SlideShare a Scribd company logo
1 of 21
SIAGA BENCANA
MATERNAL NEONATAL
MODUL
Rujukan Kasus Gawat DaruratMaternal
Neonatal
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Jakarta 2015
Suryaningsih
Australia Indonesia Partnership for
Health Systems Strengthening
(AIPHSS)
SEMESTER 8
KEGIATAN BELAJAR 2
RUJUKAN KASUS GAWAT
DARURAT MATERNAL
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
1
Pendahuluan
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia
masih cukup tinggi. Millenium Development
Goals (MDGs) 2015 telah menetapkan target
untuk menurunkan Angka Kematian Ibu
(AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran
hidup serta Angka Kematian Bayi (AKB)
menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup.
Salah satu upaya untuk mencapai tujuan
tersebut adalah memperkuat sistem rujukan
kesehatan diberbagai jenjang pelayanan
kesehatan. Upaya ini sangat penting
karena sudah diketahui secara luas bahwa
system rujukan yang berjalan dengan baik
dapat berkontribusi untuk mempercepat
penanganan keterlambatan rujukan,
terutama kasus-kasus gawatdarurat,
komplikasi dan kematian bisa dihindari.
Modul berjudul Rujukan Kasus Gawat Darurat
Maternal Neonatal ini membahas tentang
konsep dasar rujukan, rujukan kasus gawat
darurat maternal, rujukan kasus gawat
darurat neonatal, dan pendokumentasian
kasus rujukan maternal neonatal.
Modul ini terdiri atas empat kegiatan
belajar yang disusun dengan urutan
sebagai berikut:
a.	 Kegiatan Belajar 1	 : Konsep Dasar
Rujukan Kebidanan
b.	 Kegiatan Belajar 2	 : Rujukan Gawat
Darurat Maternal
c.	 Kegiatan Belajar 3	 : Rujukan Gawat
Darurat Neonatal
d.	 Kegiatan Belajar 4	 :
Pendokumentasian rujukan kasus
Gawat Darurat Maternal Neonatal
Ruang Bersalin
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
2Setelah mempelajari modul ini, Saudara akan dapat 1) menjelaskan konsep dasar Rujukan
Kebidanan, 2) melakukan rujukan kasus kegawatdaruratan pada maternal, 3) melakukan
rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal serta 4) melakukan pendokumentasian rujukan
kasus Gawat Darurat Maternal Neonatal. Kompetensi ini nantinya akan menjadi dasar bagi
Saudara untuk melakukan penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan maternal neonatal
yangnantinyaakanSaudarapelajaripadamatakuliahAsuhankebidananKegawatDaruratan
Maternal Neonatal. Selain itu, kompetensi ini juga akan menunjang kompetensi Saudara
sebagaibidanuntukmelakukanpenanganankegawatdaruratansesuaidengankewenangan.
Dengan memiliki kemampuan untuk melakukan rujukan kasus kegawatdaruratan pada
maternal neonatal Saudara dapat mencegah terjadinya keterlambatan penanganan pada
kasus kegawatdaruratan maternal neonatal sehingga kematian ibu dan kematian bayi
dapat dicegah.
Proses pembelajaran untuk materi Rujukan kegawatdaruratan maternal neonatal ini, dapat
berjalan dengan lancar apabila Saudara mengikuti langkah langkah belajar sebagai berikut:
a.	 Sebelum mempelajari modul ini, Saudara harus memahami tentang materi materi yang
terdapat dalam mata kuliah asuhan kebidanan kehamilan, asuhan kebidan persalinan
dan BBL, asuhan kebidanan nifas dan menyusui serta asuhan neonates, bayi, balita dan
anak prasekolah
b.	Mempelajari dengan seksama, cermat, dan teliti setiap kegiatan belajar, sehingga
diperoleh pengetahuan, pemahaman yang mendalam dan menyeluruh.
c.	 Pada setiap kegiatan belajar disediakan beberapa tugas, Tugas-tugas tersebut sebaiknya
dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang ada. Apabila ditemukan kesulitan dalam
penyelesaian tugas, perlu dipelajari kembali materi kegiatan belajar yang terkait dengan
tugas-tugas yang menyertainya.
d.	Setelah belajar dan berlatih dengan baik, langkah selanjutnya adalah mengerjakan tes
formatif. Hasil tes formatif sebaiknya diteliti kembali dengan cermat. Jika sudah yakin
mengenai kebenaran hasil tes, barulah masuk ke langkah pencocokan dengan kunci
jawaban yang tertera dibagian akhir setiap kegiatan belajar.
e.	Membaca umpan balik dan tindak lanjut. Jika hasil tes baik atau baik sekali, kegiatan
tahap belajar berikutnya dapat ditempuh. Jika hasil tes cukup atau kurang, tes formatif
harus diulang sekali lagi. Jika belum berhasil, maka kegiatan belajar perlu diulang kembali,
baru melaksanakan tes formatif lagi.
f.	 Jika kegiatan belajar telah diulang, namun tes formatif masih cukup atau kurang, perlu
dilakukan konsultasi khusus dengan dosen.
Diharapkan agar petunjuk-petunjuk diatas dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan
sehingga Saudara dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan harapan.
Baiklah Saudara peserta Diklat jarak Jauh, selamat belajar, semoga Anda sukses memahami
pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini sebagai bekal bertugas sebagai bidan di
daerah dengan baik.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
3
Setelah mempelajarai kegiatan belajar
2 ini, Saudara diharapkan mampu
untuk melakukan rujukan pada kasus
kegawatdaruratan maternal dengan tepat.
Kegiatan
Belajar 2
RUJUKAN KEGAWAT DARURATAN MATERNAL
Tujuan Pembelajaran Umum
Tujuan Pembelajaran Khusus
Pada kegiatan belajar 2 ini saudara akan memperlajari tentangprinsip umum dalam
melakukan rujukan, penanganan awal rujukan kasus perdarahan, dan penanganan awal
rujukan kasus infeksi akut, sepsis, dan syok septik.
Setelah mempelajari kegiatan belajar 2 ini, Saudara diharapkan mampu untuk:
•	 Menjelaskan prinsip umum dalam melakukan rujukan dengan tepat
•	 Melakukan penanganan awal rujukan kasus perdarahan dengan tepat
•	 Melakukan penanganan awal rujukan kasus infeksi akut, sepsis, dan syok septik dengan
tepat
Pemeriksaan Kandungan
Pokok-pokok Materi
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
4
Uraian
Materi
Berbagai langkah harus diperhatikan dalam melaksanakan perawatan kasus gawat darurat
maternal neonatal. Hal ini meliputi pengenalan segera kondisi gawat darurat, stabilisasi
penderita, pemberian oksigen, infus dan terapi cairan, transfusi darah dan pemberian
medikamentosa (antibiotik, sedatif, anastesi, analgesik, dan serum anti tetanus) maupun
upaya rujukan lanjutan. Semua langkah penatalaksanaan tersebut harus anda kuasai
sebagai bidan yang bertugas di daerah.
PRINSIP UMUM DALAM RUJUKAN
Dalam penanganan kasus kegawatdaruratan, penentuan permasalahan utama (diagnosa)
dan tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang tidak panik,
walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarnya mungkin dalam kepanikan.
Semuanya dilakukan dengan cepat, cermat, dan terarah. Walaupun prosedur pemeriksaan
dan pertolongan dilakukan dengan cepat, prinsip komunikasi dan hubungan antara dokter-
pasien dalam menerima dan menangani pasien harus tetap diperhatikan yaitu menghormati
hak pasien, gentleness, komunikatif, hak pasien dan dukungan keluarga (family support).
Untuk lebih jelasnya silahkan Saudara ikuti uraian berikut:
Menghormati hak pasien
Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat, tanpa memandang status sosial dan
ekonominya. Dalam hal ini Saudara harus memahami dan peka bahwa dalam situasi dan
kondisi gawatdarurat perasaan cemas, ketakutan, dan keprihatinan adalah wajar bagi setiap
manusia dan kelurga yang mengalaminya.
Gentleness
Dalam melakukan pemeriksaan ataupun memberikan pengobatan setiap langkah harus
dilakukandenganpenuhkelembutan, termasukmenjelaskankepada pasienbahwa rasa sakit
atau kurang enak tidak dapat dihindari sewaktu melakukan pemeriksaan atau memberikan
pengobatan, tetapi prosedur akan dilakukan selembut mungkin sehingga perasaan kurang
enak itu diupayakan sesedikit mungkin.
Komunikatif
Saudara harus berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa dan kalimat yang tepat,
mudah dipahami, dan memperhatikan nilai norma kultur setempat. Dalam melakukan
pemeriksaan, Saudara harus menjelaskan kepada pasien apa yang akan diperiksa dan apa
yang diharapkan. Apabila hasil pemeriksaan normal atau kondisi pasien sudah stabil, upaya
untuk memastikan hal itu harus dilakukan. Menjelaskan kondisi yang sebenarnya kepada
pasien sangatlah penting.
Hak Pasien
Hak-hak pasien harus dihormati seperti penjelasan informed consent, hak pasien untuk
menolak pengobatan yang akan diberikan dan kerahasiaan status medik pasien.
Dukungan Keluarga (Family Support)
Dukungan keluarga bagi pasien sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, Saudara harus
mengupayakan hal itu antara lain dengan senantiasa memberikan penjelasan kepada
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
5
keluarga pasien tentang kondisi pasien, peka akan masalah kelurga yang berkaitan dengan
keterbatasan keuangan, keterbatasan transportasi, dan sebagainya. Dalam kondisi tertentu,
prinsip-prinsip tersebut dapat dinomorduakan, misalnya apa bila pasien dalam keadaan
syok, dan petugas kesehatan kebetulan hanya sendirian, maka tidak mungkin untuk
meminta informed consent kepada keluarga pasien. Prosedur untuk menyelamatkan jiwa
pasien harus dilakukan walaupun keluarga pasien belum diberi informasi.
Dengan memperhatikan penjelasan diatas, silahkan anda coba untuk mempraktikkan
masing masing prinsip komunikasi dan hubungan antara dokter-pasien dalam menerima
dan menangani pasien!
PENGENALAN SEGERA KONDISI GAWAT DARURAT
Kegawat daruratan obstetri dapat terjadi setiap saat selama proses kehamilan, persalinan
merupakan masa nifas. Kasus gawat darurat obstetri ialah kasus kebidanan yang apabila
tidak ditangani segera akan meningkatkan kejadian kesakitan (morbiditas) dan kematian
(mortalitas) ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan
bayinya. Untuk mencegah kematian ibu dan bayi tentunya Saudara harus bisa menentukan
kasus gawat darurat kebidanan. Saat ini penyebab utama kematian pada maternal dise-
babkan oleh:
1. Perdarahan
2. Preeklampsia/ eklampsia
3. Infeksi dan sepsis
4. Persalinan macet (distosia)
Persalinan macet hanya terjadi pada saat persalinan berlangsung, sedangkan ketiga penye-
bab lain dapat terjadi dalam kehamilan, persalinan dan dalam masa nifas.
Manifestasi klinik kasus gawat darurat dapat berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas.
Pada kasus perdarahan, dapat bermanifetasi mulai dari perdarahan bercak, merembes,
profus sampai syok. Sedangkan pada kasus preeklamsi/ eklamsia, dapat bermanifestasi
mulai dari keluhan sakit kepala pusing, bengkak, penglihatan kabur, kejang-kejang, sampai
koma/pingsan/tidak sadar. Pada kasus infeksi dan sepsis, dapat bermanifestasi mulai dari
pengeluaran cairan pervaginam yang berbau, air ketuban hijau, demam sampai syok. Se-
dangkan kasus persalinan macet, lebih mudah dikenal yaitu apabila kemajuan persalinan
tidak berlangsung sesuai batas waktu yang normal, dan juga dapat merupakan manifestasi
ruptura uteri
Mengenal kasus kegawatdaruratan obstetri secara dini sangat penting agar pertolongan
yang cepat dan tepat dapat dilakukan. Mengingat manifestasi klinik kasus kegawatdaru-
ratan obstetri yang berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas, mengenal kasus tersebut
tidak selalu mudah dilakukan, bergantung pada pengetahuan, kemampuan daya pikir dan
daya analisis, serta pengalaman tenaga penolong. Kesalahan ataupun kelambatan dalam
menentukan kasus dapat berakibat fatal. Pada saat menerima setiap kasus yang dihada-
pi harus dianggap gawatdarurat atau setidak-tidaknya dianggap berpotensi gawatdarurat,
sampai ternyata setelah pemeriksaan selesai kasus itu ternyata bukan kasus gawatdarurat.
Untuk menentukan kondisi kasus kebidanan yang dihadapi apakah dalam keadaan gawat
darurat atau tidak, harus dilakukan pemeriksaan sistematis yang meliputi anannesis, pe-
meriksaan fisik umum dan pemeriksaan kebidanan. Dalam praktek, melakukan pemerik-
saan sistematis yang lengkap membutuhkan waktu agak lama, padahal penilaian harus
dilakukan secara cepat, maka dilakukan Penilaian awal. Penilaian awal adalah langkah per-
tama untuk menentukan dengan cepat kasus obstetri yang membutuhkan pertolongan
segera dengan mengidentifikasi penyakit yang dihadapi.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
6
Pemeriksaan yang harus Saudara lakukan pada Penilaian Awal adalah melakukan periksa
pandang (inspeksi), periksa raba (palpasi) dan pengukuran tanda vital. Untuk lebih jelasnya
silahkan Saudara ikuti penjelasan berikut ini:
Pada periksa pandang (inspeksi) Saudara harus menilai kesadaran penderita apakah
penderita dalam kondisi pingsan/ koma, kejang-kejang, gelisah, atau tampak kesakitan.
Selanjutnya saudara menilai wajah penderita apakah terlihat pucat, kemerahan, atau
banyak berkeringat. Pernafasan dinilai apakah cepat atau sesak nafas dan Saudara juga
harus melihat apakah terdapat perdarahan dari kemaluan.
Pada periksa raba (palpasi) saudara harus menilai beberapa hal yaitu kulit apakah teraba
dingin/ demam, nadi apakah teraba cepat/ normal, lemah/ kuat, serta meraba bagian pre
tibia untuk menilai adanya bengkak pada kaki/ tungkai bawah.
Pengukuran tanda vital terdiri atas pengukuran Tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan.
Hasil Penilaian Awal ini menjadi dasar pemikiran bagi Saudara apakah kasus tersebut
mengalami perdarahan, infeksi, preeklampsia/ eklampsia, atau syok. Dasar penilaian
ini harus dilengkapi dan diperkuat dengan melakukan pemeriksaan fisik lengkap, tetapi
sebelum pemeriksaan klinik lengkap selesai dilakukan, langkah-langkah untuk melakukan
pertolongan pertama sudah dapat dilakukan sesuai hasil Penilaian Awal, misalnya
pertolongan pertama untuk mengatasi syok harus sudah dilakukan.
Pemerikssan Ibu Hamil
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
7Sebagai contoh, silahkan Saudara pelajari kasus dibawah ini:
Selanjutnya Saudara harus memperhatikan prinsip – prinsip umum dalam merujuk kasus
gawat darurat maternal neonatal yaitu stabilisasi penderita, prinsip umum dalam pemberi-
an obat, obat pengurang rasa nyeri (analgetika), Toksoid tetanus dan Diuretika. Untuk lebih
jelasnya silahkan Saudara pelajari lebih lanjut penjelasan dibawah ini.
STABILISASI dan RUJUKAN
Stabilisasi dan rujukan secara cepat serta dalam kondisi yang memadai akan sangat mem-
bantu pasien untuk ditangani secara memadai seoptimal atau dirujuk ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih lengkap dalam kondisi seoptimal mungkin. Dalam sistem pelayanan
gawatdarurat dan rujukan kesehatan pada atau antar fasilitas, seharusnya sudah tersedia
perangkat dan mekanisme yang jelas tentang operasionalisai setipa unsur yang terlihat.
Unsur-unsur tersebut dapat berasal dari sistem kesehatan itu sendiri ataupun sistem yang
terintegrasi melalui suatu program (misal, Gerakan Sayang Ibu yang melibatkan Menteri
UPW, Depkes dan Depdagri). Fasilitas kesehatan primer, akan merujuk pasiennya ke rumah
sakit rujukan. Tetapi pada kota-kota besar, mungkin saja terjadi rujukan antar Puskesmas,
Rumah Sakit ataupun diantara pusata-pusat rujukan. Apapun mekanisme yang terjadi,
semua unsur yang terlibat, seharusnya mampu unntuk membawa pasien mencapai fasil-
itas rujukan yang dituju agar mendapatkan pertolongan yang mungkin sangat vital dalam
menyelamatkan jiwanya. Elemen-elemen penting dalam stabilisasi pasien adalah :
a.	Menjamin kelancaran jalan nafas, memperbaiki fungsi sistem respirasi dan sirkulasi
(pembebasan jalan nafas)
b.	Menghentikan sumber perdarahan (kontrol perdarahan)
c.	 Mengganti cairan tubuh yang hilang (Pemberian cairan infus dan transfusi darah)
d.	Mengatasi rasa nyeri atau gelisah (Pemberian obat-obatan analgetika)
e.	Menyertakan ringkasan kasus.
Berikut keterangan dari masing masing elemen tersebut:
a. Pembebasan jalan napas.
Harus diyakini bahwa jalan napas tidak tersumbat. Jangan memberikan cairan atau
makanan ke dalam mulut karena pasien sewaktu-waktu dapat muntah dan cairan
muntahan dapat terisap masuk ke dalam paru-paru. Putarlah kepala pasien dan kalau
perlu putar juga badannya ke samping dengan demikian bila ia muntah, tidak sampai
terjadi aspirasi. Jagalah agar kondisi badannya tetap hangat karena kondisi hipotermia
berbahaya dan dapat memperberat syok. Naikkanlah kaki pasien untuk membantu ali-
ran darah balik ke jantung. Jika posisi berbaring menyebabkan pasien merasa sesak na-
pas, kemungkinan hal ini dikarenakan gagal jantung dan edema paru-paru. Pada kasus
demikian, tungkai diturunkan dan naikkanlah posisi kepala untuk mengurangi cairan da-
lam paru-paru.
b. Kontrol perdarahan.
Jumlah perdarahan harus diobservasi secara ketat. Hal ini dapat dilakukan dengan men-
gukur jumlah perdarahan yang keluar menggunakan teknik memperkirakan jumlah
perdarahan yang tepat.
Seorang ibu datang ke bidan praktik swasta mengeluh merasa terlambat haid 2 bulan,
sejak tadi malam pukul 03.00 WIB mengeluarkan darah banyak bergumpal dari kemaluan.
Hasil penilaian awal anda menemukan bahwa wajah ibu pucat, nafas normal, terdapat
perdarahan bergumpal pervaginam, kulit ibu teraba dingin, nadi cepat, lemah, tidak
terdapat bengkak pada kaki. Hasil pemeriksaan TTV menunjukkan tekanan darah 100/
70 mmHg, Nadi 96 kali/menit, respirasi 20 kali. Menit dan suhu 36.5oC. Berdasar hasil
penilaian awal diatas, bagaimana kesimpulan anda?
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
8
c. Pemberian cairan infus dan transfusi darah
Pada kebanyakan kasus gawat darurat, pasien-pasien memerlukan infus untuk mengganti
cairan yang hilang. Larutan isotonik yang dianjurkan adalah Ringer Laktat dan NaCI
fisiologis atau garam fisiologis (normal saline). Larutan glukosa tidak dapat menggantikan
garam atau elektronit yang membutuhkan selama penggantian cairan yang hilang.
Diameter jarum infus, sangat menentukan kecepatan pemberian cairan infus. Untuk
pemberian awal, dianjurkan untuk menggunakan ukuran 16-18 (selain untuk pemberian
cairan cepat, juga sesuai untuk tranfusi darah). Apabila ukuran tersebut tidak tersedia,
dapat masih dapat digunakan jarum dengan ukuran 20.
Saat jarum infus dimasukkan, segera ambil spesimen darah untuk pemeriksaan kadar
hemoglobin, golongan darah atau pemeriksaan laboratorium lainnya. Bila pasien
mengalami defisit cairan atau syok, sulit sekali dilakukan pemasangan infus dan
pengambilan spesimen darah sehingga kadang-kadang diperlukan tindakan bedah
untuk mengambil vena. Mengukur konsentrasi Hb dengan pangambilan darah kapiler
(di ujung jari) pada pasien dengan kondisi gawat darurat, akan memberikan hasil yang
kurang memuaskan.
Pada kasus syok hipovolemik yang diakibatkan oleh perdarahan, berikan 500-1000 ml
cairan isotonik dalam 15-20 menit pertama. Stabilisasi umumnya terjadi setelah 1 – 3 liter
cairan infus diberikan. Setelah stabilisasi tercapai maka kecepatan cairan infus diatur
menjadi tetesan pemeliharaan (1 liter dalam 6-8 jam).
Untuk pemberian cairan infus, perhatikan :
a.	Jumlah cairan yang akan diberikan
b.	Lamanya pemberian per unit cairan
c.	Ukuran atau diameter tabung dan kecepatan tetesan. Setiap ukuran tabung yang ada
pada pangkal slang infus (yang mempunyai jarum penghubung ke botol infus) memiliki
ukuran tetesan yang berbeda untuk setiap mililiter cairan. Ada tabung dengan ukuran
dua puluh tetes per mililiter sedangkan yang lain 10 tetes per mililiter.
Jika dibutuhkan 1000 ml cairan infus dalam 4 jam, berapakah kecepatan tetesan infus
yang anda berikan per menit?
Jumlah cairan Waktu pemberian Tetes per mililiter Tetes per menit
1 liter 20 menit 10 Tidak dapat
dihitung
1 liter 20 menit 20 Tidak dapat
dihitung
1 liter 4 jam 10 40
1 liter 4 jam 20 80
1 liter 6 jam 10 28
1 liter 6 jam 20 56
1 liter 8 jam 10 20
1 liter 8 jam 20 40
Tabel 4 – 1
Kecepatan pemberian cairan infus
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
9Rumus kecepatan cairan infus :
Perhatikan contoh dibawah ini:
Atau
Bila pemulihan pasien telah mencapai kondisi yang memuaskan maka dapat dilakukan
pemberian cairan per oral. Infus dapat dilepaskan kecuali bila dibutuhkan untuk jalur
pemberian obat secara intravena. Untuk kondisi seperti itu, kecepatan tetesan cairan
diperlambat (1 liter selama 10 – 12). Dalam terapi cairan ini, juga dipantau tentang
keseimbangan cairan. Apabila terjadi pembengkakan atau edema pada kaki, tangan, muka,
mungkin hal ini diakibatkan oleh kelebihan cairan. Kelebihan tersebut dapat pula dinilai
dari terjadinya sesak nafas atau bising nafas yang abnormal (ronkhi basah difusa).
Kondisi kesehatan pasien, sangat beropengaruh terhadap jumlah perdarahan yang terjadi.
Wanita sehat, akan mampu untuk bertahan terhadap kehilangan 1000 ml darah. Sebaliknya
pada wanita dengan anemi kronis, kehilangan 200 ml darah, akan menyebabkan hal
yang fatal. Bila dengan cairan pengganti plasma atau beku kering knodisi pasien dapat
menunjukkan perbaikan maka transfusi darah sebaiknya dipertimbangkan kembali. Pada
kenyataannya, seorang wanita sehat, masih dapat bertahan (tanpa pengganti darah melalui
transfusi) apabila kehilangan darah hingga 20% atau 1000 mililiter, dari total jumlah darah
normal (5000 mililiter). Kehilangan hingga 30% dapat diatasai dengan cairan pengganti
plasma. Transfusi darah didalam tubuh. Pada perdarahan masif, jumlah darah yang keluar
dalam waktu kurang dari 3 jam, dapat mencapai lebih dari 50% jumlah total ciran darah.
Terapi awal cairan pengganti, seharusnya diberikan dalam waktu yang cepat dan ini hanya
dimungkinkan dengan pemberian kristaloid isotonik seperti Ringer Laktat dan garam
fisiologis. Pada tahap awal ini, tidak dianjurkan untuk memberikan cairan infus larutan
isotonik glukosa 5%. Pada tahap awal, jumlah cairan yang diberikan adalah 50 mililiter per
kilogram berat badan (50 ml/kg BB) atau 3 kali dari perkiraan jumlah darah yang hilang.
Cairan koloidal sintetik diberikan hingga 50 ml/kg BB tetapi dengan kecepatan tetesan
yang lebih rendah dari larutan kristaloid isotonik. Amilum hidroksiletil atau dextran 70
diberikan 20 ml/kg BB selama 24 jam per-tama. Dapat pula diberikan albumin atau fraksi
protein plasma tetapi harga kedua bahan ini sangat mahal. Eritrosit tanpa plasma tidak
direkomendasikan untuk pengganti cairan yang hilang sedangkan jika diberikan plasma
saja, risiko transmisi penyakit, cukup tinggi. Cairan darah (eritrosit dan plasma) diberikan
untuk menngganti cairan yang hilang, pembawa oksigen ke jaringan dan faktor faktor
penting untuk hemostasis.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
10
d. Pemberian obat-obatan analgetika
Kebanyakan pasien dengan infeksi berat, trauma intrabdomen atau mengalami demam
tinggi dan komplikasi berat lainnya, akan mengeluhkan adanya nyeri dan membutuh-
kan obat untuk segera menghilangkan rasa tidak nyaman tersebut. Pemilihan obat nyeri
tersebut, tergantung dari kondisi pasien, jenis obat, rawatan yang diberikan, waktu dan
cara pemberian analgetika.
Pemberian obat sebelum pemeriksaan selesai, akan menghilangkan sebagian dari geja-
la-gejala penyakit, yang apabila tidak dicermati, akan menyulitkan pembuatan diagnosis.
Hindarkan pemberian sedatif berlebihan karena pasien akan kehilangan kemampuan
untuk menjawab secara benar. Bahan narkotika, harus diberikan secara selektif dan
dengan pemantauan ketat karena dapat menyebabkan depresi pernafasan. Siapkan
antidotum dan peralatan resusitas kardiopulmoner sebelum pemberian obat jenis ini.
Pemberian anti nyeri non-steroid, mungkin dapat menyebabkan gangguan pembekuan
darah. Oleh sebab itu, apabila prosedur AVM memerlukan penggunaan analgesik, gu-
nakan yang aman dan tidak mengganggu sistem pembekuan darah. Beberapa anal-
gesik, juga mempunyai efek antipiretika sehingga sebaiknya tidak diberikan sebelum
selesainya pengukuran temperatur tubuh. Penggabungan analgesik dengan sedatif,
kadang-kadang menyebabkan depresi pernafasan.
e. Disertakan ringkasan kasus
Pasien yang dirujuk harus disertai dengan surat pengantar yang didalamnya menceri-
takan tentang bagaimana riwayat singkat kondisi pasien serta terapi dan tindakan yang
telah dilakukan.
Prinsip umum dalam pemberian obat
Faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian obat adalah bagaimana
keamanan pasien apabila mendapat obat itu, bagaimana kebutuhan pasien terhadap obat
serta cara pemberian obat. Tanyakan apakah pasien pernah alergi obat. Jangan berikan
obat peroral bila syok. Obat dapat diberikan secara intravena (IV) pada keadaan syok,
kondisi gawat darurat yang membutuhkan pembedahan segera, setiap infeksi yang seri-
us, termasuk sepsis dan syok septic. Sedangkan pemberian obat diberikan intra muskulus
(IM) pada keadaan pemberian IV tidak memungkinkan untuk dilakukan dan apabila obat
yang terpilih dapat diberikan dengan cara ini. Pemberian obat perora diberikan pada ka-
sus yang stabil kondisinya dan mampu menelan obat peroral
Obat pengurang rasa nyeri (analgetika)
Beberapa obat analgetika yang direkomendasikan adalah parasetamol atau fenil butason,
tramadol yang mempunyai efek seperti narkotika tetapi tidak ada efek samping narkotika,
morfin 10 mg I.M serta pethidin 25-100 mg I.M. Pada penggunakan morfin dan pethidin
anda harus berhati-hati terhadap terjadinya depresi napas. Disamping itu obat anti ra-
dang non steroid dan aspirin sering digunakan untuk menekan rasa nyeri
Toksoid tetanus
Pada umumnya, kuman tetanus berada pada benda-benda yang kotor atau tercemar.
Apabila infeksi yang terjadi, merupakan akibat dari manipulasi organ tubuh secara ber-
lebihan atau upaya pertolongan yang menggunakan instrumen atau berbagai peralatan
yang tidak terjamin kebersihan atau sterilitasnya maka risiko infeksi ganda akan menjadi
sangat tinggi. Kenyataan menunjukkan bahwa angka pemberian Toksoid Tetanus di neg-
ara-negara berkembang pada tahun 1989 hanya mencakup 16% dari ibu-ibu hamil. Oleh
sebab itu, pasien-pasien dengan riwayat induksi abortus secara ilegal, mempunyai risiko
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
11
yang sangat tinggi untuk dikenai tetanus.
Langkah pertama untuk mengurangi risiko tetanus ialah dengan melakukan perawatan
luka-luka infeksi sebaik mungkin, dibersihkan dan memberi peluang untuk oksigenasi se-
cara maksimal. Buang jaringan-jaringan nekrotik dan alirkan pus atau abses yang terjadi.
Kemudian beri antibiotikakombinasi, misalnya penisilin dan metronidasol. Tanyakan ri-
wayat imunisasi pada kehamilan yang lalu atau kehamilan ini dan lakukan penilaian kondi-
si luka atau trauma.
Perhatikan kondisi berikut ini :
•	 Bila pasien pernah mendapat imunisasi secara lengkap dalam 5 tahun terakhir dan luka
yang terjadi masih tergolong bersih, tidak perlu diberikan serum anti tetanus. Bila luka
terkontaminasi dengan bahan infeksius (resiko tinggi terjadi tetanus) maka berikan 0,5
ml TT dan Imunoglobulin Tetanus (TIG/ATS).
•	 Bila riwayat imunisasi tidak jelas atau diragukan dan luka cenderung mengarah pada
kemungkinan terjadi tetanus maka berrikan TT dan TIG/ATS. Perhatikan untuk tidak
menyuntikkan kedua bahan tersebut dengan jarum/tabung suntik dan pada lokasi atau
tempat suntikan yang sama.
Diuretika
Lakukan pemantauan dan penghitungan keseimbangan cairan dengan teliti. Kesalahan
dalam mengkalkulasikan cairan masuk dan keluar, akan menyebabkan cairan yang diber-
ikan kurang dari yang di tentukan atau malahan terjadi kelebihan pemberian cairan yang
dapat menimbulkan beban pada jantung atau edema paru. Konfirmasi kelebihan cairan,
dapat dilihat melallui foto Ro paru atau melihat gejala fisik dan klinik (edema pada kaki,
tngan, muka, palpebra atau sesak nafas, ronkhi basah). Untuk mengurangi beban jantung
dan menghilangkan edema akut paru, berikan diuretika dan perhatikan perbaikan gejala
atau edema yang terjadi.
Sebelum Saudara melakukan rujukan kasus kegawatdaruratan maternal neonatal, tentun-
ya diperlukan penanganan awal pada kasus syok baik syok karena perdarahan maupun
syok septic. Silahkan saudara pelajari uraian berikut:
PENANGANAN AWAL SYOK PERDARAHAN SEBELUM DIRUJUK
Pada kasus syok yang disebabkan oleh perdarahan, penanganan awal yang harus Saudara
lakukan sebelum melakukan rujukan adalah tindakan umum, pemberian oksigen serta
pemberian cairan intra vena. Tindakan umum dilakukan ditempat pertolongan pertama
atau selama pengiriman pasien ketempat rujukan.
Tindakan yang harus dilakukan adalah melakukan pemeriksaan tanda vital, meyakinkan
bahwa jalan napas tidak tersumbat. Jangan memberikan cairan atau makanan ke dalam
mulut karena pasien sewaktu-waktu dapat muntah dan cairan muntahan dapat terisap
masuk ke dalam paru-paru. Putarlah kepala pasien dan kalau perlu putar juga badannya
ke samping dengan demikian bila ia muntah, tidak sampai terjadi aspirasi.
Jagalah agar kondisi badannya tetap hangat karena kondisi hipotermia berbahaya dan
dapat memperberat syok. Naikkanlah kaki pasien untuk membantu aliran darah balik ke
jantung. Jika posisi berbaring menyebabkan pasien merasa sesak napas, kemungkinan
hla ini dikarenakan gagal jantung dan edema paru-paru. Pada kasus demikian, tungkai
diturunkan dan naikkanlah posisi kepala untuk mengurangi cairan dalam paru-paru.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
12
Selanjutnya berikan oksigen sebanyak 6-8 liter permenit. Intubasi maupun ventilasi
tekanan positif hanya dilakukan kalau ada indikasi yang jelas. Cairan intra vena diberikan
pada tahap awal untuk persiapan mengantisipasi kalau kemudian penambahan cairan
dibutuhkan. Pemberian cairan infus intravena selanjutnya baik jenis cairan, banyaknya
cairan yang diberikan, dan kecepatan pemberian cairan harus sesuai dengan diagnosis
kasus. Misalnya pemberian cairan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang pada syok
hipovolemik seperti pada perdarahan berbeda dengan pemberian cairan pada syok sep-
tik. Pada umumnya dipilih cairan isotonik, misalnya NaCl 0.9 % atau Ringer Laktat. Jarum
infus yang digunakan sebaiknya nomor 16-18 agar cairan dapat dimasukkan secara cepat.
Selanjutnya ambil contoh darah untuk laboratorium dan tranfusi.
Pengukuran banyaknya cairan infus yang diberikan sangatlah penting. Mula-mula diberi-
kan cairan sebanyak 0,6-1 liter dalam waktu 15-20 menit sementara pasien dipantau ter-
us. Untuk syok hipovolemik dibutuhkan sampai 3 liter cairan infus untuk menyetabilkan
pasien. Setelah stabil diteruskan pemberian infus kecepatan 1 liter per 6-8 jam. Waspadai
kelebihan cairan. Berhati-hatilah agar tidak berlebihan memberikan cairan intravena ter-
lebih lagi pada syok septik. Setiap tanda pembengkakan, napas pendek, dan pipi bengkak,
kemungkinan adalah tanda kelebihan pemberian cairan. Apabila hal ini terjadi, pemberian
cairan dihentikan. Diuretika mungkin harus diberikan bila terjadi edema paru-paru.
Infus
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
13
PENANGANAN AWAL SYOK PERDARAHAN SEBELUM DIRUJUK
Penanganan awal yang harus Saudara lakukan sebelum melakukan rujukan kasus infeksi
akut, sepsis dan syok septic adalah tindakan umum, pemberian oksigen serta pemberian
cairan intra vena. Tindakan umum dilakukan ditempat pertolongan pertama atau selama
pengiriman pasien ketempat rujukan. Tindakan yang harus dilakukan adalah melakukan
pemeriksaan tanda vital, meyakinkan bahwa jalan napas tidak tersumbat. Jangan
memberikan cairan atau makanan ke dalam mulut karena pasien sewaktu-waktu dapat
muntah dan cairan muntahan dapat terisap masuk ke dalam paru-paru. Putarlah kepala
pasien dan kalau perlu putar juga badannya ke samping dengan demikian bila ia muntah,
tidak sampai terjadi aspirasi. Jagalah agar kondisi badannya tetap hangat karena kondisi
hipotermia berbahaya dan dapat memperberat syok. Selanjutnya segera berikan antibiotic
broad spectrum.
Pemberian oksigen sebanyak 6-8 liter permenit. Intubasi maupun ventilasi tekanan positif
hanya dilakukan kalau ada indikasi yang jelas.
Cairan intra vena diberikan apabila kondisi pasien tidak stabil. Pemberian cairan intra vena
pada kasus ini harus lebih berhati – hati, karena berbeda dengan syok hypovolemik yang
disebabkan oleh perdarahan.
Pada kasus syok, pemberian antibiotika intravena lebih diutamakan sebab lebih cepat
menyebarkan obat ke jaringan yang terkena infeksi. Apabila pemberian intravena tidak
memungkinkan, obat dapat diberikan intramuskular. Pemberian antibiotika per oral
diberikan jika pemberian intra vena dan intramuskular tidak memungkinkan, yaitu jika
pasien dalam keadaan syok, pada infeksi ringan, atau untuk mencegah infeksi yang belum
timbul, tetapi diantisipasi dapat terjadi sebagai komplikasi.
Profilaksis antibiotika adalah pemberian antibiotika untuk pencegahan infeksi pada kasus
tanpa tanda-tanda dan gejala infeksi. Antibiotika diberikan dalam dosis tugngal, paling
banyak ialah 3 kali dosis. Sebaiknya profilaksis antibiotika diberikan setelah tali pusat
diklem untuk menghindari efeknya pada bayi. Profilaksis antibiotika yang diberikan dalam
dosis terapeutik selain menyalahi prinsip juga tidak perlu dan suatu pemborosan bagi si
penderita. Risiko penggunaan antibiotika berlebihan ialah retensi kuma, efek samping,
toksisitas, reaksi alergi, dan biaya yang tidak perlu dikeluarkan.
Antibiotika yang terpilih untuk kehamilan/ persalinan dengan janin hidup ialah penisillin
dan derivatifnya termasuk ampisilin, kemudian sefalosporin dan erythromisin, karena
efek samping terhadap janin ringan
Penanganan kasus gawat darurat perdarahan yang dirujuk dari pedesaan atau bidan
praktek swasta dapat dirujuk ke Rumah Sakit terdekat untuk pertolongan pertama atau
stabilisasi kondisi pasien, baru setelah stabil bila memerlukan perawatan lanjut dapat
dirujuk ke rumah sakit rujukan primer.
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
14
Rangkuman
Selamat, anda telah menyelesaikan modul tentang rujukan kegawatdaruratan maternal
neonatal.DengandemikianandasebagaiBidansudahmampuuntukmelakukanrujukan
kasus kegawatdaruratan maternal neonatal. Hal hal penting yang telah saudara pelajari
adalah sebagai berikut:
a.	Untuk mengidentifikasi kasus yang perlu dirujuk Saudara dapat melakukan penilaian
awal sebagai dasar pemikiran bagi Saudara apakah kasus tersebut mengalami
perdarahan, infeksi, preeklampsia/ eklampsia, atau syok.
b.	Penilaian awal dilakukan melalui penilaian secara inspeksi, palpasi dan pemeriksa
tanda vital
c.	 Prinsip prinsip dalam melakukan rujukan adalah:
1. Stabilisasi penderita
2. Prinsip umum dalam pemberian obat
3. Obat pengurang rasa nyeri (analgetika)
4. Toksoid tetanus
5. Diuretika
Selanjutnya Saudara diharapkan mampu melakukan rujukan cepat dan tepat dalam
kasus kegawat daruratan maternal neonatal.
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
15
Evaluasi
Formatif
TES FORMATIF KEGIATAN BELAJAR 2
Pilihlah Salah Satu Jawaban Yang Paling Benar
1.	 Penyebab kematian ibu yang hanya terjadi saat persalinan adalah:
A.	Infeksi
B.	Distosia
C.	 Syok obstetri
D.	 Perdarahan antepartum
E.	 Perdarahan post partum
2.	 Manifestasi kasus preeklamsi/ Eklamsi dalam kehamilan dan persalinan adalah:
A.	 Nyeri ulu hati
B.	 Kejang kejang
C.	 Terdapat protein dalam urine
D.	 Tekanan diastole kurang dari 110 mmHg
E.	 Kaki bengkak yang hilang pada pagi hari
3.	 Manifestasi kasus distosia dalam persalinan adalah…
A.	 Pusing hebat
B.	 Nyeri hebat pada perut
C.	 Bayi mengalami fetal distress
D.	 Persalinan tidak mengalami kemajuan
E.	 Terdapat pengeluaran pervaginam yang berbau
4.	 Penilaian menggunakan teknik palpasi yang dapat dilakukan pada saat melakukan
penilaian Awal adalah menilai:
A.	Pernapasan
B.	 Kulit penderita
C.	 Wajah penderita
D.	 Kesadaran penderita
E.	 Perdarahan dari kemaluan
5.	 Partus kasep harus dilakukan rujukan karena dapat terjadi beresiko terjadi:
A.	kejang
B.	 edema paru
C.	 kematian janin
D.	 perdarahan antepartum
E.	 perdarahan pasca persalinan
6.	 Preeklamsi/ eklamsi harus dirujuk karena beresiko mengalami:
A.	Kejang
B.	Infeksi
C.	 Rupture uteri
D.	 Kematian janin
E.	 Perdarahan post partum
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
16
7.	 Stabilisasi penderita saat akan merujuk perlu dilakukan dengan pemberian:
A.	infuse
B.	diuretic
C.	antibiotika
D.	uterotonika
E.	 tetanus toksoid
8.	Pemberian oksigen pada pasien yangn dilakukan rujukan kasus kegawatdaruratan
maternal neonatal adalah sebesar:
A.	 1 – 2 liter permenit
B.	 2 – 4 liter permenit
C.	 4 – 6 liter permenit
D.	 6 – 8 liter permenit
E.	 8 – 10 liter permenit
9.	 Jumlah cairan infuse yang bisa diberikan pada penanganan awal kasus perdarahan post
partum adalah:
A.	 0,6-1 liter dalam waktu 10 – 20 menit
B.	 0,6-1 liter dalam waktu 15 – 20 menit
C.	 0,6-1 liter dalam waktu 15 – 30 menit
D.	 0,6-1 liter dalam waktu 30 – 45 menit
E.	 0,6-1 liter dalam waktu 45 – 60 menit
10.	Pembebasan jalan nafas dapat dilakukan dengan cara:
A.	 Mengatur posisi
B.	 Memberikan oksigen
C.	 Memberikan cairan peroral
D.	 Memberikan cairan parenteral
E.	 Melakukan intubasi pada semua penderita
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
17
UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT KEGIATAN BELAJAR 2
Cocokkan jawaban Saudara dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada
bagian akhir Kegiatan Belajar 2, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika
jawaban yang benar adalah:
90% - 100%		 : baik sekali
80% - 89%		 : baik
70% -79%		 : cukup
kurang dari 70%	 : kurang
Kalau Saudara memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Saudara Bagus!
Saudara dapat melanjutkan ke Kegiatan Belajar 3. Tetapi jika pencapaian Saudara kurang
dari 80%, maka sebaiknya ulangilah Kegiatan Belajar 2, terutama bagian-bagian yang
KUNCI JAWABAN
1.	B
2.	B
3.	D
4.	B
5.	C
6.	A
7.	A
8.	D
9.	B
10.	A
Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan
18
Tugas
Setelah mempelajari materi Kegiatan Belajar 2 dan melaksanakan beberapa latihan di atas,
saya ajak Saudara untuk berlatih menghubungkan konsep teori yang telah Anda pelajari
tersebut dengan situasi nyata di lapangan. Baiklah, Perhatikanlah kasus dibawah ini. Laku-
kanlah tugas berikut dengan sebaik-baiknya:
KASUS
Anda sedang menolong ibu Nyoman di rumahsakit dimana ia baru saja melahirkan bayinya
yang pertama setelah persalinan selama 15 jam. Ia melahirkan seorang bayi sehat seber-
at 4 kg. Anda melakukan penatalaksanaan aktif kala III untuk melahirkan placenta. Anda
menjahit ruptur perineum tingkat 2 Ibu nyoman dengan teknik jahitan jelujur. Bayinya telah
disusui dan perawatan mata sudah dilakukan.
Data hasil observasi adalah sebagai berikut:
Waktu Tekanan
darah
Nadi Suhu Tinggi
Fundus
Uteri
Kontraksi
Uterus
Kandung
kencing
Perdara-
han
11.05 114/68 84 37.8 1 jari
dibawah
umbilicus
Keras Kosong Minimal
11.20 120/70 88 1 jari
dibawah
umbilicus
Lembek,
setelah
massage
keras
Kosong 100cc
11.35 100/64 90 2 jari
dibawah
umbilicus
Lembek Kosong 300 cc
Berdasarkan data-data diatas, bagaimana langkah – langkah yang saudara ambil untuk
menyelamatkan nyawa Ibu Nyoman.
Jawaban :
Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan
19
Cunningham, William. 2002. William Obstetri vol 2. EGC : Jakarta.
Campbell S, Lee C. Obstetric emergencies. In: Campbell S, Lee C, editors.Obstetrics by Ten
Teachers. 17th edition. Arnold Publishers; 2000. pp. 303-317.
Depkes Ri. 2007. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif.
JNPK-KR. Jakarta
Dinkes Propinsi NTB, 2011, Petunjuk Teknis Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Provinsi
Nusa Tenggara Barat. Dinkes Propinsi NTB. Mataram
Nwobodo EL. Obstetric emergencies as seen in a tertiary health institution in North-Western
Nigeria: maternal and fetal outcome. Nigerian Medical Practitioner. 2006;49(3):54–55.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I . EGC : Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Maternal dan Neonatal. YBSP: Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. YBPSP: Jakarta.
Waspodo, dkk.. 2005. Pelatihan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri neonatal Esensial
Dasar.Jakarta : Depkes RI.
Daftar
Pustaka
Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan
Australia Indonesia for Health Systems Strengthening (AIPHSS)
2015

More Related Content

What's hot

Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal NeonatalPembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal NeonatalAffiZakiyya
 
Kegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan NeonatalKegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan NeonatalErinda Rinawati
 
Kuesioner kelas ibu hamil tj.pati
Kuesioner kelas ibu hamil tj.patiKuesioner kelas ibu hamil tj.pati
Kuesioner kelas ibu hamil tj.patiyarmimi mimi
 
Praktikum 2 PWS-KIA
Praktikum 2 PWS-KIAPraktikum 2 PWS-KIA
Praktikum 2 PWS-KIApjj_kemenkes
 
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)pjj_kemenkes
 
Percakapan konseling antara bidan dengan
Percakapan konseling antara bidan denganPercakapan konseling antara bidan dengan
Percakapan konseling antara bidan denganSeptian Muna Barakati
 
PPT SEMINAR PROPOSAL LTA 3 KEBIDANAN KEHAMILAN RISTI
PPT SEMINAR PROPOSAL LTA 3 KEBIDANAN KEHAMILAN RISTIPPT SEMINAR PROPOSAL LTA 3 KEBIDANAN KEHAMILAN RISTI
PPT SEMINAR PROPOSAL LTA 3 KEBIDANAN KEHAMILAN RISTIMilla Octaviana
 
Kb 1 konsep dasar rujukan kebidanan
Kb 1 konsep dasar rujukan kebidananKb 1 konsep dasar rujukan kebidanan
Kb 1 konsep dasar rujukan kebidananpjj_kemenkes
 
Persiapan dan perencanaan_persalinan
Persiapan dan perencanaan_persalinanPersiapan dan perencanaan_persalinan
Persiapan dan perencanaan_persalinanTriana Septianti
 
Standard kompetensi bidan
Standard kompetensi bidanStandard kompetensi bidan
Standard kompetensi bidanJoni Iswanto
 
Model Asuhan Kebidanan
Model Asuhan KebidananModel Asuhan Kebidanan
Model Asuhan Kebidananpjj_kemenkes
 
Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...
Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...
Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...pjj_kemenkes
 
Contoh soap bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Contoh soap bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Contoh soap bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Contoh soap bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 

What's hot (20)

Konsep kebidanan varney
Konsep kebidanan varneyKonsep kebidanan varney
Konsep kebidanan varney
 
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGANASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
ASKEB BERSALIN DENGAN PREEKLAMSI RINGAN
 
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulanaskeb akseptor Kb suntik 3 bulan
askeb akseptor Kb suntik 3 bulan
 
Modul 1 MTBS
Modul 1 MTBSModul 1 MTBS
Modul 1 MTBS
 
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal NeonatalPembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
Pembahasan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal
 
Kegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan NeonatalKegawatdaruratan Neonatal
Kegawatdaruratan Neonatal
 
Contoh askeb bersalin normal
Contoh askeb bersalin normal Contoh askeb bersalin normal
Contoh askeb bersalin normal
 
Kuesioner kelas ibu hamil tj.pati
Kuesioner kelas ibu hamil tj.patiKuesioner kelas ibu hamil tj.pati
Kuesioner kelas ibu hamil tj.pati
 
Praktikum 2 PWS-KIA
Praktikum 2 PWS-KIAPraktikum 2 PWS-KIA
Praktikum 2 PWS-KIA
 
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campakaskeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
askeb Bayi sehat dengan imunisasi campak
 
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
 
Percakapan konseling antara bidan dengan
Percakapan konseling antara bidan denganPercakapan konseling antara bidan dengan
Percakapan konseling antara bidan dengan
 
PPT SEMINAR PROPOSAL LTA 3 KEBIDANAN KEHAMILAN RISTI
PPT SEMINAR PROPOSAL LTA 3 KEBIDANAN KEHAMILAN RISTIPPT SEMINAR PROPOSAL LTA 3 KEBIDANAN KEHAMILAN RISTI
PPT SEMINAR PROPOSAL LTA 3 KEBIDANAN KEHAMILAN RISTI
 
Kb 1 konsep dasar rujukan kebidanan
Kb 1 konsep dasar rujukan kebidananKb 1 konsep dasar rujukan kebidanan
Kb 1 konsep dasar rujukan kebidanan
 
Persiapan dan perencanaan_persalinan
Persiapan dan perencanaan_persalinanPersiapan dan perencanaan_persalinan
Persiapan dan perencanaan_persalinan
 
Standard kompetensi bidan
Standard kompetensi bidanStandard kompetensi bidan
Standard kompetensi bidan
 
Model Asuhan Kebidanan
Model Asuhan KebidananModel Asuhan Kebidanan
Model Asuhan Kebidanan
 
Dokumentasi kebidanan
Dokumentasi kebidananDokumentasi kebidanan
Dokumentasi kebidanan
 
Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...
Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...
Modul 1 kb 3 asuhan antenatal, intranatal, postnatal, kontrasepsi, lansia di ...
 
Contoh soap bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Contoh soap bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Contoh soap bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Contoh soap bayi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 

Viewers also liked

(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatalmartaagustinasirait
 
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL TENTANG ASMA
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL TENTANG ASMAASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL TENTANG ASMA
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL TENTANG ASMAsri wahyuni
 
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatalmartaagustinasirait
 
Kb 4 pendokumentasian rujukan kasus gadar maternal neonatal
Kb 4 pendokumentasian rujukan kasus gadar maternal neonatalKb 4 pendokumentasian rujukan kasus gadar maternal neonatal
Kb 4 pendokumentasian rujukan kasus gadar maternal neonatalpjj_kemenkes
 
Pedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatal
Pedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatalPedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatal
Pedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatalpjj_kemenkes
 
Stabilisasi Maternal Untuk Persiapan Rujukan Obstetrik
Stabilisasi Maternal Untuk Persiapan Rujukan ObstetrikStabilisasi Maternal Untuk Persiapan Rujukan Obstetrik
Stabilisasi Maternal Untuk Persiapan Rujukan ObstetrikDokter Tekno
 
Konsep Sistem Rujukan
Konsep Sistem RujukanKonsep Sistem Rujukan
Konsep Sistem Rujukanpjj_kemenkes
 
Kb 1 sistem rujukan pada neonatus
Kb 1 sistem rujukan pada neonatusKb 1 sistem rujukan pada neonatus
Kb 1 sistem rujukan pada neonatuspjj_kemenkes
 
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balitaKb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balitapjj_kemenkes
 
Kb 3 deteksi gawat darurat neonatal
Kb 3 deteksi gawat darurat neonatalKb 3 deteksi gawat darurat neonatal
Kb 3 deteksi gawat darurat neonatalpjj_kemenkes
 
Kb 2 deteksi gawat darurat maternal
Kb 2 deteksi gawat darurat maternalKb 2 deteksi gawat darurat maternal
Kb 2 deteksi gawat darurat maternalpjj_kemenkes
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Evaluasi(Praktik Asuhan Kegawatdaruratan Neonatal)
Evaluasi(Praktik Asuhan Kegawatdaruratan Neonatal)Evaluasi(Praktik Asuhan Kegawatdaruratan Neonatal)
Evaluasi(Praktik Asuhan Kegawatdaruratan Neonatal)pjj_kemenkes
 

Viewers also liked (20)

(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
 
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL TENTANG ASMA
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL TENTANG ASMAASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL TENTANG ASMA
ASUHAN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL TENTANG ASMA
 
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
(1)prinsip penanganan kegawatdaruratan maternal neonatal
 
Power point kegawatdaruratan
Power point kegawatdaruratanPower point kegawatdaruratan
Power point kegawatdaruratan
 
Sistem rujukan
Sistem rujukanSistem rujukan
Sistem rujukan
 
Kb 4 pendokumentasian rujukan kasus gadar maternal neonatal
Kb 4 pendokumentasian rujukan kasus gadar maternal neonatalKb 4 pendokumentasian rujukan kasus gadar maternal neonatal
Kb 4 pendokumentasian rujukan kasus gadar maternal neonatal
 
Penanganan kegawatan neonatus
Penanganan kegawatan neonatusPenanganan kegawatan neonatus
Penanganan kegawatan neonatus
 
Pedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatal
Pedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatalPedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatal
Pedoman praktikum deteksi gawat darurat maternatal neonatal
 
Kegawatdaruratan maternitas
Kegawatdaruratan maternitasKegawatdaruratan maternitas
Kegawatdaruratan maternitas
 
Stabilisasi Maternal Untuk Persiapan Rujukan Obstetrik
Stabilisasi Maternal Untuk Persiapan Rujukan ObstetrikStabilisasi Maternal Untuk Persiapan Rujukan Obstetrik
Stabilisasi Maternal Untuk Persiapan Rujukan Obstetrik
 
Konsep Sistem Rujukan
Konsep Sistem RujukanKonsep Sistem Rujukan
Konsep Sistem Rujukan
 
Stabilisasi
StabilisasiStabilisasi
Stabilisasi
 
Kb 1 sistem rujukan pada neonatus
Kb 1 sistem rujukan pada neonatusKb 1 sistem rujukan pada neonatus
Kb 1 sistem rujukan pada neonatus
 
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balitaKb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
Kb 2 dokumentasi askeb pada neonatus, bayi, balita
 
Kb 3 deteksi gawat darurat neonatal
Kb 3 deteksi gawat darurat neonatalKb 3 deteksi gawat darurat neonatal
Kb 3 deteksi gawat darurat neonatal
 
Kb 2 deteksi gawat darurat maternal
Kb 2 deteksi gawat darurat maternalKb 2 deteksi gawat darurat maternal
Kb 2 deteksi gawat darurat maternal
 
Rujukan
RujukanRujukan
Rujukan
 
Modul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid IIIModul 7 Praktik Kebid III
Modul 7 Praktik Kebid III
 
Modul 4 kb 2
Modul 4   kb 2Modul 4   kb 2
Modul 4 kb 2
 
Evaluasi(Praktik Asuhan Kegawatdaruratan Neonatal)
Evaluasi(Praktik Asuhan Kegawatdaruratan Neonatal)Evaluasi(Praktik Asuhan Kegawatdaruratan Neonatal)
Evaluasi(Praktik Asuhan Kegawatdaruratan Neonatal)
 

Similar to RUJUKAN MATERNAL

KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem ReproduksiKB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksipjj_kemenkes
 
Kb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanKb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanpjj_kemenkes
 
PENGUATAN PERAN BIDAN DLM PENERAPAN PATIENT SAFETY LL 14 Sept.pdf
PENGUATAN PERAN BIDAN DLM PENERAPAN PATIENT SAFETY LL 14 Sept.pdfPENGUATAN PERAN BIDAN DLM PENERAPAN PATIENT SAFETY LL 14 Sept.pdf
PENGUATAN PERAN BIDAN DLM PENERAPAN PATIENT SAFETY LL 14 Sept.pdfNormalahayatiPCIBIka
 
Kb2 konsep dasar asuhan kehamilan
Kb2 konsep dasar asuhan kehamilanKb2 konsep dasar asuhan kehamilan
Kb2 konsep dasar asuhan kehamilanpjj_kemenkes
 
M4 konsep dasar asuhan kehamilan kb2
M4 konsep dasar asuhan kehamilan   kb2M4 konsep dasar asuhan kehamilan   kb2
M4 konsep dasar asuhan kehamilan kb2pjj_kemenkes
 
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutKb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutpjj_kemenkes
 
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan ReproduksiKB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksipjj_kemenkes
 
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan mudaKb1 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan mudapjj_kemenkes
 
Konsep dasar-kep.-maternitas
Konsep dasar-kep.-maternitasKonsep dasar-kep.-maternitas
Konsep dasar-kep.-maternitasDoraSinurat
 
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)pjj_kemenkes
 
Modul 4 kb 4 dokumentasi
Modul 4 kb 4 dokumentasiModul 4 kb 4 dokumentasi
Modul 4 kb 4 dokumentasipjj_kemenkes
 
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 kModul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 kpjj_kemenkes
 
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...pjj_kemenkes
 
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutKb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutpjj_kemenkes
 
Kb3 konsep dasar asuhan kehamilan
Kb3 konsep dasar asuhan kehamilanKb3 konsep dasar asuhan kehamilan
Kb3 konsep dasar asuhan kehamilanpjj_kemenkes
 
M4 konsep dasar asuhan kehamilan kb3
M4 konsep dasar asuhan kehamilan   kb3M4 konsep dasar asuhan kehamilan   kb3
M4 konsep dasar asuhan kehamilan kb3pjj_kemenkes
 
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomiFaktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomipjj_kemenkes
 

Similar to RUJUKAN MATERNAL (20)

KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem ReproduksiKB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
KB 3 Asuhan Kebidanan pada Gangguan Sistem Reproduksi
 
Kb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatanKb 2 pemberian obat obatan
Kb 2 pemberian obat obatan
 
PENGUATAN PERAN BIDAN DLM PENERAPAN PATIENT SAFETY LL 14 Sept.pdf
PENGUATAN PERAN BIDAN DLM PENERAPAN PATIENT SAFETY LL 14 Sept.pdfPENGUATAN PERAN BIDAN DLM PENERAPAN PATIENT SAFETY LL 14 Sept.pdf
PENGUATAN PERAN BIDAN DLM PENERAPAN PATIENT SAFETY LL 14 Sept.pdf
 
Kb2 konsep dasar asuhan kehamilan
Kb2 konsep dasar asuhan kehamilanKb2 konsep dasar asuhan kehamilan
Kb2 konsep dasar asuhan kehamilan
 
M4 konsep dasar asuhan kehamilan kb2
M4 konsep dasar asuhan kehamilan   kb2M4 konsep dasar asuhan kehamilan   kb2
M4 konsep dasar asuhan kehamilan kb2
 
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutKb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb3 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
 
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan ReproduksiKB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
KB 2 Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi
 
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan mudaKb1 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan muda
 
Modul 3 MTBS
Modul 3 MTBSModul 3 MTBS
Modul 3 MTBS
 
Konsep dasar-kep.-maternitas
Konsep dasar-kep.-maternitasKonsep dasar-kep.-maternitas
Konsep dasar-kep.-maternitas
 
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)/ Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)
 
Modul 4 kb 4 dokumentasi
Modul 4 kb 4 dokumentasiModul 4 kb 4 dokumentasi
Modul 4 kb 4 dokumentasi
 
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 kModul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
Modul 4 kb 2 kelas ibu, buku kia dan stiker p4 k
 
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
Modul 2 kb 1 peningkatan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan oleh ten...
 
Konsep dasar asuhan kehamilan
Konsep dasar asuhan kehamilanKonsep dasar asuhan kehamilan
Konsep dasar asuhan kehamilan
 
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjutKb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
Kb1 penyulit dan komplikasi kehamilan lanjut
 
Kb3 konsep dasar asuhan kehamilan
Kb3 konsep dasar asuhan kehamilanKb3 konsep dasar asuhan kehamilan
Kb3 konsep dasar asuhan kehamilan
 
M4 konsep dasar asuhan kehamilan kb3
M4 konsep dasar asuhan kehamilan   kb3M4 konsep dasar asuhan kehamilan   kb3
M4 konsep dasar asuhan kehamilan kb3
 
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomiFaktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
Faktor lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi
 
Modul 2 MTBS
Modul 2 MTBSModul 2 MTBS
Modul 2 MTBS
 

More from pjj_kemenkes

Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIpjj_kemenkes
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2pjj_kemenkes
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1pjj_kemenkes
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakpjj_kemenkes
 
Modul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanModul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanpjj_kemenkes
 
Keperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iiiKeperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iiipjj_kemenkes
 
Keperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan iiKeperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan iipjj_kemenkes
 

More from pjj_kemenkes (20)

Modul 4 MTBS
Modul 4 MTBSModul 4 MTBS
Modul 4 MTBS
 
Modul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid IIIModul 10 Praktik Kebid III
Modul 10 Praktik Kebid III
 
Modul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid IIIModul 9 Praktik Kebid III
Modul 9 Praktik Kebid III
 
Modul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid IIIModul 8 Praktik Kebid III
Modul 8 Praktik Kebid III
 
Modul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid IIIModul 6 Praktik Kebid III
Modul 6 Praktik Kebid III
 
Modul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid IIIModul 5 Praktik Kebid III
Modul 5 Praktik Kebid III
 
Modul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid IIIModul 3 Praktik Kebid III
Modul 3 Praktik Kebid III
 
Modul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid IIIModul 2 Praktik Kebid III
Modul 2 Praktik Kebid III
 
Modul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid IIIModul 1 Praktik Kebid III
Modul 1 Praktik Kebid III
 
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 2 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 4
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 3
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 2
 
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
PPT 1 DOKUMENTASI KEPERAWATAN kb 1
 
Modul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatanModul 4 dokumen keperawatan
Modul 4 dokumen keperawatan
 
Modul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatanModul 3 dokumen keperawatan
Modul 3 dokumen keperawatan
 
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetakModul 2 dokumen keperawatan cetak
Modul 2 dokumen keperawatan cetak
 
Modul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatanModul 1 dokumen keperawatan
Modul 1 dokumen keperawatan
 
Keperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iiiKeperawatan kegawat daruratan iii
Keperawatan kegawat daruratan iii
 
Keperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan iiKeperawatan kegawat daruratan ii
Keperawatan kegawat daruratan ii
 

Recently uploaded

LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdfLAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdfNurlianiNurliani4
 
ASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMAS
ASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMASASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMAS
ASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMASNovaFitriana8
 
PPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptx
PPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptxPPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptx
PPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptxresthy1
 
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypipersentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypianisaEndrasari
 
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan ContohUji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan ContohARDS5
 
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptxppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptxmarnitahm32
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfAlanRahmat
 
kelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.pptkelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.pptssuser8a13d21
 
Situs Resmi Tembak Ikan JDB Deposit Jenius Terpercaya Dan Terbaik
Situs Resmi Tembak Ikan JDB Deposit Jenius Terpercaya Dan TerbaikSitus Resmi Tembak Ikan JDB Deposit Jenius Terpercaya Dan Terbaik
Situs Resmi Tembak Ikan JDB Deposit Jenius Terpercaya Dan Terbaikonline resmi
 
ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.
ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.
ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.haslinahaslina3
 
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anakKIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anakelin560994
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatanMeiRianitaElfridaSin
 
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.pptMUHAMMADHASINUDDIN
 

Recently uploaded (13)

LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdfLAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
LAPORAN KASUS APRAS MONICALAPORAN KASUS APRAS MONICA.pdf
 
ASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMAS
ASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMASASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMAS
ASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMAS
 
PPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptx
PPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptxPPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptx
PPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptx
 
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypipersentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
 
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan ContohUji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
 
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptxppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
ppt napza untuk SEKOLAH DASAR DAN CARA MENCEGAHNYA.pptx
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
 
kelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.pptkelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
 
Situs Resmi Tembak Ikan JDB Deposit Jenius Terpercaya Dan Terbaik
Situs Resmi Tembak Ikan JDB Deposit Jenius Terpercaya Dan TerbaikSitus Resmi Tembak Ikan JDB Deposit Jenius Terpercaya Dan Terbaik
Situs Resmi Tembak Ikan JDB Deposit Jenius Terpercaya Dan Terbaik
 
ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.
ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.
ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.
 
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anakKIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
 
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatankebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
kebijakan pemerintah terkait pelaksanaan promosi kesehatan
 
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
444028203-Penyusunan-Renstra-Puskesmas.ppt
 

RUJUKAN MATERNAL

  • 1. SIAGA BENCANA MATERNAL NEONATAL MODUL Rujukan Kasus Gawat DaruratMaternal Neonatal Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Jakarta 2015 Suryaningsih Australia Indonesia Partnership for Health Systems Strengthening (AIPHSS) SEMESTER 8 KEGIATAN BELAJAR 2 RUJUKAN KASUS GAWAT DARURAT MATERNAL
  • 2. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 1 Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih cukup tinggi. Millenium Development Goals (MDGs) 2015 telah menetapkan target untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup serta Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah memperkuat sistem rujukan kesehatan diberbagai jenjang pelayanan kesehatan. Upaya ini sangat penting karena sudah diketahui secara luas bahwa system rujukan yang berjalan dengan baik dapat berkontribusi untuk mempercepat penanganan keterlambatan rujukan, terutama kasus-kasus gawatdarurat, komplikasi dan kematian bisa dihindari. Modul berjudul Rujukan Kasus Gawat Darurat Maternal Neonatal ini membahas tentang konsep dasar rujukan, rujukan kasus gawat darurat maternal, rujukan kasus gawat darurat neonatal, dan pendokumentasian kasus rujukan maternal neonatal. Modul ini terdiri atas empat kegiatan belajar yang disusun dengan urutan sebagai berikut: a. Kegiatan Belajar 1 : Konsep Dasar Rujukan Kebidanan b. Kegiatan Belajar 2 : Rujukan Gawat Darurat Maternal c. Kegiatan Belajar 3 : Rujukan Gawat Darurat Neonatal d. Kegiatan Belajar 4 : Pendokumentasian rujukan kasus Gawat Darurat Maternal Neonatal Ruang Bersalin
  • 3. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 2Setelah mempelajari modul ini, Saudara akan dapat 1) menjelaskan konsep dasar Rujukan Kebidanan, 2) melakukan rujukan kasus kegawatdaruratan pada maternal, 3) melakukan rujukan kasus kegawatdaruratan neonatal serta 4) melakukan pendokumentasian rujukan kasus Gawat Darurat Maternal Neonatal. Kompetensi ini nantinya akan menjadi dasar bagi Saudara untuk melakukan penatalaksanaan kasus kegawatdaruratan maternal neonatal yangnantinyaakanSaudarapelajaripadamatakuliahAsuhankebidananKegawatDaruratan Maternal Neonatal. Selain itu, kompetensi ini juga akan menunjang kompetensi Saudara sebagaibidanuntukmelakukanpenanganankegawatdaruratansesuaidengankewenangan. Dengan memiliki kemampuan untuk melakukan rujukan kasus kegawatdaruratan pada maternal neonatal Saudara dapat mencegah terjadinya keterlambatan penanganan pada kasus kegawatdaruratan maternal neonatal sehingga kematian ibu dan kematian bayi dapat dicegah. Proses pembelajaran untuk materi Rujukan kegawatdaruratan maternal neonatal ini, dapat berjalan dengan lancar apabila Saudara mengikuti langkah langkah belajar sebagai berikut: a. Sebelum mempelajari modul ini, Saudara harus memahami tentang materi materi yang terdapat dalam mata kuliah asuhan kebidanan kehamilan, asuhan kebidan persalinan dan BBL, asuhan kebidanan nifas dan menyusui serta asuhan neonates, bayi, balita dan anak prasekolah b. Mempelajari dengan seksama, cermat, dan teliti setiap kegiatan belajar, sehingga diperoleh pengetahuan, pemahaman yang mendalam dan menyeluruh. c. Pada setiap kegiatan belajar disediakan beberapa tugas, Tugas-tugas tersebut sebaiknya dikerjakan sesuai dengan petunjuk yang ada. Apabila ditemukan kesulitan dalam penyelesaian tugas, perlu dipelajari kembali materi kegiatan belajar yang terkait dengan tugas-tugas yang menyertainya. d. Setelah belajar dan berlatih dengan baik, langkah selanjutnya adalah mengerjakan tes formatif. Hasil tes formatif sebaiknya diteliti kembali dengan cermat. Jika sudah yakin mengenai kebenaran hasil tes, barulah masuk ke langkah pencocokan dengan kunci jawaban yang tertera dibagian akhir setiap kegiatan belajar. e. Membaca umpan balik dan tindak lanjut. Jika hasil tes baik atau baik sekali, kegiatan tahap belajar berikutnya dapat ditempuh. Jika hasil tes cukup atau kurang, tes formatif harus diulang sekali lagi. Jika belum berhasil, maka kegiatan belajar perlu diulang kembali, baru melaksanakan tes formatif lagi. f. Jika kegiatan belajar telah diulang, namun tes formatif masih cukup atau kurang, perlu dilakukan konsultasi khusus dengan dosen. Diharapkan agar petunjuk-petunjuk diatas dilaksanakan dengan penuh kedisiplinan sehingga Saudara dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan harapan. Baiklah Saudara peserta Diklat jarak Jauh, selamat belajar, semoga Anda sukses memahami pengetahuan yang diuraikan dalam modul ini sebagai bekal bertugas sebagai bidan di daerah dengan baik.
  • 4. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 3 Setelah mempelajarai kegiatan belajar 2 ini, Saudara diharapkan mampu untuk melakukan rujukan pada kasus kegawatdaruratan maternal dengan tepat. Kegiatan Belajar 2 RUJUKAN KEGAWAT DARURATAN MATERNAL Tujuan Pembelajaran Umum Tujuan Pembelajaran Khusus Pada kegiatan belajar 2 ini saudara akan memperlajari tentangprinsip umum dalam melakukan rujukan, penanganan awal rujukan kasus perdarahan, dan penanganan awal rujukan kasus infeksi akut, sepsis, dan syok septik. Setelah mempelajari kegiatan belajar 2 ini, Saudara diharapkan mampu untuk: • Menjelaskan prinsip umum dalam melakukan rujukan dengan tepat • Melakukan penanganan awal rujukan kasus perdarahan dengan tepat • Melakukan penanganan awal rujukan kasus infeksi akut, sepsis, dan syok septik dengan tepat Pemeriksaan Kandungan Pokok-pokok Materi
  • 5. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 4 Uraian Materi Berbagai langkah harus diperhatikan dalam melaksanakan perawatan kasus gawat darurat maternal neonatal. Hal ini meliputi pengenalan segera kondisi gawat darurat, stabilisasi penderita, pemberian oksigen, infus dan terapi cairan, transfusi darah dan pemberian medikamentosa (antibiotik, sedatif, anastesi, analgesik, dan serum anti tetanus) maupun upaya rujukan lanjutan. Semua langkah penatalaksanaan tersebut harus anda kuasai sebagai bidan yang bertugas di daerah. PRINSIP UMUM DALAM RUJUKAN Dalam penanganan kasus kegawatdaruratan, penentuan permasalahan utama (diagnosa) dan tindakan pertolongannya harus dilakukan dengan cepat, tepat, dan tenang tidak panik, walaupun suasana keluarga pasien ataupun pengantarnya mungkin dalam kepanikan. Semuanya dilakukan dengan cepat, cermat, dan terarah. Walaupun prosedur pemeriksaan dan pertolongan dilakukan dengan cepat, prinsip komunikasi dan hubungan antara dokter- pasien dalam menerima dan menangani pasien harus tetap diperhatikan yaitu menghormati hak pasien, gentleness, komunikatif, hak pasien dan dukungan keluarga (family support). Untuk lebih jelasnya silahkan Saudara ikuti uraian berikut: Menghormati hak pasien Setiap pasien harus diperlakukan dengan rasa hormat, tanpa memandang status sosial dan ekonominya. Dalam hal ini Saudara harus memahami dan peka bahwa dalam situasi dan kondisi gawatdarurat perasaan cemas, ketakutan, dan keprihatinan adalah wajar bagi setiap manusia dan kelurga yang mengalaminya. Gentleness Dalam melakukan pemeriksaan ataupun memberikan pengobatan setiap langkah harus dilakukandenganpenuhkelembutan, termasukmenjelaskankepada pasienbahwa rasa sakit atau kurang enak tidak dapat dihindari sewaktu melakukan pemeriksaan atau memberikan pengobatan, tetapi prosedur akan dilakukan selembut mungkin sehingga perasaan kurang enak itu diupayakan sesedikit mungkin. Komunikatif Saudara harus berkomunikasi dengan pasien dalam bahasa dan kalimat yang tepat, mudah dipahami, dan memperhatikan nilai norma kultur setempat. Dalam melakukan pemeriksaan, Saudara harus menjelaskan kepada pasien apa yang akan diperiksa dan apa yang diharapkan. Apabila hasil pemeriksaan normal atau kondisi pasien sudah stabil, upaya untuk memastikan hal itu harus dilakukan. Menjelaskan kondisi yang sebenarnya kepada pasien sangatlah penting. Hak Pasien Hak-hak pasien harus dihormati seperti penjelasan informed consent, hak pasien untuk menolak pengobatan yang akan diberikan dan kerahasiaan status medik pasien. Dukungan Keluarga (Family Support) Dukungan keluarga bagi pasien sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, Saudara harus mengupayakan hal itu antara lain dengan senantiasa memberikan penjelasan kepada
  • 6. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 5 keluarga pasien tentang kondisi pasien, peka akan masalah kelurga yang berkaitan dengan keterbatasan keuangan, keterbatasan transportasi, dan sebagainya. Dalam kondisi tertentu, prinsip-prinsip tersebut dapat dinomorduakan, misalnya apa bila pasien dalam keadaan syok, dan petugas kesehatan kebetulan hanya sendirian, maka tidak mungkin untuk meminta informed consent kepada keluarga pasien. Prosedur untuk menyelamatkan jiwa pasien harus dilakukan walaupun keluarga pasien belum diberi informasi. Dengan memperhatikan penjelasan diatas, silahkan anda coba untuk mempraktikkan masing masing prinsip komunikasi dan hubungan antara dokter-pasien dalam menerima dan menangani pasien! PENGENALAN SEGERA KONDISI GAWAT DARURAT Kegawat daruratan obstetri dapat terjadi setiap saat selama proses kehamilan, persalinan merupakan masa nifas. Kasus gawat darurat obstetri ialah kasus kebidanan yang apabila tidak ditangani segera akan meningkatkan kejadian kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin, dan bayinya. Untuk mencegah kematian ibu dan bayi tentunya Saudara harus bisa menentukan kasus gawat darurat kebidanan. Saat ini penyebab utama kematian pada maternal dise- babkan oleh: 1. Perdarahan 2. Preeklampsia/ eklampsia 3. Infeksi dan sepsis 4. Persalinan macet (distosia) Persalinan macet hanya terjadi pada saat persalinan berlangsung, sedangkan ketiga penye- bab lain dapat terjadi dalam kehamilan, persalinan dan dalam masa nifas. Manifestasi klinik kasus gawat darurat dapat berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas. Pada kasus perdarahan, dapat bermanifetasi mulai dari perdarahan bercak, merembes, profus sampai syok. Sedangkan pada kasus preeklamsi/ eklamsia, dapat bermanifestasi mulai dari keluhan sakit kepala pusing, bengkak, penglihatan kabur, kejang-kejang, sampai koma/pingsan/tidak sadar. Pada kasus infeksi dan sepsis, dapat bermanifestasi mulai dari pengeluaran cairan pervaginam yang berbau, air ketuban hijau, demam sampai syok. Se- dangkan kasus persalinan macet, lebih mudah dikenal yaitu apabila kemajuan persalinan tidak berlangsung sesuai batas waktu yang normal, dan juga dapat merupakan manifestasi ruptura uteri Mengenal kasus kegawatdaruratan obstetri secara dini sangat penting agar pertolongan yang cepat dan tepat dapat dilakukan. Mengingat manifestasi klinik kasus kegawatdaru- ratan obstetri yang berbeda-beda dalam rentang yang cukup luas, mengenal kasus tersebut tidak selalu mudah dilakukan, bergantung pada pengetahuan, kemampuan daya pikir dan daya analisis, serta pengalaman tenaga penolong. Kesalahan ataupun kelambatan dalam menentukan kasus dapat berakibat fatal. Pada saat menerima setiap kasus yang dihada- pi harus dianggap gawatdarurat atau setidak-tidaknya dianggap berpotensi gawatdarurat, sampai ternyata setelah pemeriksaan selesai kasus itu ternyata bukan kasus gawatdarurat. Untuk menentukan kondisi kasus kebidanan yang dihadapi apakah dalam keadaan gawat darurat atau tidak, harus dilakukan pemeriksaan sistematis yang meliputi anannesis, pe- meriksaan fisik umum dan pemeriksaan kebidanan. Dalam praktek, melakukan pemerik- saan sistematis yang lengkap membutuhkan waktu agak lama, padahal penilaian harus dilakukan secara cepat, maka dilakukan Penilaian awal. Penilaian awal adalah langkah per- tama untuk menentukan dengan cepat kasus obstetri yang membutuhkan pertolongan segera dengan mengidentifikasi penyakit yang dihadapi.
  • 7. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 6 Pemeriksaan yang harus Saudara lakukan pada Penilaian Awal adalah melakukan periksa pandang (inspeksi), periksa raba (palpasi) dan pengukuran tanda vital. Untuk lebih jelasnya silahkan Saudara ikuti penjelasan berikut ini: Pada periksa pandang (inspeksi) Saudara harus menilai kesadaran penderita apakah penderita dalam kondisi pingsan/ koma, kejang-kejang, gelisah, atau tampak kesakitan. Selanjutnya saudara menilai wajah penderita apakah terlihat pucat, kemerahan, atau banyak berkeringat. Pernafasan dinilai apakah cepat atau sesak nafas dan Saudara juga harus melihat apakah terdapat perdarahan dari kemaluan. Pada periksa raba (palpasi) saudara harus menilai beberapa hal yaitu kulit apakah teraba dingin/ demam, nadi apakah teraba cepat/ normal, lemah/ kuat, serta meraba bagian pre tibia untuk menilai adanya bengkak pada kaki/ tungkai bawah. Pengukuran tanda vital terdiri atas pengukuran Tekanan darah, nadi, suhu, dan pernapasan. Hasil Penilaian Awal ini menjadi dasar pemikiran bagi Saudara apakah kasus tersebut mengalami perdarahan, infeksi, preeklampsia/ eklampsia, atau syok. Dasar penilaian ini harus dilengkapi dan diperkuat dengan melakukan pemeriksaan fisik lengkap, tetapi sebelum pemeriksaan klinik lengkap selesai dilakukan, langkah-langkah untuk melakukan pertolongan pertama sudah dapat dilakukan sesuai hasil Penilaian Awal, misalnya pertolongan pertama untuk mengatasi syok harus sudah dilakukan. Pemerikssan Ibu Hamil
  • 8. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 7Sebagai contoh, silahkan Saudara pelajari kasus dibawah ini: Selanjutnya Saudara harus memperhatikan prinsip – prinsip umum dalam merujuk kasus gawat darurat maternal neonatal yaitu stabilisasi penderita, prinsip umum dalam pemberi- an obat, obat pengurang rasa nyeri (analgetika), Toksoid tetanus dan Diuretika. Untuk lebih jelasnya silahkan Saudara pelajari lebih lanjut penjelasan dibawah ini. STABILISASI dan RUJUKAN Stabilisasi dan rujukan secara cepat serta dalam kondisi yang memadai akan sangat mem- bantu pasien untuk ditangani secara memadai seoptimal atau dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap dalam kondisi seoptimal mungkin. Dalam sistem pelayanan gawatdarurat dan rujukan kesehatan pada atau antar fasilitas, seharusnya sudah tersedia perangkat dan mekanisme yang jelas tentang operasionalisai setipa unsur yang terlihat. Unsur-unsur tersebut dapat berasal dari sistem kesehatan itu sendiri ataupun sistem yang terintegrasi melalui suatu program (misal, Gerakan Sayang Ibu yang melibatkan Menteri UPW, Depkes dan Depdagri). Fasilitas kesehatan primer, akan merujuk pasiennya ke rumah sakit rujukan. Tetapi pada kota-kota besar, mungkin saja terjadi rujukan antar Puskesmas, Rumah Sakit ataupun diantara pusata-pusat rujukan. Apapun mekanisme yang terjadi, semua unsur yang terlibat, seharusnya mampu unntuk membawa pasien mencapai fasil- itas rujukan yang dituju agar mendapatkan pertolongan yang mungkin sangat vital dalam menyelamatkan jiwanya. Elemen-elemen penting dalam stabilisasi pasien adalah : a. Menjamin kelancaran jalan nafas, memperbaiki fungsi sistem respirasi dan sirkulasi (pembebasan jalan nafas) b. Menghentikan sumber perdarahan (kontrol perdarahan) c. Mengganti cairan tubuh yang hilang (Pemberian cairan infus dan transfusi darah) d. Mengatasi rasa nyeri atau gelisah (Pemberian obat-obatan analgetika) e. Menyertakan ringkasan kasus. Berikut keterangan dari masing masing elemen tersebut: a. Pembebasan jalan napas. Harus diyakini bahwa jalan napas tidak tersumbat. Jangan memberikan cairan atau makanan ke dalam mulut karena pasien sewaktu-waktu dapat muntah dan cairan muntahan dapat terisap masuk ke dalam paru-paru. Putarlah kepala pasien dan kalau perlu putar juga badannya ke samping dengan demikian bila ia muntah, tidak sampai terjadi aspirasi. Jagalah agar kondisi badannya tetap hangat karena kondisi hipotermia berbahaya dan dapat memperberat syok. Naikkanlah kaki pasien untuk membantu ali- ran darah balik ke jantung. Jika posisi berbaring menyebabkan pasien merasa sesak na- pas, kemungkinan hal ini dikarenakan gagal jantung dan edema paru-paru. Pada kasus demikian, tungkai diturunkan dan naikkanlah posisi kepala untuk mengurangi cairan da- lam paru-paru. b. Kontrol perdarahan. Jumlah perdarahan harus diobservasi secara ketat. Hal ini dapat dilakukan dengan men- gukur jumlah perdarahan yang keluar menggunakan teknik memperkirakan jumlah perdarahan yang tepat. Seorang ibu datang ke bidan praktik swasta mengeluh merasa terlambat haid 2 bulan, sejak tadi malam pukul 03.00 WIB mengeluarkan darah banyak bergumpal dari kemaluan. Hasil penilaian awal anda menemukan bahwa wajah ibu pucat, nafas normal, terdapat perdarahan bergumpal pervaginam, kulit ibu teraba dingin, nadi cepat, lemah, tidak terdapat bengkak pada kaki. Hasil pemeriksaan TTV menunjukkan tekanan darah 100/ 70 mmHg, Nadi 96 kali/menit, respirasi 20 kali. Menit dan suhu 36.5oC. Berdasar hasil penilaian awal diatas, bagaimana kesimpulan anda?
  • 9. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 8 c. Pemberian cairan infus dan transfusi darah Pada kebanyakan kasus gawat darurat, pasien-pasien memerlukan infus untuk mengganti cairan yang hilang. Larutan isotonik yang dianjurkan adalah Ringer Laktat dan NaCI fisiologis atau garam fisiologis (normal saline). Larutan glukosa tidak dapat menggantikan garam atau elektronit yang membutuhkan selama penggantian cairan yang hilang. Diameter jarum infus, sangat menentukan kecepatan pemberian cairan infus. Untuk pemberian awal, dianjurkan untuk menggunakan ukuran 16-18 (selain untuk pemberian cairan cepat, juga sesuai untuk tranfusi darah). Apabila ukuran tersebut tidak tersedia, dapat masih dapat digunakan jarum dengan ukuran 20. Saat jarum infus dimasukkan, segera ambil spesimen darah untuk pemeriksaan kadar hemoglobin, golongan darah atau pemeriksaan laboratorium lainnya. Bila pasien mengalami defisit cairan atau syok, sulit sekali dilakukan pemasangan infus dan pengambilan spesimen darah sehingga kadang-kadang diperlukan tindakan bedah untuk mengambil vena. Mengukur konsentrasi Hb dengan pangambilan darah kapiler (di ujung jari) pada pasien dengan kondisi gawat darurat, akan memberikan hasil yang kurang memuaskan. Pada kasus syok hipovolemik yang diakibatkan oleh perdarahan, berikan 500-1000 ml cairan isotonik dalam 15-20 menit pertama. Stabilisasi umumnya terjadi setelah 1 – 3 liter cairan infus diberikan. Setelah stabilisasi tercapai maka kecepatan cairan infus diatur menjadi tetesan pemeliharaan (1 liter dalam 6-8 jam). Untuk pemberian cairan infus, perhatikan : a. Jumlah cairan yang akan diberikan b. Lamanya pemberian per unit cairan c. Ukuran atau diameter tabung dan kecepatan tetesan. Setiap ukuran tabung yang ada pada pangkal slang infus (yang mempunyai jarum penghubung ke botol infus) memiliki ukuran tetesan yang berbeda untuk setiap mililiter cairan. Ada tabung dengan ukuran dua puluh tetes per mililiter sedangkan yang lain 10 tetes per mililiter. Jika dibutuhkan 1000 ml cairan infus dalam 4 jam, berapakah kecepatan tetesan infus yang anda berikan per menit? Jumlah cairan Waktu pemberian Tetes per mililiter Tetes per menit 1 liter 20 menit 10 Tidak dapat dihitung 1 liter 20 menit 20 Tidak dapat dihitung 1 liter 4 jam 10 40 1 liter 4 jam 20 80 1 liter 6 jam 10 28 1 liter 6 jam 20 56 1 liter 8 jam 10 20 1 liter 8 jam 20 40 Tabel 4 – 1 Kecepatan pemberian cairan infus
  • 10. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 9Rumus kecepatan cairan infus : Perhatikan contoh dibawah ini: Atau Bila pemulihan pasien telah mencapai kondisi yang memuaskan maka dapat dilakukan pemberian cairan per oral. Infus dapat dilepaskan kecuali bila dibutuhkan untuk jalur pemberian obat secara intravena. Untuk kondisi seperti itu, kecepatan tetesan cairan diperlambat (1 liter selama 10 – 12). Dalam terapi cairan ini, juga dipantau tentang keseimbangan cairan. Apabila terjadi pembengkakan atau edema pada kaki, tangan, muka, mungkin hal ini diakibatkan oleh kelebihan cairan. Kelebihan tersebut dapat pula dinilai dari terjadinya sesak nafas atau bising nafas yang abnormal (ronkhi basah difusa). Kondisi kesehatan pasien, sangat beropengaruh terhadap jumlah perdarahan yang terjadi. Wanita sehat, akan mampu untuk bertahan terhadap kehilangan 1000 ml darah. Sebaliknya pada wanita dengan anemi kronis, kehilangan 200 ml darah, akan menyebabkan hal yang fatal. Bila dengan cairan pengganti plasma atau beku kering knodisi pasien dapat menunjukkan perbaikan maka transfusi darah sebaiknya dipertimbangkan kembali. Pada kenyataannya, seorang wanita sehat, masih dapat bertahan (tanpa pengganti darah melalui transfusi) apabila kehilangan darah hingga 20% atau 1000 mililiter, dari total jumlah darah normal (5000 mililiter). Kehilangan hingga 30% dapat diatasai dengan cairan pengganti plasma. Transfusi darah didalam tubuh. Pada perdarahan masif, jumlah darah yang keluar dalam waktu kurang dari 3 jam, dapat mencapai lebih dari 50% jumlah total ciran darah. Terapi awal cairan pengganti, seharusnya diberikan dalam waktu yang cepat dan ini hanya dimungkinkan dengan pemberian kristaloid isotonik seperti Ringer Laktat dan garam fisiologis. Pada tahap awal ini, tidak dianjurkan untuk memberikan cairan infus larutan isotonik glukosa 5%. Pada tahap awal, jumlah cairan yang diberikan adalah 50 mililiter per kilogram berat badan (50 ml/kg BB) atau 3 kali dari perkiraan jumlah darah yang hilang. Cairan koloidal sintetik diberikan hingga 50 ml/kg BB tetapi dengan kecepatan tetesan yang lebih rendah dari larutan kristaloid isotonik. Amilum hidroksiletil atau dextran 70 diberikan 20 ml/kg BB selama 24 jam per-tama. Dapat pula diberikan albumin atau fraksi protein plasma tetapi harga kedua bahan ini sangat mahal. Eritrosit tanpa plasma tidak direkomendasikan untuk pengganti cairan yang hilang sedangkan jika diberikan plasma saja, risiko transmisi penyakit, cukup tinggi. Cairan darah (eritrosit dan plasma) diberikan untuk menngganti cairan yang hilang, pembawa oksigen ke jaringan dan faktor faktor penting untuk hemostasis.
  • 11. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 10 d. Pemberian obat-obatan analgetika Kebanyakan pasien dengan infeksi berat, trauma intrabdomen atau mengalami demam tinggi dan komplikasi berat lainnya, akan mengeluhkan adanya nyeri dan membutuh- kan obat untuk segera menghilangkan rasa tidak nyaman tersebut. Pemilihan obat nyeri tersebut, tergantung dari kondisi pasien, jenis obat, rawatan yang diberikan, waktu dan cara pemberian analgetika. Pemberian obat sebelum pemeriksaan selesai, akan menghilangkan sebagian dari geja- la-gejala penyakit, yang apabila tidak dicermati, akan menyulitkan pembuatan diagnosis. Hindarkan pemberian sedatif berlebihan karena pasien akan kehilangan kemampuan untuk menjawab secara benar. Bahan narkotika, harus diberikan secara selektif dan dengan pemantauan ketat karena dapat menyebabkan depresi pernafasan. Siapkan antidotum dan peralatan resusitas kardiopulmoner sebelum pemberian obat jenis ini. Pemberian anti nyeri non-steroid, mungkin dapat menyebabkan gangguan pembekuan darah. Oleh sebab itu, apabila prosedur AVM memerlukan penggunaan analgesik, gu- nakan yang aman dan tidak mengganggu sistem pembekuan darah. Beberapa anal- gesik, juga mempunyai efek antipiretika sehingga sebaiknya tidak diberikan sebelum selesainya pengukuran temperatur tubuh. Penggabungan analgesik dengan sedatif, kadang-kadang menyebabkan depresi pernafasan. e. Disertakan ringkasan kasus Pasien yang dirujuk harus disertai dengan surat pengantar yang didalamnya menceri- takan tentang bagaimana riwayat singkat kondisi pasien serta terapi dan tindakan yang telah dilakukan. Prinsip umum dalam pemberian obat Faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian obat adalah bagaimana keamanan pasien apabila mendapat obat itu, bagaimana kebutuhan pasien terhadap obat serta cara pemberian obat. Tanyakan apakah pasien pernah alergi obat. Jangan berikan obat peroral bila syok. Obat dapat diberikan secara intravena (IV) pada keadaan syok, kondisi gawat darurat yang membutuhkan pembedahan segera, setiap infeksi yang seri- us, termasuk sepsis dan syok septic. Sedangkan pemberian obat diberikan intra muskulus (IM) pada keadaan pemberian IV tidak memungkinkan untuk dilakukan dan apabila obat yang terpilih dapat diberikan dengan cara ini. Pemberian obat perora diberikan pada ka- sus yang stabil kondisinya dan mampu menelan obat peroral Obat pengurang rasa nyeri (analgetika) Beberapa obat analgetika yang direkomendasikan adalah parasetamol atau fenil butason, tramadol yang mempunyai efek seperti narkotika tetapi tidak ada efek samping narkotika, morfin 10 mg I.M serta pethidin 25-100 mg I.M. Pada penggunakan morfin dan pethidin anda harus berhati-hati terhadap terjadinya depresi napas. Disamping itu obat anti ra- dang non steroid dan aspirin sering digunakan untuk menekan rasa nyeri Toksoid tetanus Pada umumnya, kuman tetanus berada pada benda-benda yang kotor atau tercemar. Apabila infeksi yang terjadi, merupakan akibat dari manipulasi organ tubuh secara ber- lebihan atau upaya pertolongan yang menggunakan instrumen atau berbagai peralatan yang tidak terjamin kebersihan atau sterilitasnya maka risiko infeksi ganda akan menjadi sangat tinggi. Kenyataan menunjukkan bahwa angka pemberian Toksoid Tetanus di neg- ara-negara berkembang pada tahun 1989 hanya mencakup 16% dari ibu-ibu hamil. Oleh sebab itu, pasien-pasien dengan riwayat induksi abortus secara ilegal, mempunyai risiko
  • 12. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 11 yang sangat tinggi untuk dikenai tetanus. Langkah pertama untuk mengurangi risiko tetanus ialah dengan melakukan perawatan luka-luka infeksi sebaik mungkin, dibersihkan dan memberi peluang untuk oksigenasi se- cara maksimal. Buang jaringan-jaringan nekrotik dan alirkan pus atau abses yang terjadi. Kemudian beri antibiotikakombinasi, misalnya penisilin dan metronidasol. Tanyakan ri- wayat imunisasi pada kehamilan yang lalu atau kehamilan ini dan lakukan penilaian kondi- si luka atau trauma. Perhatikan kondisi berikut ini : • Bila pasien pernah mendapat imunisasi secara lengkap dalam 5 tahun terakhir dan luka yang terjadi masih tergolong bersih, tidak perlu diberikan serum anti tetanus. Bila luka terkontaminasi dengan bahan infeksius (resiko tinggi terjadi tetanus) maka berikan 0,5 ml TT dan Imunoglobulin Tetanus (TIG/ATS). • Bila riwayat imunisasi tidak jelas atau diragukan dan luka cenderung mengarah pada kemungkinan terjadi tetanus maka berrikan TT dan TIG/ATS. Perhatikan untuk tidak menyuntikkan kedua bahan tersebut dengan jarum/tabung suntik dan pada lokasi atau tempat suntikan yang sama. Diuretika Lakukan pemantauan dan penghitungan keseimbangan cairan dengan teliti. Kesalahan dalam mengkalkulasikan cairan masuk dan keluar, akan menyebabkan cairan yang diber- ikan kurang dari yang di tentukan atau malahan terjadi kelebihan pemberian cairan yang dapat menimbulkan beban pada jantung atau edema paru. Konfirmasi kelebihan cairan, dapat dilihat melallui foto Ro paru atau melihat gejala fisik dan klinik (edema pada kaki, tngan, muka, palpebra atau sesak nafas, ronkhi basah). Untuk mengurangi beban jantung dan menghilangkan edema akut paru, berikan diuretika dan perhatikan perbaikan gejala atau edema yang terjadi. Sebelum Saudara melakukan rujukan kasus kegawatdaruratan maternal neonatal, tentun- ya diperlukan penanganan awal pada kasus syok baik syok karena perdarahan maupun syok septic. Silahkan saudara pelajari uraian berikut: PENANGANAN AWAL SYOK PERDARAHAN SEBELUM DIRUJUK Pada kasus syok yang disebabkan oleh perdarahan, penanganan awal yang harus Saudara lakukan sebelum melakukan rujukan adalah tindakan umum, pemberian oksigen serta pemberian cairan intra vena. Tindakan umum dilakukan ditempat pertolongan pertama atau selama pengiriman pasien ketempat rujukan. Tindakan yang harus dilakukan adalah melakukan pemeriksaan tanda vital, meyakinkan bahwa jalan napas tidak tersumbat. Jangan memberikan cairan atau makanan ke dalam mulut karena pasien sewaktu-waktu dapat muntah dan cairan muntahan dapat terisap masuk ke dalam paru-paru. Putarlah kepala pasien dan kalau perlu putar juga badannya ke samping dengan demikian bila ia muntah, tidak sampai terjadi aspirasi. Jagalah agar kondisi badannya tetap hangat karena kondisi hipotermia berbahaya dan dapat memperberat syok. Naikkanlah kaki pasien untuk membantu aliran darah balik ke jantung. Jika posisi berbaring menyebabkan pasien merasa sesak napas, kemungkinan hla ini dikarenakan gagal jantung dan edema paru-paru. Pada kasus demikian, tungkai diturunkan dan naikkanlah posisi kepala untuk mengurangi cairan dalam paru-paru.
  • 13. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 12 Selanjutnya berikan oksigen sebanyak 6-8 liter permenit. Intubasi maupun ventilasi tekanan positif hanya dilakukan kalau ada indikasi yang jelas. Cairan intra vena diberikan pada tahap awal untuk persiapan mengantisipasi kalau kemudian penambahan cairan dibutuhkan. Pemberian cairan infus intravena selanjutnya baik jenis cairan, banyaknya cairan yang diberikan, dan kecepatan pemberian cairan harus sesuai dengan diagnosis kasus. Misalnya pemberian cairan untuk mengganti cairan tubuh yang hilang pada syok hipovolemik seperti pada perdarahan berbeda dengan pemberian cairan pada syok sep- tik. Pada umumnya dipilih cairan isotonik, misalnya NaCl 0.9 % atau Ringer Laktat. Jarum infus yang digunakan sebaiknya nomor 16-18 agar cairan dapat dimasukkan secara cepat. Selanjutnya ambil contoh darah untuk laboratorium dan tranfusi. Pengukuran banyaknya cairan infus yang diberikan sangatlah penting. Mula-mula diberi- kan cairan sebanyak 0,6-1 liter dalam waktu 15-20 menit sementara pasien dipantau ter- us. Untuk syok hipovolemik dibutuhkan sampai 3 liter cairan infus untuk menyetabilkan pasien. Setelah stabil diteruskan pemberian infus kecepatan 1 liter per 6-8 jam. Waspadai kelebihan cairan. Berhati-hatilah agar tidak berlebihan memberikan cairan intravena ter- lebih lagi pada syok septik. Setiap tanda pembengkakan, napas pendek, dan pipi bengkak, kemungkinan adalah tanda kelebihan pemberian cairan. Apabila hal ini terjadi, pemberian cairan dihentikan. Diuretika mungkin harus diberikan bila terjadi edema paru-paru. Infus
  • 14. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 13 PENANGANAN AWAL SYOK PERDARAHAN SEBELUM DIRUJUK Penanganan awal yang harus Saudara lakukan sebelum melakukan rujukan kasus infeksi akut, sepsis dan syok septic adalah tindakan umum, pemberian oksigen serta pemberian cairan intra vena. Tindakan umum dilakukan ditempat pertolongan pertama atau selama pengiriman pasien ketempat rujukan. Tindakan yang harus dilakukan adalah melakukan pemeriksaan tanda vital, meyakinkan bahwa jalan napas tidak tersumbat. Jangan memberikan cairan atau makanan ke dalam mulut karena pasien sewaktu-waktu dapat muntah dan cairan muntahan dapat terisap masuk ke dalam paru-paru. Putarlah kepala pasien dan kalau perlu putar juga badannya ke samping dengan demikian bila ia muntah, tidak sampai terjadi aspirasi. Jagalah agar kondisi badannya tetap hangat karena kondisi hipotermia berbahaya dan dapat memperberat syok. Selanjutnya segera berikan antibiotic broad spectrum. Pemberian oksigen sebanyak 6-8 liter permenit. Intubasi maupun ventilasi tekanan positif hanya dilakukan kalau ada indikasi yang jelas. Cairan intra vena diberikan apabila kondisi pasien tidak stabil. Pemberian cairan intra vena pada kasus ini harus lebih berhati – hati, karena berbeda dengan syok hypovolemik yang disebabkan oleh perdarahan. Pada kasus syok, pemberian antibiotika intravena lebih diutamakan sebab lebih cepat menyebarkan obat ke jaringan yang terkena infeksi. Apabila pemberian intravena tidak memungkinkan, obat dapat diberikan intramuskular. Pemberian antibiotika per oral diberikan jika pemberian intra vena dan intramuskular tidak memungkinkan, yaitu jika pasien dalam keadaan syok, pada infeksi ringan, atau untuk mencegah infeksi yang belum timbul, tetapi diantisipasi dapat terjadi sebagai komplikasi. Profilaksis antibiotika adalah pemberian antibiotika untuk pencegahan infeksi pada kasus tanpa tanda-tanda dan gejala infeksi. Antibiotika diberikan dalam dosis tugngal, paling banyak ialah 3 kali dosis. Sebaiknya profilaksis antibiotika diberikan setelah tali pusat diklem untuk menghindari efeknya pada bayi. Profilaksis antibiotika yang diberikan dalam dosis terapeutik selain menyalahi prinsip juga tidak perlu dan suatu pemborosan bagi si penderita. Risiko penggunaan antibiotika berlebihan ialah retensi kuma, efek samping, toksisitas, reaksi alergi, dan biaya yang tidak perlu dikeluarkan. Antibiotika yang terpilih untuk kehamilan/ persalinan dengan janin hidup ialah penisillin dan derivatifnya termasuk ampisilin, kemudian sefalosporin dan erythromisin, karena efek samping terhadap janin ringan Penanganan kasus gawat darurat perdarahan yang dirujuk dari pedesaan atau bidan praktek swasta dapat dirujuk ke Rumah Sakit terdekat untuk pertolongan pertama atau stabilisasi kondisi pasien, baru setelah stabil bila memerlukan perawatan lanjut dapat dirujuk ke rumah sakit rujukan primer.
  • 15. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 14 Rangkuman Selamat, anda telah menyelesaikan modul tentang rujukan kegawatdaruratan maternal neonatal.DengandemikianandasebagaiBidansudahmampuuntukmelakukanrujukan kasus kegawatdaruratan maternal neonatal. Hal hal penting yang telah saudara pelajari adalah sebagai berikut: a. Untuk mengidentifikasi kasus yang perlu dirujuk Saudara dapat melakukan penilaian awal sebagai dasar pemikiran bagi Saudara apakah kasus tersebut mengalami perdarahan, infeksi, preeklampsia/ eklampsia, atau syok. b. Penilaian awal dilakukan melalui penilaian secara inspeksi, palpasi dan pemeriksa tanda vital c. Prinsip prinsip dalam melakukan rujukan adalah: 1. Stabilisasi penderita 2. Prinsip umum dalam pemberian obat 3. Obat pengurang rasa nyeri (analgetika) 4. Toksoid tetanus 5. Diuretika Selanjutnya Saudara diharapkan mampu melakukan rujukan cepat dan tepat dalam kasus kegawat daruratan maternal neonatal.
  • 16. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 15 Evaluasi Formatif TES FORMATIF KEGIATAN BELAJAR 2 Pilihlah Salah Satu Jawaban Yang Paling Benar 1. Penyebab kematian ibu yang hanya terjadi saat persalinan adalah: A. Infeksi B. Distosia C. Syok obstetri D. Perdarahan antepartum E. Perdarahan post partum 2. Manifestasi kasus preeklamsi/ Eklamsi dalam kehamilan dan persalinan adalah: A. Nyeri ulu hati B. Kejang kejang C. Terdapat protein dalam urine D. Tekanan diastole kurang dari 110 mmHg E. Kaki bengkak yang hilang pada pagi hari 3. Manifestasi kasus distosia dalam persalinan adalah… A. Pusing hebat B. Nyeri hebat pada perut C. Bayi mengalami fetal distress D. Persalinan tidak mengalami kemajuan E. Terdapat pengeluaran pervaginam yang berbau 4. Penilaian menggunakan teknik palpasi yang dapat dilakukan pada saat melakukan penilaian Awal adalah menilai: A. Pernapasan B. Kulit penderita C. Wajah penderita D. Kesadaran penderita E. Perdarahan dari kemaluan 5. Partus kasep harus dilakukan rujukan karena dapat terjadi beresiko terjadi: A. kejang B. edema paru C. kematian janin D. perdarahan antepartum E. perdarahan pasca persalinan 6. Preeklamsi/ eklamsi harus dirujuk karena beresiko mengalami: A. Kejang B. Infeksi C. Rupture uteri D. Kematian janin E. Perdarahan post partum
  • 17. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 16 7. Stabilisasi penderita saat akan merujuk perlu dilakukan dengan pemberian: A. infuse B. diuretic C. antibiotika D. uterotonika E. tetanus toksoid 8. Pemberian oksigen pada pasien yangn dilakukan rujukan kasus kegawatdaruratan maternal neonatal adalah sebesar: A. 1 – 2 liter permenit B. 2 – 4 liter permenit C. 4 – 6 liter permenit D. 6 – 8 liter permenit E. 8 – 10 liter permenit 9. Jumlah cairan infuse yang bisa diberikan pada penanganan awal kasus perdarahan post partum adalah: A. 0,6-1 liter dalam waktu 10 – 20 menit B. 0,6-1 liter dalam waktu 15 – 20 menit C. 0,6-1 liter dalam waktu 15 – 30 menit D. 0,6-1 liter dalam waktu 30 – 45 menit E. 0,6-1 liter dalam waktu 45 – 60 menit 10. Pembebasan jalan nafas dapat dilakukan dengan cara: A. Mengatur posisi B. Memberikan oksigen C. Memberikan cairan peroral D. Memberikan cairan parenteral E. Melakukan intubasi pada semua penderita
  • 18. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 17 UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT KEGIATAN BELAJAR 2 Cocokkan jawaban Saudara dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir Kegiatan Belajar 2, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban yang benar adalah: 90% - 100% : baik sekali 80% - 89% : baik 70% -79% : cukup kurang dari 70% : kurang Kalau Saudara memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Saudara Bagus! Saudara dapat melanjutkan ke Kegiatan Belajar 3. Tetapi jika pencapaian Saudara kurang dari 80%, maka sebaiknya ulangilah Kegiatan Belajar 2, terutama bagian-bagian yang KUNCI JAWABAN 1. B 2. B 3. D 4. B 5. C 6. A 7. A 8. D 9. B 10. A
  • 19. Modul Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Tinggi Kesehatan 18 Tugas Setelah mempelajari materi Kegiatan Belajar 2 dan melaksanakan beberapa latihan di atas, saya ajak Saudara untuk berlatih menghubungkan konsep teori yang telah Anda pelajari tersebut dengan situasi nyata di lapangan. Baiklah, Perhatikanlah kasus dibawah ini. Laku- kanlah tugas berikut dengan sebaik-baiknya: KASUS Anda sedang menolong ibu Nyoman di rumahsakit dimana ia baru saja melahirkan bayinya yang pertama setelah persalinan selama 15 jam. Ia melahirkan seorang bayi sehat seber- at 4 kg. Anda melakukan penatalaksanaan aktif kala III untuk melahirkan placenta. Anda menjahit ruptur perineum tingkat 2 Ibu nyoman dengan teknik jahitan jelujur. Bayinya telah disusui dan perawatan mata sudah dilakukan. Data hasil observasi adalah sebagai berikut: Waktu Tekanan darah Nadi Suhu Tinggi Fundus Uteri Kontraksi Uterus Kandung kencing Perdara- han 11.05 114/68 84 37.8 1 jari dibawah umbilicus Keras Kosong Minimal 11.20 120/70 88 1 jari dibawah umbilicus Lembek, setelah massage keras Kosong 100cc 11.35 100/64 90 2 jari dibawah umbilicus Lembek Kosong 300 cc Berdasarkan data-data diatas, bagaimana langkah – langkah yang saudara ambil untuk menyelamatkan nyawa Ibu Nyoman. Jawaban :
  • 20. Modul Pendidikan Jarak Jauh Jenjang Diploma 3 Program Studi Kebidanan 19 Cunningham, William. 2002. William Obstetri vol 2. EGC : Jakarta. Campbell S, Lee C. Obstetric emergencies. In: Campbell S, Lee C, editors.Obstetrics by Ten Teachers. 17th edition. Arnold Publishers; 2000. pp. 303-317. Depkes Ri. 2007. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif. JNPK-KR. Jakarta Dinkes Propinsi NTB, 2011, Petunjuk Teknis Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Dinkes Propinsi NTB. Mataram Nwobodo EL. Obstetric emergencies as seen in a tertiary health institution in North-Western Nigeria: maternal and fetal outcome. Nigerian Medical Practitioner. 2006;49(3):54–55. Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I . EGC : Jakarta. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Maternal dan Neonatal. YBSP: Jakarta. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan. YBPSP: Jakarta. Waspodo, dkk.. 2005. Pelatihan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri neonatal Esensial Dasar.Jakarta : Depkes RI. Daftar Pustaka
  • 21. Hak Cipta Kementrian Republik Indonesia Bekerjasama Dengan Australia Indonesia for Health Systems Strengthening (AIPHSS) 2015