Dokumen tersebut membahas tentang proses penciptaan manusia secara azali dan alami oleh Allah SWT, dimulai dari bahan dasar tanah liat hingga ditiupkan ruh. Manusia diberi potensi internal seperti fitrah untuk mengenal Allah dan potensi eksternal seperti al-Quran dan sunnah untuk memimpin manusia.
2. MA’RIFATUL INSAN
A. PRINSIP PENCIPTAAN MANUSIA
Allah SWT berfirman:
“Bukankah telah datang atas manusia suatu waktu dari masa, sedang ketika itu belum merupakan sesuatu
yang dapat disebut”. (QS. 76:1).
“Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedang
ia tidak ada sama sekali?”. (QS. 19:67).
Kedua ayat di atas dimulai dengan kalimat istifham, yang menuntut perhatian supaya manusia memikirkan
diri dan proses kejadiannya, sehingga dengan itu, ia akan berlaku dengan benar dalam kehidupan di dunia ini
sesuai dengan fungsi dan tujuan penciptaannya.
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Pada mulanya ia bukanlah apa-apa, tidak ada, tidak berwujud dan
tidak berbentuk. Kemudian atas kehendak-Nya, ia diciptakan.
Ihwal penciptaan manusia ini, menunjukkan KeMaha Kuasaan Allah. Hal ini harusnya menjadi renungan
manusia, betapa tanpa kekuasaan-Nya, dirinya bukanlah apa-apa.
B. PROSES PENCIPTAAN MANUSIA
Dalam penciptaan manusia, terdapat dua proses, yaitu: (1) Proses azali, dan (2) Proses alami.
1. Proses azali
Proses azali adalah proses dimana peran ke Maha Kun fayakunan Allah terjadi, tidak ada sedikitpun campur tangan
manusia. Seperti dalam penciptaan Adam yang diciptakan dari tanah liat yang dibentuk. Hawa yang diciptakan dari
tulang rusuk Adam. Dan Isa Al Masih yang diciptakan tanpa seorang ayah.
Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikut:
)26(ٍ ُ٘ ََْ َذْ ََقْ َب اىْ ِّْ َب َ ِِْ َيْصَب ٍ ِِْ َ َ ٍ ٍَغ
ُ ْ ٗىق خي ْ ئ غ ُ ٍ ص ه ٍ حَئ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering yang diberi bentuk”.
(QS.15:26).
ٝ أٖٝ ْ ط رق سثنٌ ىز خيقن ٍ ّ ْظ ٗ حذح ٗخيق ٍ ٖ ص خٖ ٗثّث ٍ َٖ سخ ى مث ش ٗ غ ء
ً َبَُ َب اى َب ُ اَ ُ٘ا ََ ُ ُ اَ ِٛ ََ َ ٌُْ ِِْ َف ٍ َا ِ َ ٍ َ ََ َ ِ ْ َب َْٗ َ َب َ َ َ ِ ْ ُ َب ِ َبًب َ ِٞ ًا َِّ َب
)1(َاَ ُ٘ا اىَ َ اَ ِٛ رَ َب َُ٘ َ ِ ِ َاىْ َسْ َب َ ِ َ اىَ َ َب َ ََْٞ ٌُْ سَ ِٞ ًب
ٗ رق ئ ىز غ ءى ُ ثٔ ٗ ؤ ح ً إُ ئ م ُ عي ن ق ج
3. “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu,
dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan dari keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki
dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-Nya kamu
saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi kamu ”. (QS.4:1).
)59(ُ ُ٘ َٞ ُِْ ُ َ َ ِ َ َث َ ِٞ َٚ ِ ْ َ اىَ ِ َ َث ِ َا َ َ ََ َ ُ ِِْ ُ َا ٍ ُ َ قَب
ُ إُ ٍ َو ع غ ع ذ ئ مَ َو ء دً خيقٔ ٍ رش ة ثٌ ه ىٔ م ف َن
“Sesungguhnya misal penciptaan Isa di sisi Allah, adalah seperti penciptaan Adam, Allah menciptaklan Adam dari
tanah, kemudian Allah berfirman: “Jadilah”, maka jadilah dia”. (QS.3:59).
2. Proses Alami
Proses alami adalah proses kejadian manusia setelah Adam dan Hawa terkecuali Isa as. yaitu harus adanya
percampuran antara laki-laki dan perempuan, bertemunya sel sperma dan indung telur di dalam rahim perempuan.
Dalam rahim seorang ibu ia dibentuk dengan melalui beberapa tahapan dan dalam waktu yang telah ditetapkan.
Kemudian setelah sempurna kejadiannya, ia dilahirkan ke atas dunia sebagai seorang bayi, lalu Allah tumbuhkan ia
menjadi dewasa dan menjadi tua, kemudian Allah wafatkan.
Sebagaimana firman Allah di bawah ini:
ثٌ خي ْ ْ ف عي خ
ً َََ َذْ ََقْ َب اىْ ِّْ َب َ ِِْ َُبَ ٍ ِِْ ِٞ ٍ( 21) ُ َ َ َيْ َب ُ ُطْ َخً ِٜ ق َا ٍ َ ِٞ ٍ( 31) ُ َ ََقْ َب اىُطْ َخَ ََق
ِ ثٌ خع ْ ٓ ّ ف ف َش س ٍن ِ ٗىق خي ْ ئ غ ُ ٍ عي ىخ ٍ ط
ِفخي ْ عيقخ ٍ غ فخي ْ َ غخ عظ ٍ ف غ ّ عظ ً ى َ ثٌ أ ش ّ ٓ خ ق ء خ فزج سك ئ أ غ
ُ َ َْ ََقْ َب اىْ ََ َ َ ُضْ َخً َ ََقْ َب اىْ ُضْ َ َ ِ َب ًب َنَ َْ٘ َب اىْ ِ َب َ َحْ ًب ُ َ َّْ َؤْ َب ُ َيْ ًب َا َشَ َ َ َب َ َ اىَ ُ َح
)16(َ ُ٘ َ ْ ُ ِ َ ا ْ َبِ ِٞ َ(41) ُ َ ِ َ ُ ْ َ ْ َ َِ َ َ َ ِ ُ٘ َ(51) ُ َ ِ َ ُ ْ َ ْ َ ا ْ ِ َب
ُ ثٌ إّنٌ ًٝ٘ ىقٞ ٍخ رجعث ُ ثٌ إّنٌ ثعذ رىل ىَٞز ِ ىخ ىق
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati berasal dari tanah. Kemudian saripati itu
Kami jadikan air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan
tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang
berbentuk lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian sesudah itu, sesungguhnya kamu
bener-benar akan mati. Kemudian kamu akan dibangkitkan di hari kiamat”. (QS.23:12-16).
C. BAHAN DASAR (BENTUK DAN ISI) PENCIPTAAN MANUSIA.
1. Bentuk Dasar.
Bahan dasar manusia adalah tanah yang tidak berharga, sebagaimana diterangkan dalam ayat di bawah ini:
)8(ٍ ِٞ َ ٍ ُ َ َع َ َّغَْ ُ ِِْ َُبَ ٍ ِِْ َب
ِ ٍٖ ثٌ خ َو ئ ٍ عي ىخ ٍ ٍ ء
"Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani).”. (QS.32:7-8).
Seorang manusia yang gagah perkasa, tampan dan cantik rupawan hanyalah berbahan dasar tanah liat/tanah
tembikar yang merupakan bahan terendah yang kurang berharga. Bila manusia suka memperhatikan asal kejadiannya
ini, maka ia tidak akan suka menyombongkan diri menentang dan mendurhakai Allah penciptanya. Akan tetapi ia akan
tunduk merendahkan dirinya kepada Allah, karena hanya atas karunia-Nyalah ia menjadi ada.
4. 2. Isi Dasar
Dari bahan dasar yang sangat rendah tersebut di atas, kemudian Allah mengisinya den gan sesuatu yang sangat
tinggi nilainya yaitu ruh-Nya. Sebagaiamana firman-Nya:
)9(َ ُٗ ُ ُْ َ َ َا ُ َ َ َخَ ِٞ ِ ِِْ ُٗ ِ ِ َ َع َ َ ُ ُ اى ََْ َ َاىْ َثْ َب َ َاىْؤَفْ ِ َحَ قًِٞب َب رَش
ُ ثٌ ع٘ ٓ ّٗف ف ٔ ٍ س حٔ ٗخ َو ىنٌ غ ع ٗ ؤ ص س ٗ ئذ َي ي ٍ نش
"Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam tubuhnya ruh ciptaan-Nya dan Dia menjadikan bagi
kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”. (QS.32:9).
Dengan demikian manusia memiliki hubungan yang sangat dekat sekali dengan Allah karena manusia diberi ruh-Nya.
Dari dua asal yang sangat berbeda ini menunjukkan adanya dua hal yang berbeda. Jasad manusia yang diciptakan
dari bahan dasar tanah maka ia memiliki kecenderungan yang sangat kuat kepada tanah, yaitu: “Zuyyina linnas hubbus
shahawaati minan nisa wal baniina wal qonathiri muqonthoroti nimadz-dzahabi wal fidhoti wal khoilil musawwamati
wal an'ami wal harts .... (QS.3:14).
Sedangkan ruh (jiwa) yang berasal dari Allah, maka ia juga memiliki kecenderungan dan kebutuhan kepada petunjuk
Allah yaitu addien, jalan menuju taqwa: Qul aunabbiukum bikhoirim min dzalikum, lilladzinat taqowu .. (QS.3:15).
D. POTENSI DASAR MANUSIA
Allah menciptakan manusia dengan memberikan kelebihan dan keutamaan yang tidak diberikan kepada makhluk
lainnya. Kelebihan dan keutamaan itu berupa potensi dasar yang disertakan Allah atasnya, baik potensi internal (yang
terdapat dalam dirinya) dan potensi external (yaitu potensi disertakan Allah untuk membimbingnya). Potensi ini adalah
modal utama bagi manusia untuk melaksanakan tugas dan memikul tanggung jawabnya. Oleh karena itu, ia harus diolah
dan didaya-gunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga ia dapat memunaikan tugas dan tanggung jawab dengan
sempurna.
1. Potensi Internal
Potensi internal ialah potensi yang menyatu dalam diri manusia itu sendiri, terdiri:
a. Potensi Fitriyah.
Manusia diberikan oleh Allah potensi fitriyah. Makna fitrah ialah al-Islam. Sebagaimana yang kita pahami dalam ayat
dan hadits di bawah ini:
ف ق ٗ ٖل ى ذ ِ حْ ف ف شح ئ ىز فطش ْ ط عي ٖ ى ر ذ و ىخ ق ي رىل ذ ِ قٌٞ ٗىنِ أ ثش
َ َ َْؤَ ٌِْ َخْ َ َ ِي ِٝ ِ َ ِٞ ًب ِطْ َ َ اىَ ِ اَ ِٜ َ َ َ اى َب َ ََْٞ َب َب َجْ ِٝ َ ِ َيْ ِ اىَِٔ َِ َ اى ِٝ ُ اىْ َ ِ ُ ََ ِ َ َم
)30(َ ُ٘ َْاى َب ِ َب َع
ُ َْ ط ى ٝ ي
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama yang lurus; (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang
lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS.30:30).
5. Berkenaan ayat ini Rasulullah SAW bersabda:
َْٗ ِ ِ : " َب ِِ َُْ٘٘ ٍ إ َ َُ٘ ُ ََٚ اى ِطْ َ ِ . َ َ َ َا ُ َ ُ ِ َا ِ ِ َْٗ ُ َ ِ َا ٜ. قبه اىْج عِ أثٚ ٕشٝشح
ٍ ٍ ٍ ى د ِّال ٝ ىذ عي ف شح فؤث٘ ٓ ٖٝ٘د ّٔ أ ْٝصش ّٔ أ
: َ ُ َ ِ َب ِ ِ . َ َب ُ ْ َ ُ اى َ ِْٞ َ ُ َ ِٞ َ ً ََْ َب ِ. ٕوْ ُحِ ُُ٘ ِٞ َب ِِ َذْ َبء ؟". ث ّ ٝق٘ ُ أث٘ ٕشٝش
ح ٌ ه َ َٝدغ ّٔ مَ ر زح جٖ َخ ثٖ َخ خ ع ء َ ر غ ف ٖ ٍ خ ع
ِٔٞطْ َ َ ا ِ اَ ِٚ َ َ َ اى َب َ َََْٖٞب َ َجْ ِٝ َ ِ َيْ ِ اهلل ، رَِ َ اى ِٝ ُ اى َ ِ ُ . ٍزفق عي
ٌٞف شح هلل ىز فطش ْ ط عي ّال ر ذ و ىخ ق ِ اىل ذ ِ ق
“Dari Abu Hurairah RA. Bersabda Rasulullah SAW: “Tiada bayi yang dilahirkan kecuali lahir dalam keadaan fitrah.
Maka ayah bundanyalah yang menjadikannya Yahudi. Nasrani atau Majusi. Sebagai lahirnya binatang yang
lengkap sempurna. Apakah ada binatang yang lahir terputus telinganya?. Kemudian Abu Hurairah RA membaca:
”Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah
agama yang lurus”. (HR. Mutafaqun ‘alaih, Lu’lu’ Wal Marjan).
Dengan demikian, pada diri manusia sudah melekat (menyatu) satu potensi kebenaran (dienullah). Kalau ia gunakan
potensinya ini, ia akan senantiasa berjalan di atas jalan yang lurus. Karena Allah telah membimbingnya semenjak dalam
alam ruh (dalam kandungan) (QS.7:172).
b. Potensi Ruhiyah
Potensi ruhiyah adalah potensi yang dilekatkan pada hati nurani untuk membedakan dan memilih jalan yang hak dan
yang batil, jalan menuju ketaqwaan dan jalan menuju kedurhakaan.
Allah berfirman:
)8(َ َف ٍ َ َب َ َا َب(7) َ َىْ َ َ َب ُ ُ٘ َ َب َ َقْ َا َب
ٕ ٘ فؤ َٖٖ فد سٕ ٗر ٕ ّ٘ٗ ْظ ٍٗ ع
“Demi jiwa serta penyempurnaannya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketaqwaan”. (QS.91:7-8).
Di dalam hati setiap manusia telah tertanam potensi ini, yang dapat membedakan jalan kebaikan (kebenaran) dan
jalan keburukan (kesalahan). Dari kemampuan ini, Nabi pernah bersabda:
ٗعِ ٗاثصخ ثِ ٍعجذ س.ض قبه : َ َْٞ ُ سع٘ه اهلل صيٚ اىّٔ عيٞٔ ٗعٌّ فقبه: ِئْ َ رَغْؤ ُ َ ِ اى ِ ِ؟
خ ذ َه عِ جش ي ي أر ذ
ق ذ ّع ف ه ز ق جل جش ٍ َؤّ إى ٔ ْ ْظ ٗ َؤُ إى ٔ ق ت ٗ ْإل ٌ ٍ ح ف ْ ْظ
ِ ُيْ ُ: َ ٌَْ، َقَب َ: اعْ َفْذِ َيْ َ َ ، اى ِ ُ َباطْ َ َ َذْ َِْٞ ِ اىَف ِ َاطْ َ َ َ َِْٞ ِ اىْ َيْ ُ. َا ِثْ ُ َب َبكَ ِٜ اىَف
ٍَٚ َ َ َدَ ِٜ اى َذْ ِ، َُِْ أَفْ َب َ اىََط َأَفْ َب َ. سٗآ احَذ ٗاىذاس
ٗرشد ف ص س ٗإ ز ك ْب ٗ ز ك
“Wabishah bin Ma’bab RA berkata: Saya datang kepada Nabi SAW untuk bertanya tentag bakti (al-birri). Maka
sebelum saya bertanya, Nabi bertanya: “Kau datang untuk bertanya tentang bakti? Jawabku: Ya. Bersabda Nabi
SAW: “Tanyakan pada hatimu. Bakti itu ialah semua perbuatan yang menimbulkan ketenangan dalam hati dan
jiwa. Sedangkan dosa, itu semua perbuatan yang menimbulkan keraguan dalam hati dan jiwa. Meskipun telah
mendapat fatwa dari orangt-orang”. (HR. Ahmad dan Darimi).
Hadits ini menunjukkan bahwa potensi inilah yang menentukan arah kehidupan manusia.
6. c. Potensi Aqliyah.
Potensi aqliyah terdiri dari panca indera dan akal pikiran (sam’a, basar, fu’ad). Dengan potensi ini, manusia dapat
membuktikan dengan daya nalar dan ilmiah, tentang “kekuasaan” Allah. Serta dengan potensi ini, ia dapat mempelajari
dan memahami dengan benar seluruh hal yang bermanfaat baginya yang tentu harus diterima dan hal yang mudharat
baginya dan tentu harus dihindarkan.
Allah berfirman:
ٌُْ ََ َ َ َ ِ َْاىَ ُ َخْ َ َ ٌُْ ِِْ ُ ُ٘ ِ ُ َ َب ِ ٌُْ َب َعَْ ُ٘ َ َْٞ ًب َ َع َ َ ُ ُ اى ََْع َاىْ َثْ َب َ َاىْؤَف
ٗ ئ أ شخن ٍ ثط ُ أٍٖ رن ى ر يَ ُ ش ئ ٗخ َو ىنٌ غ َ ٗ ؤ ص س ٗ ئذح ىعين
)78(َ ُٗ ُ ْرَش
ُ نش
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apapun, dan Dia memberikan
kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”. (QS.16:78).
Potensi inilah yang akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah. Dalam hal ini Allah berfirman:
)36(ََب َقْ ُ َب َٞ َ َ َ ِ ِ ِيْ ٌ ِ َ اى ََْ َ َاىْ َ َ َ َاىْ ُ َا َ م ُ َُٗ ِ َ َب َ َ ْ ُ ٍَغْ ًُ٘ب
ٗى ر ف ٍ ى ْظ ىل ثٔ ع ٌ إُ غ ع ٗ جصش ٗ فؤ د ُو أ ىئل م ُ ع ٔ ئ ى
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak memiliki ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggung jawaban”. (QS.17:36).
Manusia yang tidak mempergunakan potensi ini, maka sungguh ia telah menyia-nyiakan kelelebihan dan keutamaan
yang Allah berikan, sehingga ia tidak pantas mendapat fadhal disisi Allah, tetapi ia sama dengan makhluk yang terendah
yaitu binatang ternak, bahkan lebih hina lagi.
Allah berfirman:
ُ ٗىق رس ّ ى ٌَْٖ مث ش ٍِ دِ ٗ ئ ْظ ىٖ قي ة ى ٝ قٖ ُ ثٖ ٗىٖ أ ِٞ ى ٝ صش ُ ثٖ ٗىٖ ء ر
ٌ ََ َذْ َ َأْ َب ِد ََ َ َ ِٞ ًا ِ َ اىْ ِ ِ َاىْ ِّ ِ َ ٌُْ ُُ٘ ٌ َب َفْ َ ُ٘ َ ِ َب ََ ٌُْ َعْ ُ ٌ َب ُجْ ِ ُٗ َ ِ َب ََ ٌُْ َا َا
)179(َ ُِ٘ َب َٝغْ َ ُ٘ َ ِ َب َُٗ ِ َ َبىْ َّْ َب ِ ثوْ ٌُْ َض ُ َُٗ ِ َ ُ ُ اىْ َب
ُ ى َع ُ ثٖ أ ىئل م ؤ ع ً َ ٕ أ َو أ ىئل ٌٕ غ في
“Dan sesungguhnya kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari Jin dan Manusia. Mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, dan mereka mempunyai mata
tetapi tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Aallah, mereak mempunyai telinga, tetapi
tidak dipergunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan lebih sesat
lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”. (QS.7:179).
d. Potensi Jasmaniyah.
Potensi jasmaniyah yaitu kemampuan tubuh manusia yang telah Allah ciptakan dengan sempurna, baik rupa,
kekuatan dan kemampuan.
Sebagaiman firman-Nya:
7. )4(ٍ ِٝ َْ َذْ ََقْ َب اىْ ِّْ َبَُ ِٜ َحْ َ ِ َق
ٌ ٘ ىق خي ْ ئ غ ف أ غِ ر
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik penciptaan”. (QS.94:5).
)3(ُ ِٞ َ َْ َ َ َ ٌُْ َ َحْ َ َ ُ َ َ ٌُْ ََِْٞ ِ اى
ٗص٘سم فؤ غِ ص٘سم ٗإى ٔ َص ش
“Dia membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu, dan hanya kepada-Nyalah kembalimu”. (QS.64:3).
Potensi jasmaniyah ini adalah merupakan basthoh fil khalqi (fil jism). Sebagai modal utama untuk melaksanakan
tugasnya.
2. Potensi Eksternal
Disamping potensi internal yang melekat erat pada diri manusai. Allah juga sertakan potensi external sebagai
pengarah dan pembimbing potensi-potensi internal itu agar berjalan sesuai dengan kehendak-Nya. Tanpa arahan
potensi external ini, maka potensi internal tidak akan membuahkan hasil yang diharapkan.
a. Potensi Huda
Yaitu petunjuk Allah yang mempertagas nilai kebenaran yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya untuk membimbing
umat manusia ke jalan yang lurus.
Allah SWT berfirman:
)3(َِب َ َْٝ َب ُ اى َ ِٞ َ ِ َب َب ِ ًا َِ َب َ ُ٘ ًا
إّ ٕذ ْ ٓ غج و إٍ ش مش ٗإٍ مف س
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir”.
(QS.76:3).
)38(َ ُ٘ َ َْ ِ َب َؤْ ِ ََ ٌُْ ِِٜ ُ ًٙ َ َِْ َ ِ َ ُ َاَٛ ََب َْ٘ ٌ ََْٞ ٌِْ ََب ٌُْ َح
ُ ّفئٍ ٝ رْٞن ٍْ ٕذ فَ رجع ٕذ في خ ف عي ٖ ٗى ٕ ٝ ض
“....Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak
ada kekawatiran atas mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati”. (QS.2:38).
b. Potensi Alam
Alam semesta adalah merupakan potensi external kedua untuk membimbing umat manusia melaksanakan fungsinya.
Setiap sisi alam semesta ini merupakan ayat-ayat Allah yang dengannya manusia dapat mencapai kebenaran.
Allah berfirman:
8. ٔىز ِ مش ُ ي
َ َِ َ ِٜ َيْ ِ اى َ َ َا ِ َا َسْ ِ َاخْ َِب ِ اىَٞ ِ َاىَ َب ِ َآ َب ٍ ُِِٜٗ اىْ َىْ َب ِ( 091)اَ ِٝ َ َٝزْ ُ ُٗ َ اى
إُ ف خ ق غَ٘ د ٗ ّْال ض ٗ زي ف ي ْو ٗ ْٖ س ى ٝ د ىؤ ى ؤ ج ة
ِ َب ًب َٗ ُ ُ٘ ًا َ ََٚ ُ ُ٘ ِ ٌِْ َ َ َ َ َ َُُٗ ِٜ َيْ ِ اى َ َ َا ِ َاىْ َسْض َ َ َب َب ََقْ َ َ َا َب ًِب ُجْ َبَّلَ َ ِ َب
ْقٞ ٍ قع د ٗعي خْ ثٖ ٗٝزفنش ف خ ق غَ٘ د ٗ ؤ ِ سثْ ٍ خي ذ ٕز ث طي ع ح فق
)191(ِ َ َا َ اىَب
عز ة ْ س
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat ayat-ayat bagi
ulul Albab. Yaitu, orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk dan dalam keadaan berbaring;
dan mereka memikirkan tentapenciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan Kami, tidalah Engkau
ciptakan semua ini dengan sia-sia”. (QS.3:190-191).
َبَُ َب اى َب ُ اعْ ُ ُٗا ََ ُ ُ اَ ِٛ ََ َ ٌُْ َاَ ِٝ َ ِِْ َجِْ ٌُْ َ ََ ٌُْ ََ ُُ٘( 12)اَ ِٛ َع َ َ ُ ُ اىْ َسْضَ ِ َا ًب
فش ش ىز خ َو ىنٌ ؤ َ ٝ أٖٝ ْ ط جذ سثنٌ ىز خيقن ٗ ىز ِ ٍ ق ين ىعين رزق
ٌُْ ََّْ َاى َ َب َ ِ َب ً ََّْض َ ِ َ اى َ َب ِ َبءً َ َخْ َ َ ِ ِ ِ َ اىَ َ َا ِ ِصْ ًب ى ٌُْ ََب َدْ َُ٘ا َِ ِ َّْ َا ًا
ٗ غَ ء ثْ ء ٗأ َه ٍِ غَ ء ٍ فؤ شج ثٔ ٍِ ثَش د س ق َن في ر عي ىئ أ ذ د ٗأ ز
)22(َ ُ٘ ََْع
ُ َر ي
“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu
bertaqwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan menurunkan air
hujan dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu; karena itu
janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui”. (QS.2:21-22).