SlideShare a Scribd company logo
1 of 30
DIABETES MELLITUS
1. DEFENISI PENYAKIT
Diabetes Mellitus (DM) menurut bahasa berasal dari kata Yunani διαβαίνειν,
diabaínein, yaitu "tembus" atau "pancuran air", dan kata Latin mellitus, yaitu "rasa
manis") yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai
dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan
bervariasi, terutama setelah makan. Sedangkan menurut istilah Diabetes Mellitus
adalah sekelompok kelainan heterogen (gangguan multi system) yang disebabkan oleh
defesiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat yang ditandai dengan kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi.1,2
Adapun hormon-hormon yang mempengaruhi peningkatan dan pengurangan
jumlah/kadar glukosa dalam darah adalah:
1. Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang
bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan
insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan
protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin
berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.
2. Hormon berikut meningkatkan glukosa darah dan menentang insulin:
- Glukagon, disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerheans
- Epinephrine/Norepinephrine , disekresikan oleh medulla adrenal
dan jaringan kromafin
- Kortisol/glukokortiroid, disekresikan oleh korteks adrenal,dan
- Growth Hormone, disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior.
Mereka adalah hormone yang membentuk suatu pelawan mekanisme
regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia akibat pengaruh insulin
dan hormon yang meningkatkan glukosa untuk bahan bakar otot. Mereka
menyebabkan kegelisahan, kewaspadaan, ketakutan, berkeringat, dan
1
takikardia(peningkatan irama jantung). Hormon-hormon ini dilepaskan
karena stres. Oleh karena itu, pengaruh stres dapat memunculkan diabetes,
menaikkan glukosa darah, dan pada umumnya memperburuk diabetes.3,4
2. ETIOLOGI
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing
manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem
metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon
insulin sesuai kebutuhan tubuh. maka yang menjadi pertanyaan besar adalah kenapa
organ pangkreas tidak mampu memproduksi hormone insulin???, dibawah ini
beberapa etiologi/sebab sehingga organ pangkreas tidak mampu memproduksi
hormone insulin berdasarkan tipe/klasifikasi penyakit diabetes tersebut:
a. Diabetes tipe 1 (insulin dependent diabetes mellitus/ DM tergantung insulin)
 Factor-faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic ke arah terjadinya
diabetes tipe 1. Kecenderungan genetic ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA ( human leococite antigen ) tertentu. HLA
merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi
dan proses imun lainnya. 95% pasien kulit putih ( Caucasian) dengan
diabetes tipe 1 memperlihatkan tipe HLA yang spesifik ( DR3 atau DR4).
Reseiko terjadinya diabetes tipe 1 meningkat hingga lima kali lipat pada
individu yangn memiliki salah satu dari kedua tipe HLA ini. Resiko tersebut
meningkat sampai 10 hingga 20 kali lipat pada individu yang memiliki tipe
HLA DR3 maupun DR4 ( jika dibandingkan dengan populasi umum) .
 Factor-faktor imunologi
Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon otoimun.
Respon ini merupakan respon abnormal di mana anti body terarah pada
2
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seola-seolah sebagai jaringan asing. Otoantibody terhadap sel-
sel pulau langerheans dan insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat
diagnosis dibuat dan beberpa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis
diabetes tipe 1. Riset dilakukan untuk mengevaluasi efek preparat
imunosupresif terhadap perkembangan penyakit pada pasien diabetes tipe 1
yang baru terdiagnosa atau pada pasien pradiabetes (pasien dengan antibody
yang terdeteksi tetapi tidak memperlihatkan gajala klinis diabetes). Riset
lainnya menyelidiki efek protektif yang ditimbulkan insulin dengan dosis
kecil terhadap fungsi sel beta.
 Factor-faktor lingkungan
Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan factor-
faktor esternal yang dapat memicu dekstruksi sel beta. Sebagai contoh hasil
penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat
memicu proses otoimun yang menimbulkan dekstruksi (hilangnya) sel beta.
Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus
B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini
mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang
melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun (aktivasi
limfosit T reaktif terhadap antigen sel pulau kecil) dalam sel beta. Diabetes
mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli
kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.
Bahan Toksik atau Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara
langsung adalah alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk
dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkon.2,5
3
b. Diabetes tipe 2 (non-insulin-dependent diabetes mellitus/DM tidak tergantung
insulin)
Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe 2 masih belum diketahui. Factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain
itu tedapat pula factor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses
terjadinya diabetes tipe 2.
Faktor-faktor ini adalah :
• Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65
tahun)
• Obesitas ( orang yang mengalami obesitas,tubuhnya memiliki kadar
lemak yang tinggi atau berlebihan sehingga jumlah cadangan energy
dalam tubuhnya banyak begitupun dengan yang tersimpan dalam hati
dalam bentuk glikogen. Insulin merupakan hormone yang bertugas
untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah mengalami penurunan
fungsi akibat dari kerja kerasnya dalam melakukan tugas sebagai
pendistribusian glukosa sekaligus pengkompensasi dari peningkatan
glukosa darah, sehingga menyebabkan resistensi insulin dan berdampak
terjadinya DM tipe 2 )
• Riwayat keluarga2
c. Diabetes gestasional
Diabetes gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh
kehamilan, diperkirakan karena terjadinya perubahan pada metabolisme glukosa
(Hiperglikemia akibat sekresi hormone-hormon plasenta). Teori yang lain
mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut sebagai “unmasked” atau baru
ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang memiliki ciri gemuk,
riwayat keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat bayi lahir
mati, dan riwayat abortus berulang.6
4
d. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom
lainnya(DM type lain)
a. Kelainan genetik dalam sel beta seperti yang dikenali pada MODY.
Diabetes subtype ini memiliki prevalensi familial yang tinggi dan
bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien sering kali obesitas dan
resisten terhadap insulin. Kelainan genetik telah dikenali dengan baik
dalam empat bentuk mutasi dan fenotipe yang berbeda:
 MODY1 - Mutant faktor transkripsi, Hepatic Nuklir Factor-
4alpha (HNF-4a)
 MODY2 - Gangguan aktivitas glukokinase sel beta
 MODY3 - HNF-1a
 MODY4 - IPF1 (necessary for normal beta cell development
and function).
b. Kelainan genetik pada kerja insulin,menyebabkan sindrom resistensi
insulin berat dan akantonis negrikans,
c. Penyakit pada eksokrin pangkreas menyebabkan pangkreatitis kronik,
d. Penyakit endokrin seperti sindrom Chusing dan akromegali,
e. Obat-obat yang bersifat toksit terhadap ses-sel beta, dan
f. Infeksi.4
3. FACTOR PREDISPOSISI
Faktor resiko/predisposisi diabetes terbagi atas:
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti ras, etnik, riwayat
keluarga dengan diabetes, usia > 45 tahun, riwayat melahirkan bayi
dengan berat badan lahir lebih dari 4 kg, riwayat pernah menderita DM
Gestasional,riwayat berat badan lahir rendah < 2,5 kg.
2. Faktor risiko yang dapat diperbaiki: berat badan lebih (indeks massa
tubuh > 23kg/m2, kurang aktivitas fisik, hipertensi(>140/90 mmHg),
5
dislipidemia (HDL <35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl, diet
tinggi gula rendah serat.
3. Faktor risiko lain yang terkait dengan risiko diabetes: penderita
sindrom ovarium poli-kistik, atau keadaan klinis lain yang terkait
dengan ressitensi insulin, sindrom metabolik, riwayat toleransi glukosa
terganggu/glukosa darah puasa terganggu, riwayat penyakit
kardiovascular (stroke, penyempitan pembuluh darah koroner
jantung,pembuluh darah arteri kaki).5
4. KLASIFIKASI PENYAKIT
Pengetahuan mengenai fisiologi pelepasan insulin dan tindakan membantu
kita berpikir tentang patofisiologi diabetes. Serupa dengan kondisi endokrin
lainnya, kerusakan di sepanjang jalur akan menghasilkan bahan bakar yang tidak
normal terhadap metabolisme, yang akan diwujudkan terutama sebagai
hiperglikemia. Pada tahun 1997, American Diabetes Association merevisi tata
nama untuk jenis utama diabetes. Istilah insulin dependent diabetes mellitus(DM
tergantung insulin) dan non-insulin-dependent diabetes mellitus (DM tidak
tergantung insulin) dan akronim, IDDM dan NIDDM, dihilangkan. Istilah-istilah
ini telah sering membingungkan dan telah mengakibatkan pengklasifikasian pasien
berdasarkan pengobatan bukan etiologi. Klasifikasi baru berdasarkan etiologi
diabetes ditunjukkan di bawah ini:
• Diabetes Tipe 1: kerusakan sel beta pancreas pada pulau kecil langerheans
yang mengarah secara mutlak pada kekurangan insulin
o Autoimun akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta
(paling umum)
o idiopatik (jarang karena belum diketahui sumbernya)
• Diabetes Type 2: berbagai derajat resistensi insulin dan defisiensi insulin
• Diabetes Gestational ( Diabetes pada kehamilan)
• Diabetes Jenis spesifik lain :
6
o Kedewasaan diabetes muda (Mody/ Maturity onset diabetes of the
young)
 Saat ini 6 monogenetik cacat fungsi sel beta yang didefinisikan
dengan cacat pada sel islet glukokinase atau dalam berbagai
faktor transkripsi seperti HNF-1alpha, HNF-4alpha, IPF-1..
Hasil akhirnya adalah gangguan pelepasan insulin dan
hiperglikemia.
 Pola autosom dominan. Hyperglycemia onset umumnya
sebelum usia 25
o Cacat genetik fungsi insulin
 Mutan/pengaruh gen insulin, insulin terganggu akibat
kurangnya reseptor yang mengikat (jarang)
 Mutasi/kerusakan pada reseptor insulin. Sering dikaitkan
dengan acanthosis nigricans (penebalan dan perubahan warna
kulit) dan beberapa bentuk dari sindrom ovarium polikistik
(jarang)
o Penyakit eksokrin pankreas
 Perlu kerusakan luas pada pankreas untuk terjadinya diabetes
 Termasuk trauma, infeksi, fasiitis pankreatitis kronis dan
karsinoma pankreas, cystic fibrosis dan hemochromatosis
 Mungkin mekanisme lain selain pengurangan sel beta sederhana
karena kanker yang melibatkan sebagian kecil dari pankreas
dapat menyebabkan diabetes ( Parakrin penghambatan
pelepasan insulin)
o Endocrinopathies
 Termasuk acromegaly, Sindrom Cushing, glucagonoma dan
pheochromocytoma
7
 Disebabkan oleh kelebihan sekresi insulin hormon yang
menentang termasuk hormon pertumbuhan, kortisol, glukagon
dan epinefrin
o Obat / kimia induksi( juga berdampak) diabetes
 Banyak obat dapat mengganggu resistensi insulin atau sekresi
insulin cenderung menyebabkan diabetes pada individu
 Obat utama termasuk sintetis Glukokortikoid, siklosporin A,
asam nikotinat, interferon, pentamidin, kadang-kadang thiazide
diuretik
o Infeksi
 Kongenital rubella adalah virus yang paling sering terlibat
dalam pengembangan diabetes
 Coxsackievirus B, adenovirus, gondok dan sitomegalovirus
semua telah terlibat dalam mendorong kasus-kasus tertentu dari
penyakit ini.7
5. GAMBARAN KLINIK
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing
manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana
peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL ( normal 70
hingga 110 mg/dl; silvia 2005) dan air seni (urine) penderita kencing manis yang
mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti
semut.
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah
ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar
glukosa dalam darah meningkat sampai
melampaui daya serap ginjal terhadap
glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis
8
( peningkatan ekskresi air dan elektrolit) yang mana gula banyak menarik
cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi hal tersebut tubuh
menstimulasi otak ( hipotalamus) untuk menggantikan cairan yang keluar
dengan melalui rasa haus atau dengan banyak minum.
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air
kemih a kibat dari poliuri, sehingga
penderita mengalami penurunan berat
badan. Untuk mengkompensasikan hal ini
maka tubuh menstimulasi otak
( hipotalamus) sebagai pengganti kalori
yang hilang dengan melalui rasa lapar
yang luar biasa atau dengan makan banyak.
4. Ada gula dalam urine (Glycosuria)
Jika glukosa dalam darah cukup tinggi (hiperglikemia), ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,akibatnya
gukosa tersebut muncul dalam urine dan inilah yang dinamakan dengan
glukosuria. Ini dapat ditandai dengan berkerumungnya semut pada urine
beberapa saat setelah miksi.
5. Penurunan berat badan
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen
yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh
bersama mendapat peleburan zat dari
bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan
protein, karena tubuh terus merasakan
9
lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yangada di
tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien
dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus.
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan& kaki ( parestesia)
Ini disebabkan karena kenaikan kadar
glukosa darah selama bertahun-tahun telah
membawa implikasi pada etiologi
neoropati(system syaraf). Dampak
tersebut membawa perubahan biokimia
dalam jaringan syaraf dan menggannggu
kegiatan metabolic sel-sel Schwann dan menyebabkan hilangnya akson.
Kecepatan konduksi motorik akan berkurang pada tahap dini perjalanan
neuropati. Selanjutnya timbul nyeri, parestisia, berkurangya sensasi getar dan
proprioseptik dan gangguan motorik yang disertai hilangya refleks-refleks
tendon dalam,kelemahan otot dan atrofi.
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
Defesiensi insulin menyebabkan
gangguan metabolisme protein dan lemak
yang berdampak pada penurunan barat
badan dan penurunan cadangan/simpanan
kalori. Akibat dari itu tubuh memberikan
gejala berupa kelelahan.
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
Kadar gula yang tinggi dalam darah akan
menarik cairan dalam sel keluar, hal ini
akan menyebabkan sel menjadi keriput.
Keadaan ini juga terjadi pada lensa mata,
10
sehingga lensa menjadi rusak dan penderita akan mengalami gangguan
penglihatan.
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
Peningkatan kadar insulin dalam darah
memberiakan dampak pada metabolisme
dalam saluran peredaran darah dan sel-
selnya. Akibatnya proses biokimia dalam
pembekuan darah pun terganggu sehingga
ketika terjadi luka proses
penyembuhannya membutuhkan waktu yang agak lama.
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Keadaan ini bisa terjadi karena kuman
tumbuh subur akibat dari tingginya kadar
gula dalam darah. Selain itu, jamur juga
sangat menikmati tumbuh pada darah yang
tinggi kadar glukosanya.1,2,4,5
11
6. PATOFISIOLOGI DARI GAMBARAN KLINIK
Berdasarkan tipe/ pengklasifikasian pada penyakit diabetes mellitus, maka
perjalan penyakit mulai dari etiologi sampai komplikasinya dapat dilihat
berdasarkan skema sebagai berikut :
1. Diabetes Type 1
Diabetes Type 1
Factor Genetik Faktor Imunologis Faktor Lingkungan
Type Antigen HLA Otoimun Virus,Bakteri, Toksik
(Human Leucosite Antigen)
Otoimun
DR3 &DR4
Kerusakan sel B pada pangkreas
Defisiensi insulin
Hiperglikemia
Glukosuria
Diuresis osmotic
P3 ( Poliuria,polidipsi,polipagia)
Ketoasidosis
Ph menurun
Asidosis
12
Koma
Kematian
Penjelasan :
Diabetes type 1 atau yang biasa dikenal dengan insulin defenden diabetes
mellitus (diabetes yang membutuhkan insulin) ini terjadi disebabkan oleh beberapa
factor antara lain factor genetik ( Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau
diawariskan, bukan ditularkan. Anggota keluarga penderita DM (diabetisi) memiliki
kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota
keluarga yang tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM
merupakan penyakit yangterpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-
laki menjadi penderitasesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang
membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya) , factor imunologi (Adanya
respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel
pulau Langerhans dan insulin endogen), dan factor lingkungan (Virus penyebab DM
adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeks
sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa
juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya
otoimun dalam sel beta. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi.
Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM). 8
Dimana factor ini berdampak pada kerusakan sel beta pada pangkreas. Ini terjadi
ketika sel beta pangkreas melakukan suatu aktivitas biokimia dalam hal ini proses
peningkatan kadar insulin untuk menurunkan kadar glukosa dalam tubuh, oleh system
imun membaca/menterjemahkannya sebagai virus (benda asing ) sehingga terjadilah
proses autoimunitas (pengrusakan) terhadap sel beta pangkreas tersebut yang
mengakibatkan terjadinya defesiensi insulin ( ketidakmampuan menghasilkan insulin).
13
Akibat hal tersebut maka pengkompensasian terhadap peningkatan glukosa dalam
sirkulasi darah terganggu hasilnnya terjadilah hiperglikemia (glukosa dalam darah
tinggi). Jika konsentrasi gukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul
dalam urine yang disebut dengan glukosuria. Ketika glukosa diekskresikan ke dalam
urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Keadaan ini dinamakan dengan diuresis osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan
cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus ( polidipsia).
Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifaglia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pemecahan glukosa baru dari asam –
asam amino serta substansi lain), namun pada penderita defiisiensi insulin proses ini
akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Di
samping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan produksi badan keton
yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam
yang menggaanggu keseimbangan asam – basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis diabetic yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda – tanda dan
gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan
bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.2
2. Diabetes Type II
Diabetes Mellitus type II
14
Usia Obesitas Riwayat Keluarga
30 tahun G. pada reseptor merusak sel beta pancreas
Hiperglikemia
Resistensi Insulin
Glkosuria
Osmotic diuresis
Dehidrasi
hemokonsentrasi
ateroskerosis
makrovaskuler mikrovaskuker
jantung cerebral ekstremitas retina ginjal
infark stroke gangrene retinopati nefropati
miokard
gangguan intensitas gangguan penglihatan gangguan pada ginjal
kulit
resiko injury(sekarat)
Penjelasan :
Pada diabetes tipe II atau yang biasa disebut dengan non insulin defenden
diabetes melitus ( diabetes yang tidak membutuhkan insulin) merupakan penyakit
yang disebabkan oleh beberapa factor juga antara lain Usia, Obesitas,dan Riwayat
Keluarga. Dimana factor tersebut akan mempengaruhi proses peningkatan kadar
glukosa dalam tubuh. Peningkatan kadar glukosa dalam darah secara terus-menerus
menyebabkan penurunan fungsi terhadap hormone insulin dimana tugas dari insulin
ini berfungsi untuk mengedarkan glukosa kepermukaan sel untuk metabolisme sel
15
tersebut. Sehingga yang seharusnya glukosa tersebut diedarkan kesetiap sel malah
berkurang akibat penurunan fungsi insulin sebagai akibatnya kadar glukosa secara
terus-menerus mengalami penigkatan.
Ginjal merupakan tempat penyaring hasil dari sekresi dalam tubuh tidak
mampu lagi menyerap glukosa akibat dari hiperglikemia tersebut dan akibatnya
glukosa tersebut terekskresi bersama dengan urine ( glukosuria). Untuk meringankan
kerja dari dari ginjal dalam pengeluaran glukosa maka terjadi penyerapan air dan
elektrolik dalam ginjal untuk mengencerkan glukosa, sehingga urine keluar secara
encer bersama air, elektronik dan zat-zat yang lainnya. Karena urine keluar secara
terus menerus bersama dengan air dan elektrolik maka tubuh mengalami kekurangan
cairan akibatnya terjadi dehidrasi. Efek dari dehidrasi tersebut menyebabkan volume
cairan dalam vaskuler berkurang sehingga darah bersifat lebih kental sehingga
mempengaruhi proses sirkulasi darah dalam tubuh.
Gangguan fungsi insulin itu juga mengakibatkan gangguan metabolisme lemak
(dislipidemia). Hal tersebut dapat dilihat dari terjadinya peningkatan kadar kolesterol
total, kolesterol-kolesterol jahat (LDL), trigliserida, namun disertai penurunan
kolesterol HDL (kolesterol baik). Akibat dari peningkatan kolesterol jahat tersebut
mengakibatkan terdapatnya plak-plak berupa lemak yang mengendap dalam
pembuluh darah arteri yang berefek pada gangguan pada sirkulasi darah atau yang
biasa disebut dengan aterosklerosis. Akibat dari aterosklerosis tersebut berdampak
pada perubahan dan gangguan pada daerah makrovaskuler dan microvaskuler. Untuk
daerah macrovaskuler (pembuluh darah besar) yang berpengaruh adalah organ
jantung, serebral dan daerah ekstremitas (pergerakan) . khusus untuk organ jantung,
aterosklerosis menyebabkan penyakit arteri koroner dalam hal ini infark miocard
( gagal jantung) ini disebabkan karena kurangnya suplai oksigen terhadap sel-sel
jantung akibat dari sumbatan pada daerah pembuluh darah arteri koronaria. Dan
untuk daerah cerebral, akan berdampak pada penyakit stroke. Ini disebabkan Karena
perubahan aterosklerosis dalam pembuluh darah serebral atau pembentukan embolus
16
di tempat lain dalam system pembuluh darah yang kemudian terbawa aliran darah
sehingga terjepit dalam pembuluh darah serebral yang menimbulkan serangan iskemia
sepintas ( tidaknya adanya aliran darah) dan menyebabkan stroke. Sedangkan untuk
daearah ekstremitas (pergerakan), akan berdampak pada pembentukan gangren yang
disebabkan oleh sirkulasi yang buruk akibat dari sumbatan pada saluran peredaran
darah yang mengarah pada daerah ekstremitas khususnya bagian bawah ( distal) selain
itu pula adanya gangguan kemampuan leukosit terhadap penghancuran bakteri yang
berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka yang lama dan akibatnya akan terjadi
gangren serta berpotensi untuk diamputasi.2,8
Untuk daerah microvaskuler yang berpengaruh adalah daerah retina
(penglihatan) dan daerah ginjal. Khusus untuk daerah retina ( penglihatan ), akan
berdampak pada penyakit retinopati ini disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-
pembuluh darah kecil pada retina mata dimana retina merupakan bagian mata yang
menerima bayangan dan mengirimkan informasi tentang bayangan tersebut ke otak.
Bagian ini mengandung banyak sekali pembuluh darah dari berbagai jenis seperti
pembuluh darah arteri serta vena yang kecil,arteriol, venula dan kapiler. Dan
pembuluh darah inilah yang merupakan pusat sumbatan sehingga berpengaruh
terhadap gangguan penglihatan dan jika ini berlangsung lama tanpa ada tindakan yang
progresif maka akan berpotensi terhadap kebutaan. Sedangkan untuk daerah ginjal,
akan berdampak pada penyakit nefropati ini disebabkan oleh glukosuria yang terus
menerus sehingga mekanisme filtrasi ginjal mengalami stress yang menyebabkan
kebocoran protein darah ke dalam urine. Sebagai akibatnya, tekanan dalam pembuluh
darah ginjal meningkat . kenaikan tekanan tersebut diperkirakan diperkirakan berperan
sebagai stimulus untuk terjadinya nefropati. Jika tubuh membentuk zat keton lalu
terjadi nefropati maka ginjal akan berdampak pada penurunan fungsi yang berpotensi
pada gagal ginjal.2
3. Diabetes Gestational
Diabetes Gestational
17
kehamilan
meningkatnya beberapa eksresi hormon
meningkatnya suplai asam amino dan glukosa
hyperglikemia
bayi lahir sangat besar persalinan bedah cesar kelahiran mati bayi hipoglikemia
dan kelahiran yang sakit
Penjelasan :
Diabetes gestasional (diabetes kehamilan) terjadi pada wanita yang tidak
menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan
akibat dari perubahan hormon: estrogen-progesteron, plasenta laktogen, insulinase
plasenta yang merusak insulin ibu hamil. Sehingga menyebabkan retensi insulin yang
berdampak pada peningkatan suplai asam amino dan glukosa (hiperglikemia).
Jika diabetes tidak terkontrol saat kehamilan maka pada saat melahirkan akan
disertai dengan peningkatan insiden makrosomia ( bayi lahir sangat besar), persalinan
dan kelahiran yang sulit, bedah sesar serta kelahiran mati. Selain itu pula akan
berdampak pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita hiperglikemia dapat
mengalami hipoglikemia pada saat lahir . keadaan ini dapat terjadi karena pangkreas
bayi yang normal telah mensekresi insulin untuk mengimbangi keadaan hiperglikemia
ibu.2
7. PEMERIKSAAN
a. Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi
18
Adalah pemeriksaan dengan cara melihat, Sebagai contoh pemeriksaan pada
mata, inspeksi dan peilaian fungsi mata sangat penting pada tiap pemeriksaan
mata untuk penderita diabetes mellitus.
Inspeksi iris, skelra dan kornea, periksa sclera untuk melihat
peradangan dan perubahan warna. Kornea dapat diperiksa secara lengsung atau
dengan bantuan oftalmoskop, ia tidak mengandung pembuluh darah sama
sekali dan mempunyai benyak persarafan. Iris normal harus bulat dan simetris.
 Palpasi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara meraba. Adapun daerah yang
dipalpasi adalah bagian ekstremitas tungkai bawah apakah terdapat benjolan
atau tidak. Jika terdapat benjolan maka akan berpotensi terhadap terjadinya
gangren ( dekubitus ).
 Perkusi
Adapun bagian yang diperkusi adalah bagian abdomen. Untuk mengetahui
apakah bagian tersebut dirasakan nyeri atau tidak oleh pasien.
 Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mendengar untuk
memeriksa jantung karena komplikasi pada pasien diabetes mellitus. Untuk
mengetahui tekanan darah pada pasien DM. 2
b. Pemeriksaan Penunjang
Tujuan pemeriksaan laboratorium pada DM adalah : menetapkan diagnosa,
mengikuti perjalanan penyakit, kontrol terapi dan deteksi dini adanya kelainan
akibat DM.
19
• Pemeriksaan kadar gula darah.
Cara yang dianjurkan adalah cara enzimatik, dan yang banyak digunakan
dalam laboratorium adalah cara glukosa oksidase. Cara lain adalah cara o-
toluidine. Kedua cara ini dianggap memberi hasil yang mendekati kadar glukosa
sesungguhnya.
Cara-cara seperti Somogyi-Nelson, ferricyanida dan neoc roine dapat pula
memberi hasil yang setara dengan cara-cara enzimatik jika diterapkan pada
autoanalyser atau alat sejenis. Nilai-nilai yang diperoleh dengan menggunakan
darah lengkap ± 15% lebih rendah daripada plasma kecuali pada anemia. Harus
pula diperhatikan asal pengambilan bahan. Darah kepiler memberi nilai yang 7%
lebih tinggi dari darah vena pada keadaan puasa, sedangkan 2 jam pp perbedaan
ini mencapai ± 8%. Pemeriksaan menggunakan tes strip (glucose oxidase) boleh
digunakan untuk bed side test, tetapi pemakai strip harus hati-hati akan
kemungkinan hasil yang kurang tepat karena penyimpanan strip yang kurang baik.
Cara ini umumnya dinilai secara semikuantitatif, tetapi dapat pula dinilai dengan
menggunakan alat pengukur yang khusus.
• Tes toleransi glukosa (TTG).
Untuk percobaan ini umumnya tidak diperlukan persiapan khusus, kecuali jika
penderita sedang menjalani diet rendah karbohidrat yang sangat ketat. Pada
mereka yang menjalani diet 125 g karbohidrat atau kurang, dianjurkan agar 3 hari
sebelum percobaan dilakukan, menggunakan paling kurang 150g karbohidrat.
Percobaan dimulai setelah puasa selama 10—14 jam dengan pengambilan darah
puasa, setelah itu penderita diberi 75 g glukosa dalam 250--350 ml air untuk
diminum dalam 5--15 menit. Jumlah glukosa yang diberikan pada beberapa
laboratorium 50 g, ada pula yang memberi 100 g. Perbedaan ini memberi selisih
hasil kira-kira 0.15 g/l pada nilai gula darah pp. 2 jam. dibandingkan dengan
pemberian gula 75 g. Dua jam setelah pemberian glukosa, dilakukan pengambilan
20
sample pp. Ada pula lab oratorium yang menguji kadar gula 1jam pp disamping 2
jam pp. Harus diperhatikan bahwa selama percobaan dilangsungkan penderita
tidak boleh merokok dan bahwa obat-obat serta faktor-faktor lain dapat
mempengaruhi hasil TTG.
• Pemeriksaan gula urin.
Pada penderita insulin-dependent diabetes mellitus, urin diperiksa tiap kali
sebelum makan dan sebelum tidur untuk membantu kontrol penggunaan insulin.
Penderita dengan kadar gula yang stabil cukup melakukannya 2 hari dalam satu
minggu, sedangkan pada hari hari lainnya diperiksa urin puasa. Pemeriksaan urin
pagi dan malam sudah cukup untuk penderita non-insulin dependent diabetes
mellitus, bahkan jika terkontrol cukup diperiksa sekali sehari. Penggunaan tes strip
sangat membantu penderita untuk melakukan pemeriksaan-pemeriksaan tersebut
di rumah.
• Penetapan albumin urin
Penetapan ini dilakukan sekali atau dua kali setahun, cukup dengan
menggunakan strip atau memasak urin hingga mendidih, jika tidak dapat diperiksa
dengan cara sulfosalisil.9
Interpretasi Hasil Tes
Tes Sampel Bukan DM
(mg/dl)
Belum pasti
DM (mg/dl)
DM
(mg/dl)
GDS Plasma Vena < 110 110-199 ≥ 200
Darah Kapiler < 90 90-199 ≥ 200
GDP Plasma Vena < 110 110-125 ≥ 126
Darah Kapiler < 90 90-199 ≥ 110
GD2PP Plasma Vena < 140 140-200 > 200
Darah Kapiler <200 120-200 > 200 10
8. PENGOBATAN DAN FOLLOW UP
21
a. Pengobatan
1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
Saat ini dikenal obat OHO yaitu:
• Golongan sulphoniluria (generasi 1,2,3) misalnya Daonil,DiamicronAmaryl
• Golongan biguanid, misalnya glucophage
• Golongan alphaglukosidase inhibitor misalnya Glucobay
• Thiazolidiones ,pioglitazone (Actos), rosiglitazone (Avandia)
• Glinid repaglinid, misalnya Novonorm
• Incretin/penghambat enzim DPP-4, sitagliptin (Januvia), vidagliptin
(Galvus)
Obat insulin efek pendek, efek menengah dan efek panjang dan insulin
campuran saat ini jarang dipakai karena adanya insiden insulin hipoglikemia
yang tinggi pada lansia.
2. Terapi sulih insulin
Pada diabetes tipe I, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin
sehingga harus diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat
dilakukan melalui suntikan, insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga
tidak dapat diberikan per-oral (ditelan). Bentuk insulin yang baru (semprot
hidung) sedang dalam penelitian. Pada saat ini, bentuk insulin yang baru ini
belum dapat bekerja dengan baik karena laju penyerapannya yang berbeda
menimbulkan masalah dalam penentuan dosisnya.
Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di
lengan, paha atau dinding perut. Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak
terasa terlalu nyeri.
Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki
kecepatan dan lama kerja yang berbeda:
22
1. Insulin kerja cepat.
Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling
sebentar.
Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit,
mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam.
Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani
beberapa kali suntikan setiap harinya dan disutikkan 15-20 menit sebelum
makan.
2. Insulin kerja sedang.
Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan.
Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam
waktu 6-10 jam dan bekerja selama 18-26 jam.
Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk memenuhi kebutuhan
selama sehari dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi
kebutuhan sepanjang malam.
3. Insulin kerja lama.
Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan.
Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam. Sediaan
insulin stabil dalam suhu ruangan selama berbulan-bulan sehingga bisa
dibawa kemana-mana.
Pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung kepada:
 Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya
 Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan
menyesuaikan dosisnya
 Aktivitas harian penderita
 Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya
 Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari.
23
Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sehari sekali
dari insulin kerja sedang. Tetapi sediaan ini memberikan kontrol gula darah
yang paling minimal.
Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2 jenis
insulin, yaitu insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan kedua
diberikan pada saat makan malam atau ketika hendak tidur malam.
Kontrol yang paling ketat diperoleh dengan menyuntikkan insulin kerja
cepat dan insulin kerja sedang pada pagi dan malam hari disertai suntikan
insulin kerja cepat tambahan pada siang hari.
Suntikan sering menyebabkan terbentuknya endapan lemak (sehingga kulit
tampak berbenjol-benjol) atau merusak lemak (sehingga kulit berlekuk-
lekuk).
Komplikasi tersebut bisa dicegah dengan cara mengganti tempat
penyuntikan dan mengganti jenis insulin.
b. Follow Up
1. Penatalaksanaan Diet
Diet pada penderitae diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian
antara lain :
a) Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %,
lemak 30 %, protein 20 %.
b) Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
c) Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
d) Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan
gangguan faal ginjal.
• Indikasi diet A :Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus
pada umumnya.
• Indikasi diet B :Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :
a) Kurang tahan lapar dengan dietnya.
24
b) Mempunyai hyperkolestonemia.
c) Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami
cerobrovaskuler acident (cva) penyakit jantung koroner.
d) Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati
diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata.
e) Telah menderita diabetes dari 15 tahun
• Indikasi diet B1
Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet
protein tinggi, yaitu penderita diabetes terutama yang :
a) Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip
idemia.
Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90
%..Masih muda perlu pertumbuhan.
b) Mengalami patah tulang.
c) Hamil dan menyusui.
d) Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis.
e) Menderita tuberkulosis paru.
f) Menderita penyakit graves (morbus basedou).
g) Menderita selulitis.
h) Dalam keadaan pasca bedah.
Indikasi tersebut di atas selama tidak ada kontra indikasi
penggunaan protein kadar tinggi.
• Indikasi B2 dan B3
• Diet B2
Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik
yang klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt.
 Sifat-sifat diet B2
25
a. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein
kurang.
b. Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein
dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial.
c. Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300
kalori / hari.
• Diet B3
Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal kronik
yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt
 Sifat diet B3
a. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari).
b. Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40
gram/hari.
c. Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori
dan 2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein).
d. Tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
e. Dipilih lemak yang tidak jenuh.
Semua penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang
dilaksanakan secara teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah
makan. Juga dianjurkan untuk melakukan latihan ringan setiap hari, pagi
dan sore hari dengan maksud untuk menurunkan BB.
2. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secar teratur 3 -4 x tiap minggu selama ½
jam.
Latihan dapat dijadikan pilihanadalah jalan kaki, joging, lari, renang,
bersepeda dan mendayung.
Tujuan latihan fisik bagi penderita DM :
26
1). Insulin dapat lebih efektif
2). Menambah reseptor insulin
3). Menekankenaikan berat badan
4). Menurunkan kolesterol trigliseriid dalam darah
5). Meningkatkan aliran darah
3. Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan meliputi pengertian, penye -bab, tanda gejala, jenis
atau macamnya, komplikasi, pena -talaksanaan pada penderita DM.8
9. PROGNOSIS
• Baik : pasien yang mengidap penyakit Diabetes Mellitus bisa
mendapatkan kesempatan hidup yang lebih lama jikalau dia tetap
mempertahankan kadar glukosa pada level yang yang normal sedapat mungkin.
Dengan control glikemia yang teratur maka komplikasi mikrovaskular dan
neurophaty akan berkurang. Dan juga, jikalau hipertensi dan hyperlipidemia
tetap dijaga dalam keadaan normal maka akan mengurangi komplikasi penyakit
makrovaskular.11
• Kurang baik : pada pasien Diabetes Melitus usia lanjut yang jatuh dalam
keadaan koma hipoklikemik atau hiperosmolas, prognosisnya kurang baik.
• Buruk : Hipoklikemik pada pasien usia lanjut biasanya berlangsung
lama dan serius dengan akibat kerusakan otak yang permanen. Karena
hiporesmolas adalah komplikasi yang sering ditemukan pada usia lanjut dan
angka kematiannya tinggi.10
27
10. KOMPLIKASI
Organ/jaringan yg
terkena
Yang terjadi Komplikasi
Pembuluh darah
Plak aterosklerotik terbentuk &
menyumbat arteri berukuran
besar atau sedang di jantung,
otak, tungkai & penis.
Dinding pembuluh darah kecil
mengalami kerusakan sehingga
pembuluh tidak dapat
mentransfer oksigen secara
normal & mengalami kebocoran
Sirkulasi yg jelek menyebabkan
penyembuhan luka yg jelek & bisa
menyebabkan penyakit jantung,
stroke, gangren kaki & tangan,
impoten & infeksi
Mata
Terjadi kerusakan pada
pembuluh darah kecil retina
Gangguan penglihatan & pada
akhirnya bisa terjadi kebutaan
Ginjal
 Penebalan pembuluh darah
ginjal
 Protein bocor ke dalam air
kemih
 Darah tidak disaring secara
normal
Fungsi ginjal yg buruk
Gagal ginjal
Saraf
Kerusakan saraf karena glukosa
tidak dimetabolisir secara
normal & karena aliran darah
berkurang
 Kelemahan tungkai yg terjadi
secara tiba-tiba atau secara perlahan
 Berkurangnya rasa, kesemutan
& nyeri di tangan & kaki
 Kerusakan saraf menahun
28
Sistem saraf otonom
Kerusakan pada saraf yg
mengendalikan tekanan darah &
saluran pencernaan
Tekanan darah yg naik-turun
 Kesulitan menelan & perubahan
fungsi pencernaan disertai
serangan diare
Kulit
Berkurangnya aliran darah ke
kulit & hilangnya rasa yg
menyebabkan cedera berulang
 Luka, infeksi dalam (ulkus
diabetikum)
 Penyembuhan luka yg jelek
Darah Gangguan fungsi sel darah putih
Mudah terkena infeksi, terutama
infeksi saluran kemih & kulit
Jaringan ikat
Gluka tidak dimetabolisir secara
normal sehingga jaringan
menebal atau berkontraksi
 Sindroma terowongan karpal
Kontraktur Dupuytren8
DAFTAR PUSTAKA
1. Wikipedia. Diabetes Mellitus .(http//www.Wikipedi ensiklopedia / Diabetes
Mellitus .com). 2009. last updated 20 september 2009 jam 20:00 wita
29
2. Brunner,Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 th
vol 2. Kedokteran EGC:
Jakarta. 2001.
3. Anonymous. Pathophysiology of Diabetes Mellitus .( http://www.
Pathophysiology of Diabetes Mellitus.blog.com).2008. last updated 25
september 2009 jam 16:00 wita
4. Sylvia, Wilson. Patofisiologi, edisi 6 th
vol 2. Kedokteran EGC : Jakarta. 2005
5. Anonymous. Diabetes Mellitus. (http://diabetes-mellitus-dm.blogspot.com/2008/02).
2008.Last update 25 September 2009 jam 16:00 wita
6. Depkes. Diabetes Dalam Kehamilan .(http://www.Depkes.go.id/).2008.last
updated 20 september 2009 jam 20:00 wita
7. Anonymous. Pathofisiologhy of Endocrinology. (http://OCW Home /
Pathophysiology of Endocrinology,/co.id)/). 2005. last updated 25
September 2009 pukul 16.00 wita
8. Medicastor. Patofisiologi Diabetes Mellitus. (http://www.medicastor.diabetes.
2008.com).2008. last updated 25 September jam 16:00 2009
9. Kusnandar Simon . Pemeriksaan Laboratorium Pada Diabetes Mellitus.(http:///
www. Kalbe. Com). 2008. Last updated 25 sepetember 16:00 wita
10. Anonymous. Diabetes Mellitus. www.Ilmu keperawatan.com.2009. last updated 25
september jam 16:00 Wita
11. Votey scott R. Follow Up Diabetes Mellitus Type 1. http//: www.emedicine .com.
2009. Last updated 25 september jam 16:00 wita
30

More Related Content

What's hot

Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"Daniel Gani
 
Diabetes Melitus - Presentasi untuk Para KARYAWAN PERKANTORAN di JAKARTA, IND...
Diabetes Melitus - Presentasi untuk Para KARYAWAN PERKANTORAN di JAKARTA, IND...Diabetes Melitus - Presentasi untuk Para KARYAWAN PERKANTORAN di JAKARTA, IND...
Diabetes Melitus - Presentasi untuk Para KARYAWAN PERKANTORAN di JAKARTA, IND...Mangatas Manalu-Tiga
 
Diabetes mellitus pada lansia
Diabetes mellitus pada lansiaDiabetes mellitus pada lansia
Diabetes mellitus pada lansiaVerar Oka
 
Asuhan keperawatan diabetes melitus
Asuhan keperawatan diabetes melitusAsuhan keperawatan diabetes melitus
Asuhan keperawatan diabetes melitusYesi Tika
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSAulia Kauri
 
PROGRAM KAWALAN PENYAKIT DIABETES
PROGRAM KAWALAN PENYAKIT DIABETESPROGRAM KAWALAN PENYAKIT DIABETES
PROGRAM KAWALAN PENYAKIT DIABETESMuhammad Nasrullah
 
Diabetes mellitus pada lanjut usia
Diabetes mellitus pada lanjut  usiaDiabetes mellitus pada lanjut  usia
Diabetes mellitus pada lanjut usiaPiTria HaYati
 
Diabetes mellitus (Kuliah drRon)
Diabetes mellitus (Kuliah drRon)Diabetes mellitus (Kuliah drRon)
Diabetes mellitus (Kuliah drRon)doctorronz7
 
Komplikasi akut diabetes
Komplikasi akut diabetesKomplikasi akut diabetes
Komplikasi akut diabetesfikri asyura
 
Diabetes mellitus
Diabetes mellitusDiabetes mellitus
Diabetes mellitusobedada
 
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...Operator Warnet Vast Raha
 

What's hot (19)

Diabetes
DiabetesDiabetes
Diabetes
 
Ppt farmakologi diabetes
Ppt farmakologi diabetesPpt farmakologi diabetes
Ppt farmakologi diabetes
 
Dm
DmDm
Dm
 
Diabetes mellitus
Diabetes mellitusDiabetes mellitus
Diabetes mellitus
 
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"
Makalah tentang penyakit diabetes melitus "pembahasan"
 
Diabetes Melitus
Diabetes MelitusDiabetes Melitus
Diabetes Melitus
 
Diabetes Melitus - Presentasi untuk Para KARYAWAN PERKANTORAN di JAKARTA, IND...
Diabetes Melitus - Presentasi untuk Para KARYAWAN PERKANTORAN di JAKARTA, IND...Diabetes Melitus - Presentasi untuk Para KARYAWAN PERKANTORAN di JAKARTA, IND...
Diabetes Melitus - Presentasi untuk Para KARYAWAN PERKANTORAN di JAKARTA, IND...
 
Diabetes mellitus pada lansia
Diabetes mellitus pada lansiaDiabetes mellitus pada lansia
Diabetes mellitus pada lansia
 
Asuhan keperawatan diabetes melitus
Asuhan keperawatan diabetes melitusAsuhan keperawatan diabetes melitus
Asuhan keperawatan diabetes melitus
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
 
PROGRAM KAWALAN PENYAKIT DIABETES
PROGRAM KAWALAN PENYAKIT DIABETESPROGRAM KAWALAN PENYAKIT DIABETES
PROGRAM KAWALAN PENYAKIT DIABETES
 
Diabetes melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe 1Diabetes melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe 1
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Diabetes mellitus pada lanjut usia
Diabetes mellitus pada lanjut  usiaDiabetes mellitus pada lanjut  usia
Diabetes mellitus pada lanjut usia
 
Diabetes mellitus (Kuliah drRon)
Diabetes mellitus (Kuliah drRon)Diabetes mellitus (Kuliah drRon)
Diabetes mellitus (Kuliah drRon)
 
Komplikasi akut diabetes
Komplikasi akut diabetesKomplikasi akut diabetes
Komplikasi akut diabetes
 
Diabetes mellitus
Diabetes mellitusDiabetes mellitus
Diabetes mellitus
 
Dm bab 1 5
Dm bab 1 5Dm bab 1 5
Dm bab 1 5
 
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...
Asuhan keperawatan pada pasien lanjut usia dengan diabetes mellitus AKPER PEM...
 

Viewers also liked

Penyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitusPenyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitusYunita Manurung
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSMenanti Senja
 
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..Falah123
 
askep diabetes melitus
askep diabetes melitusaskep diabetes melitus
askep diabetes melitusSo Ra
 
Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)
Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)
Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)Nurul Khomariyah Eka Putry
 
Mengenal Diabetes Mellitus
Mengenal Diabetes MellitusMengenal Diabetes Mellitus
Mengenal Diabetes Mellitusjasmine2688
 
Diabetes powerpoint
Diabetes powerpointDiabetes powerpoint
Diabetes powerpointmldanforth
 
Batuk berdarah by tina n
Batuk berdarah by tina nBatuk berdarah by tina n
Batuk berdarah by tina nTina Novianty S
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrinAsuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrinOperator Warnet Vast Raha
 
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Operator Warnet Vast Raha
 

Viewers also liked (20)

Penyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitusPenyuluhan diabetes mellitus
Penyuluhan diabetes mellitus
 
Diabetes Mellitus
Diabetes MellitusDiabetes Mellitus
Diabetes Mellitus
 
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUSLAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MELITUS
 
Epidemiologi Diabetes Mellitus
Epidemiologi Diabetes MellitusEpidemiologi Diabetes Mellitus
Epidemiologi Diabetes Mellitus
 
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..
Asuhan keperawatan pada luka diabetes mellitus..
 
askep diabetes melitus
askep diabetes melitusaskep diabetes melitus
askep diabetes melitus
 
Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)
Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)
Skripsi nurul khomariyah eka putri (092.101.030)
 
Mengenal Diabetes Mellitus
Mengenal Diabetes MellitusMengenal Diabetes Mellitus
Mengenal Diabetes Mellitus
 
Diabetes
DiabetesDiabetes
Diabetes
 
Diabetes powerpoint
Diabetes powerpointDiabetes powerpoint
Diabetes powerpoint
 
Gastisional diabetes mellitus (GDM) dengan SAP
Gastisional diabetes mellitus (GDM) dengan SAPGastisional diabetes mellitus (GDM) dengan SAP
Gastisional diabetes mellitus (GDM) dengan SAP
 
Kesehatan 6 penyakit stroke
Kesehatan 6   penyakit strokeKesehatan 6   penyakit stroke
Kesehatan 6 penyakit stroke
 
Batuk berdarah by tina n
Batuk berdarah by tina nBatuk berdarah by tina n
Batuk berdarah by tina n
 
Askep stroke
Askep strokeAskep stroke
Askep stroke
 
Diare
DiareDiare
Diare
 
Askep diabetes-melitus (1)
Askep diabetes-melitus (1)Askep diabetes-melitus (1)
Askep diabetes-melitus (1)
 
Makalah stroke
Makalah strokeMakalah stroke
Makalah stroke
 
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrinAsuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin
 
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
Asuhan keperawatan diabetes mellitus AKPER PEMKAB MUNA
 
100681759 skripsi-keperawatan
100681759 skripsi-keperawatan100681759 skripsi-keperawatan
100681759 skripsi-keperawatan
 

Similar to DM TIPE

Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusWarnet Raha
 
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes MelitusAsuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes Melituspjj_kemenkes
 
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes MelitusAsuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes Melituspjj_kemenkes
 
P2 Diabetes Mellitus.pdf
P2 Diabetes Mellitus.pdfP2 Diabetes Mellitus.pdf
P2 Diabetes Mellitus.pdfSenseiRita
 
Pharmaclass 4 dm-dikonversi
Pharmaclass 4   dm-dikonversiPharmaclass 4   dm-dikonversi
Pharmaclass 4 dm-dikonversiSarjonoNew
 
mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...
mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...
mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...elizarman
 
Diabetes militus
Diabetes militusDiabetes militus
Diabetes militusanggo888
 
367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnn
367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnn367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnn
367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnnAllyaNurKhalifah1
 
Tutor Endokrin sindrom metabolik sindrom metabolik.docx
Tutor Endokrin sindrom metabolik  sindrom metabolik.docxTutor Endokrin sindrom metabolik  sindrom metabolik.docx
Tutor Endokrin sindrom metabolik sindrom metabolik.docxUswaTulFajri
 

Similar to DM TIPE (20)

Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatanAsuhan keperawatan
Asuhan keperawatan
 
Askep gadar akbid paramata muna
Askep gadar akbid paramata muna Askep gadar akbid paramata muna
Askep gadar akbid paramata muna
 
Askep gadar akbid paramata muna
Askep gadar akbid paramata muna Askep gadar akbid paramata muna
Askep gadar akbid paramata muna
 
Askep gadar AKPER PEMKAB MUNA
Askep gadar  AKPER PEMKAB MUNA Askep gadar  AKPER PEMKAB MUNA
Askep gadar AKPER PEMKAB MUNA
 
Sistem endokrin
Sistem endokrinSistem endokrin
Sistem endokrin
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Kaki diabetik
Kaki diabetikKaki diabetik
Kaki diabetik
 
Satpel diabetes melitus
Satpel diabetes melitusSatpel diabetes melitus
Satpel diabetes melitus
 
Makalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitusMakalah diabetes melitus
Makalah diabetes melitus
 
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes MelitusAsuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
 
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes MelitusAsuhan Keperawatan Diabetes Melitus
Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus
 
P2 Diabetes Mellitus.pdf
P2 Diabetes Mellitus.pdfP2 Diabetes Mellitus.pdf
P2 Diabetes Mellitus.pdf
 
Pharmaclass 4 dm-dikonversi
Pharmaclass 4   dm-dikonversiPharmaclass 4   dm-dikonversi
Pharmaclass 4 dm-dikonversi
 
farmakoterapi penyakit DM.pptx
farmakoterapi penyakit DM.pptxfarmakoterapi penyakit DM.pptx
farmakoterapi penyakit DM.pptx
 
Diabetes mellitus
Diabetes mellitusDiabetes mellitus
Diabetes mellitus
 
mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...
mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...
mengenal-diabetes-mellitus-tipe-1-dan-tipe-2-dari-anatomi-hingga-pencegahan-2...
 
Diabetes militus
Diabetes militusDiabetes militus
Diabetes militus
 
367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnn
367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnn367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnn
367727836-PPT-DM.pptxjnnnnjnnnñnnnnnnnnnnn
 
Tutor Endokrin sindrom metabolik sindrom metabolik.docx
Tutor Endokrin sindrom metabolik  sindrom metabolik.docxTutor Endokrin sindrom metabolik  sindrom metabolik.docx
Tutor Endokrin sindrom metabolik sindrom metabolik.docx
 

Recently uploaded

Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptAyuMustika17
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxUswaTulFajri
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxgastroupdate
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxawaldarmawan3
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiAviyudaPrabowo1
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisRachmandiarRaras
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionolivia371624
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfSuryani549935
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...WulanNovianti7
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxrobert531746
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptRaniNarti
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxLinaWinarti1
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFRisaFatmasari
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxnadiasariamd
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilancahyadewi17
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppticha582186
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikSyarifahNurulMaulida1
 

Recently uploaded (17)

Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.pptGizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
Gizi-dalam-Daur-Kehidupan-Pertemuan-3.ppt
 
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptxB-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
B-01 Cushing's Syndrome Cushing's Syndrome..pptx
 
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptxHIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
HIV/ AIDS PENYULUHAN untuk awam [1].pptx
 
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptxKDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
KDM NUTRISI, AKTUALISASI, REWARD DAN PUNISHMENT.pptx
 
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologiBIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
BIOLOGI RADIAsi, biologi radiasi, biologi
 
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosisAbses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
Abses paru - Diagnosis, tatalaksana, prognosis
 
oscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung functionoscillometry for assessing lung function
oscillometry for assessing lung function
 
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdfD3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
D3_FITKES_FAKTOR KHASIAT OBAT Dalam Penggunaan Obat.pdf
 
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
ilide.info-infanticide-ampamp-aborsi-biko-pr_35775a8caae77ecbd6b2ac17ada4ce15...
 
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptxRENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
RENCANA PEMASARAN untuk bidang rumah sakit.pptx
 
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.pptALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
ALAT KONTRASEPSI DAN MACAM-MACAM IMPLANT.ppt
 
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptxpolimeric micelles for drug delivery system.pptx
polimeric micelles for drug delivery system.pptx
 
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIFPENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
PENYULUHAN TENTANG KANKER LEHER RAHIM PADA USIA PRODUKTIF
 
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptxKeperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
Keperawatan dasar KEBUTUHAN SUHU TUBUH MANUSIA.pptx
 
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilanpresentasi mola hidatidosa pada kehamilan
presentasi mola hidatidosa pada kehamilan
 
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare pptMateri Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
Materi Layanan Kesehatan Berbasis Homecare ppt
 
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretikobat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
obat sistem saraf pusat analgesik antipiretik
 

DM TIPE

  • 1. DIABETES MELLITUS 1. DEFENISI PENYAKIT Diabetes Mellitus (DM) menurut bahasa berasal dari kata Yunani διαβαίνειν, diabaínein, yaitu "tembus" atau "pancuran air", dan kata Latin mellitus, yaitu "rasa manis") yang umum dikenal sebagai kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan hiperglikemia (peningkatan kadar gula darah) yang terus-menerus dan bervariasi, terutama setelah makan. Sedangkan menurut istilah Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen (gangguan multi system) yang disebabkan oleh defesiensi insulin atau kerja insulin yang tidak adekuat yang ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi.1,2 Adapun hormon-hormon yang mempengaruhi peningkatan dan pengurangan jumlah/kadar glukosa dalam darah adalah: 1. Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah. 2. Hormon berikut meningkatkan glukosa darah dan menentang insulin: - Glukagon, disekresikan oleh sel-sel alfa pulau langerheans - Epinephrine/Norepinephrine , disekresikan oleh medulla adrenal dan jaringan kromafin - Kortisol/glukokortiroid, disekresikan oleh korteks adrenal,dan - Growth Hormone, disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior. Mereka adalah hormone yang membentuk suatu pelawan mekanisme regulator yang mencegah timbulnya hipoglikemia akibat pengaruh insulin dan hormon yang meningkatkan glukosa untuk bahan bakar otot. Mereka menyebabkan kegelisahan, kewaspadaan, ketakutan, berkeringat, dan 1
  • 2. takikardia(peningkatan irama jantung). Hormon-hormon ini dilepaskan karena stres. Oleh karena itu, pengaruh stres dapat memunculkan diabetes, menaikkan glukosa darah, dan pada umumnya memperburuk diabetes.3,4 2. ETIOLOGI Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. maka yang menjadi pertanyaan besar adalah kenapa organ pangkreas tidak mampu memproduksi hormone insulin???, dibawah ini beberapa etiologi/sebab sehingga organ pangkreas tidak mampu memproduksi hormone insulin berdasarkan tipe/klasifikasi penyakit diabetes tersebut: a. Diabetes tipe 1 (insulin dependent diabetes mellitus/ DM tergantung insulin)  Factor-faktor genetic Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic ke arah terjadinya diabetes tipe 1. Kecenderungan genetic ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA ( human leococite antigen ) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun lainnya. 95% pasien kulit putih ( Caucasian) dengan diabetes tipe 1 memperlihatkan tipe HLA yang spesifik ( DR3 atau DR4). Reseiko terjadinya diabetes tipe 1 meningkat hingga lima kali lipat pada individu yangn memiliki salah satu dari kedua tipe HLA ini. Resiko tersebut meningkat sampai 10 hingga 20 kali lipat pada individu yang memiliki tipe HLA DR3 maupun DR4 ( jika dibandingkan dengan populasi umum) .  Factor-faktor imunologi Pada diabetes tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon otoimun. Respon ini merupakan respon abnormal di mana anti body terarah pada 2
  • 3. jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seola-seolah sebagai jaringan asing. Otoantibody terhadap sel- sel pulau langerheans dan insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan beberpa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda klinis diabetes tipe 1. Riset dilakukan untuk mengevaluasi efek preparat imunosupresif terhadap perkembangan penyakit pada pasien diabetes tipe 1 yang baru terdiagnosa atau pada pasien pradiabetes (pasien dengan antibody yang terdeteksi tetapi tidak memperlihatkan gajala klinis diabetes). Riset lainnya menyelidiki efek protektif yang ditimbulkan insulin dengan dosis kecil terhadap fungsi sel beta.  Factor-faktor lingkungan Penyelidikan juga sedang dilakukan terhadap kemungkinan factor- faktor esternal yang dapat memicu dekstruksi sel beta. Sebagai contoh hasil penyelidikan yang menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan dekstruksi (hilangnya) sel beta. Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun (aktivasi limfosit T reaktif terhadap antigen sel pulau kecil) dalam sel beta. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM. Bahan Toksik atau Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkon.2,5 3
  • 4. b. Diabetes tipe 2 (non-insulin-dependent diabetes mellitus/DM tidak tergantung insulin) Mekanisme yang tepat menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe 2 masih belum diketahui. Factor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Selain itu tedapat pula factor-faktor resiko tertentu yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe 2. Faktor-faktor ini adalah : • Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun) • Obesitas ( orang yang mengalami obesitas,tubuhnya memiliki kadar lemak yang tinggi atau berlebihan sehingga jumlah cadangan energy dalam tubuhnya banyak begitupun dengan yang tersimpan dalam hati dalam bentuk glikogen. Insulin merupakan hormone yang bertugas untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah mengalami penurunan fungsi akibat dari kerja kerasnya dalam melakukan tugas sebagai pendistribusian glukosa sekaligus pengkompensasi dari peningkatan glukosa darah, sehingga menyebabkan resistensi insulin dan berdampak terjadinya DM tipe 2 ) • Riwayat keluarga2 c. Diabetes gestasional Diabetes gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh kehamilan, diperkirakan karena terjadinya perubahan pada metabolisme glukosa (Hiperglikemia akibat sekresi hormone-hormon plasenta). Teori yang lain mengatakan bahwa diabetes tipe 2 ini disebut sebagai “unmasked” atau baru ditemukan saat hamil dan patut dicurigai pada wanita yang memiliki ciri gemuk, riwayat keluarga diabetes, riwayat melahirkan bayi > 4 kg, riwayat bayi lahir mati, dan riwayat abortus berulang.6 4
  • 5. d. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya(DM type lain) a. Kelainan genetik dalam sel beta seperti yang dikenali pada MODY. Diabetes subtype ini memiliki prevalensi familial yang tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun. Pasien sering kali obesitas dan resisten terhadap insulin. Kelainan genetik telah dikenali dengan baik dalam empat bentuk mutasi dan fenotipe yang berbeda:  MODY1 - Mutant faktor transkripsi, Hepatic Nuklir Factor- 4alpha (HNF-4a)  MODY2 - Gangguan aktivitas glukokinase sel beta  MODY3 - HNF-1a  MODY4 - IPF1 (necessary for normal beta cell development and function). b. Kelainan genetik pada kerja insulin,menyebabkan sindrom resistensi insulin berat dan akantonis negrikans, c. Penyakit pada eksokrin pangkreas menyebabkan pangkreatitis kronik, d. Penyakit endokrin seperti sindrom Chusing dan akromegali, e. Obat-obat yang bersifat toksit terhadap ses-sel beta, dan f. Infeksi.4 3. FACTOR PREDISPOSISI Faktor resiko/predisposisi diabetes terbagi atas: 1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti ras, etnik, riwayat keluarga dengan diabetes, usia > 45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari 4 kg, riwayat pernah menderita DM Gestasional,riwayat berat badan lahir rendah < 2,5 kg. 2. Faktor risiko yang dapat diperbaiki: berat badan lebih (indeks massa tubuh > 23kg/m2, kurang aktivitas fisik, hipertensi(>140/90 mmHg), 5
  • 6. dislipidemia (HDL <35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl, diet tinggi gula rendah serat. 3. Faktor risiko lain yang terkait dengan risiko diabetes: penderita sindrom ovarium poli-kistik, atau keadaan klinis lain yang terkait dengan ressitensi insulin, sindrom metabolik, riwayat toleransi glukosa terganggu/glukosa darah puasa terganggu, riwayat penyakit kardiovascular (stroke, penyempitan pembuluh darah koroner jantung,pembuluh darah arteri kaki).5 4. KLASIFIKASI PENYAKIT Pengetahuan mengenai fisiologi pelepasan insulin dan tindakan membantu kita berpikir tentang patofisiologi diabetes. Serupa dengan kondisi endokrin lainnya, kerusakan di sepanjang jalur akan menghasilkan bahan bakar yang tidak normal terhadap metabolisme, yang akan diwujudkan terutama sebagai hiperglikemia. Pada tahun 1997, American Diabetes Association merevisi tata nama untuk jenis utama diabetes. Istilah insulin dependent diabetes mellitus(DM tergantung insulin) dan non-insulin-dependent diabetes mellitus (DM tidak tergantung insulin) dan akronim, IDDM dan NIDDM, dihilangkan. Istilah-istilah ini telah sering membingungkan dan telah mengakibatkan pengklasifikasian pasien berdasarkan pengobatan bukan etiologi. Klasifikasi baru berdasarkan etiologi diabetes ditunjukkan di bawah ini: • Diabetes Tipe 1: kerusakan sel beta pancreas pada pulau kecil langerheans yang mengarah secara mutlak pada kekurangan insulin o Autoimun akibat disfungsi autoimun dengan kerusakan sel-sel beta (paling umum) o idiopatik (jarang karena belum diketahui sumbernya) • Diabetes Type 2: berbagai derajat resistensi insulin dan defisiensi insulin • Diabetes Gestational ( Diabetes pada kehamilan) • Diabetes Jenis spesifik lain : 6
  • 7. o Kedewasaan diabetes muda (Mody/ Maturity onset diabetes of the young)  Saat ini 6 monogenetik cacat fungsi sel beta yang didefinisikan dengan cacat pada sel islet glukokinase atau dalam berbagai faktor transkripsi seperti HNF-1alpha, HNF-4alpha, IPF-1.. Hasil akhirnya adalah gangguan pelepasan insulin dan hiperglikemia.  Pola autosom dominan. Hyperglycemia onset umumnya sebelum usia 25 o Cacat genetik fungsi insulin  Mutan/pengaruh gen insulin, insulin terganggu akibat kurangnya reseptor yang mengikat (jarang)  Mutasi/kerusakan pada reseptor insulin. Sering dikaitkan dengan acanthosis nigricans (penebalan dan perubahan warna kulit) dan beberapa bentuk dari sindrom ovarium polikistik (jarang) o Penyakit eksokrin pankreas  Perlu kerusakan luas pada pankreas untuk terjadinya diabetes  Termasuk trauma, infeksi, fasiitis pankreatitis kronis dan karsinoma pankreas, cystic fibrosis dan hemochromatosis  Mungkin mekanisme lain selain pengurangan sel beta sederhana karena kanker yang melibatkan sebagian kecil dari pankreas dapat menyebabkan diabetes ( Parakrin penghambatan pelepasan insulin) o Endocrinopathies  Termasuk acromegaly, Sindrom Cushing, glucagonoma dan pheochromocytoma 7
  • 8.  Disebabkan oleh kelebihan sekresi insulin hormon yang menentang termasuk hormon pertumbuhan, kortisol, glukagon dan epinefrin o Obat / kimia induksi( juga berdampak) diabetes  Banyak obat dapat mengganggu resistensi insulin atau sekresi insulin cenderung menyebabkan diabetes pada individu  Obat utama termasuk sintetis Glukokortikoid, siklosporin A, asam nikotinat, interferon, pentamidin, kadang-kadang thiazide diuretik o Infeksi  Kongenital rubella adalah virus yang paling sering terlibat dalam pengembangan diabetes  Coxsackievirus B, adenovirus, gondok dan sitomegalovirus semua telah terlibat dalam mendorong kasus-kasus tertentu dari penyakit ini.7 5. GAMBARAN KLINIK Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL ( normal 70 hingga 110 mg/dl; silvia 2005) dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut. Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita : 1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria) Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa dalam darah meningkat sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga terjadi osmotic diuresis 8
  • 9. ( peningkatan ekskresi air dan elektrolit) yang mana gula banyak menarik cairan dan elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing. 2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia) Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi hal tersebut tubuh menstimulasi otak ( hipotalamus) untuk menggantikan cairan yang keluar dengan melalui rasa haus atau dengan banyak minum. 3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia) Sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih a kibat dari poliuri, sehingga penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasikan hal ini maka tubuh menstimulasi otak ( hipotalamus) sebagai pengganti kalori yang hilang dengan melalui rasa lapar yang luar biasa atau dengan makan banyak. 4. Ada gula dalam urine (Glycosuria) Jika glukosa dalam darah cukup tinggi (hiperglikemia), ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,akibatnya gukosa tersebut muncul dalam urine dan inilah yang dinamakan dengan glukosuria. Ini dapat ditandai dengan berkerumungnya semut pada urine beberapa saat setelah miksi. 5. Penurunan berat badan Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi glukosa, maka tubuh bersama mendapat peleburan zat dari bahagian tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus merasakan 9
  • 10. lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan makanan yangada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan tetap kurus. 6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan& kaki ( parestesia) Ini disebabkan karena kenaikan kadar glukosa darah selama bertahun-tahun telah membawa implikasi pada etiologi neoropati(system syaraf). Dampak tersebut membawa perubahan biokimia dalam jaringan syaraf dan menggannggu kegiatan metabolic sel-sel Schwann dan menyebabkan hilangnya akson. Kecepatan konduksi motorik akan berkurang pada tahap dini perjalanan neuropati. Selanjutnya timbul nyeri, parestisia, berkurangya sensasi getar dan proprioseptik dan gangguan motorik yang disertai hilangya refleks-refleks tendon dalam,kelemahan otot dan atrofi. 7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu Defesiensi insulin menyebabkan gangguan metabolisme protein dan lemak yang berdampak pada penurunan barat badan dan penurunan cadangan/simpanan kalori. Akibat dari itu tubuh memberikan gejala berupa kelelahan. 8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba Kadar gula yang tinggi dalam darah akan menarik cairan dalam sel keluar, hal ini akan menyebabkan sel menjadi keriput. Keadaan ini juga terjadi pada lensa mata, 10
  • 11. sehingga lensa menjadi rusak dan penderita akan mengalami gangguan penglihatan. 9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya Peningkatan kadar insulin dalam darah memberiakan dampak pada metabolisme dalam saluran peredaran darah dan sel- selnya. Akibatnya proses biokimia dalam pembekuan darah pun terganggu sehingga ketika terjadi luka proses penyembuhannya membutuhkan waktu yang agak lama. 10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit. Keadaan ini bisa terjadi karena kuman tumbuh subur akibat dari tingginya kadar gula dalam darah. Selain itu, jamur juga sangat menikmati tumbuh pada darah yang tinggi kadar glukosanya.1,2,4,5 11
  • 12. 6. PATOFISIOLOGI DARI GAMBARAN KLINIK Berdasarkan tipe/ pengklasifikasian pada penyakit diabetes mellitus, maka perjalan penyakit mulai dari etiologi sampai komplikasinya dapat dilihat berdasarkan skema sebagai berikut : 1. Diabetes Type 1 Diabetes Type 1 Factor Genetik Faktor Imunologis Faktor Lingkungan Type Antigen HLA Otoimun Virus,Bakteri, Toksik (Human Leucosite Antigen) Otoimun DR3 &DR4 Kerusakan sel B pada pangkreas Defisiensi insulin Hiperglikemia Glukosuria Diuresis osmotic P3 ( Poliuria,polidipsi,polipagia) Ketoasidosis Ph menurun Asidosis 12
  • 13. Koma Kematian Penjelasan : Diabetes type 1 atau yang biasa dikenal dengan insulin defenden diabetes mellitus (diabetes yang membutuhkan insulin) ini terjadi disebabkan oleh beberapa factor antara lain factor genetik ( Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diawariskan, bukan ditularkan. Anggota keluarga penderita DM (diabetisi) memiliki kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yangterpaut kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki- laki menjadi penderitasesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya) , factor imunologi (Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen), dan factor lingkungan (Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeks sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM). 8 Dimana factor ini berdampak pada kerusakan sel beta pada pangkreas. Ini terjadi ketika sel beta pangkreas melakukan suatu aktivitas biokimia dalam hal ini proses peningkatan kadar insulin untuk menurunkan kadar glukosa dalam tubuh, oleh system imun membaca/menterjemahkannya sebagai virus (benda asing ) sehingga terjadilah proses autoimunitas (pengrusakan) terhadap sel beta pangkreas tersebut yang mengakibatkan terjadinya defesiensi insulin ( ketidakmampuan menghasilkan insulin). 13
  • 14. Akibat hal tersebut maka pengkompensasian terhadap peningkatan glukosa dalam sirkulasi darah terganggu hasilnnya terjadilah hiperglikemia (glukosa dalam darah tinggi). Jika konsentrasi gukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urine yang disebut dengan glukosuria. Ketika glukosa diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan dengan diuresis osmotic. Sebagai akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus ( polidipsia). Defesiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein lemak yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifaglia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pemecahan glukosa baru dari asam – asam amino serta substansi lain), namun pada penderita defiisiensi insulin proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turut menimbulkan hiperglikemia. Di samping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggaanggu keseimbangan asam – basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis diabetic yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda – tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, napas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.2 2. Diabetes Type II Diabetes Mellitus type II 14
  • 15. Usia Obesitas Riwayat Keluarga 30 tahun G. pada reseptor merusak sel beta pancreas Hiperglikemia Resistensi Insulin Glkosuria Osmotic diuresis Dehidrasi hemokonsentrasi ateroskerosis makrovaskuler mikrovaskuker jantung cerebral ekstremitas retina ginjal infark stroke gangrene retinopati nefropati miokard gangguan intensitas gangguan penglihatan gangguan pada ginjal kulit resiko injury(sekarat) Penjelasan : Pada diabetes tipe II atau yang biasa disebut dengan non insulin defenden diabetes melitus ( diabetes yang tidak membutuhkan insulin) merupakan penyakit yang disebabkan oleh beberapa factor juga antara lain Usia, Obesitas,dan Riwayat Keluarga. Dimana factor tersebut akan mempengaruhi proses peningkatan kadar glukosa dalam tubuh. Peningkatan kadar glukosa dalam darah secara terus-menerus menyebabkan penurunan fungsi terhadap hormone insulin dimana tugas dari insulin ini berfungsi untuk mengedarkan glukosa kepermukaan sel untuk metabolisme sel 15
  • 16. tersebut. Sehingga yang seharusnya glukosa tersebut diedarkan kesetiap sel malah berkurang akibat penurunan fungsi insulin sebagai akibatnya kadar glukosa secara terus-menerus mengalami penigkatan. Ginjal merupakan tempat penyaring hasil dari sekresi dalam tubuh tidak mampu lagi menyerap glukosa akibat dari hiperglikemia tersebut dan akibatnya glukosa tersebut terekskresi bersama dengan urine ( glukosuria). Untuk meringankan kerja dari dari ginjal dalam pengeluaran glukosa maka terjadi penyerapan air dan elektrolik dalam ginjal untuk mengencerkan glukosa, sehingga urine keluar secara encer bersama air, elektronik dan zat-zat yang lainnya. Karena urine keluar secara terus menerus bersama dengan air dan elektrolik maka tubuh mengalami kekurangan cairan akibatnya terjadi dehidrasi. Efek dari dehidrasi tersebut menyebabkan volume cairan dalam vaskuler berkurang sehingga darah bersifat lebih kental sehingga mempengaruhi proses sirkulasi darah dalam tubuh. Gangguan fungsi insulin itu juga mengakibatkan gangguan metabolisme lemak (dislipidemia). Hal tersebut dapat dilihat dari terjadinya peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol-kolesterol jahat (LDL), trigliserida, namun disertai penurunan kolesterol HDL (kolesterol baik). Akibat dari peningkatan kolesterol jahat tersebut mengakibatkan terdapatnya plak-plak berupa lemak yang mengendap dalam pembuluh darah arteri yang berefek pada gangguan pada sirkulasi darah atau yang biasa disebut dengan aterosklerosis. Akibat dari aterosklerosis tersebut berdampak pada perubahan dan gangguan pada daerah makrovaskuler dan microvaskuler. Untuk daerah macrovaskuler (pembuluh darah besar) yang berpengaruh adalah organ jantung, serebral dan daerah ekstremitas (pergerakan) . khusus untuk organ jantung, aterosklerosis menyebabkan penyakit arteri koroner dalam hal ini infark miocard ( gagal jantung) ini disebabkan karena kurangnya suplai oksigen terhadap sel-sel jantung akibat dari sumbatan pada daerah pembuluh darah arteri koronaria. Dan untuk daerah cerebral, akan berdampak pada penyakit stroke. Ini disebabkan Karena perubahan aterosklerosis dalam pembuluh darah serebral atau pembentukan embolus 16
  • 17. di tempat lain dalam system pembuluh darah yang kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit dalam pembuluh darah serebral yang menimbulkan serangan iskemia sepintas ( tidaknya adanya aliran darah) dan menyebabkan stroke. Sedangkan untuk daearah ekstremitas (pergerakan), akan berdampak pada pembentukan gangren yang disebabkan oleh sirkulasi yang buruk akibat dari sumbatan pada saluran peredaran darah yang mengarah pada daerah ekstremitas khususnya bagian bawah ( distal) selain itu pula adanya gangguan kemampuan leukosit terhadap penghancuran bakteri yang berpengaruh terhadap proses penyembuhan luka yang lama dan akibatnya akan terjadi gangren serta berpotensi untuk diamputasi.2,8 Untuk daerah microvaskuler yang berpengaruh adalah daerah retina (penglihatan) dan daerah ginjal. Khusus untuk daerah retina ( penglihatan ), akan berdampak pada penyakit retinopati ini disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh- pembuluh darah kecil pada retina mata dimana retina merupakan bagian mata yang menerima bayangan dan mengirimkan informasi tentang bayangan tersebut ke otak. Bagian ini mengandung banyak sekali pembuluh darah dari berbagai jenis seperti pembuluh darah arteri serta vena yang kecil,arteriol, venula dan kapiler. Dan pembuluh darah inilah yang merupakan pusat sumbatan sehingga berpengaruh terhadap gangguan penglihatan dan jika ini berlangsung lama tanpa ada tindakan yang progresif maka akan berpotensi terhadap kebutaan. Sedangkan untuk daerah ginjal, akan berdampak pada penyakit nefropati ini disebabkan oleh glukosuria yang terus menerus sehingga mekanisme filtrasi ginjal mengalami stress yang menyebabkan kebocoran protein darah ke dalam urine. Sebagai akibatnya, tekanan dalam pembuluh darah ginjal meningkat . kenaikan tekanan tersebut diperkirakan diperkirakan berperan sebagai stimulus untuk terjadinya nefropati. Jika tubuh membentuk zat keton lalu terjadi nefropati maka ginjal akan berdampak pada penurunan fungsi yang berpotensi pada gagal ginjal.2 3. Diabetes Gestational Diabetes Gestational 17
  • 18. kehamilan meningkatnya beberapa eksresi hormon meningkatnya suplai asam amino dan glukosa hyperglikemia bayi lahir sangat besar persalinan bedah cesar kelahiran mati bayi hipoglikemia dan kelahiran yang sakit Penjelasan : Diabetes gestasional (diabetes kehamilan) terjadi pada wanita yang tidak menderita diabetes sebelum kehamilannya. Hiperglikemia terjadi selama kehamilan akibat dari perubahan hormon: estrogen-progesteron, plasenta laktogen, insulinase plasenta yang merusak insulin ibu hamil. Sehingga menyebabkan retensi insulin yang berdampak pada peningkatan suplai asam amino dan glukosa (hiperglikemia). Jika diabetes tidak terkontrol saat kehamilan maka pada saat melahirkan akan disertai dengan peningkatan insiden makrosomia ( bayi lahir sangat besar), persalinan dan kelahiran yang sulit, bedah sesar serta kelahiran mati. Selain itu pula akan berdampak pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita hiperglikemia dapat mengalami hipoglikemia pada saat lahir . keadaan ini dapat terjadi karena pangkreas bayi yang normal telah mensekresi insulin untuk mengimbangi keadaan hiperglikemia ibu.2 7. PEMERIKSAAN a. Pemeriksaan Fisik  Inspeksi 18
  • 19. Adalah pemeriksaan dengan cara melihat, Sebagai contoh pemeriksaan pada mata, inspeksi dan peilaian fungsi mata sangat penting pada tiap pemeriksaan mata untuk penderita diabetes mellitus. Inspeksi iris, skelra dan kornea, periksa sclera untuk melihat peradangan dan perubahan warna. Kornea dapat diperiksa secara lengsung atau dengan bantuan oftalmoskop, ia tidak mengandung pembuluh darah sama sekali dan mempunyai benyak persarafan. Iris normal harus bulat dan simetris.  Palpasi Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara meraba. Adapun daerah yang dipalpasi adalah bagian ekstremitas tungkai bawah apakah terdapat benjolan atau tidak. Jika terdapat benjolan maka akan berpotensi terhadap terjadinya gangren ( dekubitus ).  Perkusi Adapun bagian yang diperkusi adalah bagian abdomen. Untuk mengetahui apakah bagian tersebut dirasakan nyeri atau tidak oleh pasien.  Auskultasi Auskultasi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara mendengar untuk memeriksa jantung karena komplikasi pada pasien diabetes mellitus. Untuk mengetahui tekanan darah pada pasien DM. 2 b. Pemeriksaan Penunjang Tujuan pemeriksaan laboratorium pada DM adalah : menetapkan diagnosa, mengikuti perjalanan penyakit, kontrol terapi dan deteksi dini adanya kelainan akibat DM. 19
  • 20. • Pemeriksaan kadar gula darah. Cara yang dianjurkan adalah cara enzimatik, dan yang banyak digunakan dalam laboratorium adalah cara glukosa oksidase. Cara lain adalah cara o- toluidine. Kedua cara ini dianggap memberi hasil yang mendekati kadar glukosa sesungguhnya. Cara-cara seperti Somogyi-Nelson, ferricyanida dan neoc roine dapat pula memberi hasil yang setara dengan cara-cara enzimatik jika diterapkan pada autoanalyser atau alat sejenis. Nilai-nilai yang diperoleh dengan menggunakan darah lengkap ± 15% lebih rendah daripada plasma kecuali pada anemia. Harus pula diperhatikan asal pengambilan bahan. Darah kepiler memberi nilai yang 7% lebih tinggi dari darah vena pada keadaan puasa, sedangkan 2 jam pp perbedaan ini mencapai ± 8%. Pemeriksaan menggunakan tes strip (glucose oxidase) boleh digunakan untuk bed side test, tetapi pemakai strip harus hati-hati akan kemungkinan hasil yang kurang tepat karena penyimpanan strip yang kurang baik. Cara ini umumnya dinilai secara semikuantitatif, tetapi dapat pula dinilai dengan menggunakan alat pengukur yang khusus. • Tes toleransi glukosa (TTG). Untuk percobaan ini umumnya tidak diperlukan persiapan khusus, kecuali jika penderita sedang menjalani diet rendah karbohidrat yang sangat ketat. Pada mereka yang menjalani diet 125 g karbohidrat atau kurang, dianjurkan agar 3 hari sebelum percobaan dilakukan, menggunakan paling kurang 150g karbohidrat. Percobaan dimulai setelah puasa selama 10—14 jam dengan pengambilan darah puasa, setelah itu penderita diberi 75 g glukosa dalam 250--350 ml air untuk diminum dalam 5--15 menit. Jumlah glukosa yang diberikan pada beberapa laboratorium 50 g, ada pula yang memberi 100 g. Perbedaan ini memberi selisih hasil kira-kira 0.15 g/l pada nilai gula darah pp. 2 jam. dibandingkan dengan pemberian gula 75 g. Dua jam setelah pemberian glukosa, dilakukan pengambilan 20
  • 21. sample pp. Ada pula lab oratorium yang menguji kadar gula 1jam pp disamping 2 jam pp. Harus diperhatikan bahwa selama percobaan dilangsungkan penderita tidak boleh merokok dan bahwa obat-obat serta faktor-faktor lain dapat mempengaruhi hasil TTG. • Pemeriksaan gula urin. Pada penderita insulin-dependent diabetes mellitus, urin diperiksa tiap kali sebelum makan dan sebelum tidur untuk membantu kontrol penggunaan insulin. Penderita dengan kadar gula yang stabil cukup melakukannya 2 hari dalam satu minggu, sedangkan pada hari hari lainnya diperiksa urin puasa. Pemeriksaan urin pagi dan malam sudah cukup untuk penderita non-insulin dependent diabetes mellitus, bahkan jika terkontrol cukup diperiksa sekali sehari. Penggunaan tes strip sangat membantu penderita untuk melakukan pemeriksaan-pemeriksaan tersebut di rumah. • Penetapan albumin urin Penetapan ini dilakukan sekali atau dua kali setahun, cukup dengan menggunakan strip atau memasak urin hingga mendidih, jika tidak dapat diperiksa dengan cara sulfosalisil.9 Interpretasi Hasil Tes Tes Sampel Bukan DM (mg/dl) Belum pasti DM (mg/dl) DM (mg/dl) GDS Plasma Vena < 110 110-199 ≥ 200 Darah Kapiler < 90 90-199 ≥ 200 GDP Plasma Vena < 110 110-125 ≥ 126 Darah Kapiler < 90 90-199 ≥ 110 GD2PP Plasma Vena < 140 140-200 > 200 Darah Kapiler <200 120-200 > 200 10 8. PENGOBATAN DAN FOLLOW UP 21
  • 22. a. Pengobatan 1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO) Saat ini dikenal obat OHO yaitu: • Golongan sulphoniluria (generasi 1,2,3) misalnya Daonil,DiamicronAmaryl • Golongan biguanid, misalnya glucophage • Golongan alphaglukosidase inhibitor misalnya Glucobay • Thiazolidiones ,pioglitazone (Actos), rosiglitazone (Avandia) • Glinid repaglinid, misalnya Novonorm • Incretin/penghambat enzim DPP-4, sitagliptin (Januvia), vidagliptin (Galvus) Obat insulin efek pendek, efek menengah dan efek panjang dan insulin campuran saat ini jarang dipakai karena adanya insiden insulin hipoglikemia yang tinggi pada lansia. 2. Terapi sulih insulin Pada diabetes tipe I, pankreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus diberikan insulin pengganti. Pemberian insulin hanya dapat dilakukan melalui suntikan, insulin dihancurkan di dalam lambung sehingga tidak dapat diberikan per-oral (ditelan). Bentuk insulin yang baru (semprot hidung) sedang dalam penelitian. Pada saat ini, bentuk insulin yang baru ini belum dapat bekerja dengan baik karena laju penyerapannya yang berbeda menimbulkan masalah dalam penentuan dosisnya. Insulin disuntikkan dibawah kulit ke dalam lapisan lemak, biasanya di lengan, paha atau dinding perut. Digunakan jarum yang sangat kecil agar tidak terasa terlalu nyeri. Insulin terdapat dalam 3 bentuk dasar, masing-masing memiliki kecepatan dan lama kerja yang berbeda: 22
  • 23. 1. Insulin kerja cepat. Contohnya adalah insulin reguler, yang bekerja paling cepat dan paling sebentar. Insulin ini seringkali mulai menurunkan kadar gula dalam waktu 20 menit, mencapai puncaknya dalam waktu 2-4 jam dan bekerja selama 6-8 jam. Insulin kerja cepat seringkali digunakan oleh penderita yang menjalani beberapa kali suntikan setiap harinya dan disutikkan 15-20 menit sebelum makan. 2. Insulin kerja sedang. Contohnya adalah insulin suspensi seng atau suspensi insulin isofan. Mulai bekerja dalam waktu 1-3 jam, mencapai puncak maksimun dalam waktu 6-10 jam dan bekerja selama 18-26 jam. Insulin ini bisa disuntikkan pada pagi hari untuk memenuhi kebutuhan selama sehari dan dapat disuntikkan pada malam hari untuk memenuhi kebutuhan sepanjang malam. 3. Insulin kerja lama. Contohnya adalah insulin suspensi seng yang telah dikembangkan. Efeknya baru timbul setelah 6 jam dan bekerja selama 28-36 jam. Sediaan insulin stabil dalam suhu ruangan selama berbulan-bulan sehingga bisa dibawa kemana-mana. Pemilihan insulin yang akan digunakan tergantung kepada:  Keinginan penderita untuk mengontrol diabetesnya  Keinginan penderita untuk memantau kadar gula darah dan menyesuaikan dosisnya  Aktivitas harian penderita  Kecekatan penderita dalam mempelajari dan memahami penyakitnya  Kestabilan kadar gula darah sepanjang hari dan dari hari ke hari. 23
  • 24. Sediaan yang paling mudah digunakan adalah suntikan sehari sekali dari insulin kerja sedang. Tetapi sediaan ini memberikan kontrol gula darah yang paling minimal. Kontrol yang lebih ketat bisa diperoleh dengan menggabungkan 2 jenis insulin, yaitu insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Suntikan kedua diberikan pada saat makan malam atau ketika hendak tidur malam. Kontrol yang paling ketat diperoleh dengan menyuntikkan insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang pada pagi dan malam hari disertai suntikan insulin kerja cepat tambahan pada siang hari. Suntikan sering menyebabkan terbentuknya endapan lemak (sehingga kulit tampak berbenjol-benjol) atau merusak lemak (sehingga kulit berlekuk- lekuk). Komplikasi tersebut bisa dicegah dengan cara mengganti tempat penyuntikan dan mengganti jenis insulin. b. Follow Up 1. Penatalaksanaan Diet Diet pada penderitae diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain : a) Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %, protein 20 %. b) Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %. c) Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %. d) Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal. • Indikasi diet A :Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya. • Indikasi diet B :Diberikan pada penderita diabetes terutama yang : a) Kurang tahan lapar dengan dietnya. 24
  • 25. b) Mempunyai hyperkolestonemia. c) Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya pernah mengalami cerobrovaskuler acident (cva) penyakit jantung koroner. d) Mempunyai penyulit mikroangiopati misalnya terdapat retinopati diabetik tetapi belum ada nefropati yang nyata. e) Telah menderita diabetes dari 15 tahun • Indikasi diet B1 Diberikan pada penderita diabetes yang memerlukan diet protein tinggi, yaitu penderita diabetes terutama yang : a) Mampu atau kebiasaan makan tinggi protein tetapi normalip idemia. Kurus (underweight) dengan relatif body weight kurang dari 90 %..Masih muda perlu pertumbuhan. b) Mengalami patah tulang. c) Hamil dan menyusui. d) Menderita hepatitis kronis atau sirosis hepatitis. e) Menderita tuberkulosis paru. f) Menderita penyakit graves (morbus basedou). g) Menderita selulitis. h) Dalam keadaan pasca bedah. Indikasi tersebut di atas selama tidak ada kontra indikasi penggunaan protein kadar tinggi. • Indikasi B2 dan B3 • Diet B2 Diberikan pada penderita nefropati dengan gagal ginjal kronik yang klirens kreatininnya masih lebar dari 25 ml/mt.  Sifat-sifat diet B2 25
  • 26. a. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari tetapi mengandung protein kurang. b. Komposisi sama dengan diet B, (68 % hidrat arang, 12 % protein dan 20 % lemak) hanya saja diet B2 kaya asam amino esensial. c. Dalam praktek hanya terdapat diet B2 dengan diet 2100 – 2300 kalori / hari. • Diet B3 Diberikan pada penderita nefropati diabetik dengan gagal ginjal kronik yang klibers kreatininnya kurang dari 25 MI/mt  Sifat diet B3 a. Tinggi kalori (lebih dari 2000 kalori/hari). b. Rendah protein tinggi asam amino esensial, jumlah protein 40 gram/hari. c. Karena alasan No 2 maka hanya dapat disusun diet B3 2100 kalori dan 2300 / hari. (bila tidak akan merubah jumlah protein). d. Tinggi karbohidrat dan rendah lemak. e. Dipilih lemak yang tidak jenuh. Semua penderita diabetes mellitus dianjurkan untuk latihan ringan yang dilaksanakan secara teratur tiap hari pada saat setengah jam sesudah makan. Juga dianjurkan untuk melakukan latihan ringan setiap hari, pagi dan sore hari dengan maksud untuk menurunkan BB. 2. Latihan jasmani Dianjurkan latihan jasmani secar teratur 3 -4 x tiap minggu selama ½ jam. Latihan dapat dijadikan pilihanadalah jalan kaki, joging, lari, renang, bersepeda dan mendayung. Tujuan latihan fisik bagi penderita DM : 26
  • 27. 1). Insulin dapat lebih efektif 2). Menambah reseptor insulin 3). Menekankenaikan berat badan 4). Menurunkan kolesterol trigliseriid dalam darah 5). Meningkatkan aliran darah 3. Penyuluhan kesehatan Penyuluhan kesehatan meliputi pengertian, penye -bab, tanda gejala, jenis atau macamnya, komplikasi, pena -talaksanaan pada penderita DM.8 9. PROGNOSIS • Baik : pasien yang mengidap penyakit Diabetes Mellitus bisa mendapatkan kesempatan hidup yang lebih lama jikalau dia tetap mempertahankan kadar glukosa pada level yang yang normal sedapat mungkin. Dengan control glikemia yang teratur maka komplikasi mikrovaskular dan neurophaty akan berkurang. Dan juga, jikalau hipertensi dan hyperlipidemia tetap dijaga dalam keadaan normal maka akan mengurangi komplikasi penyakit makrovaskular.11 • Kurang baik : pada pasien Diabetes Melitus usia lanjut yang jatuh dalam keadaan koma hipoklikemik atau hiperosmolas, prognosisnya kurang baik. • Buruk : Hipoklikemik pada pasien usia lanjut biasanya berlangsung lama dan serius dengan akibat kerusakan otak yang permanen. Karena hiporesmolas adalah komplikasi yang sering ditemukan pada usia lanjut dan angka kematiannya tinggi.10 27
  • 28. 10. KOMPLIKASI Organ/jaringan yg terkena Yang terjadi Komplikasi Pembuluh darah Plak aterosklerotik terbentuk & menyumbat arteri berukuran besar atau sedang di jantung, otak, tungkai & penis. Dinding pembuluh darah kecil mengalami kerusakan sehingga pembuluh tidak dapat mentransfer oksigen secara normal & mengalami kebocoran Sirkulasi yg jelek menyebabkan penyembuhan luka yg jelek & bisa menyebabkan penyakit jantung, stroke, gangren kaki & tangan, impoten & infeksi Mata Terjadi kerusakan pada pembuluh darah kecil retina Gangguan penglihatan & pada akhirnya bisa terjadi kebutaan Ginjal  Penebalan pembuluh darah ginjal  Protein bocor ke dalam air kemih  Darah tidak disaring secara normal Fungsi ginjal yg buruk Gagal ginjal Saraf Kerusakan saraf karena glukosa tidak dimetabolisir secara normal & karena aliran darah berkurang  Kelemahan tungkai yg terjadi secara tiba-tiba atau secara perlahan  Berkurangnya rasa, kesemutan & nyeri di tangan & kaki  Kerusakan saraf menahun 28
  • 29. Sistem saraf otonom Kerusakan pada saraf yg mengendalikan tekanan darah & saluran pencernaan Tekanan darah yg naik-turun  Kesulitan menelan & perubahan fungsi pencernaan disertai serangan diare Kulit Berkurangnya aliran darah ke kulit & hilangnya rasa yg menyebabkan cedera berulang  Luka, infeksi dalam (ulkus diabetikum)  Penyembuhan luka yg jelek Darah Gangguan fungsi sel darah putih Mudah terkena infeksi, terutama infeksi saluran kemih & kulit Jaringan ikat Gluka tidak dimetabolisir secara normal sehingga jaringan menebal atau berkontraksi  Sindroma terowongan karpal Kontraktur Dupuytren8 DAFTAR PUSTAKA 1. Wikipedia. Diabetes Mellitus .(http//www.Wikipedi ensiklopedia / Diabetes Mellitus .com). 2009. last updated 20 september 2009 jam 20:00 wita 29
  • 30. 2. Brunner,Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 th vol 2. Kedokteran EGC: Jakarta. 2001. 3. Anonymous. Pathophysiology of Diabetes Mellitus .( http://www. Pathophysiology of Diabetes Mellitus.blog.com).2008. last updated 25 september 2009 jam 16:00 wita 4. Sylvia, Wilson. Patofisiologi, edisi 6 th vol 2. Kedokteran EGC : Jakarta. 2005 5. Anonymous. Diabetes Mellitus. (http://diabetes-mellitus-dm.blogspot.com/2008/02). 2008.Last update 25 September 2009 jam 16:00 wita 6. Depkes. Diabetes Dalam Kehamilan .(http://www.Depkes.go.id/).2008.last updated 20 september 2009 jam 20:00 wita 7. Anonymous. Pathofisiologhy of Endocrinology. (http://OCW Home / Pathophysiology of Endocrinology,/co.id)/). 2005. last updated 25 September 2009 pukul 16.00 wita 8. Medicastor. Patofisiologi Diabetes Mellitus. (http://www.medicastor.diabetes. 2008.com).2008. last updated 25 September jam 16:00 2009 9. Kusnandar Simon . Pemeriksaan Laboratorium Pada Diabetes Mellitus.(http:/// www. Kalbe. Com). 2008. Last updated 25 sepetember 16:00 wita 10. Anonymous. Diabetes Mellitus. www.Ilmu keperawatan.com.2009. last updated 25 september jam 16:00 Wita 11. Votey scott R. Follow Up Diabetes Mellitus Type 1. http//: www.emedicine .com. 2009. Last updated 25 september jam 16:00 wita 30