/MI ke pada siklus 1993/94 sampai dengan 2001/02, 53,2 SLTP/MTs, atau kombinasi dari ketiganya. Kesemua persen siswa tidak dapat menyelesaikan pendidikan perbaikan itu antara lain merupakan dampak posi- dasar tepat waktu. Hal ini bisa terjadi karena: per- tif dari program wajib belajar sembilan tahun yang tama, adanya siswa yang mengulang kelas sehingga telah dilakukan selama ini. Namun persentase lulus- membutuhkan waktu lebih dari sembilan tahun un- an SD/MI yang melanjutkan pendidikan ke tingkat 39
  • 6. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia Gambar 2.4. Angka mengulang dan angka putus sekolah SD/MI dan SLTP/MTs, 2002 Angka putus sekolah Sumber: Susenas Angka mengulang SLTP/MTs masih relatif rendah dan angka meng- oleh anak-anak usia 7–15 tahun yang putus sekolah ulang serta angka putus sekolah masih perlu ditu- dari SD/MI maupun dari SLTP/MTs. runkan lagi. Pada 2000/2001 angka putus sekolah SD/MI sebesar 2,6 persen dan SLTP sebesar 4,4 Variasi antarprovinsi. Gambar 2.4 menunjuk- persen. Pada saat yang sama angka mengulang SD kan bahwa kecilnya angka di tingkat nasional me- sebesar 5,9 persen dan SLTP sebesar 0,3 persen. nyembunyikan kenyataan variasi angka mengulang Perlu ada perhatian khusus pada tingginya angka dan putus sekolah di tingkat provinsi. Angka meng- mengulang kelas, khususnya di tingkat SD/MI, ulang bervariasi dari 2,7 persen hingga 13,5 persen, karena angka mengulang tidak hanya berpengaruh sementara angkat putus sekolah antara di bawah besar pada tingkat penyelesaian sekolah, tetapi satu persen hingga di atas delapan persen. juga berhubungan erat dengan angka putus seko- lah (Gambar 2.4). Lembaga pendidikan alternatif perlu diefektifkan dan dibuat mudah terjangkau Tingkat melek huruf penduduk Gambar 2.5. Angka Melek Huruf Tingkat melek huruf penduduk usia 15–24 tahun. % Secara nasional tingkat melek huruf penduduk usia 15–24 tahun ke atas meningkat dari 96,2 persen pada 1990 menjadi 98,7 persen pada 2002 (Tabel 2.5 dan Gambar 2.5). Penduduk yang masih buta huruf diperkirakan adalah mereka yang berada di daerah yang sulit dijangkau pelayanan pendidikan dan pe- nyandang cacat. Perbaikan tingkat melek huruf pada kelompok usia ini disebabkan oleh meningkatnya Sumber: Susenas 40
  • 7. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia Gambar 2.6. Angka melek huruf penduduk usia Gambar 2.7. Angka melek huruf penduduk usia 15-24 tahun menurut kota/desa dan 15 tahun ke atas menurut kota/ kuantil kemiskinan desa dan kuantil kemiskinan % % Sumber: Susenas Sumber: Susenas partisipasi pendidikan dasar serta meningkatnya Tantangan proporsi siswa SD/MI yang dapat menyelesaikan sekolahnya sampai kelas 5. Proporsi siswa kelas 1 Walaupun pelaksanaan program pendidikan dasar yang berhasil menyelesaikan sekolah sampai kelas sembilan tahun, khususnya pada empat tahun per- 5 meningkat dari 74,7 persen pada 1991 menjadi tama sejak dicanangkan, dapat dikatakan berhasil, 82,2 persen pada 2002. Memang masih terdapat terdapat sejumlah masalah dan tantangan yang perbedaan antara daerah perkotaan dan pedesaan harus diselesaikan, sebagaimana dibahas dalam serta antara yang kaya dan yang miskin. Meskipun bagian sebelumnya. Karena itu, kebijakan, strategi, demikian, kesenjangan ini telah semakin sempit dan program penuntasan program pendidikan dasar bila dibandingkan dengan keadaan pada 1995 sembilan tahun yang akan datang hendaknya lebih (Gambar 2.6). memperhatikan masalah-masalah tersebut di atas. Tingkat melek huruf penduduk usia lanjut. Apa- bila kelompok usia diperluas menjadi 15 tahun ke Kebijakan dan program atas, tingkat melek huruf penduduk menjadi lebih rendah. Meskipun demikian, peningkatan juga telah terjadi dari 87,1 persen pada 1995 menjadi Kebijakan pokok pendidikan dasar 91,7 persen pada 2002 (Gambar 2.5). Disparitas yang besar juga terjadi pada kelompok umur ini, • Meningkatkan akses dan perluasan kesempatan yaitu antara penduduk pedesaan dan perkotaan belajar bagi semua anak usia pendidikan dasar, serta antara tingkat kemiskinan yang dihitung ber- dengan target utama daerah dan masyarakat dasarkan pengeluaran keluarga (Gambar 2.7). Dari miskin, terpencil, dan terisolasi. tahun ke tahun, tingkat melek huruf telah mening- • Meningkatkan kualitas dan relevansi pendidik- kat di hampir semua kelompok. Migrasi dari desa an dasar, sehingga setiap tamatan mempunyai ke kota diduga menjadi faktor pengaruh dalam kompetensi dasar yang dapat digunakan untuk mandeknya atau turunnya kecenderungan tingkat hidup dalam masyarakat atau melanjutkan pen- melek huruf di antara kelompok miskin kota dari didikan ke jenjang yang lebih tinggi. 1998 ke 2002. 41
  • 8. Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia • Meningkatkan efisiensi manajemen pendaya- kan jumlah siswa masuk sekolah (enrollment). gunaan sumber daya pendidikan dan meng- Sementara itu, program-program kegiatan yang upayakan agar semua lembaga pendidikan kurang esensial agar dikaji ulang dan memobil- dasar dapat melaksanakan fungsinya secara isasi sumber daya yang mendukungnya untuk lebih efisien dan efektif. mempertahankan dan meningkatkan program • Meningkatkan akses pendidikan dasar harus di- pendidikan dasar. lakukan bersama-sama dengan perbaikan mutu • Memberikan peluang yang lebih besar kepada pendidikan. Dengan demikian, penuntasan pro- sekolah-sekolah swasta dan lembaga pendidikan gram pendidikan dasar tidak dapat dipisahkan yang berbasis masyarakat untuk lebih berpartisi- dari upaya peningkatan mutu. pasi dalam pelaksanaan pendidikan dasar. • Mengupayakan untuk menangani secara lebih Strategi pelaksanaan untuk kebijakan di atas men- efektif target-target masyarakat yang tidak ter- cakup: jangkau (miskin, terpencil, terisolasi) melalui • Melaksanakan gerakan nasional penuntasan pendekatan dan program pendidikan alternatif, program pendidikan dasar dengan partisipasi untuk meningkatkan persamaan akses pendidi- semua kekuatan masyarakat, seperti orang tua, kan dasar. tokoh masyarakat, lembaga swadaya masyara- • Pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar di- kat, dunia industri, dan usahawan, sehingga tangani secara lokal, dengan memperhatikan pelaksanaan penuntasan program ini betul-betul setiap potensi dan tantangan yang ada, dengan merupakan gerakan sosial (community-based memberikan kewenangan penuh dan tanggung education). jawab pelaksanaan kepada pemerintah kabu- • Meningkatkan dan memperkuat program-pro- paten/kota dengan didukung oleh pemerintah gram esensial yang telah ada untuk meningkat- provinsi dan pusat. 42