SlideShare a Scribd company logo
1 of 57
PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

     DALAM MENGHITUNG LUAS LINGKARAN

    MENGGUNAKAN MEDIA LCD PROYEKTOR

PADA SISWA KELAS V SDN 01 JOSENAN KOTA MADIUN

          TAHUN PELAJARAN 2012/2013




                    Oleh:

           REZA RIEZKY FEBRIYANTI

                 NPM 09141179



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

         FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

              IKIP PGRI MADIUN

                     2013
KATA PENGANTAR



         Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat

rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi

Program S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan

IKIP PGRI Madiun Tahun 2012.

         Adapun judul tugas akhir ini adalah “Peningkatan Motivasi Belajar

Matematika Dalam Menghitung Luas Lingkaran Menggunakan Media LCD

Proyektor Pada Siswa Kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun Tahun Pelajaran

2012/2013”. Tugas inidiharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam

peningkatan proses pembelajaran matematika sehingga dapat memebrikan

kontribusi dalam upaya meningkatkan kompetensi kualitas sumber daya

pendidikan.

         Saya menyadari bahwa tidak mungkin penulis tugas akhir ini dapat

berjalan dengan lancer tanpa bantuan dari abnyak pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada:

1.   Bapak Dr. H. Parji, M.Pd., Rektor IKIP PGRI Madiun yang telah banyak

     membimbing penulis selama ini.

2.   Bapak Drs, Vitalis Djarot Sumarwoto, M.Pd., dekan Fakultas Ilmu

     Pendidikan.

3.   Bapak Drs. Ibadullah Mallawi, M.Pd., Ketua Program Studi Guru Sekolah

     Dasar IKIP PGRI Madiun.
4.   Bapak Drs. Edy Siswanto, M.Pd, pembimbing yang telah banyak

     memberikan bimbingan kepada penulis.

5.   Semua dosen dan segenap civitas akademika IKIP PGRI Madiun yang telah

     banyak memberikan pengajaran dan bimbingan selama perkuliahan ini.

6.   Bapak Suprijadi, S.Pd., selaku kepala SDN 01 Josenan Kecamatan taman

     Kota Madiun dan seluruh staf pengajar yang telah banyak memberikan

     bantuan sehingga penulis dapat emlakukan penelitian ini dengan lancer.

7.   Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

     atas dukungan, bantuan dan semangat yang telah diberikan.

         Dengan harapan semoga Tuhan Ynag Maha Esa emlimpahkan anugerah

yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut di atas. Saya emnyadari

bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya segala saran dan

kritik yang emmebangun dari manapun akan saya terima dengan senang hati dan

terima kasih yang sebesar-besarnya.

         Akhirnya saya berharap agar tugas akhir ini memberikan manfaat bagi

para pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya meningkatkan

kualitas proses belajar mengajar di SD.



                                            Magetan,    Januari 2013




                                                   Penulis
DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL .....................................................................................            i

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................. iv



BAB I PENDAHULUAN

     A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

     B. Batasan Masalah .................................................................................. 6

     C. Rumusan Masalah ............................................................................... 7

     D. Tujuan penelitian ................................................................................. 7

     E. Manfaat penelitian ............................................................................... 7



BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

     A. Hasil Belajar Matematika .................................................................... 9

     B. Media Pembelajaran LCD Proyektor .................................................. 19

     C. Motivasi Belajar .................................................................................. 28

     D. Kerangka Berfikir ................................................................................ 33

     E. Hipotesis Tindakan .............................................................................. 35



BAB III

     A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ......................................................... 36

     B. Subjek Penelitian ................................................................................. 36
C. Desain dan Prosedur Penelitian ........................................................... 37

    D. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 44

    E. Metode Analisis Data .......................................................................... 45



DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 47
BAB I

                               PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah

             Perkembangan kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor

      pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk mencetak generasi

      bangsa yang cerdas, berwawasan luas, serta mampu mengatasi

      permasalahan baik yang terjadi sekarang maupun yang akan datang.

      Mengingat begitu pentingnya peran pendidikan, maka sudah seharusnya

      mutu pendidikan terus ditingkatkan agar tujuan pendidikan dapat tercapai.

      Sekolah sebagai lembaga pendidikan dituntut untuk mampu memperbaiki

      mutu pendidikan dan mencetak bibit unggul bangsa yang mampu

      berkembang dalam kehidupan global. Selain itu, guru sebagai sumber

      sekaligus aktor dalam dunia pendidikan, juga dituntut untuk mampu

      meningkatkan mutu pembelajaran. Peningkatan mutu pembelajaran harus

      dilakukan oleh para guru, hal ini akan memberi dampak terhadap mutu

      pendidikan nasional.

             Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan

      kualitas pembelajaran yang dilaksanakannya. Kualitas pembelajaran yang

      baik akan meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Oleh karena itu, guru

      harus memikirkan dan membuat perencanaan guna meningkatkan kualitas

      mengajarnya. Guru dalam membuat perencanaan dituntut untuk lebih

      inovatif dalam pengorganisasian kelas, penggunaan strategi pembelajaran,
metode pembelajaran, media pembelajaran, serta sikap dan karakteristik

guru dalam mengelola proses belajar mengajar.

       Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di

tingkat Sekolah Dasar (SD), dan juga merupakan salah satu mata pelajaran

yang dimasukkan dalam ujian nasional. Matematika bagi siswa SD

berguna untuk mengembangkan pola pikir siswa, dan untuk mempelajari

ilmu-ilmu lain dikemudian hari. Mempelajari matematika merupakan

sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

mempelajari matematika, diharapkan dapat membentuk pola pikir siswa

yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang sistematis, logis,

dan kritis dengan penuh kecermatan.

       Berdasarkan pengamatan selama kegiatan Praktik Pengalaman

Lapangan (PPL), dalam pembelajaran matematika siswa kelas V di SDN

01 Josenan Kota Madiun banyak yang kurang semangat dan termotivasi

dalam kegiatan pembelajaran. Pada saat pembelajaran berlangsung,

banyak siswa yang tidak memperhatikan guru ketika menyampaikan

materi. Mereka asik bermain, menggambar, bercanda dengan temannya

bahkan ada yang berjalan-jalan. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan.

Menurut pendapat peneliti, hal ini dapat terjadi karena guru dalam

menyampaikan materi cenderung menyampaikannya melalui ceramah saja.

Guru jarang menggunakan media pembelajaran yang menarik. Guru hanya

memanfaatkan papan tulis (white board) untuk memberikan contoh soal.

Tidak jarang pula guru meminta siswa untuk belajar sendiri, setelah itu
dilanjutkan mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Hal inilah yang

menyebabkan siswa merasa bosan bahkan tidak senang dengan pelajaran

matematika.

       Ketidaksenangan siswa terhadap pelajaran matematika juga

dikarenakan, mereka beranggapan bahwa pelajaran matematika merupakan

pelajaran yang sulit diantara pelajaran lainnya. Anggapan ini muncul

karena matematika adalah pelajaran yang mempelajari rumus, angka dan

berhitung yang terkadang rumit untuk dipelajari siswa. Bahkan ada juga

yang menganggap pelajaran matematika sebagai mata pelajaran yang

menyeramkan, sehingga mengurangi motivasi dan menyebabkan hasil

belajar matematika belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini

dapat dilihat dari nilai ulangan harian, nilai tugas, nilai tes semester dan

nilai ujian akhir nasional yang pada umumnya belum sesuai dengan

harapan guru dan siswa.

       Ditambah lagi dengan ketidakmampuan guru dalam menciptakan

kegiatan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi

siswa, semakin membuat siswa tidak senang dengan pelajaran matematika.

Hal inilah yang mengakibatkan hasil belajar matematika siswa rendah.

Padahal matematika akan menjadi suatu pelajaran yang menyenangkan

jika guru mengoptimalkan peran siswa dalam proses pembelajaran. Jadi

siswa tidak hanya aktif mendengarkan apa yang disampaikan guru, namun

siswa juga dituntut untuk ikut serta secara aktif membangun pemahaman
tentang materi yang akan dipelajari. Hal inilah peran media pembelajaran

yang menarik sangatlah dibutuhkan.

       Di dalam proses belajar mengajar, media pembelajaran mempunyai

fungsi tidak hanya sekedar alat bantu guru, melainkan sebagai pembawa

informasi atau pesan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa

(Susilana dan Riyana, 2008: 8). Mengingat pentingnya peran media dalam

pembelajaran, khususnya pada pembelajaran matematika, maka sudah

seharusnya guru matematika dapat menciptakan suasana pembelajaran

yang menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa dengan

memanfaatkan media pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan

perkembangan jaman, seperti memanfaatkan media Liquid Crystal Display

(LCD) Proyektor. Media LCD Proyektor merupakan salah satu alternatif

yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran matematika. Media

LCD Proyektor adalah sebuah alat yang merupakan gabungan dari LCD

Proyektor dengan perangkat elektronik seperti Komputer, Laptop, TV,

Kamera, VCD/DVD Player, dan Video Player, dimana LCD Proyektor

merupakan hardwarenya sedangkan program dalam perangkat elektronik

merupakan softwarenya yang dapat digunakan untuk kegiatan presentasi

dan pembelajaran. Dalam penelitian ini media LCD Proyektor ini

dimanfaatkan untuk menampilkan materi berupa power point tentang

menghitung luas lingkarang. Power point ini menyajikan bagaimana

proses terbentuknya lingkaran dan bagaimana sampai di dapatkan rumus

luas lingkaran. Jadi dalam pembelajaran yang digunakan dalam penelitian
ini siswa tahu dan mengalami langsung melalui penjelasan power point

yang ditampilkan dalam LCD Proyektor. Dengan tampilan yang menarik

dari power point juga pemanfaatan media LCD Proyektor yang

sebelumnya belum pernah dimanfaatkan untuk pembelajaran matematika

diharapkan motivasi belajar matematika siswa kelas V SDN 01 Josenan

akan meningkat yang juga akan berpengaruh pada perolehan hasil belajar

yang memuaskan.

       Penggunaan      media    LCD      Proyektor    diharapkan     dapat

membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar. Selain itu,

penggunaan     media    LCD     Proyektor    juga    diharapkan    mampu

mempermudah guru dalam penyampaian materi pelajaran agar dapat

terserap dengan baik oleh siswa, sehingga nantinya akan diikuti dengan

peningkatan hasil belajar matematika. Hasil belajar matematika adalah

hasil belajar siswa yang berupa nilai yang diperoleh dari hasil tes setelah

mengikuti pembelajaran matematika.

       Untuk memperoleh hasil belajar matematika yang baik, selain

menggunakan media pembelajaran yang menarik, motivasi belajar juga

sangat berperan dalam keberhasilan belajar matematika siswa. Motivasi

merupakan penggerak atau pendorong untuk melakukan tindakan tertentu

yang dapat meningkatkan dan mengaktifkan kegiatan belajar. Gembong

(2010: 33) berpendapat bahwa siswa yang memiliki motivasi kuat, akan

mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Ini berarti

motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar siswa. Semakin tinggi
motivasi belajar siswa, maka semakin tinggi usaha siswa untuk belajar.

Usaha belajar yang baik memungkinkan hasilnya juga akan baik. Oleh

karena itu bagi siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan

mempunyai hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai

motivasi belajar rendah.

       Motivasi sangat diperlukan dalam belajar. Seperti yang dikatakan

Sardiman (2011: 84), “Motivation is essential condition of learning”, yang

berarti motivasi merupakan kondisi yang penting dari belajar. Adanya

motivasi dapat mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar akan optimal,

kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, maka akan

makin berhasil pula pelajaran itu. Motivasi merupakan salah satu aspek

dinamis yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Sering terjadi

siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya

yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar,

sehingga siswa tidak berusaha mengerahkan semua kemampuannya. Oleh

karena itu, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa agar

dapat berupaya mengerahkan segala kemampuannya dalam proses belajar

matematika. Demikian, diharapkan hasil belajar matematika mereka

menjadi lebih baik.

       Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan

penelitian “Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Dalam Menghitung

Luas Lingkaran Menggunakan Media LCD Proyektor Pada Siswa Kelas V

SDN 01 Josenan Kota Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013”.
B. Batasan Masalah

              Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang dikaji dalam

       penelitian ini, maka perlu adanya suatu lingkup atau batasan masalah

       sebagai berikut:

1. Objek penelitian adalah hasil belajar matematika. Hasil belajar matematika ini

   diperoleh dari nilai tes yang diberikan peneliti setelah proses belajar mengajar;

2. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelajaran matematika

   dengan pokok bahasan menghitung luas lingkaran;

3. Media pembelajaran dalam penelitian ini adalah media LCD Proyektor;

4. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika

   sedangkan penggunaan media LCD Proyektor dan motivasi belajar siswa

   sebagai variabel bebas.



C. Rumusan Masalah

   Apakah dengan penggunaan media LCD Proyektor dapat meningkatkan

   motivasi belajar matematika dalam menghitung luas lingkaran pada siswa

   kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun tahun pelajaran 2012/2013?



D. Tujuan Penelitian

   Untuk meningkatkan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas

   lingkaran menggunakan media LCD Proyektor pada siswa kelas V SDN 01

   Josenan Kota Madiun Tahun pelajaran 2012/2013.
E. Manfaat Penelitian

                Penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan. Adapun kegunaan

       dalam penelitian ini adalah:

1. Bagi kepala sekolah

   a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepala sekolah dalam

       pengembangan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik

       siswa;

   b. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi kepala sekolah dalam

       meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

2. Bagi guru

   a. Sebagai bahan masukan dalam pemilihan dan penggunaan media

       pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan;

   b. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas.

3. Bagi peneliti lain

   a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan

       penelitian yang sejenis.
BAB II

               KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN



A. Hasil Belajar Matematika

1. Pengertian Matematika

             Istilah “matematika” berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu

      máthêma, yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu, yang ruang

      lingkupnya    menyempit,    dan    arti   teknisnya   adalah   “pengkajian

      matematika” (Ismunamto 2011: 15). Menurut Van de Wall 2007

      terjemahan Suyono (2008: 13) matematika adalah sesuatu yang memiliki

      pola keteraturan dan urutan yang logis. Hal ini sejalan dengan pernyataan

      Gembong dan Sanusi (2007: 198) bahwa hakekat matematika yaitu

      kumpulan ide-ide yang bersifat abstrak dan terstruktur yang hubungannya

      diatur menurut aturan logis dan berdasarkan pola pikir deduktif.

      Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 14,

      22, 24 tahun 2007 (2007: 209) matematika merupakan ilmu universal yang

      menjadi dasar perkembangan teknologi modern, yang berperan penting

      dalam berbagai disiplin ilmu dan dapat memajukan daya pikir manusia.

             Selain itu, Uno (2007: 129) juga berpendapat bahwa matematika

      adalah suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, alat berkomunikasi,

      dan alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-

      unsurnya meliputi: logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas

      dan individualitas serta mempunyai cabang-cabang ilmu antara lain:
aritmatika,     aljabar,    geometri      dan     analisis.   Matematika   memiliki

      karakteristik       yang       terletak         pada      kekhususannya      dalam

      mengkomunikasikan ide matematika melalui bahasa numerik. Soedjadi

      (dalam Gembong dan Sanusi, 2007: 198) memberikan ciri khusus

      matematika yaitu: (a) objek kajiannya abstrak; (b) bertumpu pada

      kesepakatan; (c) berpola berfikir deduktif; (d) memiliki simbol yang

      kosong dari arti; (e) memperhatikan semesta pembicaraan; (f) konsisten

      dalam sistemnya.

             Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

      matematika adalah suatu bidang ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola

      keteraturan, urutan yang logis dan berdasarkan pola pikir deduktif yang

      bahasanya diwujudkan dalam bentuk simbol dan mempunyai cabang-

      cabang yaitu aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. Matematika

      memiliki karakteristik atau ciri khusus seperti memiliki objek kajian yang

      abstrak, dan juga memiliki pola berfikir deduktif. Karakteristik yang

      dimiliki oleh matematika, membuat matematika berbeda dari ilmu lainnya.

2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Matematika

             Matematika          berfungsi      untuk     mengembangkan      kemampuan

      menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika

      yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran

      dan geometri, aljabar, peluang dan statistika, kalkulus dan trigonometri

      (Nurhadi, 2005: 203). Selain itu, matematika juga berfungsi untuk

      mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan
bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan

      persamaan matematika, diagram grafik, atau tabel.

              Selain memiliki fungsi, matematika juga memiliki tujuan

      pembelajaran. Menurut Nurhadi (2005: 203) tujuan pembelajaran

      matematika adalah:

a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya

   melalui kegiatan penyelidikian, eksperimen, eksplorasi, menunjukkan

   kesamaan dan perbedaan, serta menunjukkan konsisten dan inkonsistensi.

b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan

   penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin

   tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (problem solving).

d. Mengembangkan        kemampuan          menyampaikan     informasi       atau

   mengkomunikasikan gagasan melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, dan

   diagram.

              Berdasarkan pemaparan tentang fungsi dan tujuan matematika di

      atas, menunjukkan bahwa matematika merupakan ilmu yang sangat

      penting, yang harus diberikan baik dalam pendidikan formal maupun non

      formal. Hal ini dikarenakan, dengan mempelajari matematika siswa

      mampu mengembangkan kemampuannya dalam berbagai hal sehingga

      nantinya diharapkan siswa mampu mencari solusi dari permasalahan yang

      dihadapi di masa yang akan datang.
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Matematika

       Menurut Permendiknas Nomor 14, 22, 24 tahun 2007 (2007: 210) mata

pelajaran matematika SD meliputi aspek-aspek, yaitu: (a) bilangan (b) geometri

dan pengukuran dan (c) pengolahan data.

4. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Matematika

       Menurut Permendiknas Nomor 14, 22, 24 tahun 2007 (2007: 210) standar

kompetensi lulusan untuk mata pelajaran matematika sebagai berikut:

a. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat-

   sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-

   hari;

b. Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan sifat-

   sifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-

   hari;

c. Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume,

   sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikannya dalam pemecahan

   masalah kehidupan sehari-hari;

d. Memahami      konsep    koordinat   untuk   menentukan    letak    benda   dan

   menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari;

e. Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel, gambar

   dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data, rerata hitung, modus,

   serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari;

f. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan;

g. Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif.
Siswa yang mempelajari matematika diharapkan mampu mencapai

      standar kecakapan matematika, yang meliputi: pemahaman konsep

      matematika, keterkaitan antar konsep matematika, dan juga menerapkan

      konsep matematika secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam

      pemecahan masalah di kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa juga harus

      mampu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, gambar,

      maupun grafik (diagram) untuk memperjelas keadaan atau masalah.

      Setelah siswa mencapai kecakapan matematika tersebut, nantinya siswa

      akan mampu berpikir secara logis, kritis, dan kreatif, serta memiliki sikap

      menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa

      ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta

      sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

5. Pengertian Hasil Belajar Matematika

             Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu hasil dan belajar. Hasil

      merupakan sesuatu yang menjadi akibat dari proses atau usaha. Sedangkan

      belajar menurut Slameto (2010: 2) adalah suatu proses usaha yang

      dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

      yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

      berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar dihasilkan dari pengalaman

      dengan lingkungan yang di dalamnya terjadi hubungan antara stimulus dan

      respon (Dahar, 2011: 3). Pengalaman yang terjadi berulang kali akan

      melahirkan pengetahuan (Suyono dan Hariyanto, 2011: 9). Hal ini sejalan

      dengan pendapat Syah (2010) yang mendefinisikan belajar sebagai
tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap

       sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang

       melibatkan proses kognitif. Seseorang dikatakan belajar jika terjadi

       perubahan perilaku dalam dirinya, yang semula tidak mengetahui menjadi

       mengetahui, yang semula tidak mengerti menjadi mengerti.

       Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. “Hasil belajar

tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat

diamati dan diukur..” (Hamalik, 2009: 155). Hasil belajar ditandai dengan

perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku

merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar pada umumnya disertai

perubahan tingkah laku. Kemudian Dimyati dan Mujiono (2009: 250) berpendapat

bahwa hasil belajar merupakan hasil proses belajar atau proses pembelajaran.

              Sedangkan menurut Wingkel (dalam Purwanto, 2011: 45), hasil

       belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam

       sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada

       taksonomi tujuan pembelajaran yang dikembangkan oleh Bloom dan telah

       direvisi Krathwohl dan Anderson yaitu dimensi proses kognitif yang

       meliputi:   mengingat,    memahami,     mengaplikasikan,    menganalisis,

       mengevaluasi, dan mencipta. Sedangkan untuk melihat hasil belajar

       dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui

       sejauh mana siswa telah menguasai suatu materi yang disampaikannya.

       Pada umumnya hasil belajar siswa dalam sekolah dinyatakan dengan
angka, huruf, atau kalimat, dan terdapat dalam periode tertentu. Biasanya

      hasil belajar dapat dilihat dari nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan

      tengah semester (subsumatif) dan nilai ulangan semester (sumatif).

              Berdasarkan paparan tentang pengertian hasil belajar dan

      matematika yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa

      pengertian hasil belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai oleh

      siswa dalam menguasai bahan, kecakapan, sikap dan pengertian untuk

      mengembangkan pengetahuan menghitung, mengukur, menurunkan dan

      menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-

      hari.



6. Dimensi Proses Kognitif dalam Hasil Belajar

      Dalam proses pembelajaran, untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa

dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki

sasaran berupa ranah kognitif yang terkandung dalam tujuan. Ranah kognitif

berorientasi pada kemampuan berpikir intelektual, dari yang paling sederhana

sampai yang komplek. Taksonomi tujuan ranah kognitif yang dikemukakan oleh

Anderson dan Krathwohl, merupakan hal yang sangat penting diketahui oleh guru

sebelum melakukan evaluasi.

      Menurut Anderson dan Krathwohl (2001: 99-133) dalam pembaruan

dimensi proses kognitif, ada enam kategori dimulai dari yang kurang komplek

(mengingat) sampai ke yang lebih komplek (menciptakan).
a. Mengingat

       Mengingat yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang dibutuhkan dari

ingatan jangka panjang. Pengetahuan mengingat penting sebagai bekal dalam

belajar yang bermakna dan menyelesaikan masalah, karena pngetahuan tersebut

dipakai dalam tugas-tugas yang lebih komplek. Ada dua proses kognitif dalam

kategori mengingat, yaitu proses mengenali dan mengingat kembali.

       Proses mengenali yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari

ingatan jangka panjang untuk membandingkan dengan informasi yang baru saja

diterima. Dalam proses mengingat, siswa mencari suatu informasi yang mirip

dengan informasi yang baru saja diterima di memori jangka panjang. Sedangkan

proses mengingat kembali yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari

jangka panjang ketika soalnya mengehendaki diulang kembali. Dalam mengingat

kembali, siswa mencari informasi di memori jangka panjang dan membawa

informasi tersebut kerja untuk diproses.

b. Memahami

       Memahami yaitu membentuk makna dari materi pembelajaran, termasuk

apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Siswa memahami ketika

mereka menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan lama mereka. Siswa

dikatakan memahami jika mereka dapat mengkonstruksikan makana dari pesan-

pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan atau grafis yang telah

disampaikan melalui pengajaran maupun buku yang berkaitan dengan pelajaran.

Dalam kategori memahami, ada tujuh dalam proses kognitif yaitu: menafsirkan,
mencontohkan,         mengklarifikasikan,      merangkum,       menyimpulkan,

membandingkan, dan menjelaskan.

c. Mengaplikasikan

       Mengaplikasikan yaitu menjalankan atau menggunakan prosedur dalam

situasi tertentu untuk menyelesaikan masalah atau mengerjakan soal latihan.

Dalam kategori memahami, ada dua dalam proses kognitif yaitu: mengesekusi dan

mengimplementasikan. Dalam mengeksekusi, siswa menerapkan prosedur ketika

mengahadapi tugas yang sudah familier secara rutin. Mengeksekusi lebih sering

diasosiasikan dengan penggunaan keterampilan dan algoritme. Ketrampilan dan

algoritme memiliki dua sifat yang sesuai dengan proses mengeksekusi, yaitu: (1)

ketrampilan dan algoritme berisikan rangkaian langkah dengan urutan yang tetap;

(2) rangkaian langkah tersebut dilakukan dengan benar dan hasilnya adalah

jawaban yang sudah diketahui sebelumnya.

       Sedangkan       dalam     mengimplementasikan,   siswa   memilih    dan

menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familier.

Mengimplementasikan lebih sering diasosiasikan dengan penggunaan teknik dan

metode. Dalam mengimplementasikan, siswa harus memahami jenis masalahnya

dan alternatif-alternatif prosedur.

d. Menganalisis

       Menganalisis yaitu memecah materi menjadi bagian-bagian komponennya

dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut berhubungan dengan satu

sama lain dan dengan tujuan atau struktur keseluruhan. Dalam kategori
menganalisis meliputi tiga proses kognitif, yaitu: membedakan, mengorganisasi,

dan mengatribusikan.

       Membedakan lebih melibatkan proses memilah-milah bagian-bagian yang

relevan atau penting dari sebuah struktur, yang terjadi ketika siswa

mendiskriminasikan informasi yang relevan dan tidak relevan, yang penting dan

yang tidak penting, dan kemudian memerhatikan informasi yang lebih relevan dan

penting. Sebagai contoh dalam proses pembelajaran siswa mampu memilih

pengetahuan mana yang lebih penting untuk diambil.

       Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen

komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen itu

membentuk sebuah struktur yang koheren. Siswa membangun hubungan-

hubungan yang sistematis dan koheren antar potongan informasi. Sedangkan

dalam proses mengatribusikan melibatkan proses dekonstruksi yang di dalamnya

siswa menentukan tujuan pengarang suatu tulisan yang diberikan oleh guru.

Mengatribusikan melampaui pemahaman dasar untuk menarik kesimpulan tentang

tujuan dibalik suatu tulisan, itu terjadi ketika siswa dapat menentukan sudut

pandang, pendapat, nilai, atau tujuan di balik komunikasi.

e. Mengevaluasi

       Mengevaluasi yaitu membuat penilaian berdasarkan pada kriteria dan

standar. Kriteria-kriteria yang sering digunakan adalah kualitas, efektifitas, dan

konsistensi. Kriteria-kriteria ini ditentukan oleh siswa. Siswa membuat keputusan

tentang kesesuaian suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah tertentu.

Kategori mengevaluasi mencakup proses kognitif memeriksa dan mengkritik.
Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan internal

dalam suatu operasi atau produk. Sedangkan mengkritik melibatkan proses

penilaian suatu produk atau proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal.

Dalam mengkritik, siswa mencatat ciri-ciri positif dan negatif dari suatu produk

dan membuat keputusan berdasarkan ciri-ciri tersebut. Mengkritik disebut juga

dengan menilai.

f. Menciptakan

          Menciptakan yaitu menyatukan elemen-elemen untuk membentuk

kesatuan yang koheren atau fungsional; menyusun ulang elemen-elemen ke dalam

pola atau struktur baru (membuat hipotesis untuk memperhitungkan fenomena

yang diobservasi). Mencipta meminta siswa membuat produk yang semua siswa

dapat dan akan melakukannya. Kategori mencipta mencakup proses kognitif

merumuskan dan merencanakan.

          Merumuskan melibatkan proses menggambarkan masalah dan membuat

pilihan    yang memenuhi    kriteria-kriteria tertentu.   Siswa diminta untuk

menggambarkan suatu masalah. Sedangkan merencanakan melibatkan proses

merencanakan metode penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria

masalahnya, yaitu membuat rencana untuk menyelesaikan masalah. Dalam proses

merencanakan, siswa menentukan sub-sub tujuan atau memerinci tugas dari sub-

sub tugas yang harus dilakukan ketika menyelesaikan masalahnya.
Tabel 2.1 Indikator Dimensi Proses Kognitif Bloom yang Telah Direvisi

             Anderson dan Krathwohl



    No   Level Kecakapan                 Indikator Kecakapan

1        Mengingat          mengenali, mengingat kembali.

2        Memahami           menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan,

                            merangkum,      menyimpulkan,     membandingkan,

                            menjelaskan.

3        Mengaplikasikan    mengeksekusi, mengimplementasikan.

4        Menganalisis       membedakan, mengorganisasi, mengatribusikan.

5        Mengevaluasi       memeriksa, mengkritik.

6        Mencipta           Merumuskan, merencanakan, memproduksi.

               Sumber: Anderson dan Krathwohl, 2001: 100-102



B. Media Pembelajaran LCD Proyektor

1. Pengertian Media Pembelajaran

                Menurut Heinich (dalam Susilana dan Riyana, 2008: 6), kata media

         berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata

         “medium” yang secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber

         pesan (a source)    dengan penerima pesan (a receiver). Sedangkan

         Sadiman, dkk (2010: 6) menyebutkan bahwa media adalah segala sesuatu

         yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke

         penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar

   terjadi.

              Menurut Sabri (dalam Musfiqon, 2012: 27),

   Asosisasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Asssociation of

Education and Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi

media sebagai segala bentuk yang diprogramkan untuk suatu proses

penyaluran informasi. Sedangkan Assosiasi Pendidikan Nasional (National

Education Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Menurutnya

media merupakan benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau

dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam

kegiatan      pembelajaran,    dapat,   mempengaruhi      efektifitas   program

instruksional.



              Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang

   bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran

   maka media itu disebut media pembelajaran (Arsyad, 2011: 4). Apabila

   dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan

   sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk

   membawa informasi dari pengajar ke siswa (Heinich,et al dalam Uno,

   2007: 113). Gerlach (dalam Sanjaya, 2009: 204-205) mengatakan secara

   umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang

   menciptakan       kondisi    yang    memungkinkan      siswa     memperoleh

   pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Menurut Angkowo dan Kosasih
(2007: 10), media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk

      menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan

      semangat, perhatian, dan kemauan siswa dapat mendorong terjadinya

      proses pembelajaran pada diri siswa.

                 Menurut Daryanto (2011: 5), media pembelajaran adalah segala

      sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan

      pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan

      perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan

      belajar.

                 Dari berbagai pendapat yang telah disampaikan oleh para ahli

      diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian media pembelajaran adalah

      segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau

      informasi dari pengajar kepada siswa sehingga dapat merangsang pikiran,

      perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa dalam kegiatan

      pembelajaran sehingga tujuan belajar dapat tercapai.

2. Klasifikasi Media Pembelajaran

                 Menurut Brets (dalam Ibrahim dan Syaodih, 2010: 114),

      mengemukakan beberapa kelompok media sebagai berikut:

   1. Media audio-motion-visual, yakni media yang mempunyai suara, ada

      gerakan dan bentuk objektif dapat dilihat. Media semacam ini paling

      lengkap. Jenis media yang termasuk kelompok ini adalah televisi, video

      tape dan film bergerak.
2. Media audio-still-visual, yakni media yang mempunyai suara, objeknya

      dapat dilihat, namun tidak ada gerakan, seperti film strip bersuara, dan

      rekaman televisi dengan gambar tak bergerak (television still recordings).

   3. Media audio-semi motion, mempunyai suara dan gerakan, namun tidak

      dapat menampilkan suatu gerakan secara utuh. Salah satu contoh dari

      media jenis ini ialah papan tulis jarak jauh atau tele-blackboard.

   4. Media motion-visual, yakni media yang mempunyai gambar objek

      bergerak, tapi tanpa mengeluarkan suara, seperti film bisu yang bergerak.

   5. Media still-visual,yakni ada objek namun tidak ada gerakan, seperti film

      strip dan slide tanpa suara.

   6. Media audio, hanya menggunakan suara, seperti radio, telepon, dan audio-

      tape.

   7. Media cetak, yang tampil dalam bentuk bahan-bahan tercetak/tertulis

      seperti buku, modul, dan pamflet.

              Dari penggolongan media pembelajaran berdasarkan Brets, diatas

       dapat ditarik kesimpulan bahwa Brets membagi media pembelajaran

       berdasarkan tampilan dan apa yang dihasilkan dari media tersebut.

       Sedangkan Susilana dan Riyana (2008: 13-21), membagi media

       berdasarkan penyajian dan cara penyajiannya yang meliputi tujuh

       kelompok media penyaji yaitu:

1. Kelompok kesatu yang terdiri dari :

   a. Media grafis: grafik, diagram, bagan, sketsa, poster, papan flannel, dan

      bulletin board;
b. Media bahan cetak: buku teks, modul, dan bahan pengajaran terprogram;

   c. Media gambar diam: foto.

2. Kelompok kedua yang terdiri dari:

   a. Media proyeksi diam: OHP/OHT, Opaque Proyektor, slide, dan film strip.

3. Kelompok ketiga yang terdiri dari:

   a. Media audio: radio, alat perekam pita magnetik.

4. Kelompok keempat yang terdiri dari:

   a. Media audio visual diam: media soundslide (slide bersuara), film strip

      bersuara, dan halaman bersuara.

5. Kelompok kelima yang terdiri dari:

   a. Media film (motion pictures): film bisu, film bersuara, dan film gelang.

6. Kelompok keenam yang terdiri dari:

   a. Media televisi: televisi terbuka, televisi siaran terbatas (TVST), dan Video

      Cassete Recorder (VCR).

7. Kelompok ketuju yang terdiri dari:

   a. Media multimedia: modul belajar yang terdiri atas bahan cetak, bahan

      audio, dan bahan audio visual.

3. Fungsi Media Pembelajaran

              Menurut Musfiqon (2012: 35), fungsi media pembelajaran yaitu:

       (1) meningkatkan efektifitas dan efesiensi pembelajaran; (2) meningkatkan

       gairah belajar siswa; (3) meningkatkan minat dan motivasi belajar; (4)

       menjadikan siswa berinteraksi langsung dengan kenyataan; (5) mengatasi
modalitas belajar siswa yang beragam; (6) mengefektifkan proses

      komunikasi dalam pembelajaran; (7) meningkatkan kualitas pembelajaran.

              Media pembelajaran selain memiliki fungsi juga memiliki manfaat.

      Menurut Susilana dan Riyana (2008: 10), manfaat media yaitu: (1)

      mengkonkritkan sesuatu yang abstrak; (2) menghadirkan objek-objek yang

      terlalu bahaya atau sukar didapat kedalam lingkungan belajar; (3)

      menampilkan      objek   yang   terlalu   besar   dan   terlalu   kecil;   (4)

      memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.

              Dari penjabaran tentang fungsi media diatas, dapat disimpulkan

      bahwa fungsi dari media yang utama adalah sebagai pembawa informasi

      dari sumber (guru) menuju penerima (siswa) dalam proses pembelajaran

      dan sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang

      lebih efektif.

4. Pemilihan Media Pembelajaran

              Dalam memilih media pembelajaran yang akan digunakan pada

      proses pembelajaran, guru dalam hal ini dituntut untuk lebih teliti dan

      selektif. Dengan mengetahui kriteria dalam pemilihan suatu media

      pembelajaran, guru dapat mengetahui media mana yang dianggap tepat

      untuk membantu dalam proses pembelajaran.

              Ibrahim dan Syaodih (2010: 120-121), mengemukakan beberapa

      faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran yang

      tepat yaitu: (1) kemampuan apa yang ingin dicapai dan kesesuaian media

      pembelajaran dengan tujuan pembelajaran; (2) kegunaan dari jenis media
itu sendiri; (3) kemampuan guru dalam menggunakan suatu jenis media

       pembelajaran; (4) keluwesan dan fleksibilitas dari media itu sendiri; (5)

       kesesuaian dengan sarana pendukung yang ada dan alokasi waktunya; (6)

       ketersediaannya mudah; (7) biayanya dapat dijangkau.

               Menurut Sanjaya (2009: 224), ada beberapa prinsip yang harus

       diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu: (1) pemilihan media harus

       sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; (2) pemilihan media harus

       berdasarkan konsep yang jelas; (3) pemilihan media harus disesuaikan

       dengan karakteristik siswa; (4) pemilihan media harus disesuaikan dengan

       gaya belajar siswa serta gaya dan kemampuan guru; (5) pemilihan media

       harus sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas dan waktu yang tersedia

       untuk kebutuhan pembelajaran.

               Sedangkan menurut Kasmadi (dalam Harjanto, 2010: 241) bahwa

       di dalam memilih media pembelajaran perlu dipertimbangkan adanya 4

       hal, yaitu:

a. Pertimbangan produksi, yang meliputi: availability (tersedianya bahan), cost

   (harga), physical condition (kondisi fisik), accessibility to student (mudah

   dicapai), emotional impact.

b. Pertimbangan peserta didik, yang meliputi: student characteristics (watak

   peserta didik), student relevance (sesuai dengan peserta didik), student

   involvement (keterlibatan peserta didik).

c. Pertimbangan isi, yang meliputi: curriculair-relevance (sesuai isi kurikulum),

   content-soundness (konten suara), presentation (penyajian).
d. Pertimbangan guru, yang meliputi: teacher-utilization (penggunaan guru),

   teacher peace of mind (pikiran tenang guru).

              Dari berbagai pendapat ahli mengenai kriteria dalam pemilihan

      media, dapat disimpulkan bahwa kriteria yang harus diperhatikan dalam

      memilih media yaitu: (1) relevansi; (2) fleksibilitas; (3) kemanfaatan; (4)

      kemampuan guru dalam menggunakan media; (5) ketersediaan dan biaya.

5. Pengertian LCD Proyektor

              Untuk melakukan mengajar sudah sangat memungkinkan guru

      untuk menggunakan Multimedia Proyektor atau lebih dikenal dengan LCD

      Proyektor (Susilana dan Riyana, 2008: 198). Menurut Haryono (dalam

      Humaniora, 2010:12),

LCD adalah media pembelajaran LCD Proyektor merupakan penggabungan Note

   Book atau laptop dengan LCD Proyektor. LCD Proyektor sebagai

   hardwarenya, sedangkan program yang sudah terdesain dan tersusun di dalam

   laptop adalah softwarenya. LCD Proyektor termasuk ke dalam kategori media

   audio visual gerak karena dapat menyajikan berbagai tampilan informasi baik

   berupa audio, visual diam, visual gerak, maupun gabungan berupa audio

   visual gerak.

              Menurut Daryanto (2011: 123), media LCD Proyektor atau

      Multimedia Proyektor adalah alat yang mampu menampilkan unsur-unsur

      media seperti gambar, teks, video, animasi, baik secara terpisah maupun

      gabungan dan dapat dikoneksikan dengan perangkat elektronika lainnya

      seperti Komputer, Laptop, TV, Kamera, VCD/DVD Player, dan Video
Player. Multimedia Proyektor dapat digunakan untuk kegiatan presentasi,

      pembelajaran, pemutaran film, dan lain-lain.

             Dari beberapa pendapat tentang pengertian media LCD Proyektor

      di atas, dapat disimpulkan bahwa media LCD Proyektor atau Multimedia

      Proyektor adalah sebuah alat yang merupakan gabungan dari LCD

      Proyektor dengan perangkat elektronik seperti Komputer, Laptop, TV,

      Kamera, VCD/DVD Player, dan Video Player, dimana LCD Proyektor

      merupakan hardwarenya sedangkan program dalam perangkat elektronik

      merupakan softwarenya yang dapat digunakan untuk kegiatan presentasi

      dan pembelajaran.

6. Karakteristik LCD Proyektor

             Media LCD Proyektor memiliki karakteristik yang berbeda dengan

      media pembelajaran lainnya. Menurut Daryanto (2011: 124-125), LCD

      Proyektor memiliki karakteristik yaitu: (1) semakin tinggi resolusi atau

      jumlah pixel yang dihasilkan, semakin tinggi detail gambar yang dapat

      ditampilkan; (2) keefisienan desain proyektor sangat menentukan seberapa

      besar brightness loss (hilangnya tingkat kecerahan) secara internal; (3)

      proyektor yang baik harus mampu mereproduksi secara akurat warna-

      warna (ukuran dari corak dan saturasi cahaya) yang dikirim dari sumber;

      (4)    tingkat Contras Ratio (ukuran perbandingan antara warna hitam

      dan putih) yang lebih tinggi merupakan indikasi mengenai seberapa baik

      suatu gambar dapat tampil baik di layar proyeksi, khususnya dalam hal

      kehalusan detail warna.
7. Penggunaan LCD Proyektor

              Dalam menggunakan media LCD Proyektor harus memperhatikan

      tata cara penggunaannya. Hal ini dikarenakan LCD Proyektor merupakan

      sebuah perangkat yang rawan untuk mengalami kerusakan apabila salah

      dalam penggunaannya. Dengan memperhatikan tata cara penggunaannya,

      akan dapat meminimalisir kerusakan pada LCD Proyektor.

              Menurut Daryanto (2011: 126-129), cara penggunaan LCD

      Proyektor antara lain:

a. Dalam menginstalasi proyektor sebelum digunakan, posisi proyektor dan

   komputer (laptop) harus dalam keadaan mati. Kalau komputer yang menyala

   terlebih dahulu sebaiknya di restart untuk kemudian dipasang dan baru

   dinyalakan lagi;

b. Untuk mematikan proyektor, dapat menggunakan remote atau menekan

   tombol on/off, ditekan dua kali sampai muncul pertanyaan turn of your

   projector. Kemudian tekan, maka lampu akan mati.

c. Apabila mencabut saluran listrik dari proyektor, lampu proyektor harus

   berwarna merah. Jangan mencabut listrik apabila lampu proyektor berwarna

   hijau atau kipas blower yang ada dalam proyektor masih aktif;

d. Lensa proyektor yang ada di depan harus dalam keadaan bersih. Hindari

   sentuhan langsung dengan tangan tanpa diberi alas;

e. Untuk menghindari lensa tidak cepat kotor atau terhindar dari benturan,

   sebaiknya tutup lensa dalam keadaan tertutup. Mengingat ukuran tutup lensa

   kecil, sebaiknya ditali agar tidak hilang;
f. Ventilasi dalam LCD Proyektor sebaiknya dibiarkan terbuka, jangan ditutupi

   oleh apapun. Ventilasi inilah yang berfungsi mengatur sirkulasi udara yang

   keluar masuk;

g. Dalam      membawa     LCD     Proyektor,   sebaiknya    tidak    sembarangan

   menggunakan tas. Tas yang digunakan adalah tas yang didesain khusus dan

   dilapisi busa tebal, sehingga apabila terjadi benturan LCD Proyektor tetap

   terjaga;

h. Koneksi kabel harus dibersihkan agar serat kabel tidak rusak. Dalam

   membuka dan memasang kabel juga harus berhati-hati, karena apabila serat

   kabelnya putus akan berakibat fatal terhadap tampilan proyeksi;

i. Saat melipat kabel LCD Proyektor sebaiknya tidak terlalu menukik atau

   melipat. Cara melipat kabel ini akan memengaruhi kekuatan kabel;

j. LCD Proyektor akan rusak apabila keseringan mati listrik secara mendadak.

   Maka dari itu, koneksi listrik sebaiknya menggunakan UPS/stabilizer untuk

   menyimpan arus listrik sementara. Hal ini dikarenakan apabila listrik mati

   masih sempat mematikan secara normal.



C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

               Istilah motivasi berasal dari kata „motif‟, yang diartikan sebagai

       daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu

       (Sardiman, 2011: 73). Sedangkan menurut Woodworth dan Marques

       (dalam Mustaqim dan Wahib, 2010: 72), motif adalah suatu tujuan jiwa
yang mendorong individu untuk aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk

tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi disekitarnya. Kuat lemahnya usaha

yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan akan ditentukan

oleh kuat lemahnya motif yang dimiliki. Motif dan motivasi adalah dua hal

yang sangat berkaitan. Motivasi merupakan penjelmaan dari motif yang

bisa dilihat dari tingkah laku yang ditunjukkan oleh seseorang (Sanjaya,

2009: 250).

       Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk

menggerakkan dan menggarahkan tingkah laku seseorang agar terdorong

untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan

tertentu. Motivasi sebagai proses internal yang mengaktifkan, menuntun,

dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu (Murphy et al dalam

Slavin, 2009: 105).

       Sedangkan Barelson dan Steiner (dalam Anggraheni, 2011: 150-

151) mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang

yang   mendorong,     mengaktifkan   atau   menggerakkan,     dan   yang

mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah tujuan.

       Pendapat di atas menunjukkan bahwa seseorang akan merubah

tingkah lakunya untuk mencapai suatu tujuan tertentu dikarenakan ada

faktor pendorong dari dalam diri seseorang tersebut. Makin kuat dorongan

tersebut, maka makin optimal ia berupaya agar sesuatu yang dituju dapat

tercapai, dimana kalau sesuatu yang diinginkan dapat tercapai, maka ia

akan merasa berhasil dan puas. Hakekat motivasi belajar adalah dorongan
internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk

mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa

indikator atau unsur yang mendukung yaitu meliputi: (1) adanya hasrat

dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;

(3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan

dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya

lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang

siswa dapat belajar dengan baik (Uno, 2007: 23).

       Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

pengertian motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong

siswa untuk belajar dengan senang dan belajar secara sungguh-sungguh,

yang pada gilirannya akan terbentuk cara belajar siswa yang sistematis dan

penuh konsentrasi. Besar kecilnya semangat seseorang untuk belajar

sangat ditentukan oleh besar kecilnya motivasi yang dimilikinya. Jadi,

motivasi   memiliki    peranan    yang   sangat    penting     dalam   proses

pembelajaran, baik dalam proses maupun pencapaian hasil. Seorang siswa

yang memiliki motivasi belajar tinggi, akan belajar dengan baik dan

sungguh-sungguh sehingga hasil belajarnya akan tinggi. Sebaliknya siswa

yang memiliki motivasi belajar rendah, tidak sungguh-sungguh dalam

belajar, sehingga hasil belajarnya pun akan rendah. Tinggi rendahnya

motivasi seseorang dapat dipengaruhi oleh dua faktor, baik faktor yang

datang dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik).
2. Jenis-Jenis Motivasi

                 Berdasarkan pengertian motivasi yang telah dibahas di atas, maka

       motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu motivasi instrinsik dan

       motivasi ekstrinsik

a. Motivasi Intrinsik

                 Motivasi intrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari

       dalam diri siswa itu sendiri (Gintings, 2008: 89). Adapun sifat-sifat yang

       dimiliki motivasi ekstrinsik yaitu: (1) walaupun motivasi intrinsik sangat

       diharapkan, namun justru tidak selalu timbul dari dalam diri siswa; (2)

       karena munculnya atas kesadaran sendiri, maka motivasi intrinsik akan

       bertahan lebih lama dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik (Gintings,

       2008: 89).

                 Berikut ini adalah beberapa tanda-tanda adanya motivasi intrinsik

       dalam diri siswa menurut (Gintings, 2008: 90) yaitu: (1) adanya

       keterlibatan, kreativitas, dan rasa menikmati pelajaran dalam diri siswa

       selama pembelajaran berlangsung; (2) adanya suasan hati yang positif

       seperti keseriusan dan keceriaan; (3) munculnya pertanyaan dari siswa

       yang mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata; (4) adanya

       diskusi     personal   lanjutan   setelah   selesainya   jam   pelajaran;   (5)

       menyerahkan tugas tanpa diingatkan oleh guru; (6) berusaha keras dan

       tidak mudah menyerah dalam mengatasi kesulitan belajar atau komunikasi

       serta penyelesaian tugas; (7) mengusulkan atau menetapkan tugas yang

       relevan untuk dirinya sendiri; (8) mengupayakan penguasaan materi secara
mandiri dengan memanfaatkan berbagai strategi dan sumber belajar yang

      ada.

              Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi

      intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam seseorang yang tidak

      perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik,

      maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan sesuai dengan hati

      nuraninya yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya, sehingga

      memiliki kecenderungan yang lebih kuat serta tahan lama.

b. Motivasi Ekstrinsik

              Motivasi ekstrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari

      luar diri siswa itu sendiri (Gintings, 2008: 88-89). Motivasi ekstrinsik

      sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman

      Santrock (2008: 514).

              Adapun sifat-sifat motivasi ekstrinsik menurut Gintings (2008: 89)

      yaitu: (1) karena munculnya bukan atas kesadaran sendiri, maka motivasi

      ekstrinsik mudah hilang atau tidak dapat bertahan lama; (2) motivasi

      ekstrinsik jika diberikan terus menerus akan menimbulkan motivasi

      intrinsik dalam siswa. Motivasi ektrinsik menunjukkan bahwa seseorang

      mau melakukan sesuatu karena untuk mendapatkan sesuatu yang lain dan

      bukan berasal dari keinginan seseorang itu sendiri. Berikut ini yang

      tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain: (1) belajar hanya

      untuk memenuhi kewajiban seorang siswa; (2) belajar hanya untuk

      menghindari hukuman dari orang lain; (3) belajar hanya untuk
memperoleh hadiah; (4) belajar hanya untuk memperoleh pujian dari orang

      lain, misalnya guru dan orang tua.

             Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi

      ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar siswa disebabkan adanya

      perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan untuk mencapai nilai

      yang tinggi agar mendapat pujian atau pun hadiah dari orang lain.

3. Fungsi Motivasi

             Sanjaya (2009: 251-253) berpendapat ada dua fungsi motivasi

      yaitu: (1) mendorong siswa untuk beraktivitas, yang artinya bahwa tanpa

      adanya motivasi tidak mungkin seseorang mau melakukan sesuatu; (2)

      motivasi berfungsi sebagai pengarah, yang artinya bahwa motivasi bukan

      hanya dapat menggerakkan seseorang untuk beraktivitas, tetapi melalui

      motivasi   juga   seseorang   akan   mengarahkan     aktivitasnya   secara

      bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan tertentu.

             Sedangkan menurut Hamalik (2008: 161) ada tiga fungsi motivasi

      yaitu: (1) mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, yang

      artinya bahwa tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan

      seperti belajar; (2) motivasi berfungsi sebagai pengarah, yang artinya

      mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan; (3)

      motivasi berfungsi sebagai penggerak, yang diibaratkan sebagai mesin

      mobil, bahwa besar kecilnya gas yang diberikan akan menentukan cepat

      atau lambatnya suatu perjalanan, begitu pula dengan motivasi, besar
kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan

     atau tingkah laku.

            Berdasarkan pendapat ahli mengenai fungsi motivasi di atas, maka

     peneliti menyimpulkan fungsi motivasi yaitu: (1) mendorong siswa untuk

     melakukan suatu perbuatan; (2) mengarahkan suatu perbuatan untuk

     mencapai tujuan yang diinginkan; (3) menggerakkan suatu perbuatan

     untuk mencapai tujuan yang diharapkan.



D. Kerangka Berpikir

            Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa

     di SD, salah satunya adalah penggunaan media pembelajaran di kelas.

     Dalam pembelajaran matematika di SDN 01 Josenan Kota Madiun,

     banyak didapati siswa yang kurang termotivasi untuk belajar. Hal ini dapat

     dibuktikan dengan banyaknya siswa yang tidak memperhatikan guru

     ketika menyampaikan materi pelajaran. Mereka asik bermain sendiri,

     bercanda dengan temannya, bahkan berjalan-jalan. Kondisi ini dapat

     terjadi karena guru tidak dapat menciptakan pembelajaran yang menarik,

     mnyenangkan, dan bermakna bagi siswa. Seharusnya guru matematika

     harus lebih kreatif dan inovatif dalam merancang dan melaksanakan

     pembelajaran matematika yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa

     sehingga dapat menghilangkan anggapan siswa tentang matematika

     merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan. Salah satu alternatif yang

     dapat dilakukan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan dan bermakna bagi siswa adalah dengan menggunakan

media      pembelajaran   yang   menarik   dan   modern   sesuai   dengan

perkembangan teknologi seperti menggunakan media LCD Proyektor.

         LCD Proyektor adalah salah satu media pembelajaran yang bisa

digunakan untuk mempengaruhi siswa agar tertarik dalam proses

pembelajaran matematika di kelas. Dengan adanya LCD Proyektor, dapat

memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran matematika yang

selama ini dianggap sebagai pelajaran yang sulit diantara pelajaran

lainnya.

         Penggunaan media LCD Proyektor dengan berbagai variasi

tampilan visual, sangat baik untuk merangsang penalaran siswa dalam

proses pembelajaran. Sehingga dengan menggunakan media              LCD

Proyektor dapat melatih siswa untuk mampu berpikir kreatif, kritis, dan

inovatif, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar matematika

siswa.

         Selain itu, faktor lain yang juga mempengaruhi hasil belajar

matematika adalah motivasi belajar siswa. Motivasi belajar memiliki

peranan yang besar terhadap usaha belaja siswa. Motivasi belajar

merupakan pendorong untuk melakukan suatu tindakan dalam proses

pembelajaran. Tinggi rendahnya motivasi dapat menentukan tinggi

rendahnya usaha siswa dalam belajar, dan tentu juga tinggi rendahnya

usaha siswa dalam belajar akan menentukan hasil belajar yang

diperolehnya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung hasil
belajarnya pun akan tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi

      belajar rendah, cenderung hasil belajarnya pun akan rendah.



E. Hipotesis Tindakan

             Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka penulis merumuskan

      hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Ada peningkatan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas

   lingkaran menggunakan media LCD Proyektor pada siswa kelas V SDN 01

   Josenan Kota Madiun tahun pelajaran 2012/2013.

2. Tidak ada peningkatan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas

   lingkaran menggunakan media LCD Proyektor pada siswa kelas V SDN 01

   Josenan Kota Madiun tahun pelajaran 2012/2013.
BAB III

                            METODE PENELITIAN



A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

   1.   Tempat Pelaksanaan

                  Penelitian diadakan di SDN 01 Josenan Kota Madiun Tahun

        pelajaran 2012/2013.Pemilihan tempat ini didasarkan atas beberapa

        alasan diantaranya:

        a.    Letaknya yang strategis dan mudah dijangkau.

        b.    Sejauh ini belum ada penelitian serupa yang diadakan di SDN 01

              Josenan Kota Madiun sehingga penelitian ini dharapkan mampu

              memberikan inovasi bagi sekolah dalam proses pembelajaran.

        c.    Prestasi belajar siswa di sekolah ini masih belum sesuai dengan yang

              diharapkan.

   2.   Waktu Penelitian

                  Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran

        2012/2013 dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April sampai

        dengan bulan Juni 2013.



B. Subjek Penelitian

             Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 01 Josenan Kota

   Madiun Tahun pelajaran 2012/2013. Pemilihan subjek ini didasarkan pada

   pertimbangan guru kelas V, bahwa kelas V memiliki motivasi belajar yang
kurang utamanya pada mata pelajaran matematika. Diharapkan dengan media

   LCD Proyektor ini, motivasi belajar matematika siswa kelas V lebih

   meningkat. Jumlah siswa kelas 5 ada 27 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-

   laki dan 17 siswa perempuan.



C. Desain dan Prosedur Penelitian

   1.   Desain Penelitian

             Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas

        (PTK) atau Classroom Action Research.

             Menurut Basrowi dan Suwandi (2008: 28) Penelitian Tindakan

        Kelas adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang

        dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki

        dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran.

             Suharsimi Arikunto dkk (2006: 58) Penelitian Tindakan Kelas

        adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan

        tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya.

             Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan

        sebuah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang mengkaji

        masalah pembelajaran di dalam kelas bertujuan untuk memperbaiki dan

        atau meningkatkan kualitas pembelajaran.

             Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini

        dilakukan dalam beberapa siklus. Pada setiap siklus terdiri dari 4 tahap

        yaitu: tahap perencanaan (planning), tahap tindakan (acting), tahap
pengamatan (observing), dan tahap refleksi (reflecting). Adapun model

dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:


                              Perencanaan


     Refleksi                  SIKLUS I                 Pelaksanaan


                              Pengamatan


                              Perencanaan


     Refleksi                  SIKLUS II                Pelaksanaan


                              Pengamatan



                ?


          Gambar Skema Siklus Penelitian Tindakan Kelas

                    (Suharsimi Arikunto dkk, 2006:16)

        Agar lebih jelas berikut ini menurut Suharsimi Arikunto dkk (2006:

17-22) penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

a.     Tahap1: Menyusun Rancangan Tindakan (planning)

            Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,

       kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut

       dilakukan.
b.    Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (acting)

               Dalam tahap ke-2 ini adalah pelaksanaan yang merupakan

         implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan

         di kelas.

   c.    Tahap 3: Pengamatan (observing)

               Dalam tahap ke-3 ini, yaitu kegiatan pengamatan yang

         dilakukan oleh pengamat

   d.    Tahap 4: Refleksi (reflecting)

               Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali

         apa yang sudah dilakukan.



2. Prosedur penelitian

   a. Siklus I

        1) Tahap 1: Menyusun Rancangan Tindakan (planning)

                 Secara rinci rancangan tindakan ini akan dijabarkan dalam

          uraian berikut ini:

          a) Membuat jadwal kegiatan proses belajar mengajar.

          b) Penyusunan instrumen pembelajaran yang meliputin pembuatan

             format pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dari lembar

             observasi aktivitas siswa yang berupa check list.

          c) Mempersiapkan silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan

             Pembelajaran) sebagai acuan dalam melaksanakan proses

             pembelajaran di kelas.
d) Menyediakan media pembelajaran.

  e) Mempersiapkan alat-alat yang menunjang seperti komputer dan

       LCD Proyektor.

  f) Mempersiapkan soal tes secara individu.

2) Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (acting)

         Pelaksanaan tindakan dalam siklus I ini dijabarkan sebagai

  berikut:

  1.    Kegiatan Awal:

        a) Guru mengucapkan salam

        b) Guru    memberikan    apersepsi   kepada     siswa        dengan

          memberikan informasi kepada siswa mengenai media LCD

          Proyektor yang menampilkan power point berkaitan dengan

          materi menghitung luas lingkaran yang berbeda dengan

          kebiasaan belajar di kelas sebelumnya.

        c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

  2.    Kegiatan Inti:

        a) Siswa diperlihatkan melalui media LCD Proyektor materi

          berupa power point berkaitan dengan menghitung luas

          lingkaran.

        b) Siswa    diminta   melakukan      kegiatan      seperti    yang

          diperlihatkan dalam media.

        c) Siswa dijelaskan tentang asal mula lingkaran.
d) Siswa diberikan penjelasan tentang bagaimana diperoleh

         rumus luas lingkaran seperti yang ada dalam media

         pembelajaran.

       e) Siswa diminta untuk mengerjakan soal menghitung luas

         lingkaran.

       f) Salah beberapa siswa diminta mengerjakan soal di papan

         tulis.

       g) Siswa bersama dengan guru mengoreksi tugas yang sudah

         dikerjakan.

  3.   Kegiatan Akhir:

       a) Guru menyimpulkan materi pembelajaran yang sudah

          dilakukan.

       b) Guru memberikan reward kepada siswa yang aktif selama

          kegiatan pembelajaran berlangsung.

       c) Guru        menutup   kegiatan   pembelajaran    dengan

          mengucapkan salam penutup.

3) Tahap 3: Pengamatan (observing)

        Pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar, peneliti

  mengamati semua aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar

  di kelas. Tujuan dilaksanakannya pengamatan ini adalah untuk

  mengetahui apakah penggunaan media LCD Proyektor dapat

  meningkatkan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas
lingkaran pada siswa kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun tahun

      pelajaran 2012/2013.

   4) Tahap 4: Refleksi (reflection)

      a) Peneliti menganalisa data hasil pengamatan terhadap siswa

          selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

      b) Mendiskusikan masalah yang muncul selama proses belajar

          mengajar.

      c) Peneliti menganalisa hasil tes pada siklus I untuk menentukan

          kekurangan dan kelebihan jalannya pembelajaran pada siklus I

          dan merencanakan tindakan selanjutnya pada siklus II.

      d) Membuat        kesimpulan     sementara   hasil   siklus   I   dan

          merumuskan tindakan selanjutnya pada siklus II.



b. Siklus II

          Pada siklus ini rancangan peneliti mengacu pada siklus

   pertama dengan memperbaiki kekurangan pada siklus pertama



   1) Tahap 1: Menyusun Rancangan Tindakan (planning)

      a) Menyusun RPP perbaikan.

      b) Memperbaiki kekurangan pada siklus I dan menyusun tindakan

          selanjutnya agar pelaksanaan tindakan pada siklus II berjalan

          lebih baik.
2) Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (acting)

        Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran menurut

  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah diperbaiki

  dari kekurangan yang terjadi saat proses pembelajaran pada siklus

  I. Untuk langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan

  hampir sama dengan siklus I disertai perbaikan dari kekurangan

  yang ada pada siklus I.

3) Tahap 3: Pengamatan (observing)

        Dalam pelaksanaan pemberian tindakan tidak berbeda dari

  siklus I, mengamati dengan berpedoman pada instrumen yang

  ditetapkan. Peneliti melakukan tindakan ulang pada siklus II,

  setelah melihat hasilnya, maka dilakukan observasi dengan check

  list observasi.

4) Tahap 4: Refleksi (reflection)

        Peneliti menganalisis semua tindakan pada siklus I dan siklus

  II, kemudian melakukan refleksi terhadap media yang digunakan

  dalam tindakan kelas. Siswa mengalami peningkatan motivasi

  belajar matematika. Melalui media yang diterapkan dalam tindakan

  kelas berhasil meningkatkan motivasi belajar matematika dalam

  menghitung luas lingkaran.
D. Metode Pengumpulan Data

          Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri

   atas: observasi, wawancara dan dokumentasi.

          Teknik observasi digunakan untuk mengamati gejala-gejala yang

   tampak dalam proses pembelajaran tentang kesungguhan siswa ketika

   mengikuti pelajaran, keseringan siswa bertanya, kemauan dan kemampuan

   siswa menanggapi pertanyaan teman sekelasnya, keterlibatan siswa berfikir,

   berbicara, mendengarkan, mengamati, dan melakukan tugas-tugas dalam

   proses pembelajaran. Teknik observasi juga dilakukan untuk emngamati dan

   merekam ucapan-ucapan siswa ketika bertanya, menjawab, mendebat,

   menanggapi, menganalisis dan berargumentasi dalam proses pembelajaran.

          Teknik wawancara digunakan untuk wawancara dengan siswa tentang

   kesan-kesan dan pengungkapan perasaan siswa ketika belajar menghitung

   luas bangun datar dengan menggunakan power point. Ungkapan rasa senang

   siswa dilakukan dengan teknik wawancara. Wawancara juga digunakan untuk

   mengungkap perasaan siswa tentang kesulitan-kesulitan siswa ketika belajar

   menghitung luas bangun datar dengan bantuan media power point.

          Teknik dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan data

   tentang   proses   pembelajaran   yang   menggambarkan     langkah-langkah

   pembelajaran menggunakan media power point yang digunakan guru selama

   proses pembelajaran. Data focus masalah tentang keaktifan, kreatifitas, dan

   rasa senang siswa dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Dokumen yang

   dimaksud dalam penelitian ini mencakup dokumentasi foto dan dokumentasi
fortofolio siswa. Peristiwa-peristiwa yang tampak dan sesuai focus masalah

   ini: misalnya ketika siswa menunjukkan acungan jari, ketika bertepuk tangan

   yang menggambarkan suasana menyenangkan, ketika mereka asyik bekerja

   secara kelompok, dan lainnya, akan didokumentasikan.

            Teknik lainnya adalah tes. Tes digunakan untuk mengumpulkan data

   tentang kemampuan siswa mengerjakan soal-soal tes untuk menghitung luas

   lingkaran.



E. Metode Analisis Data

            Data yang telah terkumpul akan dianalisis secara deskriptif, baik

   deskriptif kuantitatif maupun deskriptif kualitatif. Data yang akan dianalisis

   secara deskriptif adalah data tentang keaktifan siswa yang dikumpulkan

   melalui “cek list” pada rubric pengamatan keaktifan siswa dan data tentang

   kemampuan menghitung luas bangun datar yang dinyatakan dengan nilai

   (score) yang dicapai siswa atas penilaian latihan dan penugasan menghitung

   luas bangun datar dan hasil tes kemampuan siswa menghitung luas bangun

   datar.

            Data kualitatif berupa catatan pengamatan, dokumen portofolio siswa,

   dokumen foto, dan rekaman wawancara akan dianalisis dengan analisis

   kualiitatif   dengan   tahapan:   pemaparan    data,   penyederhanaan    data,

   pengelompokan data sesuai focus masalah, dan pemaknaan.

            Dalam proses analisis data, untuk memperoleh data yang ebnar-benar

   dapat dipercaya kebenarannya maka peneliti akan melakukan membercheck
(pengecekan anggota/subjek penelitian), trianggulasi-check and recheck dari

segi sumber data/subjek dan metode, perpanjangan pengamatan, dan

pelacakan data secara mendalam, dst.
DAFTAR PUSTAKA


Anderson dan Krathwohl. 2001. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran,
      Pengajaran, dan Asesmen. Terjemahan oleh Agung Prihantoro. 2010.
      Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anggraheni, I., S. 2011. Motivasi Belajar dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh:
      Sebuah Kajian pada Interaksi Pembelajaran Mahasiswa. Premiere
      Educandum, 1 (2):148-162.

Angkowo, R dan Kosasih, A. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta:
     Grasindo.

Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

Dahar, R.,W. 2011. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Bandung: Erlangga.

Daryanto. 2011. Media Pembelajaran: Peranannya Sangat Penting Dalam
      Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media.

Dimyati dan Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Gembong, S. 2007. Kesulitan-Kesulitan yang Dihadapi Guru dan Siswa Sekolah
     Dasar dalam Pembelajaran Matematika dengan Kurikulum Berbasis
     Kompetensi (Studi Kasus di Sekolah Dasar Karesidenan Madiun). Jurnal
     Pendidikan, 13(2):193-215.

Gembong, S. 2010. Efektifitas Pembelajaran Matematika Model Kooperatif
     Jigsaw dengan pendekatan Matematisasi Berjenjang dan Tanpa
     Pendekatan Matematisasi Berjenjang Ditinjau dari Motivasi Belajar dan
     Inteligensi Siswa pada Siswa SMA di Kota Madiun. Jurnal Pendidikan, 16
     (1): 29-44.

Gintings, A. 2008. Esensi Praktis: Belajar & Pembelajaran, Disiapkan untuk
       Pendidikan Profesi dan Sertifikasi Guru-Dosen. Bandung: Humaniora.

Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, O. 2009. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
      Jakarta: Bumi Aksara.

Harjanto. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Ibrahim, R dan Syaodih, N.,S. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka
       Cipta.
Ismunamto, A. 2011. Ensiklopedia Matematika 1. Jakarta: PT. Lentera Abadi.

Musfiqon, H., M. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran.
      Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya.

Mustaqim dan Wahib, A. (Ed.). 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka
      Cipta.

Nurhadi. 2005. Kurikulum 2004 Pertanyaan & Jawaban. Jakarta: Grasindo.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 14 tahun 2007,
       Nomor 22 Tahun 2007, Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana
       dan Prasarana Sekolah Dasar dan Menengah (SD/MI) SMP/MTs
       (SMA/MA).

Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sadiman, A.S., Raharjo, R., Haryono, A., Rahardjito. 2010. Media Pendidikan:
      Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT.
      RajaGrafindo Persada.

Sanjaya, W. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik
       Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
       Kencana.

Sanjaya, W. 2009. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:
       Prenada Media Group.

Santrock, J., W. 2004. Psikologi Pendidikan. Terjemahan oleh Tri Wibowo.
       2008. Jakarta: Kencana.

Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.
      RajaGrafindo Persada.

Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
      Cipta.

Slavin, R., E. 2006. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek. Terjemahan oleh
       Marianto Samosir. 2009. Jakarta: Indeks.

Sudjana, N. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda.

Susilana, R dan Riyana, C. 2008. Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan,
       Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: CV. Wacana Prima.
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosda.

Syah, M. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda.

Uno, H., B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar
      yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, H., B. 2007. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi
      Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, H., B. 2007. Teori Motivasi & Pengukurannya:Analisis di Bidang
     Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Van de Walle, J., A. 2007. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah.
     Terjemahan oleh Suyono. 2008. Jakarta: Erlangga.

More Related Content

What's hot

KTI -METHODE JIGSAW
KTI -METHODE JIGSAWKTI -METHODE JIGSAW
KTI -METHODE JIGSAWICHSAN
 
Buku siswa vii semester 2
Buku siswa vii semester 2Buku siswa vii semester 2
Buku siswa vii semester 2nafis_apis
 
K11 bs s1_matematika sma kelas xi_[blogerkupang.com]
K11 bs s1_matematika sma kelas xi_[blogerkupang.com]K11 bs s1_matematika sma kelas xi_[blogerkupang.com]
K11 bs s1_matematika sma kelas xi_[blogerkupang.com]Randy Ikas
 
Matematika SMP Kelas VII Kurikulum 2013-Guru
Matematika SMP Kelas VII Kurikulum 2013-GuruMatematika SMP Kelas VII Kurikulum 2013-Guru
Matematika SMP Kelas VII Kurikulum 2013-GuruBudhi Emha
 
Buku matematika smp kelas 7 pegangan guru
Buku matematika smp kelas 7 pegangan guruBuku matematika smp kelas 7 pegangan guru
Buku matematika smp kelas 7 pegangan guruMuhammad Idris
 
Buku Matematika SMA Kurikulum 2013
Buku Matematika SMA Kurikulum 2013Buku Matematika SMA Kurikulum 2013
Buku Matematika SMA Kurikulum 2013Duano Nusantara
 
K10 bs matematika_sem1
K10 bs matematika_sem1K10 bs matematika_sem1
K10 bs matematika_sem1dodohQ
 
Sampul jurnal ilmiah aksata smkn6 malang
Sampul jurnal ilmiah aksata smkn6 malangSampul jurnal ilmiah aksata smkn6 malang
Sampul jurnal ilmiah aksata smkn6 malangjurnal aksata
 
Buku Siswa - Matematika SMP Kelas 7 Semester 1
Buku Siswa - Matematika SMP Kelas 7 Semester 1Buku Siswa - Matematika SMP Kelas 7 Semester 1
Buku Siswa - Matematika SMP Kelas 7 Semester 1Edy Wihardjo
 
Gemar Belajar Matematika 4 Untuk Siswa SD/MI Kelas IV
Gemar Belajar Matematika 4 Untuk Siswa SD/MI Kelas IVGemar Belajar Matematika 4 Untuk Siswa SD/MI Kelas IV
Gemar Belajar Matematika 4 Untuk Siswa SD/MI Kelas IVSetiadji Sadewo
 
Buku Matematika 7 SMP/MTs Semester 1 Siswa
Buku Matematika 7 SMP/MTs Semester 1 SiswaBuku Matematika 7 SMP/MTs Semester 1 Siswa
Buku Matematika 7 SMP/MTs Semester 1 SiswaAbdul Hafifudin
 
Kelas 10 sma_matematika_siswa_2016
Kelas 10 sma_matematika_siswa_2016Kelas 10 sma_matematika_siswa_2016
Kelas 10 sma_matematika_siswa_2016Arif Wicaksono
 

What's hot (17)

KTI -METHODE JIGSAW
KTI -METHODE JIGSAWKTI -METHODE JIGSAW
KTI -METHODE JIGSAW
 
Buku siswa vii semester 2
Buku siswa vii semester 2Buku siswa vii semester 2
Buku siswa vii semester 2
 
K11 bs s1_matematika sma kelas xi_[blogerkupang.com]
K11 bs s1_matematika sma kelas xi_[blogerkupang.com]K11 bs s1_matematika sma kelas xi_[blogerkupang.com]
K11 bs s1_matematika sma kelas xi_[blogerkupang.com]
 
Matematika (buku siswa)
Matematika (buku siswa)Matematika (buku siswa)
Matematika (buku siswa)
 
10 matematika buku_guru
10 matematika buku_guru10 matematika buku_guru
10 matematika buku_guru
 
Matematika SMP Kelas VII Kurikulum 2013-Guru
Matematika SMP Kelas VII Kurikulum 2013-GuruMatematika SMP Kelas VII Kurikulum 2013-Guru
Matematika SMP Kelas VII Kurikulum 2013-Guru
 
Buku matematika smp kelas 7 pegangan guru
Buku matematika smp kelas 7 pegangan guruBuku matematika smp kelas 7 pegangan guru
Buku matematika smp kelas 7 pegangan guru
 
Buku Matematika SMA Kurikulum 2013
Buku Matematika SMA Kurikulum 2013Buku Matematika SMA Kurikulum 2013
Buku Matematika SMA Kurikulum 2013
 
K10 bs matematika_sem1
K10 bs matematika_sem1K10 bs matematika_sem1
K10 bs matematika_sem1
 
Matematika (buku guru)
Matematika (buku guru) Matematika (buku guru)
Matematika (buku guru)
 
Sampul jurnal ilmiah aksata smkn6 malang
Sampul jurnal ilmiah aksata smkn6 malangSampul jurnal ilmiah aksata smkn6 malang
Sampul jurnal ilmiah aksata smkn6 malang
 
Buku Siswa - Matematika SMP Kelas 7 Semester 1
Buku Siswa - Matematika SMP Kelas 7 Semester 1Buku Siswa - Matematika SMP Kelas 7 Semester 1
Buku Siswa - Matematika SMP Kelas 7 Semester 1
 
Gemar Belajar Matematika 4 Untuk Siswa SD/MI Kelas IV
Gemar Belajar Matematika 4 Untuk Siswa SD/MI Kelas IVGemar Belajar Matematika 4 Untuk Siswa SD/MI Kelas IV
Gemar Belajar Matematika 4 Untuk Siswa SD/MI Kelas IV
 
Buku Matematika 7 SMP/MTs Semester 1 Siswa
Buku Matematika 7 SMP/MTs Semester 1 SiswaBuku Matematika 7 SMP/MTs Semester 1 Siswa
Buku Matematika 7 SMP/MTs Semester 1 Siswa
 
Kelas 10 sma_matematika_siswa_2016
Kelas 10 sma_matematika_siswa_2016Kelas 10 sma_matematika_siswa_2016
Kelas 10 sma_matematika_siswa_2016
 
Matematika buku siswa kelas x semester 2
Matematika buku siswa kelas x semester 2Matematika buku siswa kelas x semester 2
Matematika buku siswa kelas x semester 2
 
Matematika SMP 7
Matematika SMP 7Matematika SMP 7
Matematika SMP 7
 

Similar to Bener

LAPORAN_MAGANG_3.pdf
LAPORAN_MAGANG_3.pdfLAPORAN_MAGANG_3.pdf
LAPORAN_MAGANG_3.pdfArifFlouncx
 
Tugas laporan best practice sumarwoto 201903118
Tugas laporan best practice sumarwoto  201903118Tugas laporan best practice sumarwoto  201903118
Tugas laporan best practice sumarwoto 201903118sumarwoto_pan1
 
K11 bg matematika sma kelas xi_[blogerkupang.com]
K11 bg matematika sma kelas xi_[blogerkupang.com]K11 bg matematika sma kelas xi_[blogerkupang.com]
K11 bg matematika sma kelas xi_[blogerkupang.com]Randy Ikas
 
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS -1.docx
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS -1.docxLAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS -1.docx
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS -1.docxLailyAlfiMaulida2
 
MODEL_PEMBELAJARAN_PPKn_DI_KELAS_RENDAH[1].pdf
MODEL_PEMBELAJARAN_PPKn_DI_KELAS_RENDAH[1].pdfMODEL_PEMBELAJARAN_PPKn_DI_KELAS_RENDAH[1].pdf
MODEL_PEMBELAJARAN_PPKn_DI_KELAS_RENDAH[1].pdfEstiHandayani14
 
Buku Guru matematika_sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]
Buku Guru matematika_sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]Buku Guru matematika_sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]
Buku Guru matematika_sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]Randy Ikas
 
Pembelajaran Matematika di SD
Pembelajaran Matematika di SDPembelajaran Matematika di SD
Pembelajaran Matematika di SDDinaRizkiSintia
 
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...Pipit Wijaya
 

Similar to Bener (20)

Proposal ptk jadi
Proposal ptk jadiProposal ptk jadi
Proposal ptk jadi
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
4
44
4
 
Ptk1
Ptk1Ptk1
Ptk1
 
Proposal ptk br
Proposal ptk brProposal ptk br
Proposal ptk br
 
Proposal ptk new
Proposal ptk newProposal ptk new
Proposal ptk new
 
proposal PTK
proposal PTKproposal PTK
proposal PTK
 
Proposal ptk br
Proposal ptk brProposal ptk br
Proposal ptk br
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
2
22
2
 
Proposal ptk
Proposal ptkProposal ptk
Proposal ptk
 
LAPORAN_MAGANG_3.pdf
LAPORAN_MAGANG_3.pdfLAPORAN_MAGANG_3.pdf
LAPORAN_MAGANG_3.pdf
 
Tugas laporan best practice sumarwoto 201903118
Tugas laporan best practice sumarwoto  201903118Tugas laporan best practice sumarwoto  201903118
Tugas laporan best practice sumarwoto 201903118
 
Proposal lengkap
Proposal lengkapProposal lengkap
Proposal lengkap
 
K11 bg matematika sma kelas xi_[blogerkupang.com]
K11 bg matematika sma kelas xi_[blogerkupang.com]K11 bg matematika sma kelas xi_[blogerkupang.com]
K11 bg matematika sma kelas xi_[blogerkupang.com]
 
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS -1.docx
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS -1.docxLAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS -1.docx
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS -1.docx
 
MODEL_PEMBELAJARAN_PPKn_DI_KELAS_RENDAH[1].pdf
MODEL_PEMBELAJARAN_PPKn_DI_KELAS_RENDAH[1].pdfMODEL_PEMBELAJARAN_PPKn_DI_KELAS_RENDAH[1].pdf
MODEL_PEMBELAJARAN_PPKn_DI_KELAS_RENDAH[1].pdf
 
Buku Guru matematika_sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]
Buku Guru matematika_sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]Buku Guru matematika_sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]
Buku Guru matematika_sma kelas x kurikulum 2013_[blogerkupang.com]
 
Pembelajaran Matematika di SD
Pembelajaran Matematika di SDPembelajaran Matematika di SD
Pembelajaran Matematika di SD
 
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...
Perbandingan Pembelajaran Matematika Melalui Ceramah Dengan Pembelajaran Mela...
 

More from Reza Riezky (13)

Proposal baru
Proposal baruProposal baru
Proposal baru
 
5
55
5
 
3
33
3
 
1
11
1
 
7
77
7
 
Daftar pustaka
Daftar pustakaDaftar pustaka
Daftar pustaka
 
Bab iii
Bab iiiBab iii
Bab iii
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
Daftar isi
Daftar isiDaftar isi
Daftar isi
 
Cover
CoverCover
Cover
 
Resume buku ptk
Resume buku ptkResume buku ptk
Resume buku ptk
 
Tugas resume buku ptk
Tugas resume buku ptkTugas resume buku ptk
Tugas resume buku ptk
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 

Bener

  • 1. PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA DALAM MENGHITUNG LUAS LINGKARAN MENGGUNAKAN MEDIA LCD PROYEKTOR PADA SISWA KELAS V SDN 01 JOSENAN KOTA MADIUN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh: REZA RIEZKY FEBRIYANTI NPM 09141179 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN IKIP PGRI MADIUN 2013
  • 2. KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan bimbingan-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi Program S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Madiun Tahun 2012. Adapun judul tugas akhir ini adalah “Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Dalam Menghitung Luas Lingkaran Menggunakan Media LCD Proyektor Pada Siswa Kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013”. Tugas inidiharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan dalam peningkatan proses pembelajaran matematika sehingga dapat memebrikan kontribusi dalam upaya meningkatkan kompetensi kualitas sumber daya pendidikan. Saya menyadari bahwa tidak mungkin penulis tugas akhir ini dapat berjalan dengan lancer tanpa bantuan dari abnyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Parji, M.Pd., Rektor IKIP PGRI Madiun yang telah banyak membimbing penulis selama ini. 2. Bapak Drs, Vitalis Djarot Sumarwoto, M.Pd., dekan Fakultas Ilmu Pendidikan. 3. Bapak Drs. Ibadullah Mallawi, M.Pd., Ketua Program Studi Guru Sekolah Dasar IKIP PGRI Madiun.
  • 3. 4. Bapak Drs. Edy Siswanto, M.Pd, pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis. 5. Semua dosen dan segenap civitas akademika IKIP PGRI Madiun yang telah banyak memberikan pengajaran dan bimbingan selama perkuliahan ini. 6. Bapak Suprijadi, S.Pd., selaku kepala SDN 01 Josenan Kecamatan taman Kota Madiun dan seluruh staf pengajar yang telah banyak memberikan bantuan sehingga penulis dapat emlakukan penelitian ini dengan lancer. 7. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan, bantuan dan semangat yang telah diberikan. Dengan harapan semoga Tuhan Ynag Maha Esa emlimpahkan anugerah yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut di atas. Saya emnyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya segala saran dan kritik yang emmebangun dari manapun akan saya terima dengan senang hati dan terima kasih yang sebesar-besarnya. Akhirnya saya berharap agar tugas akhir ini memberikan manfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya meningkatkan kualitas proses belajar mengajar di SD. Magetan, Januari 2013 Penulis
  • 4. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................... ii DAFTAR ISI .................................................................................................. iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Batasan Masalah .................................................................................. 6 C. Rumusan Masalah ............................................................................... 7 D. Tujuan penelitian ................................................................................. 7 E. Manfaat penelitian ............................................................................... 7 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Hasil Belajar Matematika .................................................................... 9 B. Media Pembelajaran LCD Proyektor .................................................. 19 C. Motivasi Belajar .................................................................................. 28 D. Kerangka Berfikir ................................................................................ 33 E. Hipotesis Tindakan .............................................................................. 35 BAB III A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ......................................................... 36 B. Subjek Penelitian ................................................................................. 36
  • 5. C. Desain dan Prosedur Penelitian ........................................................... 37 D. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 44 E. Metode Analisis Data .......................................................................... 45 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 47
  • 6. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk mencetak generasi bangsa yang cerdas, berwawasan luas, serta mampu mengatasi permasalahan baik yang terjadi sekarang maupun yang akan datang. Mengingat begitu pentingnya peran pendidikan, maka sudah seharusnya mutu pendidikan terus ditingkatkan agar tujuan pendidikan dapat tercapai. Sekolah sebagai lembaga pendidikan dituntut untuk mampu memperbaiki mutu pendidikan dan mencetak bibit unggul bangsa yang mampu berkembang dalam kehidupan global. Selain itu, guru sebagai sumber sekaligus aktor dalam dunia pendidikan, juga dituntut untuk mampu meningkatkan mutu pembelajaran. Peningkatan mutu pembelajaran harus dilakukan oleh para guru, hal ini akan memberi dampak terhadap mutu pendidikan nasional. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan kualitas pembelajaran yang dilaksanakannya. Kualitas pembelajaran yang baik akan meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Oleh karena itu, guru harus memikirkan dan membuat perencanaan guna meningkatkan kualitas mengajarnya. Guru dalam membuat perencanaan dituntut untuk lebih inovatif dalam pengorganisasian kelas, penggunaan strategi pembelajaran,
  • 7. metode pembelajaran, media pembelajaran, serta sikap dan karakteristik guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkat Sekolah Dasar (SD), dan juga merupakan salah satu mata pelajaran yang dimasukkan dalam ujian nasional. Matematika bagi siswa SD berguna untuk mengembangkan pola pikir siswa, dan untuk mempelajari ilmu-ilmu lain dikemudian hari. Mempelajari matematika merupakan sarana untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mempelajari matematika, diharapkan dapat membentuk pola pikir siswa yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang sistematis, logis, dan kritis dengan penuh kecermatan. Berdasarkan pengamatan selama kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL), dalam pembelajaran matematika siswa kelas V di SDN 01 Josenan Kota Madiun banyak yang kurang semangat dan termotivasi dalam kegiatan pembelajaran. Pada saat pembelajaran berlangsung, banyak siswa yang tidak memperhatikan guru ketika menyampaikan materi. Mereka asik bermain, menggambar, bercanda dengan temannya bahkan ada yang berjalan-jalan. Kondisi ini tentu sangat memprihatinkan. Menurut pendapat peneliti, hal ini dapat terjadi karena guru dalam menyampaikan materi cenderung menyampaikannya melalui ceramah saja. Guru jarang menggunakan media pembelajaran yang menarik. Guru hanya memanfaatkan papan tulis (white board) untuk memberikan contoh soal. Tidak jarang pula guru meminta siswa untuk belajar sendiri, setelah itu
  • 8. dilanjutkan mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS). Hal inilah yang menyebabkan siswa merasa bosan bahkan tidak senang dengan pelajaran matematika. Ketidaksenangan siswa terhadap pelajaran matematika juga dikarenakan, mereka beranggapan bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang sulit diantara pelajaran lainnya. Anggapan ini muncul karena matematika adalah pelajaran yang mempelajari rumus, angka dan berhitung yang terkadang rumit untuk dipelajari siswa. Bahkan ada juga yang menganggap pelajaran matematika sebagai mata pelajaran yang menyeramkan, sehingga mengurangi motivasi dan menyebabkan hasil belajar matematika belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian, nilai tugas, nilai tes semester dan nilai ujian akhir nasional yang pada umumnya belum sesuai dengan harapan guru dan siswa. Ditambah lagi dengan ketidakmampuan guru dalam menciptakan kegiatan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa, semakin membuat siswa tidak senang dengan pelajaran matematika. Hal inilah yang mengakibatkan hasil belajar matematika siswa rendah. Padahal matematika akan menjadi suatu pelajaran yang menyenangkan jika guru mengoptimalkan peran siswa dalam proses pembelajaran. Jadi siswa tidak hanya aktif mendengarkan apa yang disampaikan guru, namun siswa juga dituntut untuk ikut serta secara aktif membangun pemahaman
  • 9. tentang materi yang akan dipelajari. Hal inilah peran media pembelajaran yang menarik sangatlah dibutuhkan. Di dalam proses belajar mengajar, media pembelajaran mempunyai fungsi tidak hanya sekedar alat bantu guru, melainkan sebagai pembawa informasi atau pesan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa (Susilana dan Riyana, 2008: 8). Mengingat pentingnya peran media dalam pembelajaran, khususnya pada pembelajaran matematika, maka sudah seharusnya guru matematika dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi siswa dengan memanfaatkan media pembelajaran yang menarik dan sesuai dengan perkembangan jaman, seperti memanfaatkan media Liquid Crystal Display (LCD) Proyektor. Media LCD Proyektor merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran matematika. Media LCD Proyektor adalah sebuah alat yang merupakan gabungan dari LCD Proyektor dengan perangkat elektronik seperti Komputer, Laptop, TV, Kamera, VCD/DVD Player, dan Video Player, dimana LCD Proyektor merupakan hardwarenya sedangkan program dalam perangkat elektronik merupakan softwarenya yang dapat digunakan untuk kegiatan presentasi dan pembelajaran. Dalam penelitian ini media LCD Proyektor ini dimanfaatkan untuk menampilkan materi berupa power point tentang menghitung luas lingkarang. Power point ini menyajikan bagaimana proses terbentuknya lingkaran dan bagaimana sampai di dapatkan rumus luas lingkaran. Jadi dalam pembelajaran yang digunakan dalam penelitian
  • 10. ini siswa tahu dan mengalami langsung melalui penjelasan power point yang ditampilkan dalam LCD Proyektor. Dengan tampilan yang menarik dari power point juga pemanfaatan media LCD Proyektor yang sebelumnya belum pernah dimanfaatkan untuk pembelajaran matematika diharapkan motivasi belajar matematika siswa kelas V SDN 01 Josenan akan meningkat yang juga akan berpengaruh pada perolehan hasil belajar yang memuaskan. Penggunaan media LCD Proyektor diharapkan dapat membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar. Selain itu, penggunaan media LCD Proyektor juga diharapkan mampu mempermudah guru dalam penyampaian materi pelajaran agar dapat terserap dengan baik oleh siswa, sehingga nantinya akan diikuti dengan peningkatan hasil belajar matematika. Hasil belajar matematika adalah hasil belajar siswa yang berupa nilai yang diperoleh dari hasil tes setelah mengikuti pembelajaran matematika. Untuk memperoleh hasil belajar matematika yang baik, selain menggunakan media pembelajaran yang menarik, motivasi belajar juga sangat berperan dalam keberhasilan belajar matematika siswa. Motivasi merupakan penggerak atau pendorong untuk melakukan tindakan tertentu yang dapat meningkatkan dan mengaktifkan kegiatan belajar. Gembong (2010: 33) berpendapat bahwa siswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Ini berarti motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar siswa. Semakin tinggi
  • 11. motivasi belajar siswa, maka semakin tinggi usaha siswa untuk belajar. Usaha belajar yang baik memungkinkan hasilnya juga akan baik. Oleh karena itu bagi siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi akan mempunyai hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Motivasi sangat diperlukan dalam belajar. Seperti yang dikatakan Sardiman (2011: 84), “Motivation is essential condition of learning”, yang berarti motivasi merupakan kondisi yang penting dari belajar. Adanya motivasi dapat mempengaruhi hasil belajar. Hasil belajar akan optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, maka akan makin berhasil pula pelajaran itu. Motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Sering terjadi siswa yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar, sehingga siswa tidak berusaha mengerahkan semua kemampuannya. Oleh karena itu, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa agar dapat berupaya mengerahkan segala kemampuannya dalam proses belajar matematika. Demikian, diharapkan hasil belajar matematika mereka menjadi lebih baik. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian “Peningkatan Motivasi Belajar Matematika Dalam Menghitung Luas Lingkaran Menggunakan Media LCD Proyektor Pada Siswa Kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun Tahun Pelajaran 2012/2013”.
  • 12. B. Batasan Masalah Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, maka perlu adanya suatu lingkup atau batasan masalah sebagai berikut: 1. Objek penelitian adalah hasil belajar matematika. Hasil belajar matematika ini diperoleh dari nilai tes yang diberikan peneliti setelah proses belajar mengajar; 2. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelajaran matematika dengan pokok bahasan menghitung luas lingkaran; 3. Media pembelajaran dalam penelitian ini adalah media LCD Proyektor; 4. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika sedangkan penggunaan media LCD Proyektor dan motivasi belajar siswa sebagai variabel bebas. C. Rumusan Masalah Apakah dengan penggunaan media LCD Proyektor dapat meningkatkan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas lingkaran pada siswa kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun tahun pelajaran 2012/2013? D. Tujuan Penelitian Untuk meningkatkan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas lingkaran menggunakan media LCD Proyektor pada siswa kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun Tahun pelajaran 2012/2013.
  • 13. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan. Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi kepala sekolah a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan kepala sekolah dalam pengembangan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa; b. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. 2. Bagi guru a. Sebagai bahan masukan dalam pemilihan dan penggunaan media pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan; b. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan proses pembelajaran di kelas. 3. Bagi peneliti lain a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam melakukan penelitian yang sejenis.
  • 14. BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Hasil Belajar Matematika 1. Pengertian Matematika Istilah “matematika” berasal dari bahasa Yunani Kuno yaitu máthêma, yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu, yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya adalah “pengkajian matematika” (Ismunamto 2011: 15). Menurut Van de Wall 2007 terjemahan Suyono (2008: 13) matematika adalah sesuatu yang memiliki pola keteraturan dan urutan yang logis. Hal ini sejalan dengan pernyataan Gembong dan Sanusi (2007: 198) bahwa hakekat matematika yaitu kumpulan ide-ide yang bersifat abstrak dan terstruktur yang hubungannya diatur menurut aturan logis dan berdasarkan pola pikir deduktif. Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI nomor 14, 22, 24 tahun 2007 (2007: 209) matematika merupakan ilmu universal yang menjadi dasar perkembangan teknologi modern, yang berperan penting dalam berbagai disiplin ilmu dan dapat memajukan daya pikir manusia. Selain itu, Uno (2007: 129) juga berpendapat bahwa matematika adalah suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, alat berkomunikasi, dan alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur- unsurnya meliputi: logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalitas dan individualitas serta mempunyai cabang-cabang ilmu antara lain:
  • 15. aritmatika, aljabar, geometri dan analisis. Matematika memiliki karakteristik yang terletak pada kekhususannya dalam mengkomunikasikan ide matematika melalui bahasa numerik. Soedjadi (dalam Gembong dan Sanusi, 2007: 198) memberikan ciri khusus matematika yaitu: (a) objek kajiannya abstrak; (b) bertumpu pada kesepakatan; (c) berpola berfikir deduktif; (d) memiliki simbol yang kosong dari arti; (e) memperhatikan semesta pembicaraan; (f) konsisten dalam sistemnya. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah suatu bidang ilmu tentang sesuatu yang memiliki pola keteraturan, urutan yang logis dan berdasarkan pola pikir deduktif yang bahasanya diwujudkan dalam bentuk simbol dan mempunyai cabang- cabang yaitu aritmatika, aljabar, geometri, dan analisis. Matematika memiliki karakteristik atau ciri khusus seperti memiliki objek kajian yang abstrak, dan juga memiliki pola berfikir deduktif. Karakteristik yang dimiliki oleh matematika, membuat matematika berbeda dari ilmu lainnya. 2. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran Matematika Matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari melalui materi pengukuran dan geometri, aljabar, peluang dan statistika, kalkulus dan trigonometri (Nurhadi, 2005: 203). Selain itu, matematika juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan
  • 16. bahasa melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram grafik, atau tabel. Selain memiliki fungsi, matematika juga memiliki tujuan pembelajaran. Menurut Nurhadi (2005: 203) tujuan pembelajaran matematika adalah: a. Melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikian, eksperimen, eksplorasi, menunjukkan kesamaan dan perbedaan, serta menunjukkan konsisten dan inkonsistensi. b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah (problem solving). d. Mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, dan diagram. Berdasarkan pemaparan tentang fungsi dan tujuan matematika di atas, menunjukkan bahwa matematika merupakan ilmu yang sangat penting, yang harus diberikan baik dalam pendidikan formal maupun non formal. Hal ini dikarenakan, dengan mempelajari matematika siswa mampu mengembangkan kemampuannya dalam berbagai hal sehingga nantinya diharapkan siswa mampu mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi di masa yang akan datang.
  • 17. 3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Matematika Menurut Permendiknas Nomor 14, 22, 24 tahun 2007 (2007: 210) mata pelajaran matematika SD meliputi aspek-aspek, yaitu: (a) bilangan (b) geometri dan pengukuran dan (c) pengolahan data. 4. Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran Matematika Menurut Permendiknas Nomor 14, 22, 24 tahun 2007 (2007: 210) standar kompetensi lulusan untuk mata pelajaran matematika sebagai berikut: a. Memahami konsep bilangan bulat dan pecahan, operasi hitung dan sifat- sifatnya, serta menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari- hari; b. Memahami bangun datar dan bangun ruang sederhana, unsur-unsur dan sifat- sifatnya, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari- hari; c. Memahami konsep ukuran dan pengukuran berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, debit, serta mengaplikasikannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari; d. Memahami konsep koordinat untuk menentukan letak benda dan menggunakannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari; e. Memahami konsep pengumpulan data, penyajian data dengan tabel, gambar dan grafik (diagram), mengurutkan data, rentangan data, rerata hitung, modus, serta menerapkannya dalam pemecahan masalah kehidupan sehari-hari; f. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam kehidupan; g. Memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif.
  • 18. Siswa yang mempelajari matematika diharapkan mampu mencapai standar kecakapan matematika, yang meliputi: pemahaman konsep matematika, keterkaitan antar konsep matematika, dan juga menerapkan konsep matematika secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah di kehidupan sehari-hari. Selain itu, siswa juga harus mampu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, gambar, maupun grafik (diagram) untuk memperjelas keadaan atau masalah. Setelah siswa mencapai kecakapan matematika tersebut, nantinya siswa akan mampu berpikir secara logis, kritis, dan kreatif, serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 5. Pengertian Hasil Belajar Matematika Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu hasil dan belajar. Hasil merupakan sesuatu yang menjadi akibat dari proses atau usaha. Sedangkan belajar menurut Slameto (2010: 2) adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Belajar dihasilkan dari pengalaman dengan lingkungan yang di dalamnya terjadi hubungan antara stimulus dan respon (Dahar, 2011: 3). Pengalaman yang terjadi berulang kali akan melahirkan pengetahuan (Suyono dan Hariyanto, 2011: 9). Hal ini sejalan dengan pendapat Syah (2010) yang mendefinisikan belajar sebagai
  • 19. tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Seseorang dikatakan belajar jika terjadi perubahan perilaku dalam dirinya, yang semula tidak mengetahui menjadi mengetahui, yang semula tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Sudjana (2010: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. “Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur..” (Hamalik, 2009: 155). Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar pada umumnya disertai perubahan tingkah laku. Kemudian Dimyati dan Mujiono (2009: 250) berpendapat bahwa hasil belajar merupakan hasil proses belajar atau proses pembelajaran. Sedangkan menurut Wingkel (dalam Purwanto, 2011: 45), hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pembelajaran yang dikembangkan oleh Bloom dan telah direvisi Krathwohl dan Anderson yaitu dimensi proses kognitif yang meliputi: mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Sedangkan untuk melihat hasil belajar dilakukan suatu penilaian terhadap siswa yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai suatu materi yang disampaikannya. Pada umumnya hasil belajar siswa dalam sekolah dinyatakan dengan
  • 20. angka, huruf, atau kalimat, dan terdapat dalam periode tertentu. Biasanya hasil belajar dapat dilihat dari nilai ulangan harian (formatif), nilai ulangan tengah semester (subsumatif) dan nilai ulangan semester (sumatif). Berdasarkan paparan tentang pengertian hasil belajar dan matematika yang sudah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pengertian hasil belajar matematika adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam menguasai bahan, kecakapan, sikap dan pengertian untuk mengembangkan pengetahuan menghitung, mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan dalam kehidupan sehari- hari. 6. Dimensi Proses Kognitif dalam Hasil Belajar Dalam proses pembelajaran, untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan, maka evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah kognitif yang terkandung dalam tujuan. Ranah kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir intelektual, dari yang paling sederhana sampai yang komplek. Taksonomi tujuan ranah kognitif yang dikemukakan oleh Anderson dan Krathwohl, merupakan hal yang sangat penting diketahui oleh guru sebelum melakukan evaluasi. Menurut Anderson dan Krathwohl (2001: 99-133) dalam pembaruan dimensi proses kognitif, ada enam kategori dimulai dari yang kurang komplek (mengingat) sampai ke yang lebih komplek (menciptakan).
  • 21. a. Mengingat Mengingat yaitu mendapatkan kembali pengetahuan yang dibutuhkan dari ingatan jangka panjang. Pengetahuan mengingat penting sebagai bekal dalam belajar yang bermakna dan menyelesaikan masalah, karena pngetahuan tersebut dipakai dalam tugas-tugas yang lebih komplek. Ada dua proses kognitif dalam kategori mengingat, yaitu proses mengenali dan mengingat kembali. Proses mengenali yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari ingatan jangka panjang untuk membandingkan dengan informasi yang baru saja diterima. Dalam proses mengingat, siswa mencari suatu informasi yang mirip dengan informasi yang baru saja diterima di memori jangka panjang. Sedangkan proses mengingat kembali yaitu mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari jangka panjang ketika soalnya mengehendaki diulang kembali. Dalam mengingat kembali, siswa mencari informasi di memori jangka panjang dan membawa informasi tersebut kerja untuk diproses. b. Memahami Memahami yaitu membentuk makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Siswa memahami ketika mereka menghubungkan pengetahuan baru dan pengetahuan lama mereka. Siswa dikatakan memahami jika mereka dapat mengkonstruksikan makana dari pesan- pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan atau grafis yang telah disampaikan melalui pengajaran maupun buku yang berkaitan dengan pelajaran. Dalam kategori memahami, ada tujuh dalam proses kognitif yaitu: menafsirkan,
  • 22. mencontohkan, mengklarifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, dan menjelaskan. c. Mengaplikasikan Mengaplikasikan yaitu menjalankan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu untuk menyelesaikan masalah atau mengerjakan soal latihan. Dalam kategori memahami, ada dua dalam proses kognitif yaitu: mengesekusi dan mengimplementasikan. Dalam mengeksekusi, siswa menerapkan prosedur ketika mengahadapi tugas yang sudah familier secara rutin. Mengeksekusi lebih sering diasosiasikan dengan penggunaan keterampilan dan algoritme. Ketrampilan dan algoritme memiliki dua sifat yang sesuai dengan proses mengeksekusi, yaitu: (1) ketrampilan dan algoritme berisikan rangkaian langkah dengan urutan yang tetap; (2) rangkaian langkah tersebut dilakukan dengan benar dan hasilnya adalah jawaban yang sudah diketahui sebelumnya. Sedangkan dalam mengimplementasikan, siswa memilih dan menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familier. Mengimplementasikan lebih sering diasosiasikan dengan penggunaan teknik dan metode. Dalam mengimplementasikan, siswa harus memahami jenis masalahnya dan alternatif-alternatif prosedur. d. Menganalisis Menganalisis yaitu memecah materi menjadi bagian-bagian komponennya dan menentukan bagaimana bagian-bagian tersebut berhubungan dengan satu sama lain dan dengan tujuan atau struktur keseluruhan. Dalam kategori
  • 23. menganalisis meliputi tiga proses kognitif, yaitu: membedakan, mengorganisasi, dan mengatribusikan. Membedakan lebih melibatkan proses memilah-milah bagian-bagian yang relevan atau penting dari sebuah struktur, yang terjadi ketika siswa mendiskriminasikan informasi yang relevan dan tidak relevan, yang penting dan yang tidak penting, dan kemudian memerhatikan informasi yang lebih relevan dan penting. Sebagai contoh dalam proses pembelajaran siswa mampu memilih pengetahuan mana yang lebih penting untuk diambil. Mengorganisasi melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen itu membentuk sebuah struktur yang koheren. Siswa membangun hubungan- hubungan yang sistematis dan koheren antar potongan informasi. Sedangkan dalam proses mengatribusikan melibatkan proses dekonstruksi yang di dalamnya siswa menentukan tujuan pengarang suatu tulisan yang diberikan oleh guru. Mengatribusikan melampaui pemahaman dasar untuk menarik kesimpulan tentang tujuan dibalik suatu tulisan, itu terjadi ketika siswa dapat menentukan sudut pandang, pendapat, nilai, atau tujuan di balik komunikasi. e. Mengevaluasi Mengevaluasi yaitu membuat penilaian berdasarkan pada kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang sering digunakan adalah kualitas, efektifitas, dan konsistensi. Kriteria-kriteria ini ditentukan oleh siswa. Siswa membuat keputusan tentang kesesuaian suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah tertentu. Kategori mengevaluasi mencakup proses kognitif memeriksa dan mengkritik.
  • 24. Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan internal dalam suatu operasi atau produk. Sedangkan mengkritik melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Dalam mengkritik, siswa mencatat ciri-ciri positif dan negatif dari suatu produk dan membuat keputusan berdasarkan ciri-ciri tersebut. Mengkritik disebut juga dengan menilai. f. Menciptakan Menciptakan yaitu menyatukan elemen-elemen untuk membentuk kesatuan yang koheren atau fungsional; menyusun ulang elemen-elemen ke dalam pola atau struktur baru (membuat hipotesis untuk memperhitungkan fenomena yang diobservasi). Mencipta meminta siswa membuat produk yang semua siswa dapat dan akan melakukannya. Kategori mencipta mencakup proses kognitif merumuskan dan merencanakan. Merumuskan melibatkan proses menggambarkan masalah dan membuat pilihan yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Siswa diminta untuk menggambarkan suatu masalah. Sedangkan merencanakan melibatkan proses merencanakan metode penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria masalahnya, yaitu membuat rencana untuk menyelesaikan masalah. Dalam proses merencanakan, siswa menentukan sub-sub tujuan atau memerinci tugas dari sub- sub tugas yang harus dilakukan ketika menyelesaikan masalahnya.
  • 25. Tabel 2.1 Indikator Dimensi Proses Kognitif Bloom yang Telah Direvisi Anderson dan Krathwohl No Level Kecakapan Indikator Kecakapan 1 Mengingat mengenali, mengingat kembali. 2 Memahami menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan, menjelaskan. 3 Mengaplikasikan mengeksekusi, mengimplementasikan. 4 Menganalisis membedakan, mengorganisasi, mengatribusikan. 5 Mengevaluasi memeriksa, mengkritik. 6 Mencipta Merumuskan, merencanakan, memproduksi. Sumber: Anderson dan Krathwohl, 2001: 100-102 B. Media Pembelajaran LCD Proyektor 1. Pengertian Media Pembelajaran Menurut Heinich (dalam Susilana dan Riyana, 2008: 6), kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata “medium” yang secara harfiah berarti “perantara” yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver). Sedangkan Sadiman, dkk (2010: 6) menyebutkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan
  • 26. minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Menurut Sabri (dalam Musfiqon, 2012: 27), Asosisasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Asssociation of Education and Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk yang diprogramkan untuk suatu proses penyaluran informasi. Sedangkan Assosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Menurutnya media merupakan benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan pembelajaran, dapat, mempengaruhi efektifitas program instruksional. Apabila media itu membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran maka media itu disebut media pembelajaran (Arsyad, 2011: 4). Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke siswa (Heinich,et al dalam Uno, 2007: 113). Gerlach (dalam Sanjaya, 2009: 204-205) mengatakan secara umum media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Menurut Angkowo dan Kosasih
  • 27. (2007: 10), media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, dapat membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa. Menurut Daryanto (2011: 5), media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dari berbagai pendapat yang telah disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari pengajar kepada siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga tujuan belajar dapat tercapai. 2. Klasifikasi Media Pembelajaran Menurut Brets (dalam Ibrahim dan Syaodih, 2010: 114), mengemukakan beberapa kelompok media sebagai berikut: 1. Media audio-motion-visual, yakni media yang mempunyai suara, ada gerakan dan bentuk objektif dapat dilihat. Media semacam ini paling lengkap. Jenis media yang termasuk kelompok ini adalah televisi, video tape dan film bergerak.
  • 28. 2. Media audio-still-visual, yakni media yang mempunyai suara, objeknya dapat dilihat, namun tidak ada gerakan, seperti film strip bersuara, dan rekaman televisi dengan gambar tak bergerak (television still recordings). 3. Media audio-semi motion, mempunyai suara dan gerakan, namun tidak dapat menampilkan suatu gerakan secara utuh. Salah satu contoh dari media jenis ini ialah papan tulis jarak jauh atau tele-blackboard. 4. Media motion-visual, yakni media yang mempunyai gambar objek bergerak, tapi tanpa mengeluarkan suara, seperti film bisu yang bergerak. 5. Media still-visual,yakni ada objek namun tidak ada gerakan, seperti film strip dan slide tanpa suara. 6. Media audio, hanya menggunakan suara, seperti radio, telepon, dan audio- tape. 7. Media cetak, yang tampil dalam bentuk bahan-bahan tercetak/tertulis seperti buku, modul, dan pamflet. Dari penggolongan media pembelajaran berdasarkan Brets, diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Brets membagi media pembelajaran berdasarkan tampilan dan apa yang dihasilkan dari media tersebut. Sedangkan Susilana dan Riyana (2008: 13-21), membagi media berdasarkan penyajian dan cara penyajiannya yang meliputi tujuh kelompok media penyaji yaitu: 1. Kelompok kesatu yang terdiri dari : a. Media grafis: grafik, diagram, bagan, sketsa, poster, papan flannel, dan bulletin board;
  • 29. b. Media bahan cetak: buku teks, modul, dan bahan pengajaran terprogram; c. Media gambar diam: foto. 2. Kelompok kedua yang terdiri dari: a. Media proyeksi diam: OHP/OHT, Opaque Proyektor, slide, dan film strip. 3. Kelompok ketiga yang terdiri dari: a. Media audio: radio, alat perekam pita magnetik. 4. Kelompok keempat yang terdiri dari: a. Media audio visual diam: media soundslide (slide bersuara), film strip bersuara, dan halaman bersuara. 5. Kelompok kelima yang terdiri dari: a. Media film (motion pictures): film bisu, film bersuara, dan film gelang. 6. Kelompok keenam yang terdiri dari: a. Media televisi: televisi terbuka, televisi siaran terbatas (TVST), dan Video Cassete Recorder (VCR). 7. Kelompok ketuju yang terdiri dari: a. Media multimedia: modul belajar yang terdiri atas bahan cetak, bahan audio, dan bahan audio visual. 3. Fungsi Media Pembelajaran Menurut Musfiqon (2012: 35), fungsi media pembelajaran yaitu: (1) meningkatkan efektifitas dan efesiensi pembelajaran; (2) meningkatkan gairah belajar siswa; (3) meningkatkan minat dan motivasi belajar; (4) menjadikan siswa berinteraksi langsung dengan kenyataan; (5) mengatasi
  • 30. modalitas belajar siswa yang beragam; (6) mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran; (7) meningkatkan kualitas pembelajaran. Media pembelajaran selain memiliki fungsi juga memiliki manfaat. Menurut Susilana dan Riyana (2008: 10), manfaat media yaitu: (1) mengkonkritkan sesuatu yang abstrak; (2) menghadirkan objek-objek yang terlalu bahaya atau sukar didapat kedalam lingkungan belajar; (3) menampilkan objek yang terlalu besar dan terlalu kecil; (4) memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat. Dari penjabaran tentang fungsi media diatas, dapat disimpulkan bahwa fungsi dari media yang utama adalah sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa) dalam proses pembelajaran dan sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif. 4. Pemilihan Media Pembelajaran Dalam memilih media pembelajaran yang akan digunakan pada proses pembelajaran, guru dalam hal ini dituntut untuk lebih teliti dan selektif. Dengan mengetahui kriteria dalam pemilihan suatu media pembelajaran, guru dapat mengetahui media mana yang dianggap tepat untuk membantu dalam proses pembelajaran. Ibrahim dan Syaodih (2010: 120-121), mengemukakan beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran yang tepat yaitu: (1) kemampuan apa yang ingin dicapai dan kesesuaian media pembelajaran dengan tujuan pembelajaran; (2) kegunaan dari jenis media
  • 31. itu sendiri; (3) kemampuan guru dalam menggunakan suatu jenis media pembelajaran; (4) keluwesan dan fleksibilitas dari media itu sendiri; (5) kesesuaian dengan sarana pendukung yang ada dan alokasi waktunya; (6) ketersediaannya mudah; (7) biayanya dapat dijangkau. Menurut Sanjaya (2009: 224), ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pemilihan media, yaitu: (1) pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai; (2) pemilihan media harus berdasarkan konsep yang jelas; (3) pemilihan media harus disesuaikan dengan karakteristik siswa; (4) pemilihan media harus disesuaikan dengan gaya belajar siswa serta gaya dan kemampuan guru; (5) pemilihan media harus sesuai dengan kondisi lingkungan, fasilitas dan waktu yang tersedia untuk kebutuhan pembelajaran. Sedangkan menurut Kasmadi (dalam Harjanto, 2010: 241) bahwa di dalam memilih media pembelajaran perlu dipertimbangkan adanya 4 hal, yaitu: a. Pertimbangan produksi, yang meliputi: availability (tersedianya bahan), cost (harga), physical condition (kondisi fisik), accessibility to student (mudah dicapai), emotional impact. b. Pertimbangan peserta didik, yang meliputi: student characteristics (watak peserta didik), student relevance (sesuai dengan peserta didik), student involvement (keterlibatan peserta didik). c. Pertimbangan isi, yang meliputi: curriculair-relevance (sesuai isi kurikulum), content-soundness (konten suara), presentation (penyajian).
  • 32. d. Pertimbangan guru, yang meliputi: teacher-utilization (penggunaan guru), teacher peace of mind (pikiran tenang guru). Dari berbagai pendapat ahli mengenai kriteria dalam pemilihan media, dapat disimpulkan bahwa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih media yaitu: (1) relevansi; (2) fleksibilitas; (3) kemanfaatan; (4) kemampuan guru dalam menggunakan media; (5) ketersediaan dan biaya. 5. Pengertian LCD Proyektor Untuk melakukan mengajar sudah sangat memungkinkan guru untuk menggunakan Multimedia Proyektor atau lebih dikenal dengan LCD Proyektor (Susilana dan Riyana, 2008: 198). Menurut Haryono (dalam Humaniora, 2010:12), LCD adalah media pembelajaran LCD Proyektor merupakan penggabungan Note Book atau laptop dengan LCD Proyektor. LCD Proyektor sebagai hardwarenya, sedangkan program yang sudah terdesain dan tersusun di dalam laptop adalah softwarenya. LCD Proyektor termasuk ke dalam kategori media audio visual gerak karena dapat menyajikan berbagai tampilan informasi baik berupa audio, visual diam, visual gerak, maupun gabungan berupa audio visual gerak. Menurut Daryanto (2011: 123), media LCD Proyektor atau Multimedia Proyektor adalah alat yang mampu menampilkan unsur-unsur media seperti gambar, teks, video, animasi, baik secara terpisah maupun gabungan dan dapat dikoneksikan dengan perangkat elektronika lainnya seperti Komputer, Laptop, TV, Kamera, VCD/DVD Player, dan Video
  • 33. Player. Multimedia Proyektor dapat digunakan untuk kegiatan presentasi, pembelajaran, pemutaran film, dan lain-lain. Dari beberapa pendapat tentang pengertian media LCD Proyektor di atas, dapat disimpulkan bahwa media LCD Proyektor atau Multimedia Proyektor adalah sebuah alat yang merupakan gabungan dari LCD Proyektor dengan perangkat elektronik seperti Komputer, Laptop, TV, Kamera, VCD/DVD Player, dan Video Player, dimana LCD Proyektor merupakan hardwarenya sedangkan program dalam perangkat elektronik merupakan softwarenya yang dapat digunakan untuk kegiatan presentasi dan pembelajaran. 6. Karakteristik LCD Proyektor Media LCD Proyektor memiliki karakteristik yang berbeda dengan media pembelajaran lainnya. Menurut Daryanto (2011: 124-125), LCD Proyektor memiliki karakteristik yaitu: (1) semakin tinggi resolusi atau jumlah pixel yang dihasilkan, semakin tinggi detail gambar yang dapat ditampilkan; (2) keefisienan desain proyektor sangat menentukan seberapa besar brightness loss (hilangnya tingkat kecerahan) secara internal; (3) proyektor yang baik harus mampu mereproduksi secara akurat warna- warna (ukuran dari corak dan saturasi cahaya) yang dikirim dari sumber; (4) tingkat Contras Ratio (ukuran perbandingan antara warna hitam dan putih) yang lebih tinggi merupakan indikasi mengenai seberapa baik suatu gambar dapat tampil baik di layar proyeksi, khususnya dalam hal kehalusan detail warna.
  • 34. 7. Penggunaan LCD Proyektor Dalam menggunakan media LCD Proyektor harus memperhatikan tata cara penggunaannya. Hal ini dikarenakan LCD Proyektor merupakan sebuah perangkat yang rawan untuk mengalami kerusakan apabila salah dalam penggunaannya. Dengan memperhatikan tata cara penggunaannya, akan dapat meminimalisir kerusakan pada LCD Proyektor. Menurut Daryanto (2011: 126-129), cara penggunaan LCD Proyektor antara lain: a. Dalam menginstalasi proyektor sebelum digunakan, posisi proyektor dan komputer (laptop) harus dalam keadaan mati. Kalau komputer yang menyala terlebih dahulu sebaiknya di restart untuk kemudian dipasang dan baru dinyalakan lagi; b. Untuk mematikan proyektor, dapat menggunakan remote atau menekan tombol on/off, ditekan dua kali sampai muncul pertanyaan turn of your projector. Kemudian tekan, maka lampu akan mati. c. Apabila mencabut saluran listrik dari proyektor, lampu proyektor harus berwarna merah. Jangan mencabut listrik apabila lampu proyektor berwarna hijau atau kipas blower yang ada dalam proyektor masih aktif; d. Lensa proyektor yang ada di depan harus dalam keadaan bersih. Hindari sentuhan langsung dengan tangan tanpa diberi alas; e. Untuk menghindari lensa tidak cepat kotor atau terhindar dari benturan, sebaiknya tutup lensa dalam keadaan tertutup. Mengingat ukuran tutup lensa kecil, sebaiknya ditali agar tidak hilang;
  • 35. f. Ventilasi dalam LCD Proyektor sebaiknya dibiarkan terbuka, jangan ditutupi oleh apapun. Ventilasi inilah yang berfungsi mengatur sirkulasi udara yang keluar masuk; g. Dalam membawa LCD Proyektor, sebaiknya tidak sembarangan menggunakan tas. Tas yang digunakan adalah tas yang didesain khusus dan dilapisi busa tebal, sehingga apabila terjadi benturan LCD Proyektor tetap terjaga; h. Koneksi kabel harus dibersihkan agar serat kabel tidak rusak. Dalam membuka dan memasang kabel juga harus berhati-hati, karena apabila serat kabelnya putus akan berakibat fatal terhadap tampilan proyeksi; i. Saat melipat kabel LCD Proyektor sebaiknya tidak terlalu menukik atau melipat. Cara melipat kabel ini akan memengaruhi kekuatan kabel; j. LCD Proyektor akan rusak apabila keseringan mati listrik secara mendadak. Maka dari itu, koneksi listrik sebaiknya menggunakan UPS/stabilizer untuk menyimpan arus listrik sementara. Hal ini dikarenakan apabila listrik mati masih sempat mematikan secara normal. C. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Istilah motivasi berasal dari kata „motif‟, yang diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman, 2011: 73). Sedangkan menurut Woodworth dan Marques (dalam Mustaqim dan Wahib, 2010: 72), motif adalah suatu tujuan jiwa
  • 36. yang mendorong individu untuk aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi disekitarnya. Kuat lemahnya usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan akan ditentukan oleh kuat lemahnya motif yang dimiliki. Motif dan motivasi adalah dua hal yang sangat berkaitan. Motivasi merupakan penjelmaan dari motif yang bisa dilihat dari tingkah laku yang ditunjukkan oleh seseorang (Sanjaya, 2009: 250). Pada dasarnya motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan dan menggarahkan tingkah laku seseorang agar terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Motivasi sebagai proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan perilaku dari waktu ke waktu (Murphy et al dalam Slavin, 2009: 105). Sedangkan Barelson dan Steiner (dalam Anggraheni, 2011: 150- 151) mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang yang mendorong, mengaktifkan atau menggerakkan, dan yang mengarahkan atau menyalurkan perilaku ke arah tujuan. Pendapat di atas menunjukkan bahwa seseorang akan merubah tingkah lakunya untuk mencapai suatu tujuan tertentu dikarenakan ada faktor pendorong dari dalam diri seseorang tersebut. Makin kuat dorongan tersebut, maka makin optimal ia berupaya agar sesuatu yang dituju dapat tercapai, dimana kalau sesuatu yang diinginkan dapat tercapai, maka ia akan merasa berhasil dan puas. Hakekat motivasi belajar adalah dorongan
  • 37. internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung yaitu meliputi: (1) adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik (Uno, 2007: 23). Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk belajar dengan senang dan belajar secara sungguh-sungguh, yang pada gilirannya akan terbentuk cara belajar siswa yang sistematis dan penuh konsentrasi. Besar kecilnya semangat seseorang untuk belajar sangat ditentukan oleh besar kecilnya motivasi yang dimilikinya. Jadi, motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran, baik dalam proses maupun pencapaian hasil. Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi, akan belajar dengan baik dan sungguh-sungguh sehingga hasil belajarnya akan tinggi. Sebaliknya siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, tidak sungguh-sungguh dalam belajar, sehingga hasil belajarnya pun akan rendah. Tinggi rendahnya motivasi seseorang dapat dipengaruhi oleh dua faktor, baik faktor yang datang dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik).
  • 38. 2. Jenis-Jenis Motivasi Berdasarkan pengertian motivasi yang telah dibahas di atas, maka motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik a. Motivasi Intrinsik Motivasi intrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri (Gintings, 2008: 89). Adapun sifat-sifat yang dimiliki motivasi ekstrinsik yaitu: (1) walaupun motivasi intrinsik sangat diharapkan, namun justru tidak selalu timbul dari dalam diri siswa; (2) karena munculnya atas kesadaran sendiri, maka motivasi intrinsik akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan motivasi ekstrinsik (Gintings, 2008: 89). Berikut ini adalah beberapa tanda-tanda adanya motivasi intrinsik dalam diri siswa menurut (Gintings, 2008: 90) yaitu: (1) adanya keterlibatan, kreativitas, dan rasa menikmati pelajaran dalam diri siswa selama pembelajaran berlangsung; (2) adanya suasan hati yang positif seperti keseriusan dan keceriaan; (3) munculnya pertanyaan dari siswa yang mengkaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata; (4) adanya diskusi personal lanjutan setelah selesainya jam pelajaran; (5) menyerahkan tugas tanpa diingatkan oleh guru; (6) berusaha keras dan tidak mudah menyerah dalam mengatasi kesulitan belajar atau komunikasi serta penyelesaian tugas; (7) mengusulkan atau menetapkan tugas yang relevan untuk dirinya sendiri; (8) mengupayakan penguasaan materi secara
  • 39. mandiri dengan memanfaatkan berbagai strategi dan sumber belajar yang ada. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam seseorang yang tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik, maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan sesuai dengan hati nuraninya yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya, sehingga memiliki kecenderungan yang lebih kuat serta tahan lama. b. Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motivasi untuk belajar yang berasal dari luar diri siswa itu sendiri (Gintings, 2008: 88-89). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman Santrock (2008: 514). Adapun sifat-sifat motivasi ekstrinsik menurut Gintings (2008: 89) yaitu: (1) karena munculnya bukan atas kesadaran sendiri, maka motivasi ekstrinsik mudah hilang atau tidak dapat bertahan lama; (2) motivasi ekstrinsik jika diberikan terus menerus akan menimbulkan motivasi intrinsik dalam siswa. Motivasi ektrinsik menunjukkan bahwa seseorang mau melakukan sesuatu karena untuk mendapatkan sesuatu yang lain dan bukan berasal dari keinginan seseorang itu sendiri. Berikut ini yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain: (1) belajar hanya untuk memenuhi kewajiban seorang siswa; (2) belajar hanya untuk menghindari hukuman dari orang lain; (3) belajar hanya untuk
  • 40. memperoleh hadiah; (4) belajar hanya untuk memperoleh pujian dari orang lain, misalnya guru dan orang tua. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar siswa disebabkan adanya perangsang dari luar, misalnya adanya persaingan untuk mencapai nilai yang tinggi agar mendapat pujian atau pun hadiah dari orang lain. 3. Fungsi Motivasi Sanjaya (2009: 251-253) berpendapat ada dua fungsi motivasi yaitu: (1) mendorong siswa untuk beraktivitas, yang artinya bahwa tanpa adanya motivasi tidak mungkin seseorang mau melakukan sesuatu; (2) motivasi berfungsi sebagai pengarah, yang artinya bahwa motivasi bukan hanya dapat menggerakkan seseorang untuk beraktivitas, tetapi melalui motivasi juga seseorang akan mengarahkan aktivitasnya secara bersungguh-sungguh untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Hamalik (2008: 161) ada tiga fungsi motivasi yaitu: (1) mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan, yang artinya bahwa tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar; (2) motivasi berfungsi sebagai pengarah, yang artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan; (3) motivasi berfungsi sebagai penggerak, yang diibaratkan sebagai mesin mobil, bahwa besar kecilnya gas yang diberikan akan menentukan cepat atau lambatnya suatu perjalanan, begitu pula dengan motivasi, besar
  • 41. kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu perbuatan atau tingkah laku. Berdasarkan pendapat ahli mengenai fungsi motivasi di atas, maka peneliti menyimpulkan fungsi motivasi yaitu: (1) mendorong siswa untuk melakukan suatu perbuatan; (2) mengarahkan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan; (3) menggerakkan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. D. Kerangka Berpikir Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar matematika siswa di SD, salah satunya adalah penggunaan media pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran matematika di SDN 01 Josenan Kota Madiun, banyak didapati siswa yang kurang termotivasi untuk belajar. Hal ini dapat dibuktikan dengan banyaknya siswa yang tidak memperhatikan guru ketika menyampaikan materi pelajaran. Mereka asik bermain sendiri, bercanda dengan temannya, bahkan berjalan-jalan. Kondisi ini dapat terjadi karena guru tidak dapat menciptakan pembelajaran yang menarik, mnyenangkan, dan bermakna bagi siswa. Seharusnya guru matematika harus lebih kreatif dan inovatif dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran matematika yang menyenangkan dan bermakna bagi siswa sehingga dapat menghilangkan anggapan siswa tentang matematika merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang
  • 42. menyenangkan dan bermakna bagi siswa adalah dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik dan modern sesuai dengan perkembangan teknologi seperti menggunakan media LCD Proyektor. LCD Proyektor adalah salah satu media pembelajaran yang bisa digunakan untuk mempengaruhi siswa agar tertarik dalam proses pembelajaran matematika di kelas. Dengan adanya LCD Proyektor, dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran matematika yang selama ini dianggap sebagai pelajaran yang sulit diantara pelajaran lainnya. Penggunaan media LCD Proyektor dengan berbagai variasi tampilan visual, sangat baik untuk merangsang penalaran siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga dengan menggunakan media LCD Proyektor dapat melatih siswa untuk mampu berpikir kreatif, kritis, dan inovatif, yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Selain itu, faktor lain yang juga mempengaruhi hasil belajar matematika adalah motivasi belajar siswa. Motivasi belajar memiliki peranan yang besar terhadap usaha belaja siswa. Motivasi belajar merupakan pendorong untuk melakukan suatu tindakan dalam proses pembelajaran. Tinggi rendahnya motivasi dapat menentukan tinggi rendahnya usaha siswa dalam belajar, dan tentu juga tinggi rendahnya usaha siswa dalam belajar akan menentukan hasil belajar yang diperolehnya. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung hasil
  • 43. belajarnya pun akan tinggi. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, cenderung hasil belajarnya pun akan rendah. E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas, maka penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Ada peningkatan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas lingkaran menggunakan media LCD Proyektor pada siswa kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun tahun pelajaran 2012/2013. 2. Tidak ada peningkatan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas lingkaran menggunakan media LCD Proyektor pada siswa kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun tahun pelajaran 2012/2013.
  • 44. BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 1. Tempat Pelaksanaan Penelitian diadakan di SDN 01 Josenan Kota Madiun Tahun pelajaran 2012/2013.Pemilihan tempat ini didasarkan atas beberapa alasan diantaranya: a. Letaknya yang strategis dan mudah dijangkau. b. Sejauh ini belum ada penelitian serupa yang diadakan di SDN 01 Josenan Kota Madiun sehingga penelitian ini dharapkan mampu memberikan inovasi bagi sekolah dalam proses pembelajaran. c. Prestasi belajar siswa di sekolah ini masih belum sesuai dengan yang diharapkan. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 dan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juni 2013. B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun Tahun pelajaran 2012/2013. Pemilihan subjek ini didasarkan pada pertimbangan guru kelas V, bahwa kelas V memiliki motivasi belajar yang
  • 45. kurang utamanya pada mata pelajaran matematika. Diharapkan dengan media LCD Proyektor ini, motivasi belajar matematika siswa kelas V lebih meningkat. Jumlah siswa kelas 5 ada 27 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki- laki dan 17 siswa perempuan. C. Desain dan Prosedur Penelitian 1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Menurut Basrowi dan Suwandi (2008: 28) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Suharsimi Arikunto dkk (2006: 58) Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan sebuah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang mengkaji masalah pembelajaran di dalam kelas bertujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam beberapa siklus. Pada setiap siklus terdiri dari 4 tahap yaitu: tahap perencanaan (planning), tahap tindakan (acting), tahap
  • 46. pengamatan (observing), dan tahap refleksi (reflecting). Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut: Perencanaan Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan Pengamatan Perencanaan Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan Pengamatan ? Gambar Skema Siklus Penelitian Tindakan Kelas (Suharsimi Arikunto dkk, 2006:16) Agar lebih jelas berikut ini menurut Suharsimi Arikunto dkk (2006: 17-22) penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut: a. Tahap1: Menyusun Rancangan Tindakan (planning) Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
  • 47. b. Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (acting) Dalam tahap ke-2 ini adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenai tindakan di kelas. c. Tahap 3: Pengamatan (observing) Dalam tahap ke-3 ini, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat d. Tahap 4: Refleksi (reflecting) Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. 2. Prosedur penelitian a. Siklus I 1) Tahap 1: Menyusun Rancangan Tindakan (planning) Secara rinci rancangan tindakan ini akan dijabarkan dalam uraian berikut ini: a) Membuat jadwal kegiatan proses belajar mengajar. b) Penyusunan instrumen pembelajaran yang meliputin pembuatan format pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan dari lembar observasi aktivitas siswa yang berupa check list. c) Mempersiapkan silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) sebagai acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
  • 48. d) Menyediakan media pembelajaran. e) Mempersiapkan alat-alat yang menunjang seperti komputer dan LCD Proyektor. f) Mempersiapkan soal tes secara individu. 2) Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (acting) Pelaksanaan tindakan dalam siklus I ini dijabarkan sebagai berikut: 1. Kegiatan Awal: a) Guru mengucapkan salam b) Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan memberikan informasi kepada siswa mengenai media LCD Proyektor yang menampilkan power point berkaitan dengan materi menghitung luas lingkaran yang berbeda dengan kebiasaan belajar di kelas sebelumnya. c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2. Kegiatan Inti: a) Siswa diperlihatkan melalui media LCD Proyektor materi berupa power point berkaitan dengan menghitung luas lingkaran. b) Siswa diminta melakukan kegiatan seperti yang diperlihatkan dalam media. c) Siswa dijelaskan tentang asal mula lingkaran.
  • 49. d) Siswa diberikan penjelasan tentang bagaimana diperoleh rumus luas lingkaran seperti yang ada dalam media pembelajaran. e) Siswa diminta untuk mengerjakan soal menghitung luas lingkaran. f) Salah beberapa siswa diminta mengerjakan soal di papan tulis. g) Siswa bersama dengan guru mengoreksi tugas yang sudah dikerjakan. 3. Kegiatan Akhir: a) Guru menyimpulkan materi pembelajaran yang sudah dilakukan. b) Guru memberikan reward kepada siswa yang aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung. c) Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan salam penutup. 3) Tahap 3: Pengamatan (observing) Pada saat melaksanakan kegiatan belajar mengajar, peneliti mengamati semua aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Tujuan dilaksanakannya pengamatan ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan media LCD Proyektor dapat meningkatkan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas
  • 50. lingkaran pada siswa kelas V SDN 01 Josenan Kota Madiun tahun pelajaran 2012/2013. 4) Tahap 4: Refleksi (reflection) a) Peneliti menganalisa data hasil pengamatan terhadap siswa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. b) Mendiskusikan masalah yang muncul selama proses belajar mengajar. c) Peneliti menganalisa hasil tes pada siklus I untuk menentukan kekurangan dan kelebihan jalannya pembelajaran pada siklus I dan merencanakan tindakan selanjutnya pada siklus II. d) Membuat kesimpulan sementara hasil siklus I dan merumuskan tindakan selanjutnya pada siklus II. b. Siklus II Pada siklus ini rancangan peneliti mengacu pada siklus pertama dengan memperbaiki kekurangan pada siklus pertama 1) Tahap 1: Menyusun Rancangan Tindakan (planning) a) Menyusun RPP perbaikan. b) Memperbaiki kekurangan pada siklus I dan menyusun tindakan selanjutnya agar pelaksanaan tindakan pada siklus II berjalan lebih baik.
  • 51. 2) Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (acting) Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran menurut Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah diperbaiki dari kekurangan yang terjadi saat proses pembelajaran pada siklus I. Untuk langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan hampir sama dengan siklus I disertai perbaikan dari kekurangan yang ada pada siklus I. 3) Tahap 3: Pengamatan (observing) Dalam pelaksanaan pemberian tindakan tidak berbeda dari siklus I, mengamati dengan berpedoman pada instrumen yang ditetapkan. Peneliti melakukan tindakan ulang pada siklus II, setelah melihat hasilnya, maka dilakukan observasi dengan check list observasi. 4) Tahap 4: Refleksi (reflection) Peneliti menganalisis semua tindakan pada siklus I dan siklus II, kemudian melakukan refleksi terhadap media yang digunakan dalam tindakan kelas. Siswa mengalami peningkatan motivasi belajar matematika. Melalui media yang diterapkan dalam tindakan kelas berhasil meningkatkan motivasi belajar matematika dalam menghitung luas lingkaran.
  • 52. D. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas: observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik observasi digunakan untuk mengamati gejala-gejala yang tampak dalam proses pembelajaran tentang kesungguhan siswa ketika mengikuti pelajaran, keseringan siswa bertanya, kemauan dan kemampuan siswa menanggapi pertanyaan teman sekelasnya, keterlibatan siswa berfikir, berbicara, mendengarkan, mengamati, dan melakukan tugas-tugas dalam proses pembelajaran. Teknik observasi juga dilakukan untuk emngamati dan merekam ucapan-ucapan siswa ketika bertanya, menjawab, mendebat, menanggapi, menganalisis dan berargumentasi dalam proses pembelajaran. Teknik wawancara digunakan untuk wawancara dengan siswa tentang kesan-kesan dan pengungkapan perasaan siswa ketika belajar menghitung luas bangun datar dengan menggunakan power point. Ungkapan rasa senang siswa dilakukan dengan teknik wawancara. Wawancara juga digunakan untuk mengungkap perasaan siswa tentang kesulitan-kesulitan siswa ketika belajar menghitung luas bangun datar dengan bantuan media power point. Teknik dokumentasi digunakan untuk mendokumentasikan data tentang proses pembelajaran yang menggambarkan langkah-langkah pembelajaran menggunakan media power point yang digunakan guru selama proses pembelajaran. Data focus masalah tentang keaktifan, kreatifitas, dan rasa senang siswa dikumpulkan dengan teknik dokumentasi. Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini mencakup dokumentasi foto dan dokumentasi
  • 53. fortofolio siswa. Peristiwa-peristiwa yang tampak dan sesuai focus masalah ini: misalnya ketika siswa menunjukkan acungan jari, ketika bertepuk tangan yang menggambarkan suasana menyenangkan, ketika mereka asyik bekerja secara kelompok, dan lainnya, akan didokumentasikan. Teknik lainnya adalah tes. Tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan siswa mengerjakan soal-soal tes untuk menghitung luas lingkaran. E. Metode Analisis Data Data yang telah terkumpul akan dianalisis secara deskriptif, baik deskriptif kuantitatif maupun deskriptif kualitatif. Data yang akan dianalisis secara deskriptif adalah data tentang keaktifan siswa yang dikumpulkan melalui “cek list” pada rubric pengamatan keaktifan siswa dan data tentang kemampuan menghitung luas bangun datar yang dinyatakan dengan nilai (score) yang dicapai siswa atas penilaian latihan dan penugasan menghitung luas bangun datar dan hasil tes kemampuan siswa menghitung luas bangun datar. Data kualitatif berupa catatan pengamatan, dokumen portofolio siswa, dokumen foto, dan rekaman wawancara akan dianalisis dengan analisis kualiitatif dengan tahapan: pemaparan data, penyederhanaan data, pengelompokan data sesuai focus masalah, dan pemaknaan. Dalam proses analisis data, untuk memperoleh data yang ebnar-benar dapat dipercaya kebenarannya maka peneliti akan melakukan membercheck
  • 54. (pengecekan anggota/subjek penelitian), trianggulasi-check and recheck dari segi sumber data/subjek dan metode, perpanjangan pengamatan, dan pelacakan data secara mendalam, dst.
  • 55. DAFTAR PUSTAKA Anderson dan Krathwohl. 2001. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Terjemahan oleh Agung Prihantoro. 2010. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Anggraheni, I., S. 2011. Motivasi Belajar dan Faktor-Faktor yang Berpengaruh: Sebuah Kajian pada Interaksi Pembelajaran Mahasiswa. Premiere Educandum, 1 (2):148-162. Angkowo, R dan Kosasih, A. 2007. Optimalisasi Media Pembelajaran. Jakarta: Grasindo. Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press. Dahar, R.,W. 2011. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Bandung: Erlangga. Daryanto. 2011. Media Pembelajaran: Peranannya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media. Dimyati dan Mujiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Gembong, S. 2007. Kesulitan-Kesulitan yang Dihadapi Guru dan Siswa Sekolah Dasar dalam Pembelajaran Matematika dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (Studi Kasus di Sekolah Dasar Karesidenan Madiun). Jurnal Pendidikan, 13(2):193-215. Gembong, S. 2010. Efektifitas Pembelajaran Matematika Model Kooperatif Jigsaw dengan pendekatan Matematisasi Berjenjang dan Tanpa Pendekatan Matematisasi Berjenjang Ditinjau dari Motivasi Belajar dan Inteligensi Siswa pada Siswa SMA di Kota Madiun. Jurnal Pendidikan, 16 (1): 29-44. Gintings, A. 2008. Esensi Praktis: Belajar & Pembelajaran, Disiapkan untuk Pendidikan Profesi dan Sertifikasi Guru-Dosen. Bandung: Humaniora. Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, O. 2009. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Harjanto. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Ibrahim, R dan Syaodih, N.,S. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
  • 56. Ismunamto, A. 2011. Ensiklopedia Matematika 1. Jakarta: PT. Lentera Abadi. Musfiqon, H., M. 2012. Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Mustaqim dan Wahib, A. (Ed.). 2010. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurhadi. 2005. Kurikulum 2004 Pertanyaan & Jawaban. Jakarta: Grasindo. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 14 tahun 2007, Nomor 22 Tahun 2007, Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar dan Menengah (SD/MI) SMP/MTs (SMA/MA). Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sadiman, A.S., Raharjo, R., Haryono, A., Rahardjito. 2010. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Sanjaya, W. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana. Sanjaya, W. 2009. Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group. Santrock, J., W. 2004. Psikologi Pendidikan. Terjemahan oleh Tri Wibowo. 2008. Jakarta: Kencana. Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Slavin, R., E. 2006. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktek. Terjemahan oleh Marianto Samosir. 2009. Jakarta: Indeks. Sudjana, N. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda. Susilana, R dan Riyana, C. 2008. Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: CV. Wacana Prima.
  • 57. Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosda. Syah, M. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Rosda. Uno, H., B. 2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Uno, H., B. 2007. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. Uno, H., B. 2007. Teori Motivasi & Pengukurannya:Analisis di Bidang Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Van de Walle, J., A. 2007. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah. Terjemahan oleh Suyono. 2008. Jakarta: Erlangga.