Dokumen tersebut membahas sejarah Kiai Musta'in Romly sebagai penerus pesantren Darul Ulum dan tarekat Qodiriyah Naqsyabandiyah. Ia mendirikan berbagai lembaga pendidikan termasuk Universitas Darul Ulum pada tahun 1965.
1. Nama : Mohammad Mansyur Abidin
NIM : 12 590 044
Fakultas : Teknik
ProdiJurusan : Informatika
2. Sejarah Undar dan Trisula
Kiai Musta’in Romly memangku Pesantren Darul Ulum Peterongan,
Rejoso (Jombang) sekaligus menjadi mursyid thariqah Qadiriyah wa
Naqsyabandiyah, yang memiliki puluhan ribu pengikut di Jawa Timur. Beliau
menggantikan kedudukan ayahnya, Kiai Romly bin Tamim yang wafat pada 1958,
baik sebagai kiai maupun mursyid thariqah. Baik Kiai Romly maupun Kiai
Musta’in sama-sama aktif di NU pada tingkat lokal.
KH Musta’in Romly lahir di Rejoso pada tanggal 31 Agustus 1931. Sejak
kecil ia mendapat didikan langsung dari kedua orang tuanya. Baru tahun tahun
1949 M melanjutkan studi di Semarang dan Solo di Akademi Dakwah Al
Mubalighoh. Di perguruan ini bakat kepemimpinannya mulai menonjol sehingga
pada waktu singkat mengajak sahabat-sahabatnya yang berasal dari daerah
Jombang mendirikan Persatuan Mahasiswa Jombang. Studi di Lembaga ini
diakhiri pada tahun 1954 M.
Pada tahun 1954 M beliau aktif di Nahdhatul Ulama Jombang tempat
asalnya dan kemudian menjadi pengurus IPNU Pusat tahun 1954 sampai 1956.
Upaya menerpa diri untuk lebih matang sebagai pimpinan Pondok Pesantren, KH
Musta’in Romly banyak melakukan sillaturrahim ke berbagai pondok pesantren
dan lembaga pendidikan pada umumnya. Mulai tingkat nasional sampai
internasional. Dalam kaitan inilah pada tahun 1963 M beliau melakukan
muhibbah ke negara-negara Eropa dan Timur Tengah, sekaligus berziarah ke
makam sulthanul auliya Syeh Abdul Qodir Al Jailani.
Perkembangan pesantren Darul Ulum memasuki masa paling penting
ketika mulai mendirikan sekolah-sekolah umum yang kemudian mendapatkan
legalitas formal dari pemerintah, baik melalui Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan atau Departemen Agama. Tahun 1964 oleh Kiai Musta’in Romli,
Madrasah Muallimin Atas diubah menjadi Sekolah Menengah Atas (SMA)
3. dengan kurikulum standar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, setingkat
SMA Negeri. Kemudian Muallimin Tingkat Pertama diubah menjadi Sekolah
Menengah Pertama (SMP), dan kurikulumnya pun disesuaikan. Pada tahun 1965
didirikan sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) di bawah wewenang
Departemen Agama. Pada tahun itu pula Madrasah Muallimat (putri) tingkat
pertama dan atas masing-masing diubah menjadi Madrasah Tsanawiyah dan
Madrasah Aliyah yang memenuhi standar Kementerian Agama.
Hal ini penting mengingat beliau adalah Mursyid Thariqah Qodiriyah
Wannaqsabandiyah mewarisi keguruan KH Romly Tamim dam KH Cholil
Rejoso. Di samping itu, oleh-oleh dari kunjungan muhibbah ini antara lain yaitu
mendorong berdirinya Universitas Darul Ulum pada tanggal 18 September 1965.
Universitas Darul Ulum sendiri diprakarsai Dr KH Musta’in Romli, KH Bisri
Cholil, K. Ahmad Baidhowi Cholil, Mohammad Wiyono (mantan Gubernur
Jatim), KH Muh. As’ad Umar dan Muhammad Syahrul, SH. Fakultas pertama
yang dbuka adalah Fakultas Hukum, lalu disusul Fakultas Sosial dan Ilmu Politik,
serta Fakultas Pertanian. Pada tahun 1969 baru berdiri Fakultas agama dengan
nama Fakultas Alim Ulama, yang kemudan diganti dengan Fakultas Ushuluddin.
Pada tahun berikutnya berdiri Fakultas umum lagi, yakni Fakultas Pendidikan,
disusul Fakultas Teknik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Psikologi dan Program
Diploma-3.
Keabsahan KH Musta’in Romli sebagai Rektor bertambah setelah pada
1977 beliau mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari Macau University. Pada
tahun 1981 lawatan ke Timur Tengah dilakukan kembali dengan hasil kerjasama
antara Universitas Darul Ulum dan Iraq University dalam bentuk tukar-menukar
tenaga edukatif, dan dengan Kuwait University dalam bentuk beasiswa studi ke
Kuwait.
Pada tahun 1984 KH Musta’in berkunjung ke Casablanka, Maroko,
tepatnya pada bulan Januari 1984, yaitu mengikuti Kunjungan Kenegaraan
bersama Wakil Presiden RI, Umar Wirahadi Kusuma dan Menteri Luar Negeri RI,
Prof. Dr. Muchtar Kusumaatmadja dalam acara Konverensi Tingkat Tinggi
Organisasi Konferensi Islam (OKI). Kunjungan ini dilanjutkan ke Perancis dan
4. Jerman Barat. Selanjutnya pada bulan Juli dengan tahun yang sama, KH Musta’in
mengikuti Konferensi antar Rektor se-dunia di Bangkok. Semua kunjungan
dijalani KH Musta’in dengan tekun demi kelembagaan Pendidikan yang
diamanatkan kepada beliau, yaitu Lembaga Pondok Pesantren Darul Ulum,
Lembaga Thariqah Qodiriyah Wannaqsabandiyah dan Universitas Darul Ulum
Ada sebuah cerita dari seorang Kyai namanya Kyai Musa Bojonegoro
yang waktu itu mendampingi kunjungan silaturrohim KH Usman Ishaq ke
Universitas Darul Ulum dengan didampingi Dr.KH.Musta’in Romly beliau
KH.Musta’in Romly menyampaikan kalimat kepada KH.Usman Ishaq kurang
lebihnya "Andai tidak ada Thoriqoh maka tidak ada Undar",ini satu satunya
Universitas yang lahir dari Thoriqoh. Mogga didoakan Kyai, Kemudian
KH.Usman berdoa diamini oleh Dr.KH.Musta’in Romly dan rombongan Jamaah
Thoriqoh yang mengiringi kedua Ulama Besar ini
Selain itu, penerus dari perjuangan Alm. DR. Musta;in Romly ini kemudian
dilanjutkan oleh putra beliau, yaitu DR. KH. Mujib Musta'in, M.Si ( Rektor
UNDAR Jombang Jawa Timur, Indonesia ) sekaligus Al-Mursyid JAMU
TAQWA ( Jam'iyyah Mujahadah Thoriqoh Qodiriyyah wan Naqsyabandiyyah )
Mengikuti perjalanan Masa dan menelusuri Dawuh dawuhnya sebagai
seorang Futurolog Al Mursyid KH Romly Tamim bahwasanya Thoriqoh dimasa
KeMursidan KH.Mustain akan menjadi besar dan telah terbukti dalam peran yang
dilakukan beliau Membesarkan Pondok Pesantren Darul Ulum,Membesarkan
Thoriqoh Qodiriyah wan Naqsyabandiyah,Mendirikan Universitas Darul Ulum
pada 18 September 1965 dengan aviliasi Pendidikan dalam naungan Kementerian
Agama dan Kementerian Pendidikan ,Kebudayaan Nasional serta beliau
mendapatkan gelar Dr.Hc bidang Filsafat dari Maccao University.Peran peran
dibidang sosial politik utamanya didalam Negeri melakukan Pencerahan terhadap
pola pikir Masyarakat santri utamanya untuk meninggalkan Budaya sektarian
warisan budaya masa kolonial yang akan merugikan perjuangan Islam sendiri
terutama dilingkungan Masyarakat NU baik struktural maupun kultural mengingat
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di Proklamirkan pada tanggal 17
Agustus 1945 umat Islam memiliki andil yang sangat besar dalam Konsensus
5. Nasional dengan Azaz Pancasila sebagai Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Inilah yang menjadi sikap Perjuangan Dr KH. Mustain Romly selalu
menjaga dan memelihara Harmoni Hubungan antara Ulama dan Umaro sampai
ahir hayat beliau (1985). Bahkan tak dapat dipungkiri peran dan kiprahnya dengan
segala dinamika masyarakat Islam utamanya masyarakat NU dan pada
penghujung 1984 pada bulan September Organisasi Islam terbesar di Indonesia ini
ya’ni NU mengevaluasi Perjuangan melalui Munas Alim Ulama mengambil
Keputusan untuk kembali ke Hittoh 1926 dan menerima Pancasila sebagai Azaz
berbangsa dan Negara. ( sumber : disarikan dari Buku Sejarah – Surat Wasiat-
Ijazah Baiat ( Janji Thoriqoh) dari KH.Romly kepada KH.Musta’in Romly 1984 )
Dalam rekam jejak dari berbagai sumber bahwasanya Al Allamah Mbah K
H.Romly Tamim semasa beliau memimpin Thoriqoh Qodiriyah wan
Naqsyabandiyah di Pondok Darul Ulum Rejoso Peterongan memiliki Murid
murid Thoriqoh yang telah dinobattkan sebagai Guru atau Mursyid dikemudian
hari menjadi tokoh sentral perkembangan Da’wah diseantero Indonesia bahkan
diluar negeri antara lain: Al Mursyid KH.Muhammad Abbas ( Buntet Cirebon)
,Almursyid KH.Muhammad Usman Ishaq ( Sawahpulo Surabaya ),AlMursyid
KH. Ahmad Shonhaji ( Kebumen ) Al Mursyid KH.Muhammad.Shiddiq
(Kudus),Al Mursyid KH.Muslih Abdurrohim ( Mranggen ) Al Mursyid KH.Adlan
Ali (Cukir Jombang ),Al Mursyid DR.KH.Musta’in Romly( Peterongan Jombang)
,Al Mursyid KH.Imron Hamzah (Surabaya). ( Sumber : DrsH.Ishomudin Ma’sum
dalam Buku Istighostah Manfaat dan Keutamaanya ).Dalam sumber lain yaitu
pada Buku Tiga Guru Sufi Tanah Jawi yang di tulis oleh Ustad Murtadlo Hadi
bahwasanya Al Mursyid KH.Shobiburrohman ( Jepara ) termasuk murid Mbah
KH.Romly Tamim Rejoso.
Referensi : www.jamutaqwa.com
6. Nasional dengan Azaz Pancasila sebagai Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Inilah yang menjadi sikap Perjuangan Dr KH. Mustain Romly selalu
menjaga dan memelihara Harmoni Hubungan antara Ulama dan Umaro sampai
ahir hayat beliau (1985). Bahkan tak dapat dipungkiri peran dan kiprahnya dengan
segala dinamika masyarakat Islam utamanya masyarakat NU dan pada
penghujung 1984 pada bulan September Organisasi Islam terbesar di Indonesia ini
ya’ni NU mengevaluasi Perjuangan melalui Munas Alim Ulama mengambil
Keputusan untuk kembali ke Hittoh 1926 dan menerima Pancasila sebagai Azaz
berbangsa dan Negara. ( sumber : disarikan dari Buku Sejarah – Surat Wasiat-
Ijazah Baiat ( Janji Thoriqoh) dari KH.Romly kepada KH.Musta’in Romly 1984 )
Dalam rekam jejak dari berbagai sumber bahwasanya Al Allamah Mbah K
H.Romly Tamim semasa beliau memimpin Thoriqoh Qodiriyah wan
Naqsyabandiyah di Pondok Darul Ulum Rejoso Peterongan memiliki Murid
murid Thoriqoh yang telah dinobattkan sebagai Guru atau Mursyid dikemudian
hari menjadi tokoh sentral perkembangan Da’wah diseantero Indonesia bahkan
diluar negeri antara lain: Al Mursyid KH.Muhammad Abbas ( Buntet Cirebon)
,Almursyid KH.Muhammad Usman Ishaq ( Sawahpulo Surabaya ),AlMursyid
KH. Ahmad Shonhaji ( Kebumen ) Al Mursyid KH.Muhammad.Shiddiq
(Kudus),Al Mursyid KH.Muslih Abdurrohim ( Mranggen ) Al Mursyid KH.Adlan
Ali (Cukir Jombang ),Al Mursyid DR.KH.Musta’in Romly( Peterongan Jombang)
,Al Mursyid KH.Imron Hamzah (Surabaya). ( Sumber : DrsH.Ishomudin Ma’sum
dalam Buku Istighostah Manfaat dan Keutamaanya ).Dalam sumber lain yaitu
pada Buku Tiga Guru Sufi Tanah Jawi yang di tulis oleh Ustad Murtadlo Hadi
bahwasanya Al Mursyid KH.Shobiburrohman ( Jepara ) termasuk murid Mbah
KH.Romly Tamim Rejoso.
Referensi : www.jamutaqwa.com