Dokumen ini membahas sejarah konflik di Kamboja yang disebabkan oleh perebutan kekuasaan antar kelompok dan pengaruh luar negara. Beberapa pihak yang membantu penyelesaian konflik adalah ASEAN dengan mengutuk invasi Vietnam, Indonesia melalui pertemuan informal Jakarta I dan II, serta PBB melalui konferensi internasional dan pasukan perdamaian UNTAC.
13. • Konflik di Kamboja disebabkan oleh faktor luar dan
faktor dari dalam. Faktor dari luar yaitu adanya
pengaruh dari Amerika Serikat, Uni Sovyet, dan RRT.
Adapun fakto dari dalam yaitu adanya perebutan
kekuasaan antar fraksi yang ada di Kamboja, yaitu :
- Kelompok Lon Nol
• - Kelompok Norodoun Sihanok
• - Kelompok Khmer Merah pimpinan Pat Pat
• - Front Pembebasan nasional rakyat Khmer
pimpinan Son San
• - Pemerintahan Heng Samrin dukungan
Vietnam.
14. • Pihak-pihak yang turut membantu penyelesaian konflik di
Kamboja adalah :
• a. ASEAN
• Ketika Vietnam menginvasi Kamboja, ASEAN
mengeluarkan komunike bersama yang isinya mengutuk invasi
Vietnam di Kamboja dan menuntut penarikan tentara Vietnam
dari Kamboja.
• b. Indonesia
• Peran Indonesia dilakukan melalui JIM I JIM II
(Jakarta Informal Meeting) JIM I diselenggarakan di Bogor 1 Juli
1988. Pesertanya adalah pihak-pihak yang bertikai di Kamboja.
Agenda yang dibahas antara lain :
• - Membahas keterlibatan negara-negara
besar
• - Mencegah kembalinya rezim Pot Pot
• - Perlunya mengedepankan kepentingan
bersama dan menjauhi kepentingan kelompok
15. 12/1/2016
PENGERTIANJIM II dilaksanakan 19 - 21 Februari 1989 di Jakarta. Hasilnya antara
lain menegaskan fungsi ICM (International Control Mecanism) dan
menyerukan penarikan tentara Vietnam dari Kamboja. Fungsi ICM yaitu
:
- Memantau penarikan tentara Kamboja
- Mengawasi penarikan tentara Kamboja
- Memeriksa penarikan tentara Kamboja
- Mencegah munculnya permusuhan bersenjata
- Mengawasi jalannya Pemilu
c. PBB
PBB menyelenggaran International Conference
Kamboja (ICC) tanggal 30 - 31 Juli 1988 di Paris yang diikuti 135
negara. Tujuannya membentuk sebuah badan yang disebut ICM. Selain
itu juga mengirimkan pasukan perdamaian yang disebut UNTAC
dengan tugas mengatur pemerintahan di Kamboja. UNTAC juga
berhasil menyelenggarakan pemilu tahun 1993 yang berhasil memilih
Norodon Sihanouk sebagai Kepala Negara, Norodon Renavit dan
Hunsen sebagai Perdana Menteri.