1. MANAGING CORPORATE ICT IN THE FUTURE
4. MANAGING CORPORATE KNOWLEDGE
Pengetahuan berbeda dari informasi dan data. Pengetahuan adalah informasi yang
kontekstual, relevan, dan bisa dilakukan, ia bersifat dinamis. Pengetahuan tersembunyi
(tidak terstruktur, sticky) pada umumnya berada dalam domain subjektif, kognitif, dan
pembelajaran berdasar pengalaman; pengetahuan eksplisit (terstruktur, leaky) berada
dalam domain yang lebih objektif, masuk akal, dan pengetahuan teknis, dan ia sangat
2. pribadi dan sulit disusun. Organisasi pembelajaran memiliki memori organisasional dan alat‐
alat untuk menyimpan, menyajikan, dan berbagi‐pakai memori tersebut.
Pembelajaran organisasional adalah pengembangan dari pengetahuan baru dan pengertian
yang mendalam (insight) dan yang memiliki potensi untuk mempengaruhi perilaku.
Kemampuan suatu organisasi untuk belajar, mengembangkan memori, dan membagi pakai
pengetahuan bergantung pada budaya organisasi. Budaya adalah pola dari asumsi‐asumsi
dasar yang dipakai bersama.
Manajemen pengetahuan adalah suatu proses yang membantu organisasi mengidentifikasi,
memilih, mengorganisasi, menyebarkan, dan mentransfer keahlian dan informasi penting
yang secara khusus berada di dalam organisasi di dalam suatu cara yang tidak terstruktur.
Cara paling cepat, paling efektif, dan powerful untuk mengelola aset pengetahuan adalah
melalui transfer yang sistematis terhadap praktik terbaik. Manajemen pengetahuan
memerlukan transformasi besar dalam budaya organisasional untuk menciptakan suatu
keinginan untuk berbagi‐pakai (memberi dan menerima) pengetahuan dan suatu komitmen
terhadap KM di semua level perusahaan. Model manajemen pengetahuan melibatkan
langkah‐langkah siklis berikut : menciptakan, menangkap, menyaring, menyimpan,
mengelola, dan menyebarkan pengetahuan.
Chief knowledge office (CKO) bertanggung jawab untuk mengubah perilaku perusahaan
untuk merangkul penggunaan manajemen pengetahuan dan kemudian mengelola operasi
pengembangan dari suatu sistem manajemen pengetahuan. Komunitas praktisi (COP)
memberi tekanan untuk menyingkirkan penghalang budaya yang merintangi usaha
manajemen pengetahuan. Manajemen pengetahuan adalah cara efektif bagi suatu
organisasi untuk mengungkit aset intelektualnya.
Sulit untuk mengukur suskses suatu KMS. Metode tradisional pengukuran keuangan tidak
memadai karena mereka tidak mempertimbangkan modal intelektual sebagai aset. Dua
pendekatan manajemen pengetahuan adalah pendekatan proses dan pendekatan praktik.
Dua strategi yang digunakan untuk inisiatif manajemen pengetahuan adalah strategi
personalisasi dan strategi kodifikasi. Dua model tempat penyimpanan yang digunakan untuk
proyek manajemen pengetahuan adalah model tempat penyimpanan repositori dan model
tempat penyimpanan jaringan.
Inistaif manajemen pengetahuan standar melibatkan penciptaan basis pengetahuan,
manajemen proses aktif, pusat pengetahuan, teknologi kolaboratif, dan web pengetahuan.
Sistem manajemen pengetahuan biasanya dikembangkan dengan menggunakan tiga satuan
teknologi : komunikasi, kolaborasi, dan tempat penyimpanan. Berbagai teknologi dapat
menyusun suatu sistem manajemen pengetahuan: Internet, intranet, dan warehousing,
3. peranti pendukung keputusan, groupware, dan seterusnya. Intranet adalah alat utama
untuk men‐display dan mendistribusikan pengetahuan di dalam organisasi.
Manajemen pengetahuan bukanlah model lain dari manajemen berbiaya mahal. Ia
merupakan paradigma baru terhadap cara kita bekerja.
Manajemen pengetahuan dapat dipandang sebagai tiga tingkat: teknik, teknologi, dan
sistem yang mendorong penagihan, organisasi, akses, saling berbagi, dan penggunaan
tempat kerja dan pengetahuan perusahaan. Di dalam ekonomi dengan satu‐satunya
kepastian adalah ketidakpastian, satu‐satunya sumber pasti dari keunggulan kompetitif yang
bertahan lama adalah pengetahuan. Ketika pasar bergeser, teknologi meningkat, pesaing
makin banyak, serta produk menjadi ketinggalan jaman dalam satu malam, perusahaan yang
berhasil adalah perusahaan yang secara konsisten membuat pengetahuan baru,
menyebarluaskannya di seluruh organisasi, dan dengan cepat memasukkannya ke dalam
pengetahuan serta produk baru. Aktivitas‐aktivitas ini menandai perusahaan “yang dapat
menghasilkan pengetahuan”, yang bisnis satu‐satunya adalah inovasi berkelanjutan.
Bagi banyak perusahaan saat ini, keunggulan kompetitif yang bertahan lama hanya dapat
dimiliki oleh mereka apabila mereka menjadi perusahaan yang dapat meghasilkan
pengetahuan atau organisasi yang belajar. Hal ini berarti secara konsisten menciptakan
pengetahuan bisnis baru, menyebarkannya secara luas ke seluruh perusahaan, dan dengan
cepat membangun pengetahuan baru ke dalam produk dan jasa mereka.
Perusahaan yang dapat menghasilkan pengetahuan meggunakan dua jenis pengetauan.
Pertama adalah pengetahuan eksplisit, yaitu data, dokumen, segala sesuatu yang tertulis
atau disimpan dalam komputer. Jenis satunya adalah pengetahuan implisit, yaitu
pengetahuan “bagaimana cara melakukan sesuatu”, yang ada di dalam diri para pekerja.
Manajemen pengetahuan yang berhasil akan menciptakan berbagai teknik, teknologi,
sistem dan penghargaan untukmembuat para karyawan berbagi apa yang mereka ketahui
dan untuk membuat akumulasi pengetahuan yang lebih baik di tempat kerja dan
perusahaan. Dengan cara ini, para karyawan perusahaan meningkatkan pengetahuan ketika
melakukan pekerjaan mereka. Membuat pengetahuan personal tersedia bagi orang‐orang
lainnya adalah aktivitas utama dari perusahaan yang dapat menghasilkan pengetahuan. Hal
ini terjadi secara terus‐menerus dan di semua tingkat organisasi.
Manajemen pengetahuan telah menjadi telah menjadi salah satu penggunaan strategis
utama atas teknologi informasi. Banyak perusahaan membangun sistem manajemen
pengetahuan (knowledge management systems‐KMS) untuk mengelola pembelajaran
organisasional dan cara melaukan bisnis. Tujuan dari sistem semacam ini adalah
untukmembantu para pekerja menciptakan, mengatur, dan memungkinkan tersedianya
4. pengetahuan bisnis yang penting, di mana pun dan kapan pun hal tersebut dibutuhkan
dalam organisasi. Hal ini meliputi berbagai proses, prosedur, hak paten, pekerjaan acuan,
formula, “praktik‐praktik terbaik”, prediksi, dan perbaikan. Situs Web Internet dan intranet,
groupware, penambang data (data mining), dasar pengetahuan, dan kelompok diskusi
online adalah beberapa teknologi utama yang mungkin akan dibutuhkan oleh KMS.
Sistem manajemen pengetahuan memfasilitasi pembelajaran dan penciptaan pengetahuan
organisasi. Mereka didesain untuk menyediakan respons cepat ke para pekerja ahli,
mendorong perubahan perilaku para karyawan, serta secara signifikan meningkatkan kinerja
bisnis. Sejalan dengan berlanjutnya proses pembelajaran organisasi dan makin luasnya
dasar pengetahuannya, perusahaan yang dapat menghasilkan pengetahuan tersebut
berusaha untuk mengintegrasikan pengetahuannya ke dalam berbagai proses bisnis, produk
dan jasa. Hal ini membantu perusahaan tersebut menjadi lebih penyedia yang inovatif dan
lincah atas berbagai produk serta layanan pelanggan yang berkualitas tinggi, dan menjadi
pesaing berat dalam pasar.
REFERENSI :
1. Rochelle Garner, Please Don’t Call IT Knowledge Management! 1999.
2. Jack Ewing, Sharing the Wealth, 2001.
3. Ikujiro Nonaka, The Knowledge Creating Company, 1991.
4. Varus Grover dan Pradipkumar Ramanlal, Six Myths of Information and Markets:
Information Technology Networks, Electonic Commerce, and the Battle for Consumer
Surplus, 1999.
5. Mark Hall, Portal Hides Integration Complexity, 2002
6. Steve Hamm dan Marcia Stepaneck, From Reengineering to E‐Engineering, 1999
7. William Kettinger, Varun Grover, dan Albert Segars, Do Strategic Systems Really Pay Off?
An Analysis of Classic Strategic IT Cases, 1995
8. V. Sambamurthy, Anandhi Bharadwaj; dan Varun Grover, Shaping Agility through Digital
Options: Reconceptualizing the Role of Information technology In Contemporary Finns,
2003
9. Steven Prokesch, Unleashing the Power of Learning: An Interview with British
Petroleum’s John Browne, 1997
10. Patrieia Seybold, Customers.cmn: How to Create a Profitable Business Strategy for the
Internet and Beyond, 1998
11. Philip Siekman, Why Infotech Loves Its Giant Job Shops, 1997
12. G. Abramson, On the KM Midway, 1999
13. H. Aiba dan T. Terano, A Computational Model for Distributed Knowledge Systems with
Learning Mechanisms, 1996
5. 14. M. Alavi, Managing Organizational Knowledge, 2000
15. M. Alavi dan D. Leidner, Knowledge Management Systems: A Descriptive Study of Key
Issues, Challenges, and Benefits, 1999
16. M. Alavi dan D. Leidner, Knowledge Management and Knowledge Management
Systems: Conceptual Foundation and An Agenda for Research, 2001
17. D.J. Wallace, Illuminating Corporate Knowledge, 2000
18. G.P. Zarri, Knowledge Acquisition from Natural Language Documents for Large
Knowledge Bases, 1995
19. G.P. Zarri dan S. Jacqmin, WWW, Metadata and Knowledge Representation: A New
Version, RDF‐Compliant, of the Conceptual Language NKRL, 1999,
www.apim.ens.fr/workshop _text_99/zarri_abstract.html
20. K.A. Zimmermann, Portal Help Insurers and Their Customers, 2002
21. K.A. Zimmermann, Can You Measure Return on Knowledge?, 2003
22. K.A. Zimmermann, Happy Together: Knowledge management and Collaboration Work
Hand‐in‐Hand to Satisfy the Thirst for Information, 2003
23. K.A. Zimmermann, Coming Full Circle: Gathering Knowledge Throughout the Supply
Chain Improves Decision‐Making, 2003
24. J. Zipperer, Supply Chain Knowledge Is the Answer, 2002
25. Efraim Turban, Jay E. Aronson, dan Peng Liang, Decision Support Systems and Intelligent
Systems, 2005
26. McGraw Hill, Introduction To Information Systems, 2006
27. Turban, Rainer, and Potter, Introduction to Information Technology, 2006.