Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia baik dari segi luas wilayah maupun jumlah pulaunya (17.480 pulau), dengan garis pantai terpanjang ke empat (95.150 km) setelah Kanada, USA dan Rusia Federasi. Berdasarkan konvensi PBB tahun 1982, tentang hukum laut, wilayah laut yang dapat dimanfaatkan seluas 5,8 juta km2 (3,1 juta km2 perairan teritorial dan 2,7 juta km2 Zona Ekonomi Ekslusif) (Lukito, 2009).
Ikan adalah salah satu bentuk sumberdaya alam yang bersifat renewable atau mempunyai sifat dapat pulih / dapat memperbaharui diri. Sumberdaya ikan pada umumnya mempunyai sifat open access dan common property yang artinya pemanfaatan bersifat terbuka oleh siapa saja dan kepemilikannya bersifat umum.
Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan. Dalam statistik perikanan yang dimaksud dengan perikanan adalah kegiatan ekonomi dalam bidang penangkapan ikan dan atau pembudidayaan ikan serta pasca panen ikan (Dinas Perikanan Dan Kelautan Propinsi Jawa Timur, 2004).
Upaya memanfaatkan sumberdaya perikanan laut secara optimal dan lestari, merupakan tuntutan yang sangat mendesak bagi kemakmuran rakyat, terutama untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat,memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta peningkatan ekspor untuk menghasilkan devisa Negara (Yahya, 2009).
Potensi lestari sumber daya ikan (SDI) laut Indonesia sekitar 6,4 juta ton per tahun, atau 7,5 persen dari total potensi lestari ikan laut dunia. Saat ini tingkat pemanfaatan ikan Indonesia baru mencapai 4,4 juta ton per tahun. Dua tahun lalu Indonesia berhasil membukukan jumlah ikan tangkapan sebesar 6,4 juta ton ikan, yang diprediksi akan naik menjadi 9 juta ton pada tahun 2008 (Tokoh Indonesia.Com, 2009 ).
Propinsi Jawa Timur mempunyai luas perairan 208.138 km2 meliputi Selat Madura, Laut Jawa, Selat Bali dan Samudera Indonesia dengan panjang garis pantai 1.600 km, merupakan salah satu sentra kegiatan ekonomi yang menghubungkan Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia (KTI). Di sepanjang pantainya dapat dijumpai beragam sumberdaya alam mulai dari hutan bakau, padang lamun, terumbu karang, hutan, migas, sumberdaya mineral. Dengan luas laut 142.560 km2, termasuk Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), memiliki panjang garis pantai lebih kurang 800 km, menyimpan sumber daya alam laut yang melimpah. Di sektor perikanan tangkapan, Jawa Timur memiliki potensi sebesar 1,7 juta ton per tahun. Potensi lestari 804.612,8 ton per tahun, tapi baru dimanfaatkan 453.034,05 ton per tahun atau 56,30% saja dari potensi yang ada. Total tangkapan itu sebagian besar (sekitar 87,98%) diperoleh dari usaha penangkapan di kawasan pantai utara, sisanya (12,12%) didapat dari penangkapan di pantai selatan (Lukito, 2009).
Hasil |Manajemen Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kabupaten Pacit...Andi Mahardika
4. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG
4.1 Hasil Observasi, Wawancara dan Dokumentasi
4.1.1 Pengembangan dan Operasi PPP Tamperan
Pengembangan PPI Tamperan dimulai sejak tahun 2003 yang dibiayai dari dana APBN (Dekosentrasi), DAK Non DR (Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi), APBD Propinsi Jawa Timur, APBD Kabupaten Pacitan.
a. Operasional Tahap I (Opersional Minimal)
Agar dapat dioperasionalkan secara minimal, yaitu kolam pelabuhan dan dermaga serta fasilitas darat dapat dimanfaatkan kapal yang berukuran sampai 10 GT, maka pekerjaan yang dilaksanakan adalah:
1) Penyelesaian breakwater sisi kiri sepanjang 86,7 meter.
2) Pembangunan dermaga dengan konstruksi coison sepanjang 226 meter.
3) Pengerukan sebanyak 20.299 m³.
4) Fasilitas darat.
b. Operasional Tahap II (Operasional Penuh)
Pada operasional tahap II ini, yaitu kolam pelabuhan dan dermaga serta fasilitas darat dapat dimanfaatkan secara penuh kapal-kapal yang berukuran 30 GT – 100 GT, maka pekerjaan yang dilaksanakan berupa:
1) Penyelesaian breakwater sisi kanan sepanjang 247 meter.
2) Dermaga konstruksi coison sepanjang 143 meter.
3) Pengerukan kolam dengan volume 34.500 m³.
4) Fasilitas darat.
Dana yang diperlukan untuk operasional tahap II sebesar Rp 52,4 milyar. Kebutuhan dana ini akan direncanakan secara bertahap pada tahun anggaran 2008 sampai dengan tahun anggaran 2010 (Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur, 2006).
4.1.2 Pelaksanaan Pembangunan (Revitalisasi) PPP Tamperan
Tingkat pembangunan PPP Tamperan saat ini masih 70%. Untuk itu pembangunan masih terus dilakukan agar ada peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan. Sehingga bisa meningkatkan kegiatan operasional yang ada di pelabuhan. Langkah yang ditempuh dalam melakukan suatu pembangunan, pengadaan jasa atau fasilitas adalah sebagai berikut:
1) Membuat suatu usulan kegiatan yang berisi rencana pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pelabuhan kepada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.
2) Setelah disetujui maka akan pelabuhan akan mendapat Daftar Isian Kegiatan.
3) Setelah Daftar Isian Kegiatan diterima maka tahap pelaksanaan akan segera dilakukan.
4) Fasilitas yang sudah jadi akan diserahkan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan, kemudian diserahkan ke PPP.
5) Pelabuhan akan mengatur dan mengelola fasilitas berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2006 tentang tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku di DKP sebagai acuan operasional.
4.1.3 Tingkat Manajemen Operasional PPP Tamperan
a. Produksi Perikanan Laut
Perkembangan jumlah produksi perikanan laut di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tamperan tahun 2008 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tugas 1 Mata Kuliah Kenautikaan (3 SKS), Nama : Pratiwi, NIM : 13102290001, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2022
Hasil |Manajemen Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kabupaten Pacit...Andi Mahardika
4. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANG
4.1 Hasil Observasi, Wawancara dan Dokumentasi
4.1.1 Pengembangan dan Operasi PPP Tamperan
Pengembangan PPI Tamperan dimulai sejak tahun 2003 yang dibiayai dari dana APBN (Dekosentrasi), DAK Non DR (Dana Alokasi Khusus Non Dana Reboisasi), APBD Propinsi Jawa Timur, APBD Kabupaten Pacitan.
a. Operasional Tahap I (Opersional Minimal)
Agar dapat dioperasionalkan secara minimal, yaitu kolam pelabuhan dan dermaga serta fasilitas darat dapat dimanfaatkan kapal yang berukuran sampai 10 GT, maka pekerjaan yang dilaksanakan adalah:
1) Penyelesaian breakwater sisi kiri sepanjang 86,7 meter.
2) Pembangunan dermaga dengan konstruksi coison sepanjang 226 meter.
3) Pengerukan sebanyak 20.299 m³.
4) Fasilitas darat.
b. Operasional Tahap II (Operasional Penuh)
Pada operasional tahap II ini, yaitu kolam pelabuhan dan dermaga serta fasilitas darat dapat dimanfaatkan secara penuh kapal-kapal yang berukuran 30 GT – 100 GT, maka pekerjaan yang dilaksanakan berupa:
1) Penyelesaian breakwater sisi kanan sepanjang 247 meter.
2) Dermaga konstruksi coison sepanjang 143 meter.
3) Pengerukan kolam dengan volume 34.500 m³.
4) Fasilitas darat.
Dana yang diperlukan untuk operasional tahap II sebesar Rp 52,4 milyar. Kebutuhan dana ini akan direncanakan secara bertahap pada tahun anggaran 2008 sampai dengan tahun anggaran 2010 (Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur, 2006).
4.1.2 Pelaksanaan Pembangunan (Revitalisasi) PPP Tamperan
Tingkat pembangunan PPP Tamperan saat ini masih 70%. Untuk itu pembangunan masih terus dilakukan agar ada peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan. Sehingga bisa meningkatkan kegiatan operasional yang ada di pelabuhan. Langkah yang ditempuh dalam melakukan suatu pembangunan, pengadaan jasa atau fasilitas adalah sebagai berikut:
1) Membuat suatu usulan kegiatan yang berisi rencana pembangunan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pelabuhan kepada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap.
2) Setelah disetujui maka akan pelabuhan akan mendapat Daftar Isian Kegiatan.
3) Setelah Daftar Isian Kegiatan diterima maka tahap pelaksanaan akan segera dilakukan.
4) Fasilitas yang sudah jadi akan diserahkan kepada Dinas Kelautan dan Perikanan, kemudian diserahkan ke PPP.
5) Pelabuhan akan mengatur dan mengelola fasilitas berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2006 tentang tarif atas jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku di DKP sebagai acuan operasional.
4.1.3 Tingkat Manajemen Operasional PPP Tamperan
a. Produksi Perikanan Laut
Perkembangan jumlah produksi perikanan laut di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tamperan tahun 2008 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tugas 1 Mata Kuliah Kenautikaan (3 SKS), Nama : Pratiwi, NIM : 13102290001, Dosen Pengampu: Luhur Moekti Prayogo, S.Si., M.Eng, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas PGRI Ronggolawe Tuban 2022
Slide presentasi Alat tangkap purse seine merupakan slide presentasi materi kuliah metode penangkapan ikan pada program studi Teknologi Penangkapan Ikan
Slide presentasi Alat tangkap purse seine merupakan slide presentasi materi kuliah metode penangkapan ikan pada program studi Teknologi Penangkapan Ikan
JURNAL PDP VOL 2 NO1 Benny Agus Setiono Fasilitas Pelabuhanbennyagussetiono
PERANAN FASILITAS PELABUHAN DALAM MENUNJANG KEGIATAN BONGKAR MUAT DI DIVISI TERMINAL JAMRUD
PT. PELABUHAN INDONESIA III (Persero) CABANG TANJUNG PERAK SURABAYA
power point sumber daya alam laut yang di buat oleh anak anak kreatif kelas al fatih ponpes bumi Shalawat..anak anak itu adalah Rifqi fahrudin,A.Shobrur ridlo,M.ali fikri alan s.,dan Jundu muhammad m.i
Ppt wawasan kemaritiman kelompok 1B Kelas farmasi A 2015 UHOhapsah farmasi
PPT Wawasan kemaratiman 2/3 laut kelompok 1B kelas farmasi A 2015 Universitas Halu Oleo Kendari
1. hapsah roh hidayatullah
2. imrok atun sholikha
3. husni
KESIMPULAN DAN SARAN Kajian Kecepatan Penarikan Purse Line dan Waktu Penangka...Andi Mahardika
5.1 Kesimpulan
• Jumlah purse seiner yang berbasis di Kota Probolinggo, mengalami penurunan. Alat tangkap purse seine, telah sesuai dengan Standard Nasional Indonesia. Alat bantu yang digunakan adalah lampu sebagai atraktor dan gardan sebagai penarik purse line, yang menggunakan mesin utama kapal (main engine) sebagai tenaga penggerak.
• Kecepatan penarikan purse line, berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Kecepatan yang optimal adalah 1,49 m/s dengan hasil tangkapan 1.138 kg. Hasil tangkapan terendah (5 kg), didapat dari kecepatan penarikan purse line 1,07 m/s.
• Waktu penangkapan, berpengaruh terhadap hasil tangkapan. Hasil tangkapan terbaik terjadi pada saat fase bulan gelap dengan hasil tangkapan sebanyak 14.716 kg. Hasil tangkapan terbaik pada jam 02.00 WIB dengan hasil tangkapan sebanyak 2.543 kg.
5.2 Saran
• Untuk mempercepat dan mempermudah proses hauling jaring purse seine, sebaiknya mempergunakan power block sebagai alat bantu penangkapan ikan.
• Agar lebih efektif dalam menarik perhatian ikan, sebaiknya menggunakan rumpon dan “lampu celup laut dalam” sebagai auxiliary equipment.
• Untuk menentukan waktu penangkapan yang baik berdasarkan fase bulan, sebaiknya diterbitkan kalender khusus bagi nelayan yang mencantumkan fase bulan dan kolom pencatatan hasil tangkapan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian Kecepatan Penarikan Purse Line dan Waktu Penangka...Andi Mahardika
HASIL DAN PEMBAHASAN Kajian Kecepatan Penarikan Purse Line dan Waktu Penangkapan Terhadap Hasil Tangkapan Purse Seiner yang Berbasis di Kota Probolinggo Provinsi Jawa Timur
DAFTAR LAMPIRAN Kajian Kecepatan Penarikan Purse Line dan Waktu Penangkapan T...Andi Mahardika
DAFTAR LAMPIRAN Kajian Kecepatan Penarikan Purse Line dan Waktu Penangkapan Terhadap Hasil Tangkapan Purse Seiner yang Berbasis di Kota Probolinggo Provinsi Jawa Timur
DAFTAR GAMBAR Kajian Kecepatan Penarikan Purse Line dan Waktu Penangkapan Ter...Andi Mahardika
DAFTAR GAMBAR Kajian Kecepatan Penarikan Purse Line dan Waktu Penangkapan Terhadap Hasil Tangkapan Purse Seiner yang Berbasis di Kota Probolinggo Provinsi Jawa Timur
DAFTAR TABEL Kajian Kecepatan Penarikan Purse Line dan Waktu Penangkapan Terh...Andi Mahardika
DAFTAR TABEL Kajian Kecepatan Penarikan Purse Line dan Waktu Penangkapan Terhadap Hasil Tangkapan Purse Seiner yang Berbasis di Kota Probolinggo Provinsi Jawa Timur
Daftar Lampiran Manajemen Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kabupa...Andi Mahardika
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Peta Lokasi Praktek Kerja Lapang …………………………………. 70
2. Foto Lokasi Praktek Kerja Lapang………………..………………… 71
3. Kegiatan Praktek Kerja Lapang…………………………………….. 72
4. Pas Masuk Wilayah Kerja Pelabuhan Perikanan…………………. 74
5. Nota Lelang dan Form Produksi Perikanan Laut di TPI………….. 75
6. Form Laporan Harian Produksi Ikan PPP Tamperan dan Form
Monitoring Harian Harga Ikan……………………………………….. 76
7. Surat Laik Operasi (SLO) Kapal Perikanan……………….……….. 77
8. Mekanisme Lelang di TPI……………………………………………. 78
9. Pencatatan Data di TPI,
Proses Pengiriman Laporan di TPI ke DKP,
Proses Pengiriman Laporan di UPT Perikanan dan Kelautan
Kecamatan Pacitan ke DKP Kabupaten Pacitan…………………… 79
10. Pencatatan Data Kunjungan Kapal............................................... 80
11. Data dan Dokumen dari BPPPP Tamperan Kabupaten Pacitan… 85
Sebuah buku foto yang berjudul Lensa Kampung Ondel-Ondelferrydmn1999
Indonesia, negara kepulauan yang kaya akan keragaman budaya, suku, dan tradisi, memiliki Jakarta sebagai pusat kebudayaan yang dinamis dan unik. Salah satu kesenian tradisional yang ikonik dan identik dengan Jakarta adalah ondel-ondel, boneka raksasa yang biasanya tampil berpasangan, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ondel-ondel awalnya dianggap sebagai simbol budaya sakral dan memainkan peran penting dalam ritual budaya masyarakat Betawi untuk menolak bala atau nasib buruk. Namun, seiring dengan bergulirnya waktu dan perubahan zaman, makna sakral ondel-ondel perlahan memudar dan berubah menjadi sesuatu yang kurang bernilai. Kini, ondel-ondel lebih sering digunakan sebagai hiasan atau sebagai sarana untuk mencari penghasilan. Buku foto Lensa Kampung Ondel-Ondel berfokus pada Keluarga Mulyadi, yang menghadapi tantangan untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel warisan leluhur di tengah keterbatasan ekonomi yang ada. Melalui foto cerita, foto feature dan foto jurnalistik buku ini menggambarkan usaha Keluarga Mulyadi untuk menjaga tradisi pembuatan ondel-ondel sambil menghadapi dilema dalam mempertahankan makna budaya di tengah perubahan makna dan keterbatasan ekonomi keluarganya. Buku foto ini dapat menggambarkan tentang bagaimana keluarga tersebut berjuang untuk menjaga warisan budaya mereka di tengah arus modernisasi.
Pendahuluan Manajemen Operasional Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kabupaten Pacitan Propinsi Jawa Timur
1. 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia baik dari segi
luas wilayah maupun jumlah pulaunya (17.480 pulau), dengan garis pantai
terpanjang ke empat (95.150 km) setelah Kanada, USA dan Rusia Federasi.
Berdasarkan konvensi PBB tahun 1982, tentang hukum laut, wilayah laut yang
dapat dimanfaatkan seluas 5,8 juta km2
(3,1 juta km2
perairan teritorial dan 2,7
juta km2
Zona Ekonomi Ekslusif) (Lukito, 2009).
Ikan adalah salah satu bentuk sumberdaya alam yang bersifat renewable
atau mempunyai sifat dapat pulih / dapat memperbaharui diri. Sumberdaya ikan
pada umumnya mempunyai sifat open access dan common property yang
artinya pemanfaatan bersifat terbuka oleh siapa saja dan kepemilikannya bersifat
umum.
Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan. Dalam statistik perikanan yang
dimaksud dengan perikanan adalah kegiatan ekonomi dalam bidang
penangkapan ikan dan atau pembudidayaan ikan serta pasca panen ikan (Dinas
Perikanan Dan Kelautan Propinsi Jawa Timur, 2004).
Upaya memanfaatkan sumberdaya perikanan laut secara optimal dan
lestari, merupakan tuntutan yang sangat mendesak bagi kemakmuran rakyat,
terutama untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan, pemenuhan kebutuhan
gizi masyarakat,memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, serta
peningkatan ekspor untuk menghasilkan devisa Negara (Yahya, 2009).
Potensi lestari sumber daya ikan (SDI) laut Indonesia sekitar 6,4 juta ton
per tahun, atau 7,5 persen dari total potensi lestari ikan laut dunia. Saat ini
2. 2
tingkat pemanfaatan ikan Indonesia baru mencapai 4,4 juta ton per tahun. Dua
tahun lalu Indonesia berhasil membukukan jumlah ikan tangkapan sebesar 6,4
juta ton ikan, yang diprediksi akan naik menjadi 9 juta ton pada tahun 2008
(Tokoh Indonesia.Com, 2009 ).
Propinsi Jawa Timur mempunyai luas perairan 208.138 km2
meliputi Selat
Madura, Laut Jawa, Selat Bali dan Samudera Indonesia dengan panjang garis
pantai 1.600 km, merupakan salah satu sentra kegiatan ekonomi yang
menghubungkan Kawasan Barat Indonesia (KBI) dan Kawasan Timur Indonesia
(KTI). Di sepanjang pantainya dapat dijumpai beragam sumberdaya alam mulai
dari hutan bakau, padang lamun, terumbu karang, hutan, migas, sumberdaya
mineral. Dengan luas laut 142.560 km2,
termasuk Zona Ekonomi Eksklusif
Indonesia (ZEEI), memiliki panjang garis pantai lebih kurang 800 km, menyimpan
sumber daya alam laut yang melimpah. Di sektor perikanan tangkapan, Jawa
Timur memiliki potensi sebesar 1,7 juta ton per tahun. Potensi lestari 804.612,8
ton per tahun, tapi baru dimanfaatkan 453.034,05 ton per tahun atau 56,30% saja
dari potensi yang ada. Total tangkapan itu sebagian besar (sekitar 87,98%)
diperoleh dari usaha penangkapan di kawasan pantai utara, sisanya (12,12%)
didapat dari penangkapan di pantai selatan (Lukito, 2009).
Wilayah perairan laut Jawa Timur dapat dibagi menjadi lima tipikal
wilayah sumberdaya, yaitu (a) Wilayah Utara yang merupakan perairan Laut
Jawa, dengan tipikal sumberdaya ikan yang di dominasi ikan layang (Decapterus
spp.) dan ikan kuniran (Upeneus spp.); (b) Wilayah Madura Kepulauan, dengan
tipikal sumberdaya ikan karang; (c) Wilayah Selat Madura dengan tipikal ikan
kurisi (Nemeptherus spp.); (d) Wilayah Laut Muncar dengan tipikal mono-species
ikan lemuru (Sardinella spp.) dan (e) Wilayah selatan dengan tipikal sumberdaya
ikan tongkol dan tuna (Thunnus spp.) ( Muhammad Sahri & Soemarno, 2009 ).
3. 3
Sumberdaya pesisir dan laut telah memberikan andil cukup besar dalam
pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Produksi perikanan tangkap propinsi Jawa
Timur pada tahun 2006 adalah 350.251,56 ton. Volume ekspor perikanan
mencapai 188.979,76 ton dengan nilai ekspor US $ 503.979,07 ribu. Meskipun
perikanan laut masih menjadi andalan, tetapi pemerintah Jawa Timur tetap
mengupayakan usaha budidaya perikanan darat. Andalan perikanan darat Jawa
Timur masih pada budidaya tambak yang jumlah produksinya cukup besar yaitu
sekitar 91.657 ton pertahun (www.bappeprop-jatim.go.id, 2009).
Kabupaten Pacitan terletak di ujung barat daya Propinsi Jawa Timur.
Letak geografis Pacitan berada antara 110°55’–111º25’ BT dan 7º55’-8º17’ LS.
Terletak 276 km sebelah barat daya kota Surabaya dengan letak geografis 405º
BT dan 755º817’ LS. Wilayahnya berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo di
utara, Kabupaten Trenggalek di timur, Samudera Hindia di selatan, serta
Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah) di barat. Sebagian besar wilayahnya berupa
pegunungan kapur, yakni bagian dari rangkaian Pegunungan Kidul. Tanah
tersebut kurang cocok untuk pertanian (www.eastjava.com, 2009).
Kabupaten Pacitan mempunyai luas wilayah 1.389,87 km² yang kondisi
alamnya sebagian besar terdiri dari bukit-bukit yang mengelilingi kabupaten.
Sedangkan wilayah kota Pacitan berupa daratan rendah. Selebihnya berupa
daerah pantai yang memanjang dari sebelah barat sampai timur di bagian
selatan. Pacitan adalah kecamatan yang menjadi ibukota Kabupaten Pacitan.
Secara keseluruhan, landscape kota Pacitan terletak di lembah. Tepinya berupa
Teluk Pacitan dan dialiri sungai Grindulu yang membentang dari wilayah selatan
menuju pantai Teleng Ria (www.eastjava.com, 2009).
Sekitar 63% dari Kabupaten Pacitan adalah daerah yang berfungsi
penting untuk hidrologis karena mempunyai tingkat kemiringan lebih dari 40%.
Berdasarkan ciri-ciri fisik tanahnya, Kabupaten Pacitan adalah bagian dari
4. 4
pegunungan kapur selatan yang bermula dari Gunung Kidul, Yogyakarta dan
membujur sampai daerah Trenggalek yang relatif tanahnya tandus. Dalam
struktur Pemerintahan Wilayah Administratif, Kabupaten Pacitan terbagi menjadi
12 kecamatan, 166 desa dan 5 kelurahan (www.eastjava.com, 2009).
Perairan Pacitan berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia
memiliki dasar perairan yang berkarang dengan ombak yang besar. Namun
perairan ini memiliki potensi perikanan yang sangat besar dan melimpah. Perlu
adanya pengelolaan sumberdaya perikanan yang ada dengan bertanggung
jawab.
Pelabuhan mulai dikenal sejak manusia mengenal transportasi air. Pada
awalnya pelabuhan hanyalah merupakan tepian dari perairan yang terlindung
dari gangguan alam. Pelabuhan mulai ada di sungai pedalaman yang jauh dari
laut. Sejak manusia menggunakan perahu untuk transportasi di lautan,
pelabuhan mengalami perkembangan, letaknya tidak lagi di pedalaman tetapi di
muara sungai atau teluk yang terlindung dari gangguan alami seperti serangan
ombak, angin, dan badai. Semakin lama pelabuhan tidak lagi menjadi tempat
labuh perahu-perahu tetapi juga sebagai pusat kegiatan masyarakat. Peran
kapal pun berkembang tidak hanya sebagai penangkap ikan atau perhubungan
penduduk antar pulau tetapi fungsinya semakin meluas menjadi alat transportasi
antar bangsa, pelabuhan pun menjadi tempat akulturasi kebudayaan dari
beberapa bangsa (Martinus, 2006).
Pelabuhan secara umum bisa diartikan sebagai tempat kapal berlabuh
dengan aman dan dapat melakukan bongkar muat barang serta turun naik
penumpang (Salim, 1994). Pelabuhan secara umum dapat diartikan sebagai
daerah yang terlindung dari gangguan alam seperti angin dan gelombang,
tempat berlabuh dan bertambatnya kapal-kapal untuk melakukan bongkar muat
barang dan penumpang.
5. 5
Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan
perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal
bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan / atau bongkar muat barang
yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang
Pelabuhan Perikanan (Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
No.10/MEN/2004).
Landasan hukum dari Pelabuhan Perikanan terdapat pada Peraturan
Menteri Perikanan dan Kelautan Nomor Per.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan
Perikanan bahwa: Sesuai dengan Pasal 41 Undang-Undang Nomor 31 Tahun
2004 tentang Perikanan, Pelabuhan Perikanan mempunyai peranan penting
dalam mendukung peningkatan produksi perikanan, memperlancar arus lalu
lintas kapal perikanan, mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat
perikanan, pelaksanaan dan pengendalian sumberdaya ikan, serta mempercepat
layanan terhadap kegiatan di bidang usaha perikanan.
Pembangunan Pelabuhan Perikanan dirancang sesuai dengan
kemampuan sumberdaya wilayah, termasuk sumberdaya kelautan, serta sesuai
dengan volume usaha perikanan di wilayah pengembangan perikanan yang telah
ditetapkan. Pelabuhan Perikanan dibagi menjadi 4 golongan, yaitu Pelabuhan
Perikanan Samudera (PPS) atau tipe A, Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
atau tipe B, Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) atau tipe C, dan Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) atau tipe D (Soewito, 2000).
Untuk mendukung kegiatan penangkapan ikan di laut perlu ditunjang
dengan tersedianya prasarana perikanan, terutama Pelabuhan Perikanan.
Pemerintah melalui Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur
membangun salah satu prasarana perikanan (Pelabuhan Perikanan) di kawasan
Kabupaten Pacitan. Pelabuhan tersebut yaitu Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)
6. 6
Tamperan, Pacitan. Pembangunan PPP Tamperan bertujuan untuk
meningkatkan produksi dan produktivitas usaha penangkapan ikan di Jawa
Timur, meningkatkan pemasaran hasil tangkap dan pengolahan ikan,
meningkatkan pendapatan nelayan, serta melakukan pembinaan kepada
nelayan.
Kantor Pelabuhan Perikanan berada di bawah dan bertanggungjawab
kepada Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur. Kantor pelabuhan
mempunyai tugas memberi pelayanan jasa lalu lintas angkutan laut, keamanan
dan keselamatan pelayaran, serta mengeluarkan surat perijinan kapal. Sebelum
berlayar dan melakukan operasi penangkapan ikan, suatu kapal perikanan harus
mempunyai beberapa surat yaitu surat ijin berlayar yang dikeluarkan oleh Kantor
Pelabuhan serta Surat Ijin Usaha Penangkapan Ikan (SIUP) dan Surat Ijin
Pengangkutan Ikan (SIPI) yang dikeluarkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan
(Widjayanto, 2009).
Dalam ilmu manajemen dikenal istilah siklus manajemen (management
cycle) yang berarti tindakan perencanaan (planning), diikuti kegiatan
pelaksanaan (organizing, coordinating, directing) serta kegiatan pengendalian
(controlling). Dari evaluasi nantinya akan diperoleh umpan balik (feed back)
berupa data perbaikan untuk keperluan perencanaan selanjutnya. Keseluruhan
pengelolaan Pelabuhan Perikanan merupakan penjabaran dari proses
manajemen yakni fungsi-fungsi manajemen sebagai operasinya, kepala
pelabuhan sebagai managernya dan organisasi pelabuhan perikanan sebagai
perangkat kerasnya. Dalam melaksanakan pengelolaan Pelabuhan Perikanan,
sesuai dengan struktur organisasi Pelabuhan Perikanan bahwa yang bertindak
sebagai manager adalah Kepala Pelabuhan. Oleh karena itu, seorang Kepala
Pelabuhan harus melaksanakan prinsip manajemen dalam pengelolaan
pelabuhan sehari-hari (Satriya, 2006).
7. 7
Menurut Kalalo (1996), operasional Pelabuhan Perikanan secara
sederhana adalah suatu pemanfaatan fasilitas yang ada di Pelabuhan Perikanan
untuk mendorong terselenggaranya kegiatan produksi dan jasa di bidang usaha
perikanan. Tingkat keuntungan ekonomis yang diperoleh Pelabuhan Perikanan
sebagai basis usaha berdasarkan indikator umum operasional, yaitu pendaratan
ikan, kunjungan kapal, penyaluran perbekalan kapal dan penyerapan tenaga
kerja.
Operasional Pelabuhan Perikanan harus ditingkatkan sesuai dengan
kemajuan usaha penangkapan dan pengembangan Pelabuhan Perikanan.
Pendayagunaan pembangunan prasarana Pelabuhan Perikanan sangat
tergantung kepada kemampuan menggerakkan unsur yang terlibat dalam
pemanfaatan fasilitas yang dapat memberikan kemudahan dan keuntungan bagi
usaha penangkapan. Usaha yang dimaksud adalah masyarakat nelayan,
Koperasi Unit Desa (KUD), pembeli ikan, penyalur barang dan jasa, serta
berbagai instansi pemerintah yang terkait (Direktorat Bina Prasarana, 1981).
Menurut Lubis (2000), suatu pengoperasian pelabuhan perikanan yang
berhasil diantaranya harus mencapai prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Baik atau berhasil jika ditinjau dari segi ekonomi.
2) Sistem pembongkaran dan pengelolaan yang efektif dan efisien.
3) Fleksibel dalam menghadapi perkembangan teknologi dan kemampuan
untuk melindungi nelayan.
4) Pengoperasian yang baik antara perilaku-perilaku yang berperan dalam
Pelabuhan Perikanan personal itu sendiri, nelayan, pengusaha
penangkapan, pedagang pengolah, koperasi dan organisasi-organisasi
lain.
8. 8
Manajemen pelabuhan merupakan pengelolaan pelabuhan yang meliputi
penilaian terhadap fasilitas Pelabuhan Perikanan yang meliputi alur pelayaran,
kolam pelabuhan, tambatan, dermaga bongkar muat dan sebagainya. Fasilitas
tersebut diharapkan berfungsi secara maksimal dalam hal ini adalah
pendayagunaan, sehingga kelancaran kegiatan operasional dapat berimbang
terhadap ukuran hasil kerja sebagaimana diharapkan. Jika fungsi itu tidak
dijalankan dengan baik maka akan berdampak buruk terhadap lancar tidaknya
operasional Pelabuhan Perikanan tersebut (Kramadibrata, 1985).
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktek kerja lapang ini yaitu untuk membandingkan teori
yang ada di perkuliahan dengan keadaan sebenarnya yang terjadi di lapang,
serta meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa sebagai wujud
aplikasi ilmu yang ada di perkuliahan untuk diaplikasikan di lapang.
Tujuan dari Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk:
1. Melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi, untuk mengetahui:
a. Keadaan umum di lokasi Praktek Kerja Lapang.
b. Pengembangan dan operasi PPP Tamperan.
c. Pelaksanaan pembangunan (revitalisasi) PPP Tamperan.
d. Tingkat manajemen operasional PPP Tamperan.
e. Organisasi dan tata kerja BPPPP Tamperan.
f. Sarana dan prasarana yang ada di PPP Tamperan.
g. Pengusahaan jasa oleh pelabuhan.
h. Pengendalian di PPP Tamperan.
i. Instansi dan lembaga yang terkait di PPP Tamperan.
j. Permasalahan yang dihadapi dan alternatif penanganannya.
k. Dampak pembangunan PPP Tamperan.
9. 9
2. Berpartisipasi dalam kegiatan operasional PPP Tamperan, yang meliputi:
a. Pencatatan data produksi perikanan laut.
b. Keamanan dan pengawasan sumberdaya perikanan.
c. Pencatatan data pasang surut.
d. Pencatatan data kunjungan kapal.
e. Pembuatan media informasi.
1.3 Kegunaan
Praktek Kerja Lapang ini diharapkan dapat dijadikan:
Penambah pengetahuan tentang keadaan dan fungsi PPP Tamperan.
Penambah pengetahuan dan keterampilan tentang kegiatan operasional
yang ada di Pelabuhan Perikanan.
Sebagai bahan informasi bagi masyarakat Kabupaten Pacitan pada
khususnya, dan masyarakat Jawa Timur pada umumnya.
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan pembangunan
perikanan di PPP Tamperan, bagi lembaga atau instansi terkait.
Sebagai bahan informasi dan referensi untuk penelitian lebih lanjut.
1.4 Tempat dan Waktu
Praktek Kerja Lapang ini dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Pantai
Tamperan Kabupaten Pacitan pada bulan Juli - Agustus 2009.