Tiga kalimat:
Jono dan Joni terlambat menonton konser Ayu karena motor butuh milik ayah mereka. Mereka menyalahkan orang tua atas keterlambatan itu sampai akhirnya Ayu memberi nasehat untuk selalu menghargai orang tua dan jangan pernah menuntut mereka.
1. TUNTUTAN UNTUK ORANGTUA
Ditengah padatnya jalanan ibukota, si kembar Jono dan Joni menerobos kemacetan dengan
motor butut kesayangannya.
“Eh bro, cepetan dikit dong. Udah mau telat nih.” Kata si Jono menggerutu.
“Iya sabar napa, masih macet nih.” Jawab Joni tenang.
Walaupun kembar, tak ada sedikitpun kemiripan diantara keduanya. Meskipun begitu,
mereka tetap saja kompak dan saling mengisi kekurangan satu sama lain. Ditambah pemikiran
mereka yang cerdas, tak ayal jika mereka memiliki banyak teman. Ayu salah satunya, artis cilik yang
kini sedang digandrungi oleh pecinta musik dangdut ini juga merupakan salah satu teman sekelas
Jono dan Joni.
“Lama amat sih bro, kita kan udah janji sama Ayu bakal nonton konsernya!” Si Jono mengeluarkan
gerutunya.
“Iya - iya, tapi motor butut milik Bapak ini kan gak bisa kenceng larinya.” Si Joni coba-coba mencari
alasan untuk menenangkan si Jono.
“Iya nih, coba aja Bapak beliin motor yang baru buat kita. Pasti bakalan lebih cepet
sampainya!”mendengar perkataan si Joni, Jono justru semakin naik darah.
Usaha Joni untuk menenangkan si Jono dengan mencari kesalahan orang tuanya, ternyata
justru membakar amarah si Jono. Hingga akhirnya Joni juga tersambar api amarah milik Jono, dan
keduanya larut dalam percakapan tentang kesalahan kedua orangtuanya.
Disepanjang perjalanan, Jono dan Joni terus saja mengomentari motor butut milik sang
Bapak dan membanding-bandingkannya dengan motor – motor baru milik temannya.
“Eh bro, kayaknya udah sampai nih. Bener yang inikan tempatnya?” tanya Joni ragu-ragu.
“Wah iya, tidak salah lagi. Ayo buruan masuk, udah telat nih.” timpal Jono.
“Iya bentar, diparkir dulu lah motornya.”
“Halah, udah taruh dipojokan situ aja. Motor butut juga kok. Gak bakalan ada yang ngambil.” Jawab
Jono seraya menunjuk ke arah pojok parkiran.
“Beneran nih?”
“Iya, udah cepetan sono! Udah telat banget nih.” Jawab Jono dengan nada tidak sabar.
“Iya deh”
Keduanya segera bergegas masuk menuju lapangan tempat Ayu melaksanakan konser.
Terlihat sudah banyak sekali penonton lain yang tampak riuh memenuhi lapangan Senayan.
Kedatangan Jono dan Joni seketika disambut oleh alunan musik yang berdendang. Suara nyanyian
Ayu yang begitu merdu, seraya membuat penonton semakin semangat bergoyang.
2. 1 jam telah berlalu, puluhan tembang yang dilantunkan Ayu dan penyanyi dangdut lainnya
telah usai. Satu persatu artis, dangdut nasional ini mulai menuruni panggung. Lagu selamat jalan
segera diperdengarkan. Terlihat pula satu persatu penonton meninggalkan tempatnya. Kini
waktunya bagi Jono dan Joni untuk dapat bertemu dengan Ayu secara langsung. Disaat – saat liburan
sekolah seperti ini memang sangat sulit untuk menemui penyanyi cilik yang satu ini.
Selain karena jarang dirumah, jadwal manggung dan syuting yang padat cukup untuk
menyita waktu gadis asal Bandung tersebut.
“Jon, kesono yuk!” Ajak Jono seraya menunjuk kearah belakang panggung.
“Emang mau ngapain bro?” tanya Joni keheranan.
“Lah, gimana sih. Lo masih mau ketemu sama Ayu kagak?” Jono balik bertanya.
“Ya, pingin sih. Tapi...” Joni berfikir panjang.
“Tapi apa sih Jon?”
“Tapi kalau kita gak pulang sekarang, ntar pasti keburu macet.” Jawab Joni agak ragu-ragu.
“Halah, udah enggak papa. Sekalian minta maaf. Kan gak enak sama Ayu, udah janji. Eh malah
datangnya telat” jelas Jono.
Singkat cerita, mereka berdua langsung menuju belakang panggung tempat para artis biasa
berkumpul. Tapi setelah cukup lama mencari, belum nampak paras cantik milik Ayu.
“Hey! Jono, Joni! Disini.” tiba – tiba suara yang tak asing, terdengar dari belakang mereka.
Yang tak lain dan tak bukan merupakan suara dari teman sekelas mereka, Ayu. Jono dan Joni
seketika menjadi sangat senang, kaget, hingga tak percaya bercampur aduk menjadi satu. Karena
kini mereka berada tepat dihadapan artis cilik yang terkenal ramah dikalangannya.
“Pasti cari aku ya?” tanya Ayu dengan ramah.
“Eh, iy,,iyaa. Kirain udah pulang” jawab Joni terbata – bata.
Perasaan yang bercampur aduk didalam hatinya membuat Joni agak gugup.
“Yaelah bro. Ngomong gitu aja putus-putus, kayak telepon kurang sinyal saja kau. Udah sini, biar
guwa yang ngomong sama Ayu.” Jono mengambil alih pembicaraan.
“Gini Yu, sebenarnya kita mau ngobrol-ngobrol sedikit. Kira- kira Ayu ada waktu atau tidak?” terang
Jono.
Seraya mempersilahkan mereka duduk, Ayu sendiri hanya tersenyum-senyum melihat
perubahan tingkah laku yang dilakukan oleh Jono dan Joni. Mereka menjadi bersikap begitu sopan,
layaknya orang yang tak pernah mengenal Ayu sebelumnya.
“Kalian itu ngapain sih? Ngomong sama teman aja kok pakek gugup segala. Kayak gak pernah kenal
aja.”
3. “Ya, sekarang kan beda Yu. Lo kan sekarang udah jadi artis.” Jawab Joni.
Ayu hanya tertawa kecil mendengar perkataan Joni.
“Memangnya kenapa kalau artis? Apa gak boleh, kalau berteman?” Ayu melanjutkan pembicaraan.
“Ya boleh sih, tapi...” Raut wajah Jono nampak ragu-ragu untuk melanjutkan.
“Halah, gak pakek tapi-tapian. Sampai kapanpun, yang namanya teman tetap teman!” seru Ayu
memotong omongan Joni.
“Oh iya, kalau gak salah kalian tadi datang terlambat kan?” lanjut Ayu.
“Hehehe, iya Yu. Sorry banget ya” Joni merasa tidak enak kepada Ayu. Karena janji mereka yang tak
dapat ditepati.
“Iya Yu. Maaf ya. Lagian itu juga bukan salah kita kok. Motor Ayah tuh, udah butut. Minta ganti.”
Jono menambahkan. Dan tentunya kali ini Jono menggunakan kesalahan orang tuanya untuk
dijadikan alasan.
Wajah Jono dan Joni seketika berubah menjadi menggerutu. Mereka berdua terus saja saling
timpal dengan mengungkit – ungkit semua kesalahan orang tuanya. Hingga akhirnya, Ayu ikut
menanggapi celotehan mereka.
“Eh guys, udahlah. Aku gak bakal marah kok.” Ayu coba menenangkan kedua temannya yang sedang
dibakar oleh api emosi.
“Beneran Yu? Sekali lagi maaf ya!” seru Jono.
“Iya, manusia itu memang biangnya salah kok. Jadi gak perlu deh minta maaf yang berlebihan.
Apalagi sampai menyalahkan orang tua untuk mencari – cari alasan. Gak takut dosa apa?”
“Tapi Yu...” kata-kata Joni terhenti sampai disitu.
“Eitss, gak pakek tapi-tapian. Aku saja bisa kok maafin kalian. Masak kalian gak bisa sih, maafin orang
tua kalian sendiri?” sahut Ayu dengan mengembangkan sedikit senyum manisnya.
Jono dan Joni hanya bisa tertunduk lesu menyadari kesalahannya. Suasana sempat hening
untuk beberapa saat. Hingga mulut Jono kembali terbuka untuk mengucapkan kata-kata.
“Maaf Yu, kita ngaku kalau kita salah.” Ucap Jono dengan nada sedih.
“Iya Yu, kita sadar kok. Dan kita bakalan maafin semua kesalahan orang tua kita.” Lanjut Joni.
Ayu kembali menanggapinya dengan senyuman, dan berkata.
“Kalian gak perlu minta maaf lagi kok. Tapi yang penting, ketika nanti pulang cepat minta maaf pada
orang tua kalian.”
Jono dan Joni hanya mengangguk dengan kepala masih menunduk.
4. “Ingat selalu pesanku ini, jangan pernah menuntut akan apa yang orang tuamu berikan, tapi
tuntutlah apa yang akan kamu berikan pada orang tuamu kelak.” Lanjut Ayu.
Pasangan kembar ini pun secara perlahan mulai memberanikan diri untuk menatap wajah
Ayu. Yang rupanya telah disambut pelukan hangat dari Ayu. Hingga mereka bertiga saling
berpelukan seerat layaknya persahabatan. Namun entah kenapa, tiba – tiba Ayu melepaskan
pelukannya dan kembali berucap.
“Oh iya, satu lagi yang harus kalian ingat. Jangan pernah mengungkit keburukanku ya?”
Ucapan Ayu membuat mereka bertiga larut dalam gelak tawa. Tawa bahagia yang
melupakan semua yang telah terjadi hari ini.
--END--