SlideShare a Scribd company logo
1 of 37
Tugas : KMB II
Dosen : Musriani, S.Kep, Ns

Asuhan Keperawatan Pada Pasien

“ Rhinitis, Tonsilitis(Amandel) &Tinnitus“

Disusun Oleh :

Kelompok 5
Rasap Jaseng

Azhari

Sectya Nendya Sukarno

Dwi Hardianti Sartika D.

LD. Rahmat L.
Muh. Aswin

Rosnawati
Yul Hirda

La Are

Siti Narni

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2011 / 2012

KATA PENGANTAR
“Syukur Alhamdulillah” ungkapan yang patutu dipanjatkan kehadirat Allah SWT
atas limpahan rahmat, kasih sayang dan pertolongan – Nya sehingga makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RHINITIS” ini dapat terselesaikan
sebagaimana yang diharapkan.Shalawat dan Taslim kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan
pengikutnya hingga hari kiamat.
Adalah penting bagi manasiswa memahami serta menginterprestaikan mengenai
KMB mengenai Asuhan Keperawatan pada berbagai penyakit khuusnya Asuhan Keperawatan
Pada Pasien PPOK.Oleh karena itu, penyusun merasa perlu penyajian makalah yang dapat
mendukung salah satu indikator pembelajaran KMB.
Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyampaikan bahwa makalah ini masih
banyak kekurang sehingga diperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
penyempurnaan makalah ini.Namun terlepas dari kekurangan yang ada, semoga makalah ini
dapatbermanfaat bagi para penggunanya “Mahasiswa AKPER PEMKAB MUNA”.

Raha, Oktober 2011

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. ii
BAB I

: PENDAHULUAN
A. Latar belakang ……………………………………………..

1

B. Permasalahan ……………………………………………..

1

C. Tujuan ………………………………………………………. 1
D. Metode Penulisan…………………………………………….
BAB II

: TINJAUAN TEORITIS………………………………………...
A.Pengertian ……………………………..…………………

2

B. Anatomi & Fisiologi…………………………………………..
C. Etiologi..............................………………………………….

2

D. Manifestasi Klinis…………………………………………….
E. Patofisiologi………………………………………………….
F. Komplikasi .............................................................................

3

G.Pemerikasaan Penunjang……………………………………..
H.Penatalaksanaan Medis………………………………………
BAB III

: KONSEP ASKEP PADA PASIEN RHINITIS………………………
A. Pengkajian ……………………………………………..……
B. Diagnosa……………………………………………………
C. Perencanaa………………………………………………….

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………
B. Saran……………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan
fungsional dibagi atas mukosa pernapasan (mukosa respiratori) dan mukosa hidung
(mukosa olfaktori). Mukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar pada rongga hidung
dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu (pseudo stratified columnar
ephitelium) yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel-sel goblet.
Alergi hidung adalah keadaan atopi yang aling sering dijumpai,
menyerang 20% dari populasi anak-anak dan dewasa muda di Amerika Utara dan Eropa
Barat. Di tempat lain, alergi hidung dan penyakit atopi lainnya kelihatannya lebih rendah,
terutama pada negara-negara yang kurang berkembang. Penderita Rhinitis alergika akan
mengalami hidung tersumbat berat, sekresi hidung yang berlebihan atau rhinore, dan
bersin yang terjadi berulang cepat.
Dalam makalah ini penulis membahas konsep teori anemia defisiensi besi
serta asuhan keperawatannya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan
masalah yaitu sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari Rhinitis alergika?
2. Apa Etiologi dari Rhinitis alergika?
3. Apa saja klasifikasi Rhinitis alergika ?
4. Bagaimanakah patofisiologis pada Rhinitis alergika?
5. Apa saja manifestasi dari Rhinitis alergika?
6. Pemerikasaan diagnostik apa saja yang perlu ?
7. Bagaimankah penatalaksanaan nya ?
8. Bagaimana cara pencegahannya ?
9. Apa saja komplikasi nya ?
10. Bagaimnakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Rhinitis alergika?

C. Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas
Sistem Hematologi & Imunologi yang berjudul ” Askep Rhinitis alergika”. Tujuan
khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada
rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep skoliosis serta proses
keperawatan dan pengkajiannya.

D. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini adalah dengan melakakan metode pustaka,
taitu dengan mencari reverensi – reverensi melalui buku – buku atau internet sebagai
acuan.
BAB II
PEMBAHASAN
“ ASKEP PADA PASIEN RHINITIS “
 Konsep Penyakit
A. Pengertian
1. Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang disebabkan oleh reaksi alergi pada
pasien-pasien yang memiliki atopi, yang sebelumnya sudah tersensitisasi atau
terpapar dengan allergen (zat/materi yang menyebabkan timbulnya alergi) yang sama
serta meliputi mekanisme pelepasan mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan
dengan allergen yang serupa (Von Pirquet, 1986).
2. Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala-gejala bersin-bersin,
keluarnya cairan dari hidung, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung
terpapar dengan allergen yang mekanisme ini diperantarai oleh IgE (WHO ARIA
tahun 2001).Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di
hidung. (Dipiro, 2005 )
3. Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung ( Dorland, 2002 ).
4. Rhinitis alergi Adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan setiap reaksi
alergi mukosa hidung, dapat terjadi bertahun-tahun atau musiman. (Dorland,2002 ).
5. Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh perempuan
dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa saluran hidung
yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti: debu, asap, serbuk/tepung sari
yang ada di udara.
6. Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa. Menurut sifatnya dapat dibedakan
menjadi dua:
a. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa
hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri.
Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali
terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan
musim semi.
b. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang
disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis
vasomotor.

B. Etiologi
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap
sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
Immediate Phase Allergic Reaction
Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya
Late Phase Allergic Reaction
Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam
setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya
debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.
Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan
mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan.
Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi
tiga tahap besar :
1. Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik
2. Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system
humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut,
jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen
masih ada, karena defek dari ketiga mekanisme system tersebut maka
berlanjut ke respon tersier
3. Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak menguntungkan.
C. Klasifikasi
Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap
sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :
 Immediate Phase Allergic Reaction
Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya
 Late Phase Allergic Reaction
Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam
setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam.
Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :
 Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu
rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.
 Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan
mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan.
Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi
tiga tahap besar :
1. Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik
2. Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system
humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut, jika
antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen masih ada,
karena defek dari ketiga mekanisme system tersebut maka berlanjut ke respon tersier
3. Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak menguntungkan.
Berdasarkan waktunya Rhinitis Alergi dapat di golongkan menjadi:
1. Rinitis alergi musiman (Hay Fever)
Biasanya terjadi pada musim semi.Umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari
luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk
penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap.
2. Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial)
Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang masa
(tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah
misalnya kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang
menyengat.
D. Patofisiologi
Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di endapkan
pada mukosa hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan pada
individu individu yang kecenderungan atopik secara genetik, memulai produksi
imunoglobulin lokal (Ig ) E. Pelepasan mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya,
penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta limfosit bertanggung jawab atas terjadinya
reaksi awal dan reaksi fase lambat terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan
mukus, edema, radang, gatal, dan vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut serta
menyebabkan hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan nonspesifik suatu pengaruh
persiapan. (Behrman, 2000).
Histamin merupakan mediator penting pada gejala alergi di
hidung.Histamine bekerja langsung pada reseptor histamine selular, dan secara tidak
langsung melalui refleks yang berperan pada bersin dan hipersekresi.Melalui saraf
otonom, histamin menimbulkan gejala bersin dan gatal, serta vasodilatasi dan
peningkatan permeabilitas kapiler yang menimbulkan gejala beringus encer dan edema
local reaksi ini timbul segera setelah beberapa menit pasca pajanan allergen.
Kurang lebih 50% Rhinitis alergik merupakan manifestasi reaksi
hipersensitifitas tipe I fase lambat, gejala Gejala rhinitis alergik fase lambat seperti
hidung tersumbat, kurangnya penciuman, dan hiperreaktivitas lebih diperankan ooleh
eosinofil.

E. Manifestasi Klinis
1. Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin
lebih dari 6 kali).
2. Hidung tersumbat.
3. Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya
bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuningkuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus.
4. Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok.
5. Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.
Gejala klinis yang khas adalah terdapatnya serangan bersin yang berulangulang terutama pada pagi hari, atau bila terdapat kontak dengan sejumlah debu.
Sebenarnya bersin adalah mekanisme normal dari hidung untuk membersihkan diri dari
benda asing, tetapi jika bersin sudah lebih dari lima kali dalam satu kali serangan maka
dapat diduga ini adalah gejala rhinitis alergi. Gejala lainnya adalah keluar ingus (rinore)
yang encer dan banyak. Hidung tersumbat, mata gatal dan kadang-kadang disertai
dengan keluarnya air mata.

F. Pemeriksaan Diagnosis
Diagnosis rinitis alergika berdasarkan pada keluhan penyakit, tanda fisik
dan uji laboratorium. Keluhan pilek berulang atau menetap pada penderita dengan
riwayat keluarga atopi atau bila ada keluhan tersebut tanpa adanya infeksi saluran nafas
atas merupakan kunci penting dalam membuat diagnosis rinitis alergika. Pemeriksaan
fisik meliputi gejala utama dan gejala minor. Uji laboratorium yang penting adalah
pemeriksaan in vivo dengan uji kulit goresan, IgE total, IgE spesifik, dan pemeriksaan
eosinofil pada hapusan mukosa hidung. Uji Provokasi nasal masih terbatas pada bidang
penelitian.

G. Penatalaksanaan
1. Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari kontak dengan allergen
penyebab
2. Pengobatan, penggunaan obat antihistamin H-1 adalah obat yang sering dipakai
sebagai lini pertama pengobatan rhinitis alergi atau dengan kombinasi dekongestan
oral. Obat Kortikosteroid dipilih jika gejala utama sumbatan hidung akibat repon fase
lambat tidak berhasil diatasi oleh obat lain
3. Tindakan Operasi (konkotomi) dilakukan jika tidak berhasil dengan cara diatas
4. Penggunaan Imunoterapi.
Pemilihan obat-obatan dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal
antara lain :
1. Obat-obat yang tidak memiliki efek jangka panjang.
2. Tidak menimbulkan takifilaksis.
3. Beberapa studi menemukan efektifitas kortikosteroid intranasal. Meskipun
demikian pilihan terapi harus dipertimbangkan dengan kriteria yang lain.
4. Kortikosteroid intramuskuler dan intranasal tidak dianjurkan sehubungan dengan
adanya efek samping sistemik.

H. Pencegahan
Beberapa langkah/tips berikut ini dapat membantu anda bahkan jika anda
tidak tahu jenis pollen apa yang membuat anda alergi. Jika anda tahu tipe pollen apa yang
membuat anda alergi itu lebih bagus lagi.
 Tetaplah berada di dalam ruangan/rumah pada waktu pollen sangat banyak di
udara. Umumnya pollen sedikit di udara hanya beberapa saat setelah matahari
terbit. Mereka kemudian jumlahnya makin banyak dan paling banyak pada tengah
hari dan sepanjang siang. Jumlahnya kemudian berkurang menjelang matahari
terbenam.
 Tutuplah jendela dan pintu, baik pada siang maupun malam hari. Gunakan AC
untuk membantu mengurangi jumlah pollen yang masuk ke dalam rumah anda.
Jangan gunakan kipas dengan buangan keluar (exhaust fan) karena dapat
membawa lebih banyak pollen masuk ke dalam rumah anda.
 Potonglah rumput di halaman rumah sesering mungkin.
 Cegah membawa pulang pollen masuk ke rumah setelah anda bepergian:
- Segeralah mandi dan ganti baju dan celana yang anda pakai di luar.
- Keringkan pakaian anda dengan mesin pengering, jangan jemur di luar.
 Berliburlah ke tempat lain pada saat musim pollen sedang berlangsung di tempat
anda ke tempat di mana tanaman yang membuat anda alergi tidak tumbuh.
 Jangan keluar rumah pada saat hujan atau hari berangin.
 Hindari aktivitas yang membat anda terpapar dengan mold, seperti berkebun
(terutama saat bekerja dengan kompos), memotong rumput.
 Buanglah jauh-jauh dari rumah anda daun-daun yang berguguran, potongan
rumput, dan kompos.
Di daerah yang berudara lembab mold di dalam rumah dapat mencetuskan
serangan asthma, rhinitis alergika dan dermatitis alergika. Beberapa langkah berikut
dapat membantu:
 Bersihkan kamar mandi, bathtubs, shower stalls, shower curtains, dan karet-karet
jendela paling sedikit sebulan sekali dengan disinfektan atau cairan pemutih.
Gunakan pemutih dengan hati-hati, karena dapat membuat hidung anda teriritasi.
Jika hidung anda teriritasi, gejala alergi anda dapat memburuk.
 Rumah harus ada aliran udara yang baik dan kering.
 Gunakan exhaust fan di kamar mandi dan dapur.
 Jangan gunakan karpet.
Oleh karena orang dewasa menghabiskan 1/3 waktu mereka dan anak-anak
menghabiskan ½ dari waktu mereka di kamar tidur, maka penting agar tidak ada
alergen di kamar tidur. Jangan gunakan kasur, bantal dan guling yang diisi dengan
kapuk.

I. Komplikasi
1. Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip
hidung.
2. Otitis media. Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan
terutama kita temukan pada pasien anak-anak.
3. Sinusitis kronik
Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi
melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase.
 Konsep Askep

A. Pengkajian
1) Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Nama

: Ny. Z

Umur

: 30 thn

Jenis Kelamin

: Perempuan

Status Perkawinan

: Sudah kawin

Agama

: Islam

Suku / Bangsa

: Muna

Pendidikan

: Sarjana

Pekerjaan

: PNS / Guru

Alamat

: Jln. S. Goldaria

b. Identitas Penanggung
Nama

: Tn. X

Umur

: 34 Thn

Jenis Kelamin

: Laki - laki

Status

: Sudah nikah

Agama

: Islam

Suku / Bangsa

: Muna

Pendidikan

: Sarjana

Pekerjaan

: PNS / Guru

Hub. Dengan Klien

: Suami Pasien

Alamat

: Jln. S. Goldaria

Data Demografi
Pada pasien ini di derita dimana saja, tidak berpengaruh pada tempat berdomosili wilayah
tertentu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal.
Pemerikasaan
1) Aktivitas / istirahat
Gejala :
Klien menegatakan susah tidur
Tanda :
klien susah tidur
klien terlihat bersin – bersin
Klien nampak sesak saat beraktivitas
2) Makanan dan cairan
Gejala :
KLien mengatakan berat badannya menurun
Klien mengatakan kurang nafsu makan
Tanda :
Porsi makan tidak dihabiskan
Badan tambah kurus
3) Pernapasan
Gejala :
Klien mengatakan sesak napas
Klien mengatakan bersin - bersin
Tanda :
Frekuensi napas cepat
Klien bernapas melalui mulut
Hidung meler
Inspeksi : permukaan hidung terdapat sekret mukoid
Pemeriksaan penunjang :
 Pemeriksaan nasoendoskopi
 Pemeriksaan sitologi hidung
 Hitung eosinofil pada darah tepi

2) Klasifikasi Data
Data Subyektif :
KLien mengatakan sesak napas
Klien mengatakan berat badannya menurun
Klien mengatakan kurang nafsu makan

Data Obyektif :
Frekuensi napas cepat
Klien bernapas melalui mulut
Klien nampak bersin – bersin
Klien nampak tidak ada nafsu makan
Porsi makan tidak dihabiskan
Badan tampak kurus
Berat badan menurun
Lapisan hidung membengkak, warna merah kebiruan

3) Analisa data

SYMPTOM
DS :
Klien mengatakan susah

ETIOLOGI
Akumulasi mucus /
secret

PROBLEM
Bersihan jalan nafas tidak
efektif

bernapas
DO :
- hidung meler,
- bersin-bersin,
- klien bernafas melalui
mulut
- frekwensi napas cepat
DO :

Pola napas tidak
teratur
Pertukaran gas
terganggu
Bersihan jalan napas
tidak efektif
Hidung meler dan

klien mengatakan susah tidur.

bersin - bersin

DO :
- Klien terlihat bersinbersin

Susah tidur

Gangguan pola tidur
- hidung meler

Gangguan pola tidur

- klien susah tidur
DS :

Nafsu makan menurun Nutrisi

klien mengatakan nafsu makan
menurun

kurang

dari

kebutuhan
Pola makan tidak

Do :

teratur

- Klien terlihat kurang
nafsu makan
- Porsi

Nutrisi kurang dari

makan

tidak

kebutuhan

dihabiskan
- BB menurun
4) Prioritas Masalah
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Gangguan pola tidur
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan

B. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektiif berhubungan dengan akumulasi mucus
2. Gangguan pola tidur / istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Nafsu makan menurun

C. Perencanaan

Tujuan

Perencanaan
Intervensi

Tupan: Setelah dilakukan

Rasional

1. Auskultasi bunyi napas

1. Obstruksi jalan napas

tindakan keperawatan selama 7

dan dapat atau tak di

Bersihan jalan nafas kembali

manevestasikan adanya

efektif.

bunyi napas
Tupen : Setelah dilakukan

adventisius.

tindakan keperawatan selama 3
hari menujukkan perilaku untuk

2. Catat adanya bunyi

2. Adanya beberapa

memperbaiki bersihan jalan

napas, mis ; mengi,

derajat dan dapat

nafas atau berangsur – angsur

krekels, ronki dan

ditemukan pada

teratasi.

Kaji/pantau frekuensi

penerimaan atau selama

Dengan criteria hasil :

pernapasan.

stres atau adanya

mengeluarkan sekret

infeksi akut. Penafasan
dapat melambat dan
frekunsi ekspirasi
memanjaga inspirasi
memendek.

3. Kaji pasien untuk posisi

3. Peningian kepala

yang nyaman mis :

tempat tidur

peninggian kepala

mempermudah fungsi

tempat tidur, duduk pada

pernapasan dengan

persandaran tempat

mengunakn grafitasi.

tidur.

4. Tingkatkan masukan
caian 3000 /hari sesuai
jantung, memberikan air
hangat.
Tupan : Setelah dilakukan

1. Tentukan kebiasan tidur

4. hidrasi membantu
menurunkan kekentalan
sekret, mempermudah
pengeluaran.
1. Mengakaji perlunya dan

tindakan keperawatan selama 7

biasanya dan perubahan

mengidentifikasi

hari Gangguan pola tidur

yang terjadi.

intervensi yang tepat.

teratasi.
Tupen :Setelah dilakukan

2. Berikan tempat tidur

2. Meningakatkkan

tindakan keperawatan selama 3

yang nyaman dan

kenyamanan tidur serta

hari Gangguan pola

beberapa milik pribadi

dukungan
tidurberangsu – angsur teratasi.

mis : bantal, guling.

Dengan kriteria hasil :

fisiologis/psikologisbila
rutinitas

- Pola tidur teratur

barumenggandung
aspek sebanyak
kebiasaan lama,stres
dan ansietas yang
berhubungan dapat
berkurang.
3. Buat rutinitas tidur baru
yang dimasukkan dalam
pola lama dan

3. Meningkatkan efek
relaksasi.

lingkungan baru.

4. Tingkatkan regimen
kenyamanan waktu tidur
- instruksikan
tindakan relaksasi
- Berikan sedative
sesuai indikasi.
Tupan :Setelah dilakukan

1. Jelaskan tentang manfaat

4. Membantu menginduksi
tidur
- Membantu pasien
agar mudah
beristirahat.
1.Dengan pemahaman

tindakan keperawatan selama 4

makan bila dikaitkan

klien akan lebih

hari Nutrisi terpenuhi sesuai

dengan kondisi klien

kooperatif mengikuti

dengan kebutuhan tubuh

saat ini.

aturan.

teratasi
Tupen :Setelah dilakukan

2. Anjurkan agar klien

2.Untuk menghindari

tindakan keperawatan selama 2

memakan makanan

makanan yang justru

hari kebutuhan nutrisi tubuh

yang tersedia di RS.

dapat mengganggu

berangsur – angsur teratasi.

proses penyembuhan

Dengan criteria hasil :

klien.

- Nafsu makan meningkat
- Kebutuhan tubuh

3. Lakukan dan
ajarkanperawatan mulut

3.Higiene oral yang baik
akan meningkatkan
terpenuhi.

sebelum dan sesudah

nafsu makan

makan serta sebelum

klienmakanan adalah

dan sesudah

bagian dari peristiwa

intervensi/periksaan

sosial, dan nafsu makan

peroral.

dapat meningkat dengan

Tingkakan lingkungan

sosialisasi.

yang menenangkan
untuk makan dengan
teman jika
memungkinkan.

4. Berikan makanan dalam

4.Makanan hangat dapat

keadaan hangatberikan

meningkatkan nafsu

makanan selingan (mis;

makan, membantu

keju, biskuit, sup, buah-

memenuhi kebutuhan

buahan)yang tersedia

dan meningkatkan

dalam 24 jam.

pemasukan.

5. Kolaborasi tentang
pemenuhan diet klien.

5. Meningkatkan
pemenuhan sesuai
dengan kondisi klien.
“ AskepPada Pasien Tonsilitis(Amandel) “
 Konsep Penyakit
A. Definisi Tonsilitis
Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan.
Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada
faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. (
Ngastiyah,1997 )

B. EtiologiTonsilitis
Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut
dibawah ini yaitu :
a. Streptokokus Beta Hemolitikus
b. Streptokokus Viridans
c. Streptokokus Piogenes
d. Virus Influenza
Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet
infections).

C. Proses PatologiTonsilitis
Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian
atas, akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui
sistem limfa ke tonsil.
Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya
proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar
masuknya udara.
Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta
ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan
timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia.

D. Manifestasi KlinisTonsilitis
Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah :
1. Nyeri tenggorok
2. Nyeri telan
3. Sulit menelan
4. Demam
5. Mual
6. Anoreksia
7. Kelenjar limfa leher membengkak
8. Faring hiperemis
9. Edema faring
10. Pembesaran tonsil
11. Tonsil hiperemia
12. Mulut berbau
13. Otalgia (sakit di telinga)
14. Malaise

E. Pemeriksaan Penunjang Tonsilitis
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa
tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Leukosit : terjadi peningkatan
2. Hemoglobin : terjadi penurunan
3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat.

F. Komplikasi Tonsilitis
Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan
baik adalah :
1. Tonsilitis kronis
2. Otitis medis

G. Penatalaksanaan Tonsilitis
Penanganan pada klien dengan tonsilitis akut adalah
1. Penatalaksanaan medis
a. Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin,
eritromisin dll
b. Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.
c. Analgesik untuk meredakan nyeri
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Kompres dengan air hangat
b. Istirahat yang cukup
c. Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat
d. Kumur dengan air hangat
e. Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien.
 Konsep Askep

A. Pengkajian
1) Pengumpulan Data
c. Identitas Klien
Nama

: An. R

Umur

: 13 thn

Jenis Kelamin

: Laki - laki

Status Perkawinan

: Anak Kandung

Agama

: Islam

Suku / Bangsa

: Muna

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: -

Alamat

: Desa Bone Balano

d. Identitas Penanggung
Nama

: Tn. X

Umur

: 34 Thn

Jenis Kelamin

: Laki - laki

Status

: Sudah nikah

Agama

: Islam

Suku / Bangsa

: Muna

Pendidikan

: Sarjana

Pekerjaan

: PNS / Guru

Hub. Dengan Klien

: Ayah Pasien

Alamat

: Desa Bone Balano

Data Demografi
Pada pasien ini di derita dimana saja, tidak berpengaruh pada tempat berdomosili wilayah
tertentu.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll.
Riwayat Kesehatan Yang Lalu
1. Riwayat kelahiran
2. Riwayat imunisasi
3. Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis media )
4. Riwayat hospitalisasi
Pemerikasaan
1. Pengkajian umum
Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll
2. Pernapasan
Kesulitan bernafas, batuk
Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan :
T0 : bila sudah dioperasi
T1 : ukuran yang normal ada
T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
T3 : pembesaran mencapai garis tengah
T4 : pembesaran melewati garis tengah
3. Nutrisi
Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan
minum, turgor kurang.
4. Aktivitas / istirahat
Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise
5. Keamanan / Kenyamanan
Kecemasan anak terhadap hospitalisasi.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Tonsilitis akut adalah :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil
2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil
3. Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
adanya anoreksia
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
5. Gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya obstruksi pada
tuba eustakii

C. Rencana Keperawatan

Tujuan

Perencanaan
Intervensi

Tupan: Setelah dilakukan

Rasional

1. Pantau suhu tubuh anak

1. Menentukan intervensi

tindakan keperawatan

( derajat dan pola ),

selama 3 hari hipertermi

perhatikan menggigil atau

teratasi.

tidak.

Tupen : Setelah

2. Pantau suhu lingkungan.

selanjutnya.

2. Suhu lingkungan

dilakukan tindakan

mempengaruhi suhu

keperawatan selama 1 hari

tubuh.

hipertermi berangsur –

3. Batasi penggunaan linen,

angsur teratasi.

pakaian yang dikenakan

Dengan criteria hasil :

3. Agar badan klien terasa

klien.

- Suhu badan turun.

4. Berikan kompres hangat.

hangat.

4. Kompres hangat akan
meringankan demam
yang terjadi dan sebagai
kompensasi tubuh.

5. Berikan cairan yang
banyak ( 1500 – 2000

5. Cairan menurunkan
resiko deficit cairan.

cc/hari ).
6. Kolaborasi pemberian
antipiretik.

6. Anti pireutik dapat
meringankan rasa sakit
yang ada.

Tupan : Setelah

1. Kaji Tanda-tanda Vital.

dilakukan tindakan

selanjutnya.

keperawatan selama 7 hari 2. Pantau nyeri klien(skala,
Gangguan pola

1. Menentukan intervensi

intensitas, kedalaman,

2. Untuk menentukan
nyeri klien.
tidurteratasi.

frekuensi).

P : Nyeri

Tupen :Setelah dilakukan

Q : Hilang timbul

tindakan keperawatan

R : Faring

selama 3 hari Gangguan

S : 2 (0 – 5 ).

pola tidur berangsu –

T : Saat makan dan

angsur teratasi. Dengan

minum atau saat

kriteria hasil :

menelan.

- Pola tidur teratur

3. Berikan posisi yang
nyaman.
4. Berikan tehnik relaksasi
dengan tarik nafas panjang

3. Posisi yang baik dapat
memberikan rasa
nyaman.
4. Dengan relaksasi dapat

melalui hidung dan

meringankan rasa

mengeluarkannya pelan –

nyeri.

pelan melalui mulut.
Tupan :Setelah dilakukan 1. Timbang BB tiap hari.

1. Pengukuran BB untuk

tindakan keperawatan

menilai perkembagna

selama 4 hari Nutrisi

dan terpenuhinya

terpenuhi sesuai dengan

kebutuhan.

kebutuhan tubuh.
Tupen :Setelah dilakukan

2. Berikan makanan dalam
keadaan hangat.

tindakan keperawatan
selama 2 hari kebutuhan

2. Makanan yang hangat
membuat pembuluh
darah melebar.

3. Berikan makanan dalam

3. Makanan yang menarik

nutrisi tubuh berangsur –

porsi sedikit tapi sering

bentuknya akan

angsur teratasi. Dengan

sajikan makanan dalam

menambah selera

criteria hasil :

bentuk yang menarik.

amakan klien.

- Nafsu makan
meningkat

4. Tingkatkan kenyamanan
lingkungan saat makan.

- Kebutuhan tubuh

4. Lingkungan yang bersih
memberi rasa nyaman
dan meningkatkan.

terpenuhi.

keinginan makan.
5. Kolaborasi pemberian
vitamin penambah nafsu

5. Vitamin dapat
meningkatkan daya
makan.
Tupan : Setelah
dilakukan tindakan

1. Kaji tingkat toleransi
aktivitas klien.

tahan tubuh.
1. Untuk melakukan
intervensi selanjutnya.

keperawatan selama 7 hari 2. Observasi adanya kelelahan 2. Kelelahan dapat
intoleransi teratasi.

dalam melakukan aktifitas.

Tupen :Setelah dilakukan
tindakan keperawatan

mengakibatkan tingkat
aktivitas terbatas.

3. Monitor Tanda-tanda Vital

3. Pemantauan TTV untuk

selama 3 hari intoleransi

sebelum, selama dan

mengukur sejauh mana

aktivitas berangsu –

sesudah melakukan

perkembangan

angsur teratasi. Dengan

aktifitas.

kesehatan.

kriteria hasil :
Klien beraktivitas dapat

4. Berikan lingkungan yang
tenang.

beraktivitas sesuai tingkat

4. Lingkungan yang
tenang dapat
merilekskan tubuh.

toleransinya.

5. Melakukan aktivitas
5. Tingkatkan aktifitas sesuai
toleransi klien

dapat meningkatkan
ketahanan dalam
melakukan kegiatan.

Tupan : Setelah

1. Kaji ulang gangguan

1. Untuk menentukan

dilakukan tindakan

pendengaran yang dialami

tingkat keparahan

keperawatan selama 7 hari

klien.

pendengaran.

gangguan persepsi sensori

2. Lakukan irigasi telinga.

2. Irigasi dapat

teratasi.

meningkatkan

Tupen :Setelah dilakukan

pengeluaran kotorang

tindakan keperawatan

(serumen).

selama 3 hari gangguan
persepsi sensori aktivitas

3. Berbicaralah dengan jelas
dan pelan.

berangsu – angsur teratasi. 4. Gunakan papan tulis /
Dengan kriteria hasil :

kertas untuk berkomunikasi

Klien dapat mendengar

pendengaran.
4. Agar komunikasi dapat

jika terdapat kesulitan

dengan normal.

3. Untuk melatih

dalam berkomunikasi
5. Kolaborasi pemberian tetes

berjalan.

5. Obat tetets telinga dapat
telinga

menyembuhkan
obstruksi dan
membersihkan serumen.

“ Askep Pada Pasien Tinnitus “
 Konsep Penyakit

A. Pengertian
Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan
mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar.Keluhannya bisa berupa bunyi
mendenging, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya. Gejalanya bisa
timbul terus menrus atau hilang timbul.(Putri Amalia dalam artikel Gangguan
Pendengaran ”Tinnitus”.FK Universitas Islam Indonesia)
Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu
mendengar bunyi, namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut
berasal dari tubuh penderita itu sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala,
bukan penyakit, sehingga harus di ketahui penyebabnya.(dr. Antonius HW SpTHT dalam
artikel Suara Keras Sebabkan Telinga Mendenging . Indopos Online)

B. Etiologi
Penyebab terjadinya tinnitus sangat beragam, beberapa penyebabnya
anatara lain:
1. Kotoran yang ada di lubang telinga, yang apabila sudah di bersihkan rasa
berdenging akan hilang
2. Infeksi telinga tengah dan telinga dalam
3. Gangguan darah
4. Tekanan darah yang tinggi atau rendah, dimana hal tersebut merangsang saraf
pendengaran
5. Penyakit meniere’s Syndrome, dimana tekanan cairan dalam rumah siput
meningkat, menyebabkan pendengaran menurun, vertigo, dan tinnitus
6. Keracunan obat
7. Penggunaan obat golongan aspirin.

C. Patofisiologi
Menurut frekuensi getarannya, tinnitus terbagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Tinnitus Frekuensi rendah (low tone) seperti bergemuruh
2. Tinnitus frekuensi tinggi (high tone)seperti berdenging
Tinnitus biasanya di hubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga
terjadi karena gangguan konduksi, yang biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika
di sertai dengan inflamasi, bunyi dengung akan terasa berdenyut (tinnitus pulsasi) dan
biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga, tumor, otitis media, dll.
Pada tuli sensorineural, biasanya timbul tinnitus subjektif nada tinggi
(4000Hz).Terjadi dalam rongga telinga dalam ketika gelombang suara berenergi tinggi
merambat melalui cairan telinga, merangsang dan membunuh sel-sel rambut pendengaran
maka telinga tidak dapat berespon lagi terhadap frekuensi suara. Namun jika suara keras
tersebut hanya merusak sel-sel rambut tadi maka akan terjadi tinnitus, yaitu dengungan
keras pada telinga yang di alami oleh penerita.(penatalaksanaan penyakit dan kelainan
THT edisi 2 thn 2000 hal 100). Susunan telinga kita terdiri atas liang telinga, gendang
telinga, tulang-tulang pendengaran, dan rumah siput. Ketika terjadi bising dengan suara
yang melebihi ambang batas, telinga dapat berdenging, suara berdenging itu akibat
rambut getar yang ada di dalam rumah siput tidak bisa berhenti bergetar.Kemudian
getaran itu di terima saraf pendengaran dan diteruskan ke otak yang merespon dengan
timbulnya denging.
Kepekaan setiap orang terhadap bising berbeda-beda, tetapi hampir setiap
orang akan mengalami ketulian jika telinganya mengalami bising dalam waktu yag cukup
lama. Setiap bising yang berkekuatan 85dB bisa menyebabkan kerusakan.Oleh karena itu
di Indonesia telah di tetapkan nilai ambang batas yangn di perbolehkan dalam bidang
industri yaitu sebesar 89dB untuk jangka waktu maksimal 8 jam.Tetapi memang
implementasinya belum merata.Makin tinggi paparan bising, makin berkurang paparan
waktu yang aman bagi telinga.

D. Gejala
Pendengaran yang terganggu biasanya di tandai dengan mudah marah,
pusing, mual dan mudah lelah.Kemudian pada kasus tinnitus sendiri terdapat gejala
berupa telinga berdenging yang dapat terus menerus terjadi atau bahkan hilang timbul.
Denging tersebut dapat terjadi sebagai tinnitus bernada rendah atau
tinggi.Sumber bunyi di ataranya berasal dari denyut nadi, otot-otot dala rongga tellinga
yang berkontraksi, dan juga akibat gangguan saraf pendengaran.

E. Diagnosis
Tinnitus merupakan suatu gejala klinik penyakit telinga, sehingga untuk
memberikan pengobatannya perlu di tegakkan diagnosa yang tepat sesuai dengan
penyebab, dan biasanya memanng cukup sulit untuk di ketahui.
Untuk memastikan diagnosis perlu di tanyakan riwayat terjadinya
kebisingan, perlu pemerikasaan audio-metri nada murni (pure tone audiometry). Pada
pemeriksaan nada murni gamabaran khas berupa takik (notch) pada frekuensi 4kHz.
Anamnesis merupakan hal utama dan terpenting dalam menegakkan diagnosa tinnitus.
Hal yang perlu di gali adalah seperti kualitas dan kauantitas tinnitus,
apakah ada gejala lain yangmenyertai, seperti vertigo, gangguan pendengaran, atau gejala
neurologik.Pemeriksaan fisik THT dan otoskopi harus secara rutin di lakukan, dan juga
pemeriksaan penala, audiometri nada murni, audiometri tutur, dan bila perlu lakkukan
ENG.
F. Pencegahan
Pencegahan terhadap tinnitus adalah sebagai berikut:
a. Hindari suara-suara yang bising, jangan terlalu sering mendengarkan suara
bising(misalnya diskotik, konser musik, walkman, loudspeaker, telpon genggam)
b. Batasi pemakaian walkman, jangan mendengar dengan volume amat maksimal
c. Gunakan pelindung telinga jika berada di tempat bising.
d. Makanlah makanan yang sehat dan rendah garam
e. Minumlah vitamin yang berguna bagi saraf untuk melakukan perbaikan, seperti
ginkogiloba, vit A dan E.

G. Pengobatan
Pada umumnya pengobatan gejala tinnitus dibagi dalam 4 cara, yaitu :
1. Elektrofisiologik, yaitu memberi stimulus elektroakustik (rangsangan bunyi)
dengan intensitas suara yang lebih keras dari tinnitusnya, dapat dengan alat bantu
dengar atau tinnitus masker.
2. Psikologik, yaitu dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan
pasien bahwa penyakitnya tidakmembahayakan dan bisa disembuhkan, serta
mengajarkan relaksasi dengan bunyi yang harus didengarnya setiap saat.
3. Terapi medikametosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas
diantaranya untuk meningkatkan aliran darah koklea, transquilizer, antidepresan
sedatif, neurotonik, vitamin dan mineral.
4. Tindakan bedah, dilakukan pada tumor akustik neuroma. Namun, sedapat
mungkin tindakan ini menjadi pilihan terakhir, apabila gangguan denging yang
diderita benar-benar parah.
Pasien juga di berikan obat penenang atau obat tidur, untuk membantu
memenuhi kebutuhan istirahat, karena penderita tinnitus biasanya tidurnya sangat
terganggu oleh tinnitus itu sendiri, sehingga perlu di tangani, juga perlu di jelaskan
bahwa gangguat tersebut sulit di tanangi, sehingga pasien di anjurkan untuk beradaptasi
dengan keadaan tersebut, karena penggunaan obat penenang juga tidak terlalu baik dan
hanya dapat di gunakan dalam waktu singkat.
 Konsep Askep

A. Pengkajian
1. Aktivitas
- Gangguan keseimbangan tubuh
- Mudah lelah
2. Sirkulasi
- Hipotensi , hipertensi, pucat (menandakan adanya stress)
3. Nutrisi
- Mual
4. Sistem pendengaran
- Adanya suara abnormal(dengung)
5. Pola istirahat
- Gangguan tidur/ Kesulitan tidur.

B. Diagnosa
1. Ansietas atau Cemas b/d kurangnya informasi tentang gangguan pendengaran
(tinnitus).
2. Gangguan istirahat dan tidur b/d gangguan pendengaran.
3. Resiko kerusakan interaksi sosial b/d hambatan komunikasi.

C. Perencanaan

Tujuan

Perencanaan
Intervensi

Tupan: Setelah

Rasional

1. Kaji tingkat pengetahuan

1. Untuk menentukan

dilakukan tindakan

klien tentang gangguan

keperawatan selama

yang di alaminya.

4 hari ansietas

2. Beri kesempatan klien

intervensi selanjutnya.

2. Diharapakan dapat
teratasi.

untuk mengekspresikan

memberikan gambaran

Tupen : Setelah

perasaannya.

sejauh mana klien

dilakukan tindakan

mengetahui tentang

keperawatan selama

penyakitnya.

2 hari ansietas

3. Jelaskan pada klien

3. Agar klien mengetahui

berangsur – angsur

tentang penyakit dan

penyakit dan prosedur.

teratasi.

prosedur pengobatannya.

Dengan criteria hasil

4. Yakinkan dan support

4. Dengan support dapat

:

klien bahwa penyakitnya

meningkatkan keinginan

Tidak terjadi

dapat di sembuhkan.

klien untuk sembuh.

kecemasan,

5. Anjurkan klien untuk

pengetahuan klien

rileks, dan menghindari

terhadap penyakit

5. Rileks dapat membuat klien
tenang.

stress.

meningkat
Tupan : Setelah

6. Tentukan kebiasan tidur

10. Mengakaji perlunya dan

dilakukan tindakan

biasanya dan perubahan

mengidentifikasi intervensi

keperawatan selama

yang terjadi.

yang tepat.

7 hari Gangguan

7. Berikan tempat tidur yang

11. Meningakatkkan

pola tidur teratasi.

nyaman dan beberapa milik

kenyamanan tidur serta

Tupen :Setelah

pribadi mis : bantal, guling.

dukungan

dilakukan tindakan

fisiologis/psikologis bila

keperawatan selama

rutinitas baru

3 hari Gangguan

menggandung aspek

pola tidur berangsu –

sebanyak kebiasaan lama,

angsur teratasi.

stres dan ansietas yang

Dengan kriteria hasil

berhubungan dapat

:

berkurang.

Pola tidur teratur

8. Buat rutinitas tidur baru
yang dimasukkan dalam

12. Meningkatkan efek
relaksasi.

pola lama dan lingkungan
baru.

4. Membantu menginduksi tidur
9. Tingkatkan regimen
kenyamanan waktu tidur

- Membantu pasien agar
mudah beristirahat.

- instruksikan tindakan
relaksasi
- Berikan sedative sesuai
indikasi.
Tupan :Setelah

1.

dilakukan tindakan
keperawatan selama

Kaji tingkat kesulitan
tidur.

2.

Kolaborasi dalam

1. Untuk menentukan
intervensi selanjutnya.
2. Obat tidur dapat

4 hari gangguan

pemberian obat penenang/

meningkatkan kualitas

istrahat / tidur

obat tidur.

istrahat klien.

teratasi

3.

Anjurkan klien untuk

3. Adaptasi membuat klien

Tupen :Setelah

beradaptasi dengan

akan biasa atau tidak

dilakukan tindakan

gangguan tersebut.

merasa mengganggu

keperawatan selama
2 hari gangguan
istrahat / tidur
berangsur – angsur
teratasi. Dengan
criteria hasil :
Gangguan tidur
dapat teratasi atau
teradaptasi

istrahat klien.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang disebabkan oleh reaksi alergi pada
pasien-pasien yang memiliki atopi, yang sebelumnya sudah tersensitisasi atau
terpapar dengan allergen (zat/materi yang menyebabkan timbulnya alergi) yang sama
serta meliputi mekanisme pelepasan mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan
dengan allergen yang serupa (Von Pirquet, 1986). Diagnosa atau masalah
keperawatan Rhinitis adalah :
- Bersihan jalan nafas tidak efektiif berhubungan dengan akumulasi mucus
- Gangguan pola tidur / istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada
hidung
- Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Nafsu makan
menurun
2. Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Diagnosa
atau masalah keperawatannya :
- Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil
- Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil
- Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan adanya anoreksia
- Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
- Gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya
obstruksi pada tuba eustakii
3. Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengar
bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya bisa berupa bunyi mendenging,
menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya. Gejalanya bisa timbul terus
menrus atau hilang timbul. Diagnosa atau masalah keperawatan penyakit tinnitus :
- Ansietas atau Cemas b/d kurangnya informasi tentang gangguan pendengaran
(tinnitus).
- Gangguan istirahat dan tidur b/d gangguan pendengaran.
- Resiko kerusakan interaksi sosial b/d hambatan komunikasi.

B. Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini,
agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9.
Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta :
EGC;1999
Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung
Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC ; 1997
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa
Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8

More Related Content

What's hot

Kti asma bab 1 dan 2
Kti asma bab 1 dan 2Kti asma bab 1 dan 2
Kti asma bab 1 dan 2Uma To'os
 
Alergi @ Alahan - Komunikasi Kesihatan
Alergi @ Alahan - Komunikasi KesihatanAlergi @ Alahan - Komunikasi Kesihatan
Alergi @ Alahan - Komunikasi KesihatanYonizam Syahrul
 
asuhan keperawatan pada dermatitis kontak
asuhan keperawatan pada dermatitis kontakasuhan keperawatan pada dermatitis kontak
asuhan keperawatan pada dermatitis kontakpjj_kemenkes
 
Penyakit asma revisi
Penyakit asma revisiPenyakit asma revisi
Penyakit asma revisidhiqde
 
Pengesanan dan Perkembangan Kanak2 Prasekolah
Pengesanan dan Perkembangan Kanak2 PrasekolahPengesanan dan Perkembangan Kanak2 Prasekolah
Pengesanan dan Perkembangan Kanak2 PrasekolahErwina Masir
 
Cara Mengatasi Rinitis Alergi Secara Alami
Cara Mengatasi Rinitis Alergi Secara AlamiCara Mengatasi Rinitis Alergi Secara Alami
Cara Mengatasi Rinitis Alergi Secara AlamiInformasi Kesehatan
 
Obat eksim salep
Obat eksim salepObat eksim salep
Obat eksim salepwididenatur
 
Penyuluhan etika batuk erizal azmi
Penyuluhan etika batuk   erizal azmiPenyuluhan etika batuk   erizal azmi
Penyuluhan etika batuk erizal azmiWahyudi Aprillian
 
Modul 4 kb 3 penanganan kedaruratan medis
Modul 4 kb 3 penanganan kedaruratan medisModul 4 kb 3 penanganan kedaruratan medis
Modul 4 kb 3 penanganan kedaruratan medispjj_kemenkes
 

What's hot (16)

Kti asma bab 1 dan 2
Kti asma bab 1 dan 2Kti asma bab 1 dan 2
Kti asma bab 1 dan 2
 
Alergi @ Alahan - Komunikasi Kesihatan
Alergi @ Alahan - Komunikasi KesihatanAlergi @ Alahan - Komunikasi Kesihatan
Alergi @ Alahan - Komunikasi Kesihatan
 
asuhan keperawatan pada dermatitis kontak
asuhan keperawatan pada dermatitis kontakasuhan keperawatan pada dermatitis kontak
asuhan keperawatan pada dermatitis kontak
 
Penyakit asma revisi
Penyakit asma revisiPenyakit asma revisi
Penyakit asma revisi
 
Tes alergi
Tes alergiTes alergi
Tes alergi
 
Saad asma AKPER PEMKAB MUNA
Saad asma AKPER PEMKAB MUNA Saad asma AKPER PEMKAB MUNA
Saad asma AKPER PEMKAB MUNA
 
Pengesanan dan Perkembangan Kanak2 Prasekolah
Pengesanan dan Perkembangan Kanak2 PrasekolahPengesanan dan Perkembangan Kanak2 Prasekolah
Pengesanan dan Perkembangan Kanak2 Prasekolah
 
Cara Mengatasi Rinitis Alergi Secara Alami
Cara Mengatasi Rinitis Alergi Secara AlamiCara Mengatasi Rinitis Alergi Secara Alami
Cara Mengatasi Rinitis Alergi Secara Alami
 
Rinitis
RinitisRinitis
Rinitis
 
Obat eksim salep
Obat eksim salepObat eksim salep
Obat eksim salep
 
Ppt alergi
Ppt alergiPpt alergi
Ppt alergi
 
Leaflet flu burung akper muna
Leaflet flu burung akper munaLeaflet flu burung akper muna
Leaflet flu burung akper muna
 
Penyuluhan etika batuk erizal azmi
Penyuluhan etika batuk   erizal azmiPenyuluhan etika batuk   erizal azmi
Penyuluhan etika batuk erizal azmi
 
Tentang keperawatan AKPER PEMKAB MUNA
Tentang keperawatan AKPER PEMKAB MUNATentang keperawatan AKPER PEMKAB MUNA
Tentang keperawatan AKPER PEMKAB MUNA
 
Modul 4 kb 3 penanganan kedaruratan medis
Modul 4 kb 3 penanganan kedaruratan medisModul 4 kb 3 penanganan kedaruratan medis
Modul 4 kb 3 penanganan kedaruratan medis
 
Batuk
BatukBatuk
Batuk
 

Similar to ASKEP RHINITIS

Rhinitis_Alergi_ppt.ppt
Rhinitis_Alergi_ppt.pptRhinitis_Alergi_ppt.ppt
Rhinitis_Alergi_ppt.pptHartinaLaNdia
 
Jurnal keperawatan medikal bedah KABUPATEN MUNA
Jurnal  keperawatan medikal bedah  KABUPATEN MUNA Jurnal  keperawatan medikal bedah  KABUPATEN MUNA
Jurnal keperawatan medikal bedah KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Asuhan Keperawatan Pada Dermatitis Kontak
 Asuhan Keperawatan Pada Dermatitis Kontak Asuhan Keperawatan Pada Dermatitis Kontak
Asuhan Keperawatan Pada Dermatitis Kontakpjj_kemenkes
 
ppt rhinitis alergi pada pasien dan kasusnya
ppt rhinitis alergi pada pasien dan kasusnyappt rhinitis alergi pada pasien dan kasusnya
ppt rhinitis alergi pada pasien dan kasusnyassuserf1ec1e1
 
Lp faringitis
Lp faringitisLp faringitis
Lp faringitismaelmery
 
Rhinitis Alergi Rina Purnama Sari IKA FK
Rhinitis Alergi Rina Purnama Sari IKA FKRhinitis Alergi Rina Purnama Sari IKA FK
Rhinitis Alergi Rina Purnama Sari IKA FKChloe678262
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchialSumadin1112
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchialSumadin1112
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchialSumadin1112
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchialSumadin1112
 
Askep TB.docx
Askep TB.docxAskep TB.docx
Askep TB.docxKPSRSUI
 
Tugas kesol (asma) mistia
Tugas kesol (asma)  mistiaTugas kesol (asma)  mistia
Tugas kesol (asma) mistiasamiyati
 
Solusi cepat atasi amandel
Solusi cepat atasi amandelSolusi cepat atasi amandel
Solusi cepat atasi amandelobatamandel
 
Kelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptx
Kelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptxKelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptx
Kelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptxSelvitriRahayu
 

Similar to ASKEP RHINITIS (20)

Rhinitis_Alergi_ppt.ppt
Rhinitis_Alergi_ppt.pptRhinitis_Alergi_ppt.ppt
Rhinitis_Alergi_ppt.ppt
 
Jurnal keperawatan medikal bedah KABUPATEN MUNA
Jurnal  keperawatan medikal bedah  KABUPATEN MUNA Jurnal  keperawatan medikal bedah  KABUPATEN MUNA
Jurnal keperawatan medikal bedah KABUPATEN MUNA
 
Jurnal keperawatan medikal bedah
Jurnal  keperawatan medikal bedahJurnal  keperawatan medikal bedah
Jurnal keperawatan medikal bedah
 
Askep pneumonia
Askep pneumoniaAskep pneumonia
Askep pneumonia
 
Reaksi alergi
Reaksi alergiReaksi alergi
Reaksi alergi
 
Hipersensitivitas
HipersensitivitasHipersensitivitas
Hipersensitivitas
 
Asuhan Keperawatan Pada Dermatitis Kontak
 Asuhan Keperawatan Pada Dermatitis Kontak Asuhan Keperawatan Pada Dermatitis Kontak
Asuhan Keperawatan Pada Dermatitis Kontak
 
Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3
Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3
Macam macam jenis penyakit pada sistem pernapasan 3
 
ppt rhinitis alergi pada pasien dan kasusnya
ppt rhinitis alergi pada pasien dan kasusnyappt rhinitis alergi pada pasien dan kasusnya
ppt rhinitis alergi pada pasien dan kasusnya
 
Lp faringitis
Lp faringitisLp faringitis
Lp faringitis
 
Rhinitis Alergi Rina Purnama Sari IKA FK
Rhinitis Alergi Rina Purnama Sari IKA FKRhinitis Alergi Rina Purnama Sari IKA FK
Rhinitis Alergi Rina Purnama Sari IKA FK
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchial
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchial
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchial
 
Askep asthma bronchial
Askep asthma bronchialAskep asthma bronchial
Askep asthma bronchial
 
Askep TB.docx
Askep TB.docxAskep TB.docx
Askep TB.docx
 
Modul batuk
Modul batuk Modul batuk
Modul batuk
 
Tugas kesol (asma) mistia
Tugas kesol (asma)  mistiaTugas kesol (asma)  mistia
Tugas kesol (asma) mistia
 
Solusi cepat atasi amandel
Solusi cepat atasi amandelSolusi cepat atasi amandel
Solusi cepat atasi amandel
 
Kelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptx
Kelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptxKelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptx
Kelompok 2 Reaksi Alergi _ Farmakoterapi 2 (2).pptx
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

ASKEP RHINITIS

  • 1. Tugas : KMB II Dosen : Musriani, S.Kep, Ns Asuhan Keperawatan Pada Pasien “ Rhinitis, Tonsilitis(Amandel) &Tinnitus“ Disusun Oleh : Kelompok 5 Rasap Jaseng Azhari Sectya Nendya Sukarno Dwi Hardianti Sartika D. LD. Rahmat L. Muh. Aswin Rosnawati Yul Hirda La Are Siti Narni AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA 2011 / 2012 KATA PENGANTAR
  • 2. “Syukur Alhamdulillah” ungkapan yang patutu dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, kasih sayang dan pertolongan – Nya sehingga makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN RHINITIS” ini dapat terselesaikan sebagaimana yang diharapkan.Shalawat dan Taslim kepada Rasulullah SAW, keluarga, dan pengikutnya hingga hari kiamat. Adalah penting bagi manasiswa memahami serta menginterprestaikan mengenai KMB mengenai Asuhan Keperawatan pada berbagai penyakit khuusnya Asuhan Keperawatan Pada Pasien PPOK.Oleh karena itu, penyusun merasa perlu penyajian makalah yang dapat mendukung salah satu indikator pembelajaran KMB. Dengan segala kerendahan hati, penyusun menyampaikan bahwa makalah ini masih banyak kekurang sehingga diperlukan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah ini.Namun terlepas dari kekurangan yang ada, semoga makalah ini dapatbermanfaat bagi para penggunanya “Mahasiswa AKPER PEMKAB MUNA”. Raha, Oktober 2011 Penyusun DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………………………………………………………… i DAFTAR ISI …………………………………………………………………….. ii BAB I : PENDAHULUAN
  • 3. A. Latar belakang …………………………………………….. 1 B. Permasalahan …………………………………………….. 1 C. Tujuan ………………………………………………………. 1 D. Metode Penulisan……………………………………………. BAB II : TINJAUAN TEORITIS………………………………………... A.Pengertian ……………………………..………………… 2 B. Anatomi & Fisiologi………………………………………….. C. Etiologi..............................…………………………………. 2 D. Manifestasi Klinis……………………………………………. E. Patofisiologi…………………………………………………. F. Komplikasi ............................................................................. 3 G.Pemerikasaan Penunjang…………………………………….. H.Penatalaksanaan Medis……………………………………… BAB III : KONSEP ASKEP PADA PASIEN RHINITIS……………………… A. Pengkajian ……………………………………………..…… B. Diagnosa…………………………………………………… C. Perencanaa…………………………………………………. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan……………………………………………… B. Saran…………………………………………………….. DAFTAR PUSTAKA
  • 4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagi atas mukosa pernapasan (mukosa respiratori) dan mukosa hidung (mukosa olfaktori). Mukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar pada rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu (pseudo stratified columnar ephitelium) yang mempunyai silia dan diantaranya terdapat sel-sel goblet. Alergi hidung adalah keadaan atopi yang aling sering dijumpai, menyerang 20% dari populasi anak-anak dan dewasa muda di Amerika Utara dan Eropa Barat. Di tempat lain, alergi hidung dan penyakit atopi lainnya kelihatannya lebih rendah, terutama pada negara-negara yang kurang berkembang. Penderita Rhinitis alergika akan mengalami hidung tersumbat berat, sekresi hidung yang berlebihan atau rhinore, dan bersin yang terjadi berulang cepat. Dalam makalah ini penulis membahas konsep teori anemia defisiensi besi serta asuhan keperawatannya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu sebagai berikut : 1. Apa Pengertian dari Rhinitis alergika? 2. Apa Etiologi dari Rhinitis alergika? 3. Apa saja klasifikasi Rhinitis alergika ? 4. Bagaimanakah patofisiologis pada Rhinitis alergika? 5. Apa saja manifestasi dari Rhinitis alergika? 6. Pemerikasaan diagnostik apa saja yang perlu ? 7. Bagaimankah penatalaksanaan nya ? 8. Bagaimana cara pencegahannya ? 9. Apa saja komplikasi nya ?
  • 5. 10. Bagaimnakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Rhinitis alergika? C. Tujuan Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem Hematologi & Imunologi yang berjudul ” Askep Rhinitis alergika”. Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun pembaca tentang konsep skoliosis serta proses keperawatan dan pengkajiannya. D. Metode Penulisan Metode penulisan makalah ini adalah dengan melakakan metode pustaka, taitu dengan mencari reverensi – reverensi melalui buku – buku atau internet sebagai acuan.
  • 6. BAB II PEMBAHASAN “ ASKEP PADA PASIEN RHINITIS “  Konsep Penyakit A. Pengertian 1. Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien-pasien yang memiliki atopi, yang sebelumnya sudah tersensitisasi atau terpapar dengan allergen (zat/materi yang menyebabkan timbulnya alergi) yang sama serta meliputi mekanisme pelepasan mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan allergen yang serupa (Von Pirquet, 1986). 2. Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala-gejala bersin-bersin, keluarnya cairan dari hidung, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar dengan allergen yang mekanisme ini diperantarai oleh IgE (WHO ARIA tahun 2001).Rhinitis adalah suatu inflamasi ( peradangan ) pada membran mukosa di hidung. (Dipiro, 2005 ) 3. Rhinitis adalah peradangan selaput lendir hidung ( Dorland, 2002 ). 4. Rhinitis alergi Adalah istilah umum yang digunakan untuk menunjukkan setiap reaksi alergi mukosa hidung, dapat terjadi bertahun-tahun atau musiman. (Dorland,2002 ). 5. Rinitis alergi adalah penyakit umum yang paling banyak di derita oleh perempuan dan laki-laki yang berusia 30 tahunan. Merupakan inflamasi mukosa saluran hidung yang disebabkan oleh alergi terhadap partikel, seperti: debu, asap, serbuk/tepung sari yang ada di udara. 6. Rhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa. Menurut sifatnya dapat dibedakan menjadi dua: a. Rhinitis akut (coryza, commond cold) merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali
  • 7. terjadi pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan musim semi. b. Rhinitis kronis adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis vasomotor. B. Etiologi Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu : Immediate Phase Allergic Reaction Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya Late Phase Allergic Reaction Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam. Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas : Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur. Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan. Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga tahap besar : 1. Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik 2. Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut, jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen masih ada, karena defek dari ketiga mekanisme system tersebut maka berlanjut ke respon tersier 3. Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak menguntungkan.
  • 8. C. Klasifikasi Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :  Immediate Phase Allergic Reaction Berlangsung sejak kontak dengan allergen hingga 1 jam setelahnya  Late Phase Allergic Reaction Reaksi yang berlangsung pada dua hingga empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung hingga 24 jam. Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :  Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.  Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan. Dengan masuknya allergen ke dalam tubuh, reaksi alergi dibagi menjadi tiga tahap besar : 1. Respon Primer, terjadi eliminasi dan pemakanan antigen, reaksi non spesifik 2. Respon Sekunder, reaksi yang terjadi spesifik, yang membangkitkan system humoral, system selular saja atau bisa membangkitkan kedua system terebut, jika antigen berhasil dihilangkan maka berhenti pada tahap ini, jika antigen masih ada, karena defek dari ketiga mekanisme system tersebut maka berlanjut ke respon tersier 3. Respon Tersier , Reaksi imunologik yang tidak menguntungkan. Berdasarkan waktunya Rhinitis Alergi dapat di golongkan menjadi: 1. Rinitis alergi musiman (Hay Fever) Biasanya terjadi pada musim semi.Umumnya disebabkan kontak dengan allergen dari luar rumah, seperti benang sari dari tumbuhan yang menggunakan angin untuk penyerbukannya, debu dan polusi udara atau asap. 2. Rinitis alergi yang terjadi terus menerus (perennial) Disebabkan bukan karena musim tertentu ( serangan yang terjadi sepanjang masa (tahunan)) diakibatkan karena kontak dengan allergen yang sering berada di rumah misalnya kutu debu rumah, bulu binatang peliharaan serta bau-bauan yang menyengat.
  • 9. D. Patofisiologi Tepung sari yang dihirup, spora jamur, dan antigen hewan di endapkan pada mukosa hidung. Alergen yang larut dalam air berdifusi ke dalam epitel, dan pada individu individu yang kecenderungan atopik secara genetik, memulai produksi imunoglobulin lokal (Ig ) E. Pelepasan mediator sel mast yang baru, dan selanjutnya, penarikan neutrofil, eosinofil, basofil, serta limfosit bertanggung jawab atas terjadinya reaksi awal dan reaksi fase lambat terhadap alergen hirupan. Reaksi ini menghasilkan mukus, edema, radang, gatal, dan vasodilatasi. Peradangan yang lambat dapat turut serta menyebabkan hiperresponsivitas hidung terhadap rangsangan nonspesifik suatu pengaruh persiapan. (Behrman, 2000). Histamin merupakan mediator penting pada gejala alergi di hidung.Histamine bekerja langsung pada reseptor histamine selular, dan secara tidak langsung melalui refleks yang berperan pada bersin dan hipersekresi.Melalui saraf otonom, histamin menimbulkan gejala bersin dan gatal, serta vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler yang menimbulkan gejala beringus encer dan edema local reaksi ini timbul segera setelah beberapa menit pasca pajanan allergen. Kurang lebih 50% Rhinitis alergik merupakan manifestasi reaksi hipersensitifitas tipe I fase lambat, gejala Gejala rhinitis alergik fase lambat seperti hidung tersumbat, kurangnya penciuman, dan hiperreaktivitas lebih diperankan ooleh eosinofil. E. Manifestasi Klinis 1. Bersin berulang-ulang, terutama setelah bangun tidur pada pagi hari (umumnya bersin lebih dari 6 kali). 2. Hidung tersumbat. 3. Hidung meler. Cairan yang keluar dari hidung meler yang disebabkan alergi biasanya bening dan encer, tetapi dapat menjadi kental dan putih keruh atau kekuningkuningan jika berkembang menjadi infeksi hidung atau infeksi sinus. 4. Hidung gatal dan juga sering disertai gatal pada mata, telinga dan tenggorok. 5. Badan menjadi lemah dan tak bersemangat.
  • 10. Gejala klinis yang khas adalah terdapatnya serangan bersin yang berulangulang terutama pada pagi hari, atau bila terdapat kontak dengan sejumlah debu. Sebenarnya bersin adalah mekanisme normal dari hidung untuk membersihkan diri dari benda asing, tetapi jika bersin sudah lebih dari lima kali dalam satu kali serangan maka dapat diduga ini adalah gejala rhinitis alergi. Gejala lainnya adalah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak. Hidung tersumbat, mata gatal dan kadang-kadang disertai dengan keluarnya air mata. F. Pemeriksaan Diagnosis Diagnosis rinitis alergika berdasarkan pada keluhan penyakit, tanda fisik dan uji laboratorium. Keluhan pilek berulang atau menetap pada penderita dengan riwayat keluarga atopi atau bila ada keluhan tersebut tanpa adanya infeksi saluran nafas atas merupakan kunci penting dalam membuat diagnosis rinitis alergika. Pemeriksaan fisik meliputi gejala utama dan gejala minor. Uji laboratorium yang penting adalah pemeriksaan in vivo dengan uji kulit goresan, IgE total, IgE spesifik, dan pemeriksaan eosinofil pada hapusan mukosa hidung. Uji Provokasi nasal masih terbatas pada bidang penelitian. G. Penatalaksanaan 1. Terapi yang paling ideal adalah dengan menghindari kontak dengan allergen penyebab 2. Pengobatan, penggunaan obat antihistamin H-1 adalah obat yang sering dipakai sebagai lini pertama pengobatan rhinitis alergi atau dengan kombinasi dekongestan oral. Obat Kortikosteroid dipilih jika gejala utama sumbatan hidung akibat repon fase lambat tidak berhasil diatasi oleh obat lain 3. Tindakan Operasi (konkotomi) dilakukan jika tidak berhasil dengan cara diatas 4. Penggunaan Imunoterapi. Pemilihan obat-obatan dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal antara lain : 1. Obat-obat yang tidak memiliki efek jangka panjang. 2. Tidak menimbulkan takifilaksis.
  • 11. 3. Beberapa studi menemukan efektifitas kortikosteroid intranasal. Meskipun demikian pilihan terapi harus dipertimbangkan dengan kriteria yang lain. 4. Kortikosteroid intramuskuler dan intranasal tidak dianjurkan sehubungan dengan adanya efek samping sistemik. H. Pencegahan Beberapa langkah/tips berikut ini dapat membantu anda bahkan jika anda tidak tahu jenis pollen apa yang membuat anda alergi. Jika anda tahu tipe pollen apa yang membuat anda alergi itu lebih bagus lagi.  Tetaplah berada di dalam ruangan/rumah pada waktu pollen sangat banyak di udara. Umumnya pollen sedikit di udara hanya beberapa saat setelah matahari terbit. Mereka kemudian jumlahnya makin banyak dan paling banyak pada tengah hari dan sepanjang siang. Jumlahnya kemudian berkurang menjelang matahari terbenam.  Tutuplah jendela dan pintu, baik pada siang maupun malam hari. Gunakan AC untuk membantu mengurangi jumlah pollen yang masuk ke dalam rumah anda. Jangan gunakan kipas dengan buangan keluar (exhaust fan) karena dapat membawa lebih banyak pollen masuk ke dalam rumah anda.  Potonglah rumput di halaman rumah sesering mungkin.  Cegah membawa pulang pollen masuk ke rumah setelah anda bepergian: - Segeralah mandi dan ganti baju dan celana yang anda pakai di luar. - Keringkan pakaian anda dengan mesin pengering, jangan jemur di luar.  Berliburlah ke tempat lain pada saat musim pollen sedang berlangsung di tempat anda ke tempat di mana tanaman yang membuat anda alergi tidak tumbuh.  Jangan keluar rumah pada saat hujan atau hari berangin.  Hindari aktivitas yang membat anda terpapar dengan mold, seperti berkebun (terutama saat bekerja dengan kompos), memotong rumput.  Buanglah jauh-jauh dari rumah anda daun-daun yang berguguran, potongan rumput, dan kompos.
  • 12. Di daerah yang berudara lembab mold di dalam rumah dapat mencetuskan serangan asthma, rhinitis alergika dan dermatitis alergika. Beberapa langkah berikut dapat membantu:  Bersihkan kamar mandi, bathtubs, shower stalls, shower curtains, dan karet-karet jendela paling sedikit sebulan sekali dengan disinfektan atau cairan pemutih. Gunakan pemutih dengan hati-hati, karena dapat membuat hidung anda teriritasi. Jika hidung anda teriritasi, gejala alergi anda dapat memburuk.  Rumah harus ada aliran udara yang baik dan kering.  Gunakan exhaust fan di kamar mandi dan dapur.  Jangan gunakan karpet. Oleh karena orang dewasa menghabiskan 1/3 waktu mereka dan anak-anak menghabiskan ½ dari waktu mereka di kamar tidur, maka penting agar tidak ada alergen di kamar tidur. Jangan gunakan kasur, bantal dan guling yang diisi dengan kapuk. I. Komplikasi 1. Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung. 2. Otitis media. Rinitis alergi dapat menyebabkan otitis media yang sering residif dan terutama kita temukan pada pasien anak-anak. 3. Sinusitis kronik Otitis media dan sinusitis kronik bukanlah akibat langsung dari rinitis alergi melainkan adanya sumbatan pada hidung sehingga menghambat drainase.
  • 13.  Konsep Askep A. Pengkajian 1) Pengumpulan Data a. Identitas Klien Nama : Ny. Z Umur : 30 thn Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Sudah kawin Agama : Islam Suku / Bangsa : Muna Pendidikan : Sarjana Pekerjaan : PNS / Guru Alamat : Jln. S. Goldaria b. Identitas Penanggung Nama : Tn. X Umur : 34 Thn Jenis Kelamin : Laki - laki Status : Sudah nikah Agama : Islam Suku / Bangsa : Muna Pendidikan : Sarjana Pekerjaan : PNS / Guru Hub. Dengan Klien : Suami Pasien Alamat : Jln. S. Goldaria Data Demografi Pada pasien ini di derita dimana saja, tidak berpengaruh pada tempat berdomosili wilayah tertentu. Riwayat Penyakit Sekarang Bersin-bersin, hidung mengeluarkan sekret, hidung tersumbat, dan hidung gatal.
  • 14. Pemerikasaan 1) Aktivitas / istirahat Gejala : Klien menegatakan susah tidur Tanda : klien susah tidur klien terlihat bersin – bersin Klien nampak sesak saat beraktivitas 2) Makanan dan cairan Gejala : KLien mengatakan berat badannya menurun Klien mengatakan kurang nafsu makan Tanda : Porsi makan tidak dihabiskan Badan tambah kurus 3) Pernapasan Gejala : Klien mengatakan sesak napas Klien mengatakan bersin - bersin Tanda : Frekuensi napas cepat Klien bernapas melalui mulut Hidung meler Inspeksi : permukaan hidung terdapat sekret mukoid Pemeriksaan penunjang :  Pemeriksaan nasoendoskopi  Pemeriksaan sitologi hidung  Hitung eosinofil pada darah tepi 2) Klasifikasi Data Data Subyektif :
  • 15. KLien mengatakan sesak napas Klien mengatakan berat badannya menurun Klien mengatakan kurang nafsu makan Data Obyektif : Frekuensi napas cepat Klien bernapas melalui mulut Klien nampak bersin – bersin Klien nampak tidak ada nafsu makan Porsi makan tidak dihabiskan Badan tampak kurus Berat badan menurun Lapisan hidung membengkak, warna merah kebiruan 3) Analisa data SYMPTOM DS : Klien mengatakan susah ETIOLOGI Akumulasi mucus / secret PROBLEM Bersihan jalan nafas tidak efektif bernapas DO : - hidung meler, - bersin-bersin, - klien bernafas melalui mulut - frekwensi napas cepat DO : Pola napas tidak teratur Pertukaran gas terganggu Bersihan jalan napas tidak efektif Hidung meler dan klien mengatakan susah tidur. bersin - bersin DO : - Klien terlihat bersinbersin Susah tidur Gangguan pola tidur
  • 16. - hidung meler Gangguan pola tidur - klien susah tidur DS : Nafsu makan menurun Nutrisi klien mengatakan nafsu makan menurun kurang dari kebutuhan Pola makan tidak Do : teratur - Klien terlihat kurang nafsu makan - Porsi Nutrisi kurang dari makan tidak kebutuhan dihabiskan - BB menurun 4) Prioritas Masalah 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif 2. Gangguan pola tidur 3. Nutrisi kurang dari kebutuhan B. Diagnosa Keperawatan 1. Bersihan jalan nafas tidak efektiif berhubungan dengan akumulasi mucus 2. Gangguan pola tidur / istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung 3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Nafsu makan menurun C. Perencanaan Tujuan Perencanaan Intervensi Tupan: Setelah dilakukan Rasional 1. Auskultasi bunyi napas 1. Obstruksi jalan napas tindakan keperawatan selama 7 dan dapat atau tak di Bersihan jalan nafas kembali manevestasikan adanya efektif. bunyi napas
  • 17. Tupen : Setelah dilakukan adventisius. tindakan keperawatan selama 3 hari menujukkan perilaku untuk 2. Catat adanya bunyi 2. Adanya beberapa memperbaiki bersihan jalan napas, mis ; mengi, derajat dan dapat nafas atau berangsur – angsur krekels, ronki dan ditemukan pada teratasi. Kaji/pantau frekuensi penerimaan atau selama Dengan criteria hasil : pernapasan. stres atau adanya mengeluarkan sekret infeksi akut. Penafasan dapat melambat dan frekunsi ekspirasi memanjaga inspirasi memendek. 3. Kaji pasien untuk posisi 3. Peningian kepala yang nyaman mis : tempat tidur peninggian kepala mempermudah fungsi tempat tidur, duduk pada pernapasan dengan persandaran tempat mengunakn grafitasi. tidur. 4. Tingkatkan masukan caian 3000 /hari sesuai jantung, memberikan air hangat. Tupan : Setelah dilakukan 1. Tentukan kebiasan tidur 4. hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, mempermudah pengeluaran. 1. Mengakaji perlunya dan tindakan keperawatan selama 7 biasanya dan perubahan mengidentifikasi hari Gangguan pola tidur yang terjadi. intervensi yang tepat. teratasi. Tupen :Setelah dilakukan 2. Berikan tempat tidur 2. Meningakatkkan tindakan keperawatan selama 3 yang nyaman dan kenyamanan tidur serta hari Gangguan pola beberapa milik pribadi dukungan
  • 18. tidurberangsu – angsur teratasi. mis : bantal, guling. Dengan kriteria hasil : fisiologis/psikologisbila rutinitas - Pola tidur teratur barumenggandung aspek sebanyak kebiasaan lama,stres dan ansietas yang berhubungan dapat berkurang. 3. Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam pola lama dan 3. Meningkatkan efek relaksasi. lingkungan baru. 4. Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur - instruksikan tindakan relaksasi - Berikan sedative sesuai indikasi. Tupan :Setelah dilakukan 1. Jelaskan tentang manfaat 4. Membantu menginduksi tidur - Membantu pasien agar mudah beristirahat. 1.Dengan pemahaman tindakan keperawatan selama 4 makan bila dikaitkan klien akan lebih hari Nutrisi terpenuhi sesuai dengan kondisi klien kooperatif mengikuti dengan kebutuhan tubuh saat ini. aturan. teratasi Tupen :Setelah dilakukan 2. Anjurkan agar klien 2.Untuk menghindari tindakan keperawatan selama 2 memakan makanan makanan yang justru hari kebutuhan nutrisi tubuh yang tersedia di RS. dapat mengganggu berangsur – angsur teratasi. proses penyembuhan Dengan criteria hasil : klien. - Nafsu makan meningkat - Kebutuhan tubuh 3. Lakukan dan ajarkanperawatan mulut 3.Higiene oral yang baik akan meningkatkan
  • 19. terpenuhi. sebelum dan sesudah nafsu makan makan serta sebelum klienmakanan adalah dan sesudah bagian dari peristiwa intervensi/periksaan sosial, dan nafsu makan peroral. dapat meningkat dengan Tingkakan lingkungan sosialisasi. yang menenangkan untuk makan dengan teman jika memungkinkan. 4. Berikan makanan dalam 4.Makanan hangat dapat keadaan hangatberikan meningkatkan nafsu makanan selingan (mis; makan, membantu keju, biskuit, sup, buah- memenuhi kebutuhan buahan)yang tersedia dan meningkatkan dalam 24 jam. pemasukan. 5. Kolaborasi tentang pemenuhan diet klien. 5. Meningkatkan pemenuhan sesuai dengan kondisi klien.
  • 20. “ AskepPada Pasien Tonsilitis(Amandel) “  Konsep Penyakit A. Definisi Tonsilitis Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Radang tonsil pada anak hampir selalu melibatkan organ sekitarnya sehingga infeksi pada faring biasanya juga mengenai tonsil sehingga disebut sebagai tonsilofaringitis. ( Ngastiyah,1997 ) B. EtiologiTonsilitis Penyebab tonsilitis bermacam – macam, diantaranya adalah yang tersebut dibawah ini yaitu : a. Streptokokus Beta Hemolitikus b. Streptokokus Viridans c. Streptokokus Piogenes d. Virus Influenza Infeksi ini menular melalui kontak dari sekret hidung dan ludah (droplet infections). C. Proses PatologiTonsilitis
  • 21. Bakteri dan virus masuk masuk dalam tubuh melalui saluran nafas bagian atas, akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia. D. Manifestasi KlinisTonsilitis Tanda dan gejala tonsilitis akut adalah : 1. Nyeri tenggorok 2. Nyeri telan 3. Sulit menelan 4. Demam 5. Mual 6. Anoreksia 7. Kelenjar limfa leher membengkak 8. Faring hiperemis 9. Edema faring 10. Pembesaran tonsil 11. Tonsil hiperemia 12. Mulut berbau 13. Otalgia (sakit di telinga) 14. Malaise E. Pemeriksaan Penunjang Tonsilitis Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi : 1. Leukosit : terjadi peningkatan
  • 22. 2. Hemoglobin : terjadi penurunan 3. Usap tonsil untuk pemeriksaan kultur bakteri dan tes sensitifitas obat. F. Komplikasi Tonsilitis Komplikasi yang dapat muncul bila tonsilitis akut tidak tertangani dengan baik adalah : 1. Tonsilitis kronis 2. Otitis medis G. Penatalaksanaan Tonsilitis Penanganan pada klien dengan tonsilitis akut adalah 1. Penatalaksanaan medis a. Antibiotik baik injeksi maupun oral seperti cefotaxim, penisilin, amoksisilin, eritromisin dll b. Antipiretik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen. c. Analgesik untuk meredakan nyeri 2. Penatalaksanaan keperawatan a. Kompres dengan air hangat b. Istirahat yang cukup c. Pemberian cairan adekuat, perbanyak minum hangat d. Kumur dengan air hangat e. Pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien.
  • 23.  Konsep Askep A. Pengkajian 1) Pengumpulan Data c. Identitas Klien Nama : An. R Umur : 13 thn Jenis Kelamin : Laki - laki Status Perkawinan : Anak Kandung Agama : Islam Suku / Bangsa : Muna Pendidikan : SD Pekerjaan : - Alamat : Desa Bone Balano d. Identitas Penanggung Nama : Tn. X Umur : 34 Thn Jenis Kelamin : Laki - laki Status : Sudah nikah Agama : Islam Suku / Bangsa : Muna Pendidikan : Sarjana Pekerjaan : PNS / Guru Hub. Dengan Klien : Ayah Pasien Alamat : Desa Bone Balano Data Demografi Pada pasien ini di derita dimana saja, tidak berpengaruh pada tempat berdomosili wilayah tertentu. Riwayat Penyakit Sekarang Sakit tenggorokan, nyeri telan, demam dll.
  • 24. Riwayat Kesehatan Yang Lalu 1. Riwayat kelahiran 2. Riwayat imunisasi 3. Penyakit yang pernah diderita ( faringitis berulang, ISPA, otitis media ) 4. Riwayat hospitalisasi Pemerikasaan 1. Pengkajian umum Usia, tingkat kesadaran, antopometri, tanda – tanda vital dll 2. Pernapasan Kesulitan bernafas, batuk Ukuran besarnya tonsil dinyatakan dengan : T0 : bila sudah dioperasi T1 : ukuran yang normal ada T2 : pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah T3 : pembesaran mencapai garis tengah T4 : pembesaran melewati garis tengah 3. Nutrisi Sakit tenggorokan, nyeri telan, nafsu makan menurun, menolak makan dan minum, turgor kurang. 4. Aktivitas / istirahat Anak tampak lemah, letargi, iritabel, malaise 5. Keamanan / Kenyamanan Kecemasan anak terhadap hospitalisasi. B. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada Tonsilitis akut adalah : 1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil 2. Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil 3. Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya anoreksia 4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
  • 25. 5. Gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya obstruksi pada tuba eustakii C. Rencana Keperawatan Tujuan Perencanaan Intervensi Tupan: Setelah dilakukan Rasional 1. Pantau suhu tubuh anak 1. Menentukan intervensi tindakan keperawatan ( derajat dan pola ), selama 3 hari hipertermi perhatikan menggigil atau teratasi. tidak. Tupen : Setelah 2. Pantau suhu lingkungan. selanjutnya. 2. Suhu lingkungan dilakukan tindakan mempengaruhi suhu keperawatan selama 1 hari tubuh. hipertermi berangsur – 3. Batasi penggunaan linen, angsur teratasi. pakaian yang dikenakan Dengan criteria hasil : 3. Agar badan klien terasa klien. - Suhu badan turun. 4. Berikan kompres hangat. hangat. 4. Kompres hangat akan meringankan demam yang terjadi dan sebagai kompensasi tubuh. 5. Berikan cairan yang banyak ( 1500 – 2000 5. Cairan menurunkan resiko deficit cairan. cc/hari ). 6. Kolaborasi pemberian antipiretik. 6. Anti pireutik dapat meringankan rasa sakit yang ada. Tupan : Setelah 1. Kaji Tanda-tanda Vital. dilakukan tindakan selanjutnya. keperawatan selama 7 hari 2. Pantau nyeri klien(skala, Gangguan pola 1. Menentukan intervensi intensitas, kedalaman, 2. Untuk menentukan nyeri klien.
  • 26. tidurteratasi. frekuensi). P : Nyeri Tupen :Setelah dilakukan Q : Hilang timbul tindakan keperawatan R : Faring selama 3 hari Gangguan S : 2 (0 – 5 ). pola tidur berangsu – T : Saat makan dan angsur teratasi. Dengan minum atau saat kriteria hasil : menelan. - Pola tidur teratur 3. Berikan posisi yang nyaman. 4. Berikan tehnik relaksasi dengan tarik nafas panjang 3. Posisi yang baik dapat memberikan rasa nyaman. 4. Dengan relaksasi dapat melalui hidung dan meringankan rasa mengeluarkannya pelan – nyeri. pelan melalui mulut. Tupan :Setelah dilakukan 1. Timbang BB tiap hari. 1. Pengukuran BB untuk tindakan keperawatan menilai perkembagna selama 4 hari Nutrisi dan terpenuhinya terpenuhi sesuai dengan kebutuhan. kebutuhan tubuh. Tupen :Setelah dilakukan 2. Berikan makanan dalam keadaan hangat. tindakan keperawatan selama 2 hari kebutuhan 2. Makanan yang hangat membuat pembuluh darah melebar. 3. Berikan makanan dalam 3. Makanan yang menarik nutrisi tubuh berangsur – porsi sedikit tapi sering bentuknya akan angsur teratasi. Dengan sajikan makanan dalam menambah selera criteria hasil : bentuk yang menarik. amakan klien. - Nafsu makan meningkat 4. Tingkatkan kenyamanan lingkungan saat makan. - Kebutuhan tubuh 4. Lingkungan yang bersih memberi rasa nyaman dan meningkatkan. terpenuhi. keinginan makan. 5. Kolaborasi pemberian vitamin penambah nafsu 5. Vitamin dapat meningkatkan daya
  • 27. makan. Tupan : Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat toleransi aktivitas klien. tahan tubuh. 1. Untuk melakukan intervensi selanjutnya. keperawatan selama 7 hari 2. Observasi adanya kelelahan 2. Kelelahan dapat intoleransi teratasi. dalam melakukan aktifitas. Tupen :Setelah dilakukan tindakan keperawatan mengakibatkan tingkat aktivitas terbatas. 3. Monitor Tanda-tanda Vital 3. Pemantauan TTV untuk selama 3 hari intoleransi sebelum, selama dan mengukur sejauh mana aktivitas berangsu – sesudah melakukan perkembangan angsur teratasi. Dengan aktifitas. kesehatan. kriteria hasil : Klien beraktivitas dapat 4. Berikan lingkungan yang tenang. beraktivitas sesuai tingkat 4. Lingkungan yang tenang dapat merilekskan tubuh. toleransinya. 5. Melakukan aktivitas 5. Tingkatkan aktifitas sesuai toleransi klien dapat meningkatkan ketahanan dalam melakukan kegiatan. Tupan : Setelah 1. Kaji ulang gangguan 1. Untuk menentukan dilakukan tindakan pendengaran yang dialami tingkat keparahan keperawatan selama 7 hari klien. pendengaran. gangguan persepsi sensori 2. Lakukan irigasi telinga. 2. Irigasi dapat teratasi. meningkatkan Tupen :Setelah dilakukan pengeluaran kotorang tindakan keperawatan (serumen). selama 3 hari gangguan persepsi sensori aktivitas 3. Berbicaralah dengan jelas dan pelan. berangsu – angsur teratasi. 4. Gunakan papan tulis / Dengan kriteria hasil : kertas untuk berkomunikasi Klien dapat mendengar pendengaran. 4. Agar komunikasi dapat jika terdapat kesulitan dengan normal. 3. Untuk melatih dalam berkomunikasi 5. Kolaborasi pemberian tetes berjalan. 5. Obat tetets telinga dapat
  • 28. telinga menyembuhkan obstruksi dan membersihkan serumen. “ Askep Pada Pasien Tinnitus “  Konsep Penyakit A. Pengertian Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar.Keluhannya bisa berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya. Gejalanya bisa timbul terus menrus atau hilang timbul.(Putri Amalia dalam artikel Gangguan Pendengaran ”Tinnitus”.FK Universitas Islam Indonesia) Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu mendengar bunyi, namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi tersebut berasal dari tubuh penderita itu sendiri, meski demikian tinnitus hanya merupakan gejala, bukan penyakit, sehingga harus di ketahui penyebabnya.(dr. Antonius HW SpTHT dalam artikel Suara Keras Sebabkan Telinga Mendenging . Indopos Online) B. Etiologi Penyebab terjadinya tinnitus sangat beragam, beberapa penyebabnya anatara lain: 1. Kotoran yang ada di lubang telinga, yang apabila sudah di bersihkan rasa berdenging akan hilang 2. Infeksi telinga tengah dan telinga dalam 3. Gangguan darah
  • 29. 4. Tekanan darah yang tinggi atau rendah, dimana hal tersebut merangsang saraf pendengaran 5. Penyakit meniere’s Syndrome, dimana tekanan cairan dalam rumah siput meningkat, menyebabkan pendengaran menurun, vertigo, dan tinnitus 6. Keracunan obat 7. Penggunaan obat golongan aspirin. C. Patofisiologi Menurut frekuensi getarannya, tinnitus terbagi menjadi dua macam, yaitu: 1. Tinnitus Frekuensi rendah (low tone) seperti bergemuruh 2. Tinnitus frekuensi tinggi (high tone)seperti berdenging Tinnitus biasanya di hubungkan dengan tuli sensorineural dan dapat juga terjadi karena gangguan konduksi, yang biasanya berupa bunyi dengan nada rendah. Jika di sertai dengan inflamasi, bunyi dengung akan terasa berdenyut (tinnitus pulsasi) dan biasanya terjadi pada sumbatan liang telinga, tumor, otitis media, dll. Pada tuli sensorineural, biasanya timbul tinnitus subjektif nada tinggi (4000Hz).Terjadi dalam rongga telinga dalam ketika gelombang suara berenergi tinggi merambat melalui cairan telinga, merangsang dan membunuh sel-sel rambut pendengaran maka telinga tidak dapat berespon lagi terhadap frekuensi suara. Namun jika suara keras tersebut hanya merusak sel-sel rambut tadi maka akan terjadi tinnitus, yaitu dengungan keras pada telinga yang di alami oleh penerita.(penatalaksanaan penyakit dan kelainan THT edisi 2 thn 2000 hal 100). Susunan telinga kita terdiri atas liang telinga, gendang telinga, tulang-tulang pendengaran, dan rumah siput. Ketika terjadi bising dengan suara yang melebihi ambang batas, telinga dapat berdenging, suara berdenging itu akibat rambut getar yang ada di dalam rumah siput tidak bisa berhenti bergetar.Kemudian getaran itu di terima saraf pendengaran dan diteruskan ke otak yang merespon dengan timbulnya denging. Kepekaan setiap orang terhadap bising berbeda-beda, tetapi hampir setiap orang akan mengalami ketulian jika telinganya mengalami bising dalam waktu yag cukup
  • 30. lama. Setiap bising yang berkekuatan 85dB bisa menyebabkan kerusakan.Oleh karena itu di Indonesia telah di tetapkan nilai ambang batas yangn di perbolehkan dalam bidang industri yaitu sebesar 89dB untuk jangka waktu maksimal 8 jam.Tetapi memang implementasinya belum merata.Makin tinggi paparan bising, makin berkurang paparan waktu yang aman bagi telinga. D. Gejala Pendengaran yang terganggu biasanya di tandai dengan mudah marah, pusing, mual dan mudah lelah.Kemudian pada kasus tinnitus sendiri terdapat gejala berupa telinga berdenging yang dapat terus menerus terjadi atau bahkan hilang timbul. Denging tersebut dapat terjadi sebagai tinnitus bernada rendah atau tinggi.Sumber bunyi di ataranya berasal dari denyut nadi, otot-otot dala rongga tellinga yang berkontraksi, dan juga akibat gangguan saraf pendengaran. E. Diagnosis Tinnitus merupakan suatu gejala klinik penyakit telinga, sehingga untuk memberikan pengobatannya perlu di tegakkan diagnosa yang tepat sesuai dengan penyebab, dan biasanya memanng cukup sulit untuk di ketahui. Untuk memastikan diagnosis perlu di tanyakan riwayat terjadinya kebisingan, perlu pemerikasaan audio-metri nada murni (pure tone audiometry). Pada pemeriksaan nada murni gamabaran khas berupa takik (notch) pada frekuensi 4kHz. Anamnesis merupakan hal utama dan terpenting dalam menegakkan diagnosa tinnitus. Hal yang perlu di gali adalah seperti kualitas dan kauantitas tinnitus, apakah ada gejala lain yangmenyertai, seperti vertigo, gangguan pendengaran, atau gejala neurologik.Pemeriksaan fisik THT dan otoskopi harus secara rutin di lakukan, dan juga pemeriksaan penala, audiometri nada murni, audiometri tutur, dan bila perlu lakkukan ENG.
  • 31. F. Pencegahan Pencegahan terhadap tinnitus adalah sebagai berikut: a. Hindari suara-suara yang bising, jangan terlalu sering mendengarkan suara bising(misalnya diskotik, konser musik, walkman, loudspeaker, telpon genggam) b. Batasi pemakaian walkman, jangan mendengar dengan volume amat maksimal c. Gunakan pelindung telinga jika berada di tempat bising. d. Makanlah makanan yang sehat dan rendah garam e. Minumlah vitamin yang berguna bagi saraf untuk melakukan perbaikan, seperti ginkogiloba, vit A dan E. G. Pengobatan Pada umumnya pengobatan gejala tinnitus dibagi dalam 4 cara, yaitu : 1. Elektrofisiologik, yaitu memberi stimulus elektroakustik (rangsangan bunyi) dengan intensitas suara yang lebih keras dari tinnitusnya, dapat dengan alat bantu dengar atau tinnitus masker. 2. Psikologik, yaitu dengan memberikan konsultasi psikologik untuk meyakinkan pasien bahwa penyakitnya tidakmembahayakan dan bisa disembuhkan, serta mengajarkan relaksasi dengan bunyi yang harus didengarnya setiap saat. 3. Terapi medikametosa, sampai saat ini belum ada kesepakatan yang jelas diantaranya untuk meningkatkan aliran darah koklea, transquilizer, antidepresan sedatif, neurotonik, vitamin dan mineral. 4. Tindakan bedah, dilakukan pada tumor akustik neuroma. Namun, sedapat mungkin tindakan ini menjadi pilihan terakhir, apabila gangguan denging yang diderita benar-benar parah. Pasien juga di berikan obat penenang atau obat tidur, untuk membantu memenuhi kebutuhan istirahat, karena penderita tinnitus biasanya tidurnya sangat terganggu oleh tinnitus itu sendiri, sehingga perlu di tangani, juga perlu di jelaskan bahwa gangguat tersebut sulit di tanangi, sehingga pasien di anjurkan untuk beradaptasi dengan keadaan tersebut, karena penggunaan obat penenang juga tidak terlalu baik dan hanya dapat di gunakan dalam waktu singkat.
  • 32.  Konsep Askep A. Pengkajian 1. Aktivitas - Gangguan keseimbangan tubuh - Mudah lelah 2. Sirkulasi - Hipotensi , hipertensi, pucat (menandakan adanya stress) 3. Nutrisi - Mual 4. Sistem pendengaran - Adanya suara abnormal(dengung) 5. Pola istirahat - Gangguan tidur/ Kesulitan tidur. B. Diagnosa 1. Ansietas atau Cemas b/d kurangnya informasi tentang gangguan pendengaran (tinnitus). 2. Gangguan istirahat dan tidur b/d gangguan pendengaran. 3. Resiko kerusakan interaksi sosial b/d hambatan komunikasi. C. Perencanaan Tujuan Perencanaan Intervensi Tupan: Setelah Rasional 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Untuk menentukan dilakukan tindakan klien tentang gangguan keperawatan selama yang di alaminya. 4 hari ansietas 2. Beri kesempatan klien intervensi selanjutnya. 2. Diharapakan dapat
  • 33. teratasi. untuk mengekspresikan memberikan gambaran Tupen : Setelah perasaannya. sejauh mana klien dilakukan tindakan mengetahui tentang keperawatan selama penyakitnya. 2 hari ansietas 3. Jelaskan pada klien 3. Agar klien mengetahui berangsur – angsur tentang penyakit dan penyakit dan prosedur. teratasi. prosedur pengobatannya. Dengan criteria hasil 4. Yakinkan dan support 4. Dengan support dapat : klien bahwa penyakitnya meningkatkan keinginan Tidak terjadi dapat di sembuhkan. klien untuk sembuh. kecemasan, 5. Anjurkan klien untuk pengetahuan klien rileks, dan menghindari terhadap penyakit 5. Rileks dapat membuat klien tenang. stress. meningkat Tupan : Setelah 6. Tentukan kebiasan tidur 10. Mengakaji perlunya dan dilakukan tindakan biasanya dan perubahan mengidentifikasi intervensi keperawatan selama yang terjadi. yang tepat. 7 hari Gangguan 7. Berikan tempat tidur yang 11. Meningakatkkan pola tidur teratasi. nyaman dan beberapa milik kenyamanan tidur serta Tupen :Setelah pribadi mis : bantal, guling. dukungan dilakukan tindakan fisiologis/psikologis bila keperawatan selama rutinitas baru 3 hari Gangguan menggandung aspek pola tidur berangsu – sebanyak kebiasaan lama, angsur teratasi. stres dan ansietas yang Dengan kriteria hasil berhubungan dapat : berkurang. Pola tidur teratur 8. Buat rutinitas tidur baru yang dimasukkan dalam 12. Meningkatkan efek relaksasi. pola lama dan lingkungan baru. 4. Membantu menginduksi tidur
  • 34. 9. Tingkatkan regimen kenyamanan waktu tidur - Membantu pasien agar mudah beristirahat. - instruksikan tindakan relaksasi - Berikan sedative sesuai indikasi. Tupan :Setelah 1. dilakukan tindakan keperawatan selama Kaji tingkat kesulitan tidur. 2. Kolaborasi dalam 1. Untuk menentukan intervensi selanjutnya. 2. Obat tidur dapat 4 hari gangguan pemberian obat penenang/ meningkatkan kualitas istrahat / tidur obat tidur. istrahat klien. teratasi 3. Anjurkan klien untuk 3. Adaptasi membuat klien Tupen :Setelah beradaptasi dengan akan biasa atau tidak dilakukan tindakan gangguan tersebut. merasa mengganggu keperawatan selama 2 hari gangguan istrahat / tidur berangsur – angsur teratasi. Dengan criteria hasil : Gangguan tidur dapat teratasi atau teradaptasi istrahat klien.
  • 35. BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan 1. Rhinitis alergi adalah penyakit peradangan yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien-pasien yang memiliki atopi, yang sebelumnya sudah tersensitisasi atau terpapar dengan allergen (zat/materi yang menyebabkan timbulnya alergi) yang sama serta meliputi mekanisme pelepasan mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan allergen yang serupa (Von Pirquet, 1986). Diagnosa atau masalah keperawatan Rhinitis adalah : - Bersihan jalan nafas tidak efektiif berhubungan dengan akumulasi mucus - Gangguan pola tidur / istirahat berhubungan dengan penyumbatan pada hidung - Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Nafsu makan menurun 2. Tonsilitis akut adalah peradangan pada tonsil yang masih bersifat ringan. Diagnosa atau masalah keperawatannya : - Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil - Nyeri berhubungan dengan pembengkakan pada tonsil - Resiko perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya anoreksia - Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan - Gangguan persepsi sensori : pendengaran berhubungan dengan adanya obstruksi pada tuba eustakii 3. Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya bisa berupa bunyi mendenging, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya. Gejalanya bisa timbul terus menrus atau hilang timbul. Diagnosa atau masalah keperawatan penyakit tinnitus : - Ansietas atau Cemas b/d kurangnya informasi tentang gangguan pendengaran (tinnitus).
  • 36. - Gangguan istirahat dan tidur b/d gangguan pendengaran. - Resiko kerusakan interaksi sosial b/d hambatan komunikasi. B. Saran Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
  • 37. DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi 9. Jakarta : EGC. Doenges, Marilynn E. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC;1999 Efiaty Arsyad Soepardi & Nurbaiti Iskandar. Buku Ajar Ilmu Kesehatan : Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001 Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC R. Sjamsuhidajat &Wim de jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi revisi. Jakarta : EGC ; 1997 Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8