2. Sifat Jahiliyah
Abu Dzar al-Ghifari, shahabat yang agung itu sempat
mendapat teguran keras dari Rasulullah saw. dan disebut
sebagai orang yang di dalam dirinya terdapat sifat jahiliyah.
Hal itu terjadi karena ia masih memiliki persepsi yang salah
tentang manusia yang bernama Bilal bin Rabab, sahabat Rasul
yang suara sandalnya sudah terdengar di surga saat ia masih
tinggal di dunia. Masalahanya adalah karena Abu Dzar
memanggil Bilal ra sebagai anak perempuan hitam. Bukankah
Allah tidak melihat wajah dan warna kulit? Bukankah orang
yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling
bertakwa? Mendapat teguran keras dari Rasulullah saw. Abu
Dzar menyesali perbuatannya dan minta agar Bilal membalas
dengan menginjak kepalanya.
3. Rantai Sekularisme
• Sekularisme menurut An-Nabhani (1953) adalah
pemisahan agama dari kehidupan (Fashl addin an
alhayah).
• Menurut Nasiwan (2003), Sekularisme di bidang politik
ditandai dengan 3 hal yaitu:
1. Pemisahan pemerintahan dari ideology keagamaan dan
struktur eklesiatik;
2. Ekspansi pemerintah untuk mengambil fungsi
pengaturan dalam bidang social dan ekonomi, yang
semula ditangani oleh struktur keagamaan;
3. Penilaian atas budaya politik ditekankan pada alasan dan
tujuan keduniaan yang tidak transeden.
4. Rantai Sekularisme
• Tahun yang dianggap sebagai benih kemunculan sekularisme adalah
1648. Pada tahun itu telah tercapai perjanjian Westphalia.
Perjanjian itu mengakhiri perang Tiga Puluh Tahun antara Katolik
dan Protestan di Eropah. Perjanjian tersebut juga telah menetapkan
sistem negara merdeka yang didasarkan pada konsep kedaulatan
dan menolak ketundukan pada otoriti politik Paus dan Gereja
Katolik Rome(Pappe 1988).
• Inilah awal munculnya sekularisme. Sejak itulah aturan sendi
kehidupan dilepaskan dari gereja yang dianggap sebgai wakil tuhan.
Anggapannya adalah Negara itu sendirilah yang paling tahu
keperluan dan kepentingan warganya sehingga negaralah yang layak
membuat aturan kehidupannya. Sementara itu, tuhan atau agama
hanya diakui keberadaannya di gereja-gereja sahaja.
5. Rantai Sekularisme
• Awalnya sekularisme memang hanya
berbicara hubungan antara agama dan
Negara. Namun dalam perkembangannya,
semangat sekularisme tumbuh dan berbiak ke
segala aliran pemikiran
6. Ibnu Qayyim ra. menuturkan bahwa
1. yang pertama kali muncul adalah lintasan-lintasan pemikiran,
2. bila lintasan itu dibiarkan maka ia akan berkembang menjadi
fikrah.
3. Bila fikrah dibiarkan maka akan berkembang menjadi niat.
4. Niat akan berkembang menjadi tekad,
5. tekad akan menjelma menjadi perbuatan.
6. Bila dibiarkan maka perbuatan itu akan menjadi kebiasaan.
7. Kebiasaan, lama-lama akan menjadi karakter.
8. Pada akhirnya karakter itulah yang menjadi budaya.
Orang yang kuat lagi arif adalah orang yang dapat mengendalikan diri.
Mengendalikan lintasan fikiran lebih ringan daripada mengubah
kebiasaan.
7. Islam merupakan pedoman hidup yang
universal, yang mencakup segala aspek
kehidupan manusia dalam semua dimensi
waktu, tempat dan sisi kehidupan manusia.
8. • 1. Mencakup seluruh dimensi waktu
• Artinya bahwa Islam bukanlah suatu agama yang
diperuntukkan untuk umat manusia pada masa
waktu tertentu, sebagaimana syariat para nabi
dan rasul yang terdahulu. Namun Islam
merupakan pedoman hidup yang abadi, hingga
akhir zaman. Allah SWT berfirman dalam Al-
Qur’an (QS. 21:107):
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ •
• “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan
untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
9. • Rahmat bagi semesta alam artinya bagi seluruh
makhluk Allah di muka bumi ini sepanjang masa.
Rasulullah SAW sendiri pun diutus sebagai nabi dan
rasul terakhir yang ada di muka bumi, yang
menyempurnakan syariat nabi-nabi terdahulu. Allah
berfirman (QS. 33: 40)
مَا كَانَ مُحَمَّد أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَ سُولَ اللََِّّ وَخَاتَمَ النَّبِيِِّينَ وَ كَانَ اللََُّّ •
بِكُلِِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
• “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari
seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah
Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah
Maha Mengetahui segala sesuatu.”
10. • Sebagai nabi dan rasul terakhir berarti tidak
akan ada lagi nabi dan rasul yang lain yang
akan menasakh (menghapus) syariat yang
dibawa oleh Rasulullah SAW, sebagaimana
yang Rasulullah SAW lakukan terhadap syariat
para nabi dan rasul yang lain. Hal ini juga
menunjukkan bahwa risalah nabi Muhammad
merupakan risalah abadi hingga akhir zaman.
11. • 2. Mencakup seluruh dimensi ruang
• Maknanya adalah bahwa Islam merupakan pedoman hidup yang
tidak dibatasi oleh batasan-batasan geografis tertentu, seperti
hanya disyariatkan untuk suku atau bangsa tertentu. Namun Islam
merupakan agama yang disyariatkan untuk seluruh umat manusia,
dengan berbagai bangsa dan sukunya yang berbeda-beda. Allah
SWT berfirman (QS. 34:28)
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِ نَّ أَكْ رَََ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ •
• “Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia
seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi
peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.”
• Dari ayat di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Al-Qur’an
tidak hanya diturunkan untuk orang Arab secara khusus, namun
juga untuk orang Eropa, Rusia, Asia, Cina dan lain sebagainya.
12. • 3. Mencakup semua sisi kehidupan manusia.
• Maknanya adalah bahwa Islam merupakan
pedoman hidup manusia yang mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia, dan tidak hanya
agama yang mengatur peribadahan saja
sebagaimana yang banyak dipahami oleh
kebanyakan manusia pada saat ini. Sesungguhnya
Islam mencakup seluruh aspek dan dimensi
kehidupan manusia, di antaranya adalah:
13. • a. Peribadahan
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْ بُدُونِ •
• “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”
(QS. 51: 56)
14. Semangat sekularisme ternyata telah mendorong munculnya liberalisme
dalam berfikir di segala bidang. Kaum intelektual barat ternyata ingin
sepenuhnya membuang segala yang berbau doktrin agama (Altwajri 1997).
Mereka sepenuhnya ingin mengembalikan segala sesuatu pada kekuatan
aqal manusia; termasuk melakukan reorentasi terhadap segala sesuatu yang
berkaitan dengan hakikat manusia, hidup dan keberadaan alam semesta ini
(Persoalan aqidah). Altwajri memberikan contoh penentangan para pemikir
barat terhadap pemahaman keagamaan yang paling fundamental di bidang
aqidah iaitu munculnya pelbagai aliran pemikiran seperti pemikiran
marxisme, eksistensalisme, Darwinisme, freudalisme dan sebagainya.
Pandangan pemikiran inilah akhirnya membentuk pemahaman baru berkaitan
dengan hakikat manusia, alam semesta dan kehidupan ini, yang berbeza
secara diameter dengan pemahaman keagamaan yang ada. Mereka
mengingkari adanya pencipta sekaligus menafikan misi utama pencipta
menciptakan manusia, alam semesta dan kehidupan ini. Mereka lebih suka
menggunakan logiknya sendiri dan kemudian menjadi kaedah-kaedah falsafah
yang disusun dengan rapi.
15. • b. Akhlak (Etika/ Tata krama/ Budi Pekerti)
• Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW
bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللََِّّ صَ لَّى اللََُّّ عَلَيْهِ وَسَ لَّمَ إِنَّمَا •
بُعِ تَُْ لأتَُمِِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ
• “Bahwasanya aku diutus adalah untuk
menyempurnakan kebaikan akhlak/ moral.”
16. • Prinsip sekular yang terkenal dalam bidang ini iaitu
pluralisme agama yang memimliki tiga sendi utama
(audi, 2002) iaitu (1) prinsip kebebasan, iaitu Negara
wajib membenarkan pengamalan agama apapun
(dalam batas-batas tertentu) (2) prinsip kesetaraan
iaitu Negara tidak boleh memberikan pilihan suatu
agama tertentu atas pihak lain (3) Prinsip neutraliti
iaitu Negara tidak boleh suka atau tidak suka pada
agama. Dari ketiga-tiga prinsip ini munculah pandangan
bahawa semua agama harus dipandang sama,
memilikimkedudukan yang sama namun hanya dalam
lingkungan individu-individu sahaja.
17. • c. Ekonomi
كَيْ لاَ يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الأَغْنِيَاءِ مِ نكُمْ •
• “Supaya harta itu jangan hanya beredar di
antara orang-orang kaya saja di antara
kamu.” (QS. 59: 7)
18. • Adam Smith merupakan tokoh sekular tersohor dalam
bidang ekonomi, dia menyusun pandangan ekonominya
berangkat dari pandangan terhadap hakikat manusia. Smith
memandang bahawa manusia memiliki sifat serakah, egois
dan mementingkan diri sendiri. Smith menganggap bahawa
sifat-sifat manusia ini tidak negatif tetapi justeru teramat
positif kerana dapat memacu pertumbuhan ekonomi
Negara secara keseluruhan. Smith berpendapat sifat egois
manusia ini tidak akan mendatangkan kerugian dan
merosakkan masyarakat sepanjang persaingan bebas.
Setiap orang yang menginginkan laba dalam jangka panjang
(ertinya serakah), tidak akan menaikkan harga di atas
tingkat harga pasar (Deliarnov, 1997)
19. • d. Politik
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْ ليَاءُ •
بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ
إِنَّ اللَََّّ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
• “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi
pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah
pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di
antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin,
maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan
mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang zhalim.” (QS. 5: 51)
20. Bidang ini Niccola Machiavelli dianggap sebagai pelopor pemikiran moden,
Dia beranggapan bahawa nilai-nilai tertinggi adalah berhubungan dengan
kehidupan dunia yang dikecilkan menjadi nilai kemasyuran, kemegahan dan
kekuasaan. Agama hanya diperlukan sebagai alat kepatuhan, bukan kerana
nilai-nilai agama itu sendiri (Nasiwan, 2003). Disamping itu muncul pula para
pemikir demokrasi seperti John Locke, Montesquieu dan lain-lain yang
mempunyai pandangan bahawa pemerintahan yang baik adalah
pemerintahan konstitusional yang mampu membahagi dan membatasi
kekuasaan sementara dari majoriti, yang melindungi kebebasan segenap
individu-individu rakyatnya. Pandangan ini kemudian melahirkan tradisi
pemikiran politik liberal iaitu sistem politik yang melindungi kebebasan
individu dan kelompok yang didalamnya terdapat ruang bagi masyarakat sivil
dan ruang persendirian yang bebas dan terlepas dari kawalan Negara
(Widodo 2004). Konsep demokrasi itu kemudian dirumuskan dengan sangat
sederhana dan mudah oleh Presiden Amerika Syarikat Abraham Lincoln
dalam pidatonya tahun 1863 sebagai “pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat
dan untuk rakyat” (Roberts & Lovecy, 1984).
21. • e. Sosial
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِِّ وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُوا عَلَى الإِ مَِْ وَالْعُدْ وَانِ •
• “Dan tolong menolonglah kalian dalam
kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah
kalian tolong menolong dalam perbuatan
dosa dan permusuhan.” (QS. 5: 2)
22. • Di bidang ini muncul pemikir besarnya seperti Auguste
Comte, Herbert Spencer, Emile Durkheim dan
sebagainya. Sosiologi ingin memahami bagaimana
masyarakat dapat berfungsi dan mengapa orang-orang
mahu mengawal masyarakat. Sosiologi juga harus
dapat menjelaskanperubahan sosial dan tempat
individu di dalamnya (Osborne & Loon 1999). Dari
Sosiologi inilah diharapkan peranan manusia dalam
melakukan cubaan sosial dapat lebih mudah dan
berleluasa untuk dilakukan diantara seharusnya pasrah
dengan apa yang dianggap oleh agamawan sebagai
ketentuan-ketentuan Tuhan.
23. • f. Pendidikan
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لإِبْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لاَ تشُْرِكْ بِاللََِّّ إِنَّ الشِِّرْكَ •
لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
• “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada
anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan (Allah) sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezhaliman yang besar”. (QS. 31: 13)
24. • Dalam bidang ini kerangka keilmuan yang berkembang di Barat mengacu
sepenuhnya pada prinsip-prinsip sekularisme. Hal itu paling tidak dapat dilihat dari
kategori falsafah yang mereka kembangkan yang mencakupi tiga asas utama
perbahasan (Suriasumantri, 1987):Falsafah ilmu iaitu perbahasan falsafah yang
mengkaji persoalan benar dan salah; falsafah etika, perbahasan falsafah yang
mengkaji persoalan baik dan buruk; Falsafah estetika, perbahasan falsafah yang
mengkaji persoalan indah dan hodoh .Berasaskan 3 prinsip ini pendidikan
mengacu kepada prinsip falsafah barat adalah memandang bahawa sumber ilmu
pengetahuan hanya diperolehi daripada aqal manusia semata. Sementara agama
hanya berada dalam perbahasan lingkungan moral dan hanya layak untuk
berbicara baik atau buruk(etika) dan bukan perbahasan ilmiah iaitu salah dan
benar. Dengan prinsip ini pandangan dasar sekular berkembang dan kukuh dalam
diri setiap individu sehingga tidak terbantah di dalam masyarakat. Justeru umat
islam memiliki standard junjungan yang baru dalam berfikir berbanding standard-standard
yang bersumber al-quran dan as-sunnah. Umat islam lebih mengukur
segala kebaikan berdasarkan prinsip demokrasi, Hak Asasi Manusia (HAM), pasar
bebas, pluralisme, kesetaraan dan lain-lain pandangan yang bertentangan dengan
Islam.