SlideShare a Scribd company logo
1 of 18
Download to read offline
Takhrij Hadis dan Metode-Metodenya

Oleh:
Early Ridho Kismawadi
11 EKNI 2364

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. H. Nawir Yuslem, MA

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2013 M/1433 H

1
Takhrij Hadis dan Metode-Metodenya
A. Pendahuluan
Pada awalnya ilmu takhrij hadis tidak diperlukan oleh ulama namun
seiring berjalannya waktu dan kebutuhan terhadap penunjukan hadis terhadab
sumber aslinya maka memunculkan berbagai kitab-kitab takhrij, menjelaskan
metodenya, dan menentukan kualitas hadis sesuai kedudukanya.
Takhrij adalah menunjukkan hadits pada rujukan pokok ( asli ) yang sudah
dikeluarkan lalu disebutkan pula kedudukan hadits tersebut pada saat yang
diperlukan. Ilmu takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus mendapat
perhatian serius karena di dalamnya dibicarakan berbagai kaidah untuk
mengetahui sumber hadis itu berasal. Disamping itu, didalamnya ditemukan
banyak kegunaan dan hasil yang diperoleh, khususnya dalam menentukan kualitas
sanad hadis. suatu hadis merupakan hal yang mutlak diperlukan.
Dalam makalah takhrij hadis kali ini akan dibahas mengenai: Pengertian
takhrij hadis, tujuan dan manfa‟at takhrij hadis, kitab-kitab yang diperlukan dalam
mentakhrij, cara pelaksanaan dan metode takhrij
B. Pengertian Takhrij Hadis
Secara etimologi, kata takhrij ( ‫ )تخشٗج‬berasal dari fi‟il madli kharaja (‫)ﺧسﱠﺝ‬
yang berarti mengeluarkan. Kata tersebut merupakan bentuk imbuhan dari kata
dasar khuruj (‫ )ﺧشّﺝ‬yang berasal dari kata kharaja (‫ )ﺧشﺝ‬yang berarti keluar.
Dengan demikian takhrij hadis berarti mengeluarkan hadis dari sumbernya.

2
Sedangkan secata terminology takhrij adalah menunjukkan tempat hadits
pada sumber-sumber aslinya, dimana hadits tersebut telah diriwayatkan lengkap
dengan sanadnya, kemudian menjelaskan derajatnya jika diperlukan.1
Sedangkan menurut Al-Thahhan, setelah menyebutkan beberapa macam
pengertian takhrij di kalangan ulama hadis, menyimpulkan bahwa: takhrij hadis
adalah menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumbersumbernya yang asli yang didalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap
dengan sanad-nya masing-masing, kemudian, manakala diperlukan, dijelaskan
kualitas hadis yang bersangkutan.dari definisi tersebut terlihat bahwa hakikat dari
takhrij al-hadis adalah:penelusuran atau pencarian sumbernya yang asli yang
didalamnya dikemukakan secara lengkap matan dan sanad-nya. 2
C. Tujuan dan Manfa’at Takhrij Hadis.
Mengenai tujuan dan manfaat takhrij hadits ini, „Abd al-Mahdi melihatnya
secara terpisah antara satu dengan yang lainnya. Menurut „Abd al-Mahdi, yang
menjadi tujuan dari takhrij adalah menunjukkan sumber hadits dan menerangkan
ditolak atau diterimanya hadits tersebut. Dengan demikian, ada dua hal yang
menjadi tujuan takhrij, yaitu :
1. Untuk mengetahui sumber dari suatu hadits, dan
2. Mengetahui kualitas dari suatu hadits, apakah dapat diterima atau ditolak.
Sedangkan manfaat takhrij secara umum banyak sekali, diantaranya: 3

1

Mahmud, Al-Tahhan, Usul al-Takhrij Wa Dirasat al-Isanid, (Beirut:, Dar al-Qur‟an alKarim, 1978). h. 9.
2

Nawir Yuslem, Kitab Induk Hadis (Jakarta:Hijri Pustaka Utama, 2011). h. 152.

3

Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor, Ghalia Indonesia Cet, I, 2010), h. 27.

3
1. Memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal dari suatu hadits
beserta ulama yang meriwayatkannya.
2. Menambah pembendaharaan sanad hadits melalui kitab-kitab yang
ditunjukkannya.
3. Memperjelas keadaan sanad, sehingga dapat diketahhui apakah munqathi‟
atau lainnya.
4. Memperjelas perawi hadits yang samar karena dengan adanya takhrij,
dapat diketahui nama perawi yang sebenarnya secara lengkap.
5. Dapat membedakan antara proses periwayatan yang dilakukan dengan
lafadz dan yang dilakukan dengan makna saja.
Sedangkan menurut „Abd al-Mahdi manfaat takhrij hadis setelah
disimpulkan sebagai berikut 4:
Diantara manfaat takhrij antara lain yaitu:
1.Takhrij dapat memperkenalkan sumber hadits.
2.Takhrij dapat menambah perbedaan sanad hadits melalui kitab-kitab
yang ada.
3.Takhrij dapat memperjelas keadaan sanad.
4.Takhrij memperjelas hukum hadits dengan banyak meriwayatkannya itu.
5.Dengan takhrij kita dapat mengetahui pendapat-pendapat para ulama
sekitar hukum hadits.
6.Takhrij dapat memperjelas perawi hadits yang samar.

4

Abu Muhammad „Abdul Mahdi ibn „Abd al-Qadir, Thuruq Takhrij Hadis Rasul Allah
SAW, Terj. S Agil Husin Munawwar dan H. Ahmad Rifqi Muchtar(Semarang: Dina Utama, 1994),
h. 6-7.

4
7.Takhrij dapat memperjelas perawi hadits yang tidak diketahui namanya.
8.Takhrij dapat menafikan pemakaian “An” dalam periwayatan hadits oleh
seorang perawi mudallis.
9.Takhrij dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya percampuran
riwayat.
10. Takhrij dapat membatasi nama perawi yang sebenarnya.
11. Takhrij dapat memperkenalkan periwayatan yang tidak dapat dalam
satu sanad.
12. Takhrij dapat memperjelas arti kalimat yang asing yang terdapat dalam
satu sanad.
13. Takhrij dapat menghilangkan hukum “syadz” (kesendirian riwayat yang
menyalahi riwayat tsiqat) yang terdapat pada suatu hadits.
14. Takhrij dapat membedakan hadits yang mudraj (yang mengalami
penyusupan sesuatu) dari yang lainnya.
15. Takhrij dapat mengungkapkan keragu-raguan dan kekeliruan yang
dialami oleh seorang perawi.
16. Takhrij dapat mengungkap hal-hal yang terlupakan atau diringkas oleh
seorang perawi.
17. Takhrij dapat membedakan antara proses periwayatan yang dilakukan
dengan lafal dan yang dilakukan dengan ma‟na (pengertian) saja.
18. Takhrij dapat menjelaskan sebab-sebab timbulnya hadits.
19. Takhrij dapat menjelaskan masa dan tempat timbulnya hadits.

5
20. Takhrij dapat mengungkapkan kemungkinan terjadinya kesalahan
percetakan dengan melalui perbandingan-perbandingan sanad yang ada
D. Kitab-kitab yang diperlukan dalam Mentakhrij
Dalam melakukan takhrij, seseorang memerlukan kitab-kitab tertentu yang
dapat dijadikan pegangan atau pedoman sehingga dapat melakukan kegiatan
takhrij secara mudah dan mencapai sasaran yang dituju. Diantara kitab-kitab yang
dapat dijadikan pedoman dalam men-takhrij adalah: Usul al- Takhrij wa Dirasat
al-Asanid oleh Muhammad Al-Tahhan, Husul al-Tafrij bi Usul al-Takhrij oleh
Ahmad ibn Muhammad al-Siddiq al- Gharami, Turuq Takhrij Hadis Rasul Allah
Saw karya Abu Muhammad al-Mahdi ibn `Abd al-Qadir ibn `Abd al Hadi,
Metodologi Penelitian Hadis Nabi oleh Syuhudi Ismail, dan lain-lain.
Selain kitab-kitab di atas, di dalam men-takhrij diperlukan juga bantuan
dari kitab-kitab kamus atau mu‟jam hadis dan mu‟jam para perawi hadis,
diantaranya seperti:


AL-Mu`jam Al-Mufahras li Al-faz Al-Hadis An-Nabawi. Kitab ini
memuat hadis-hadis dari Sembilan kitab induk hadis seperti Sahih
al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Turmidzi, Sunan abu Daud,
Sunan Nasa‟i, Sunan ibn Majah, Sunan Darimi, Muwaththa‟ Imam
Malik dan Musnad Imam Ahmad.



Miftah Kunuz al- Sunna. Kitab ini memuat hadis-hadis yang
terdapat dalam empat belas buah kitab, baik mengenai Sunnah
maupun biografi Nabi. Yaitu selain dari Sembilan kitab induk
hadis yakni; musnad al-Tayalisi, Musnad Zaid ibn Ali ibn Husein

6
ibn Ali ibn Abi Talib, Al-Tabaqat al-Kubra, Sirah ibn Hisyam, AlMagazi.
Sedangkan kitab yang memuat biografi para perawi hadis diantaranya
adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Thahhan sebagai berikut:
a) Kitab yang memuat biografi sahabat


Al-Isti ab fi Ma`rifat al Asahab, oleh ibn „abd al-Barr al-Andalusi (w. 463
H/1071 M).



Usud al-Ghabah fi Ma`rifat al-Sahabah, oleh Iz al-Din Abi al-Hasan Ali
ibn Muhammadibn Al-asir al-Jazari (w. 630 H/ 1232 M)



Al-Ishabah fi Tamyizal-Sahabah, oleh Al-Hafiz ibn Hajar al-asqalani (w.
852 H/ 1449).

b) Kitab-kitab Tabaqat yaitu kitab-kitab yang membahas biografi para perawi
hadis berdasarkan tingkatan para perawi (tabaqat al-ruwat), seperti:


Al-Tabaqat al-Kubra, oleh `Abdullah Muhammad ibn Sa`ad KhatibalWaqidi (w. 230 H).



Tazkirat al-Huffaz, karangan Abu `Abdullah Muhammad ibn Ahmad ibn
Usman al-Zahabi (w. 748 H/ 1348 M).

c) Kitab-kitab yang memuat para perawi hadis secara umum;


Al-Tarikh al-Kabir, oleh Imam Al-Bukhari (w 256 H/870 M)



Al-Jarh wa al-Ta`dil, karya ibn Abi Hatim (w 327 H).

d) Kitab-kitab yang memuat perawi hadis dari kitab-kitab hadis tertentu

7


Al-Hidayah wa al-irsyad fi ma‟rifat Ahl al-Tsiqat wa al-saad oleh Abu
Nashr Ahmad ibn Muhammad al-Kalabzi (w.398 H), Khusus memuat
perawi kitab shahih bukhari



Rijal Shahih Muslim, oleh Abu Bakar Ahmad ibn al-ashfalani (w. 438 H)



Al-Ta‟rif Rijal al-Muwwaththa‟, oleh Muhammad ibn Yahya al Hidzdza‟
al-Tamimi (w. 416 H)

E. Cara Pelaksanaan dan Metode Takhrij
1.

Takhrij Melalui Lafaz Pertama Matan Hadis

Metode ini sangat tergantung pada lafaz pertama matan hadis. Hadis-hadis
dengan metode ini dikodifikasi berdasarkan lafaz pertamanya menurut urutan
huruf hijaiyah. Misalnya, apabila akan men-takhrij hadis yang berbunyi;

‫ل س َذ ذ ت ص عح‬
ِ َ ْ‫َْ٘ َ ال ّ ِْٗ ُ ِال ُش‬
‫ش‬
Untuk mengetahui lafaz lengkap dari penggalan matan tersebut, langkah
yang harus dilakukan adalah menelusuri penggalan matan itu pada urutan awal
matan yang memuat penggalan matan yang dimaksud. Dalam kamus yang disusun
oleh Muhammad fuad Abdul Baqi, penggalan hadis tersebut terdapat di halaman
2014. Bearti, lafaz yang dicari berada pada halaman 2014 juz IV. Setelah
diperiksa, bunyi lengkap matan hadis yang dicari adalah;

‫ع ا ت ُش شج أ َ سس ل َّ َ لَ ل َْ ّ َن قال ل س َذ ذ ت ص عح‬
ِ َ ْ‫َيْ َ ِْٖ ُ َْٗ َ َ َ ّ َ ُْْ َ الل ِ صَّٔ الّ ُ عََ٘ ِ َسَّ َ ََ َ> َْ٘ َ ال ّ ِْٗ ُ ِاال ُش‬
‫ش‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ى‬
‫ا َو شذ ذ َز ٗ لل ً سَ ع ذ غ ة‬
ِ َْ٘ ‫ِّ َا ال َ ِْٗ ُ اّ ِْٕ َوِْ ُ َفْ َ ُ ٌِْ َال‬
‫ل‬
ً

8
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda, “(Ukuran) orang yang kuat
(perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang
disebut sebagai orang yang kuat adalh orang yang mampu menguasai dirinya
tatkala dia marah”.
Metode ini mempunyai kelebihan dalam hal memberikan kemungkinan
yang besar bagi seorang mukharrij untuk menemukan hadis-hadis yang dicari
dengan cepat. Akan tetapi, metode ini juga mempunyai kelemahan yaitu, apabila
terdapat kelainan atau perbedaan lafaz pertamanya sedikit saja, mak akan sulit
unruk menemukan hadis yang dimaksud. Sebagai contoh ;

ٍ ‫أت م ه ت ض ى د ََ ّ ﺧل ََ فض ِج‬
ُ ُْْ ّ َ َ ُ ‫اِراَ َا ُنْ َيْ َشْ َْْ َ ٌِْٗ ُ َ ُُق‬
ّ
Berdasarkan teks di atas, maka lafaz pertama dari hadis tersebut adalah iza
atakum (ْ‫ .)اِرا َ َا ُن‬Namun, apabila yang diingat oleh mukharrij sebagai lafaz
‫ات م‬
pertamanya adalah law atakum (ْ‫ )َْْ َ َا ُن‬atau iza ja‟akum (ْ‫ ,)ارا َا َ ُن‬maka hal
‫ل ات م‬
‫ج ءم‬
tersebut tentu akan menyebabkan sulitnya menemukan hadis yang sedang dicari,
karena adanya perbedaan lafaz pertamanya, meskipun ketiga lafaz tersebut
mengandung arti yang sama.
2. Takhrij Melalui Kata-Kata dalam Matan Hadis
Metode ini adalah metode yang berdasarkan pada kata-kata yang terdapat
dalam matan hadis, baik berupa kata benda ataupun kata kerja. Dalam metode ini
tidak digunakan huruf-huruf, tetapi yang dicantumkan adalah bagian hadisnya
sehingga pencarian hadis-hadis yang dimaksud dapat diperoleh lebih cepat.
Penggunaan metode ini akan lebih mudah manakala menitikberatkan pencarian
hadis berdasarkan lafaz-lafaznya yang asing dan jarang penggunaanya.

9
Kitab yang berdasarkan metode ini di antaranya adalah kitab Al-Mu`jam
Al-Mufahras li Al-faz Al-Hadis An-Nabawi (Kitab ini mengumpulkan hadis-hadis
yang terdapat di dalam Sembilan kitab induk hadis sebagaimana yaitu; Sahih
Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Turmizi, Sunan Abu Daud, Sunan Nasa‟i, Sunan
Ibn Majah, Sunan Darimi, Muwaththa‟ malik, dan Musnad Imam Ahmad) yang
ditulis oleh A.J.Wensinck yang merupakan orientalis dan guru besar bahasa arab
pada universitas Leiden. dan Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi Takhrij.
Contohnya pencarian hadis berikut;

‫ا َ َثٖ َ َّ ل َ ّ َن ًِ ع طع م وتث سٗ ي أ ٗ مل‬
َ َ ْ‫ِ ّ الّ ِ َ صَّٔ الل ِ عََْ٘ ِ َسَّ َ َ َٔ َيْ َ َا ِ الْ ُ َ َا ِ َْ٘ ِ َىْ ُؤ‬
‫ل‬
‫ل‬
ٌ ‫ى‬
Dalam pencarian hadis di atas, pada dasrnya dapat ditelusuri melalui katakata naha (َٔ َ ) ta‟am ( ‫ ,) َ َام‬yu‟kal (ْ‫ ) ُؤْ َل‬al-mutabariyaini (ِ َ٘ ِ ‫ .)ال ُ َ َا‬Akan tetapi
ًِ
‫طع‬
‫ٗ م‬
‫وتث سٗ ي‬
dari sekian kata yang dapat dipergunakan, lebih dianjurkan untuk menggunakan
kata al-mutabariyaini (ِ َْ٘ ِ ‫ )ال ُت َا‬karena kata tersebut jarang adanya. Menurut
‫و َث سٗ ي‬
penelitian para ulama hadis, penggunaan kata tabara (َٓ ‫ ) َ َا‬di dalam kitab induk
‫تث س‬
hadis (yang berjumlah Sembilan) hanya dua kali.
Langkah-langkah dalam menerapkan metode ini:
Langkah pertama, adalah menentukan kata kuncinya yaitu kata yang akan
dipergunakan sebagai alatuntuk mencari hadis. Sebaiknya kata kunci yang dipilih
adalah kata yang jarang dipakai, karena semakin bertambah asing kata tersebut
akan semakin mudah proses pencarian hadis. Setelah itu, kata tersebut
dikembalikan kepada

bentuk dasarnya.

Dan berdasarkan bentuk

dasar

tersebutdicarilah kata-kata itu di dalam kitab Mu‟jammenurut urutannya secara
abjad (huruf hijaiyah).

10
Langkah kedua, adalah mencari bentuk kata kunci tadi sebagaimana yang
terdapat di dalam hadis yang akan kita temukan melalui Mu‟jam ini. Di bawah
kata kunci tersebut akan ditemukan hadis yang sedang dicari dalam bentuk
potongan-potongan hadis (tidak lengkap). Mengiringi hadis tersebut turut
dicantumkan kitab-kitab yang menjadi sumber hadis itu yang dituliskan dalm
bentuk kode-kode sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Metode ini memiliki beberapa kelebihan yaitu; Metode ini mempercepat
pencarian hadis dan memungkinkan pencarian hadis melalui kata-kata apa saja
yang terdapat dalam matan hadis. Selain itu, metode ini juga memiliki beberapa
kelemahan yaitu; Terkadang suatu hadis tidak didapatkan dengan satu kata
sehingga orang yang mencarinya harus menggunakan kata-kata lain.
Selain mempunyai kelebihan, metode ini juga memiliki kelemahan,
diantaranya:


Adanya keharusan memiliki kemampuan bahasa arab beserta
perangkat ilmunya secara memadai.



Metode ini tidak menyebutkan perawi dari kalangan sahabat yang
menerima Hadis dari Nabi SAW. Karenanya, untuk mengetahui
nama sahabat, harus kembali kepada kitab-kitab aslinya setelah
men-takhrij-nya dengan kitab ini.



Terkadang suatu Hadis tidak didapatkan dengan satu kata sehingga
orang yang mencarinya harus menggunakan kata-kata lain5.

5

Abu Muhammad „Abdul Mahdi ibn „Abd al-Qadir, Thuruq Takhrij Hadis Rasul Allah
SAW, h. 60

11
3. Takhrij Berdasarkan Perawi Pertama
Takhrij ini menelusuri Hadits melalui sanad yang pertama atau yang
paling atas yakni para sahabat atau tabi‟in. berart peneliti harus mengetahui
terlebih dahulu siapa sanadnya dikalangan sahabat atau tabi‟in. dan dicari dalam
kitab-kitab Musnad, seperti Musnad Ahmad bin Hambal, dan sebagainya.
Kemudian

bagaimana

cara

men-takhrij

sebuah

hadits

dengan

menggunakan metode ini?, berikut contoh Hadits dalam Musnad Ahmad:

‫عي اًس تي هالل قال اهش تالل اى ٗشفع االراى ّٗتشاالقاهح‬
Sahabat perawi sudah diketahui yaitu Anas bin Malik, terlebih dahulu
Anas bin Malik itu dilihat dalam daftar isi sahabat dalam kitab Musnad, maka
didapati adanya sahabat Anas pada juz 3 h. 98. Bukalah kitab dan halaman
tersebut didalam kitab Musnad Anas, dicari satu persatu hadits yang ingin dicari
sampai ditemukan, maka ditemukan pada hlm. 103. Dari pentakhrijan ini dapat
dikatakan : Hadits itu ditakhrij oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya Juz 3, h.
103.6
4. Takhrij Berdasarkan Tema Hadis
Arti takhrij kedua ini adalah penelusuran Hadits yang didasarkan pada
topik, misalnya bab Al-kalam, Al-khadim, Al-Ghusl, Ad-Dhahiyah, dan lain-lain.
Seorang peneliti hendaknya sudah mengetahui topik suatu Hadits kemudian
ditelusuri melalui kamus Hadits tematik. Salah satu kamus Hadits tematik adalah
Miftah min Kunuz As-Sunnah oleh Dr. Fuad Abdul Baqi, terjemahan dari aslinya

6

Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Cet. VI; Jakarta: CV. Amzah, 2010), h. 126

12
bahasa inggris A Handbook of Early Muhammadan karya A.J. Wensinck pula. 7
Kitab-kitab yang menjadi referensi kamus Miftah tersebut sebanyak 14 kitab lebih
banyak dari pada Takhrij bi Lafdzi diatas yaitu 8 kitab sebagaimana diatas
ditambah 6 kitab lain. Masing-masing diberi singkatan yang spesifik yaitu sebagai
berikut:


Shahih Al-bukhari dengan diberi lambang: ‫تخ‬



Shahih Muslim dengandiberi nama:



Sunan abu Dawud dengan diberi lambang: ‫تذ‬



Sunan At-Tirmidzi dengan diberi lambang: ‫تش‬



Sunan An-Nasa‟i dengan diberi lambang: ‫ًس‬



Sunan Ibnu Majah dengan diberi lambang: ‫هج‬



Sunan Ad-Darimi dengan diberi lambang: ٖ‫ه‬



Muwattha Malik dengan diberi lambang: ‫ها‬



Musnad Ahmad dengan lambang: ‫حن‬



Musnad Abu Dawud Ath-Thayalisi dengan diberi lambang: ‫ط‬



Musnad Zaid bin Ali: ‫ص‬



Sirah Ibnu Hisyam: ‫ُش‬



Maghazi Al-Waqidi:‫قذ‬



Thabaqat Ibnu Sadim: ‫عذ‬

‫هس‬

Kemudian arti singkatan-singkatan lain dipakai dalam kamus ini adalah
sebagai berikut:

7

Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, h. 122.

13


Kitab :‫ك‬



Bab :‫ب‬



Hadits :‫ح‬



Shahifah :‫ص‬



Jus



Bagian (qismun): ‫ق‬



Bandingkan (Qabil): ‫قا‬

:‫ﺝ‬

Misalnya ketika ingin men-takhrij Hadits yaitu:

ٔ‫صالج ال٘ل هثٌٔ هث‬
Hadits tersebut temanya shalat malam. Dalam kamus Miftah dicari pada bab
Al-Layl tentang shalat malam. Disana dicantumkan yaitu sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

51 ‫تخ-ك < ب 8<, ك 985 ب5 ,ك =5 ب‬
58<-589 ‫هس-ك: ح‬
6: ‫تذ-ك9ب‬
618 ‫تش- ك 6 ب‬
5;6 ‫هج – ك 6 ب‬
65 ّ 599 ‫هٖ – ك 6 ب‬
57 ّ ‫ها – ك ; ح‬h
51 ّ = ّ 9 ‫حن – ثاى ص‬

Diantara keistimewaan metode ini adalah, bahwa metode ini hanya menuntut
pengetahuan akan kandungan hadis, tanpa memerlukan pengetahuan tentang lafaz
pertamanya, pengetahuan bahasa arab dengan perubahan katanya, atau pengetahuan
lainnya8, metode ini menuntut agar kita memahami hadis, mengatahui maksud dari
hadis tersebut dan hadis lain yang serupa.

8

Nawir Yuslem, Kitab Induk Hadis (Jakarta:Hijri Pustaka Utama, 2011). h. 167

14
Namun demikian metode ini tidak dapat diterapkan pada suatu hadis yang
tidak diketahui secara pasti tema atau topic, selain itu pemahaman yang berbeda
antara mukharrij dengan penyusun kitab yang berbeda juga menjadi kendala dalam
penerapan metode ini, umpamanya hadis yang dipahami oleh mukharrij sebagai hadis
ekonomi namun penyusun kitab tidak demikian.
5. Takhrij Berdasarkan Status Hadis
Metode ini memperkenalkan suatu upaya baru yang telah dilakukan para
ulama hadis dalam menyusun hadis-hadis, yaitu penghimpunan hadis berdasarkan
statusnya. Karya-karya tersebut sangat membantu sekali dalam proses pencarian
hadis berdasarkan statusnya, seperti hadis qudsi, hadis masyhur, hadis mursal dan
lainnya. Seorang peneliti hadis dengan membuka kitab-kitab seperti diatas dia telah
melakukan takhrij al hadis.9
Kelebihan metode ini dapat dilihat dari segi mudahnya proses takhrij. Hal ini
karena sebagian besar hadis-hadis yang dimuat dalam kitab yang berdasarkan sifatsifat hadis sangat sedikit, sehingga tidak memerlukan upaya yang rumit. Namun,
karena cakupannya sangat terbatas, dengan sedikitnya hadis-hadis yang dimuat dalam
karya-karya sejenis, hal ini sekaligus menjadi kelemahan dari metode ini. 10
Kitab kitab yang disusun berdasarkan metode ini :

9

Ibid. h. 168

10

Abu Muhammad „Abdul Mahdi ibn „Abd al-Qadir, Thuruq Takhrij Hadis Rasul Allah SAW,

h. 195.

15


Al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akbar al-Mutawatirah karangan AlSuyuthi.



Al-Ittihafat al-Saniyyat fi al-Ahadis al-Qadsiyyah oleh al-Madani.



Al-Marasil oleh Abu Dawud, dan kitab-kitab sejenis lainnya.

F. Kesimpulan
Takhrij hadis adalah menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada
sumber-sumbernya yang asli yang didalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap
dengan sanad-nya masing-masing, kemudian, manakala diperlukan, dijelaskan
kualitas hadis yang bersangkutan
Secara umum ada dua hal yang menjadi tujuan takhrij, yaitu :
1. Untuk mengetahui sumber dari suatu hadits, dan
2. Mengetahui kualitas dari suatu hadits, apakah dapat diterima atau ditolak

Sedangkan manfaat takhrij secara umum banyak sekali, diantaranya:
1. Memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal dari suatu hadits
beserta ulama yang meriwayatkannya.
2. Menambah

pembendaharaan

sanad

hadits

melalui

kitab-kitab

yang

ditunjukkannya.
3. Memperjelas keadaan sanad, sehingga dapat diketahhui apakah munqathi‟
atau lainnya, dan lain-lain.
Diantara kitab-kitab yang dapat dijadikan pedoman dalam men-takhrij adalah:
Usul al- Takhrij wa Dirasat al-Asanid oleh Muhammad Al-Tahhan, Husul al-Tafrij bi
Usul al-Takhrij oleh Ahmad ibn Muhammad al-Siddiq al- Gharami, Turuq Takhrij

16
Hadis Rasul Allah Saw karya Abu Muhammad al-Mahdi ibn `Abd al-Qadir ibn `Abd
al Hadi, Metodologi Penelitian Hadis Nabi oleh Syuhudi Ismail, dan lain-lain.
Selain kitab-kitab di atas, di dalam men-takhrij diperlukan juga bantuan dari
kitab-kitab kamus atau mu‟jam hadis dan mu‟jam para perawi hadis, selain itu juga
diperlukan kitab yang memuat biografi para perawi hadis
Cara Pelaksanaan dan Metode Takhrij
1. Takhrij Melalui Lafaz Pertama Matan Hadis
2. Takhrij Melalui Kata-Kata dalam Matan Hadis
3. Takhrij Berdasarkan Perawi Pertama
4. Takhrij Berdasarkan Tema Hadis
Daftar Pustaka
Abu Muhammad „Abdul Mahdi ibn „Abd al-Qadir, Thuruq Takhrij Hadis Rasul Allah
SAW, Terj. S Agil Husin Munawwar dan H. Ahmad Rifqi Muchtar.
Semarang: Dina Utama, 1994.
Abu Muhammad „Abdul Mahdi ibn „Abd al-Qadir, Thuruq Takhrij Hadis Rasul Allah
SAW
Abu Muhammad „Abdul Mahdi ibn „Abd al-Qadir, Thuruq Takhrij Hadis Rasul Allah
SAW
Al-Tahhan, Mahmud, Usul al-Takhrij Wa Dirasat al-Isanid. Beirut:, Dar al-Qur‟an
al-Karim, 1978.
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits. Cet. VI; Jakarta: CV. Amzah, 2010.
http://blog.sunan-ampel.ac.id/nurlaila/2011/05/31/takhrij-hadis-smt-2sjb/ (Akses 09
September 2012)

17
http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/metode-takhrij-hadits/ (Akses 09 September 2012)
Sahrani, Sohari, Ulumul Hadits, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010.
Sahrani, Sohari, Ulumul Hadits. Bogor, Ghalia Indonesia Cet, I, 2010.
Yuslem, Nawir, Kitab Induk Hadis. Jakarta:Hijri Pustaka Utama, 2011.
Yuslem, Nawir, Ulumul Hadis, Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, Cet. Kedua,
2003

18

More Related Content

What's hot (20)

Quran sunnah ijma' qiyas
Quran sunnah ijma' qiyasQuran sunnah ijma' qiyas
Quran sunnah ijma' qiyas
 
ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)
ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)
ULUMUL HADIS (SEJARAH HADITS PRA KODIFIKASI DAN PASCA KODIFIKASI)
 
Naskh mansukh
Naskh mansukhNaskh mansukh
Naskh mansukh
 
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
Presentasi Fiqh 11 (Nikah)
 
Tafsir pada periode tabi’in dan periode tadwin
Tafsir pada periode tabi’in dan periode tadwinTafsir pada periode tabi’in dan periode tadwin
Tafsir pada periode tabi’in dan periode tadwin
 
MENUNTUT ILMU
MENUNTUT ILMUMENUNTUT ILMU
MENUNTUT ILMU
 
Takhrij Hadits Ulumul Hadits (Lanjutan)
Takhrij Hadits Ulumul Hadits (Lanjutan)Takhrij Hadits Ulumul Hadits (Lanjutan)
Takhrij Hadits Ulumul Hadits (Lanjutan)
 
Muhkam Mutasyabih
Muhkam MutasyabihMuhkam Mutasyabih
Muhkam Mutasyabih
 
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'ifHadits Shahih, Hasan, Dlo'if
Hadits Shahih, Hasan, Dlo'if
 
Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul hadits
 
Ulumul Qur'an (2)
Ulumul Qur'an (2)Ulumul Qur'an (2)
Ulumul Qur'an (2)
 
Hadits Dha'if dan Hadits Maudhu
Hadits Dha'if dan Hadits MaudhuHadits Dha'if dan Hadits Maudhu
Hadits Dha'if dan Hadits Maudhu
 
PPT Al-Quran Hadist
PPT Al-Quran HadistPPT Al-Quran Hadist
PPT Al-Quran Hadist
 
Ppt hadits
Ppt haditsPpt hadits
Ppt hadits
 
Ilmu jarh dan ta'dil
Ilmu jarh dan ta'dilIlmu jarh dan ta'dil
Ilmu jarh dan ta'dil
 
Kodifikasi al qur’an
Kodifikasi al qur’anKodifikasi al qur’an
Kodifikasi al qur’an
 
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
3. ‘am, khash, muthlaq, muqayyad
 
Makalah nasikh mansukh
Makalah nasikh mansukhMakalah nasikh mansukh
Makalah nasikh mansukh
 
Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)
Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)
Balaghoh (ma'ani, badi', bayan)
 
naskh wa mansukh
naskh wa mansukhnaskh wa mansukh
naskh wa mansukh
 

Viewers also liked

makalah takhrij hadits
makalah takhrij haditsmakalah takhrij hadits
makalah takhrij haditsFeri Nugroho
 
12 takhrij hadits
12 takhrij hadits12 takhrij hadits
12 takhrij haditsFakhri Cool
 
Takhrij al hadith
Takhrij al hadithTakhrij al hadith
Takhrij al hadithwmkfirdaus
 
Takhrij maktabahsyamilah
Takhrij maktabahsyamilahTakhrij maktabahsyamilah
Takhrij maktabahsyamilahNesia A.
 
27.9.2012 hadis palsu
27.9.2012   hadis palsu 27.9.2012   hadis palsu
27.9.2012 hadis palsu Angah Rahim
 
26.9.2012 hadis maudhu’
26.9.2012   hadis maudhu’26.9.2012   hadis maudhu’
26.9.2012 hadis maudhu’Angah Rahim
 
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhanGua Syed Al Yahya
 
100 hadis dha'if & palsu yang masyhur di kalangan masyarakat
100 hadis dha'if & palsu yang masyhur di kalangan masyarakat100 hadis dha'if & palsu yang masyhur di kalangan masyarakat
100 hadis dha'if & palsu yang masyhur di kalangan masyarakatSlight Hope
 

Viewers also liked (9)

makalah takhrij hadits
makalah takhrij haditsmakalah takhrij hadits
makalah takhrij hadits
 
12 takhrij hadits
12 takhrij hadits12 takhrij hadits
12 takhrij hadits
 
Takhrij al hadith
Takhrij al hadithTakhrij al hadith
Takhrij al hadith
 
Takhrij maktabahsyamilah
Takhrij maktabahsyamilahTakhrij maktabahsyamilah
Takhrij maktabahsyamilah
 
27.9.2012 hadis palsu
27.9.2012   hadis palsu 27.9.2012   hadis palsu
27.9.2012 hadis palsu
 
26.9.2012 hadis maudhu’
26.9.2012   hadis maudhu’26.9.2012   hadis maudhu’
26.9.2012 hadis maudhu’
 
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
36 hadits hadits palsu dan lemah yang sering disebut di bulan ramadhan
 
100 hadis dha'if & palsu yang masyhur di kalangan masyarakat
100 hadis dha'if & palsu yang masyhur di kalangan masyarakat100 hadis dha'if & palsu yang masyhur di kalangan masyarakat
100 hadis dha'if & palsu yang masyhur di kalangan masyarakat
 
Hadits maudhu'
Hadits maudhu'Hadits maudhu'
Hadits maudhu'
 

Similar to Takhrij hadis

dasar-dasar pengetahuan tentang Hadits Nabiuuuuuu
dasar-dasar pengetahuan tentang Hadits Nabiuuuuuudasar-dasar pengetahuan tentang Hadits Nabiuuuuuu
dasar-dasar pengetahuan tentang Hadits NabiuuuuuuLocked Mount
 
Ilmu takhrij hadits 2
Ilmu takhrij hadits 2Ilmu takhrij hadits 2
Ilmu takhrij hadits 2Hanif Fauzi
 
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)Riezal Bintan
 
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptx
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptxppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptx
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptxNunuNurhayati3
 
Terima Tolak Hadith
Terima Tolak HadithTerima Tolak Hadith
Terima Tolak Hadithdr2200s
 
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'Haristian Sahroni Putra
 
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)DeniKesuma1
 
PPT Ulumul hadis : Aspek Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi
PPT Ulumul hadis : Aspek Ontologi, Epistemologi, dan AksiologiPPT Ulumul hadis : Aspek Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi
PPT Ulumul hadis : Aspek Ontologi, Epistemologi, dan AksiologiFahmiFahrezi9
 
Jika Hadits Shahih Saling Bertentangan
Jika Hadits Shahih Saling BertentanganJika Hadits Shahih Saling Bertentangan
Jika Hadits Shahih Saling BertentanganSuedi Ahmad
 
HADITS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR SERTA KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITS
HADITS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR SERTA KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITSHADITS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR SERTA KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITS
HADITS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR SERTA KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITSMuhammad Rizaki
 
Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)
Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)
Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)Aliem Masykur
 
Ilmu musthalah hadits gratis
Ilmu musthalah hadits gratisIlmu musthalah hadits gratis
Ilmu musthalah hadits gratisQomaruz Zaman
 
Pengertian tafsir
Pengertian tafsirPengertian tafsir
Pengertian tafsir4n9ry_61rd5
 

Similar to Takhrij hadis (20)

dasar-dasar pengetahuan tentang Hadits Nabiuuuuuu
dasar-dasar pengetahuan tentang Hadits Nabiuuuuuudasar-dasar pengetahuan tentang Hadits Nabiuuuuuu
dasar-dasar pengetahuan tentang Hadits Nabiuuuuuu
 
Takhrij Hadist
Takhrij HadistTakhrij Hadist
Takhrij Hadist
 
Ilmu takhrij hadits 2
Ilmu takhrij hadits 2Ilmu takhrij hadits 2
Ilmu takhrij hadits 2
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Bab dua
Bab duaBab dua
Bab dua
 
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
Sejarah dan pengantar ilmu hadits(karya prof. dr. t.m. hasbi ash shiddieqy)
 
PENGANTAR TAFSIR-1 OLEH Ahmad Mutawalli Nasution. SM MD IV-C. FDK UINSU 2019/...
PENGANTAR TAFSIR-1 OLEH Ahmad Mutawalli Nasution. SM MD IV-C. FDK UINSU 2019/...PENGANTAR TAFSIR-1 OLEH Ahmad Mutawalli Nasution. SM MD IV-C. FDK UINSU 2019/...
PENGANTAR TAFSIR-1 OLEH Ahmad Mutawalli Nasution. SM MD IV-C. FDK UINSU 2019/...
 
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptx
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptxppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptx
ppt .TERMINOLOGI DAN SEJARAH PERKEMBANGAN ULUMUL HADITS.pptx
 
Terima Tolak Hadith
Terima Tolak HadithTerima Tolak Hadith
Terima Tolak Hadith
 
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
Bahasa Arab - At-Tawaabi' Lismil Marfuu'
 
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
PEMBAGIAN HADIST DARI SEGI KUALITAS 1 (SHAHIH DAN HASAN)
 
PPT Ulumul hadis : Aspek Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi
PPT Ulumul hadis : Aspek Ontologi, Epistemologi, dan AksiologiPPT Ulumul hadis : Aspek Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi
PPT Ulumul hadis : Aspek Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi
 
Jika Hadits Shahih Saling Bertentangan
Jika Hadits Shahih Saling BertentanganJika Hadits Shahih Saling Bertentangan
Jika Hadits Shahih Saling Bertentangan
 
TUGAS HADIS TEMATIK M. FAISAL FADILAH. SM V FDK UINSU 2019
TUGAS HADIS TEMATIK M. FAISAL FADILAH. SM V FDK UINSU 2019TUGAS HADIS TEMATIK M. FAISAL FADILAH. SM V FDK UINSU 2019
TUGAS HADIS TEMATIK M. FAISAL FADILAH. SM V FDK UINSU 2019
 
MAKALAH TAFSIR TAHLI
MAKALAH TAFSIR TAHLIMAKALAH TAFSIR TAHLI
MAKALAH TAFSIR TAHLI
 
HADITS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR SERTA KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITS
HADITS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR SERTA KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITSHADITS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR SERTA KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITS
HADITS, SUNNAH, KHABAR DAN ATSAR SERTA KEDUDUKAN DAN FUNGSI HADITS
 
Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)
Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)
Ahlu Sunah Waljama'ah (Aswaja)
 
Ilmu musthalah hadits gratis
Ilmu musthalah hadits gratisIlmu musthalah hadits gratis
Ilmu musthalah hadits gratis
 
Hadis dhaif
Hadis dhaifHadis dhaif
Hadis dhaif
 
Pengertian tafsir
Pengertian tafsirPengertian tafsir
Pengertian tafsir
 

More from Early Ridho Kismawadi

Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013
Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013
Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013Early Ridho Kismawadi
 
Jurnal at tasyri' volume iii, no 1, februari - juli 2011
Jurnal at tasyri' volume iii, no 1, februari - juli 2011Jurnal at tasyri' volume iii, no 1, februari - juli 2011
Jurnal at tasyri' volume iii, no 1, februari - juli 2011Early Ridho Kismawadi
 
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori Produksi
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori ProduksiKonsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori Produksi
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori ProduksiEarly Ridho Kismawadi
 
Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index
Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic IndexPengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index
Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic IndexEarly Ridho Kismawadi
 
Hubungan Antara Rentabilitas Dengan Likuiditas Pada PT. Bank Pembiayaan Rakya...
Hubungan Antara Rentabilitas Dengan Likuiditas Pada PT. Bank Pembiayaan Rakya...Hubungan Antara Rentabilitas Dengan Likuiditas Pada PT. Bank Pembiayaan Rakya...
Hubungan Antara Rentabilitas Dengan Likuiditas Pada PT. Bank Pembiayaan Rakya...Early Ridho Kismawadi
 
Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)
Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)
Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)Early Ridho Kismawadi
 
Resensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul Mannan
Resensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul MannanResensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul Mannan
Resensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul MannanEarly Ridho Kismawadi
 
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)Early Ridho Kismawadi
 

More from Early Ridho Kismawadi (17)

Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013
Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013
Jurnal At Tasyri volume iv, no 2, agustus 2012 - januari 2013
 
Jurnal at tasyri' volume iii, no 1, februari - juli 2011
Jurnal at tasyri' volume iii, no 1, februari - juli 2011Jurnal at tasyri' volume iii, no 1, februari - juli 2011
Jurnal at tasyri' volume iii, no 1, februari - juli 2011
 
Pendapatan nasional
Pendapatan nasionalPendapatan nasional
Pendapatan nasional
 
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori Produksi
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori ProduksiKonsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori Produksi
Konsep Elastisitas Teori Perilaku Konsumen dan Teori Produksi
 
Ilmu ekonomi
Ilmu ekonomi Ilmu ekonomi
Ilmu ekonomi
 
Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index
Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic IndexPengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index
Pengaruh Variabel Makro Ekonomi Terhadap Jakarta Islamic Index
 
Hubungan Antara Rentabilitas Dengan Likuiditas Pada PT. Bank Pembiayaan Rakya...
Hubungan Antara Rentabilitas Dengan Likuiditas Pada PT. Bank Pembiayaan Rakya...Hubungan Antara Rentabilitas Dengan Likuiditas Pada PT. Bank Pembiayaan Rakya...
Hubungan Antara Rentabilitas Dengan Likuiditas Pada PT. Bank Pembiayaan Rakya...
 
Akuntansi Syariah
Akuntansi SyariahAkuntansi Syariah
Akuntansi Syariah
 
Akuntansi Syariah,
Akuntansi Syariah,Akuntansi Syariah,
Akuntansi Syariah,
 
Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)
Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)
Kepemilikan Umum (Al Milkiyyat Al 'Ammah/ Public Property)
 
Ayat dan Hadis Ekonomi
Ayat dan Hadis EkonomiAyat dan Hadis Ekonomi
Ayat dan Hadis Ekonomi
 
Resensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul Mannan
Resensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul MannanResensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul Mannan
Resensi Islamic Economics, Theory and Practice, Prof. Muhammad Abdul Mannan
 
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
Pendekatan Dalam Pengkajian Islam Pendekatan Hukum (PDPI)
 
Ibnu khaldun
Ibnu khaldunIbnu khaldun
Ibnu khaldun
 
Qadariah dan jabariah
Qadariah dan jabariahQadariah dan jabariah
Qadariah dan jabariah
 
Ahlul ra'yi
Ahlul ra'yiAhlul ra'yi
Ahlul ra'yi
 
Abu yusuf
Abu yusufAbu yusuf
Abu yusuf
 

Takhrij hadis

  • 1. Takhrij Hadis dan Metode-Metodenya Oleh: Early Ridho Kismawadi 11 EKNI 2364 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. H. Nawir Yuslem, MA PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA MEDAN 2013 M/1433 H 1
  • 2. Takhrij Hadis dan Metode-Metodenya A. Pendahuluan Pada awalnya ilmu takhrij hadis tidak diperlukan oleh ulama namun seiring berjalannya waktu dan kebutuhan terhadap penunjukan hadis terhadab sumber aslinya maka memunculkan berbagai kitab-kitab takhrij, menjelaskan metodenya, dan menentukan kualitas hadis sesuai kedudukanya. Takhrij adalah menunjukkan hadits pada rujukan pokok ( asli ) yang sudah dikeluarkan lalu disebutkan pula kedudukan hadits tersebut pada saat yang diperlukan. Ilmu takhrij merupakan bagian dari ilmu agama yang harus mendapat perhatian serius karena di dalamnya dibicarakan berbagai kaidah untuk mengetahui sumber hadis itu berasal. Disamping itu, didalamnya ditemukan banyak kegunaan dan hasil yang diperoleh, khususnya dalam menentukan kualitas sanad hadis. suatu hadis merupakan hal yang mutlak diperlukan. Dalam makalah takhrij hadis kali ini akan dibahas mengenai: Pengertian takhrij hadis, tujuan dan manfa‟at takhrij hadis, kitab-kitab yang diperlukan dalam mentakhrij, cara pelaksanaan dan metode takhrij B. Pengertian Takhrij Hadis Secara etimologi, kata takhrij ( ‫ )تخشٗج‬berasal dari fi‟il madli kharaja (‫)ﺧسﱠﺝ‬ yang berarti mengeluarkan. Kata tersebut merupakan bentuk imbuhan dari kata dasar khuruj (‫ )ﺧشّﺝ‬yang berasal dari kata kharaja (‫ )ﺧشﺝ‬yang berarti keluar. Dengan demikian takhrij hadis berarti mengeluarkan hadis dari sumbernya. 2
  • 3. Sedangkan secata terminology takhrij adalah menunjukkan tempat hadits pada sumber-sumber aslinya, dimana hadits tersebut telah diriwayatkan lengkap dengan sanadnya, kemudian menjelaskan derajatnya jika diperlukan.1 Sedangkan menurut Al-Thahhan, setelah menyebutkan beberapa macam pengertian takhrij di kalangan ulama hadis, menyimpulkan bahwa: takhrij hadis adalah menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumbersumbernya yang asli yang didalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap dengan sanad-nya masing-masing, kemudian, manakala diperlukan, dijelaskan kualitas hadis yang bersangkutan.dari definisi tersebut terlihat bahwa hakikat dari takhrij al-hadis adalah:penelusuran atau pencarian sumbernya yang asli yang didalamnya dikemukakan secara lengkap matan dan sanad-nya. 2 C. Tujuan dan Manfa’at Takhrij Hadis. Mengenai tujuan dan manfaat takhrij hadits ini, „Abd al-Mahdi melihatnya secara terpisah antara satu dengan yang lainnya. Menurut „Abd al-Mahdi, yang menjadi tujuan dari takhrij adalah menunjukkan sumber hadits dan menerangkan ditolak atau diterimanya hadits tersebut. Dengan demikian, ada dua hal yang menjadi tujuan takhrij, yaitu : 1. Untuk mengetahui sumber dari suatu hadits, dan 2. Mengetahui kualitas dari suatu hadits, apakah dapat diterima atau ditolak. Sedangkan manfaat takhrij secara umum banyak sekali, diantaranya: 3 1 Mahmud, Al-Tahhan, Usul al-Takhrij Wa Dirasat al-Isanid, (Beirut:, Dar al-Qur‟an alKarim, 1978). h. 9. 2 Nawir Yuslem, Kitab Induk Hadis (Jakarta:Hijri Pustaka Utama, 2011). h. 152. 3 Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor, Ghalia Indonesia Cet, I, 2010), h. 27. 3
  • 4. 1. Memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal dari suatu hadits beserta ulama yang meriwayatkannya. 2. Menambah pembendaharaan sanad hadits melalui kitab-kitab yang ditunjukkannya. 3. Memperjelas keadaan sanad, sehingga dapat diketahhui apakah munqathi‟ atau lainnya. 4. Memperjelas perawi hadits yang samar karena dengan adanya takhrij, dapat diketahui nama perawi yang sebenarnya secara lengkap. 5. Dapat membedakan antara proses periwayatan yang dilakukan dengan lafadz dan yang dilakukan dengan makna saja. Sedangkan menurut „Abd al-Mahdi manfaat takhrij hadis setelah disimpulkan sebagai berikut 4: Diantara manfaat takhrij antara lain yaitu: 1.Takhrij dapat memperkenalkan sumber hadits. 2.Takhrij dapat menambah perbedaan sanad hadits melalui kitab-kitab yang ada. 3.Takhrij dapat memperjelas keadaan sanad. 4.Takhrij memperjelas hukum hadits dengan banyak meriwayatkannya itu. 5.Dengan takhrij kita dapat mengetahui pendapat-pendapat para ulama sekitar hukum hadits. 6.Takhrij dapat memperjelas perawi hadits yang samar. 4 Abu Muhammad „Abdul Mahdi ibn „Abd al-Qadir, Thuruq Takhrij Hadis Rasul Allah SAW, Terj. S Agil Husin Munawwar dan H. Ahmad Rifqi Muchtar(Semarang: Dina Utama, 1994), h. 6-7. 4
  • 5. 7.Takhrij dapat memperjelas perawi hadits yang tidak diketahui namanya. 8.Takhrij dapat menafikan pemakaian “An” dalam periwayatan hadits oleh seorang perawi mudallis. 9.Takhrij dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya percampuran riwayat. 10. Takhrij dapat membatasi nama perawi yang sebenarnya. 11. Takhrij dapat memperkenalkan periwayatan yang tidak dapat dalam satu sanad. 12. Takhrij dapat memperjelas arti kalimat yang asing yang terdapat dalam satu sanad. 13. Takhrij dapat menghilangkan hukum “syadz” (kesendirian riwayat yang menyalahi riwayat tsiqat) yang terdapat pada suatu hadits. 14. Takhrij dapat membedakan hadits yang mudraj (yang mengalami penyusupan sesuatu) dari yang lainnya. 15. Takhrij dapat mengungkapkan keragu-raguan dan kekeliruan yang dialami oleh seorang perawi. 16. Takhrij dapat mengungkap hal-hal yang terlupakan atau diringkas oleh seorang perawi. 17. Takhrij dapat membedakan antara proses periwayatan yang dilakukan dengan lafal dan yang dilakukan dengan ma‟na (pengertian) saja. 18. Takhrij dapat menjelaskan sebab-sebab timbulnya hadits. 19. Takhrij dapat menjelaskan masa dan tempat timbulnya hadits. 5
  • 6. 20. Takhrij dapat mengungkapkan kemungkinan terjadinya kesalahan percetakan dengan melalui perbandingan-perbandingan sanad yang ada D. Kitab-kitab yang diperlukan dalam Mentakhrij Dalam melakukan takhrij, seseorang memerlukan kitab-kitab tertentu yang dapat dijadikan pegangan atau pedoman sehingga dapat melakukan kegiatan takhrij secara mudah dan mencapai sasaran yang dituju. Diantara kitab-kitab yang dapat dijadikan pedoman dalam men-takhrij adalah: Usul al- Takhrij wa Dirasat al-Asanid oleh Muhammad Al-Tahhan, Husul al-Tafrij bi Usul al-Takhrij oleh Ahmad ibn Muhammad al-Siddiq al- Gharami, Turuq Takhrij Hadis Rasul Allah Saw karya Abu Muhammad al-Mahdi ibn `Abd al-Qadir ibn `Abd al Hadi, Metodologi Penelitian Hadis Nabi oleh Syuhudi Ismail, dan lain-lain. Selain kitab-kitab di atas, di dalam men-takhrij diperlukan juga bantuan dari kitab-kitab kamus atau mu‟jam hadis dan mu‟jam para perawi hadis, diantaranya seperti:  AL-Mu`jam Al-Mufahras li Al-faz Al-Hadis An-Nabawi. Kitab ini memuat hadis-hadis dari Sembilan kitab induk hadis seperti Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Turmidzi, Sunan abu Daud, Sunan Nasa‟i, Sunan ibn Majah, Sunan Darimi, Muwaththa‟ Imam Malik dan Musnad Imam Ahmad.  Miftah Kunuz al- Sunna. Kitab ini memuat hadis-hadis yang terdapat dalam empat belas buah kitab, baik mengenai Sunnah maupun biografi Nabi. Yaitu selain dari Sembilan kitab induk hadis yakni; musnad al-Tayalisi, Musnad Zaid ibn Ali ibn Husein 6
  • 7. ibn Ali ibn Abi Talib, Al-Tabaqat al-Kubra, Sirah ibn Hisyam, AlMagazi. Sedangkan kitab yang memuat biografi para perawi hadis diantaranya adalah sebagaimana yang disebutkan oleh Al-Thahhan sebagai berikut: a) Kitab yang memuat biografi sahabat  Al-Isti ab fi Ma`rifat al Asahab, oleh ibn „abd al-Barr al-Andalusi (w. 463 H/1071 M).  Usud al-Ghabah fi Ma`rifat al-Sahabah, oleh Iz al-Din Abi al-Hasan Ali ibn Muhammadibn Al-asir al-Jazari (w. 630 H/ 1232 M)  Al-Ishabah fi Tamyizal-Sahabah, oleh Al-Hafiz ibn Hajar al-asqalani (w. 852 H/ 1449). b) Kitab-kitab Tabaqat yaitu kitab-kitab yang membahas biografi para perawi hadis berdasarkan tingkatan para perawi (tabaqat al-ruwat), seperti:  Al-Tabaqat al-Kubra, oleh `Abdullah Muhammad ibn Sa`ad KhatibalWaqidi (w. 230 H).  Tazkirat al-Huffaz, karangan Abu `Abdullah Muhammad ibn Ahmad ibn Usman al-Zahabi (w. 748 H/ 1348 M). c) Kitab-kitab yang memuat para perawi hadis secara umum;  Al-Tarikh al-Kabir, oleh Imam Al-Bukhari (w 256 H/870 M)  Al-Jarh wa al-Ta`dil, karya ibn Abi Hatim (w 327 H). d) Kitab-kitab yang memuat perawi hadis dari kitab-kitab hadis tertentu 7
  • 8.  Al-Hidayah wa al-irsyad fi ma‟rifat Ahl al-Tsiqat wa al-saad oleh Abu Nashr Ahmad ibn Muhammad al-Kalabzi (w.398 H), Khusus memuat perawi kitab shahih bukhari  Rijal Shahih Muslim, oleh Abu Bakar Ahmad ibn al-ashfalani (w. 438 H)  Al-Ta‟rif Rijal al-Muwwaththa‟, oleh Muhammad ibn Yahya al Hidzdza‟ al-Tamimi (w. 416 H) E. Cara Pelaksanaan dan Metode Takhrij 1. Takhrij Melalui Lafaz Pertama Matan Hadis Metode ini sangat tergantung pada lafaz pertama matan hadis. Hadis-hadis dengan metode ini dikodifikasi berdasarkan lafaz pertamanya menurut urutan huruf hijaiyah. Misalnya, apabila akan men-takhrij hadis yang berbunyi; ‫ل س َذ ذ ت ص عح‬ ِ َ ْ‫َْ٘ َ ال ّ ِْٗ ُ ِال ُش‬ ‫ش‬ Untuk mengetahui lafaz lengkap dari penggalan matan tersebut, langkah yang harus dilakukan adalah menelusuri penggalan matan itu pada urutan awal matan yang memuat penggalan matan yang dimaksud. Dalam kamus yang disusun oleh Muhammad fuad Abdul Baqi, penggalan hadis tersebut terdapat di halaman 2014. Bearti, lafaz yang dicari berada pada halaman 2014 juz IV. Setelah diperiksa, bunyi lengkap matan hadis yang dicari adalah; ‫ع ا ت ُش شج أ َ سس ل َّ َ لَ ل َْ ّ َن قال ل س َذ ذ ت ص عح‬ ِ َ ْ‫َيْ َ ِْٖ ُ َْٗ َ َ َ ّ َ ُْْ َ الل ِ صَّٔ الّ ُ عََ٘ ِ َسَّ َ ََ َ> َْ٘ َ ال ّ ِْٗ ُ ِاال ُش‬ ‫ش‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ‫ى‬ ‫ا َو شذ ذ َز ٗ لل ً سَ ع ذ غ ة‬ ِ َْ٘ ‫ِّ َا ال َ ِْٗ ُ اّ ِْٕ َوِْ ُ َفْ َ ُ ٌِْ َال‬ ‫ل‬ ً 8
  • 9. Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda, “(Ukuran) orang yang kuat (perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang disebut sebagai orang yang kuat adalh orang yang mampu menguasai dirinya tatkala dia marah”. Metode ini mempunyai kelebihan dalam hal memberikan kemungkinan yang besar bagi seorang mukharrij untuk menemukan hadis-hadis yang dicari dengan cepat. Akan tetapi, metode ini juga mempunyai kelemahan yaitu, apabila terdapat kelainan atau perbedaan lafaz pertamanya sedikit saja, mak akan sulit unruk menemukan hadis yang dimaksud. Sebagai contoh ; ٍ ‫أت م ه ت ض ى د ََ ّ ﺧل ََ فض ِج‬ ُ ُْْ ّ َ َ ُ ‫اِراَ َا ُنْ َيْ َشْ َْْ َ ٌِْٗ ُ َ ُُق‬ ّ Berdasarkan teks di atas, maka lafaz pertama dari hadis tersebut adalah iza atakum (ْ‫ .)اِرا َ َا ُن‬Namun, apabila yang diingat oleh mukharrij sebagai lafaz ‫ات م‬ pertamanya adalah law atakum (ْ‫ )َْْ َ َا ُن‬atau iza ja‟akum (ْ‫ ,)ارا َا َ ُن‬maka hal ‫ل ات م‬ ‫ج ءم‬ tersebut tentu akan menyebabkan sulitnya menemukan hadis yang sedang dicari, karena adanya perbedaan lafaz pertamanya, meskipun ketiga lafaz tersebut mengandung arti yang sama. 2. Takhrij Melalui Kata-Kata dalam Matan Hadis Metode ini adalah metode yang berdasarkan pada kata-kata yang terdapat dalam matan hadis, baik berupa kata benda ataupun kata kerja. Dalam metode ini tidak digunakan huruf-huruf, tetapi yang dicantumkan adalah bagian hadisnya sehingga pencarian hadis-hadis yang dimaksud dapat diperoleh lebih cepat. Penggunaan metode ini akan lebih mudah manakala menitikberatkan pencarian hadis berdasarkan lafaz-lafaznya yang asing dan jarang penggunaanya. 9
  • 10. Kitab yang berdasarkan metode ini di antaranya adalah kitab Al-Mu`jam Al-Mufahras li Al-faz Al-Hadis An-Nabawi (Kitab ini mengumpulkan hadis-hadis yang terdapat di dalam Sembilan kitab induk hadis sebagaimana yaitu; Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Turmizi, Sunan Abu Daud, Sunan Nasa‟i, Sunan Ibn Majah, Sunan Darimi, Muwaththa‟ malik, dan Musnad Imam Ahmad) yang ditulis oleh A.J.Wensinck yang merupakan orientalis dan guru besar bahasa arab pada universitas Leiden. dan Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi Takhrij. Contohnya pencarian hadis berikut; ‫ا َ َثٖ َ َّ ل َ ّ َن ًِ ع طع م وتث سٗ ي أ ٗ مل‬ َ َ ْ‫ِ ّ الّ ِ َ صَّٔ الل ِ عََْ٘ ِ َسَّ َ َ َٔ َيْ َ َا ِ الْ ُ َ َا ِ َْ٘ ِ َىْ ُؤ‬ ‫ل‬ ‫ل‬ ٌ ‫ى‬ Dalam pencarian hadis di atas, pada dasrnya dapat ditelusuri melalui katakata naha (َٔ َ ) ta‟am ( ‫ ,) َ َام‬yu‟kal (ْ‫ ) ُؤْ َل‬al-mutabariyaini (ِ َ٘ ِ ‫ .)ال ُ َ َا‬Akan tetapi ًِ ‫طع‬ ‫ٗ م‬ ‫وتث سٗ ي‬ dari sekian kata yang dapat dipergunakan, lebih dianjurkan untuk menggunakan kata al-mutabariyaini (ِ َْ٘ ِ ‫ )ال ُت َا‬karena kata tersebut jarang adanya. Menurut ‫و َث سٗ ي‬ penelitian para ulama hadis, penggunaan kata tabara (َٓ ‫ ) َ َا‬di dalam kitab induk ‫تث س‬ hadis (yang berjumlah Sembilan) hanya dua kali. Langkah-langkah dalam menerapkan metode ini: Langkah pertama, adalah menentukan kata kuncinya yaitu kata yang akan dipergunakan sebagai alatuntuk mencari hadis. Sebaiknya kata kunci yang dipilih adalah kata yang jarang dipakai, karena semakin bertambah asing kata tersebut akan semakin mudah proses pencarian hadis. Setelah itu, kata tersebut dikembalikan kepada bentuk dasarnya. Dan berdasarkan bentuk dasar tersebutdicarilah kata-kata itu di dalam kitab Mu‟jammenurut urutannya secara abjad (huruf hijaiyah). 10
  • 11. Langkah kedua, adalah mencari bentuk kata kunci tadi sebagaimana yang terdapat di dalam hadis yang akan kita temukan melalui Mu‟jam ini. Di bawah kata kunci tersebut akan ditemukan hadis yang sedang dicari dalam bentuk potongan-potongan hadis (tidak lengkap). Mengiringi hadis tersebut turut dicantumkan kitab-kitab yang menjadi sumber hadis itu yang dituliskan dalm bentuk kode-kode sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Metode ini memiliki beberapa kelebihan yaitu; Metode ini mempercepat pencarian hadis dan memungkinkan pencarian hadis melalui kata-kata apa saja yang terdapat dalam matan hadis. Selain itu, metode ini juga memiliki beberapa kelemahan yaitu; Terkadang suatu hadis tidak didapatkan dengan satu kata sehingga orang yang mencarinya harus menggunakan kata-kata lain. Selain mempunyai kelebihan, metode ini juga memiliki kelemahan, diantaranya:  Adanya keharusan memiliki kemampuan bahasa arab beserta perangkat ilmunya secara memadai.  Metode ini tidak menyebutkan perawi dari kalangan sahabat yang menerima Hadis dari Nabi SAW. Karenanya, untuk mengetahui nama sahabat, harus kembali kepada kitab-kitab aslinya setelah men-takhrij-nya dengan kitab ini.  Terkadang suatu Hadis tidak didapatkan dengan satu kata sehingga orang yang mencarinya harus menggunakan kata-kata lain5. 5 Abu Muhammad „Abdul Mahdi ibn „Abd al-Qadir, Thuruq Takhrij Hadis Rasul Allah SAW, h. 60 11
  • 12. 3. Takhrij Berdasarkan Perawi Pertama Takhrij ini menelusuri Hadits melalui sanad yang pertama atau yang paling atas yakni para sahabat atau tabi‟in. berart peneliti harus mengetahui terlebih dahulu siapa sanadnya dikalangan sahabat atau tabi‟in. dan dicari dalam kitab-kitab Musnad, seperti Musnad Ahmad bin Hambal, dan sebagainya. Kemudian bagaimana cara men-takhrij sebuah hadits dengan menggunakan metode ini?, berikut contoh Hadits dalam Musnad Ahmad: ‫عي اًس تي هالل قال اهش تالل اى ٗشفع االراى ّٗتشاالقاهح‬ Sahabat perawi sudah diketahui yaitu Anas bin Malik, terlebih dahulu Anas bin Malik itu dilihat dalam daftar isi sahabat dalam kitab Musnad, maka didapati adanya sahabat Anas pada juz 3 h. 98. Bukalah kitab dan halaman tersebut didalam kitab Musnad Anas, dicari satu persatu hadits yang ingin dicari sampai ditemukan, maka ditemukan pada hlm. 103. Dari pentakhrijan ini dapat dikatakan : Hadits itu ditakhrij oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya Juz 3, h. 103.6 4. Takhrij Berdasarkan Tema Hadis Arti takhrij kedua ini adalah penelusuran Hadits yang didasarkan pada topik, misalnya bab Al-kalam, Al-khadim, Al-Ghusl, Ad-Dhahiyah, dan lain-lain. Seorang peneliti hendaknya sudah mengetahui topik suatu Hadits kemudian ditelusuri melalui kamus Hadits tematik. Salah satu kamus Hadits tematik adalah Miftah min Kunuz As-Sunnah oleh Dr. Fuad Abdul Baqi, terjemahan dari aslinya 6 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, (Cet. VI; Jakarta: CV. Amzah, 2010), h. 126 12
  • 13. bahasa inggris A Handbook of Early Muhammadan karya A.J. Wensinck pula. 7 Kitab-kitab yang menjadi referensi kamus Miftah tersebut sebanyak 14 kitab lebih banyak dari pada Takhrij bi Lafdzi diatas yaitu 8 kitab sebagaimana diatas ditambah 6 kitab lain. Masing-masing diberi singkatan yang spesifik yaitu sebagai berikut:  Shahih Al-bukhari dengan diberi lambang: ‫تخ‬  Shahih Muslim dengandiberi nama:  Sunan abu Dawud dengan diberi lambang: ‫تذ‬  Sunan At-Tirmidzi dengan diberi lambang: ‫تش‬  Sunan An-Nasa‟i dengan diberi lambang: ‫ًس‬  Sunan Ibnu Majah dengan diberi lambang: ‫هج‬  Sunan Ad-Darimi dengan diberi lambang: ٖ‫ه‬  Muwattha Malik dengan diberi lambang: ‫ها‬  Musnad Ahmad dengan lambang: ‫حن‬  Musnad Abu Dawud Ath-Thayalisi dengan diberi lambang: ‫ط‬  Musnad Zaid bin Ali: ‫ص‬  Sirah Ibnu Hisyam: ‫ُش‬  Maghazi Al-Waqidi:‫قذ‬  Thabaqat Ibnu Sadim: ‫عذ‬ ‫هس‬ Kemudian arti singkatan-singkatan lain dipakai dalam kamus ini adalah sebagai berikut: 7 Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits, h. 122. 13
  • 14.  Kitab :‫ك‬  Bab :‫ب‬  Hadits :‫ح‬  Shahifah :‫ص‬  Jus  Bagian (qismun): ‫ق‬  Bandingkan (Qabil): ‫قا‬ :‫ﺝ‬ Misalnya ketika ingin men-takhrij Hadits yaitu: ٔ‫صالج ال٘ل هثٌٔ هث‬ Hadits tersebut temanya shalat malam. Dalam kamus Miftah dicari pada bab Al-Layl tentang shalat malam. Disana dicantumkan yaitu sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. h. 51 ‫تخ-ك < ب 8<, ك 985 ب5 ,ك =5 ب‬ 58<-589 ‫هس-ك: ح‬ 6: ‫تذ-ك9ب‬ 618 ‫تش- ك 6 ب‬ 5;6 ‫هج – ك 6 ب‬ 65 ّ 599 ‫هٖ – ك 6 ب‬ 57 ّ ‫ها – ك ; ح‬h 51 ّ = ّ 9 ‫حن – ثاى ص‬ Diantara keistimewaan metode ini adalah, bahwa metode ini hanya menuntut pengetahuan akan kandungan hadis, tanpa memerlukan pengetahuan tentang lafaz pertamanya, pengetahuan bahasa arab dengan perubahan katanya, atau pengetahuan lainnya8, metode ini menuntut agar kita memahami hadis, mengatahui maksud dari hadis tersebut dan hadis lain yang serupa. 8 Nawir Yuslem, Kitab Induk Hadis (Jakarta:Hijri Pustaka Utama, 2011). h. 167 14
  • 15. Namun demikian metode ini tidak dapat diterapkan pada suatu hadis yang tidak diketahui secara pasti tema atau topic, selain itu pemahaman yang berbeda antara mukharrij dengan penyusun kitab yang berbeda juga menjadi kendala dalam penerapan metode ini, umpamanya hadis yang dipahami oleh mukharrij sebagai hadis ekonomi namun penyusun kitab tidak demikian. 5. Takhrij Berdasarkan Status Hadis Metode ini memperkenalkan suatu upaya baru yang telah dilakukan para ulama hadis dalam menyusun hadis-hadis, yaitu penghimpunan hadis berdasarkan statusnya. Karya-karya tersebut sangat membantu sekali dalam proses pencarian hadis berdasarkan statusnya, seperti hadis qudsi, hadis masyhur, hadis mursal dan lainnya. Seorang peneliti hadis dengan membuka kitab-kitab seperti diatas dia telah melakukan takhrij al hadis.9 Kelebihan metode ini dapat dilihat dari segi mudahnya proses takhrij. Hal ini karena sebagian besar hadis-hadis yang dimuat dalam kitab yang berdasarkan sifatsifat hadis sangat sedikit, sehingga tidak memerlukan upaya yang rumit. Namun, karena cakupannya sangat terbatas, dengan sedikitnya hadis-hadis yang dimuat dalam karya-karya sejenis, hal ini sekaligus menjadi kelemahan dari metode ini. 10 Kitab kitab yang disusun berdasarkan metode ini : 9 Ibid. h. 168 10 Abu Muhammad „Abdul Mahdi ibn „Abd al-Qadir, Thuruq Takhrij Hadis Rasul Allah SAW, h. 195. 15
  • 16.  Al-Azhar al-Mutanasirah fi al-Akbar al-Mutawatirah karangan AlSuyuthi.  Al-Ittihafat al-Saniyyat fi al-Ahadis al-Qadsiyyah oleh al-Madani.  Al-Marasil oleh Abu Dawud, dan kitab-kitab sejenis lainnya. F. Kesimpulan Takhrij hadis adalah menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumber-sumbernya yang asli yang didalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap dengan sanad-nya masing-masing, kemudian, manakala diperlukan, dijelaskan kualitas hadis yang bersangkutan Secara umum ada dua hal yang menjadi tujuan takhrij, yaitu : 1. Untuk mengetahui sumber dari suatu hadits, dan 2. Mengetahui kualitas dari suatu hadits, apakah dapat diterima atau ditolak Sedangkan manfaat takhrij secara umum banyak sekali, diantaranya: 1. Memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal dari suatu hadits beserta ulama yang meriwayatkannya. 2. Menambah pembendaharaan sanad hadits melalui kitab-kitab yang ditunjukkannya. 3. Memperjelas keadaan sanad, sehingga dapat diketahhui apakah munqathi‟ atau lainnya, dan lain-lain. Diantara kitab-kitab yang dapat dijadikan pedoman dalam men-takhrij adalah: Usul al- Takhrij wa Dirasat al-Asanid oleh Muhammad Al-Tahhan, Husul al-Tafrij bi Usul al-Takhrij oleh Ahmad ibn Muhammad al-Siddiq al- Gharami, Turuq Takhrij 16
  • 17. Hadis Rasul Allah Saw karya Abu Muhammad al-Mahdi ibn `Abd al-Qadir ibn `Abd al Hadi, Metodologi Penelitian Hadis Nabi oleh Syuhudi Ismail, dan lain-lain. Selain kitab-kitab di atas, di dalam men-takhrij diperlukan juga bantuan dari kitab-kitab kamus atau mu‟jam hadis dan mu‟jam para perawi hadis, selain itu juga diperlukan kitab yang memuat biografi para perawi hadis Cara Pelaksanaan dan Metode Takhrij 1. Takhrij Melalui Lafaz Pertama Matan Hadis 2. Takhrij Melalui Kata-Kata dalam Matan Hadis 3. Takhrij Berdasarkan Perawi Pertama 4. Takhrij Berdasarkan Tema Hadis Daftar Pustaka Abu Muhammad „Abdul Mahdi ibn „Abd al-Qadir, Thuruq Takhrij Hadis Rasul Allah SAW, Terj. S Agil Husin Munawwar dan H. Ahmad Rifqi Muchtar. Semarang: Dina Utama, 1994. Abu Muhammad „Abdul Mahdi ibn „Abd al-Qadir, Thuruq Takhrij Hadis Rasul Allah SAW Abu Muhammad „Abdul Mahdi ibn „Abd al-Qadir, Thuruq Takhrij Hadis Rasul Allah SAW Al-Tahhan, Mahmud, Usul al-Takhrij Wa Dirasat al-Isanid. Beirut:, Dar al-Qur‟an al-Karim, 1978. Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits. Cet. VI; Jakarta: CV. Amzah, 2010. http://blog.sunan-ampel.ac.id/nurlaila/2011/05/31/takhrij-hadis-smt-2sjb/ (Akses 09 September 2012) 17
  • 18. http://muhsinhar.staff.umy.ac.id/metode-takhrij-hadits/ (Akses 09 September 2012) Sahrani, Sohari, Ulumul Hadits, Bogor: Ghalia Indonesia, 2010. Sahrani, Sohari, Ulumul Hadits. Bogor, Ghalia Indonesia Cet, I, 2010. Yuslem, Nawir, Kitab Induk Hadis. Jakarta:Hijri Pustaka Utama, 2011. Yuslem, Nawir, Ulumul Hadis, Jakarta: PT. Mutiara Sumber Widya, Cet. Kedua, 2003 18