Advertisement
Advertisement

More Related Content

Advertisement
Advertisement

PERDA DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2030

  1. PERATURAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2012 ii Penyusunan RTRW DKI Jakarta 2030 telah melalui proses yang panjang dan dengan melibatkan berbagai pihak demi mewujudkan dokumen perencanaan yang dapat memenuhi aspirasi warga dan mengantisipasi dinamika kota Jakarta saat ini dan masa mendatang sampai dengan tahun 2030. Melatarbelakangi penyusunan RTRW DKI Jakarta 2030, dimulai dengan evaluasi RTRW Jakarta 2010 yang dilaksanakan sejak tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 dan sedianya akan dituangkan dalam draft rancangan revisi atas Perda Nomor 6 Tahun 1999. Di tengah proses revisi tersebut, terbit Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, dan Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur. Mempertimbangkan hal tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memutuskan untuk langsung menyusun Raperda baru yang mengacu pada Undang-undang Nomor 26 tahun 2007 dan tetap memanfaatkan hasil evaluasi Perda Nomor 6 Tahun 1999. RTRW DKI Jakarta 2030 ini memuat kebijakan makro provinsi dan 6 wilayah kota serta kabupaten, sedangkan kebijakan yang bersifat operasional akan lebih lanjut diwujudkan melalui Rencana Detil Tata Ruang Kecamatan dan Peraturan Zonasi yang berfungsi sebagai pedoman perizinan dan pengendalian pemanfaatan ruang. Seiring dengan berkembangnya waktu, telah terjadi pergeseran prinsip- prinsip dasar penyusunannya yang membedakan antara RTRW DKI Jakarta 2030 dengan RTRW DKI Jakarta 2010. Yang pertama, pengelolaan Jakarta dilaksanakan dengan Manajemen Pertumbuhan Kota (Growth Management), mengingat pengembangan ruang ke luar wilayah sudah tidak memungkinkan. Kedua, dalam merencanakan tata ruang Jakarta tidak bisa hanya berbasis administrasi saja, tetapi perlu berbasis fungsional, dalam hal ini kesatuan dengan Megalopolitan Jabodetabekpunjur mutlak dipertimbangkan. Ketiga, terjadi perubahan paradigma dari Discretionary System ke Regulatory System, yang berarti bahwa yang semula penataan ruang sangat terbuka terhadap interpretasi masing-masing individu khususnya pejabat pemerintah sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam perizinan tata ruang, sekarang beralih menjadi penataan ruang dengan kepastian hukum karena seluruh hal terkait akan diatur hingga rinci dalam dokumen tertulis. Selain prinsip-pinsip dasar penyusunan, juga terdapat satu hal lagi yang membedakan RTRW DKI Jakarta 2030 ini dibandingkan RTRW terdahulu yaitu dimuatnya aspek pemanfaatan ruang yang berisikan indikasi program utama penataan/pengembangan kota dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan 20 (dua puluh) tahun, terdiri atas usulan program utama, lokasi, alternatif sumber pendanaan termasuk memobilisasi dana-dana non pemerintah, pelaksana program pembangunan dan waktu serta tahapan pelaksanaan, yang bertujuan untuk menjaga dan memandu pelaksanaan perwujudan struktur dan pola ruang sebagaimana yang dicantumkan pada bagian perencanaan secara lebih terarah dan konsisten. Karenanya untuk mewujudkan penataan ruang Jakarta sesuai dengan yang direncanakan di dalam RTRW DKI Jakarta 2030 tidak dapat dilakukan dengan metode pembangunan yang konvensional lagi melainkan memerlukan terobosan dan inovasi yang mensinergikan pembangunan di ruang darat, laut, udara, dan ruang di bawah tanah. Dalam konteks pembangunan dan penataan ruang di DKI Jakarta, peran seluruh pihak yang berkepentingan dengan pemanfaatan ruang di DKI Jakarta harus dapat ditingkatkan menjadi pihak-pihak yang berkontribusi positif dalam penataan ruang atau pergantian cara pandang dari konsep stakeholders (pemangku kepentingan) menjadi shareholders (pemegang saham/kontribusi) dimana semua pihak tidak dapat hanya menuntut ‘hak’-nya tetapi juga ada ‘kewajiban’ yang harus ditunaikan yaitu secara bersama-sama berkontribusi aktif, bersinergi, dan meminimalkan konflik. RTRW DKI Jakarta 2030 ini akan menjadi pedoman untuk penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Karenanya yang terpenting adalah bagaimana RTRW DKI Jakarta 2030 tidak hanya sekedar rencana di atas kertas, namun bagaimana merealisasikan rencana tersebut secara konsisten menjadi kebijakan dan program serta aksi yang jelas untuk mengakomodasi kebutuhan yang nyata di lapangan. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi setiap gerak langkah kita dalam mewujudkan kesejahteraan Kota Jakarta. KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA, SARWO HANDHAYANI PRAKATA
  2. PERATURAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2012 iii Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas taufik dan hidayah-Nya maka Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) 2030 telah ditetapkan dan dapat disebarluaskan untuk diketahui seluruh warga kota Jakarta. Rencana Tata Ruang yang baru ini berlaku sampai dengan tahun 2030, menggantikan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2010. RTRW DKI Jakarta 2030 disusun berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang pada penerapannya telah mempertimbangkan beberapa kekhususan yang dimiliki Jakarta. Yang pertama adalah kekhususan terkait status Jakarta sebagai Ibukota Negara, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kekhususan kedua adalah fungsi Jakarta bersama Bodetabek sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Kekhususan ketiga ditinjau dari aspek fungsi kawasan yaitu Jakarta sebagai Kota Inti dalam Megalopolitan Jabodetabekpunjur sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 54 tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur. Hal ini semakin diperkuat dengan kebijakan nasional yang diarahkan dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang menempatkan Jabodetabekpunjur sebagai kesatuan pembangunan dalam koridor ekonomi Jawa dengan program-program strategisnya yang dituangkan dalam Masterplan Metropolitan Priority Area (MPA). Sementara itu Jakarta juga harus memperhitungkan tantangan perubahan iklim global yang berimplikasi pada rentannya kawasan Ibukota terhadap resiko bencana terutama ancaman rob, yang mutlak harus ditangani dengan serius, mengingat topografinya yang relatif rendah dan merupakan delta city tempat bermuaranya 13 sungai, serta ditambah dengan adanya fenomena penurunan muka tanah. Menyikapi kerentanan tersebut, Jakarta merencanakan membangun tanggul laut raksasa (Giant Sea Wall) di Teluk Jakarta yang diharapkan dapat mengamankan kota Jakarta secara berkelanjutan serta sekaligus meningkatkan potensi Jakarta sebagai Waterfront City yang dapat bersaing di dunia internasional. Terima kasih kami sampaikan kepada pihak legislatif, seluruh tenaga ahli, rekan-rekan jajaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Kota/Kabupaten yang berbatasan dengan Jakarta, BUMN/BUMD, akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat, dunia usaha, dan khususnya warga DKI Jakarta yang telah berpartisipasi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyusunan RTRW ini. RTRW DKI Jakarta 2030 adalah milik Kota Jakarta dan disusun dari, untuk, dan oleh warga Jakarta. Kebersamaan adalah sebuah kata kunci. Oleh karenanya saya mengajak pada kita semua secara bersama-sama memedomani RTRW DKI Jakarta 2030 dalam membangun Ibukota yang kita cintai dengan mengedepankan peran-serta aktif, komitmen, konsistensi serta tanggung jawab kita bersama demi terselenggaranya penataan ruang yang terpadu dan berkelanjutan. Semoga Allah SWT memberikan ridho atas segala upaya yang kita lakukan dalam membangun dan memelihara Ibukota Negara Republik Indonesia. GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, FAUZI BOWO SAMBUTAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA
  3. PERATURAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2012 DAFTAR ISI PRAKATA KEPALA BAPPEDA PROVINSI DKI JAKARTA ii SAMBUTAN GUBERNUR PROVINSI DKI JAKARTA iii BAB I KETENTUAN UMUM 5 BAB II RUANG LINGKUP 11 BAB III VISI DAN MISI 11 BAB IV TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 12 Bagian Kesatu Tujuan Penataan Ruang 12 Bagian Kedua Kebijakan Penataan Ruang 12 Bagian Ketiga Strategi Penataan Ruang 14 BAB V RENCANA STRUKTUR RUANG 19 Bagian Kesatu Umum 19 Bagian Kedua Sistem Pusat Kegiatan 19 Bagian Ketiga Sistem dan Jaringan Transportasi 20 Paragraf 1 Sistem Jaringan Transportasi Darat 20 Paragraf 2 Sistem dan Jaringan Transportasi Perkeretaapian 24 Paragraf 3 Sistem dan Jaringan Transportasi Laut 24 Paragraf 4 Sistem dan Jaringan Transportasi Udara 25 Bagian Keempat Sistem Prasarana Sumber Daya Air 25 Bagian Kelima Sistem dan Jaringan Utilitas Perkotaan 26 Paragraf 1 Sistem dan Jaringan Air Bersih 27 Paragraf 2 Sistem Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah 27 Paragraf 3 Sistem Sarana dan Prasarana Pengelolaan Sampah 28 Paragraf 4 Sistem dan Jaringan Energi 30 Paragraf 5 Sistem dan Jaringan Telekomunikasi 32 BAB VI RENCANA POLA RUANG 33 Bagian Kesatu Umum 33 Bagian Kedua Peruntukan Ruang Untuk Fungsi Lindung 33 Bagian Ketiga Peruntukan Ruang Untuk Fungsi Budi daya 38 BAB VII KAWASAN STRATEGIS 46 Bagian Kesatu Umum 46 Bagian Kedua Kawasan Strategis Kepentingan Ekonomi 47 Bagian Ketiga Kawasan Strategis Kepentingan Lingkungan 48 Bagian Keempat Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya 48 Bagian Kelima Kawasan Strategis Pantura 49 BAB VIII KAWASAN KHUSUS 51 BAB IX RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA ADMINISTRASI DAN KABUPATEN ADMINISTRASI 52 Bagian Kesatu Umum 52 Bagian Kedua Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Administrasi Jakarta Pusat 52 Paragraf 1 Struktur Ruang Wilayah 52 Paragraf 2 Pola Ruang Wilayah 53 Bagian Ketiga Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara 56 Paragraf 1 Struktur Ruang Wilayah 56 Paragraf 2 Pola Ruang Wilayah 57 iv
  4. PERATURAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2012 v Bagian Keempat Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Administrasi Jakarta Barat 61 Paragraf 1 Struktur Ruang Wilayah 61 Paragraf 2 Pola Ruang Wilayah 62 Bagian Kelima Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan 66 Paragraf 1 Struktur Ruang Wilayah 66 Paragraf 2 Pola Ruang Wilayah 67 Bagian Keenam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur 70 Paragraf 1 Struktur Ruang Wilayah 70 Paragraf 2 Pola Ruang Wilayah 71 Bagian Ketujuh Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu 75 Paragraf 1 Struktur Ruang Wilayah 75 Paragraf 2 Pola Ruang Daratan (Pulau) 76 Paragraf 3 Pola Ruang Perairan/Pesisir 78 BAB X PEMANFAATAN RUANG 82 BAB XI PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG 83 Bagian Kesatu Umum 83 Bagian Kedua Arahan Peraturan Zonasi 83 Paragraf 1 Umum 83 Paragraf 2 Arahan Peraturan Zonasi Rencana Detail 84 Bagian Ketiga Arahan Pemanfaatan Ruang di atas dan/atau di bawah Tanah, Air, dan/atau Prasarana/Sarana Umum 84 Bagian Keempat Arahan Perizinan 85 Paragraf 1 Umum 85 Paragraf 2 Prosedur Pemberian Izin 86 Paragraf 3 Penggantian Yang Layak Terhadap Kerugian 86 Bagian Kelima Arahan Pemberian Insentif dan Disinsentif 86 Bagian Keenam Arahan Sanksi 88 BAB XII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 88 Bagian Kesatu Pembinaan 88 Bagian Kedua Pengawasan 90 BAB XIII HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN MASYARAKAT 91 Bagian Kesatu Hak Masyarakat 91 Bagian Kedua Kewajiban Masyarakat 92 Bagian Ketiga Peran Masyarakat 92 Bagian Keempat Tahapan Penyampaian Peran Masyarakat 93 Bagian Kelima Pemberdayaan Peran Masyarakat 94 BAB XIV KELEMBAGAAN PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG 94 BAB XV LARANGAN 95 BAB XVI SANKSI ADMINISTRASI 96 BAB XVII PENYIDIKAN 98 BAB XVIII KETENTUAN PIDANA 99 BAB XIX KETENTUAN PERALIHAN 100 BAB XX KETENTUAN PENUTUP 100 PENJELASAN PENJELASAN UMUM 103 PENJELASAN PASAL DEMI PASAL 104 LAMPIRAN I PETA 144 LAMPIRAN II TABEL 176
  5. PERATURAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH 2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA Menimbang : bahwa kedudukan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia, menyebabkan ruang wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta berfungsi sebagai ruang ibukota negara, maka pengelolaannya secara bijaksana, berdaya guna, dan berhasil guna sesuai kaidah penataan ruang sehingga kualitas ruang wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta terjaga keberlanjutannya untuk masa kini dan masa datang; bahwa wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta merupakan bagian kawasan strategis nasional, maka perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang dilaksanakan secara terpadu dengan kawasan Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur); bahwa Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagaimana kota- kota besar lain di dunia menghadapi tantangan global, khususnya pemanasan global (global warming) dan perubahan iklim (climate change) yang membutuhkan aksi perubahan iklim (climate action), baik aksi adaptasi maupun aksi mitigasi yang perlu dituangkan dalam penataan ruang; bahwa Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta berada dalam kota delta (delta city) sehingga pengarusutamaan tantangan dan kendala daerah a. b. c. d. delta melalui pengelolaan tata air, analisa resiko bencana, dan perbaikan ekosistem, harus menjadi perhatian utama dalam penataan ruang; bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999 habis masa berlakunya pada tahun 2010, perlu menetapkan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah untuk jangka waktu sampai dengan tahun 2030; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf e dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78 ayat (4) huruf c Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah 2030; Mengingat : Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3318); Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152); Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4169); Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, e. f. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 1
  6. PERATURAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2012 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4444); Undang-UndangNomor17Tahun2007tentangRencanaPembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Indonesia Nomor 4739); Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744); Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849); Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851); Undang-UndangNomor1Tahun2009tentangPenerbangan(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959); Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956); Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025); Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 2
  7. PERATURAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2012 Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 147, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5066); Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168); Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 17, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445); Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527); Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 60,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529); Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776); Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta Untuk Penataan Ruang Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. Republik Indonesia Nomor 3934); Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2001 tentang Kebandarudaraan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4146); Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161); Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4242); Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2004 tentang Penatagunaan Tanah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 45, Tambahan Lembara