Laporan ini mendeskripsikan percobaan untuk menentukan alat ukur yang paling teliti dengan mengukur volume menggunakan mistar, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Beberapa alat ukur dianalisis ketelitiannya, dengan mikrometer sekrup memiliki ketelitiannya paling tinggi hingga 0,001 cm. Laporan ini juga membahas sistem satuan internasional dan faktor yang mempengaruhi ketidakpastian pengukuran.
1. LAPORAN HASIL PENGAMATAN
PERCOBAAN 1
I. Judul Laporan :
Mengukur Volume Benda dengan menggunakan mistar, jangka sorong, mikrometer
sekrup
II. Tujuan Percobaan :
Menentukan alat ukur yang memiliki ketelitian paling tinggi
III. Tinjauan Pustaka
A. Pengukuran
Untuk mencapai suatu tujuan tertentu, di dalam fisika,kita biasanya melakukan
pengamatan yang diikuti dengan pengukuran. Pengamatan suatu gejala secara umum
tidaklah lengkap bila tidak dilengkapi dengan data kuantitatif yang didapat dari hasil
pengukuran. Lord Kelvin, seorang ahli fisika berkata, bila kita dapat mengukur apa yang
sedang kita bicarakan dan menyatakannya dengan angka-angka, berarti kita menghetahui
apa yang sedang kita bicarakan itu. Sedangkan arti dari pengukuran itu sendiri adalah
membandingkan sesuatu yang sedang diukur dengan besaran sejenis yang ditetapkan
sebagai satuan, misalnya bila kita mendapat data pengukuran panjang sebesar 5 meter,
artinya benda tersebut panjangnya 5 kali panjang mistar yang memiliki panjang 1 meter.
Dalam hal ini, angka 5 menunjukkan nilai dari besaran panjang, sedangkan meter
menyatakan besaran dari satuan panjang. Dan pada umumnya, sesuatu yang dapat diukur
memiliki satuan. Sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka kita sebut
besaran. Panjang, massa dan waktu termasuk pada besaran karena dapat kita ukur dan
dapat kita nyatakan dengan angka-angka. Akan tetapi kebaikan dan kejujuran misalnya.
Tidak dapat kita ukur dan tidak dapat kita nyatakan dengan angka-angka. Tapi walaupun
demikian, tidak semua besaran fisika selalu mempunyai satuan. Beberapa besaran fisika
ada yang tidak memiliki satuan. Antara lain adalah indek bias, koefisien gesekan, dan
massa jenis relative.
B. Pengukuran Panjang Benda
Dengan Menggunakan Mistar
Untuk mengukur panjang suatu benda, dalam kehidupan sehari-hari kita lumrah
menggunakan mistar atau penggaris. Terdapat beberapa jenis mistar sesuai dengan
skalanya. Ada mistar yang skala terkecilnya mm (mistar milimeter) dan ada mistar yang
skala terkecilnya cm (mistar centimeter). Mistar yang sering kita gunakan biasanya
2. adalah mistar milimeter. Dengan kata lain, mistar itu mempunyai skala terkecil 1
milimeter dan mempunyai ketelitian ½ skala terkecil yakni 0.05 cm..Ketika mengukur
dengan menggunakan mistar, posisi mata hendaknya diperhatikan dan berada di tempat
yang tepat, yaitu terletak pada garis yang tegak lurus mistar. Garis ini ditarik dari titik
yang diukur. Jika sampai mata berada diluar garis tersebut, panjang benda yang terbaca
bisa menjadi salah. Bisa saja benda akan terbaca lebih besar atau lebih kecil dari nilai
yang sebenarnya. Akibat dari hal ini adalah terjadinya kesalahan dalam pengukuran yang
biasa disebut kesalahan paralaks
Dengan Menggunakan Jangka Sorong
Untuk melakukan pengukuran yang mempunyai ketelitian 0,1 mm diperlukan
jangka sorong. Jangka sorong mempunyai fungsi-fungsi pengukuran, yaitu: Pengukuran
panjang bagian luar benda. Pengukuran panjang rongga bagian dalam benda. Pengukuran
kedalaman lubang dalam benda. Jangka sorong sendiri mempunyai bagian-bagian sebagai
berikut: Rahang yang tetap (biasa disebut rahang tetap), memiliki skala panjang yang
disebut skala utama.Rahang yang dapat digeser-geser (disebut rahang geser), yang
memiliki skala pendek yang disebut nonius atau vernier. Rahang tetap terdapat skala-skala
utama dalam satuan cm dan mm. Sedangkan pada rahang geser terdapat skala
pendek yang terbagi menjadi 10 bagian yang sama besar. Skala inilah yang disebut
sebagai nonius atau vernier. Panjang 10 skala nonius itu adalah 9 mm, sehingga panjang
1 skala nonius adalah 0,9 mm. Jadi selisih antara skala nonius dan skala utama adalah 0,1
mm.atau 0,01 cm. Sehingga didapat ketelitian jangka sorong adalah 0,05 mm atau 0.005
cm. Contoh pengukuran dari jangka sorong adalah sebagai berikut. Bila diukur sebuah
benda didapat hasil bahwa skala pada jangka sorong terletak antara skala 5,2 cm dan 5,3
cm. Sedangkan skala nonius yang keempat berimpit dengan salah satu skala utama. Mulai
dari skala keempat ini ini kekiri, selisih antara skala utama dan skala nonius bertambah
0,1 mm atau 0,01 cm setiap melewati satu skala. Karena terdapat 4 skala, maka selisih
antara skala utama dan skala nonius adalah 0,4 mm atau 0,04 cm. Dengan demikian,
dapat ditarik kesimpulan kalau panjang benda yang diukur tersebut adalah 5,2 cm+0,04
cm=5,24 cm.
Dengan Menggunakan Mikrometer Sekrup
Untuk megukur benda-benda yang sangat kecil sampai ketelitian 0,01 mm atau
0,001 cm digunakan alat bernama mikrometer sekrup. Bagian utama dari mikrometer
sekrup adalah sebuah poros berulir yang dipasang pada silinder pemutar yang disebut
bidal. Pada ujung silinder pemutar ini terdapat garis-garis skala yang membagi 50 bagian
yang sama. Jika bidal digerakan satu putaran penuh, maka poros akan maju (atau
mundur) sejauh 0,5 mm. Karena silinder pemutar mempunyai 50 skala disekelilingnya,
maka kalau silinder pemutar bergerak satu skala, poros akan bergeser sebesar 0,5 mm/50
3. = 0,01 mm atau 0,001 cm. Sehingga diperoleh ketelitian micrometer sekrup yakni 0.0005
cm.
C. Sistem Internasional
Satuan untuk suatu besaran sebenarnya bisa dipilih secara sembarang. Untuk
satuan panjang saja kita bebas untuk menggunakan centimeter, meter, kaki, mil dan
sebagainya. Bahkan ada orang yang menggunakan satuan hasta sebagai satuan panjang.
Penggunaan berbagai macam satuan ini ternyata bisa membuat beberapa kesulitan.
Misalnya kita akan memerlukan berbagai macam alat ukur yang berbeda untuk satuan
yang berbeda pula. Kesulitan selanjutnya dalah saat kita akan melakukan komunikasi
ilmiah. Kita mungkin akan kesulitan untuk melakukan konversi dari sebuah satuan
menjadi satuan yang lain.
Dikarenakan hal itulah, maka para ilmuwan dunia sepakat membuat sebuah
satuian internasional untuk menghilangkan kesulitan-kesulitan itu, dan lahirlah system SI.
Dalam satuan SI, panjang memiliki satuan meter, satuan massa adlah kilogram, dan
satuan waktu adalah sekon yang dikenal juga dengan sbutan sistem MKS. Selain itu
dikenal pula istilah CGS, dengan centimeter sebagai satuan panjang, gram sebagai satuan
massa, dan sekon sebagai satuan waktu. Setelah ditetapkan secara internasional, sekarang
stiap satuan memiliki standar masing-masing dalam pengukurannya, yaitu: Satuan
standar waktu Satu sekon adalah waktu yang dibutuhkan oleh atom cesium 133 untuk
melakukan 9.192.631.770 periode radiasi ketika melewati tingkat energi yang paling
rendah. Satuan standar panjang Satu meter adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam
ruang hampa udara selama selang waktu 1/299.792.458 s.
a. Satuan standar massa
Satu kilogram adalah massa silinder campuran platinum- iridium.
b. Satuan standar kuatlistrik
Satu Ampere adalah kuat arus tetap yang jika dipertahankan mengalir dalam masing-masing
dari dua penghantar lurus sejajar dengan panjang tak hingga dan penampang
lintang lingkaran yang dapat diabaikan, dengan jarak pemisah 1 meter, dalam ruang
hampa akan menghasilkan gaya interaksi antara kedua penghantar sebesar 2x10
newton setiap meter penghantar.
c. Satuan suhu
Satu Kelvin adalah 1/273,16 kali suhu termodinamika titik tripel air.
d. Satuan intensitas cahaya
Satu kandela adalah intensitas cahaya suatu sumber cahaya yang memancarkan
radiasi monokromatik pada frekuensi 540x10 hertz dengan intensitas sebesar 1/683
watt per steradian dalam arah tersebut.
4. e. Satuan jumlah zat
Satu mol adalah jumlah zat yang mengandung unsur elementer zat tersebut dalam
jumlah sebanyak atom karbon dalam 0.,012 kg karbon-12.
Setelah ditetap secara internasional, setiap satuan memiliki standar masing-masing
dalam pengukurannya, yaitu :
f. Satuan Standar Waktu
Satuan standar waktu adalah 1 sekon. 1 sekon adalah waktu yang dibutuhkan oleh
atom cesium 133 untuk melakukan 9.192.631.770 periode radiasi ketika melewati
tingkat energy yang paling rendah.
g. Satuan Standar Panjang
Satu meter adalah jarak yang ditempuh cahaya dalam ruang hampa udara selama
selang waktu .
h. Satuan Standar Massa
Satu kilogram adalah standar massa silinder campuran platinum- iridium.
i. Satuan Standar Kuat Listrik
Satu ampere adalah kuat arus tetap yang jika dipertahankan mengalir dalam masing-masing
dari penghantar lurus sejajar dengan panjang tak hingga dan penampang
lintang lingkaran yang dapat diabaikan, dengan jarak pemisah 1 meter, dalam ruang
hampa akan mengalami gaya interaksi antara kedua penghantar sebesar 2x10 newton
setiap meter penghantar.
j. Satuan Suhu
Satu Kelvin adalah , 1 kali suatu termodinamika titik tripel air.
k. Satuan Intensitas Cahaya
Satu candela adalah intensitas cahaya suatu sumber cahaya yang memancarkan
radiasi monokromatik pada frekuensi 540x10 hertz dengan intensitas sebesar
watt/sterodion dalam arah tersebut.
l. Satuan Jumlah Zat
Satu mol adalah jumlah zat yang mengandung unsur elementer zat tersebut dalam
jumlah sebanyak atom karbon dalam 0,012 kg karbon-12.
D. Ketidakpastian Pengukuran
Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai fenomena
yang terjadi di alam. Ilmu ini didasarkan pada pengamatan dan percobaan.
Pengamatan merupakan pengkajian suatu gejala yang terjadi di alam. Hanya saja,
sayangnya suatu gejala alam yang muncul secara alamiah belum tentu terjadi dalam
waktu tertentu, sehingga menyulitkan pengamatan. Untuk mensiasati ini, maka
dilakukan percobaan yang menyerupai gejala alamiah itu di bawah kendali dan
5. pengawasan khusus. Tanpa percobaan ini, ilmu fisika tak mungkin berkembang
seperti saat sekarang ini.
Dan selanjutnya, dalam suatu percobaan kita hrus berusaha menelaah dan
mempelajarinya. Caranya, kita harus mempunyai data kuantitatif atas percobaan yang
kita lakukan. Sanada dengan pendapat Lord Kelvin yang mengungkapkan kalau kita
belum belajar sesuatu bila kita tak bisa mendapatkan sebuah data kuantitatif. Untuk
itulah dalam fisika dibutuhkan sebuah pengukuran yang akurat. Akan tetapi, ternyata
tak ada pengukuran yang mutlak tepat. Setiap pengukuran pasti memunculkan sebuah
ketidakpastian pengukuran, yaitu perbedaan antara dua hasil pengukuran.
Ketidakpastian juga disebut kesalahan, sebab menunjukkan perbedaan antara nilai
yang diukur dan nilai sebenarnya. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor.
Faktor itu dibagi dalam 2 garis besar, yaitu: ketidakpastian bersistem dan
ketidakpastian acak.
Ketidakpastian Bersistem
- Kesalahan kalibrasi
- Kesalahan dalam memberi skala pada waktu alat ukur sedang dibuat sehingga tiap
kali alat itu digunakan, ketidakpastian selalu muncul dalam tiap pengukuran.
- Kesalahan titik nol skala alat ukur tidak berimpit dengan titik nol jarum penunjuk
alat ukur.
- Kesalahan Komponen Alat Sering terjadi pada pegas. Biasanya terjadi bila pegas
sudah sering dipakai Gesekan
- Kesalahan yang timbul akibat gesekan pada bagian-bagian alat yang bergerak.
- Kesalahan posisi dalam membaca skala alat ukur.
Ketidakpastian Acak
- Gerak Brown molekul udara menyebabkan jarum penunjuk skala alat ukur
terpengaruh.
- Frekuensi Tegangan listrik, perubahan pada tegangan PLN, baterai, atau aki
Landasan yang Bergetar
- Adanya Nilai Skala Terkecil dari Alat Ukur.
- Keterbatasan dari Pengamat Sendiri.
E. Angka Penting
Angka penting adalah angka yang diperhitungkan di dalam pengukuran dan
pengamatan. Aturan angka penting: Semua angka bukan nol adalah angka penting.
Angka nol yang terletak diantara angka bukan nol termasuk angka penting. Untuk
bilangan desimal yang lebih kecil dari satu, angka nol yang terletak disebelah kiri
maupun di sebelah kanan tanda koma, tidak termasuk angka penting. Deretan angka nol
6. yang terletak di sebelah kanan angka bukan nol adalah angka penting, kecuali ada
penjelasan lain.
F. Akurasi dan Presisi
Pengukuran yang akurat merupakan bagian penting dari fisika, walaupun
demikian tidak ada pengukuran yang benar-benar tepat. Ada ketidakpastian yang
berhubungan dengan setiap pengukuran. Ketidakpastian muncul dari sumber yang
berbeda. Di antara yang paling penting, selain kesalahan, adalah keterbatasan ketepatan
setiap alat pengukur dan ketidakmampuan membaca sebuah alat ukur di luar batas bagian
terkecil yang ditunjukkan. Misalnya anda memakai sebuah penggaris centimeter untuk
mengukur lebar sebuah papan, hasilnya dapat dipastikan akurat sampai 0,1 cm, yaitu
bagian terkecil pada penggaris tersebut. Alasannya, adalah sulit untuk memastikan suatu
nilai di antara garis pembagi terkecil tersebut, dan penggaris itu sendiri mungkin tidak
dibuat atau dikalibrasi sampai ketepatan yang lebih. Akurasi pengukuran atau
pembacaan adalah istilah yang sangat relatif. sebaik dari ini. Akurasi didefinisikan
sebagai beda atau kedekatan (closeness) antara nilai yang terbaca dari alat ukur dengan
nilai sebenarnya.
Dalam eksperiman, nilai sebenarnya yang tidak pernah diketahui diganti
dengan suatu nilai standar yang diakui secara konvensional. Secara umum akurasi sebuah
alat ukur ditentukan dengan cara kalibrasi pada kondisi operasi tertentu dandapat
diekspresikan dalam bentuk plus-minus atau presentasi dalam skala tertentu atau pada
titik pengukuran yang spesifik. Semua alat ukur dapat diklasifikasikan dalam tingkat atau
kelas yang berbeda-beda, tergantung pada akurasinya. Sedang akurasi dari sebuah sistem
tergantung pada akurasi Individual elemen pengindra primer, elemen skunder dan alat
manipulasi yang lain.
Ketika menyatakan hasil pengukuran, penting juga untuk menyatakan
ketepatan atau perkiraan ketidakpastian pada pengukuran tersebut. Sebagai contoh, hasil
pengukuran lebar papan tulis : 5,2 plus minus 0,1 cm. Hasil Plus minus 0,1 cm (kurang
lebih 0,1 cm) menyatakan perkiraan ketidakpastian pada pengukuran tersebut sehingga
lebar sebenarnya paling mungkin berada diantara 5,1 dan 5,3. Persentase ketidakpastian
merupakan perbandingan antara ketidakpastia dan nilai yang diukur, dikalikan dengan
100 %. Misalnya jika hasil pengukuran adalah 5,2 cm dan ketidakpastiannya 0,1 cm
maka presentase ketidakpastiannya adalah : (0,1/5,2) x 100% = 2%
Seringkali, ketidakpastian pada suatu nilai terukur tidak dinyatakan secara
eksplisit. Pada kasus seperti ini, ketidakpastian biasanya dianggap sebesar satu atau dua
satuan (atau bahkan tiga) dari angka terakhir yang diberikan. Sebagai contoh, jika
panjang sebuah benda dinyatakan sebagai 5,2 cm, ketidakpastian dianggap sebesar 0,1
7. cm (atau mungkin 0,2 cm). Dalam hal ini, penting untuk tidak menulis 5,20 cm, karena
hal itu menyatakan ketidakpastian sebesar 0,01 cm; dianggap bahwa panjang benda
tersebut mungkin antara 5,19 dan 5,21 cm, sementara sebenarnya anda menyangka
nilainya antara 5,1 dan 5,3.
Setiap unit mempunyai kontribusi terisah dengan batas tertentu. Jika ± a1,
= a2 dan ± a3 adalah batas akurasi individual, maka akurasi total dari sistem dapat
diekspresikan dalam bentuk bawah akurasi seperti berikut :
A = ± ( a1+ a2 + a3 ) (2.1)
Dalam hal tertentu nilai batas bawah akurasi total diatas mempunyai kelemahan, maka
dalam praktek orang lebih sering menggunakan nilai akar kuadrat rata-rata untuk
mendefinisikan nilai akurasi dari sebuah sistem, yaitu :
A = ± √ ( a1² + a2² + a3² ) (2.2)
Presisi adalah istilah untuk menggambarkan tingkat kebebasan alat ukur dari
kesalahan acak. Jika pengukuran individual Dilakukan berulang- ulang, maka sebran hasil
pembacaan akan berubah-ubah disekitar nilai rata-ratanya. Bila Xn adalah nilai
pengukuran ke n dan adalah nilai rata-ratanya n pengukuran maka secara metematis,
presisi dapat dinyatakan
Presisi = (2.3)
Presisi tinggi dari alat ukur tidak mempunyai implikasi terhadap akurasi
pengukuran. Alat ukur yang mempunyai presisi tinggi belum tentu alat ukur tersebut
mempunyai akurasi tinggi. Akurasi rendah dari alat ukur yang mempunyai presisi tinggi
pada umum nya disebabkan oleh bias dari pengukuran, yang bisa dihilangkan dengan
kalibrasi.
Dua istilah yang mempunyai arti mirip dengan presisi adalah repeatability dan
reproducibility. Repeability digunakan untuk menggambarkan kedekatan (closeness)
keluaran pembacaan bila dimasukkan yang sama digunakan secara berulang-ulang pada
periode waktu yang singkat pada kondisi dan lokasi pengukuran yang sama, dan dengan
alat ukur yang sama. Reproducibility digunakan untuk menggambar kedekatan (
closeness) keluaran pembacaan bila masukan yang sama digunakan secara berulang-ulang.
G. Macam – macam alat ukur
a) Jangka sorong
Ketelitian Jangka Sorong: Paling tidak ada 2 jenis jangka sorong, yakni jangka
sorong yang memiliki ketelitian 0,05 mm dan yang memiliki ketelitian 0,01 mm.
b) Mikrometer sekrup
Ketelitian mikrometer sekrup:
Micrometer sekrup hanya ada satu macam, yakni yang berketelitian 0.05 mm.
8. c) Spherometer
Spherometer merupakan alat untuk mengukur jejari kelengkungan suatu
permukaan. Biasanya digunakan untuk mengukur kelengkungan lensa. Spherometer
memiliki 4 kaki, dengan 3 kaki yang permanen dan satu kaki tengah yang dapat diubah-ubah
ketinggiannya. Ketelitian spherometer bisa mencapai 0,01 mm.
d) Neraca Torsi
Neraca torsi digunakan untuk mengukur massa suatu zat. Ketelitian yang dimiliki
neraca ini bermacam-macam antara lain sebesar 0,1 g atau 0,05 g atau 0,01 g.
e) Densitometer
Specific gravity adalah alat yang digunakan untuk mengukur kerapatan (massa
jenis) suatu zat cair. Bedanya dengan densitometer adalah bahwa nilai yang ditunjukkan
oleh specific gravity merupakan nilai relatif terhadap kerapatan air (1 g/ml).
f) Stopwatch
Stopwatch merupakan alat pengukur waktu. Stopwatch yang sering dipakai biasanya
berketelitian 0,1 s atau 0,2 s. Telepon genggam (HP) biasanya juga disertai fasilitas
stopwatch. Ketelitian stopwatch pada telepon genggam biasanya 0,01 s.
g) Termomoter
Termometer adalah alat pengukur suhu. Termometer yang biasa digunakan dalam
Lab. Fisika Dasar adalah termometer Celcius dengan ketelitian 0,50C atau 10C.
h) Multimeter
Multimeter adalah alat pengukur besaran listrik, seperti hambatan, kuat arus,
tegangan, dsb. Ketelitan alat ini sangat beragam dan bergantung pada besar nilai
maksimum yang mampu diukur. Berhati-hatilah dalam menggunakan alat ini. Perhatikan
posisi saklar sesuai dengan fungsinya dan besar nilai maksimum yang mampu diukur.
Jika digunakan untuk mengukur tegangan maka alat ini harus dirangkai paralel, colok (+)
dihubungkan dengan (+) rangkaian, sedangkan colok (-) dengan bagian (-)nya.
Sedangkan jika digunakan untuk mengukur kuat arus yang melalui suatu cabang
rangkaian maka alat ini harus dirangkai secara seri melalui cabang tersebut.
i) Neraca Ohauss
neraca ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram.,neraca ini
ada dua macam :
nilai skalanya dari yang besar sampai ketelitian 0.01 g yang di geser. di pisah
antara skala ratusan(0-200), puluhan(0-100),satuan (0-10) dan skala 1/100 (0-1)
yang di bagi2 juga skala kecilnya sampai ketelitian 0.01 g.
Kalo yang ini cara makenya gampang. Kamu tinggal taruh saja bendanya (ingat
neraca harus sudah terkalibrasi), lalu digeser skalanya dimulai dari yang skala
besar baru gunakan skala yang kecil.
9. nilai skala ratusan dan puluhan di geser, tapi skala satuan dan 1/100 nya di putar.
Cara memakainya hampir sama dengan yang no.1 tadi. Cuma bedanya, waktu
membaca yang dengan nilai 0-10. Misalkan sudah terbaca antara skala ratusan
dan puluhannya (100+20). Lalu kamu putar skala satuannya (dalam 1 skala
satuannya, dibagi lagi 10 skala), lihat skala yang terlewatkan dari angka nol
(misal 5.6 g).
10. IV. Alat dan Bahan :
Balok kayu kecil ( 1 buah )
Mistar
Jangka sorong
Mikrometer sekrup
Alat tulis
V. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan seluruh alat dan bahan
2. Mengukur panjang, lebar, dan tinggi balok, masing-masing menggunakan mistar,
jangka sorong, dan mikrometer sekrup
3. Mencatat hasil pengamatan
4. Menghitung volume balok
5. Mencatat hasil pengamatan
VI. Tabel Hasil Pengamatan
No Alat Ukur Panjang (mm) Lebar (mm) Tinggi (mm)
1.
Mistar
19.5
19.5
19.5
2.
Jangka Sorong (20 Nonius)
20.10
20.00
20.20
3.
Mikrometer Sekrup
20.38
20.05
20.40
VII. Analisis Data
berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh panjang, lebar dan tinggi balok dengan menggunakan:
Mistar
Panjang : 19.5 ± 0.5 mm atau 1.95 ± 0.05 mm
Lebar : 19.5 ± 0.5 mm atau 1.95 ± 0.05 mm
Tinggi : 19.5 ± 0.5 mm atau 1.95 ± 0.05 mm
Volume : 7,81 . 103
Jangka sorong ( 20 Nonius )
Panjang : 20.10 ± 0.05 mm atau 2.010 ± 0.005 cm
Lebar : 20.00 ± 0.05 mm atau 2.000 ± 0.005 cm
Tinggi : 20.20 ± 0.05 mm atau 2.020 ± 0.005 cm
Volume : 8.120 . 103
Mikrometer Sekrup
Panjang : 20.380 ± 0.005 mm atau 2.0380 ± 0.0005 cm
Lebar : 20.050 ± 0.005 mm atau 2.0050 ± 0.0005 cm
Tinggi : 20.400 ± 0.005 mm atau 2.0400 ± 0.0005 cm
Volume : 8.3358 . 103
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulkan bahwa alat ukur dengan ketelitian yang paling
tinggi adalah mikrometer sekrup
11. PERCOBAAN 2
I. Judul Laporan :
Mengukur diameter kelereng dengan pengukuran berulang
II. Tujuan Percobaan : menganalisis variabel apa saja yang mempengaruhi
pengukuran suatu benda
III. Tinjauan Pustaka
PENGUKURAN BERULANG
A. Definisi pengukuran
Pengukuran adalah membandingkan suatu besaran dengan besaran standar.
B. Definisi pengukuran berulang
Pengukuran berulang adalah pengukuran yang dilakukan secara berulang atau berkali-kali
pada satu variable, dan memperoleh hasil yang berbeda-beda dalam setiap
pengulangan pengukurannya.
Pengukuran berulang kita lakukan karena untuk sekali pengukuran , hasil ukurnya belum
dapat ditentukan karena setiap pengulangan pengukuran memperoleh hasil yang berbeda.
Hal ini disebabkan karena sumber ralat yang mempengaruhi dalam pengukuran,sangat
banyak dan itu tidak dapat diabaikan. Sehingga harus dilakukan pengukuran secara
berulang.
Sedangkan sumber-sumber ralat yang mungkin berpengaruh dalam melakukan
pengukuran, antara lain:
v sumber ralat subyek (pengamat atau pelaku pengukuran)
Yang termasuk sumber ralat subyek antara lain:
Þ pemakaian alat dengan cara yang salah
Þ keterbatasan fisik pengamat
Þ efek psikologis
Þ adanya waktu reaksi, dll
v sumber ralat obyek (obyek yang diukur)
Yang termasuk sumber ralat obyek antara lain:
Þ obyek berubah karena pengaruh alat ukur
Þ obyek tidak seuniform yang diperkirakan, dll
v sumber ralat alat (alat yang berkaitan dengan obyek dan alat penunjang, alat
ukur )
Yang termasuk sumber ralat alat antara lain:
Þ salah pengkalibrasian
Þ mempunyai watak non linier, dll
v sumber ralat metode (model teori, metode pengukuran, teknik pengukuran)
Yang termasuk sumber ralat metode antara lain:
Þ model teori terlalu sederhana
Þ pembulatan perhitungan
Þ metode percobaan yang kurang tepat
Þ teknik pengukuran
v sumber ralat yang lain ( ex: lingkungan )
12. C. Perbedaan Antara Pengukuran Tunggal dan Pengukuran Berulang
¢ Pengukuran Tunggal
· Hanya 1x pengukuran,sudah bisa untuk ditentukan hasil ukurnya.
· Jika dilakukan pengulangan, hasil ukurnya tetap sama.
· Sumber ralat yang bekerja hanya dari alat ukur yang digunakan. Nilai X adalah
nilai perkiraan terbaik.
· Nilai delta X adalah nilai ralat( nilai perkiraan yg ditentukan oleh praktikan sendiri
).
· Sumber ralat yg selain dari alat ukur, dapat diabaikan.
¢ Pengukuran Berulang
· Belum bisa ditentukan hasil ukurnya hanya dg 1x pengukuran, melainkan
harusdilakukan secara berulang.
· Jika dilakukan pengulangan, hasil ukurnya berbeda.
· Nilai X adalah rata-rata nilai perkiraan terbaik dari setiap pengulangan pengukuran.
· Nilai delta X adalah nilai ralat yg diperoleh dari nilai perhitungan standar deviasi
pengukuran.
· Sumber ralat yg selain dari alat ukur , tidak dapat diabaikan.
IV. Alat dan Bahan :
1. Cincin
2. Jangka Sorong
3. Mikrometer Sekrup
4. Alat Tulis
V. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan seluruh alat dan bahan
2. Mengukur diameter cincin dengan menggunakan jangka sorong dan micrometer
sekrup masing-masing 5 kali
3. Mencatat hasil pengukuran
4. Menentukan standar deviasi masing-masing pengukuran
5. Menulis laporan hasil pengukuran
VI. Tabel Hasil pengamatan
Jangka Sorong ( 10 nonius )
Pengukuran
ke-
X1 (mm) X (mm) (X1 – X
)(mm)
(X1 – X)2
(mm)
1
2
3
4
5
16.5
15.7
16.4
16.35
16.4
16.27
16.27
16.27
16.27
16.27
0.23
-0.57
0.13
0.08
0.13
5.29
32.49
1.69
0.64
1.69
Ʃ(x1 – x )2 42.00