Tugas akhir ini membahas peningkatan motivasi belajar matematika siswa kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun dalam menghitung luas lingkaran menggunakan media LCD proyektor. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar matematika siswa melalui penggunaan media pembelajaran yang interaktif dan menarik.
1. PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA
DALAM MENGHITUNG LUAS LINGKARAN
MENGGUNAKAN MEDIA LCD PROYEKTOR
PADA SISWA KELAS V SDN 01 JOSENAN KOTA MADIUN
TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh:
REZA RIEZKY FEBRIYANTI
NPM 09141179
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI MADIUN
2013
2. KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi
Program S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan
IKIP PGRI Madiun Tahun 2012.
Adapun judul tugas akhir ini adalah “Peningkatan Motivasi Belajar
Matematika Dalam Menghitung Luas Lingkaran Menggunakan Media LCD
Proyektor Pada Siswa Kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun Tahun Pelajaran
2012/2013”. Tugas inidiharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam
peningkatan proses pembelajaran matematika sehingga dapat memebrikan
kontribusi dalam upaya meningkatkan kompetensi kualitas sumber daya
pendidikan.
Saya menyadari bahwa tidak mungkin penulis tugas akhir ini dapat
berjalan dengan lancer tanpa bantuan dari abnyak pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Parji, M.Pd., Rektor IKIP PGRI Madiun yang telah banyak
membimbing penulis selama ini.
2. Bapak Drs, Vitalis Djarot Sumarwoto, M.Pd., dekan Fakultas Ilmu
Pendidikan.
3. Bapak Drs. Ibadullah Mallawi, M.Pd., Ketua Program Studi Guru Sekolah
Dasar IKIP PGRI Madiun.
3. 4. Bapak Drs. Edy Siswanto, M.Pd, pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan kepada penulis.
5. Semua dosen dan segenap civitas akademika IKIP PGRI Madiun yang telah
banyak memberikan pengajaran dan bimbingan selama perkuliahan ini.
6. Bapak Suprijadi, S.Pd., selaku kepala SDN 01 Josenan Kecamatan taman
Kota Madiun dan seluruh staf pengajar yang telah banyak memberikan
bantuan sehingga penulis dapat emlakukan penelitian ini dengan lancer.
7. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
atas dukungan, bantuan dan semangat yang telah diberikan.
Dengan harapan semoga Tuhan Ynag Maha Esa emlimpahkan anugerah
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut di atas. Saya emnyadari
bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya segala saran dan
kritik yang emmebangun dari manapun akan saya terima dengan senang hati dan
terima kasih yang sebesar-besarnya.
Akhirnya saya berharap agar tugas akhir ini memberikan manfaat bagi
para pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya meningkatkan
kualitas proses belajar mengajar di SD.
Magetan, Januari 2013
Penulis
4. DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Batasan Masalah .................................................................................. 6
C. Rumusan Masalah ............................................................................... 7
D. Tujuan penelitian ................................................................................. 7
E. Manfaat penelitian ............................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Hasil Belajar Matematika .................................................................... 9
B. Media Pembelajaran LCD Proyektor .................................................. 19
C. Motivasi Belajar .................................................................................. 28
D. Kerangka Berfikir ................................................................................ 33
E. Hipotesis Tindakan .............................................................................. 35
BAB III
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ......................................................... 36
B. Subjek Penelitian ................................................................................. 36
5. C. Desain dan Prosedur Penelitian ........................................................... 37
D. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 44
E. Metode Analisis Data .......................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 47
6. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor
pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk mencetak generasi
bangsa yang cerdas, berwawasan luas, serta mampu mengatasi
permasalahan baik yang terjadi sekarang maupun yang akan datang.
Mengingat begitu pentingnya peran pendidikan, maka sudah seharusnya
mutu pendidikan terus ditingkatkan agar tujuan pendidikan dapat tercapai.
Sekolah sebagai lembaga pendidikan dituntut untuk mampu memperbaiki
mutu pendidikan dan mencetak bibit unggul bangsa yang mampu
berkembang dalam kehidupan global. Selain itu, guru sebagai sumber
sekaligus aktor dalam dunia pendidikan, juga dituntut untuk mampu
meningkatkan mutu pembelajaran. Peningkatan mutu pembelajaran harus
dilakukan oleh para guru, hal ini akan memberi dampak terhadap mutu
pendidikan nasional.
Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan
kualitas pembelajaran yang dilaksanakannya. Kualitas pembelajaran yang
baik akan meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Oleh karena itu, guru
harus memikirkan dan membuat perencanaan guna meningkatkan kualitas
mengajarnya. Guru dalam membuat perencanaan dituntut untuk lebih
inovatif dalam pengorganisasian kelas, penggunaan strategi pembelajaran,
7. metode pembelajaran, media pembelajaran, serta sikap dan karakteristik
guru dalam mengelola proses belajar mengajar.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di
tingkat Sekolah Dasar (SD), dan juga merupakan salah satu mata pelajaran
yang dimasukkan dalam ujian nasional. Matematika bagi siswa SD
berguna untuk mengembangkan pola pikir siswa, dan untuk mempelajari
ilmu-ilmu lain dikemudian hari. Mempelajari matematika merupakan
sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
mempelajari matematika, diharapkan dapat membentuk pola pikir siswa
yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang sistematis, logis,
dan kritis dengan penuh kecermatan.
Berdasarkan pengamatan selama kegiatan Praktik Pengalaman
Lapangan (PPL), dalam pembelajaran matematika siswa kelas V di SDN
01 Josenan Kota Madiun banyak yang kurang semangat dan termotivasi
dalam kegiatan pembelajaran. Pada saat pembelajaran berlangsung,
banyak siswa yang tidak memperhatikan guru ketika menyampaikan
materi. Mereka asik bermain, menggambar, bercanda dengan temannya
bahkan ada yang berjalan-jalan. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan.
Menurut pendapat peneliti, hal ini dapat terjadi karena guru dalam
menyampaikan materi cenderung menyampaikannya melalui ceramah saja.
Guru jarang menggunakan media pembelajaran yang menarik. Guru hanya
memanfaatkan papan tulis (white board) untuk memberikan contoh soal.
Tidak jarang pula guru meminta siswa untuk belajar sendiri, setelah itu
8. dilanjutkan mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Hal inilah yang
menyebabkan siswa merasa bosan bahkan tidak senang dengan pelajaran
matematika.
Ketidaksenangan siswa terhadap pelajaran matematika juga
dikarenakan, mereka beranggapan bahwa pelajaran matematika merupakan
pelajaran yang sulit diantara pelajaran lainnya. Anggapan ini muncul
karena matematika adalah pelajaran yang mempelajari rumus, angka dan
berhitung yang terkadang rumit untuk dipelajari siswa. Bahkan ada juga
yang menganggap pelajaran matematika sebagai mata pelajaran yang
menyeramkan, sehingga mengurangi motivasi dan menyebabkan hasil
belajar matematika belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini
dapat dilihat dari nilai ulangan harian, nilai tugas, nilai tes semester dan
nilai ujian akhir nasional yang pada umumnya belum sesuai dengan
harapan guru dan siswa.
Ditambah lagi dengan ketidakmampuan guru dalam menciptakan
kegiatan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi
siswa, semakin membuat siswa tidak senang dengan pelajaran matematika.
Hal inilah yang mengakibatkan hasil belajar matematika siswa rendah.
Padahal matematika akan menjadi suatu pelajaran yang menyenangkan
jika guru mengoptimalkan peran siswa dalam proses pembelajaran. Jadi
siswa tidak hanya aktif mendengarkan apa yang disampaikan guru, namun
siswa juga dituntut untuk ikut serta secara aktif membangun pemahaman
9. tentang materi yang akan dipelajari. Hal inilah peran media pembelajaran
yang menarik sangatlah dibutuhkan.
Di dalam proses belajar mengajar, media pembelajaran mempunyai
fungsi tidak hanya sekedar alat bantu guru, melainkan sebagai pembawa
informasi atau pesan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa
(Susilana dan Riyana, 2008: 8). Mengingat pentingnya peran media dalam
pembelajaran, khususnya pada pembelajaran matematika, maka sudah
seharusnya guru matematika dapat menciptakan suasana pembelajaran
yang menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa dengan
memanfaatkan media pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan
perkembangan jaman, seperti memanfaatkan media Liquid Crystal Display
(LCD) Proyektor. Media LCD Proyektor merupakan salah satu alternatif
yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran matematika. Media
LCD Proyektor adalah sebuah alat yang merupakan gabungan dari LCD
Proyektor dengan perangkat elektronik seperti Komputer, Laptop, TV,
Kamera, VCD/DVD Player, dan Video Player, dimana LCD Proyektor
merupakan hardwarenya sedangkan program dalam perangkat elektronik
merupakan softwarenya yang dapat digunakan untuk kegiatan presentasi
dan pembelajaran. Dalam penelitian ini media LCD Proyektor ini
dimanfaatkan untuk menampilkan materi berupa power point tentang
menghitung luas lingkarang. Power point ini menyajikan bagaimana
proses terbentuknya lingkaran dan bagaimana sampai di dapatkan rumus
luas lingkaran. Jadi dalam pembelajaran yang digunakan dalam penelitian
10. ini siswa tahu dan mengalami langsung melalui penjelasan power point
yang ditampilkan dalam LCD Proyektor. Dengan tampilan yang menarik
dari power point juga pemanfaatan media LCD Proyektor yang
sebelumnya belum pernah dimanfaatkan untuk pembelajaran matematika
diharapkan motivasi belajar matematika siswa kelas V SDN 01 Josenan
akan meningkat yang juga akan berpengaruh pada perolehan hasil belajar
yang memuaskan.
Penggunaan media LCD Proyektor diharapkan dapat
membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar. Selain itu,
penggunaan media LCD Proyektor juga diharapkan mampu
mempermudah guru dalam penyampaian materi pelajaran agar dapat
terserap dengan baik oleh siswa, sehingga nantinya akan diikuti dengan
peningkatan hasil belajar matematika. Hasil belajar matematika adalah
hasil belajar siswa yang berupa nilai yang diperoleh dari hasil tes setelah
mengikuti pembelajaran matematika.
Untuk memperoleh hasil belajar matematika yang baik, selain
menggunakan media pembelajaran yang menarik, motivasi belajar juga
sangat berperan dalam keberhasilan belajar matematika siswa. Motivasi
merupakan penggerak atau pendorong untuk melakukan tindakan tertentu
yang dapat meningkatkan dan mengaktifkan kegiatan belajar. Gembong
(2010: 33) berpendapat bahwa siswa yang memiliki motivasi kuat, akan
mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Ini berarti
motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar siswa. Semakin tinggi
11. motivasi belajar siswa, maka semakin tinggi usaha siswa untuk belajar.
Usaha belajar yang baik memungkinkan hasilnya juga akan baik. Oleh
karena itu bagi siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan
mempunyai hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai
motivasi belajar rendah.
Motivasi sangat diperlukan dalam belajar. Seperti yang dikatakan
Sardiman (2011: 84), “Motivation is essential condition of learning”, yang
berarti motivasi merupakan kondisi yang penting dari belajar. Adanya
motivasi dapat mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar akan optimal,
kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, maka akan
makin berhasil pula pelajaran itu. Motivasi merupakan salah satu aspek
dinamis yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Sering terjadi
siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya
yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar,
sehingga siswa tidak berusaha mengerahkan semua kemampuannya. Oleh
karena itu, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa agar
dapat berupaya mengerahkan segala kemampuannya dalam proses belajar
matematika. Demikian, diharapkan hasil belajar matematika mereka
menjadi lebih baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan
penelitian “Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Dalam Menghitung
Luas Lingkaran Menggunakan Media LCD Proyektor Pada Siswa Kelas V
SDN 01 Josenan Kota Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013”.
12. B. Batasan Masalah
Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang dikaji dalam
penelitian ini, maka perlu adanya suatu lingkup atau batasan masalah
sebagai berikut:
1. Objek penelitian adalah hasil belajar matematika. Hasil belajar matematika ini
diperoleh dari nilai tes yang diberikan peneliti setelah proses belajar mengajar;
2. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelajaran matematika
dengan pokok bahasan menghitung luas lingkaran;
3. Media pembelajaran dalam penelitian ini adalah media LCD Proyektor;
4. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika
sedangkan penggunaan media LCD Proyektor dan motivasi belajar siswa
sebagai variabel bebas.
C. Rumusan Masalah
Apakah dengan penggunaan media LCD Proyektor dapat meningkatkan
motivasi belajar matematika dalam menghitung luas lingkaran pada siswa
kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun tahun pelajaran 2012/2013?
D. Tujuan Penelitian
Untuk meningkatkan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas
lingkaran menggunakan media LCD Proyektor pada siswa kelas V SDN 01
Josenan Kota Madiun Tahun pelajaran 2012/2013.
13. E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan. Adapun kegunaan
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi kepala sekolah
a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepala sekolah dalam
pengembangan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik
siswa;
b. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi kepala sekolah dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
2. Bagi guru
a. Sebagai bahan masukan dalam pemilihan dan penggunaan media
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan;
b. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas.
3. Bagi peneliti lain
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan
penelitian yang sejenis.
14. BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Hasil Belajar Matematika
1. Pengertian Matematika
Istilah “matematika” berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu
máthêma, yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu, yang ruang
lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya adalah “pengkajian
matematika” (Ismunamto 2011: 15). Menurut Van de Wall 2007
terjemahan Suyono (2008: 13) matematika adalah sesuatu yang memiliki
pola keteraturan dan urutan yang logis. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Gembong dan Sanusi (2007: 198) bahwa hakekat matematika yaitu
kumpulan ide-ide yang bersifat abstrak dan terstruktur yang hubungannya
diatur menurut aturan logis dan berdasarkan pola pikir deduktif.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 14,
22, 24 tahun 2007 (2007: 209) matematika merupakan ilmu universal yang
menjadi dasar perkembangan teknologi modern, yang berperan penting
dalam berbagai disiplin ilmu dan dapat memajukan daya pikir manusia.
Selain itu, Uno (2007: 129) juga berpendapat bahwa matematika
adalah suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, alat berkomunikasi,
dan alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-
unsurnya meliputi: logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas
dan individualitas serta mempunyai cabang-cabang ilmu antara lain:
15. aritmatika, aljabar, geometri dan analisis. Matematika memiliki
karakteristik yang terletak pada kekhususannya dalam
mengkomunikasikan ide matematika melalui bahasa numerik. Soedjadi
(dalam Gembong dan Sanusi, 2007: 198) memberikan ciri khusus
matematika yaitu: (a) objek kajiannya abstrak; (b) bertumpu pada
kesepakatan; (c) berpola berfikir deduktif; (d) memiliki simbol yang
kosong dari arti; (e) memperhatikan semesta pembicaraan; (f) konsisten
dalam sistemnya.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
matematika adalah suatu bidang ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola
keteraturan, urutan yang logis dan berdasarkan pola pikir deduktif yang
bahasanya diwujudkan dalam bentuk simbol dan mempunyai cabang-
cabang yaitu aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. Matematika
memiliki karakteristik atau ciri khusus seperti memiliki objek kajian yang
abstrak, dan juga memiliki pola berfikir deduktif. Karakteristik yang
dimiliki oleh matematika, membuat matematika berbeda dari ilmu lainnya.
2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Matematika
Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika
yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran
dan geometri, aljabar, peluang dan statistika, kalkulus dan trigonometri
(Nurhadi, 2005: 203). Selain itu, matematika juga berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan
16. bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan
persamaan matematika, diagram grafik, atau tabel.
Selain memiliki fungsi, matematika juga memiliki tujuan
pembelajaran. Menurut Nurhadi (2005: 203) tujuan pembelajaran
matematika adalah:
a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya
melalui kegiatan penyelidikian, eksperimen, eksplorasi, menunjukkan
kesamaan dan perbedaan, serta menunjukkan konsisten dan inkonsistensi.
b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan
penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin
tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.
c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (problem solving).
d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau
mengkomunikasikan gagasan melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, dan
diagram.
Berdasarkan pemaparan tentang fungsi dan tujuan matematika di
atas, menunjukkan bahwa matematika merupakan ilmu yang sangat
penting, yang harus diberikan baik dalam pendidikan formal maupun non
formal. Hal ini dikarenakan, dengan mempelajari matematika siswa
mampu mengembangkan kemampuannya dalam berbagai hal sehingga
nantinya diharapkan siswa mampu mencari solusi dari permasalahan yang
dihadapi di masa yang akan datang.
17. 3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Matematika
Menurut Permendiknas Nomor 14, 22, 24 tahun 2007 (2007: 210) mata
pelajaran matematika SD meliputi aspek-aspek, yaitu: (a) bilangan (b) geometri
dan pengukuran dan (c) pengolahan data.
4. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Matematika
Menurut Permendiknas Nomor 14, 22, 24 tahun 2007 (2007: 210) standar
kompetensi lulusan untuk mata pelajaran matematika sebagai berikut:
a. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-
sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-
hari;
b. Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan sifat-
sifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-
hari;
c. Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume,
sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikannya dalam pemecahan
masalah kehidupan sehari-hari;
d. Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan
menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari;
e. Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel, gambar
dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data, rerata hitung, modus,
serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari;
f. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan;
g. Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif.
18. Siswa yang mempelajari matematika diharapkan mampu mencapai
standar kecakapan matematika, yang meliputi: pemahaman konsep
matematika, keterkaitan antar konsep matematika, dan juga menerapkan
konsep matematika secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam
pemecahan masalah di kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa juga harus
mampu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, gambar,
maupun grafik (diagram) untuk memperjelas keadaan atau masalah.
Setelah siswa mencapai kecakapan matematika tersebut, nantinya siswa
akan mampu berpikir secara logis, kritis, dan kreatif, serta memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta
sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
5. Pengertian Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu hasil dan belajar. Hasil
merupakan sesuatu yang menjadi akibat dari proses atau usaha. Sedangkan
belajar menurut Slameto (2010: 2) adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar dihasilkan dari pengalaman
dengan lingkungan yang di dalamnya terjadi hubungan antara stimulus dan
respon (Dahar, 2011: 3). Pengalaman yang terjadi berulang kali akan
melahirkan pengetahuan (Suyono dan Hariyanto, 2011: 9). Hal ini sejalan
dengan pendapat Syah (2010) yang mendefinisikan belajar sebagai
19. tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap
sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang
melibatkan proses kognitif. Seseorang dikatakan belajar jika terjadi
perubahan perilaku dalam dirinya, yang semula tidak mengetahui menjadi
mengetahui, yang semula tidak mengerti menjadi mengerti.
Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan
yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. “Hasil belajar
tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat
diamati dan diukur..” (Hamalik, 2009: 155). Hasil belajar ditandai dengan
perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku
merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar pada umumnya disertai
perubahan tingkah laku. Kemudian Dimyati dan Mujiono (2009: 250) berpendapat
bahwa hasil belajar merupakan hasil proses belajar atau proses pembelajaran.
Sedangkan menurut Wingkel (dalam Purwanto, 2011: 45), hasil
belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam
sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada
taksonomi tujuan pembelajaran yang dikembangkan oleh Bloom dan telah
direvisi Krathwohl dan Anderson yaitu dimensi proses kognitif yang
meliputi: mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta. Sedangkan untuk melihat hasil belajar
dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana siswa telah menguasai suatu materi yang disampaikannya.
Pada umumnya hasil belajar siswa dalam sekolah dinyatakan dengan
20. angka, huruf, atau kalimat, dan terdapat dalam periode tertentu. Biasanya
hasil belajar dapat dilihat dari nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan
tengah semester (subsumatif) dan nilai ulangan semester (sumatif).
Berdasarkan paparan tentang pengertian hasil belajar dan
matematika yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa
pengertian hasil belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai oleh
siswa dalam menguasai bahan, kecakapan, sikap dan pengertian untuk
mengembangkan pengetahuan menghitung, mengukur, menurunkan dan
menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-
hari.
6. Dimensi Proses Kognitif dalam Hasil Belajar
Dalam proses pembelajaran, untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa
dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki
sasaran berupa ranah kognitif yang terkandung dalam tujuan. Ranah kognitif
berorientasi pada kemampuan berpikir intelektual, dari yang paling sederhana
sampai yang komplek. Taksonomi tujuan ranah kognitif yang dikemukakan oleh
Anderson dan Krathwohl, merupakan hal yang sangat penting diketahui oleh guru
sebelum melakukan evaluasi.
Menurut Anderson dan Krathwohl (2001: 99-133) dalam pembaruan
dimensi proses kognitif, ada enam kategori dimulai dari yang kurang komplek
(mengingat) sampai ke yang lebih komplek (menciptakan).
21. a. Mengingat
Mengingat yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang dibutuhkan dari
ingatan jangka panjang. Pengetahuan mengingat penting sebagai bekal dalam
belajar yang bermakna dan menyelesaikan masalah, karena pngetahuan tersebut
dipakai dalam tugas-tugas yang lebih komplek. Ada dua proses kognitif dalam
kategori mengingat, yaitu proses mengenali dan mengingat kembali.
Proses mengenali yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari
ingatan jangka panjang untuk membandingkan dengan informasi yang baru saja
diterima. Dalam proses mengingat, siswa mencari suatu informasi yang mirip
dengan informasi yang baru saja diterima di memori jangka panjang. Sedangkan
proses mengingat kembali yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari
jangka panjang ketika soalnya mengehendaki diulang kembali. Dalam mengingat
kembali, siswa mencari informasi di memori jangka panjang dan membawa
informasi tersebut kerja untuk diproses.
b. Memahami
Memahami yaitu membentuk makna dari materi pembelajaran, termasuk
apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Siswa memahami ketika
mereka menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan lama mereka. Siswa
dikatakan memahami jika mereka dapat mengkonstruksikan makana dari pesan-
pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan atau grafis yang telah
disampaikan melalui pengajaran maupun buku yang berkaitan dengan pelajaran.
Dalam kategori memahami, ada tujuh dalam proses kognitif yaitu: menafsirkan,
22. mencontohkan, mengklarifikasikan, merangkum, menyimpulkan,
membandingkan, dan menjelaskan.
c. Mengaplikasikan
Mengaplikasikan yaitu menjalankan atau menggunakan prosedur dalam
situasi tertentu untuk menyelesaikan masalah atau mengerjakan soal latihan.
Dalam kategori memahami, ada dua dalam proses kognitif yaitu: mengesekusi dan
mengimplementasikan. Dalam mengeksekusi, siswa menerapkan prosedur ketika
mengahadapi tugas yang sudah familier secara rutin. Mengeksekusi lebih sering
diasosiasikan dengan penggunaan keterampilan dan algoritme. Ketrampilan dan
algoritme memiliki dua sifat yang sesuai dengan proses mengeksekusi, yaitu: (1)
ketrampilan dan algoritme berisikan rangkaian langkah dengan urutan yang tetap;
(2) rangkaian langkah tersebut dilakukan dengan benar dan hasilnya adalah
jawaban yang sudah diketahui sebelumnya.
Sedangkan dalam mengimplementasikan, siswa memilih dan
menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familier.
Mengimplementasikan lebih sering diasosiasikan dengan penggunaan teknik dan
metode. Dalam mengimplementasikan, siswa harus memahami jenis masalahnya
dan alternatif-alternatif prosedur.
d. Menganalisis
Menganalisis yaitu memecah materi menjadi bagian-bagian komponennya
dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut berhubungan dengan satu
sama lain dan dengan tujuan atau struktur keseluruhan. Dalam kategori
23. menganalisis meliputi tiga proses kognitif, yaitu: membedakan, mengorganisasi,
dan mengatribusikan.
Membedakan lebih melibatkan proses memilah-milah bagian-bagian yang
relevan atau penting dari sebuah struktur, yang terjadi ketika siswa
mendiskriminasikan informasi yang relevan dan tidak relevan, yang penting dan
yang tidak penting, dan kemudian memerhatikan informasi yang lebih relevan dan
penting. Sebagai contoh dalam proses pembelajaran siswa mampu memilih
pengetahuan mana yang lebih penting untuk diambil.
Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen
komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen itu
membentuk sebuah struktur yang koheren. Siswa membangun hubungan-
hubungan yang sistematis dan koheren antar potongan informasi. Sedangkan
dalam proses mengatribusikan melibatkan proses dekonstruksi yang di dalamnya
siswa menentukan tujuan pengarang suatu tulisan yang diberikan oleh guru.
Mengatribusikan melampaui pemahaman dasar untuk menarik kesimpulan tentang
tujuan dibalik suatu tulisan, itu terjadi ketika siswa dapat menentukan sudut
pandang, pendapat, nilai, atau tujuan di balik komunikasi.
e. Mengevaluasi
Mengevaluasi yaitu membuat penilaian berdasarkan pada kriteria dan
standar. Kriteria-kriteria yang sering digunakan adalah kualitas, efektifitas, dan
konsistensi. Kriteria-kriteria ini ditentukan oleh siswa. Siswa membuat keputusan
tentang kesesuaian suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah tertentu.
Kategori mengevaluasi mencakup proses kognitif memeriksa dan mengkritik.
24. Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan internal
dalam suatu operasi atau produk. Sedangkan mengkritik melibatkan proses
penilaian suatu produk atau proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal.
Dalam mengkritik, siswa mencatat ciri-ciri positif dan negatif dari suatu produk
dan membuat keputusan berdasarkan ciri-ciri tersebut. Mengkritik disebut juga
dengan menilai.
f. Menciptakan
Menciptakan yaitu menyatukan elemen-elemen untuk membentuk
kesatuan yang koheren atau fungsional; menyusun ulang elemen-elemen ke dalam
pola atau struktur baru (membuat hipotesis untuk memperhitungkan fenomena
yang diobservasi). Mencipta meminta siswa membuat produk yang semua siswa
dapat dan akan melakukannya. Kategori mencipta mencakup proses kognitif
merumuskan dan merencanakan.
Merumuskan melibatkan proses menggambarkan masalah dan membuat
pilihan yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Siswa diminta untuk
menggambarkan suatu masalah. Sedangkan merencanakan melibatkan proses
merencanakan metode penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria
masalahnya, yaitu membuat rencana untuk menyelesaikan masalah. Dalam proses
merencanakan, siswa menentukan sub-sub tujuan atau memerinci tugas dari sub-
sub tugas yang harus dilakukan ketika menyelesaikan masalahnya.
25. Tabel 2.1 Indikator Dimensi Proses Kognitif Bloom yang Telah Direvisi
Anderson dan Krathwohl
No Level Kecakapan Indikator Kecakapan
1 Mengingat mengenali, mengingat kembali.
2 Memahami menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan,
merangkum, menyimpulkan, membandingkan,
menjelaskan.
3 Mengaplikasikan mengeksekusi, mengimplementasikan.
4 Menganalisis membedakan, mengorganisasi, mengatribusikan.
5 Mengevaluasi memeriksa, mengkritik.
6 Mencipta Merumuskan, merencanakan, memproduksi.
Sumber: Anderson dan Krathwohl, 2001: 100-102
B. Media Pembelajaran LCD Proyektor
1. Pengertian Media Pembelajaran
Menurut Heinich (dalam Susilana dan Riyana, 2008: 6), kata media
berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
“medium” yang secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber
pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Sedangkan
Sadiman, dkk (2010: 6) menyebutkan bahwa media adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
26. minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar
terjadi.
Menurut Sabri (dalam Musfiqon, 2012: 27),
Asosisasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Asssociation of
Education and Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi
media sebagai segala bentuk yang diprogramkan untuk suatu proses
penyaluran informasi. Sedangkan Assosiasi Pendidikan Nasional (National
Education Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Menurutnya
media merupakan benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau
dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam
kegiatan pembelajaran, dapat, mempengaruhi efektifitas program
instruksional.
Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang
bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran
maka media itu disebut media pembelajaran (Arsyad, 2011: 4). Apabila
dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan
sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk
membawa informasi dari pengajar ke siswa (Heinich,et al dalam Uno,
2007: 113). Gerlach (dalam Sanjaya, 2009: 204-205) mengatakan secara
umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang
menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Menurut Angkowo dan Kosasih
27. (2007: 10), media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan
semangat, perhatian, dan kemauan siswa dapat mendorong terjadinya
proses pembelajaran pada diri siswa.
Menurut Daryanto (2011: 5), media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan
pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan
perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan
belajar.
Dari berbagai pendapat yang telah disampaikan oleh para ahli
diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian media pembelajaran adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau
informasi dari pengajar kepada siswa sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa dalam kegiatan
pembelajaran sehingga tujuan belajar dapat tercapai.
2. Klasifikasi Media Pembelajaran
Menurut Brets (dalam Ibrahim dan Syaodih, 2010: 114),
mengemukakan beberapa kelompok media sebagai berikut:
1. Media audio-motion-visual, yakni media yang mempunyai suara, ada
gerakan dan bentuk objektif dapat dilihat. Media semacam ini paling
lengkap. Jenis media yang termasuk kelompok ini adalah televisi, video
tape dan film bergerak.
28. 2. Media audio-still-visual, yakni media yang mempunyai suara, objeknya
dapat dilihat, namun tidak ada gerakan, seperti film strip bersuara, dan
rekaman televisi dengan gambar tak bergerak (television still recordings).
3. Media audio-semi motion, mempunyai suara dan gerakan, namun tidak
dapat menampilkan suatu gerakan secara utuh. Salah satu contoh dari
media jenis ini ialah papan tulis jarak jauh atau tele-blackboard.
4. Media motion-visual, yakni media yang mempunyai gambar objek
bergerak, tapi tanpa mengeluarkan suara, seperti film bisu yang bergerak.
5. Media still-visual,yakni ada objek namun tidak ada gerakan, seperti film
strip dan slide tanpa suara.
6. Media audio, hanya menggunakan suara, seperti radio, telepon, dan audio-
tape.
7. Media cetak, yang tampil dalam bentuk bahan-bahan tercetak/tertulis
seperti buku, modul, dan pamflet.
Dari penggolongan media pembelajaran berdasarkan Brets, diatas
dapat ditarik kesimpulan bahwa Brets membagi media pembelajaran
berdasarkan tampilan dan apa yang dihasilkan dari media tersebut.
Sedangkan Susilana dan Riyana (2008: 13-21), membagi media
berdasarkan penyajian dan cara penyajiannya yang meliputi tujuh
kelompok media penyaji yaitu:
1. Kelompok kesatu yang terdiri dari :
a. Media grafis: grafik, diagram, bagan, sketsa, poster, papan flannel, dan
bulletin board;
29. b. Media bahan cetak: buku teks, modul, dan bahan pengajaran terprogram;
c. Media gambar diam: foto.
2. Kelompok kedua yang terdiri dari:
a. Media proyeksi diam: OHP/OHT, Opaque Proyektor, slide, dan film strip.
3. Kelompok ketiga yang terdiri dari:
a. Media audio: radio, alat perekam pita magnetik.
4. Kelompok keempat yang terdiri dari:
a. Media audio visual diam: media soundslide (slide bersuara), film strip
bersuara, dan halaman bersuara.
5. Kelompok kelima yang terdiri dari:
a. Media film (motion pictures): film bisu, film bersuara, dan film gelang.
6. Kelompok keenam yang terdiri dari:
a. Media televisi: televisi terbuka, televisi siaran terbatas (TVST), dan Video
Cassete Recorder (VCR).
7. Kelompok ketuju yang terdiri dari:
a. Media multimedia: modul belajar yang terdiri atas bahan cetak, bahan
audio, dan bahan audio visual.
3. Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Musfiqon (2012: 35), fungsi media pembelajaran yaitu:
(1) meningkatkan efektifitas dan efesiensi pembelajaran; (2) meningkatkan
gairah belajar siswa; (3) meningkatkan minat dan motivasi belajar; (4)
menjadikan siswa berinteraksi langsung dengan kenyataan; (5) mengatasi
30. modalitas belajar siswa yang beragam; (6) mengefektifkan proses
komunikasi dalam pembelajaran; (7) meningkatkan kualitas pembelajaran.
Media pembelajaran selain memiliki fungsi juga memiliki manfaat.
Menurut Susilana dan Riyana (2008: 10), manfaat media yaitu: (1)
mengkonkritkan sesuatu yang abstrak; (2) menghadirkan objek-objek yang
terlalu bahaya atau sukar didapat kedalam lingkungan belajar; (3)
menampilkan objek yang terlalu besar dan terlalu kecil; (4)
memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.
Dari penjabaran tentang fungsi media diatas, dapat disimpulkan
bahwa fungsi dari media yang utama adalah sebagai pembawa informasi
dari sumber (guru) menuju penerima (siswa) dalam proses pembelajaran
dan sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang
lebih efektif.
4. Pemilihan Media Pembelajaran
Dalam memilih media pembelajaran yang akan digunakan pada
proses pembelajaran, guru dalam hal ini dituntut untuk lebih teliti dan
selektif. Dengan mengetahui kriteria dalam pemilihan suatu media
pembelajaran, guru dapat mengetahui media mana yang dianggap tepat
untuk membantu dalam proses pembelajaran.
Ibrahim dan Syaodih (2010: 120-121), mengemukakan beberapa
faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran yang
tepat yaitu: (1) kemampuan apa yang ingin dicapai dan kesesuaian media
pembelajaran dengan tujuan pembelajaran; (2) kegunaan dari jenis media
31. itu sendiri; (3) kemampuan guru dalam menggunakan suatu jenis media
pembelajaran; (4) keluwesan dan fleksibilitas dari media itu sendiri; (5)
kesesuaian dengan sarana pendukung yang ada dan alokasi waktunya; (6)
ketersediaannya mudah; (7) biayanya dapat dijangkau.
Menurut Sanjaya (2009: 224), ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu: (1) pemilihan media harus
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; (2) pemilihan media harus
berdasarkan konsep yang jelas; (3) pemilihan media harus disesuaikan
dengan karakteristik siswa; (4) pemilihan media harus disesuaikan dengan
gaya belajar siswa serta gaya dan kemampuan guru; (5) pemilihan media
harus sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas dan waktu yang tersedia
untuk kebutuhan pembelajaran.
Sedangkan menurut Kasmadi (dalam Harjanto, 2010: 241) bahwa
di dalam memilih media pembelajaran perlu dipertimbangkan adanya 4
hal, yaitu:
a. Pertimbangan produksi, yang meliputi: availability (tersedianya bahan), cost
(harga), physical condition (kondisi fisik), accessibility to student (mudah
dicapai), emotional impact.
b. Pertimbangan peserta didik, yang meliputi: student characteristics (watak
peserta didik), student relevance (sesuai dengan peserta didik), student
involvement (keterlibatan peserta didik).
c. Pertimbangan isi, yang meliputi: curriculair-relevance (sesuai isi kurikulum),
content-soundness (konten suara), presentation (penyajian).
32. d. Pertimbangan guru, yang meliputi: teacher-utilization (penggunaan guru),
teacher peace of mind (pikiran tenang guru).
Dari berbagai pendapat ahli mengenai kriteria dalam pemilihan
media, dapat disimpulkan bahwa kriteria yang harus diperhatikan dalam
memilih media yaitu: (1) relevansi; (2) fleksibilitas; (3) kemanfaatan; (4)
kemampuan guru dalam menggunakan media; (5) ketersediaan dan biaya.
5. Pengertian LCD Proyektor
Untuk melakukan mengajar sudah sangat memungkinkan guru
untuk menggunakan Multimedia Proyektor atau lebih dikenal dengan LCD
Proyektor (Susilana dan Riyana, 2008: 198). Menurut Haryono (dalam
Humaniora, 2010:12),
LCD adalah media pembelajaran LCD Proyektor merupakan penggabungan Note
Book atau laptop dengan LCD Proyektor. LCD Proyektor sebagai
hardwarenya, sedangkan program yang sudah terdesain dan tersusun di dalam
laptop adalah softwarenya. LCD Proyektor termasuk ke dalam kategori media
audio visual gerak karena dapat menyajikan berbagai tampilan informasi baik
berupa audio, visual diam, visual gerak, maupun gabungan berupa audio
visual gerak.
Menurut Daryanto (2011: 123), media LCD Proyektor atau
Multimedia Proyektor adalah alat yang mampu menampilkan unsur-unsur
media seperti gambar, teks, video, animasi, baik secara terpisah maupun
gabungan dan dapat dikoneksikan dengan perangkat elektronika lainnya
seperti Komputer, Laptop, TV, Kamera, VCD/DVD Player, dan Video
33. Player. Multimedia Proyektor dapat digunakan untuk kegiatan presentasi,
pembelajaran, pemutaran film, dan lain-lain.
Dari beberapa pendapat tentang pengertian media LCD Proyektor
di atas, dapat disimpulkan bahwa media LCD Proyektor atau Multimedia
Proyektor adalah sebuah alat yang merupakan gabungan dari LCD
Proyektor dengan perangkat elektronik seperti Komputer, Laptop, TV,
Kamera, VCD/DVD Player, dan Video Player, dimana LCD Proyektor
merupakan hardwarenya sedangkan program dalam perangkat elektronik
merupakan softwarenya yang dapat digunakan untuk kegiatan presentasi
dan pembelajaran.
6. Karakteristik LCD Proyektor
Media LCD Proyektor memiliki karakteristik yang berbeda dengan
media pembelajaran lainnya. Menurut Daryanto (2011: 124-125), LCD
Proyektor memiliki karakteristik yaitu: (1) semakin tinggi resolusi atau
jumlah pixel yang dihasilkan, semakin tinggi detail gambar yang dapat
ditampilkan; (2) keefisienan desain proyektor sangat menentukan seberapa
besar brightness loss (hilangnya tingkat kecerahan) secara internal; (3)
proyektor yang baik harus mampu mereproduksi secara akurat warna-
warna (ukuran dari corak dan saturasi cahaya) yang dikirim dari sumber;
(4) tingkat Contras Ratio (ukuran perbandingan antara warna hitam
dan putih) yang lebih tinggi merupakan indikasi mengenai seberapa baik
suatu gambar dapat tampil baik di layar proyeksi, khususnya dalam hal
kehalusan detail warna.
34. 7. Penggunaan LCD Proyektor
Dalam menggunakan media LCD Proyektor harus memperhatikan
tata cara penggunaannya. Hal ini dikarenakan LCD Proyektor merupakan
sebuah perangkat yang rawan untuk mengalami kerusakan apabila salah
dalam penggunaannya. Dengan memperhatikan tata cara penggunaannya,
akan dapat meminimalisir kerusakan pada LCD Proyektor.
Menurut Daryanto (2011: 126-129), cara penggunaan LCD
Proyektor antara lain:
a. Dalam menginstalasi proyektor sebelum digunakan, posisi proyektor dan
komputer (laptop) harus dalam keadaan mati. Kalau komputer yang menyala
terlebih dahulu sebaiknya di restart untuk kemudian dipasang dan baru
dinyalakan lagi;
b. Untuk mematikan proyektor, dapat menggunakan remote atau menekan
tombol on/off, ditekan dua kali sampai muncul pertanyaan turn of your
projector. Kemudian tekan, maka lampu akan mati.
c. Apabila mencabut saluran listrik dari proyektor, lampu proyektor harus
berwarna merah. Jangan mencabut listrik apabila lampu proyektor berwarna
hijau atau kipas blower yang ada dalam proyektor masih aktif;
d. Lensa proyektor yang ada di depan harus dalam keadaan bersih. Hindari
sentuhan langsung dengan tangan tanpa diberi alas;
e. Untuk menghindari lensa tidak cepat kotor atau terhindar dari benturan,
sebaiknya tutup lensa dalam keadaan tertutup. Mengingat ukuran tutup lensa
kecil, sebaiknya ditali agar tidak hilang;
35. f. Ventilasi dalam LCD Proyektor sebaiknya dibiarkan terbuka, jangan ditutupi
oleh apapun. Ventilasi inilah yang berfungsi mengatur sirkulasi udara yang
keluar masuk;
g. Dalam membawa LCD Proyektor, sebaiknya tidak sembarangan
menggunakan tas. Tas yang digunakan adalah tas yang didesain khusus dan
dilapisi busa tebal, sehingga apabila terjadi benturan LCD Proyektor tetap
terjaga;
h. Koneksi kabel harus dibersihkan agar serat kabel tidak rusak. Dalam
membuka dan memasang kabel juga harus berhati-hati, karena apabila serat
kabelnya putus akan berakibat fatal terhadap tampilan proyeksi;
i. Saat melipat kabel LCD Proyektor sebaiknya tidak terlalu menukik atau
melipat. Cara melipat kabel ini akan memengaruhi kekuatan kabel;
j. LCD Proyektor akan rusak apabila keseringan mati listrik secara mendadak.
Maka dari itu, koneksi listrik sebaiknya menggunakan UPS/stabilizer untuk
menyimpan arus listrik sementara. Hal ini dikarenakan apabila listrik mati
masih sempat mematikan secara normal.
C. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Istilah motivasi berasal dari kata „motif‟, yang diartikan sebagai
daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
(Sardiman, 2011: 73). Sedangkan menurut Woodworth dan Marques
(dalam Mustaqim dan Wahib, 2010: 72), motif adalah suatu tujuan jiwa
36. yang mendorong individu untuk aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk
tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi disekitarnya. Kuat lemahnya usaha
yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan akan ditentukan
oleh kuat lemahnya motif yang dimiliki. Motif dan motivasi adalah dua hal
yang sangat berkaitan. Motivasi merupakan penjelmaan dari motif yang
bisa dilihat dari tingkah laku yang ditunjukkan oleh seseorang (Sanjaya,
2009: 250).
Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk
menggerakkan dan menggarahkan tingkah laku seseorang agar terdorong
untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu. Motivasi sebagai proses internal yang mengaktifkan, menuntun,
dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu (Murphy et al dalam
Slavin, 2009: 105).
Sedangkan Barelson dan Steiner (dalam Anggraheni, 2011: 150-
151) mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang
yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan, dan yang
mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah tujuan.
Pendapat di atas menunjukkan bahwa seseorang akan merubah
tingkah lakunya untuk mencapai suatu tujuan tertentu dikarenakan ada
faktor pendorong dari dalam diri seseorang tersebut. Makin kuat dorongan
tersebut, maka makin optimal ia berupaya agar sesuatu yang dituju dapat
tercapai, dimana kalau sesuatu yang diinginkan dapat tercapai, maka ia
akan merasa berhasil dan puas. Hakekat motivasi belajar adalah dorongan
37. internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk
mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa
indikator atau unsur yang mendukung yaitu meliputi: (1) adanya hasrat
dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;
(3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan
dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya
lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang
siswa dapat belajar dengan baik (Uno, 2007: 23).
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong
siswa untuk belajar dengan senang dan belajar secara sungguh-sungguh,
yang pada gilirannya akan terbentuk cara belajar siswa yang sistematis dan
penuh konsentrasi. Besar kecilnya semangat seseorang untuk belajar
sangat ditentukan oleh besar kecilnya motivasi yang dimilikinya. Jadi,
motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam proses
pembelajaran, baik dalam proses maupun pencapaian hasil. Seorang siswa
yang memiliki motivasi belajar tinggi, akan belajar dengan baik dan
sungguh-sungguh sehingga hasil belajarnya akan tinggi. Sebaliknya siswa
yang memiliki motivasi belajar rendah, tidak sungguh-sungguh dalam
belajar, sehingga hasil belajarnya pun akan rendah. Tinggi rendahnya
motivasi seseorang dapat dipengaruhi oleh dua faktor, baik faktor yang
datang dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik).
38. 2. Jenis-Jenis Motivasi
Berdasarkan pengertian motivasi yang telah dibahas di atas, maka
motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu motivasi instrinsik dan
motivasi ekstrinsik
a. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari
dalam diri siswa itu sendiri (Gintings, 2008: 89). Adapun sifat-sifat yang
dimiliki motivasi ekstrinsik yaitu: (1) walaupun motivasi intrinsik sangat
diharapkan, namun justru tidak selalu timbul dari dalam diri siswa; (2)
karena munculnya atas kesadaran sendiri, maka motivasi intrinsik akan
bertahan lebih lama dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik (Gintings,
2008: 89).
Berikut ini adalah beberapa tanda-tanda adanya motivasi intrinsik
dalam diri siswa menurut (Gintings, 2008: 90) yaitu: (1) adanya
keterlibatan, kreativitas, dan rasa menikmati pelajaran dalam diri siswa
selama pembelajaran berlangsung; (2) adanya suasan hati yang positif
seperti keseriusan dan keceriaan; (3) munculnya pertanyaan dari siswa
yang mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata; (4) adanya
diskusi personal lanjutan setelah selesainya jam pelajaran; (5)
menyerahkan tugas tanpa diingatkan oleh guru; (6) berusaha keras dan
tidak mudah menyerah dalam mengatasi kesulitan belajar atau komunikasi
serta penyelesaian tugas; (7) mengusulkan atau menetapkan tugas yang
relevan untuk dirinya sendiri; (8) mengupayakan penguasaan materi secara
39. mandiri dengan memanfaatkan berbagai strategi dan sumber belajar yang
ada.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam seseorang yang tidak
perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik,
maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan sesuai dengan hati
nuraninya yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya, sehingga
memiliki kecenderungan yang lebih kuat serta tahan lama.
b. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari
luar diri siswa itu sendiri (Gintings, 2008: 88-89). Motivasi ekstrinsik
sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman
Santrock (2008: 514).
Adapun sifat-sifat motivasi ekstrinsik menurut Gintings (2008: 89)
yaitu: (1) karena munculnya bukan atas kesadaran sendiri, maka motivasi
ekstrinsik mudah hilang atau tidak dapat bertahan lama; (2) motivasi
ekstrinsik jika diberikan terus menerus akan menimbulkan motivasi
intrinsik dalam siswa. Motivasi ektrinsik menunjukkan bahwa seseorang
mau melakukan sesuatu karena untuk mendapatkan sesuatu yang lain dan
bukan berasal dari keinginan seseorang itu sendiri. Berikut ini yang
tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain: (1) belajar hanya
untuk memenuhi kewajiban seorang siswa; (2) belajar hanya untuk
menghindari hukuman dari orang lain; (3) belajar hanya untuk
40. memperoleh hadiah; (4) belajar hanya untuk memperoleh pujian dari orang
lain, misalnya guru dan orang tua.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar siswa disebabkan adanya
perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan untuk mencapai nilai
yang tinggi agar mendapat pujian atau pun hadiah dari orang lain.
3. Fungsi Motivasi
Sanjaya (2009: 251-253) berpendapat ada dua fungsi motivasi
yaitu: (1) mendorong siswa untuk beraktivitas, yang artinya bahwa tanpa
adanya motivasi tidak mungkin seseorang mau melakukan sesuatu; (2)
motivasi berfungsi sebagai pengarah, yang artinya bahwa motivasi bukan
hanya dapat menggerakkan seseorang untuk beraktivitas, tetapi melalui
motivasi juga seseorang akan mengarahkan aktivitasnya secara
bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Hamalik (2008: 161) ada tiga fungsi motivasi
yaitu: (1) mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, yang
artinya bahwa tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan
seperti belajar; (2) motivasi berfungsi sebagai pengarah, yang artinya
mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan; (3)
motivasi berfungsi sebagai penggerak, yang diibaratkan sebagai mesin
mobil, bahwa besar kecilnya gas yang diberikan akan menentukan cepat
atau lambatnya suatu perjalanan, begitu pula dengan motivasi, besar
41. kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan
atau tingkah laku.
Berdasarkan pendapat ahli mengenai fungsi motivasi di atas, maka
peneliti menyimpulkan fungsi motivasi yaitu: (1) mendorong siswa untuk
melakukan suatu perbuatan; (2) mengarahkan suatu perbuatan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan; (3) menggerakkan suatu perbuatan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
D. Kerangka Berpikir
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa
di SD, salah satunya adalah penggunaan media pembelajaran di kelas.
Dalam pembelajaran matematika di SDN 01 Josenan Kota Madiun,
banyak didapati siswa yang kurang termotivasi untuk belajar. Hal ini dapat
dibuktikan dengan banyaknya siswa yang tidak memperhatikan guru
ketika menyampaikan materi pelajaran. Mereka asik bermain sendiri,
bercanda dengan temannya, bahkan berjalan-jalan. Kondisi ini dapat
terjadi karena guru tidak dapat menciptakan pembelajaran yang menarik,
mnyenangkan, dan bermakna bagi siswa. Seharusnya guru matematika
harus lebih kreatif dan inovatif dalam merancang dan melaksanakan
pembelajaran matematika yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa
sehingga dapat menghilangkan anggapan siswa tentang matematika
merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan. Salah satu alternatif yang
dapat dilakukan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
42. menyenangkan dan bermakna bagi siswa adalah dengan menggunakan
media pembelajaran yang menarik dan modern sesuai dengan
perkembangan teknologi seperti menggunakan media LCD Proyektor.
LCD Proyektor adalah salah satu media pembelajaran yang bisa
digunakan untuk mempengaruhi siswa agar tertarik dalam proses
pembelajaran matematika di kelas. Dengan adanya LCD Proyektor, dapat
memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran matematika yang
selama ini dianggap sebagai pelajaran yang sulit diantara pelajaran
lainnya.
Penggunaan media LCD Proyektor dengan berbagai variasi
tampilan visual, sangat baik untuk merangsang penalaran siswa dalam
proses pembelajaran. Sehingga dengan menggunakan media LCD
Proyektor dapat melatih siswa untuk mampu berpikir kreatif, kritis, dan
inovatif, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa.
Selain itu, faktor lain yang juga mempengaruhi hasil belajar
matematika adalah motivasi belajar siswa. Motivasi belajar memiliki
peranan yang besar terhadap usaha belaja siswa. Motivasi belajar
merupakan pendorong untuk melakukan suatu tindakan dalam proses
pembelajaran. Tinggi rendahnya motivasi dapat menentukan tinggi
rendahnya usaha siswa dalam belajar, dan tentu juga tinggi rendahnya
usaha siswa dalam belajar akan menentukan hasil belajar yang
diperolehnya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung hasil
43. belajarnya pun akan tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi
belajar rendah, cenderung hasil belajarnya pun akan rendah.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka penulis merumuskan
hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Ada peningkatan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas
lingkaran menggunakan media LCD Proyektor pada siswa kelas V SDN 01
Josenan Kota Madiun tahun pelajaran 2012/2013.
2. Tidak ada peningkatan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas
lingkaran menggunakan media LCD Proyektor pada siswa kelas V SDN 01
Josenan Kota Madiun tahun pelajaran 2012/2013.
44. BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
1. Tempat Pelaksanaan
Penelitian diadakan di SDN 01 Josenan Kota Madiun Tahun
pelajaran 2012/2013.Pemilihan tempat ini didasarkan atas beberapa
alasan diantaranya:
a. Letaknya yang strategis dan mudah dijangkau.
b. Sejauh ini belum ada penelitian serupa yang diadakan di SDN 01
Josenan Kota Madiun sehingga penelitian ini dharapkan mampu
memberikan inovasi bagi sekolah dalam proses pembelajaran.
c. Prestasi belajar siswa di sekolah ini masih belum sesuai dengan yang
diharapkan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran
2012/2013 dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April sampai
dengan bulan Juni 2013.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 01 Josenan Kota
Madiun Tahun pelajaran 2012/2013. Pemilihan subjek ini didasarkan pada
pertimbangan guru kelas V, bahwa kelas V memiliki motivasi belajar yang
45. kurang utamanya pada mata pelajaran matematika. Diharapkan dengan media
LCD Proyektor ini, motivasi belajar matematika siswa kelas V lebih
meningkat. Jumlah siswa kelas 5 ada 27 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-
laki dan 17 siswa perempuan.
C. Desain dan Prosedur Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) atau Classroom Action Research.
Menurut Basrowi dan Suwandi (2008: 28) Penelitian Tindakan
Kelas adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang
dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki
dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran.
Suharsimi Arikunto dkk (2006: 58) Penelitian Tindakan Kelas
adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan
tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan
sebuah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang mengkaji
masalah pembelajaran di dalam kelas bertujuan untuk memperbaiki dan
atau meningkatkan kualitas pembelajaran.
Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini
dilakukan dalam beberapa siklus. Pada setiap siklus terdiri dari 4 tahap
yaitu: tahap perencanaan (planning), tahap tindakan (acting), tahap
46. pengamatan (observing), dan tahap refleksi (reflecting). Adapun model
dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:
Perencanaan
Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Pengamatan
?
Gambar Skema Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Suharsimi Arikunto dkk, 2006:16)
Agar lebih jelas berikut ini menurut Suharsimi Arikunto dkk (2006:
17-22) penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:
a. Tahap1: Menyusun Rancangan Tindakan (planning)
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut
dilakukan.
47. b. Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (acting)
Dalam tahap ke-2 ini adalah pelaksanaan yang merupakan
implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan
di kelas.
c. Tahap 3: Pengamatan (observing)
Dalam tahap ke-3 ini, yaitu kegiatan pengamatan yang
dilakukan oleh pengamat
d. Tahap 4: Refleksi (reflecting)
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali
apa yang sudah dilakukan.
2. Prosedur penelitian
a. Siklus I
1) Tahap 1: Menyusun Rancangan Tindakan (planning)
Secara rinci rancangan tindakan ini akan dijabarkan dalam
uraian berikut ini:
a) Membuat jadwal kegiatan proses belajar mengajar.
b) Penyusunan instrumen pembelajaran yang meliputin pembuatan
format pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dari lembar
observasi aktivitas siswa yang berupa check list.
c) Mempersiapkan silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran) sebagai acuan dalam melaksanakan proses
pembelajaran di kelas.
48. d) Menyediakan media pembelajaran.
e) Mempersiapkan alat-alat yang menunjang seperti komputer dan
LCD Proyektor.
f) Mempersiapkan soal tes secara individu.
2) Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (acting)
Pelaksanaan tindakan dalam siklus I ini dijabarkan sebagai
berikut:
1. Kegiatan Awal:
a) Guru mengucapkan salam
b) Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan
memberikan informasi kepada siswa mengenai media LCD
Proyektor yang menampilkan power point berkaitan dengan
materi menghitung luas lingkaran yang berbeda dengan
kebiasaan belajar di kelas sebelumnya.
c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti:
a) Siswa diperlihatkan melalui media LCD Proyektor materi
berupa power point berkaitan dengan menghitung luas
lingkaran.
b) Siswa diminta melakukan kegiatan seperti yang
diperlihatkan dalam media.
c) Siswa dijelaskan tentang asal mula lingkaran.
49. d) Siswa diberikan penjelasan tentang bagaimana diperoleh
rumus luas lingkaran seperti yang ada dalam media
pembelajaran.
e) Siswa diminta untuk mengerjakan soal menghitung luas
lingkaran.
f) Salah beberapa siswa diminta mengerjakan soal di papan
tulis.
g) Siswa bersama dengan guru mengoreksi tugas yang sudah
dikerjakan.
3. Kegiatan Akhir:
a) Guru menyimpulkan materi pembelajaran yang sudah
dilakukan.
b) Guru memberikan reward kepada siswa yang aktif selama
kegiatan pembelajaran berlangsung.
c) Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan
mengucapkan salam penutup.
3) Tahap 3: Pengamatan (observing)
Pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar, peneliti
mengamati semua aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar
di kelas. Tujuan dilaksanakannya pengamatan ini adalah untuk
mengetahui apakah penggunaan media LCD Proyektor dapat
meningkatkan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas
50. lingkaran pada siswa kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun tahun
pelajaran 2012/2013.
4) Tahap 4: Refleksi (reflection)
a) Peneliti menganalisa data hasil pengamatan terhadap siswa
selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.
b) Mendiskusikan masalah yang muncul selama proses belajar
mengajar.
c) Peneliti menganalisa hasil tes pada siklus I untuk menentukan
kekurangan dan kelebihan jalannya pembelajaran pada siklus I
dan merencanakan tindakan selanjutnya pada siklus II.
d) Membuat kesimpulan sementara hasil siklus I dan
merumuskan tindakan selanjutnya pada siklus II.
b. Siklus II
Pada siklus ini rancangan peneliti mengacu pada siklus
pertama dengan memperbaiki kekurangan pada siklus pertama
1) Tahap 1: Menyusun Rancangan Tindakan (planning)
a) Menyusun RPP perbaikan.
b) Memperbaiki kekurangan pada siklus I dan menyusun tindakan
selanjutnya agar pelaksanaan tindakan pada siklus II berjalan
lebih baik.
51. 2) Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (acting)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran menurut
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah diperbaiki
dari kekurangan yang terjadi saat proses pembelajaran pada siklus
I. Untuk langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan
hampir sama dengan siklus I disertai perbaikan dari kekurangan
yang ada pada siklus I.
3) Tahap 3: Pengamatan (observing)
Dalam pelaksanaan pemberian tindakan tidak berbeda dari
siklus I, mengamati dengan berpedoman pada instrumen yang
ditetapkan. Peneliti melakukan tindakan ulang pada siklus II,
setelah melihat hasilnya, maka dilakukan observasi dengan check
list observasi.
4) Tahap 4: Refleksi (reflection)
Peneliti menganalisis semua tindakan pada siklus I dan siklus
II, kemudian melakukan refleksi terhadap media yang digunakan
dalam tindakan kelas. Siswa mengalami peningkatan motivasi
belajar matematika. Melalui media yang diterapkan dalam tindakan
kelas berhasil meningkatkan motivasi belajar matematika dalam
menghitung luas lingkaran.
52. D. Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
atas: observasi, wawancara dan dokumentasi.
Teknik observasi digunakan untuk mengamati gejala-gejala yang
tampak dalam proses pembelajaran tentang kesungguhan siswa ketika
mengikuti pelajaran, keseringan siswa bertanya, kemauan dan kemampuan
siswa menanggapi pertanyaan teman sekelasnya, keterlibatan siswa berfikir,
berbicara, mendengarkan, mengamati, dan melakukan tugas-tugas dalam
proses pembelajaran. Teknik observasi juga dilakukan untuk emngamati dan
merekam ucapan-ucapan siswa ketika bertanya, menjawab, mendebat,
menanggapi, menganalisis dan berargumentasi dalam proses pembelajaran.
Teknik wawancara digunakan untuk wawancara dengan siswa tentang
kesan-kesan dan pengungkapan perasaan siswa ketika belajar menghitung
luas bangun datar dengan menggunakan power point. Ungkapan rasa senang
siswa dilakukan dengan teknik wawancara. Wawancara juga digunakan untuk
mengungkap perasaan siswa tentang kesulitan-kesulitan siswa ketika belajar
menghitung luas bangun datar dengan bantuan media power point.
Teknik dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan data
tentang proses pembelajaran yang menggambarkan langkah-langkah
pembelajaran menggunakan media power point yang digunakan guru selama
proses pembelajaran. Data focus masalah tentang keaktifan, kreatifitas, dan
rasa senang siswa dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Dokumen yang
dimaksud dalam penelitian ini mencakup dokumentasi foto dan dokumentasi
53. fortofolio siswa. Peristiwa-peristiwa yang tampak dan sesuai focus masalah
ini: misalnya ketika siswa menunjukkan acungan jari, ketika bertepuk tangan
yang menggambarkan suasana menyenangkan, ketika mereka asyik bekerja
secara kelompok, dan lainnya, akan didokumentasikan.
Teknik lainnya adalah tes. Tes digunakan untuk mengumpulkan data
tentang kemampuan siswa mengerjakan soal-soal tes untuk menghitung luas
lingkaran.
E. Metode Analisis Data
Data yang telah terkumpul akan dianalisis secara deskriptif, baik
deskriptif kuantitatif maupun deskriptif kualitatif. Data yang akan dianalisis
secara deskriptif adalah data tentang keaktifan siswa yang dikumpulkan
melalui “cek list” pada rubric pengamatan keaktifan siswa dan data tentang
kemampuan menghitung luas bangun datar yang dinyatakan dengan nilai
(score) yang dicapai siswa atas penilaian latihan dan penugasan menghitung
luas bangun datar dan hasil tes kemampuan siswa menghitung luas bangun
datar.
Data kualitatif berupa catatan pengamatan, dokumen portofolio siswa,
dokumen foto, dan rekaman wawancara akan dianalisis dengan analisis
kualiitatif dengan tahapan: pemaparan data, penyederhanaan data,
pengelompokan data sesuai focus masalah, dan pemaknaan.
Dalam proses analisis data, untuk memperoleh data yang ebnar-benar
dapat dipercaya kebenarannya maka peneliti akan melakukan membercheck
54. (pengecekan anggota/subjek penelitian), trianggulasi-check and recheck dari
segi sumber data/subjek dan metode, perpanjangan pengamatan, dan
pelacakan data secara mendalam, dst.
55. DAFTAR PUSTAKA
Anderson dan Krathwohl. 2001. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen. Terjemahan oleh Agung Prihantoro. 2010.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Anggraheni, I., S. 2011. Motivasi Belajar dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh:
Sebuah Kajian pada Interaksi Pembelajaran Mahasiswa. Premiere
Educandum, 1 (2):148-162.
Angkowo, R dan Kosasih, A. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta:
Grasindo.
Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.
Dahar, R.,W. 2011. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Bandung: Erlangga.
Daryanto. 2011. Media Pembelajaran: Peranannya Sangat Penting Dalam
Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.
Dimyati dan Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Gembong, S. 2007. Kesulitan-Kesulitan yang Dihadapi Guru dan Siswa Sekolah
Dasar dalam Pembelajaran Matematika dengan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (Studi Kasus di Sekolah Dasar Karesidenan Madiun). Jurnal
Pendidikan, 13(2):193-215.
Gembong, S. 2010. Efektifitas Pembelajaran Matematika Model Kooperatif
Jigsaw dengan pendekatan Matematisasi Berjenjang dan Tanpa
Pendekatan Matematisasi Berjenjang Ditinjau dari Motivasi Belajar dan
Inteligensi Siswa pada Siswa SMA di Kota Madiun. Jurnal Pendidikan, 16
(1): 29-44.
Gintings, A. 2008. Esensi Praktis: Belajar & Pembelajaran, Disiapkan untuk
Pendidikan Profesi dan Sertifikasi Guru-Dosen. Bandung: Humaniora.
Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamalik, O. 2009. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: Bumi Aksara.
Harjanto. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ibrahim, R dan Syaodih, N.,S. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka
Cipta.
56. Ismunamto, A. 2011. Ensiklopedia Matematika 1. Jakarta: PT. Lentera Abadi.
Musfiqon, H., M. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran.
Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.
Mustaqim dan Wahib, A. (Ed.). 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nurhadi. 2005. Kurikulum 2004 Pertanyaan & Jawaban. Jakarta: Grasindo.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 14 tahun 2007,
Nomor 22 Tahun 2007, Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana
dan Prasarana Sekolah Dasar dan Menengah (SD/MI) SMP/MTs
(SMA/MA).
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sadiman, A.S., Raharjo, R., Haryono, A., Rahardjito. 2010. Media Pendidikan:
Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Sanjaya, W. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik
Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana.
Sanjaya, W. 2009. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
Prenada Media Group.
Santrock, J., W. 2004. Psikologi Pendidikan. Terjemahan oleh Tri Wibowo.
2008. Jakarta: Kencana.
Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada.
Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
Cipta.
Slavin, R., E. 2006. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek. Terjemahan oleh
Marianto Samosir. 2009. Jakarta: Indeks.
Sudjana, N. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda.
Susilana, R dan Riyana, C. 2008. Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan,
Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: CV. Wacana Prima.
57. Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosda.
Syah, M. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda.
Uno, H., B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, H., B. 2007. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi
Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Uno, H., B. 2007. Teori Motivasi & Pengukurannya:Analisis di Bidang
Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Van de Walle, J., A. 2007. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah.
Terjemahan oleh Suyono. 2008. Jakarta: Erlangga.