SlideShare a Scribd company logo
1 of 16
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
SEMESTER 4
SRI UTAMI
Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi,
Balita, dan anak Pra Sekolah
Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi,
Balita dan Anak Pra Sekolah
MODUL
KEGIATAN BELAJAR I
Konsep Dasar Tumbuh Kembang
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
1
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
i
Kata
Pengantar
Selamat bertemu kembali……
	 Baiklah Saudara.... saat ini
Saudara akan mempelajari modul yang
ke 3 tentang kebutuhan dasar neonatus,
bayi, balita dan anak pra sekolah.
Kebutuhan anak yang akan Saudara
pelajari adalah kebutuhan imunisasi
dan nutrisi/gizi.
	 Pemahaman tentang imunisasi
dan nutrisi diperlukan sebagai dasar
dalam memberikan asuhan terutama
pada anak sehat dan implikasi konsep
imunisasi pada saat merawat anak sakit
khususnya pada kasus tuberculosis,
difteri, pertusis, tetanus, polio, campak
dan hepatitis (PD3I). serta konsep
nutrisi pada saat Saudara memenuhi
kebutuhan nutrisi baik pada anak sehat
maupun sakit.
	 Untuk dapat memahami tentang
kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita
dan anak pra sekolah maka saudara
perlu memahami terlebih dari tentang
peran dan fungsi bidan, pelajaran
Keterampilan Dasar Kebidanan, karena
dengan pemahaman tentang peran
dan fungsi bidan serta Keterampilan
Dasar Kebidanan yang memadai maka
saudara akan lebih muda memahami
tentang pemenuhan kebutuhan
tersebut dengan baik.
Gambar : Pengecekan cabang bayi
Selamat bertemu kembali……
Baiklah Saudara.... saat ini Saudara akan mempelajari modul yang ke 3 tentang kebu-
tuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah. Kebutuhan anak yang akan
Saudara pelajari adalah kebutuhan imunisasi dan nutrisi/gizi.
Pemahaman tentang imunisasi dan nutrisi diperlukan sebagai dasar dalam memberikan
asuhan terutama pada anak sehat dan implikasi konsep imunisasi pada saat merawat
anak sakit khususnya pada kasus tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak
dan hepatitis (PD3I). serta konsep nutrisi pada saat Saudara memenuhi kebutuhan nu-
trisi baik pada anak sehat maupun sakit.
Dalam modul ini terdiri dari 2 kegiatan belajar yang meliputi:
Kegiatan Belajar 1 : Imunisasi
Kegiatan Belajar 2 : Kebutuhan nutrisi/Gizi
Setelah mempelajari modul ini diharapkan Saudara mampu :
1) Menjelaskan tentang imunisasi
2) Menjelaskan tentang nutrisi/Gizi bayi dan anak balita.
Kemampuan tersebut sangat Saudara diperlukan terutama saat saudara memberikan
asuhan pada neonatus bayi dan balita serta anak pra sekolah guna memenuhi kebutu-
han yang sangat penting bagi neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah.
Untuk dapat memahami tentang kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra
sekolah maka saudara perlu memahami terlebih dari tentang peran dan fungsi bidan,
pelajaran Keterampilan Dasar Kebidanan, karena dengan pemahaman tentang peran
dan fungsi bidan serta Keterampilan Dasar Kebidanan yang memadai maka saudara
akan lebih muda memahami tentang pemenuhan kebutuhan tersebut dengan baik.
Proses pembelajaran tentang kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra se-
kolah yang akan saudara ikuti saat ini, dapat berjalan dengan lebih baik dan lancar bila
saudara mengikuti langkah-langkah belajar sebagai berikut:
1)	 Pahami terlebih dahulu tentang berbagai kebutuhan dasar manusia.
2)	 Pelajari tentang ciri-ciri bayi, balita dan anak Pra sekolah
3)	 Pelajari kegiatan belajar 1 dan kerjakan latihan / soal test, kemudian kerjakan tu-
gas yang ada, setelah itu lanjutkan untuk mempelajari kegiatan belajar 2, lanjutkan
mengerjakan soal test dan selesaikan tugas dengan baik.
Pendahuluan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
2
3
4)	Keberhasilan saudara dalam mempelajari modul ini sangat bergantung pada kes-
ungguhan saudara dalam mempersiapkan diri saudara, memperluas wawasan den-
gan membaca berbagai literature terkait, serta dalam mengerjakan soal-soal latihan,
begitu juga dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan.
5)	 Kerjakan latihan dan tugas tersebut secara mandiri kemudian hasilnya saudara di-
skusikan dengan teman-teman saudara secara berkelompok.
6)	 Bila saudara mengalami kesulitan, saudara bisa menghubungi dosen pengajar//fasil-
itator mata kuliah ini atau dosen pengajar pokok bahasan ini.
Baiklah, selanjutnya selamat belajar, semoga saudara sukses dalam menyelesaikan
modul ini dengan baik dan lancar....semangat....semangat...dan semangat, karena orang
yang sukses dalam hidup adalah orang yang Nampak jelas tujuannya…..serta orang
yang berhasil adalah orang yang tidak hanya keras hatinya tetapi mereka adalah pekerja
keras dan percaya diri pada kemampuannya…..
Setelah mempelajari tentang imunisasi, diharapkan mahasiswa mampu mempraktikkan
pemberiak imunisasi pada neonatus, bayi dan balita dengan benar.
Setelah mempelajari tentang imunisasi sasi diharapkan mahasiswa mampu :
1.	 Menjelaskan tentang Pengertian
2.	 Menjelaskan tentang Mekanisme Imunisasi Dalam Proses Pencegahan Penyakit
3.	 Menjelaskan tentang Tujuan Imunisasi
4.	 Menjelaskan tentang Jenis Imunisasi
5.	 Menjelaskan tentang Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan imunisasi
6.	 Menjelaskan tentang Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Imunisasi
7.	 Menjelaskan tentang Keamanan Vaksnasi
8.	 Menjelaskan tentang cara mendapat hasil yang terbaik imunisasi
9.	 Menjelaskan tentang Kontraindiksi Imunisasi
10.	 Menjelaskan tentang waktu Imunisasi
11.	 Menjelaskan tentang Macam-macam imunisasi Dasar
12.	 Menjelaskan tentang Penyimpanan Vaksin
13.	 Menjelaskan tentang macam imunisasi
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Kegiatan
Belajar 1
KONSEP DASAR TUMBUH KEMBANG
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
4
5
Dalam kegeiatan belajar tentang imunisasi yang akan saudara pelajari ini terdiri dari
pokok-pokok materi berikut, meliputi:
1.	Pengertian,
2.	 Mekanisme Imunisasi Dalam Proses Pencegahan Penyakit,
3.	 Tujuan Imunisasi,
4.	 Jenis Imunisasi,
5.	 Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan imunisasi,
6.	 faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Imunisasi,
7.	 Keamanan Vaksinasi,
8.	 cara mendapat hasil yang terbaik imunisasi,
9.	 Kontraindiksi Imunisasi
10.	 waktu Imunisasi
11.	 Macam-macam imunisasi Dasar
12.	 Penyimpanan Vaksin
13.	 macam imunisasi.
Pokok - Pokok Materi
Sesuai dengan pokok bahasan yang akan kita bahas, sekarang saudara dapat mempela-
jari materi tersebut secara rinci. Berikut adalah uraan materi tersebut.
Kita harus sadari bahwa agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal
maka dibutuhkan beberapa upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar anak. Salah satu
kebutuhan penting dari anak adalah imunisasi, karena imunisasi dapat mencegah be-
berapa penyakit yang berperan dalam penyebab kematian pada anak. Seperti tubercu-
losis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak dan hepatitis, ini merupakan Penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala,
telah menurunkan jumlah kematian akibat campak, dari 871.000 kematian pada tahun
1999 dan menjadi 340.000 kematian pada tahun 2004.
Selanjutnya agar Saudara memahami tentang imunisasi, maka perlu saudara pahami
terlebih dahulu tentang pengertian imunisasi berikut ini.
1. Pengertian Imunisasi
Pernahkah saudara mendengar kata imunisasi? Apa yang dimaksud dengan imunisasi?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pelajarilah beberapa pengertian tentang imuni-
sasi sebagai berikut...
Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten.
Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan perlindungan (kekebalan) di dalam
tubuh bayi dan anak.
Imunisasi adalah suatu cara meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga bila terpajan oleh antigen serupa, tidak terjadi penyakit (Maton-
dang CS, dkk, 2005)
Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat system pertahanan tubuh kebal terha-
dap invasi mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat menyebabkan infeksi sebe-
lum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan unuk menyerang tubuh kita. Den-
gan imunisasi, tubuh kita akan terlindung dari infeksi begitu pula orang lain karena tidak
tertular dari kita.(Marmi,S.ST, 2012). Berikut ini.
Pernyataan di atas merupakan beberapa pengertian imunisasi, selanjutnya saudara bisa
simpulkan apa pengertian imunisasi! ......imunisasi adalah suatu proses untuk membuat
tubuh menjadi kebal terhadap suatu mikroorganisme yang dapat menyebabkan penya-
kit tertentu.
Sekarang saudara sudah paham bukan, tentang apa yang dimaksud dengan imunisa-
si....bila saudara sudah paham.....lanjutkan dengan mempelajari mekanisme imunisasi
dalam proses pencegahan penyakit berikut ini....
Uraian
Materi
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
6
7
2. Mekanisme Imunisasi Dalam Proses Pencegahan Penyakit
Imunisasi bekerja dengan cara merangsang pertumbuhan pembentukan antibody ter-
hadap mikro organisme tertentu tanpa menyebabkan seseorang sakit terlebih dahulu.
Vaksin, zat yang digunakan untuk membentuk imunitas tubuh, terbuat dari mikro or-
ganisme ataupun bagian dari mikro organisme penyebab infeksi yang telah dimatikan
atau dilemahkan, sehingga tidak akan membuat seseorang jatuh sakit. Vaksin kemudian
dimasukkan kedalam tubuh yang biasanya melalui suntikan. system pertahanan tubuh
kemudian akan bereaksi terhadap vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh tersebut
sama seperti apabila mikro organisme menyerang tubuh dengan cara membentuk anti-
body. Antibody kemudian akan membunuh vaksin tersebut layaknya membunuh mikro
organisme yang menyerang tubuh.
Kemudian antibody anak terus berada di peredaran darah membentuk imunitas. Ketika
saat tubuh diserang oleh mikro organisme yang sama dengan yang terdapat di dalam
vaksin, maka antibody akan melindungi tubuh dan mencegah terjadinya infeksi.
Kalau saudara sudah paham tentang mekanisme imunisasi dalam pennyakit, maka se-
lanjutnya saudara pahami tentang, apa sebenarnya tujuan imunisasi. Untuk memahami
hal tersebut maka pelajarilah tujuan dari imunisasi berikut ini.
3. Tujuan Imunisasi
Pernahkan dalam benak saudara bertanya...mengapa anak sehat kok harus diimunisa-
si? Dan mengapa anak perlu imunisasi?
Tujuan dari pemberian imunisasi diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi
kecacatan akibat penyakit tertentu, terutama penyakit yang dapat dicegah dengan imu-
nisasi.
Selain tujuan di atas tujuan lain dari imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya pen-
yakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia. Con-
tohnya pada imunisasi cacar.
Selanjutnya, Saudara pasti pernah mendengar jenis imunisasi, apa saja jenis imunisasi
tersebut, untuk menjawab pertanyaan itu, maka pelajarilah uraian jenis imunisasi beri-
kut ini.
4. Jenis imunisasi
1) Imunisasi Aktif.
Imunisasi Aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang karena tubuh yang se-
cara aktif membentuk zat antibody, contohnya : imunisasi polio atau campak. Imunisasi
aktif juga dibagi menjadi 2 macam:
a.	Imunisasi aktif alamiah Adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh
sembuh dari suatu penyakit.
b.	Imunisasi akif buatan Adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang
diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit.
2) Imunisasi Pasif.
Imunisasi pasif adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat kekebalan
tubuhnya didapat dari luar. Contohnya : Penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada
orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah : terdapat pada bayi yang
baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagi jenis antibody dari ibunya melalui
darah placenta selama dalam kandungan, misalnya antibody terhadap campak.
Imunisasi pasif ini dibagi menjadi 2, yaitu:
a.	 Imunisasi pasif alamiah Adalah antibody yang di dapat seseorang karena diturunkan
oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam kandun-
gan.
b.	 Imunisasi pasif buatan Adalah kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan se-
rum untuk mencegah penyakit tertentu.
Jenis imunisasi sangat berkaitan dengan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi,
penyakit apa saja yang dapat dicegah dengan imunisasi? Untuk menjawab pertanyaan
tersebut maka pelajarilah penyakit berikut ini.
5. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan imunisasi
Hingga saat ini terdapat 10 jenis vaksinasi yang dapat mencegah terjadinya infeksi pada
anak, yaitu: polio, campak, gondongan, rubella (campak jerman), difteria, tetanus, batuk
rejan (pertusis), meningitis, cacar air dan hepatitis B. Sedangkan terdapat 3 jenis vaksi-
nasi yang dapat diberikan pada kelompok anak-anak ataupun dewasa dengan resiko
tinggi menderita infeksi, yaitu : Hepatitis A, Flu ( influenza), pneomonia. Untuk penjela-
san lebih detail tentang penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat saudara
pelajari dalam modul 9 mata kuliah asuhan neonatus bayi dan balita.
Agar tujuan imunisasi dapat tercapai, maka saudara perlu memahami beberapa faktor
yang dapat mempengarui keberhasilan imunisasi, yang dijelaskan berikut ini.
6. Faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Imunisasi
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan imunisasi yaitu status imun
host, faktor genetic host, serta kwalitas dan kwantitas vaksin.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
8
9
1) Status imun Host
Adanya antibody spesifik pada host terhadap vaksin yang diberikan akan mempen-
garuhi keberhasilan vaksinasi. Misalnya pada bayi yang semasa fetus mendapat anti-
body maternal spesifik terhadap virus campak, bila vaksinasi campak diberikan pada
saat kadar antibody spesifik campak masih tinggi akan memberikan hasil yang kurang
memuaskan. Demikian pula air susu ibu (ASI) yang mengandung IgA sekretori (sIgA)
terhadap virus polio dapat mempengaruhi keberhasilan vaksinasi polio yang diberikan
secara oral. Tetapi umumnya kadar sIgA terhadap virus polio pada ASI sudah rendah
pada waktu bayi berumur beberapa bulan. Pada penelitian sub bagian Alergi-Imunologi,
Bagian IKA FKUI atau RSCM, Jakarta ternyata sIgA polio sudah tidak ditemukan lagi pada
ASI setelah bayi berumur 5 bulan. Kadar sIgA tinggi terdapat pada kolostrum. Karena itu
bila vaksinasi polio secara oral diberikan pada masa kadar sIgA polio ASI masih tinggi,
hendaknya ASI jangan diberikan dahulu 2 jam sebelum dan sesudah vaksinasi.
Keberhasilan vaksinasi memerlukan maturitas immunologic. Pada bayi neonatus fungsi
makrofag masih kurang, terutama fungsi mempresentasikan antigen karena ekspresi
HLA masih kurang pada permukaannya, selain deformabilitas membran serta respons
kemotaktik yang masih kurang. Kadar komplemen dan aktivitas opsonin daya lisisnya.
Fungsi sel Ts relative lebih menonjol dibanding dengan bayi atau anak karena memang
fungsi imun pada masa intrauterine lebih ditekankan pada toleransi, dan hal ini masih
terlihat pada bayi baru lahir. Pembentukan antibody spesifik terhadap antigen tertentu
masih kurang. Vaksinasi neonatus akan memberikan hasil yang kurang disbanding pada
anak, karena itu vaksinasi sebaiknya ditunda sampai bayi berumur 2 bulan atau lebih.
Status imun mempengaruhi pula hasil imunisasi. Individu yang mendapat obat imu-
nosupresan, atau mendererita defisiensi imun congenital, atau menderita penyakkit
yang menimbulkan defisiensi imun skender seperti pada penyakit keganasan, juga akan
mempengauhi keberhasilan vaksinasi, bahkan adanya defisiensi imun merupakan ind-
ikasi kontra pemberian vaksin hidup karena dapat menderita penyakit sistemik seperti
campak atau tumberkulosis milier akan mempengaruhi pula keberhasilan vaksinasi.
Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan fungsi sel system imun seperti makrofag
dan limfosit. Imunitas selular menurun dan imunitas humoral spesifitasnya rendah.
Meskipun kadar globulin -ɤ yang terbentuk tidak dapat normal atau bahkan meninggi,
immunoglobulin yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik karena ter-
dapat kekurangan asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis antibodi. Kadar komple-
men juga berkurang dan mobiilisasi makrofag berkurang, akibatnya respons terhadap
vaksin atau toksoid berkurang.
2) Faktor Genetik Host
Interaksi antara sel-sel system imun dipengaruhi oleh variabilitas genetic. Secara genet-
ic respons imun manusia dapat dibagi atas responder baik, cukup rendah terhadap an-
tigen tertentu. Ia dapat memberikan respons rendah terhadap antigen tertentu, tetapi
terhadap antigen lain tinggi sehingga mungkin ditemukan keberhasilan vaksinasi yang
tidak 100%. Faktir genetic dalam respons imun dapat berperan melalui gen yang berada
pada pada kompleks MHC dengan non MHC.
a.	 Gen Kompleks MHC
	 Gen kompleks MHC berperan dalam presentasi antigen. Sel Tc akan mengenal anti-
gen yang berasosiasi dengan molekul MHC kelas I, dan sel Td serta sel Th akan men-
genal antigen yang berasosiasi denngan molekul MHC kelas II.
	 Jadi respons sel T diawasi secara genetic sehingga dapa dimengerti bahwa akan ter-
dapat potensi variasi respons imun. Secara klinis terlihat juga bahwa penyakit ter-
tentu terdapat lbh sering pada HLA tertentu, seperti spondilitis ankilosing terdapat
pada individu dengan HLA B27.
b.	 Gen non MHC
	 Secara klinis melihat adanya defisiensi imun yang berkaitan dengan gen tertentu,
misalnya agamaglobunlinemia tipe Bruton yang terangkai dengan kromosom X yang
terdapat pada anak laki-laki.
Demikian pula penyakit alergi yaitu penyakit yang menunjukan perbedaan respons
imun terhadap antigen tertentu pnyakit yang diturunkan. Faktor-faktor yang menyo-
kong adanya peran genetic dalam respon imun, namun mekanisme yang sebenarnya
belum diketahui.
3) Kualitas dan Kuantitas vaksin
Vaksin adalah mikroorganisme atau toksoid yang diubah sedemikian rupa sehingga
pathogenesitas atau toksisitasnya hiang tetapi tetap mengandung antigenesitasnya.
Beberapa faktor kualitas dan kuantitas vaksin dapat menentukan keberhasilan vaksi-
nasinya seperti cara pemberian, dosis, frekuensi pemberian, ajuvan yang diberikan, dan
jenis vaksin.
a.	 Cara pemberian vaksin
	 Cara pemberian vaksin akan mempengruhi proses imun yang timbul. Misalnya vak-
sin polio oral yang menimbulakan imunitas local disamping sistemik, sedangkan vak-
sin polio parenteral akan memberikan imunitas sistemik saja.
b.	 Dosis vaksin
	 Dosis vaksin terlalu tinggi terlalu rendah juga mempengaruhi respons imun yang
terjadi. Dosis yang terlalu tinggi akan menghambat respons imun yang diharapkan,
sedangkan dosis terlalu rendah tidak merangsang sel imunokompeten. Dosis yang
tepat dapat diketahui dari hasil uji coba, karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan
dosis yang direkomendasikan.
c.	 Frekuensi pemberian
	 Frekuensi pemberian juga mempengaruhi respon imun yanng terjadi. Sebagaimana
telah diketahui, respon imun sekunder menyebabkan sel efektor yang aktif lebih ce-
pat, lebih tinggi produksinya, dan afinitasnya lebih tinggi. Disamping frekuensi, jarak
pemberian pun akan memberikan respons imun yang terjadi. Bila vaksin yang beri-
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
10
11
kutnya diberikan pada saat kadar antibody spesifik masih tinggi, maka antigen yang
masuk segera dinetralkan oleh antibody spesifik tersebut sehingga tidak sempat
merangsang sel imunokompeten, bahkan dapat terjadi apa yang dinamakan reaksi
Arthus yaitu bengkak kian kemerahan di daerah suntikan antigen akibat pemben-
tukan kompleks antigen antibody local. Oleh sebab itu, pemberian ulang (booster)
sebaiknya mengikuti apa yang dianjurkan sesuai dengan hasil uji coba.
d.	Ajuvan
	 Ajuvan adalah zat yang secara non spesifik dapat meningkatkan respons imun terh-
adap antigen. Ajuvan akan meningkat respons imun dengan cara mempertahankan
antigen pada tempat suntikan, dan mengakifkan sel APC untuk memproses antigen
secara efektif dan memproduksi interlukin yang akan mengaktifkan sel imunokom-
peten lainnya.
e.	 Jenis Vaksin
	 Vaksin hidup akan menimbulkan respons imun lebih baik dibandingkan vaksin lainn-
ya seperti vaksin mati atau yang diinaktivasi (killed atau inactivated), atau komponen
dari mikroorganisme. Rangsangan sel Tc memori membutuhkan suatu sel yang ter-
infeksi virus sehingga dibutuhkan vaksin hidup. Sel Tc dibutuhkan pada infeksi virus
yang pengeluarannya melalui budding.
Vaksin hidup diperoleh dengan cara atenuasi. Tujuan atenuasi adalah untuk menghasil-
kan organisme yang hanya dapat menimbulkan penyakit yang sangat ringan. Atenuasi
dipeoleh dengan cara memodifikasi kondisi tempat tubuh mikroorganisme, misalnya
suhu yang tinggi atau rendah, kondisi anaerob, atau menambah empedu pada media
kultur seperti pada pembuatan vaksin TBC yang sudah ditanam selama 13 Tahun. Dapat
pula dipakai microorganisme yang vurulen untuk spesies lain tetapi untuk manusia avir-
ulen,misalnya virus cacar sapi.
kekebalan tubuh juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantarnya terhadap
tingginya kadar antibody pada saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disunti-
kan, waktu antara pemberian imunisasi.
Saudara perlu memahami tentang keamanan imunisasi, karena dengan saudara mema-
hami keamanan imunisasi maka saudara akan dapat mencapai tujuan imunisasi yang
diharapkan. Apa saja keamanan imunisasi? Jawabannya dapat saudara pelajari dalam
pokok bahasan berikut ini.
7. Keamanan Vaksinasi
Suntikan vaksinasi sangat aman, tetapi tidak selalu 100%. Seperti obat-obatan lainya
vaksinasi dapat menyebabkan beberapa reaksi yang biasanya ringan seperti nyeri len-
gan pada tempat suntikan dan demam dengan suhu tidak terlalu tinggi. Namun reak-
si yang sering terjadi,tetapi sangat jarang sekali (1 diantara 1 juta suntikan), misalnya
reaksi alergi yang begitu hebat terhadap komponen zat-zat yang terdapat dalam vaksin.
Meskipun begitu, yang harus selalu diingat adalah menderita penyakit-penyakit yang
dapat dicegah jauh berbahaya dari pada kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi
akibat suntikan vaksinasi.
Selanjutnya pelajari tentang cara mendapatkan hasil terbaik dalam imunisasi berikut ini.
8. Cara untuk mendapatkan hasil terbaik imunisasi
Upaya yang dapat dilakukan agar mendapatkan hasil terbaik dari Imunisasi, meliputi:
1) imunisasi anak sedini mungkin. Setelah anak lahir, segera tanyakan atau mintalah
jadwal imunisasi dari rumah sakit, dokter atau bidan. Jangan tunggu anak bisa jalan,
sudah bisa makan, atau sudah umur setahun untuk diimunisasi. 2) jelaskan pentingnya
Imunisasi tepat waktu, Supaya anak bisa di imunisasi tepat pada waktunya jelaskan dan
anjurkan ibu untuk mengimunisasikan anaknya sesuaai jadwal imunisasi, 3) jelaskan
dan catat jenisnya imunisasi setelah anak diimunisasi, 4) jelaskan pada ibu tentang jad-
wal dan jenis imunisasi berikutnya
Saudara telah pahami betapa pentingnya pemberian imunisasi pada anak, tetapi kita
juga harus tahu apa kontra indikasi imunisasi? Untuk menjawab hal tersebut pelajarilah
kontra indikasi berikut ini.
9. Kontra indikasi imunisasi
Seperti dijelaskan di atas, vaksinasi pada umumnya adalah aman dan manfaat imunisa-
si jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan komplikasi yang mungkin terjadi akibat
imunisasi, namun ada beberapa keadaan khusus yang membuat anak-anak atau dewa-
sa tidak boleh atau menunda diimunisasi, keadaan ini kita sebut kontra indikasi. Kontra
indikasi imunisasi secara umum (berlaku untuk semua vaksin ), yaitu : 1) alergi terhadap
vaksin (setelah vaksinasi yang pertama timbul reaksi alergi, bahkan sampai syok), aler-
gi terhadap zat lain yang terdapat didalam vaksin (antibiotika yang terdapat didalam
vaksin, pengawet dan lain-lain), 2) sakit sedang atau berat dengan atau tanpa demam
(sakit akut ringan dengan atau tanpa demam bukan indikasi kontra imunisasi). 3) Se-
cara khusus (untuk beberapa vaksin) : imunodefisiensi (keganasan darah atau tumor
padat, imunodefisinsi kongenetal, terapi dengan obat-obatan yang menurunkan daya
tahan tubuh seperti kortikosteroid (prednisone metil prednisolon) jangka panjang. imu-
nisai polio oral, MMR, varisela infeksi HIV (polio oral dan varisela ) atau kontak HIV seru-
mah (polio oral ), imunodefisiensi (gangguan kekebalan tubuh ) penghuni rumah, polio
oral Kehamilan, MMR, Varisela (tapi bila ibunya yang hamil, tidak apa-apa bila anaknya
diimunisasi).
Saudara telah paham apa saja yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi perlu diper-
hatsilan imunisasi, salah satunya adalah waktu imunisasi dilakukan, bagaimana waktu
imunisasi dilakukan,pelajarilah hal berikut ini.
10. Waktu Imunisasi Dilakukan
Seorang anak harus mendapatkan suntikan pertama sebelum 2 bulan dan kemudian
mendapatkan 4 atau lebih suntikan berikutnya sebelum berusia 2 tahun. Beberapa
vaksinasi harus dilakukan suntikan booster (suntik penguat) pada tahun-tahun berikut-
nya hingga anak belajar di sekolah dasar. Selanjutnya pelajari upaya untuk mengatasi
seorang anak yang terlambat mendapat imunisasi berikut ini
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
12
13
Upaya untuk mengatasi seorang anak yang terlambat mendapat imunisasi
Jika anak belum mendapat imunisasi sama sekali, segeralah merencanakan untuk mem-
ulai pemberian imunisasi. Tenaga medis akan memberikan vaksinasi sesuai umur anak
saat ini, yang jadwalnya biasanya berbeda dengan jadwal anak yang mendapat imunisa-
si sesuai dengan ketentuan umum.
Pemberian yang terlambat tidak akan mengurangi efektifitas vaksinasi untuk memben-
tuk imunitas tubuh, hanya saja anak tidak mendapatkan perlindungan terhadap penya-
kit infeksi sedini mungkin.
Begitu pula apabila anak tidak lengkap mendapatkan vaksinasi, segeralah lengkapi se-
suai jadwal tanpa harus memulainya dari awal lagi. Sebenarnya, imunisasi di Indonsia
secara teratur dimulai sejak tahun 1956 shingga Indonesia dinyatakan bebas cacar oleh
Organisasi Ksehatan Dunia (WHO) pada tahun 1974. Tahun 1977 WHO memulai pro-
gram imunisasi yang di Indonesia disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI).
Pemerintah sebenarnya tidak mewajibkan berbagai jenis imunisasi harus dilakukan
semua. Hanya lima jenis imunisasi pada anak dibawah satu tahun yang harus dilakukan,
yakni BCG, DPT (difteri pertusis tetanus), polio, campak, dan Hepatitis B.
Saudara telah memahami tentang jadwal imunisasi selanjutnya pelajarilah tentang ma-
cam-macam imunisasi dasar.
.
11. Macam Imunisasi Dasar, Cara, Tempat, dan jadwal Pikut ini pemberian
Macam Imunisasi
Imunisasi BCG dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan, lalu DPT diberikan tiga kali
pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu. Imunisasi polio dibeikan
empat kali kali pada bayi 0-11 bulan dengan interval minimal empat minggu. Sedang-
kan campak diberikan satu kali pada bayi usia 9-11 bulan. Terakhir imunisasi hepatitis
B harus diberikan tiga kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval minimal empat
minggu.
Jika ingin lebih teliti lagi, masih ada imunisasi yang harus dilakukan, yakni imunisasi
tetanus toxoid (TT). Jenis imunisasi ini minimal dilakukan lima kali seumur hidup untuk
mendapatkan kekebalan penuh. Imunisasi TT yang pertama bisa dilakukan kapan saja,
misalnya sewaktu remaja. Lalu TT2 dilakukan sebulan setelah TT1 (dengan perlindun-
gan tiga tahun).
Tahap berikutnya adalah TT3, dilakukan enam bulan setelah TT2 (perlindungan enam
tahun ), kemudian TT4 diberikan satu tahun setelah TT4 (perlindungan 25 tahun). Oleh
karena itu imunisasi TT ini kerap diabaikan, pemerintah biasanya menganjurkan imu-
nisasi TT dilakukan pada calon suami-istri sebagai kelengkapan mendapatkan surat
nikah. Imunisasi ini sangat berguna untuk melindungi bayi yang nantinya akan dilahir-
kan. Setelah mendapatkan suntikan pertama menjelang pernikahan, imunisasi TT tetap
dilanjutkan hingga tiga kali.
Inilah 5 jenis imunisasi yang wajib diperolh bayi sebelum usia setahun. Penyakit-pen-
yakit yang hendak dicekalnya yang memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi,
selain bisa menimbulkan kecacatan.
1) Imunisasi BCG
Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus tu-
berclebacili yang hidup didalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan aktif,
dimasukanlah jenis basil tidak berbahaya ini ke dalam tubuh, yaitu vaksinasi BCG (Bacil-
lus Calmette-Guerin)
Seperti diketahui, Indonesia termasuk Negara endemis TBC (penyakit TBC terus-me-
nerus ada sepanjang tahun) dan merupakan salah satu Negara dengan penderita TBC
tertinggi di dunia. TBC di sebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah
sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang terbawa keluar saat pen-
derita batuk , bernafas atau bersin. Gejalanya antara lain: berat badan anak susah ber-
tambah, sulit makan, mudah sakit, batuk berulang, demam dan berkeringat di malam
hari, juga diare pesisten. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara 8-12 minggu.
Untuk mendiagnosis anak terkena TBC atau tidak, perlu dilakukan tes rontgen untuk
mengetahui adanya flek, tes Mantoux untuk mendeteksi peningkatan kadar sel darah
putih, dan tes darah untuk mengetahui ada-tidaknya gangguan laju endap darah. Bah-
kan, dokter pun perlu melakukan wawancara untuk mengetahui, apakah si kecil pernah
atau tidak, berkontak dengan pendrita TBC. Jika anak positif terkena TBC, dokter akan
memberikan obat antibiotik khusus TBC yang harus diminum dalam jangka panjang,
minimal 6 bulan. Lama pengobatan tak bisa diperpendek karena bakteri TBC tergolong
sulit mati dan sebagian ada yang “tidur/dorman”. Karenanya, mencegah lebih baik dari-
pada mengobati. Selain menghindari anak berkontak dengan penderitaTB, juga mening-
katkan daya tahan tubuhnya yang salah satunya melalui pemberian imunisasi BCG.
a. Jumlah pemberian:
	 Cukup 1 kali saja, tak perlu diulang (booster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hid-
up sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi
kuman mati, hingga memerlukan pengulangan. Cara pemberian secara Intradermal
dengan dosis 0,05 ml.
b.	 Usia Pemberian:
	 Di bawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes (tubercu-
lin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan kuman Mycobacteri-
um tubercolusis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya negative. Jika ada
penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang kerumah, segera setelah
lahir si kecil diimunisasi BCG
c.	 Lokasi Penyuntikan:
	 Lokasi penyuntikan pada lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
14
15
d.	 Efek Samping:
	 Umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar
getah bening di ketiak atau leher bagian bawah, biasanya akan sembuh sendiri.
e.	 Tanda Keberhasilan:
	 Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu. Tidak
menimbulkan nyeri dan tak diiringi panas. Bisul akan sembuh sndiri dan meninggal-
kan luka parut . tanda bekas pnyuntikan BCG disebut scar. Jikapun bisul tak mun-
cul, tak usah cemas. Bisa saja dikarenakan cara penyuntikan yang salah, mengingat
cara penyuntikannya perlu keahlian khusus karena vaksin harus masuk ke dalam
kulit. Jadi, meski bisul tak muncul, antibody tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar
rendah. Imunisasi pun tak perlu diulang, karena di daerah endemis TB. Infeksi alami-
ah akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat vaksinasi alamiah.
f.	 Indikasi Kontra:
	 Tidak bisa diberikan pada anak yang berpenyakit TBC atau menunjukkan Mantoux
positif.
2) Imunisasi Hepatitis B
Indonesia yang termasuk Negara endemis tinggi penyakit hepatitis. Jika menyerang
anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terin-
feksi virus hepatitis B (VHB), dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawahnya
terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati (kerusakan
sel hati yang sangat berat). Bahkan yang lebih buruk bisa mengakibatkan kanker hati.
Banyak jalan masuknya VHB ke tubuh si kecil. Yang potensial melalui jalan lahir. Bisa
sejak dalam kandungan sudah tertular dari ibu yang mengidap hepatitis B atau saat
proses kelahiran. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusi
darah. Bisa juga melalui alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi darah
dari penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak steril atau peralatan yang
ada di klinik gigi. Bahkan juga lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakan antar
anggota keluarga.
Namun, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan oleh dokter seka-
lipun. Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis. Tidak Cuma
itu. Anak juga terlihat sehat, nafsu makannya baik, berat tubuhnya pun naik dengan
bagus pula. Penyakitnya baru ketahuan setelah dilakukan pemeriksaan darah. Gejala
baru tampak begitu hati si penderita tak mampu lagi mempertahankan metabolisme
tubuhnya.
Upaya pencegahan merupakan langkah terbaik. Jika ada salah satu anggota keluarga
dicurigai kena VHB, biasanya dilakukan screening terhadap anak-anaknya untuk men-
getahui apakah membawa virus atau tidak. Pemeriksaan harus dilakukan kendati anak
tak menunjukkan gejala sakit apa pun. Selain itu, imunisasi merupakan langkah efektif
untuk mencegah masuknya VHB.
a.	 Jumlah Pemberian:
	 Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemu-
dian 5 bulan antara suntikan ke dua dan ke tiga. Jumlah pemberian : Hevac B = 2,5
ug, Hepaccin = 1,5 ug, B-Hepavac = 10 ug, Engerix-B = 10 ug. Lokasi pemberian di
deltoid atau paha anterolateral.
b.	 Usia Pemberian:
	 Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada
gangguan pada paru-paru, jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia antara
3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi yang dilaku-
kan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisai tambahan dengan im-
munoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24 jam.
c.	 Lokasi Penyuntikan:
	 Pada anak di lengan, secara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat an-
terolateral (antero = otot-otot di bagian depan; lateral = otot bagian luar). Penyunti-
kan di bokong tak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.
d.	 Efek Samping:
	 Umumnya tak terjadi. Jikapun ada (kasusnya sangat jarang), berupa keluhan nyeri
pada bekas suntikan, yang di susul demam ringan dan pembengkakan. Namun reak-
si ini akan menghilang dalam waktu dua hari.
e.	 Tanda keberhasilan:
	 Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan penguku-
ran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya
setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahannya 8
tahun; di atas 500, tahan 5 tahun; di atas 200, tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya
Cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya nol berarti si
bayi harus di suntik ulang 3 kali lagi.
f.	 Tingkat kekebalan:
	 Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95% bayi
mengalami respons imun yang cukup.
g.	 Indikasi Kontra:
	 Tak dapat di berikan pada anak yang menderita sakit berat.
3) Imunisasi Polio
Belum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. Penyakit yang dapat menyebab-
kan kelumpuhan ini, disebabkan virus poliomyelitis yang sangat menular. Penularannya
bisa lewat makanan atau minuman yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat percikan
ludah atau air liur penderita polio yang masuk ke mulut orang sehat.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
16
17
Virus polio berkembang baik dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus, lalu
masuk ke aliran darah dan akhirnya ke sumsum tulang belakang hingga bisa menyebab-
kan kelumpuhan otot tangan dan kaki. Bila mengenai otot pernapasan, penderita akan
kesulitan bernafas dan bisa meninggal.
Masa inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5 hari, umumnya akan mengala-
mi kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun tak semua orang
yang terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan virus po-
lio yang menyerang dan daya tahun tubuh si anak.Imunisasi polio akan memberikan
kekebalan terhadap serangan virus polio.
a.	 Jumlah Pemberian:
	 Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio mas-
sal. Namun jumlah yang berlebihan ini tak akan berdampak buruk. Tak ada istilah
overdosis dalam imunisasi.
b.	 Usia Pemberian:
	 Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18 bu-
lan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan
vaksin DTP.
c.	 Cara Pemberian:
	 Cara pemberian imunisasi polio melalui oral/mulut (oral polio myelitis Vaccine/OPV)
di luar negeri, cara pemberian imunisasi polio ada yang melalui suntikan (disebut
Inactivated poliomyelitis Vaccine/IPV)
d.	 Efek Samping:
	 Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan
sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang.
e.	 Tingkat Kekebalan:
	 Dapat mencekal hingga 90%.
f.	 Indikasi Kontra:
	 Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (di
atas 38°C); muntah atau diare; penyakit kanker atau keganasan; HIV/AIDS; sedang
menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum; serta anak dengan
mekanisme kekebalan terganggu.
4) Imunisasi DTP
Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit difteri, tetanus, dan pertusis,
dapat menghindarkan tubuh sikecil dari penyakit ini. Kekebalan segera muncul setelah
diimunisasi.
a.	 Usia dan Jumlah Pemberian:
	 Sebanyak 5 kali; 3 kali di usia bayi (2, 4, 6 bulan), 1 kali di usia 18 bulan, dan 1 kali di
usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun di berikan imunisasi TT.
b.	 Efek Samping:
	 Umumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas. Jika
demamnya tinggi dan tak kunjung reda setelah 2 hari, segera bawa anak ke dokter.
Namun jika demam tak muncul, bukan berarti imunisasinya gagal, bisa saja karena
kualitasvaksinya jelek, misal.
	 Untuk anak yang memiliki riwayat kejang demam, imunisasi DTP tetap aman. Kejang
demam tak membahayakan, karena si kecil mengalami kejang hanya ketika demam
dan tak akan mengalami kejang lagi setelah demamnya hilang. Jikapun orang tua
tetap kawatir, si kecil dapat di berikan vaksin DTP asesular yang tak menimbulkan
demam. Kalaupun terjadi demam, umumnya sangat ringan, hanya sekedar sumer.
c.	 Indikasi Kontra:
	 Imunisasi DTP Tak dapat diberikan kepada mereka yang kejangnya disebabkan suatu
penyakit seperti epilepsy, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis
dirawat karena infeksi otak, dan yang alergi terhadap DTP. Mereka hanya boleh me-
nerima vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah yang menyebabkan panas.
5) Imunisasi Campak
Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring ber-
tambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tam-
bahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular, dan
mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit disebab-
kan virus morbili ini. Untungnya, campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali
terkena campak, setelah itu biasanya tak terkena lagi.
Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) penderita
yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar
10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek,
demam), mata kemerah-merahan dan berair, si kecil pun merasa silau saat melihat ca-
haya. Kemudian, di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan
3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam
tinggi yang turun naik, berkisar 38-40°C. Seiring dengan itu, barulah keluar bercak-ber-
cak merah yang merupakan ciri khas penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi
juga tak terlalu kecil. Awalnya hanya muncul di beberapa bagian tubuh saja seperti di
belakang telinga, leher, dada, muka, tangan dan kaki.Dalam waktu satu minggu, ber-
cak-bercak merah ini akan memenuhi seluruh tubuh. Namun bila daya tahan tubuhnya
baik, bercak-bercak merah hanya di beberapa bagian tubuh saja dan tidak banyak.
Jika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya. Ber-
cak merah pun akan berubah kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada
akhirnya bercak akan melupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumn-
ya dibutuhkan waktu dua minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak.
Dalam kondisi ini, tetaplah meminum obat yang sudah diberikan dokter. Jaga stamina
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
18
19
dan konsumsi makanan bergizi. Pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu mengobati
berdasarkan gejala yang muncul. Hingga saat ini, belum ditemukan obat yang efektif
mengatasi virus campak.
Jika tak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa terjadi komplikasi,
terutama pada campak yang berat. Ciri-ciri campak berat, selain bercak disekitar tubuh,
gejalanya tidak membaik setelah diobati 1-2 hari. Komplikasi yang terjadi biasanya be-
rupa radang paru-paru (broncho pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Komplikasi
inilah yang umumnya paling sering menimbulkan kematian pada anak.
a.	 Usia dan Jumlah Pemberian:
	 Imunisasi ini diberikan sebanyak 1 kali; 1 kali di usia 9 bula. Dianjurkan, pemberian
campak sesuai jadwal. Selain karena antibody dari ibu sudah menurun di usia 9
bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan
belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi
MMR (Measles Mumps Rubella).
b.	 Cara pemberian: cara pemberian imunisasi campak secara subcutan
c.	 Efek Samping:
	 Umumnya tidak ada efek samping, namun pada beberapa anak, bisa menyebabkan
demam dan diare, namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung sem-
inggu. Kadang juga terdapat efek kemerahan mirip campak selama 3 hari.
d.	 Kontra indikasi imunisasi adalah sebagai berikut: anak dengan penyakit infeksi akut
yang disertai demam, penyakit gangguan kekebalan, TBC tanpa pengobatan, keku-
rangan gizi berat, penyakit keganasan, anak dengan kerentanan tinggi terhadap pro-
tein telur, kanamisin dan eritromisin
Setelah saudara mempelajari tentang konsep imunisasi, yang tidak kalah penting untuk
saudara ketahui adalah bagaimana cara penyimpanan vaksin. Karena dengan penyim-
panan vaksin yang tidak memenuhi ketentuan dapat menurunkan kwalitas vaksin. Un-
tuk itu pelajarilah bagaimana cara penyimpanan vaksin.
12.	 Penyimpanan Vaksin
Dalam penyelenggaraan program imunisasi dibutuhkan dukungan vaksin, alat suntik
dan rantai dingin (cold chain) agar kualitas vaksin sesuai dengan standar guna menum-
buhkan imunitas yang optimal bagi sasaran imunisasi.
Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau
racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berguna untuk merangsang
timbulnya kekebalan tubuh seseorang. Bila vaksin diberikan kepada seseorang, akan
menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.
Sebagai produk biologis, vaksin memiliki karakteristik tertentu dan memerlukan pen-
anganan yang khusus sejak diprodusi di pabrik hingga dipakai di unit pelayanan. Suhu
yang baik untuk semua jenis vaksin adalah + 2 0C sampai dengan + 80 C.
Penyimpangan dari ketentuan yang ada dapat mengakibatkan kerusakan vaksin sehing-
ga menurunkan atau menghilangkan potensinya bahkan bila diberikan kepada sasaran
dapat menimbulkan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang tidak diinginkan. Keru-
sakan vaksin dapat mengakibatkan kerugian sumberdaya yang tidak sedikit, baik dalam
bentuk biaya vaksin, maupun biaya-biaya lain yang terpaksa dikeluarkan guna menang-
gulangi masalah KIPI stau kejadian luar biasa.
Selama ini masih banyak petugas kesehatan yang beranggapan bahwa bila ada pendin-
gin maka vaksin sudah aman, malahan ada yang berfikir kalau makin dingin maka vaksin
makin baik. Pendapat itu perlu diluruskan! Semua vaksin akan rusak bila terpapar panas
atau terkena sinar matahari langsung. Tetapi beberapa vaksin juga tidak tahan terha-
dap pembekuan, bahkan dapat rusak secara permanen dalam waktu yang lebih singkat
dibandingkan bila vaksin terpapar panas.
Berdasarkan sensitivitas terhadap suhu, penggolongan vaksin adalah sebagai berikut :
a.	 Vaksin sensitive beku (Freeze sensitive = FS), adalah golongan vaksin yang akan rusak
terhadap suhu dingin dibawah 0°C (beku) yaitu: Hepatitis B, DPT, DPT-HB, DT, TT
b.	 Vaksin sensitive panas (Heat Sensitive = HS), adalah golongan vaksin yang akan rusak
terhadap paparan panas yang berlebih yaitu: BCG, Polio, Campak
Pemantauan suhu vaksin sangat penting dalam menetapkan secara cepat apakah vak-
sin masih layak digunakan atau tidak. Untuk membantu petugas dalam memantau suhu
penyimpanan dan pengiriman vaksin, ada berbagai alat dengan indicator yang sangat
peka seperti Vaccine Vial Monitor (VVM), Freeze watch atau Freezetag serta Time Tem-
pertur Monitor (TTM).
Dengan menggunakan alat pantau ini, dalam berbagai studi diketahui bahwa telah ter-
jadi berbagai kasus paparan terhadap suhu beku pada vaksin yang peka terhadap pem-
bekuan seperti Hepatitis B, DPT dan TT. Dengan adanya temuan ini maka telah dilaku-
kan penyesuaian pengelolaan vaksin untuk mencegah pembekuan vaksin.
Suhu tempat penyimpanan yang tidak tepat akan menimbulkan kerusakan vaksin. Hal
ini dapat dilihat dari keterangan di bawah ini:
Vaksin Sensitif Beku
a. Suhu terlalu dingin
Pada Vaksin Hepatitis B, DPT-HB di suhu -0,50C dapat bertahan selama maksimum 1/2
jam dan DPT, DT, TT pada suhu -50C S/D -100C dapat bertahan selama maksimum 1,5
-2 jam.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
20
21
b. Vaksin Sensitf Panas
Sementara polio beberapa 0C di atas suhu udara luar (ambient temperature<340C)
dapat bertahan selama 2 hari sedangkan Campak dan BCG beberapa 0C di atas suhu
udara luar dapat bertahan 7 hari.
Terlihat bahwa rusaknya vaksin sensitive beku akibat terpapar suhu terlalu dingin, jauh
lebih cepat daripada rusaknya vaksin sensitif panas akibat terpapar suhu terlalu panas.
Oleh karena itu tidak mengherankan bila lebih banyak vaksin yang rusak akibat terpapar
suhu terlalu dingin dibandingkan terpapar suhu terlalu panas.
Beberapa Catatan Penting
Paparan panas secara kumulatif akan mengurangi umur dan potensi semua jenis vak-
sin. Untuk memantau hal tersebut dipergunakan alat pemantau suhu panas Vaccine Vial
Monitor (VVM) dimana untuk vaksin dari Departemen Kesehatan RI sudah ditempelkan
pada semua kemasan vaksin kecuali BCG. Alat ini berupa gambar lingkaran berwarna
ungu dengan segi empat di dalamnya yang berwarna putih pada VVM A.
Dengan pengaruh panas akan berubah menjadi VVM B dimana segi empat sudah ber-
warna ungu muda, VVM C dimana segi empat sudah berwarna ungu sama seperti ling-
karan diluarnya dan VVM D dimana segi empat sudah berwarna lebih ungu dari pada
lingkaran diluarnya. Vaksin dengan VVM C dan D pertanda sudah terpapar panas dan
tidak boleh digunakan lagi.
Vaksin DPT, TT, DT, HB dan DPT-HB akan rusak bila terpapar suhu beku. Masing-masing
vaksin tersebut memiliki titik beku tersendiri, yaitu vaksin Hepatitis B beku pada suhu
-0,50C, sedang vaksin DPT, DT dan TT akan beku pada suhu -50C. vaksin yang rusak oleh
paparan suhu beku adalah polio, Campak dan BCG. Untuk memantau suhu beku dapat
dilakukan dengan menggunakan Freeze Watch dan Freeze tag yaitu alat yang sensitive
terhadap suhu beku dimana bila alat ini terpapar suhu dibawah -00C akan terlihat pada
monitor berupa warna biru untuk Freeze Watch atau tanda silang untuk Freeze tag.
Ditingkat puskesmas semua vaksin disimpan pada suhu +2 s/d + 8 0C sedang freezer
yang ada hanya di peruntukkan bagi pembuatan cold pack (es batu).
Untuk pendistribusian vaksin ke lapangan posyandu sebaiknya menggunakan air dingin
(cool pack) dan bila situasinya mengharuskan menggunakan cold pack, karena tempat
yang panas atau jauh, sebaiknya vaksin diatur berdasarkan sensitifikasinya terhadap
suhu dan diberi pelapis untuk jenis vaksin yang berbeda.
Setelah mempelajari pokok bahasan penyimpanan vaksin, apakah saudara sudah pa-
ham tentang hal itu? Jika saudara sudah memahaminya maka lanjutkan dengan mem-
pelajari jadwal pemberian imunisasi berikut ini.
Imunisasi Tambahan
Yang termasuk dalam imnisasi DT adalah :
1.	 Imunisasi DT
2.	 Imunisasi MMR
3.	 Imunisasi Hib
4.	 Imunisasi Varisella
5.	 Imunisasi Influenza
6.	 Imunisasi Demam Tifoid
7.	 Imunisasi Hepatitis B
8.	 Imunisasi TT
13. Jadwal Pemberian Imunisasi
Tabel 3.2 Memeriksa Jadwal Imunisasi
Jadwal Imunisasi Umur Jenis Vaksin Tempat
(Bayi lahir di rumah)
0-7 hari HB 0 Rumah
1 bulan BCG, Polio 1 Posyandu
2 bulan DPT/HB 1, Polio 2 Posyandu
3 bulan DPT/HB 2, Polio 3 Posyandu
4 bulan DPT/HB 3, Polio 4 Posyandu
9 bulan Campak Posyandu
(Bayi lahir di RS/RB/
bidan praktik)
0 bulan HB 0, BCG, Polio 1 RS/RB/Bidan
2 bulan DPT/HB 1, Polio 2 RS/RB/Bidan/Po-
syandu
3 bulan DPT/HB 2, Polio 3 RS/RB/Bidan/Po-
syandu
4 bulan DPT/HB 3, Polio 4 RS/RB/Bidan/Po-
syandu
9 bulan Campak RS/RB/Bidan
Sumber: Depkes RI, 2010
Catatan: Jadwal imunisasi dapat berubah tergantung Kebijakan Nasional
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
22
23
Tabel 3.3. Jadwal imunisasi berdasarkan usia pemberian, sesuai IDAI, periode 2012.
Umur Vaksin Keterangan
Saat lahir
Hepatisis B-1 HB-harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah
lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6
Polio -0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk
bayi yang lahir di RB/RS, polio diberikan saat bayi
dipulangkan (untuk menghindari tranmisi virus vak-
sin terhadap bayi lain)
1 bulan Hepatitis B-2 Hb-2 diberikan umur 1 bulan
0-2 bulan BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan
diberikan pada>2 bulan sebaiknya dilakukan uji tu-
berculin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila
hasilnya negatif.
4 bulan DTP-2
Hib-2
Polio-2
Diberikan secara terpisah
Hib-2 dapat direkomendasi dengan Hib-2
Diberikan bersama
6 bulan DTP 3
Hib-3
Polio-3
Dapat dikomendasikan dengan Hib-3
Diberikan bersama DTP
9 bulan Campak-1 Campak diberikan umur 9 bulan, apabila telah
mendapat MMR pada usia 15 bulan, campak 2 tidak
perlu diberikan.
15-18 bu-
lan
MMR
Hib-4
Apabila sampai usia 12 bulan belum mendapat imu-
nisasi
18 bulan DTP-4
Polio-4
Diberikan satu tahun setelah DTP-3
Diberikan bersama dengan DTP-4
2 tahun Hepatitis A Direkomendasikan pada umur >2 tahun, diberikan 2
kali dengan interval 6-12 bulan
2-3 tahun Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan
untuk umur >2 tahun, perlu diulang setiap 3 tahun.
5 tahun DTP-5
Polio-5
Diberikan pada umur 5 tahun
Diberikan bersama DTP-5
6 tahun MMR Diberikan untuk catch up immunization pada anak
yang belum mendapat MMR-1
10 tahun dT /TT
Varisella
Menjelang pubertas vaksin ke-5 diberikan untuk
imunitas selama 25 tahun
Diberikan umur 10 tahun
Jadwal tersebut di atas dapat saudara gunakan dalam menentukan kapan seorang bayi
harus diimunisasi vaksin tertentu. Misal imunisasi apa yang harus didapatkan oleh bayi
baru lahir? Maka jawabnya adalah imunisasi Hepatitis B yang ke 1 dan Imunisasi Polio 0.
Jadwal tersebut dapat berubah sesuai dengan pedoman yang berlaku.
Dengan tabel tersebut di atas kita bisa mengetahui kapan sebaiknya imunisasi diberikan
kepada anak, misalnya seorang ibu membawa bayinya ke tempat bidan praktik untuk
mengimunisasikan bayinya. Saat ini bayi tersebut berusia
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
24
25
•	 Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu, bayi baru lahir sangat memerlukan
pemberian imnisasi. Imunisasi merupakan suatu proses untuk membuat system per-
tahanan tubuh kebal terhadap infasi mikroorganisme.
•	 Tujuan dari pemberian imunisasi diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit
sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengu-
rangi kecacatan akibat penyakit tertentu
•	 Jenis imunisasi ada dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif
•	 Terdapat 10 penyakit pada anak yang dapat dicegah dengan imunisasi meliputi: yai-
tu: polio, campak, gondongan, rubella (campak jerman), difteria, tetanus, batuk rejan
(pertusis), meningitis, cacar air dan hepatitis B.
•	 Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan imunisasi yaitu status
imun host, faktor genetic host, serta kwalitas dan kwantitas vaksin.
•	 vaksinasi pada umumnya adalah aman dan manfaat imunisasi jauh lebih banyak bila
dibandingkan dengan komplikasi yang mungkin terjadi akibat imunisasi
•	 Jika anak belum mendapat imunisasi sama sekali, segeralah merencanakan untuk
memulai pemberian imunisasi. Pemberian yang terlambat tidak akan menguran-
gi efektifitas vaksinasi untuk membentuk imunitas tubuh, hanya saja anak tidak
mendapatkan perlindungan terhadap penyakit infeksi sedini mungkin.
•	 Imunisasi BCG dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan, lalu DPT diberikan tiga kali
pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu. Imunisasi polio diberi-
kan empat kali pada bu kali bayi 0-11 bulan dengan interval minimal empat minggu.
Sedangkan campak diberikan satu kali pada bayi usia 9-11 bulan. Terakhir imunisasi
hepatitis B harus diberikan tiga kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval mini-
mal empat minggu.
•	 Dalam penyelenggaraan program imunisasi dibutuhkan dukungan vaksin, alat
suntik dan rantai dingin (cold chain) agar kualitas vaksin sesuai dengan standar guna
menumbuhkan imunitas yang optimal bagi sasaran imunisasi.
•	 Ada beberapa imunisasi tambahan yaitu: Imunisasi DT, MMR, Hib, Varisella, Influen-
za, Demam Tifoid, Hepatitis B, TT
Rangkuman
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan memilih salah satu alternative jawa-
ban yang paling Anda anggap benar.
1.	 Yang dimaksud dengan imunisasi adalah…
A.	 Suatu proses membuat anak tidak sakit
B.	 Suatu proses mengobati penyakit tertentu pada anak
C.	 Upaya pemerintah untuk menurunkan penyakit pada anak
D.	 Upaya petugas kesehatan guna menghindarkan anak terhadap penyakit
E.	 Suatu proses untuk membuat system pertahanan tubuh kebal terhadap infasi
mikroorganisme tertentu
2.	 Tujuan pemberian imunisasi adalah …
A.	 Anak menjadi tidak sakit
B.	 Membuat anak lebih sehat
C.	 Agar anak dapat terhindar dari segala penyakit
D.	 Untuk meningkatkan tumbuh kembang yang optimal pada anak
E.	 Anak menjadi kebal terhadap penyakit tertentu sehingga dapat menurunkan
angka morbiditas dan mortalitas
3.	 Contoh dari imunisasi pasif alami adalah….
	 A.	Pemberian ATS
	 B.	Anak sembuh dari penyakit
	 C.	Pemberian imunisasi polio
	 D.	Mendapatkan kekebalan dari ibunya
	 E.	Pemberian imunisasi DPT setelah anak sakit difteri
4.	 Berikut ini merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu….
	 A.	Hepatitis, tuberculosa, difteri, diare
	 B.	Polio, difteri, tetanus, hepatitis, toxoplasma
	 C.	Difteri, campak, polio, hepatitis, diare, tubercosis
	 D.	Hepatitis, tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak
	 E.	Hepatitis, tuberculosa, difteri, pertusis, tetanus, encephalitis, polio
5.	 Faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan imunisasi antara lain…..
	 A.	Usia anak
	 B.	Jenis vaksin
	 C.	Harga vaksin
	 D.	Berat badan anak
	 E.	Kualitas vaksin
6.	 Jadwal pemberian imunisasi BCG pada usia….
	 A.	9 bulan
	 B.	Baru lahir
Evaluasi
Formatif
Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
26
27
	 C.	2-11 bulan
	 D.	2,3,4 bulan
	 E.	Kurang dari 2 bulan
7.	 Jadwal pemberian imunisasi DPT pada usia….
	 A.	9 bulan
	 B.	1-2 bulan
	 C.	Baru lahir
	 D.	2-11 bulan
	 E.	2,3,4 bulan
8.	 Dosis pemberian imunisasi Hepatitis B adalah….
	 A.	O,1 cc
	 B.	0,05 cc
	 C.	0,5 cc
	 D.	1 cc
	 E.	0,01 cc
9.	 Vaksin yang akan rusak karena suhu panas adalah….
	 A.	DPT
	 B.	BCG
	 C.	Polio
	 D.	Campak
	 E.	Hepatitis
10.	 Imunisasi campak diberikan secara…
	 A.	Oral
	 B.	Tetes
	 C.	subcutan
	 D.	Intravena
	 E.	Intracutan
Selanjutnya untuk mengetahui hasil belajar saudara, Cocokkan jawaban Saudara den-
gan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir Kegiatan Belajar ini,
kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban yang benar adalah:
90% - 100%		 : baik sekali
80% - 89%		 : baik
70% -79%		 : cukup
kurang dari 70%	 : kurang
Kalau Anda memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Anda Bagus! Anda
Sdapat melanjutkan ke Kegiatan Belajar 2. Tetapi jika pencapaian Anda kurang dari 80%,
maka sebaiknya ulangilah Kegiatan Belajar 1, terutama bagian-bagian yang belum Anda
kuasai!
1.	 Lakukan pengkajian pada neonatus/bayi/balita yang ada disekitar saudara tinggal
tentang status imunisasi yang sudah didapat, lakukan analisa tentang jenis imuni-
sasi dan waktu pemberian apakah sudah sesuai dengan jadwal yang berlaku, beri
alasannya. Buat rencana Imunisasi apa yang harus diterima pada bulan berikutnya?
Lakukan tugas tersebut secara mandiri, hasilnya saudara diskusikan dengan teman
saudara secara berkelompok.
2.	 Praktikkan cara masing-masing pemberian imunisasi dasar pada panthom (gunakan
pedoman praktik pemberian imunisasi), lakukan kegiatan tersebut mulai dari persia-
pan sampai dengan pendokumentasiannya. Praktikkan secara berkelompok, kemu-
dian lanjutkan praktik secara mandiri. Dalam kegiatan praktik ini lihatlah pada pe-
doman praktik pemberian imunisasi.
Tugas Mandiri
Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health System Strengthening (AIPHSS)
2015

More Related Content

What's hot

Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahpjj_kemenkes
 
Kb 3 peran bidan dalam asuhan primer neonatus
Kb 3 peran bidan dalam asuhan primer neonatusKb 3 peran bidan dalam asuhan primer neonatus
Kb 3 peran bidan dalam asuhan primer neonatuspjj_kemenkes
 
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balitaKb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balitapjj_kemenkes
 
Kb 1 konsep dasar pencegahan infeksi pada neonatus dan bayi
Kb 1 konsep dasar pencegahan infeksi pada neonatus dan bayiKb 1 konsep dasar pencegahan infeksi pada neonatus dan bayi
Kb 1 konsep dasar pencegahan infeksi pada neonatus dan bayipjj_kemenkes
 
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolahKb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolahpjj_kemenkes
 
Modul 1 kb 4 asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas
Modul 1 kb 4 asuhan  bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitasModul 1 kb 4 asuhan  bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas
Modul 1 kb 4 asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitaspjj_kemenkes
 
Kb 2 gizi pada bayi dan balita
Kb 2 gizi pada bayi dan  balitaKb 2 gizi pada bayi dan  balita
Kb 2 gizi pada bayi dan balitapjj_kemenkes
 
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
5. asuhan kebidanan bayi baru lahirpjj_kemenkes
 
Askeb Komunitas_Bab i-iii pelayanan kesehatan bayi & balita
Askeb Komunitas_Bab i-iii pelayanan kesehatan bayi & balitaAskeb Komunitas_Bab i-iii pelayanan kesehatan bayi & balita
Askeb Komunitas_Bab i-iii pelayanan kesehatan bayi & balitaPurwaningsih Rahayu
 
Modul 1 4 asuhan bayi baru lahir,
Modul 1 4 asuhan bayi baru lahir,Modul 1 4 asuhan bayi baru lahir,
Modul 1 4 asuhan bayi baru lahir,pjj_kemenkes
 
Kb2 adaptasi pernafasan, sirkulasi darah, kekebalan tubuh
Kb2 adaptasi pernafasan, sirkulasi darah, kekebalan tubuhKb2 adaptasi pernafasan, sirkulasi darah, kekebalan tubuh
Kb2 adaptasi pernafasan, sirkulasi darah, kekebalan tubuhpjj_kemenkes
 
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAHKEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAHsri wahyuni
 
Perencanaan dan pelaksanaan Asuhan balita dan anak prasekolah
Perencanaan dan pelaksanaan Asuhan balita dan anak prasekolahPerencanaan dan pelaksanaan Asuhan balita dan anak prasekolah
Perencanaan dan pelaksanaan Asuhan balita dan anak prasekolahpjj_kemenkes
 
Manajemen asuhan kebidanan anak balita normal
Manajemen asuhan kebidanan anak balita normalManajemen asuhan kebidanan anak balita normal
Manajemen asuhan kebidanan anak balita normalMJM Networks
 
Modul 6 kb 5 asuhan neonatus dan bayi dengan bisulan (furunkel) dan infeksi
Modul 6 kb 5   asuhan neonatus dan bayi dengan bisulan (furunkel) dan infeksiModul 6 kb 5   asuhan neonatus dan bayi dengan bisulan (furunkel) dan infeksi
Modul 6 kb 5 asuhan neonatus dan bayi dengan bisulan (furunkel) dan infeksipjj_kemenkes
 
ASUHAN KESEHATAN BAYI BALITA DI KOMUNITAS
ASUHAN KESEHATAN BAYI BALITA  DI KOMUNITASASUHAN KESEHATAN BAYI BALITA  DI KOMUNITAS
ASUHAN KESEHATAN BAYI BALITA DI KOMUNITASNindi Yulianti
 
Asuhan kesehatan bayi balita dikomunitas berkaitan dengan program
Asuhan kesehatan bayi balita dikomunitas berkaitan dengan programAsuhan kesehatan bayi balita dikomunitas berkaitan dengan program
Asuhan kesehatan bayi balita dikomunitas berkaitan dengan programekaarum
 
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahirKb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahirpjj_kemenkes
 

What's hot (20)

Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
 
Kb 3 peran bidan dalam asuhan primer neonatus
Kb 3 peran bidan dalam asuhan primer neonatusKb 3 peran bidan dalam asuhan primer neonatus
Kb 3 peran bidan dalam asuhan primer neonatus
 
Kb 1 imunisasi
Kb 1 imunisasiKb 1 imunisasi
Kb 1 imunisasi
 
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balitaKb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
 
Kb 1 konsep dasar pencegahan infeksi pada neonatus dan bayi
Kb 1 konsep dasar pencegahan infeksi pada neonatus dan bayiKb 1 konsep dasar pencegahan infeksi pada neonatus dan bayi
Kb 1 konsep dasar pencegahan infeksi pada neonatus dan bayi
 
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolahKb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
 
Modul 1 kb 4 asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas
Modul 1 kb 4 asuhan  bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitasModul 1 kb 4 asuhan  bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas
Modul 1 kb 4 asuhan bayi baru lahir, bayi dan balita di komunitas
 
Kb 2 gizi pada bayi dan balita
Kb 2 gizi pada bayi dan  balitaKb 2 gizi pada bayi dan  balita
Kb 2 gizi pada bayi dan balita
 
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
5. asuhan kebidanan bayi baru lahir
 
Askeb Komunitas_Bab i-iii pelayanan kesehatan bayi & balita
Askeb Komunitas_Bab i-iii pelayanan kesehatan bayi & balitaAskeb Komunitas_Bab i-iii pelayanan kesehatan bayi & balita
Askeb Komunitas_Bab i-iii pelayanan kesehatan bayi & balita
 
Modul 1 4 asuhan bayi baru lahir,
Modul 1 4 asuhan bayi baru lahir,Modul 1 4 asuhan bayi baru lahir,
Modul 1 4 asuhan bayi baru lahir,
 
Kb2 adaptasi pernafasan, sirkulasi darah, kekebalan tubuh
Kb2 adaptasi pernafasan, sirkulasi darah, kekebalan tubuhKb2 adaptasi pernafasan, sirkulasi darah, kekebalan tubuh
Kb2 adaptasi pernafasan, sirkulasi darah, kekebalan tubuh
 
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAHKEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
 
Perencanaan dan pelaksanaan Asuhan balita dan anak prasekolah
Perencanaan dan pelaksanaan Asuhan balita dan anak prasekolahPerencanaan dan pelaksanaan Asuhan balita dan anak prasekolah
Perencanaan dan pelaksanaan Asuhan balita dan anak prasekolah
 
Manajemen asuhan kebidanan anak balita normal
Manajemen asuhan kebidanan anak balita normalManajemen asuhan kebidanan anak balita normal
Manajemen asuhan kebidanan anak balita normal
 
Modul 6 kb 5 asuhan neonatus dan bayi dengan bisulan (furunkel) dan infeksi
Modul 6 kb 5   asuhan neonatus dan bayi dengan bisulan (furunkel) dan infeksiModul 6 kb 5   asuhan neonatus dan bayi dengan bisulan (furunkel) dan infeksi
Modul 6 kb 5 asuhan neonatus dan bayi dengan bisulan (furunkel) dan infeksi
 
ASUHAN KESEHATAN BAYI BALITA DI KOMUNITAS
ASUHAN KESEHATAN BAYI BALITA  DI KOMUNITASASUHAN KESEHATAN BAYI BALITA  DI KOMUNITAS
ASUHAN KESEHATAN BAYI BALITA DI KOMUNITAS
 
Kb 3 imunisasi
Kb 3 imunisasiKb 3 imunisasi
Kb 3 imunisasi
 
Asuhan kesehatan bayi balita dikomunitas berkaitan dengan program
Asuhan kesehatan bayi balita dikomunitas berkaitan dengan programAsuhan kesehatan bayi balita dikomunitas berkaitan dengan program
Asuhan kesehatan bayi balita dikomunitas berkaitan dengan program
 
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahirKb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb2 adaptasi fisik bayi baru lahir
 

Similar to IMUNISASI NEONATUS

Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirpjj_kemenkes
 
Kb 2 petunjuk bimbingan antisipasi
Kb 2 petunjuk bimbingan antisipasiKb 2 petunjuk bimbingan antisipasi
Kb 2 petunjuk bimbingan antisipasipjj_kemenkes
 
Kb 1 perspektif keperawatan anak
Kb 1 perspektif keperawatan anakKb 1 perspektif keperawatan anak
Kb 1 perspektif keperawatan anakpjj_kemenkes
 
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirpjj_kemenkes
 
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan GenderKB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Genderpjj_kemenkes
 
KB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
KB 1 Konsep Kesehatan ReproduksiKB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
KB 1 Konsep Kesehatan Reproduksipjj_kemenkes
 
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem ReproduksiKB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksipjj_kemenkes
 
Kb2 konsep tumbuh kembang
Kb2 konsep tumbuh kembangKb2 konsep tumbuh kembang
Kb2 konsep tumbuh kembangpjj_kemenkes
 
Kb2 konsep tumbuh kembang
Kb2 konsep tumbuh kembangKb2 konsep tumbuh kembang
Kb2 konsep tumbuh kembangpjj_kemenkes
 
Kb1 konsep tumbuh kembang
Kb1 konsep tumbuh kembangKb1 konsep tumbuh kembang
Kb1 konsep tumbuh kembangpjj_kemenkes
 
KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...
KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...
KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...pjj_kemenkes
 
Modul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidanan
Modul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidananModul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidanan
Modul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidananpjj_kemenkes
 
SAP Ilmu Kesehatan Anak tentang Imunisasi.doc
SAP Ilmu Kesehatan Anak tentang Imunisasi.docSAP Ilmu Kesehatan Anak tentang Imunisasi.doc
SAP Ilmu Kesehatan Anak tentang Imunisasi.docDebyUSA
 
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehatModul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehatpjj_kemenkes
 
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan ReproduksiKB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksipjj_kemenkes
 
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anakKb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anakpjj_kemenkes
 

Similar to IMUNISASI NEONATUS (20)

Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
 
Kb 2 petunjuk bimbingan antisipasi
Kb 2 petunjuk bimbingan antisipasiKb 2 petunjuk bimbingan antisipasi
Kb 2 petunjuk bimbingan antisipasi
 
Modul 6 kb 5
Modul 6   kb 5Modul 6   kb 5
Modul 6 kb 5
 
Kb 1 perspektif keperawatan anak
Kb 1 perspektif keperawatan anakKb 1 perspektif keperawatan anak
Kb 1 perspektif keperawatan anak
 
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahirKb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
Kb1 adaptasi fisik bayi baru lahir
 
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan GenderKB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
KB 3 Memahami Isu-isu Kesehatan Gender
 
KB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
KB 1 Konsep Kesehatan ReproduksiKB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
KB 1 Konsep Kesehatan Reproduksi
 
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem ReproduksiKB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
 
Kb2 konsep tumbuh kembang
Kb2 konsep tumbuh kembangKb2 konsep tumbuh kembang
Kb2 konsep tumbuh kembang
 
Kb2 konsep tumbuh kembang
Kb2 konsep tumbuh kembangKb2 konsep tumbuh kembang
Kb2 konsep tumbuh kembang
 
Kb1 konsep tumbuh kembang
Kb1 konsep tumbuh kembangKb1 konsep tumbuh kembang
Kb1 konsep tumbuh kembang
 
KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...
KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...
KB 1 Masalah Kesehatan Reproduksi yang Sering Terjadi pada Siklus Reproduksi ...
 
Makalah imunisasi dpt
Makalah imunisasi dptMakalah imunisasi dpt
Makalah imunisasi dpt
 
Modul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidanan
Modul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidananModul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidanan
Modul 2 kb 2 peningkatan deteksi dini risiko atau komplikasi kebidanan
 
SAP Ilmu Kesehatan Anak tentang Imunisasi.doc
SAP Ilmu Kesehatan Anak tentang Imunisasi.docSAP Ilmu Kesehatan Anak tentang Imunisasi.doc
SAP Ilmu Kesehatan Anak tentang Imunisasi.doc
 
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehatModul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
Modul 5 pedoman praktek lab. anak sehat
 
Modul 4 kb 1
Modul 4   kb 1Modul 4   kb 1
Modul 4 kb 1
 
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan ReproduksiKB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
 
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anakKb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak
Kb 1 konsep dasar pertumbuhan dan perkembangan anak
 
Modul 4
Modul 4Modul 4
Modul 4
 

More from pjj_kemenkes

Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 

More from pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 

Recently uploaded

ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptRaniNarti
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.pptPPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.pptTriUmiana1
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFRisaFatmasari
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...WulanNovianti7
 
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdf
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdfdr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdf
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdfMeboix
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxghinaalmiranurdiani
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxUswaTulFajri
 

Recently uploaded (16)

ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.pptPPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
PPT-UEU-Keperawatan-Medikal-Bedah-I-Pertemuan-7.ppt
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
 
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdf
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdfdr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdf
dr. Irma, Sp.A(K) Update Tatalaksana Tuberkulosis Anak & Remaja.pdf
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
VARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptxVARICELLA_ppt.pptx
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
 

IMUNISASI NEONATUS

  • 1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Jakarta 2015 Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) SEMESTER 4 SRI UTAMI Kebutuhan Dasar Neonatus, Bayi, Balita, dan anak Pra Sekolah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah MODUL KEGIATAN BELAJAR I Konsep Dasar Tumbuh Kembang
  • 2. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 1 Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan i Kata Pengantar Selamat bertemu kembali…… Baiklah Saudara.... saat ini Saudara akan mempelajari modul yang ke 3 tentang kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah. Kebutuhan anak yang akan Saudara pelajari adalah kebutuhan imunisasi dan nutrisi/gizi. Pemahaman tentang imunisasi dan nutrisi diperlukan sebagai dasar dalam memberikan asuhan terutama pada anak sehat dan implikasi konsep imunisasi pada saat merawat anak sakit khususnya pada kasus tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak dan hepatitis (PD3I). serta konsep nutrisi pada saat Saudara memenuhi kebutuhan nutrisi baik pada anak sehat maupun sakit. Untuk dapat memahami tentang kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah maka saudara perlu memahami terlebih dari tentang peran dan fungsi bidan, pelajaran Keterampilan Dasar Kebidanan, karena dengan pemahaman tentang peran dan fungsi bidan serta Keterampilan Dasar Kebidanan yang memadai maka saudara akan lebih muda memahami tentang pemenuhan kebutuhan tersebut dengan baik. Gambar : Pengecekan cabang bayi Selamat bertemu kembali…… Baiklah Saudara.... saat ini Saudara akan mempelajari modul yang ke 3 tentang kebu- tuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah. Kebutuhan anak yang akan Saudara pelajari adalah kebutuhan imunisasi dan nutrisi/gizi. Pemahaman tentang imunisasi dan nutrisi diperlukan sebagai dasar dalam memberikan asuhan terutama pada anak sehat dan implikasi konsep imunisasi pada saat merawat anak sakit khususnya pada kasus tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak dan hepatitis (PD3I). serta konsep nutrisi pada saat Saudara memenuhi kebutuhan nu- trisi baik pada anak sehat maupun sakit. Dalam modul ini terdiri dari 2 kegiatan belajar yang meliputi: Kegiatan Belajar 1 : Imunisasi Kegiatan Belajar 2 : Kebutuhan nutrisi/Gizi Setelah mempelajari modul ini diharapkan Saudara mampu : 1) Menjelaskan tentang imunisasi 2) Menjelaskan tentang nutrisi/Gizi bayi dan anak balita. Kemampuan tersebut sangat Saudara diperlukan terutama saat saudara memberikan asuhan pada neonatus bayi dan balita serta anak pra sekolah guna memenuhi kebutu- han yang sangat penting bagi neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah. Untuk dapat memahami tentang kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah maka saudara perlu memahami terlebih dari tentang peran dan fungsi bidan, pelajaran Keterampilan Dasar Kebidanan, karena dengan pemahaman tentang peran dan fungsi bidan serta Keterampilan Dasar Kebidanan yang memadai maka saudara akan lebih muda memahami tentang pemenuhan kebutuhan tersebut dengan baik. Proses pembelajaran tentang kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra se- kolah yang akan saudara ikuti saat ini, dapat berjalan dengan lebih baik dan lancar bila saudara mengikuti langkah-langkah belajar sebagai berikut: 1) Pahami terlebih dahulu tentang berbagai kebutuhan dasar manusia. 2) Pelajari tentang ciri-ciri bayi, balita dan anak Pra sekolah 3) Pelajari kegiatan belajar 1 dan kerjakan latihan / soal test, kemudian kerjakan tu- gas yang ada, setelah itu lanjutkan untuk mempelajari kegiatan belajar 2, lanjutkan mengerjakan soal test dan selesaikan tugas dengan baik. Pendahuluan
  • 3. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 2 3 4) Keberhasilan saudara dalam mempelajari modul ini sangat bergantung pada kes- ungguhan saudara dalam mempersiapkan diri saudara, memperluas wawasan den- gan membaca berbagai literature terkait, serta dalam mengerjakan soal-soal latihan, begitu juga dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan. 5) Kerjakan latihan dan tugas tersebut secara mandiri kemudian hasilnya saudara di- skusikan dengan teman-teman saudara secara berkelompok. 6) Bila saudara mengalami kesulitan, saudara bisa menghubungi dosen pengajar//fasil- itator mata kuliah ini atau dosen pengajar pokok bahasan ini. Baiklah, selanjutnya selamat belajar, semoga saudara sukses dalam menyelesaikan modul ini dengan baik dan lancar....semangat....semangat...dan semangat, karena orang yang sukses dalam hidup adalah orang yang Nampak jelas tujuannya…..serta orang yang berhasil adalah orang yang tidak hanya keras hatinya tetapi mereka adalah pekerja keras dan percaya diri pada kemampuannya….. Setelah mempelajari tentang imunisasi, diharapkan mahasiswa mampu mempraktikkan pemberiak imunisasi pada neonatus, bayi dan balita dengan benar. Setelah mempelajari tentang imunisasi sasi diharapkan mahasiswa mampu : 1. Menjelaskan tentang Pengertian 2. Menjelaskan tentang Mekanisme Imunisasi Dalam Proses Pencegahan Penyakit 3. Menjelaskan tentang Tujuan Imunisasi 4. Menjelaskan tentang Jenis Imunisasi 5. Menjelaskan tentang Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan imunisasi 6. Menjelaskan tentang Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Imunisasi 7. Menjelaskan tentang Keamanan Vaksnasi 8. Menjelaskan tentang cara mendapat hasil yang terbaik imunisasi 9. Menjelaskan tentang Kontraindiksi Imunisasi 10. Menjelaskan tentang waktu Imunisasi 11. Menjelaskan tentang Macam-macam imunisasi Dasar 12. Menjelaskan tentang Penyimpanan Vaksin 13. Menjelaskan tentang macam imunisasi Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Kegiatan Belajar 1 KONSEP DASAR TUMBUH KEMBANG
  • 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 4 5 Dalam kegeiatan belajar tentang imunisasi yang akan saudara pelajari ini terdiri dari pokok-pokok materi berikut, meliputi: 1. Pengertian, 2. Mekanisme Imunisasi Dalam Proses Pencegahan Penyakit, 3. Tujuan Imunisasi, 4. Jenis Imunisasi, 5. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan imunisasi, 6. faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Imunisasi, 7. Keamanan Vaksinasi, 8. cara mendapat hasil yang terbaik imunisasi, 9. Kontraindiksi Imunisasi 10. waktu Imunisasi 11. Macam-macam imunisasi Dasar 12. Penyimpanan Vaksin 13. macam imunisasi. Pokok - Pokok Materi Sesuai dengan pokok bahasan yang akan kita bahas, sekarang saudara dapat mempela- jari materi tersebut secara rinci. Berikut adalah uraan materi tersebut. Kita harus sadari bahwa agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal maka dibutuhkan beberapa upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar anak. Salah satu kebutuhan penting dari anak adalah imunisasi, karena imunisasi dapat mencegah be- berapa penyakit yang berperan dalam penyebab kematian pada anak. Seperti tubercu- losis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak dan hepatitis, ini merupakan Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Gerakan pemberian imunisasi secara berkala, telah menurunkan jumlah kematian akibat campak, dari 871.000 kematian pada tahun 1999 dan menjadi 340.000 kematian pada tahun 2004. Selanjutnya agar Saudara memahami tentang imunisasi, maka perlu saudara pahami terlebih dahulu tentang pengertian imunisasi berikut ini. 1. Pengertian Imunisasi Pernahkah saudara mendengar kata imunisasi? Apa yang dimaksud dengan imunisasi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, pelajarilah beberapa pengertian tentang imuni- sasi sebagai berikut... Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan perlindungan (kekebalan) di dalam tubuh bayi dan anak. Imunisasi adalah suatu cara meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila terpajan oleh antigen serupa, tidak terjadi penyakit (Maton- dang CS, dkk, 2005) Imunisasi adalah suatu proses untuk membuat system pertahanan tubuh kebal terha- dap invasi mikroorganisme (bakteri dan virus) yang dapat menyebabkan infeksi sebe- lum mikroorganisme tersebut memiliki kesempatan unuk menyerang tubuh kita. Den- gan imunisasi, tubuh kita akan terlindung dari infeksi begitu pula orang lain karena tidak tertular dari kita.(Marmi,S.ST, 2012). Berikut ini. Pernyataan di atas merupakan beberapa pengertian imunisasi, selanjutnya saudara bisa simpulkan apa pengertian imunisasi! ......imunisasi adalah suatu proses untuk membuat tubuh menjadi kebal terhadap suatu mikroorganisme yang dapat menyebabkan penya- kit tertentu. Sekarang saudara sudah paham bukan, tentang apa yang dimaksud dengan imunisa- si....bila saudara sudah paham.....lanjutkan dengan mempelajari mekanisme imunisasi dalam proses pencegahan penyakit berikut ini.... Uraian Materi
  • 5. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 6 7 2. Mekanisme Imunisasi Dalam Proses Pencegahan Penyakit Imunisasi bekerja dengan cara merangsang pertumbuhan pembentukan antibody ter- hadap mikro organisme tertentu tanpa menyebabkan seseorang sakit terlebih dahulu. Vaksin, zat yang digunakan untuk membentuk imunitas tubuh, terbuat dari mikro or- ganisme ataupun bagian dari mikro organisme penyebab infeksi yang telah dimatikan atau dilemahkan, sehingga tidak akan membuat seseorang jatuh sakit. Vaksin kemudian dimasukkan kedalam tubuh yang biasanya melalui suntikan. system pertahanan tubuh kemudian akan bereaksi terhadap vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh tersebut sama seperti apabila mikro organisme menyerang tubuh dengan cara membentuk anti- body. Antibody kemudian akan membunuh vaksin tersebut layaknya membunuh mikro organisme yang menyerang tubuh. Kemudian antibody anak terus berada di peredaran darah membentuk imunitas. Ketika saat tubuh diserang oleh mikro organisme yang sama dengan yang terdapat di dalam vaksin, maka antibody akan melindungi tubuh dan mencegah terjadinya infeksi. Kalau saudara sudah paham tentang mekanisme imunisasi dalam pennyakit, maka se- lanjutnya saudara pahami tentang, apa sebenarnya tujuan imunisasi. Untuk memahami hal tersebut maka pelajarilah tujuan dari imunisasi berikut ini. 3. Tujuan Imunisasi Pernahkan dalam benak saudara bertanya...mengapa anak sehat kok harus diimunisa- si? Dan mengapa anak perlu imunisasi? Tujuan dari pemberian imunisasi diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu, terutama penyakit yang dapat dicegah dengan imu- nisasi. Selain tujuan di atas tujuan lain dari imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya pen- yakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia. Con- tohnya pada imunisasi cacar. Selanjutnya, Saudara pasti pernah mendengar jenis imunisasi, apa saja jenis imunisasi tersebut, untuk menjawab pertanyaan itu, maka pelajarilah uraian jenis imunisasi beri- kut ini. 4. Jenis imunisasi 1) Imunisasi Aktif. Imunisasi Aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang karena tubuh yang se- cara aktif membentuk zat antibody, contohnya : imunisasi polio atau campak. Imunisasi aktif juga dibagi menjadi 2 macam: a. Imunisasi aktif alamiah Adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh sembuh dari suatu penyakit. b. Imunisasi akif buatan Adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit. 2) Imunisasi Pasif. Imunisasi pasif adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat kekebalan tubuhnya didapat dari luar. Contohnya : Penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum) pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah : terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagi jenis antibody dari ibunya melalui darah placenta selama dalam kandungan, misalnya antibody terhadap campak. Imunisasi pasif ini dibagi menjadi 2, yaitu: a. Imunisasi pasif alamiah Adalah antibody yang di dapat seseorang karena diturunkan oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam kandun- gan. b. Imunisasi pasif buatan Adalah kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan se- rum untuk mencegah penyakit tertentu. Jenis imunisasi sangat berkaitan dengan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, penyakit apa saja yang dapat dicegah dengan imunisasi? Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka pelajarilah penyakit berikut ini. 5. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan imunisasi Hingga saat ini terdapat 10 jenis vaksinasi yang dapat mencegah terjadinya infeksi pada anak, yaitu: polio, campak, gondongan, rubella (campak jerman), difteria, tetanus, batuk rejan (pertusis), meningitis, cacar air dan hepatitis B. Sedangkan terdapat 3 jenis vaksi- nasi yang dapat diberikan pada kelompok anak-anak ataupun dewasa dengan resiko tinggi menderita infeksi, yaitu : Hepatitis A, Flu ( influenza), pneomonia. Untuk penjela- san lebih detail tentang penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat saudara pelajari dalam modul 9 mata kuliah asuhan neonatus bayi dan balita. Agar tujuan imunisasi dapat tercapai, maka saudara perlu memahami beberapa faktor yang dapat mempengarui keberhasilan imunisasi, yang dijelaskan berikut ini. 6. Faktor yang mempengaruhi Keberhasilan Imunisasi Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan imunisasi yaitu status imun host, faktor genetic host, serta kwalitas dan kwantitas vaksin.
  • 6. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 8 9 1) Status imun Host Adanya antibody spesifik pada host terhadap vaksin yang diberikan akan mempen- garuhi keberhasilan vaksinasi. Misalnya pada bayi yang semasa fetus mendapat anti- body maternal spesifik terhadap virus campak, bila vaksinasi campak diberikan pada saat kadar antibody spesifik campak masih tinggi akan memberikan hasil yang kurang memuaskan. Demikian pula air susu ibu (ASI) yang mengandung IgA sekretori (sIgA) terhadap virus polio dapat mempengaruhi keberhasilan vaksinasi polio yang diberikan secara oral. Tetapi umumnya kadar sIgA terhadap virus polio pada ASI sudah rendah pada waktu bayi berumur beberapa bulan. Pada penelitian sub bagian Alergi-Imunologi, Bagian IKA FKUI atau RSCM, Jakarta ternyata sIgA polio sudah tidak ditemukan lagi pada ASI setelah bayi berumur 5 bulan. Kadar sIgA tinggi terdapat pada kolostrum. Karena itu bila vaksinasi polio secara oral diberikan pada masa kadar sIgA polio ASI masih tinggi, hendaknya ASI jangan diberikan dahulu 2 jam sebelum dan sesudah vaksinasi. Keberhasilan vaksinasi memerlukan maturitas immunologic. Pada bayi neonatus fungsi makrofag masih kurang, terutama fungsi mempresentasikan antigen karena ekspresi HLA masih kurang pada permukaannya, selain deformabilitas membran serta respons kemotaktik yang masih kurang. Kadar komplemen dan aktivitas opsonin daya lisisnya. Fungsi sel Ts relative lebih menonjol dibanding dengan bayi atau anak karena memang fungsi imun pada masa intrauterine lebih ditekankan pada toleransi, dan hal ini masih terlihat pada bayi baru lahir. Pembentukan antibody spesifik terhadap antigen tertentu masih kurang. Vaksinasi neonatus akan memberikan hasil yang kurang disbanding pada anak, karena itu vaksinasi sebaiknya ditunda sampai bayi berumur 2 bulan atau lebih. Status imun mempengaruhi pula hasil imunisasi. Individu yang mendapat obat imu- nosupresan, atau mendererita defisiensi imun congenital, atau menderita penyakkit yang menimbulkan defisiensi imun skender seperti pada penyakit keganasan, juga akan mempengauhi keberhasilan vaksinasi, bahkan adanya defisiensi imun merupakan ind- ikasi kontra pemberian vaksin hidup karena dapat menderita penyakit sistemik seperti campak atau tumberkulosis milier akan mempengaruhi pula keberhasilan vaksinasi. Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan fungsi sel system imun seperti makrofag dan limfosit. Imunitas selular menurun dan imunitas humoral spesifitasnya rendah. Meskipun kadar globulin -ɤ yang terbentuk tidak dapat normal atau bahkan meninggi, immunoglobulin yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik karena ter- dapat kekurangan asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis antibodi. Kadar komple- men juga berkurang dan mobiilisasi makrofag berkurang, akibatnya respons terhadap vaksin atau toksoid berkurang. 2) Faktor Genetik Host Interaksi antara sel-sel system imun dipengaruhi oleh variabilitas genetic. Secara genet- ic respons imun manusia dapat dibagi atas responder baik, cukup rendah terhadap an- tigen tertentu. Ia dapat memberikan respons rendah terhadap antigen tertentu, tetapi terhadap antigen lain tinggi sehingga mungkin ditemukan keberhasilan vaksinasi yang tidak 100%. Faktir genetic dalam respons imun dapat berperan melalui gen yang berada pada pada kompleks MHC dengan non MHC. a. Gen Kompleks MHC Gen kompleks MHC berperan dalam presentasi antigen. Sel Tc akan mengenal anti- gen yang berasosiasi dengan molekul MHC kelas I, dan sel Td serta sel Th akan men- genal antigen yang berasosiasi denngan molekul MHC kelas II. Jadi respons sel T diawasi secara genetic sehingga dapa dimengerti bahwa akan ter- dapat potensi variasi respons imun. Secara klinis terlihat juga bahwa penyakit ter- tentu terdapat lbh sering pada HLA tertentu, seperti spondilitis ankilosing terdapat pada individu dengan HLA B27. b. Gen non MHC Secara klinis melihat adanya defisiensi imun yang berkaitan dengan gen tertentu, misalnya agamaglobunlinemia tipe Bruton yang terangkai dengan kromosom X yang terdapat pada anak laki-laki. Demikian pula penyakit alergi yaitu penyakit yang menunjukan perbedaan respons imun terhadap antigen tertentu pnyakit yang diturunkan. Faktor-faktor yang menyo- kong adanya peran genetic dalam respon imun, namun mekanisme yang sebenarnya belum diketahui. 3) Kualitas dan Kuantitas vaksin Vaksin adalah mikroorganisme atau toksoid yang diubah sedemikian rupa sehingga pathogenesitas atau toksisitasnya hiang tetapi tetap mengandung antigenesitasnya. Beberapa faktor kualitas dan kuantitas vaksin dapat menentukan keberhasilan vaksi- nasinya seperti cara pemberian, dosis, frekuensi pemberian, ajuvan yang diberikan, dan jenis vaksin. a. Cara pemberian vaksin Cara pemberian vaksin akan mempengruhi proses imun yang timbul. Misalnya vak- sin polio oral yang menimbulakan imunitas local disamping sistemik, sedangkan vak- sin polio parenteral akan memberikan imunitas sistemik saja. b. Dosis vaksin Dosis vaksin terlalu tinggi terlalu rendah juga mempengaruhi respons imun yang terjadi. Dosis yang terlalu tinggi akan menghambat respons imun yang diharapkan, sedangkan dosis terlalu rendah tidak merangsang sel imunokompeten. Dosis yang tepat dapat diketahui dari hasil uji coba, karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis yang direkomendasikan. c. Frekuensi pemberian Frekuensi pemberian juga mempengaruhi respon imun yanng terjadi. Sebagaimana telah diketahui, respon imun sekunder menyebabkan sel efektor yang aktif lebih ce- pat, lebih tinggi produksinya, dan afinitasnya lebih tinggi. Disamping frekuensi, jarak pemberian pun akan memberikan respons imun yang terjadi. Bila vaksin yang beri-
  • 7. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 10 11 kutnya diberikan pada saat kadar antibody spesifik masih tinggi, maka antigen yang masuk segera dinetralkan oleh antibody spesifik tersebut sehingga tidak sempat merangsang sel imunokompeten, bahkan dapat terjadi apa yang dinamakan reaksi Arthus yaitu bengkak kian kemerahan di daerah suntikan antigen akibat pemben- tukan kompleks antigen antibody local. Oleh sebab itu, pemberian ulang (booster) sebaiknya mengikuti apa yang dianjurkan sesuai dengan hasil uji coba. d. Ajuvan Ajuvan adalah zat yang secara non spesifik dapat meningkatkan respons imun terh- adap antigen. Ajuvan akan meningkat respons imun dengan cara mempertahankan antigen pada tempat suntikan, dan mengakifkan sel APC untuk memproses antigen secara efektif dan memproduksi interlukin yang akan mengaktifkan sel imunokom- peten lainnya. e. Jenis Vaksin Vaksin hidup akan menimbulkan respons imun lebih baik dibandingkan vaksin lainn- ya seperti vaksin mati atau yang diinaktivasi (killed atau inactivated), atau komponen dari mikroorganisme. Rangsangan sel Tc memori membutuhkan suatu sel yang ter- infeksi virus sehingga dibutuhkan vaksin hidup. Sel Tc dibutuhkan pada infeksi virus yang pengeluarannya melalui budding. Vaksin hidup diperoleh dengan cara atenuasi. Tujuan atenuasi adalah untuk menghasil- kan organisme yang hanya dapat menimbulkan penyakit yang sangat ringan. Atenuasi dipeoleh dengan cara memodifikasi kondisi tempat tubuh mikroorganisme, misalnya suhu yang tinggi atau rendah, kondisi anaerob, atau menambah empedu pada media kultur seperti pada pembuatan vaksin TBC yang sudah ditanam selama 13 Tahun. Dapat pula dipakai microorganisme yang vurulen untuk spesies lain tetapi untuk manusia avir- ulen,misalnya virus cacar sapi. kekebalan tubuh juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantarnya terhadap tingginya kadar antibody pada saat dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disunti- kan, waktu antara pemberian imunisasi. Saudara perlu memahami tentang keamanan imunisasi, karena dengan saudara mema- hami keamanan imunisasi maka saudara akan dapat mencapai tujuan imunisasi yang diharapkan. Apa saja keamanan imunisasi? Jawabannya dapat saudara pelajari dalam pokok bahasan berikut ini. 7. Keamanan Vaksinasi Suntikan vaksinasi sangat aman, tetapi tidak selalu 100%. Seperti obat-obatan lainya vaksinasi dapat menyebabkan beberapa reaksi yang biasanya ringan seperti nyeri len- gan pada tempat suntikan dan demam dengan suhu tidak terlalu tinggi. Namun reak- si yang sering terjadi,tetapi sangat jarang sekali (1 diantara 1 juta suntikan), misalnya reaksi alergi yang begitu hebat terhadap komponen zat-zat yang terdapat dalam vaksin. Meskipun begitu, yang harus selalu diingat adalah menderita penyakit-penyakit yang dapat dicegah jauh berbahaya dari pada kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi akibat suntikan vaksinasi. Selanjutnya pelajari tentang cara mendapatkan hasil terbaik dalam imunisasi berikut ini. 8. Cara untuk mendapatkan hasil terbaik imunisasi Upaya yang dapat dilakukan agar mendapatkan hasil terbaik dari Imunisasi, meliputi: 1) imunisasi anak sedini mungkin. Setelah anak lahir, segera tanyakan atau mintalah jadwal imunisasi dari rumah sakit, dokter atau bidan. Jangan tunggu anak bisa jalan, sudah bisa makan, atau sudah umur setahun untuk diimunisasi. 2) jelaskan pentingnya Imunisasi tepat waktu, Supaya anak bisa di imunisasi tepat pada waktunya jelaskan dan anjurkan ibu untuk mengimunisasikan anaknya sesuaai jadwal imunisasi, 3) jelaskan dan catat jenisnya imunisasi setelah anak diimunisasi, 4) jelaskan pada ibu tentang jad- wal dan jenis imunisasi berikutnya Saudara telah pahami betapa pentingnya pemberian imunisasi pada anak, tetapi kita juga harus tahu apa kontra indikasi imunisasi? Untuk menjawab hal tersebut pelajarilah kontra indikasi berikut ini. 9. Kontra indikasi imunisasi Seperti dijelaskan di atas, vaksinasi pada umumnya adalah aman dan manfaat imunisa- si jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan komplikasi yang mungkin terjadi akibat imunisasi, namun ada beberapa keadaan khusus yang membuat anak-anak atau dewa- sa tidak boleh atau menunda diimunisasi, keadaan ini kita sebut kontra indikasi. Kontra indikasi imunisasi secara umum (berlaku untuk semua vaksin ), yaitu : 1) alergi terhadap vaksin (setelah vaksinasi yang pertama timbul reaksi alergi, bahkan sampai syok), aler- gi terhadap zat lain yang terdapat didalam vaksin (antibiotika yang terdapat didalam vaksin, pengawet dan lain-lain), 2) sakit sedang atau berat dengan atau tanpa demam (sakit akut ringan dengan atau tanpa demam bukan indikasi kontra imunisasi). 3) Se- cara khusus (untuk beberapa vaksin) : imunodefisiensi (keganasan darah atau tumor padat, imunodefisinsi kongenetal, terapi dengan obat-obatan yang menurunkan daya tahan tubuh seperti kortikosteroid (prednisone metil prednisolon) jangka panjang. imu- nisai polio oral, MMR, varisela infeksi HIV (polio oral dan varisela ) atau kontak HIV seru- mah (polio oral ), imunodefisiensi (gangguan kekebalan tubuh ) penghuni rumah, polio oral Kehamilan, MMR, Varisela (tapi bila ibunya yang hamil, tidak apa-apa bila anaknya diimunisasi). Saudara telah paham apa saja yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi perlu diper- hatsilan imunisasi, salah satunya adalah waktu imunisasi dilakukan, bagaimana waktu imunisasi dilakukan,pelajarilah hal berikut ini. 10. Waktu Imunisasi Dilakukan Seorang anak harus mendapatkan suntikan pertama sebelum 2 bulan dan kemudian mendapatkan 4 atau lebih suntikan berikutnya sebelum berusia 2 tahun. Beberapa vaksinasi harus dilakukan suntikan booster (suntik penguat) pada tahun-tahun berikut- nya hingga anak belajar di sekolah dasar. Selanjutnya pelajari upaya untuk mengatasi seorang anak yang terlambat mendapat imunisasi berikut ini
  • 8. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 12 13 Upaya untuk mengatasi seorang anak yang terlambat mendapat imunisasi Jika anak belum mendapat imunisasi sama sekali, segeralah merencanakan untuk mem- ulai pemberian imunisasi. Tenaga medis akan memberikan vaksinasi sesuai umur anak saat ini, yang jadwalnya biasanya berbeda dengan jadwal anak yang mendapat imunisa- si sesuai dengan ketentuan umum. Pemberian yang terlambat tidak akan mengurangi efektifitas vaksinasi untuk memben- tuk imunitas tubuh, hanya saja anak tidak mendapatkan perlindungan terhadap penya- kit infeksi sedini mungkin. Begitu pula apabila anak tidak lengkap mendapatkan vaksinasi, segeralah lengkapi se- suai jadwal tanpa harus memulainya dari awal lagi. Sebenarnya, imunisasi di Indonsia secara teratur dimulai sejak tahun 1956 shingga Indonesia dinyatakan bebas cacar oleh Organisasi Ksehatan Dunia (WHO) pada tahun 1974. Tahun 1977 WHO memulai pro- gram imunisasi yang di Indonesia disebut Program Pengembangan Imunisasi (PPI). Pemerintah sebenarnya tidak mewajibkan berbagai jenis imunisasi harus dilakukan semua. Hanya lima jenis imunisasi pada anak dibawah satu tahun yang harus dilakukan, yakni BCG, DPT (difteri pertusis tetanus), polio, campak, dan Hepatitis B. Saudara telah memahami tentang jadwal imunisasi selanjutnya pelajarilah tentang ma- cam-macam imunisasi dasar. . 11. Macam Imunisasi Dasar, Cara, Tempat, dan jadwal Pikut ini pemberian Macam Imunisasi Imunisasi BCG dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan, lalu DPT diberikan tiga kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu. Imunisasi polio dibeikan empat kali kali pada bayi 0-11 bulan dengan interval minimal empat minggu. Sedang- kan campak diberikan satu kali pada bayi usia 9-11 bulan. Terakhir imunisasi hepatitis B harus diberikan tiga kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval minimal empat minggu. Jika ingin lebih teliti lagi, masih ada imunisasi yang harus dilakukan, yakni imunisasi tetanus toxoid (TT). Jenis imunisasi ini minimal dilakukan lima kali seumur hidup untuk mendapatkan kekebalan penuh. Imunisasi TT yang pertama bisa dilakukan kapan saja, misalnya sewaktu remaja. Lalu TT2 dilakukan sebulan setelah TT1 (dengan perlindun- gan tiga tahun). Tahap berikutnya adalah TT3, dilakukan enam bulan setelah TT2 (perlindungan enam tahun ), kemudian TT4 diberikan satu tahun setelah TT4 (perlindungan 25 tahun). Oleh karena itu imunisasi TT ini kerap diabaikan, pemerintah biasanya menganjurkan imu- nisasi TT dilakukan pada calon suami-istri sebagai kelengkapan mendapatkan surat nikah. Imunisasi ini sangat berguna untuk melindungi bayi yang nantinya akan dilahir- kan. Setelah mendapatkan suntikan pertama menjelang pernikahan, imunisasi TT tetap dilanjutkan hingga tiga kali. Inilah 5 jenis imunisasi yang wajib diperolh bayi sebelum usia setahun. Penyakit-pen- yakit yang hendak dicekalnya yang memiliki angka kesakitan dan kematian yang tinggi, selain bisa menimbulkan kecacatan. 1) Imunisasi BCG Ketahanan terhadap penyakit TB (Tuberkulosis) berkaitan dengan keberadaan virus tu- berclebacili yang hidup didalam darah. Itulah mengapa, agar memiliki kekebalan aktif, dimasukanlah jenis basil tidak berbahaya ini ke dalam tubuh, yaitu vaksinasi BCG (Bacil- lus Calmette-Guerin) Seperti diketahui, Indonesia termasuk Negara endemis TBC (penyakit TBC terus-me- nerus ada sepanjang tahun) dan merupakan salah satu Negara dengan penderita TBC tertinggi di dunia. TBC di sebabkan kuman Mycrobacterium tuberculosis, dan mudah sekali menular melalui droplet, yaitu butiran air di udara yang terbawa keluar saat pen- derita batuk , bernafas atau bersin. Gejalanya antara lain: berat badan anak susah ber- tambah, sulit makan, mudah sakit, batuk berulang, demam dan berkeringat di malam hari, juga diare pesisten. Masa inkubasi TB rata-rata berlangsung antara 8-12 minggu. Untuk mendiagnosis anak terkena TBC atau tidak, perlu dilakukan tes rontgen untuk mengetahui adanya flek, tes Mantoux untuk mendeteksi peningkatan kadar sel darah putih, dan tes darah untuk mengetahui ada-tidaknya gangguan laju endap darah. Bah- kan, dokter pun perlu melakukan wawancara untuk mengetahui, apakah si kecil pernah atau tidak, berkontak dengan pendrita TBC. Jika anak positif terkena TBC, dokter akan memberikan obat antibiotik khusus TBC yang harus diminum dalam jangka panjang, minimal 6 bulan. Lama pengobatan tak bisa diperpendek karena bakteri TBC tergolong sulit mati dan sebagian ada yang “tidur/dorman”. Karenanya, mencegah lebih baik dari- pada mengobati. Selain menghindari anak berkontak dengan penderitaTB, juga mening- katkan daya tahan tubuhnya yang salah satunya melalui pemberian imunisasi BCG. a. Jumlah pemberian: Cukup 1 kali saja, tak perlu diulang (booster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hid- up sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan pengulangan. Cara pemberian secara Intradermal dengan dosis 0,05 ml. b. Usia Pemberian: Di bawah 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes (tubercu- lin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan kuman Mycobacteri- um tubercolusis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya negative. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang kerumah, segera setelah lahir si kecil diimunisasi BCG c. Lokasi Penyuntikan: Lokasi penyuntikan pada lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO.
  • 9. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 14 15 d. Efek Samping: Umumnya tidak ada. Namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher bagian bawah, biasanya akan sembuh sendiri. e. Tanda Keberhasilan: Muncul bisul kecil dan bernanah di daerah bekas suntikan setelah 4-6 minggu. Tidak menimbulkan nyeri dan tak diiringi panas. Bisul akan sembuh sndiri dan meninggal- kan luka parut . tanda bekas pnyuntikan BCG disebut scar. Jikapun bisul tak mun- cul, tak usah cemas. Bisa saja dikarenakan cara penyuntikan yang salah, mengingat cara penyuntikannya perlu keahlian khusus karena vaksin harus masuk ke dalam kulit. Jadi, meski bisul tak muncul, antibody tetap terbentuk, hanya saja dalam kadar rendah. Imunisasi pun tak perlu diulang, karena di daerah endemis TB. Infeksi alami- ah akan selalu ada. Dengan kata lain, anak akan mendapat vaksinasi alamiah. f. Indikasi Kontra: Tidak bisa diberikan pada anak yang berpenyakit TBC atau menunjukkan Mantoux positif. 2) Imunisasi Hepatitis B Indonesia yang termasuk Negara endemis tinggi penyakit hepatitis. Jika menyerang anak, penyakit yang disebabkan virus ini sulit disembuhkan. Bila sejak lahir telah terin- feksi virus hepatitis B (VHB), dapat menyebabkan kelainan-kelainan yang dibawahnya terus hingga dewasa. Sangat mungkin terjadi sirosis atau pengerutan hati (kerusakan sel hati yang sangat berat). Bahkan yang lebih buruk bisa mengakibatkan kanker hati. Banyak jalan masuknya VHB ke tubuh si kecil. Yang potensial melalui jalan lahir. Bisa sejak dalam kandungan sudah tertular dari ibu yang mengidap hepatitis B atau saat proses kelahiran. Cara lain melalui kontak dengan darah penderita, semisal transfusi darah. Bisa juga melalui alat-alat medis yang sebelumnya telah terkontaminasi darah dari penderita hepatitis B, seperti jarum suntik yang tidak steril atau peralatan yang ada di klinik gigi. Bahkan juga lewat sikat gigi atau sisir rambut yang digunakan antar anggota keluarga. Namun, tak ada gejala khas yang tampak secara kasat mata. Bahkan oleh dokter seka- lipun. Fungsi hati kadang tak terganggu meski sudah mengalami sirosis. Tidak Cuma itu. Anak juga terlihat sehat, nafsu makannya baik, berat tubuhnya pun naik dengan bagus pula. Penyakitnya baru ketahuan setelah dilakukan pemeriksaan darah. Gejala baru tampak begitu hati si penderita tak mampu lagi mempertahankan metabolisme tubuhnya. Upaya pencegahan merupakan langkah terbaik. Jika ada salah satu anggota keluarga dicurigai kena VHB, biasanya dilakukan screening terhadap anak-anaknya untuk men- getahui apakah membawa virus atau tidak. Pemeriksaan harus dilakukan kendati anak tak menunjukkan gejala sakit apa pun. Selain itu, imunisasi merupakan langkah efektif untuk mencegah masuknya VHB. a. Jumlah Pemberian: Sebanyak 3 kali, dengan interval 1 bulan antara suntikan pertama dan kedua, kemu- dian 5 bulan antara suntikan ke dua dan ke tiga. Jumlah pemberian : Hevac B = 2,5 ug, Hepaccin = 1,5 ug, B-Hepavac = 10 ug, Engerix-B = 10 ug. Lokasi pemberian di deltoid atau paha anterolateral. b. Usia Pemberian: Sekurang-kurangnya 12 jam setelah lahir. Dengan syarat, kondisi bayi stabil, tak ada gangguan pada paru-paru, jantung. Dilanjutkan pada usia 1 bulan, dan usia antara 3-6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari ibu pengidap VHB, selain imunisasi yang dilaku- kan kurang dari 12 jam setelah lahir, juga diberikan imunisai tambahan dengan im- munoglobulin antihepatitis B dalam waktu sebelum berusia 24 jam. c. Lokasi Penyuntikan: Pada anak di lengan, secara intramuskuler. Sedangkan pada bayi di paha lewat an- terolateral (antero = otot-otot di bagian depan; lateral = otot bagian luar). Penyunti- kan di bokong tak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin. d. Efek Samping: Umumnya tak terjadi. Jikapun ada (kasusnya sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada bekas suntikan, yang di susul demam ringan dan pembengkakan. Namun reak- si ini akan menghilang dalam waktu dua hari. e. Tanda keberhasilan: Tak ada tanda klinis yang dapat dijadikan patokan. Namun dapat dilakukan penguku- ran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan mengecek kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya di atas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun; di atas 500, tahan 5 tahun; di atas 200, tahan 3 tahun. Tetapi kalau angkanya Cuma 100, maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya nol berarti si bayi harus di suntik ulang 3 kali lagi. f. Tingkat kekebalan: Cukup tinggi, antara 94-96%. Umumnya, setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95% bayi mengalami respons imun yang cukup. g. Indikasi Kontra: Tak dapat di berikan pada anak yang menderita sakit berat. 3) Imunisasi Polio Belum ada pengobatan efektif untuk membasmi polio. Penyakit yang dapat menyebab- kan kelumpuhan ini, disebabkan virus poliomyelitis yang sangat menular. Penularannya bisa lewat makanan atau minuman yang tercemar virus polio. Bisa juga lewat percikan ludah atau air liur penderita polio yang masuk ke mulut orang sehat.
  • 10. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 16 17 Virus polio berkembang baik dalam tenggorokan dan saluran pencernaan atau usus, lalu masuk ke aliran darah dan akhirnya ke sumsum tulang belakang hingga bisa menyebab- kan kelumpuhan otot tangan dan kaki. Bila mengenai otot pernapasan, penderita akan kesulitan bernafas dan bisa meninggal. Masa inkubasi virus antara 6-10 hari. Setelah demam 2-5 hari, umumnya akan mengala- mi kelumpuhan mendadak pada salah satu anggota gerak. Namun tak semua orang yang terkena virus polio akan mengalami kelumpuhan, tergantung keganasan virus po- lio yang menyerang dan daya tahun tubuh si anak.Imunisasi polio akan memberikan kekebalan terhadap serangan virus polio. a. Jumlah Pemberian: Bisa lebih dari jadwal yang telah ditentukan, mengingat adanya imunisasi polio mas- sal. Namun jumlah yang berlebihan ini tak akan berdampak buruk. Tak ada istilah overdosis dalam imunisasi. b. Usia Pemberian: Saat lahir (0 bulan), dan berikutnya di usia 2, 4, 6 bulan. Dilanjutkan pada usia 18 bu- lan dan 5 tahun. Kecuali saat lahir, pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DTP. c. Cara Pemberian: Cara pemberian imunisasi polio melalui oral/mulut (oral polio myelitis Vaccine/OPV) di luar negeri, cara pemberian imunisasi polio ada yang melalui suntikan (disebut Inactivated poliomyelitis Vaccine/IPV) d. Efek Samping: Hampir tak ada. Hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan, dan sakit otot. Kasusnya pun sangat jarang. e. Tingkat Kekebalan: Dapat mencekal hingga 90%. f. Indikasi Kontra: Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit akut atau demam tinggi (di atas 38°C); muntah atau diare; penyakit kanker atau keganasan; HIV/AIDS; sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum; serta anak dengan mekanisme kekebalan terganggu. 4) Imunisasi DTP Dengan pemberian imunisasi DTP, diharapkan penyakit difteri, tetanus, dan pertusis, dapat menghindarkan tubuh sikecil dari penyakit ini. Kekebalan segera muncul setelah diimunisasi. a. Usia dan Jumlah Pemberian: Sebanyak 5 kali; 3 kali di usia bayi (2, 4, 6 bulan), 1 kali di usia 18 bulan, dan 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun di berikan imunisasi TT. b. Efek Samping: Umumnya muncul demam yang dapat diatasi dengan obat penurun panas. Jika demamnya tinggi dan tak kunjung reda setelah 2 hari, segera bawa anak ke dokter. Namun jika demam tak muncul, bukan berarti imunisasinya gagal, bisa saja karena kualitasvaksinya jelek, misal. Untuk anak yang memiliki riwayat kejang demam, imunisasi DTP tetap aman. Kejang demam tak membahayakan, karena si kecil mengalami kejang hanya ketika demam dan tak akan mengalami kejang lagi setelah demamnya hilang. Jikapun orang tua tetap kawatir, si kecil dapat di berikan vaksin DTP asesular yang tak menimbulkan demam. Kalaupun terjadi demam, umumnya sangat ringan, hanya sekedar sumer. c. Indikasi Kontra: Imunisasi DTP Tak dapat diberikan kepada mereka yang kejangnya disebabkan suatu penyakit seperti epilepsy, menderita kelainan saraf yang betul-betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, dan yang alergi terhadap DTP. Mereka hanya boleh me- nerima vaksin DT tanpa P karena antigen P inilah yang menyebabkan panas. 5) Imunisasi Campak Sebenarnya, bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring ber- tambahnya usia, antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga butuh antibodi tam- bahan lewat pemberian vaksin campak. Apalagi penyakit campak mudah menular, dan mereka yang daya tahan tubuhnya lemah gampang sekali terserang penyakit disebab- kan virus morbili ini. Untungnya, campak hanya diderita sekali seumur hidup. Jadi, sekali terkena campak, setelah itu biasanya tak terkena lagi. Penularan campak terjadi lewat udara atau butiran halus air ludah (droplet) penderita yang terhirup melalui hidung atau mulut. Pada masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10-12 hari, gejalanya sulit dideteksi. Setelah itu barulah muncul gejala flu (batuk, pilek, demam), mata kemerah-merahan dan berair, si kecil pun merasa silau saat melihat ca- haya. Kemudian, di sebelah dalam mulut muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3-4 hari. Beberapa anak juga mengalami diare. Satu-dua hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik, berkisar 38-40°C. Seiring dengan itu, barulah keluar bercak-ber- cak merah yang merupakan ciri khas penyakit ini. Ukurannya tidak terlalu besar, tapi juga tak terlalu kecil. Awalnya hanya muncul di beberapa bagian tubuh saja seperti di belakang telinga, leher, dada, muka, tangan dan kaki.Dalam waktu satu minggu, ber- cak-bercak merah ini akan memenuhi seluruh tubuh. Namun bila daya tahan tubuhnya baik, bercak-bercak merah hanya di beberapa bagian tubuh saja dan tidak banyak. Jika bercak merah sudah keluar, umumnya demam akan turun dengan sendirinya. Ber- cak merah pun akan berubah kehitaman dan bersisik, disebut hiperpigmentasi. Pada akhirnya bercak akan melupas atau rontok atau sembuh dengan sendirinya. Umumn- ya dibutuhkan waktu dua minggu sampai anak sembuh benar dari sisa-sisa campak. Dalam kondisi ini, tetaplah meminum obat yang sudah diberikan dokter. Jaga stamina
  • 11. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 18 19 dan konsumsi makanan bergizi. Pengobatannya bersifat simptomatis, yaitu mengobati berdasarkan gejala yang muncul. Hingga saat ini, belum ditemukan obat yang efektif mengatasi virus campak. Jika tak ditangani dengan baik campak bisa sangat berbahaya. Bisa terjadi komplikasi, terutama pada campak yang berat. Ciri-ciri campak berat, selain bercak disekitar tubuh, gejalanya tidak membaik setelah diobati 1-2 hari. Komplikasi yang terjadi biasanya be- rupa radang paru-paru (broncho pneumonia) dan radang otak (ensefalitis). Komplikasi inilah yang umumnya paling sering menimbulkan kematian pada anak. a. Usia dan Jumlah Pemberian: Imunisasi ini diberikan sebanyak 1 kali; 1 kali di usia 9 bula. Dianjurkan, pemberian campak sesuai jadwal. Selain karena antibody dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus diimunisasi MMR (Measles Mumps Rubella). b. Cara pemberian: cara pemberian imunisasi campak secara subcutan c. Efek Samping: Umumnya tidak ada efek samping, namun pada beberapa anak, bisa menyebabkan demam dan diare, namun kasusnya sangat kecil. Biasanya demam berlangsung sem- inggu. Kadang juga terdapat efek kemerahan mirip campak selama 3 hari. d. Kontra indikasi imunisasi adalah sebagai berikut: anak dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam, penyakit gangguan kekebalan, TBC tanpa pengobatan, keku- rangan gizi berat, penyakit keganasan, anak dengan kerentanan tinggi terhadap pro- tein telur, kanamisin dan eritromisin Setelah saudara mempelajari tentang konsep imunisasi, yang tidak kalah penting untuk saudara ketahui adalah bagaimana cara penyimpanan vaksin. Karena dengan penyim- panan vaksin yang tidak memenuhi ketentuan dapat menurunkan kwalitas vaksin. Un- tuk itu pelajarilah bagaimana cara penyimpanan vaksin. 12. Penyimpanan Vaksin Dalam penyelenggaraan program imunisasi dibutuhkan dukungan vaksin, alat suntik dan rantai dingin (cold chain) agar kualitas vaksin sesuai dengan standar guna menum- buhkan imunitas yang optimal bagi sasaran imunisasi. Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan yang berguna untuk merangsang timbulnya kekebalan tubuh seseorang. Bila vaksin diberikan kepada seseorang, akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu. Sebagai produk biologis, vaksin memiliki karakteristik tertentu dan memerlukan pen- anganan yang khusus sejak diprodusi di pabrik hingga dipakai di unit pelayanan. Suhu yang baik untuk semua jenis vaksin adalah + 2 0C sampai dengan + 80 C. Penyimpangan dari ketentuan yang ada dapat mengakibatkan kerusakan vaksin sehing- ga menurunkan atau menghilangkan potensinya bahkan bila diberikan kepada sasaran dapat menimbulkan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang tidak diinginkan. Keru- sakan vaksin dapat mengakibatkan kerugian sumberdaya yang tidak sedikit, baik dalam bentuk biaya vaksin, maupun biaya-biaya lain yang terpaksa dikeluarkan guna menang- gulangi masalah KIPI stau kejadian luar biasa. Selama ini masih banyak petugas kesehatan yang beranggapan bahwa bila ada pendin- gin maka vaksin sudah aman, malahan ada yang berfikir kalau makin dingin maka vaksin makin baik. Pendapat itu perlu diluruskan! Semua vaksin akan rusak bila terpapar panas atau terkena sinar matahari langsung. Tetapi beberapa vaksin juga tidak tahan terha- dap pembekuan, bahkan dapat rusak secara permanen dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan bila vaksin terpapar panas. Berdasarkan sensitivitas terhadap suhu, penggolongan vaksin adalah sebagai berikut : a. Vaksin sensitive beku (Freeze sensitive = FS), adalah golongan vaksin yang akan rusak terhadap suhu dingin dibawah 0°C (beku) yaitu: Hepatitis B, DPT, DPT-HB, DT, TT b. Vaksin sensitive panas (Heat Sensitive = HS), adalah golongan vaksin yang akan rusak terhadap paparan panas yang berlebih yaitu: BCG, Polio, Campak Pemantauan suhu vaksin sangat penting dalam menetapkan secara cepat apakah vak- sin masih layak digunakan atau tidak. Untuk membantu petugas dalam memantau suhu penyimpanan dan pengiriman vaksin, ada berbagai alat dengan indicator yang sangat peka seperti Vaccine Vial Monitor (VVM), Freeze watch atau Freezetag serta Time Tem- pertur Monitor (TTM). Dengan menggunakan alat pantau ini, dalam berbagai studi diketahui bahwa telah ter- jadi berbagai kasus paparan terhadap suhu beku pada vaksin yang peka terhadap pem- bekuan seperti Hepatitis B, DPT dan TT. Dengan adanya temuan ini maka telah dilaku- kan penyesuaian pengelolaan vaksin untuk mencegah pembekuan vaksin. Suhu tempat penyimpanan yang tidak tepat akan menimbulkan kerusakan vaksin. Hal ini dapat dilihat dari keterangan di bawah ini: Vaksin Sensitif Beku a. Suhu terlalu dingin Pada Vaksin Hepatitis B, DPT-HB di suhu -0,50C dapat bertahan selama maksimum 1/2 jam dan DPT, DT, TT pada suhu -50C S/D -100C dapat bertahan selama maksimum 1,5 -2 jam.
  • 12. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 20 21 b. Vaksin Sensitf Panas Sementara polio beberapa 0C di atas suhu udara luar (ambient temperature<340C) dapat bertahan selama 2 hari sedangkan Campak dan BCG beberapa 0C di atas suhu udara luar dapat bertahan 7 hari. Terlihat bahwa rusaknya vaksin sensitive beku akibat terpapar suhu terlalu dingin, jauh lebih cepat daripada rusaknya vaksin sensitif panas akibat terpapar suhu terlalu panas. Oleh karena itu tidak mengherankan bila lebih banyak vaksin yang rusak akibat terpapar suhu terlalu dingin dibandingkan terpapar suhu terlalu panas. Beberapa Catatan Penting Paparan panas secara kumulatif akan mengurangi umur dan potensi semua jenis vak- sin. Untuk memantau hal tersebut dipergunakan alat pemantau suhu panas Vaccine Vial Monitor (VVM) dimana untuk vaksin dari Departemen Kesehatan RI sudah ditempelkan pada semua kemasan vaksin kecuali BCG. Alat ini berupa gambar lingkaran berwarna ungu dengan segi empat di dalamnya yang berwarna putih pada VVM A. Dengan pengaruh panas akan berubah menjadi VVM B dimana segi empat sudah ber- warna ungu muda, VVM C dimana segi empat sudah berwarna ungu sama seperti ling- karan diluarnya dan VVM D dimana segi empat sudah berwarna lebih ungu dari pada lingkaran diluarnya. Vaksin dengan VVM C dan D pertanda sudah terpapar panas dan tidak boleh digunakan lagi. Vaksin DPT, TT, DT, HB dan DPT-HB akan rusak bila terpapar suhu beku. Masing-masing vaksin tersebut memiliki titik beku tersendiri, yaitu vaksin Hepatitis B beku pada suhu -0,50C, sedang vaksin DPT, DT dan TT akan beku pada suhu -50C. vaksin yang rusak oleh paparan suhu beku adalah polio, Campak dan BCG. Untuk memantau suhu beku dapat dilakukan dengan menggunakan Freeze Watch dan Freeze tag yaitu alat yang sensitive terhadap suhu beku dimana bila alat ini terpapar suhu dibawah -00C akan terlihat pada monitor berupa warna biru untuk Freeze Watch atau tanda silang untuk Freeze tag. Ditingkat puskesmas semua vaksin disimpan pada suhu +2 s/d + 8 0C sedang freezer yang ada hanya di peruntukkan bagi pembuatan cold pack (es batu). Untuk pendistribusian vaksin ke lapangan posyandu sebaiknya menggunakan air dingin (cool pack) dan bila situasinya mengharuskan menggunakan cold pack, karena tempat yang panas atau jauh, sebaiknya vaksin diatur berdasarkan sensitifikasinya terhadap suhu dan diberi pelapis untuk jenis vaksin yang berbeda. Setelah mempelajari pokok bahasan penyimpanan vaksin, apakah saudara sudah pa- ham tentang hal itu? Jika saudara sudah memahaminya maka lanjutkan dengan mem- pelajari jadwal pemberian imunisasi berikut ini. Imunisasi Tambahan Yang termasuk dalam imnisasi DT adalah : 1. Imunisasi DT 2. Imunisasi MMR 3. Imunisasi Hib 4. Imunisasi Varisella 5. Imunisasi Influenza 6. Imunisasi Demam Tifoid 7. Imunisasi Hepatitis B 8. Imunisasi TT 13. Jadwal Pemberian Imunisasi Tabel 3.2 Memeriksa Jadwal Imunisasi Jadwal Imunisasi Umur Jenis Vaksin Tempat (Bayi lahir di rumah) 0-7 hari HB 0 Rumah 1 bulan BCG, Polio 1 Posyandu 2 bulan DPT/HB 1, Polio 2 Posyandu 3 bulan DPT/HB 2, Polio 3 Posyandu 4 bulan DPT/HB 3, Polio 4 Posyandu 9 bulan Campak Posyandu (Bayi lahir di RS/RB/ bidan praktik) 0 bulan HB 0, BCG, Polio 1 RS/RB/Bidan 2 bulan DPT/HB 1, Polio 2 RS/RB/Bidan/Po- syandu 3 bulan DPT/HB 2, Polio 3 RS/RB/Bidan/Po- syandu 4 bulan DPT/HB 3, Polio 4 RS/RB/Bidan/Po- syandu 9 bulan Campak RS/RB/Bidan Sumber: Depkes RI, 2010 Catatan: Jadwal imunisasi dapat berubah tergantung Kebijakan Nasional
  • 13. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 22 23 Tabel 3.3. Jadwal imunisasi berdasarkan usia pemberian, sesuai IDAI, periode 2012. Umur Vaksin Keterangan Saat lahir Hepatisis B-1 HB-harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 Polio -0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS, polio diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari tranmisi virus vak- sin terhadap bayi lain) 1 bulan Hepatitis B-2 Hb-2 diberikan umur 1 bulan 0-2 bulan BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada>2 bulan sebaiknya dilakukan uji tu- berculin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila hasilnya negatif. 4 bulan DTP-2 Hib-2 Polio-2 Diberikan secara terpisah Hib-2 dapat direkomendasi dengan Hib-2 Diberikan bersama 6 bulan DTP 3 Hib-3 Polio-3 Dapat dikomendasikan dengan Hib-3 Diberikan bersama DTP 9 bulan Campak-1 Campak diberikan umur 9 bulan, apabila telah mendapat MMR pada usia 15 bulan, campak 2 tidak perlu diberikan. 15-18 bu- lan MMR Hib-4 Apabila sampai usia 12 bulan belum mendapat imu- nisasi 18 bulan DTP-4 Polio-4 Diberikan satu tahun setelah DTP-3 Diberikan bersama dengan DTP-4 2 tahun Hepatitis A Direkomendasikan pada umur >2 tahun, diberikan 2 kali dengan interval 6-12 bulan 2-3 tahun Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur >2 tahun, perlu diulang setiap 3 tahun. 5 tahun DTP-5 Polio-5 Diberikan pada umur 5 tahun Diberikan bersama DTP-5 6 tahun MMR Diberikan untuk catch up immunization pada anak yang belum mendapat MMR-1 10 tahun dT /TT Varisella Menjelang pubertas vaksin ke-5 diberikan untuk imunitas selama 25 tahun Diberikan umur 10 tahun Jadwal tersebut di atas dapat saudara gunakan dalam menentukan kapan seorang bayi harus diimunisasi vaksin tertentu. Misal imunisasi apa yang harus didapatkan oleh bayi baru lahir? Maka jawabnya adalah imunisasi Hepatitis B yang ke 1 dan Imunisasi Polio 0. Jadwal tersebut dapat berubah sesuai dengan pedoman yang berlaku. Dengan tabel tersebut di atas kita bisa mengetahui kapan sebaiknya imunisasi diberikan kepada anak, misalnya seorang ibu membawa bayinya ke tempat bidan praktik untuk mengimunisasikan bayinya. Saat ini bayi tersebut berusia
  • 14. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 24 25 • Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu, bayi baru lahir sangat memerlukan pemberian imnisasi. Imunisasi merupakan suatu proses untuk membuat system per- tahanan tubuh kebal terhadap infasi mikroorganisme. • Tujuan dari pemberian imunisasi diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengu- rangi kecacatan akibat penyakit tertentu • Jenis imunisasi ada dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif • Terdapat 10 penyakit pada anak yang dapat dicegah dengan imunisasi meliputi: yai- tu: polio, campak, gondongan, rubella (campak jerman), difteria, tetanus, batuk rejan (pertusis), meningitis, cacar air dan hepatitis B. • Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan imunisasi yaitu status imun host, faktor genetic host, serta kwalitas dan kwantitas vaksin. • vaksinasi pada umumnya adalah aman dan manfaat imunisasi jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan komplikasi yang mungkin terjadi akibat imunisasi • Jika anak belum mendapat imunisasi sama sekali, segeralah merencanakan untuk memulai pemberian imunisasi. Pemberian yang terlambat tidak akan menguran- gi efektifitas vaksinasi untuk membentuk imunitas tubuh, hanya saja anak tidak mendapatkan perlindungan terhadap penyakit infeksi sedini mungkin. • Imunisasi BCG dilakukan sekali pada bayi usia 0-11 bulan, lalu DPT diberikan tiga kali pada bayi usia 2-11 bulan dengan interval minimal 4 minggu. Imunisasi polio diberi- kan empat kali pada bu kali bayi 0-11 bulan dengan interval minimal empat minggu. Sedangkan campak diberikan satu kali pada bayi usia 9-11 bulan. Terakhir imunisasi hepatitis B harus diberikan tiga kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval mini- mal empat minggu. • Dalam penyelenggaraan program imunisasi dibutuhkan dukungan vaksin, alat suntik dan rantai dingin (cold chain) agar kualitas vaksin sesuai dengan standar guna menumbuhkan imunitas yang optimal bagi sasaran imunisasi. • Ada beberapa imunisasi tambahan yaitu: Imunisasi DT, MMR, Hib, Varisella, Influen- za, Demam Tifoid, Hepatitis B, TT Rangkuman Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut dengan memilih salah satu alternative jawa- ban yang paling Anda anggap benar. 1. Yang dimaksud dengan imunisasi adalah… A. Suatu proses membuat anak tidak sakit B. Suatu proses mengobati penyakit tertentu pada anak C. Upaya pemerintah untuk menurunkan penyakit pada anak D. Upaya petugas kesehatan guna menghindarkan anak terhadap penyakit E. Suatu proses untuk membuat system pertahanan tubuh kebal terhadap infasi mikroorganisme tertentu 2. Tujuan pemberian imunisasi adalah … A. Anak menjadi tidak sakit B. Membuat anak lebih sehat C. Agar anak dapat terhindar dari segala penyakit D. Untuk meningkatkan tumbuh kembang yang optimal pada anak E. Anak menjadi kebal terhadap penyakit tertentu sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas 3. Contoh dari imunisasi pasif alami adalah…. A. Pemberian ATS B. Anak sembuh dari penyakit C. Pemberian imunisasi polio D. Mendapatkan kekebalan dari ibunya E. Pemberian imunisasi DPT setelah anak sakit difteri 4. Berikut ini merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu…. A. Hepatitis, tuberculosa, difteri, diare B. Polio, difteri, tetanus, hepatitis, toxoplasma C. Difteri, campak, polio, hepatitis, diare, tubercosis D. Hepatitis, tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak E. Hepatitis, tuberculosa, difteri, pertusis, tetanus, encephalitis, polio 5. Faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan imunisasi antara lain….. A. Usia anak B. Jenis vaksin C. Harga vaksin D. Berat badan anak E. Kualitas vaksin 6. Jadwal pemberian imunisasi BCG pada usia…. A. 9 bulan B. Baru lahir Evaluasi Formatif
  • 15. Modul Pendidikan Jarak Jauh Pendidikan Tinggi Kesehatan Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 26 27 C. 2-11 bulan D. 2,3,4 bulan E. Kurang dari 2 bulan 7. Jadwal pemberian imunisasi DPT pada usia…. A. 9 bulan B. 1-2 bulan C. Baru lahir D. 2-11 bulan E. 2,3,4 bulan 8. Dosis pemberian imunisasi Hepatitis B adalah…. A. O,1 cc B. 0,05 cc C. 0,5 cc D. 1 cc E. 0,01 cc 9. Vaksin yang akan rusak karena suhu panas adalah…. A. DPT B. BCG C. Polio D. Campak E. Hepatitis 10. Imunisasi campak diberikan secara… A. Oral B. Tetes C. subcutan D. Intravena E. Intracutan Selanjutnya untuk mengetahui hasil belajar saudara, Cocokkan jawaban Saudara den- gan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir Kegiatan Belajar ini, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban yang benar adalah: 90% - 100% : baik sekali 80% - 89% : baik 70% -79% : cukup kurang dari 70% : kurang Kalau Anda memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Anda Bagus! Anda Sdapat melanjutkan ke Kegiatan Belajar 2. Tetapi jika pencapaian Anda kurang dari 80%, maka sebaiknya ulangilah Kegiatan Belajar 1, terutama bagian-bagian yang belum Anda kuasai! 1. Lakukan pengkajian pada neonatus/bayi/balita yang ada disekitar saudara tinggal tentang status imunisasi yang sudah didapat, lakukan analisa tentang jenis imuni- sasi dan waktu pemberian apakah sudah sesuai dengan jadwal yang berlaku, beri alasannya. Buat rencana Imunisasi apa yang harus diterima pada bulan berikutnya? Lakukan tugas tersebut secara mandiri, hasilnya saudara diskusikan dengan teman saudara secara berkelompok. 2. Praktikkan cara masing-masing pemberian imunisasi dasar pada panthom (gunakan pedoman praktik pemberian imunisasi), lakukan kegiatan tersebut mulai dari persia- pan sampai dengan pendokumentasiannya. Praktikkan secara berkelompok, kemu- dian lanjutkan praktik secara mandiri. Dalam kegiatan praktik ini lihatlah pada pe- doman praktik pemberian imunisasi. Tugas Mandiri
  • 16. Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan Australia Indonesia for Health System Strengthening (AIPHSS) 2015