Iklan baliho kartu As menampilkan artis Sule dan remaja yang sedang menggunakan telepon seluler. Iklan ini menawarkan berbagai bonus seperti internet, pulsa, dan SMS dengan harga Rp500 untuk menarik perhatian pelanggan khususnya remaja.
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
IKLAN BALIHONYA
1. 2. DESKRIPSI OBJEK
iklan baliho kartu As
Objek penelitian adalah sebuah iklan baliho produk salah satu perusahaan operator seluler
besar di Indonesia yakni kartu As, yang dipasang di atas Jalan Kawi depan Guest House selama
bulan Desember 2012. Ukuran panjang baliho tersebut sama dengan ukuran lebar jalan. Baliho
tersebut terdiri dari foto artis papan atas, Sule mengenakan jaket berwarna merah yang sedang
berakting menelpon dan seorang bintang iklan remaja laki – laki yang mengenakan jaket merah
juga sedang memegang telepon seluler sambil menoleh ke belakang karena dikejar–kejar oleh tiga
orang perempuan sambil membawa telepon selulernya. Warna dasar baliho adalah putih dengan
tulisan WOW berwarna merah besar dicetak tebal terletak di bagian tengah baliho. Pada lingkaran
huruf O terdapat uang logam Rp500,00 dan di bawahnya terdapat kalimat “GRATISNYA BUKAN
Pe.Ha.Pe” berwarna putih dengan dasar merah. Di bawah kalimat tersebut terdapat 3 bulatan pipih.
Yang pertama berwarna kuning dengan tulisan GRATIS 100MB INTERNETAN, yang kedua
berwarna merah muda dengan kalimat GRATIS PULUHAN MENIT NELPON dan yang ketiga
berwarna ungu dengan tulisan GRATIS RATUSAN SMS. Semua tulisan dalam bulatan berwarna
putih. Di sebelah gambar perempuan yang mengejar – ngejar terdapat gambar burung kecil
berwarna biru, amplop kecil berwarna merah muda dan sebuah balon percakapan berwarna
hijau. Pada bagian bawah baliho terdapat kalimat “Pake Rp 500 gratisnya buat apa aja” dengan
dasar warna merah dan huruf berwarna putih. Pada pojok kanan bawah terdapat logo
TELKOMSEL serta cara untuk mengaktifkan paket tersebut dengan kalimat : Aktifkan juga
PAKET 500 di *100*500# berlaku 24 jam. Sedangkan pada pojok kiri atas terdapat tulisan
Jangkauan & Kualitas Terluas & Terbaik.
3. RUMUSAN KAJIAN
Rumusan kajian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Apa maksud ikon model dan tanda pada iklan tersebut serta merepresentasikan apa?
2. b. Apa maksud istilah dalam kalimat iklan “WOW” dan Pe-ha-pe yang saat ini menjadi tren dalam
kehidupan masyarakat terutama pada kalangan para remaja?
c. Mengapa keadaan sosial dan budaya masyarakat dapat berpengaruh pada desain iklan ini?
4. TUJUAN
Untuk mengetahui maksud ikon dan kalimat yang digunakan dalam iklan baliho kartu As serta
representasi dari para bintang iklan yang ditampilkan terhadap perkembangan tren dalam
masyarakat dan pengaruh keadaan sosial dan budaya masyarakat terhadap desain iklan ini.
5. LANDASAN TEORI
5.1 Struktur Wacana Iklan
Kata iklan didefinisikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai berita pesanan untuk
mendorong, membujuk kepada khalayak ramai tentang benda dan jasa yang ditawarkan; iklan
dapat pula berarti pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai barang atau jasa yang dijual,
dipasang di dalam media massa seperti surat kabar dan majalah (KBBI:542). Informasi melalui
iklan dinilai berpengaruh langsung maupun tak langsung terhadap persepsi, pemahaman, dan
tingkah laku masyarakat (Darmawan, 2006 dalam Andri Wicaksono, 2011).
5.2 Semiotika
Kata semiotika itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda”
(Sudjiman dan Zoest, 1996:vii) atau seme, yang berarti “penafsir tanda” (Cobley dan Jansz,
1996:4). Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika
(Kurniawan, 2001:49). “Tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal lain. Contohnya, asap
menandai adanya api (Alex Sobur, 2004:17 dalam Noviyanto, 2009).
Semiotik (semiotika) adalah ilmu tentang tanda – tanda. Ilmu ini menganggap bahwa
fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu
mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-
tanda tersebut mempunyai arti. (Preminger, dkk, 1974 : 980 dalam Pradopo, 2005 : 119).
Pengertian semiotika secara terminologis adalah ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-
objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Menurut Eco, semiotik sebagai
“ilmu tanda” (sign) dan segala yang berhubungan dengannya cara berfungsinya, hubungannya
dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya.
Menurut Barthes komponen – komponen tanda penanda – petanda terdapat juga pada tanda -tanda
bukan bahasa antara lain terdapat pada bentuk mite yakni keseluruhan sistem citra dan kepercayaan
yang dibentuk masyarakat untuk mempertahankan dan menonjolkan identitasnya (de
Saussure,1988). Selanjutnya menurut Barthes, ekspresi dapat berkembang dan membentuk tanda
baru, sehingga ada lebih dari satu dengan isi yang sama. Pengembangan ini disebut sebagai gejala
meta -bahasa dan membentuk apa yang disebut kesinoniman (synonymy). Setiap tanda selalu
memperoleh pemaknaan awal yang dikenal dengan dengan istilah denotasi dan oleh Barthes
disebut sistem primer. Kemudian pengembangan nya disebut sistem sekunder. Sistem sekunder ke
arah ekspresi disebut metabahasa. Sistem sekunder ke arah isi disebut konotasi yaitu
pengembangan isi sebuah ekspresi. Konsep konotasi ini tentunya didasari tidak hanya oleh paham
kognisi, melainkan juga oleh paham pragmatik yakni pemakai tanda dan situasi pemahamannya.
3. Semiotik memiliki beberapa macam. Hingga saat ini, sekurang-kurangnya terdapat sembilan
macam semiotik yang kita kenal sekarang (Pateda, dalam Sobur, 2004 via Andini Marta, 2012).
Jenis-jenis semiotik ini antara lain :
1. Semiotik analitik merupakan semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce mengatakan
bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide, obyek dan makna. Ide dapat
dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam lambang yang
mengacu pada obyek tertentu.
2. Semiotik deskriptif adalah semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami
sekarang meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan sekarang.
3. Semiotik faunal zoosemiotic merupakan semiotik yang khusus memperhatikan sistem tanda yang
dihasilkan oleh hewan.
4. Semiotik kultural merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang ada
dalam kebudayaan masyarakat.
5. Semiotik naratif adalah semiotik yang membahas sistem tanda dalam narasi yang berwujud mitos
dan cerita lisan (folklore).
6. Semiotik natural atau semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam.
7. Semiotik normative merupakan semiotik yang khusus membahas sistem tanda yang dibuat oleh
manusia yang berwujud norma-norma.
8. Semiotik sosial merupakan semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh
manusia yang berwujud lambang, baik lambang kata maupun lambang rangkaian kata berupa
kalimat.
9. Semiotik struktural adalah semiotik yang khusus menelaah system tanda yang dimanifestasikan
melalui struktur bahasa.
Charles Sanders Peirce, seorang filsuf berkebangsaan Amerika, mengembangkan filsafat
pragmatisme melalui kajian semiotik. Peirce membedakan tiga konsep dasar semiotik, yaitu: sintaksis
semiotik, semantik semiotik, dan pragmatik semiotik. Sintaksis semiotik mempelajari hubungan
antartanda. Hubungan ini tidak terbatas pada sistem yang sama. Semantik semiotik mempelajari
hubungan antara tanda, objek, dan interpretannya. Ketiganya membentuk hubungan dalam
melakukan prosessemiotis. Konsep semiotik ini akan digunakan untuk melihat hubungan tanda-tanda
dalam iklan (dalam hal ini tanda non bahasa) yang mendukung keutuhan wacana. Pragmatik semiotik
mempelajari hubungan antara tanda, pemakai tanda, dan pemakaian tanda.
5.3 Ikon, indeks dan simbol.
Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan symbol
(simbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan
bentuk alamiah atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan
yang bersifat kemiripan, misalnya foto. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan
alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang
langsung mengacu pada kenyataan. Dan Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan
alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbitrer atau semena,
hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat (Alex sobur : 2005).
6. PEMBAHASAN
4. a. Model iklan sebagai ikon
Iklan kartu As ini menggunakan model seorang artis komedian yang saat ini sedang naik daun,
yaitu Sule dan empat orang remaja yang berpenampilan modis dan sedang membawa telepon
seluler. Ikon seorang Sule tersebut dihadirkan untuk menarik perhatian para pelanggan karena
beberapa faktor. Faktor–faktor tersebut adalah keunikan, kelucuan dan keterkenalan. Sule yang
merupakan sosok public figure yang dikenal oleh masyarakat sebagai aktor, komedian dan juga
penyanyi, dianggap mampu menarik perhatian masyarakat. Sule sendiri sebelumnya juga
merupakan bintang iklan operator seluler lainnya yakni XL dan kemudian beralih membintangi
iklan operator seluler kartu as ini. Hal yang dilakukan Sule terssebut semakin menguatkan
persaingan antara kedua operator seluler yang semakin “panas”. Kedua operator seluler tersebut
tidak hanya bersaing dalam iklan cetak saja tetapi juga dalam iklan televisi.
Dalam perspektif semiotika, iklan dapat dikaji dengan sistem tanda dalam iklan yang terdiri
dari tanda non verbal dan tanda verbal. Tanda non verbal terdiri dari tipografi, warna dan
positioning. Sedangkan tanda verbal adalah bahasa yang digunakan dalam iklan.
Tipografi atau tata letak juga memiliki peranan penting dalam desain iklan cetak. Penafsiran
tersebut tentunya tidak dapat terlepas dari kultur yang berkembang dalam masyarakat. Sebagai
ikon utama iklan ini, gambar Sule diletakkan di sebelah kata WOW yang menjadi center dalam
baliho tersebut. Peletakan kata WOW dengan ukuran besar dan Sule di bagian tengah atas adalah
untuk memperlihatkan bahwa ia adalah ikon utama iklan ini. Di dalam huruf “O” terdapat gambar
uang logam Rp500,- yang menekankan bahwa dengan biaya tersebut sudah mendapatkan banyak
bonus. Di sekitar huruf “O” juga terdapat tanda untuk menyiratkan keterkejutan.
Selain dilihat melalui tipografinya, kajian semiotika iklan juga dapat dikaji melalui warna
yang digunakan. Setiap warna memiliki makna sendiri. Dalam iklan ini, Sule menggunakan jaket
berwarna merah sambil bergaya menelpon dengan menggunakan tangan kirinya. Penggunaan
warna merah dimaksudkan untuk memperlihatkan identitas operator seluler, Kartu As sebagai
produk dari Telkomsel memiliki identitas warna merah. Sedangkan untuk operator seluler lainnya,
seperti indosat memiliki identitas warna kuning, XL dengan warna birunya, smart fren dengan
warna pink, axis dengan warna ungu dan warna hijau untuk esia. Warna merah tersebut juga senada
dengan warna tulisan WOW. Bulatan –bulatan berwarna kuning, pink serta ungu di bawah tulisan
GRATISNYA BUKAN Pe.Ha.Pe ini juga tidak begitu saja dihadirkan tanpa maksud. Pemilihan
warna tersebut untuk memperlihatkan persaingan dengan produk operator seluler lain yang telah
disinggung di atas.
Iklan ini memposisikan dirinya sebagai iklan operator seluler yang memberikan kejutan
dengan tarif yang murah namun banyak bonus yang didapat. Selain itu, iklan ini juga
memposisikan diri sebagai iklan yang dapat dipercaya dengan tidak memberikan janji palsu yakni
dengan kalimat GRATISNYA BUKAN Pe.Ha.Pe.
Sedangkan untuk ikon seorang remaja laki – laki dan tiga orang remaja perempuan
menggambarkan target pangsa pasar pengguna kartu as yang didominasi oleh para remaja. Gaya
serta posisi para model iklan tersebut pun memiliki makna tersendiri. Foto tiga remaja perempuan
yang tampak antusias melihat laki-laki tersebut menggambarkan ketertarikannya pada remaja laki
– laki tersebut. Para remaja perempuan tersebut seakan ingin menggapai si laki – laki. Mereka
5. bertiga pun terlihat memegang telepon seluler yang diikuti dengan tiga gambar kecil, yakni gambar
burung kecil warna biru yang kita ketahui bahwa gambar tersebut adalah simbol dari salah satu
jejaring sosial yang marak di kalangan masyarakat khususnya para remaja, yakni twitter. Setelah
itu juga ada tanda amplop kecil berwarna merah muda yang merupakan simbol dari pesan atau e-
mail. Lalu yang terakhir adalah gambar balon dialog kecil berwarna hijau yang merupakan simbol
dari salah satu fasilitas untuk berkomunikasi yaitu chat messanger. Dalam hal ini, kartu as ingin
menegaskan bahwa hanya dengan Rp500,00 saja, para konsumen sudah dapat menikmati berbagai
manfaat komunikasi yang disediakan, seperti fasilitas internet, pesan sms, chat messanger, serta
telepon.
b. Aspek Kebahasaan
Aspek kebahasaan atau tanda verbal dalam iklan cetak merupakan salah satu elemen yang
penting untuk menegaskan maksud pesan yang ingin disampaikan produsen kepada masyarakat.
Bahasa iklan adalah bahasa persuasif yang mengajak masyarakat dan mempengaruhi masyarakat
untuk menggunakan produk tersebut. Kalimat yang persuasif dan menarik nantinya akan
mempengaruhi pemikiran konsumen yang mendorong untuk membeli produk. Aspek kebahasaan
dalam iklan dapat ditinjau dari segi pragmatik. Morris (1960) mengatakan bahwa pragmatik
merupakan disiplin ilmu yang mempelajari pemakaian tanda, yang secara spesifik dapat diartikan
sebagai cara orang menggunakan tanda bahasa dan cara tanda bahasa itu diinterpretasikan. yang
dimaksud orang menurut definisi tersebut adalah pemakai tanda itu sendiri, yaitu penutur.
Dalam iklan, kedudukan teks lebih rumit dan bervariasi. Ada teks yang berfungsi sebagai
caption seperti dalam koran, ada juga teks yang menjadi bagian dari gambar itu sendiri. Bahkan
ada teks yang ditempatkan secara marjinal seolah-olah tidak penting. Segala teknik ini merupakan
bagian dari logo-teknik yang semakin maju. Oleh karena itu teks iklan lebih leluasa untuk
berkembang menjadi sebuah seni persuasi atau retorika. (ST Sunardi, 2002 : 184)
Iklan memerlukan tampilan yang dikemas dengan bahasa membumi, kontekstual, dan ‘gaul’.
Kondisi ini yang menyebabkan ada keprihatinan pada banyak kalangan. Ada yang berpendapat
bahwa bahasa iklan tidak mesti sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar, tetapi
belum ada kriteria bagaimana sebaiknya bahasa iklan tersebut. Sebagai bagian dari pengungkapan
ide, Iklan operator seluler harus memiliki kesatuan atau keutuhan wacana atau tulisan yang dapat
mencerminkan ide atau permasalahan yang ingin diungkapkan oleh penulis sehingga informasi
atau hal-hal yang ingin diungkapkan oleh kreator iklan dapat dimengerti dengan mudah
oleh masyarakat yang tertidri dari berbagai macam latar belakang yang berbeda-beda (Andri
Wicaksono : 2011)
Bahasa yang digunakan dalam iklan ini disesuaikan dengan sasaran konsumen dalam
masyarakat, yakni para remaja. Dalam iklan ini, kata–kata yang digunakan adalah kata-kata dan
istilah yang familiar di kalangan para remaja. “WOW GRATISNYA BUKAN Pe.Ha.Pe.”
Pe.Ha.Pe adalah akronim dari pemberi harapan palsu. Julukan ini sering dilekatkan pada seseorang
yang suka memberi harapan palsu pada orang lain. Awal mulanya istilah ini digunakan dalam
hubungan asmara antara laki-laki dan perempuan namun saat ini istilah tersebut sudah digunakan
dalam banyak konteks. Jika dikaitkan dengan gambar foto model remaja laki-laki yang menoleh
ke belakang, ke arah para remaja perempuan yang mengaguminya itu sambil memegang telepon
6. selulernya, maka dapat diartikan juga bahwa laki –laki tersebut merepresentasikan sikap yang tidak
memberi harapan palsu karena dia bergaya seakan sedang membalas pesan yang dikirimkan oleh
para fansnya. Penulisan fonetik Pe.Ha.Pe dan bukannya PHP ini digunakan untuk memberi
penekanan bahwa produk ini benar-benar ingin mencitrakan tentang keseriusan dan bukan hanya
menawarkan janji palsu yang bisa membuat masyarakat tertipu dan tidak percaya lagi pada produk
tersebut. Untuk penggunaan kata WOW, saat ini kata tersebut sedang marak digunakan untuk
mengekspresikan keterkejutan. Hal ini tidak terlepas dari ikon salah satu artis yang memopulerkan
kata tersebut ketika lawan bicaranya bercerita dengan heboh lalu ia menjawab dengan lantang,
“Terus Gue harus bilang WOW gitu?” Penggunaan kalimat-kalimat tersebut memiliki kedekatan
dengan dunia remaja dan pergaulannya, apalagi produk ini saat ini telah menjadi bagian dari gaya
hidup masyarakat yang selalu membutuhkan sarana pendukung komunikasi untuk kebutuhannya
sehari–hari.
Selain itu, kalimat tersebut memiliki implikatur. Implikatur menurut Grice (dalam
Suseno,1993:30 via Mulyana) mengemukakan bahwa implikatur adalah ujaran yang menyiratkan
sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Sesuatu “yang berbeda” tersebut adalah
maksud pembicara yangdikemukakan secara eksplisit. Dengan kata lain, implikatur adalah
maksud, keinginan, atau ungkapan-ungkapan hati yang tersembunyi. Implikatur yang
memungkinkan dalam kalimat tersebut adalah menyatakan secara tidak langsung bahwa operator
seluler lainnya memberi harapan palsu pada konsumen. Apalagi dengan melihat kondisi dalam
masyarakat bahwa persaingan antar operator seluler di Indonesia semakin gencar. Setiap
perusahaan ingin mencitrakan bahwa produk mereka adalah yang paling unggul. Bahkan ada
beberapa iklan, khusunya iklan operator seluler yang memperlihatkan persaiangan secara terang-
terangan.
7. Catatan Kritis
Dalam catatan kritis ini membahas mengenai hal-hal yang belum dijelaskan dalam bab
pembahasan. Hal-hal tersebut adalah tentang keterkaitan tanda dalam iklan dengan keadaan sosial
masyarakat. Semiotika sosial memiliki implikasi lebih jauh dalam kaitannya dengan hakikat teks
sebagai gejala yang dinamis. Sebagai ilmu tanda, semiotika sosial mesti dipahami dalam kaitannya
dengan konteks, di mana tanda-tanda tersebut difungsikan. Tanda tidak berfungsi dalam dirinya
sendiri. Oleh karena itulah, baik dalam strukturalisme maupun dalam semiotika konsep
antarhubungan memegang peranan yang sangat menentukan (Ratna, 2004:118).
Iklan yang berkembang dalam masyarakat tentunya sangat dipengaruhi oleh keadaan sosial
dan budaya masyarakat setempat. Berbicara tentang sosial dan budaya dapat dikaitkan dengan teori
habitus Pierre Bourdieu. Secara sederhana habitus merupakan sekian produk perilaku yang muncul
dari berbagai pengalaman hidup manusia, yang juga merupakan akumulasi dari hasil kebiasaan
dan adaptasi manusia, yang bahkan dapat muncul tanpa disadari. Habitus berangkat dari
kesejarahan seseorang yang sudah mengalami proses internalisasi yang lama dan akut dalam diri
sesorang, kemudian tereksternalisasi ulang dalam ruang yang memungkinkan untuk
mengimprovisasi. Bersifat dinamis atau “sejarah yang mendarah-daging pada individu,
terinternalisasi secara alami sehingga dilupakan sebagai sejarah”. Habitus meresap dalam diri,
terdisposisi, dan menjadi bagian yang tidak bisa lepas dari agensi
7. Beragamnya warna dan gambar yang ditampilkan dalam iklan ini merupakan salah satu ciri
khas iklan cetak di Indonesia yang menyukai konsep keglamouran. Dalam pembuatan desain iklan
banyak dipengaruhi oleh budaya yang berkembang dalam masyarakat tempat iklan tersebut
dipublikasikan. Konsep glamour ini dapat merepresentasikan cara berpikir kebanyakan orang
Indonesia yang cenderung lebih njlimet daripada orang-orang dari kawasan Eropa atau Amerika
yang dalam pembuatan iklan cetak cenderung lebih simpel namun tetap terlihat elegan. Semakin
banyak gambar dan warna yang digunakan, semakin terlihat bahwa produk tersebut berusaha untuk
memikat konsumen dengan iklan yang “eye catching”.
Sesuai dengan fungsi iklan untuk membentuk brand image dan akan memiliki dampak yang
besar terhadap cara berpikir masyarakat yang selanjutnya berproses mengubah perilaku dan
membentuk gaya hidup dan budaya konsumsi dalam masyarakat. Secara tidak langsung, aspek-
aspek dalam iklan mampu mempengaruhi gaya hidup masyarakat. Namun demikian, hal
sebaliknya juga dapat terjadi, yakni iklan juga dapat merepresentasikan fenomena yang terjadi
dalam masyarakat. Contoh konkritnya adalah pada pemilihan ikon dan bahasa yang digunakan
dalam iklan ini merupakan representasi fenomena dalam masyarakat khususnya para remaja, yakni
penggunaan alat komunikasi yang tidak terlepas dari aktivitas dalam kehidupan sehari-harinya.
8. KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dijabarkan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.
1. Ikon model yang dipilih dalam iklan tersebut karena beberapa faktor. Faktor – faktor tersebut
adalah keunikan, kelucuan dan keterkenalan. Sule yang merupakan sosok public figure yang
dikenal oleh masyarakat sebagai aktor, komedian dan juga penyanyi, dianggap mampu menarik
perhatian masyarakat. Selain itu, ikon beberapa remaja berpenampilan modis dalam iklan ini
adalah merepresentasikan sasaran dari operator seluler ini yang didominasi oleh remaja.
2. Kalimat utama iklan “WOW GRATISNYA BUKAN P e.Ha.Pe.” merupakan istilah dalam bahasa
gaul yang berarti bahwa operator seluler ini bukanlah pemberi harapan palsu tentang bonus yang
diberikan pada konsumen. Hal ini disesuaikan dengan sasaran konsumen yaitu para remaja.
Kalimat tersebut meyakinkan masyarakat bahwa produk ini benar-benar memberikan banyak
bonus dengan harga yang murah.
3. Keadaan sosial dan budaya masyarakat memiliki pengaruh terhadap pembuatan desain iklan
sehingga iklan juga dapat merepresentasikan keadaan sosial dan budaya suatu masyarakat.
Demikian juga sebaliknya, iklan juga memiliki pengaruh terhadap pembentukan pola pikir dan
perilaku masyarakat.