Dokumen ini membahas tentang ekologi hutan rawa gambut di Indonesia. Hutan rawa gambut terbentuk pada zaman Holosen akibat perubahan iklim global yang menyebabkan peningkatan suhu dan curah hujan sehingga permukaan air laut naik dan menciptakan kondisi tergenang. Hutan rawa gambut memiliki peran penting sebagai pengontrol hidrologi, pengikat karbon, dan habitat satwa, namun saat ini terancam oleh kebakaran hutan, penebangan liar
1. EKOLOGI HUTAN
Hutan Rawa Gambut
Kelompok 3
Harmoko
Mutmainnah
Musnadil Mushawwir
Nachlah
Reza
2. Pendahuluan
Hutan rawa gambut sebagian besar terbentuk pada zaman
Holosen (kira-kira 500 tahun yang lalu).
Pada saat itu terjadi perubahan iklim global yaitu
peningkatan suhu dan peningkatan intensitas curah hujan
yang mengakibatkan permukaan es mencair sehingga
permukaan air laut bertambah tinggi. Peningkatan muka air
laut menciptakan kondisi lingkungan yang selalu tergenang.
Menurut hasil penelitian Anderson dan Muller (1975) hutan
rawa gambut yang terdapat di sepanjang garis pantai Borneo
dan Sumatera berasal dari hutan rawa air tawar dan bakau.
Hal ini ditunjukkan terdapatnya sisa-sisa tumbuhan hutan
rawa air tawar dan bakau dibawah lapisan gambut. Kondisi
selalu tergenang menghambat proses oksidasi sehingga
terjadi penumpukan gambut.
3. Proses pembentukan gambut
dimulai dari adanya danau
dangkal yang secara perlahan
ditumbuhi oleh tanaman air dan
vegetasi lahan basah.
Tanaman yang mati dan melapuk
secara bertahap membentuk
lapisan yang kemudian menjadi
lapisan transisi antara lapisan
gambut dengan substratum
(lapisan di bawahnya) berupa
tanah mineral.
Tanaman berikutnya tumbuh pada
bagian yang lebih tengah dari
danau dangkal ini dan secara
membentuk lapisan-lapisan
gambut sehingga danau tersebut
menjadi penuh yang dengan
bantuan cahaya matahari akan
tumbuh dengan besar
4. Lahan Gambut di Indonesia
Hutan rawa gambut merupakan hutan dengan lahan basah
yang tergenang yang biasanya terletak dibelakang tanggul
sungai.
Hutan ini didominasi oleh tanah yang berkembang dari
tumpukan bahan organik yang lebih dikenal dengan tanah
organik.
Dalam skala besar, hutan ini membentuk kubah (dome) dan
terletak diantara sungai
5. Bentuk lahan yang membentuk kubah menciptakan perbedaan
ketinggian antara daerah tepi sugai dengan puncak kubah.
Hal ini menciptakan kemungkinan adanya aliran air dari
puncak kubah ke pinggiran sungai hingga menciptakan
kondisi lahan yang khas dan dapat menunjang kehidupan
yang ada dalam ekosistem tersebut.
Pada pinggiran kubah, didominasi tumbuhan kayu yang masih
memperoleh pasokan hara dari air tanah dan sungai.
Pada bagian tengah, letak air tanah sudah terlalu dalam
sehingga perakaran tumbuhan kayu todak mampu
mencapainya. Akibatnya vegetasi hujan hanya memperoleh
hara dari air hujan. Vegetasi mengalami perubahan, jenis-
jenis kayu hutan semakin sedikit, relatif kurus dan
berdiameter kecil. Gambut tebal yang terbentuk umumnya
bersifat masam dan miskin hara sehingga memiliki kesuburan
alamai yang rendah sampai sangat rendah.
6. Hutan rawa gambut memiliki keanekaragaman jenis
tumbuhan yang relatif tinggi. Jenis-jenis tumbuhan yang
dijumpai di hutan rawa gambut memiliki nilai komersial
tinggi diantaranya Ramin Gonystylus, Belangeran
Shorea, Meranti (Shorea spp).
Meranti
Belangeran Shorea
ramin
pakis jelutung
7. Ragam Subekosistem Hutan Rawa Gambut
Berdasarkan letak Hutan Rawa Gambut yang unik
Ekosistem ini teridi atas beberapa tipe subekosistem
berikut batas-batasnya sebagaimana gambar:
8. Peran dan masalah-masalah Hutan
Rawa gambut
Peran Hutan Rawa Gambut :
1. Pengontrol system hidrologi kawasan
2. Gudang pengikat karbon
3. Habitat satwa penting
4. Tumpuan hidup manusia
5. Lahan gambut memberikan fungsi ekonomi ketika manusia
mampu mengolah hasil hutan yang ada seperti kayu, ikan,
rotan, dan lain-lain, fungsi kesehatan ketika manusia mampu
mengolah obat obatan dan fungsi pengontrol iklim global bagi
kesejahteraan manusia.
Masalah Terkait Konservasi Hutan Rawa Gambut
1. Maraknya kebakaran hutan rawa gambut
2. Pencurian kayu (illegal logging)
3. Konversi (alih fungsi) menjadi lahan perkebunan dan pertanian
4. Lemah dan kurangnya kesadaran masyarakat akan fungsi
9.
10. Lahan gambut cenderung mudah terbakar, karena kandungan bahan
organik yang tinggi dan memiliki sifat kering tak balik (irreversible),
porositas tinggi dan daya hantar hidrolik vertikl yang rendah.
Kebakaran hutan rawa gambut tidak hanya menyebabkan hilangnya
vegetasi yang ada diatasnya, tetapi juga menyebabkkan rusak,
menurun, atau hilangnya gambut itu sendiri.
Terbitnya Inpres No. 2 tahun 2007 tentang Percepatan Rehabilitasi
dan Revitalisasi Kawasan Lahan Gambut Eks Proyek
Pengembangan Lahan Gambut merupakan langkah dan tindak
lanjut pemulihan kerusakan dan pengembalian fungsi ekologis,
lingkungan dan sosial, ekonomi dan budaya pada kawasan lahan
gambut tersebut.
Pengelolaan hutan dan lahan gambut ini perlu dilakukan secara
bijaksana dan hati-hati, hal ini disebabkan karena hutan hutan rawa
gambut merupakan ekosistem yang rapuh, sehingga apabila
pengelolaannya tidak dilakukan dengan baik dan benar maka hutan
tersebut tidak akan lestari.