SlideShare a Scribd company logo
1 of 10
Download to read offline
http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir-
kreatif-siswa/

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
23 Februari, 2009




          Oleh Tatag Yuli Eko Siswono
Ketua Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Surabaya.

Pendahuluan
Matematika sering dianggap sebagai ilmu yang hanya menekankan pada kemampuan
berpikir logis dengan penyelesaian yang tunggal dan pasti. Hal ini yang menyebabkan
matematika menjadi mata pelajaran yang ditakuti dan dijauhi siswa. Padahal, matematika
dipelajari pada setiap jenjang pendidikan dan menjadi salah satu pengukur (indikator)
keberhasilan siswa dalam menempuh suatu jenjang pendidikan, serta menjadi materi ujian
untuk seleksi penerimaan menjadi tenaga kerja bidang tertentu. Melihat kondisi ini berarti
matematika tidak hanya digunakan sebagai acuan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi
tetapi juga digunakan dalam mendukung karier seseorang.

Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat
memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya trampil dalam suatu bidang tetapi juga
kreatif dalam mengembangkan bidang yang ditekuni. Hal tersebut perlu dimanifestasikan
dalam setiap mata pelajaran di sekolah, termasuk matematika.

Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran matematika
(Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tanggal 23 mei 2006
tentang standar isi) telah disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan
kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama. Mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis
maupun bekerja sama sudah lama menjadi fokus dan perhatian pendidik matematika di
kelas, karena hal itu berkaitan dengan sifat dan karakteristik keilmuan matematika. Tetapi,
fokus dan perhatian pada upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dalam
matematika jarang atau tidak pernah dikembangkan. Padahal kemampuan itu yang sangat
diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak
pasti, dan kompetitif.

Tulisan ini memaparkan bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa dapat ditingkatkan
melalui pengajuan masalah dan pemecahan masalah matematika.
Berpikir Kreatif dalam Matematika
Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan
pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Ruggiero (1998) mengartikan
berpikir sebagai suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau
memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat
keingintahuan (fulfill a desire to understand). Pendapat ini menunjukkan bahwa ketika
seseorang merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah, ataupun ingin memahami
sesuatu, maka ia melakukan suatu aktivitas berpikir.

Berpikir sebagai suatu kemampuan mental seseorang dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis, antara lain berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Berpikir logis dapat
diartikan sebagai kemampuan berpikir siswa untuk menarik kesimpulan yang sah menurut
aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar (valid) sesuai dengan
pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah diketahui. Berpikir analitis adalah
kemampuan berpikir siswa untuk menguraikan, memerinci, dan menganalisis informasi-
informasi yang digunakan untuk memahami suatu pengetahuan dengan menggunakan akal
dan pikiran yang logis, bukan berdasar perasaan atau tebakan. Berpikir sistematis adalah
kemampuan berpikir siswa untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas sesuai
dengan urutan, tahapan, langkah-langkah, atau perencanaan yang tepat, efektif, dan efesien.
Ketiga jenis berpikir tersebut saling berkaitan. Seseorang untuk dapat dikatakan berpikir
sistematis, maka ia perlu berpikir secara analitis untuk memahami informasi yang
digunakan. Kemudian, untuk dapat berpikir analitis diperlukan kemampuan berpikir logis
dalam mengambil kesimpulan terhadap suatu situasi.

Berpikir kritis dan berpikir kreatif merupakan perwujudan dari berpikir tingkat tinggi
(higher order thinking). Berpikir kritis dapat dipandang sebagai kemampuan berpikir siswa
untuk membandingkan dua atau lebih informasi, misalkan informasi yang diterima dari luar
dengan informasi yang dimiliki. Bila terdapat perbedaan atau persamaan, maka ia akan
mengajukan pertanyaan atau komentar dengan tujuan untuk mendapatkan penjelasan.
Berpikir kritis sering dikaitkan dengan berpikir kreatif.

Evans (1991) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk
membuat hubungan-hubungan (conections) yang terus menerus (kontinu), sehingga
ditemukan kombinasi yang “benar” atau sampai seseorang itu menyerah. Asosiasi kreatif
terjadi melalui kemiripan-kemiripan sesuatu atau melalui pemikiran analogis. Asosasi ide-
ide membentuk ide-ide baru. Jadi, berpikir kreatif mengabaikan hubungan-hubungan yang
sudah mapan, dan menciptakan hubungan-hubungan tersendiri. Pengertian ini menunjukkan
bahwa berpikir kreatif merupakan kegiatan mental untuk menemukan suatu kombinasi yang
belum dikenal sebelumnya.

Berpikir kreatif dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika seorang
individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Ide baru tersebut merupakan
gabungan ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan (Infinite Innovation Ltd,
2001). Pengertian ini lebih menfokuskan pada proses individu untuk memunculkan ide baru
yang merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang belum diwujudkan atau masih dalam
pemikiran. Pengertian berpikir kreatif ini ditandai adanya ide baru yang dimunculkan
sebagai hasil dari proses berpikir tersebut.

Berdasar pendapat-pendapat tersebut, maka berpikir kreatif dapat diartikan sebagai suatu
kegiatan mental yang digunakan seorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru.

Dalam memandang kaitan antara berpikir kreatif dan berpikir kritis terdapat dua pandangan.
Pertama memandang berpikir kreatif bersifat intuitif yang berbeda dengan berpikir kritis
(analitis) yang didasarkan pada logika, dan kedua memandang berpikir kreatif merupakan
kombinasi berpikir yang analitis dan intuitif. Berpikir yang intuitif artinya berpikir untuk
mendapatkan sesuatu dengan menggunakan naluri atau perasaan (feelings) yang tiba-tiba
(insight) tanpa berdasar fakta-fakta yang umum. Pandangan pertama cenderung dipengaruhi
oleh pandangan terhadap dikotomi otak kanan dan otak kiri yang mempunyai fungsi
berbeda, sedang pandangan kedua melihat dua belahan otak bekerja secara sinergis
bersama-sama yang tidak terpisah.

Johnson (2002) tampaknya lebih menekankan pada pandangan pertama. Johnson
menjelaskan bahwa berpikir kritis mengorganisasikan proses yang digunakan dalam
aktifitas mental seperti pemecahan masalah, pengambilan keputusan, meyakinkan,
menganalisis asumsi-asumsi dan penemuan ilmiah. Berpikir kritis adalah suatu kemampuan
untuk bernalar (to reason) dalam suatu cara yang terorganisasi. Berpikir kreatif merupakan
suatu aktifitas mental yang memperhatikan keaslian dan wawasan (ide). Berpikir kreatif
sebagai lawan dari berpikir destruktif, melibatkan pencarian kesempatan untuk mengubah
sesuatu menjadi lebih baik. Berpikir kreatif tidak secara tegas mengorganisasikan proses,
seperti berpikir kritis. Berpikir kreatif merupakan suatu kebiasaan dari pemikiran yang
tajam dengan intuisi, menggerakkan imaginasi, mengungkapkan kemungkinan-
kemungkinan baru, membuka selubung ide-ide yang menakjubkan dan inspirasi ide-ide
yang tidak diharapkan. Pengertian ini membedakan dengan tegas berpikir kreatif dan
berpikir kritis.

De Bono (dalam Barak dan Doppelt, 2000) membedakan antara 2 tipe berpikir, yaitu
berpikir lateral dan berpikir vertikal. Berpikir lateral mengacu pada penemuan petunjuk-
petunjuk baru dalam mencari ide-ide, sedang berpikir vertikal berhadapan dengan
perkembangan ide-ide dan pemeriksaannya terhadap suatu kriteria objektif. Pemikiran
vertikal adalah selektif dan berurutan yang bergerak hanya jika terdapat suatu petunjuk
dalam gerakannya. Pemikiran lateral adalah generatif yang dapat meloncat dan bergerak
agar dapat membangun suatu petunjuk baru. Pemikiran lateral tidak harus benar pada setiap
langkah dan tidak menggunakan kategori-kategori, klasifikasi atau label-label yang tetap.
Pemikiran vertikal memilih pendekatan-pendekatan yang sangat menjanjikan pada suatu
masalah selama pemikiran lateral membangun banyak alternatif pendekatan. Berpikir
kreatif merupakan suatu sintesis antara berpikir lateral dan vertikal yang saling melengkapi.
Pengertian ini menyebutkan bahwa dalam berpikir kreatif melibatkan berpikir logis ataupun
analitis sekaligus intuitif, seperti pada pandangan kedua dalam pengertian berpikir kreatif.

Berpikir kreatif dalam matematika mengacu pada pengertian berpikir kreatif secara umum.
Bishop (dalam Pehkonen, 1997) menjelaskan bahwa seseorang memerlukan 2 model
berpikir berbeda yang komplementer dalam matematika, yaitu berpikir kreatif yang bersifat
intuitif dan berpikir analitik yang bersifat logis. Pandangan ini lebih melihat berpikir kreatif
sebagai suatu pemikiran yang intuitif daripada yang logis. Pengertian ini menunjukkan
bahwa berpikir kreatif tidak didasarkan pada pemikiran yang logis tetapi lebih sebagai
pemikiran yang tiba-tiba muncul, tak terduga, dan di luar kebiasaan.

Pehkonen (1997) memandang berpikir kreatif sebagai suatu kombinasi dari berpikir logis
dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tetapi masih dalam kesadaran. Ketika
seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam suatu praktik pemecahan masalah, maka
pemikiran divergen yang intuitif menghasilkan banyak ide. Hal ini akan berguna dalam
menemukan penyelesaiannya. Pengertian ini menjelaskan bahwa berpikir kreatif
memperhatikan berpikir logis maupun intuitif untuk menghasilkan ide-ide. Pandangan ini
lebih mengarah pada pandangan kedua dalam pengertian berpikir kreatif.

Dalam tulisan ini berpikir kreatif dipandang sebagai satu kesatuan atau kombinasi dari
berpikir logis dan berpikir divergen untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Sesuatu yang
baru tersebut merupakan salah satu indikasi dari berpikir kreatif dalam matematika. Indikasi
yang lain dikaitkan dengan kemampuan berpikir logis dan berpikir divergen.

Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif seseorang ditunjukkan melalui produk
pemikiran atau kreativitasnya menghasilkan sesuatu yang “baru”. Munandar (1999)
menunjukkan indikasi berpikir kreatif dalam definisinya bahwa “kreativitas (berpikir kreatif
atau berpikir divergen) adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban
terhadap suatu masalah, dimana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan
keberagaman jawaban”. Pengertian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif
seseorang makin tinggi, jika ia mampu menunjukkan banyak kemungkinan jawaban pada
suatu masalah. Semua jawaban itu harus sesuai dengan masalah dan tepat. Selain itu
jawaban harus bervariasi. Misalkan anak diminta memikirkan penggunaan yang tidak lazim
dari benda sehari-hari. Sebagai contoh “sapu ijuk”. Jika jawaban anak menyebut: untuk
memukul ayam, main kuda-kudaan, untuk membuat rambut boneka, untuk menyumbat
lubang, untuk menyaring air, atau membuat hiasan. Jawaban itu menunjukkan variasi atau
keberagaman. Jika ia menyebut untuk membersihkan lantai, menyapu halaman,
membersihkan langit-langit, atau mengambil sampah, maka jawaban tersebut tidak
menunjukkan variasi meskipun banyak, karena semua menyangkut sapu ijuk untuk
membersihkan sesuatu.

Olson (1996) menjelaskan bahwa untuk tujuan riset mengenai berpikir kreatif, kreativitas
(sebagai produk berpikir kreatif) sering dianggap terdiri dari dua unsur, yaitu kefasihan dan
keluwesan (fleksibilitas). Kefasihan ditunjukkan dengan kemampuan menghasilkan
sejumlah besar gagasan pemecahan masalah secara lancar dan cepat. Keluwesan mengacu
pada kemampuan untuk menemukan gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk
memecahkan suatu masalah. Indikasi kemampuan berpikir kreatif ini sama dengan
Munandar (1999) tidak menunjukan secara tegas kriteria “baru” sebagai sesuatu yang tidak
ada sebelumnya. “Baru” lebih ditunjukkan dari keberagaman (variasi) atau perbedaan
gagasan yang dihasilkan.
Dalam penerapannya, kriteria itu berkembang dan sesuai dengan bidang kajian (lingkup)
dari kemampuan berpikir kreatif itu. Krutetskii (1976) mengutip gagasan Shaw dan Simon
memberikan indikasi berpikir kreatif, yaitu (1) produk aktivitas mental mempunyai sifat
kebaruan (novelty) dan bernilai baik secara subjektif maupun objektif; (2) proses berpikir
juga baru, yaitu memerlukan suatu transformasi ide-ide yang diterima sebelum maupun
penolakannya; (3) proses berpikir dikarakterisasikan oleh adanya motivasi yang kuat dan
kestabilan, yang teramati pada periode waktu yang lama atau dengan intensitas yang tinggi .
Pendapat ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif dari segi produk didasarkan
pada kebaruan dan nilai produk tersebut. Selain itu, dari segi proses ditunjukkan dengan
kebaruan transformasi ide-ide dan adanya motivasi yang kuat.

Haylock (1997) mengatakan bahwa berpikir kreatif hampir dianggap selalu melibatkan
fleksibilitas. Bahkan Krutetskii (1976) mengidentifikasi bahwa fleksibilitas dari proses
mental sebagai suatu komponen kunci kemampuan kreatif matematis pada siswa-siswa.
Haylock (1997) menunjukkan kriteria sesuai tipe Tes Torrance dalam kreativitas (produk
berpikir kreatif), yaitu kefasihan artinya banyaknya respons (tanggapan) yang dapat
diterima atau sesuai, fleksibilitas artinya banyaknya jenis respons yang berbeda, dan
keaslian artinya kejarangan tanggapan (respons) dalam kaitan dengan sebuah kelompok
pasangannya. Haylock (1997) mengatakan bahwa dalam konteks matematika, kriteria
kefasihan tampak kurang berguna dibanding dengan fleksibilitas. Contoh, jika siswa
diminta untuk membuat soal yang nilainya 5, siswa mungkin memulai dengan 6-1, 7-2, 8-3,
dan seterusnya. Nilai siswa tersebut tinggi, tetapi tidak menunjukkan kreativitas.
Fleksibilitas menekankan juga pada banyaknya ide-ide berbeda yang digunakan. Jadi dalam
matematika untuk menilai produk divergensi dapat menggunakan kriteria fleksibilitas dan
keaslian. Kriteria lain adalah kelayakan (appropriateness). Respons matematis mungkin
menunjukkan keaslian yang tinggi, tetapi tidak berguna jika tidak sesuai dalam kriteria
matematis umumnya. Contoh, untuk menjawab , seorang siswa menjawab 4. Meskipun
menunjukkan keaslian yang tinggi tetapi jawaban tersebut salah. Jadi, berdasar beberapa
pendapat itu kemampuan berpikir kreatif dapat ditunjukkan dari fleksibilitas, kefasihan,
keaslian, kelayakan atau kegunaan. Indikator ini dapat disederhanakan atau dipadukan
dengan melihat kesamaan pengertiannya menjadi fleksibilitas, kefasihan, dan keaslian.
Kelayakan atau kegunaan tercakup dalam ketiga aspek tersebut.

Silver (1997) menjelaskan bahwa untuk menilai kemampuan berpikir kreatif anak-anak dan
orang dewasa sering digunakan “The Torrance Tests of Creative Thinking (TTCT)”. Tiga
komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas menggunakan TTCT adalah kefasihan
(fluency), fleksibilitas dan kebaruan (novelty). Kefasihan mengacu pada banyaknya ide-ide
yang dibuat dalam merespons sebuah perintah. Fleksibilitas tampak pada perubahan-
perubahan pendekatan ketika merespons perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide yang
dibuat dalam merespons perintah. Dalam masing-masing komponen, apabila respons
perintah disyaratkan harus sesuai, tepat atau berguna dengan perintah yang diinginkan,
maka indikator kelayakan, kegunaan atau bernilai berpikir kreatif sudah dipenuhi. Indikator
keaslian dapat ditunjukkan atau merupakan bagian dari kebaruan. Jadi indikator atau
komponen berpikir itu dapat meliputi kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan.
Pengajuan Masalah dan Pemecahan Masalah
Dalam usaha mendorong berpikir kreatif dalam matematika digunakan konsep masalah
dalam suatu situasi tugas. Guru meminta siswa menghubungkan informasi-informasi yang
diketahui dan informasi tugas yang harus dikerjakan, sehingga tugas itu merupakan hal baru
bagi siswa (Pehkonen, 1997). Jika ia segera mengenal tindakan atau cara-cara
menyelesaikan tugas tersebut, maka tugas tersebut merupakan tugas rutin. Jika tidak, maka
merupakan masalah baginya. Jadi konsep masalah tergantung pada waktu dan individu.

Pemecahan masalah diajarkan dan secara eksplisit menjadi tujuan pembelajaran matematika
dan tertuang dalam kurikulum matematika. Hal tersebut menurut Pehkonen (1997), karena
pemecahan masalah memiliki manfaat, yaitu: (1) mengembangkan keterampilan kognitif
secara umum, (2) mendorong kreativitas, (3) pemecahan masalah merupakan bagian dari
proses aplikasi matematika, dan (4) memotivasi siswa untuk belajar matematika. Berdasar
penjelasan tersebut, maka pemecahan masalah merupakan salah satu cara untuk mendorong
kreativitas sebagai produk berpikir kreatif siswa.

Selain pemecahan masalah, pendekatan pengajuan masalah juga dapat digunakan untuk
mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa. Pengajuan masalah intinya merupakan tugas
kepada siswa untuk membuat atau merumuskan masalah sendiri yang kemudian
dipecahkannya sendiri atau dipecahkan teman lainnya. Evans (1991) mengatakan bahwa
formulasi masalah (problem formulation) dan pemecahan masalah menjadi tema-tema
penting dalam penelitian kreativitas. Langkah pertama dalam aktivitas kreatif adalah
menemukan (discovering) dan memformulasikan masalah sendiri. Kutipan itu menunjukan
bahwa secara umum kemampuan berpikir kreatif dapat dikenali dengan memberikan tugas
membuat suatu masalah atau tugas pengajuan masalah.

Dunlap (2001) menjelaskan bahwa pengajuan masalah sedikit berbeda dengan pemecahan
masalah, tetapi masih merupakan suatu alat valid untuk mengajarkan berpikir matematis.
Moses (dalam Dunlap, 2001) membicarakan berbagai cara yang dapat mendorong berpikir
kreatif siswa menggunakan pengajuan masalah. Pertama, memodifikasi masalah-masalah
dari buku teks. Kedua, menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang mempunyai jawaban
ganda. Masalah yang hanya mempunyai jawaban tunggal tidak mendorong berpikir
matematika dengan kreatif, siswa hanya menerapkan algoritma yang sudah diketahui.

Penelitian tentang berpikir kreatif dalam matematika telah dilakukan Leung (1997) yang
melihat hubungan antara kreativitas verbal umum (general verbal creativity) dengan
pengajuan masalah aritmetika. Penelitian bersifat kuantitatif menunjukkan bahwa subjek
yang mempunyai kemampuan kreatif verbal lebih tinggi dalam kefasihan cenderung lebih
fasih juga dalam pengajuan masalah dan subjek yang fleksibilitasnya tinggi dalam
kreativitas verbal tidak pasti fleksibel dalam pengajuan masalah. Dalam penelitian itu tugas
pengajuan masalah dipandang sebagai suatu tes berpikir kreatif, seperti Balka (Leung,
1997) yang menskor tugas pengajuan masalah menurut kefasihan, fleksibilitas dan
keasliannya.

Silver (1997) menjelaskan hubungan kreativitas (produk berpikir kreatif) dengan pengajuan
masalah dan pemecahan masalah. Menurutnya berdasar observasi, hubungan kreativitas
terutama tidak hanya pada pengajuan masalah sendiri tetapi lebih kepada saling pengaruh
antara pemecahan masalah dan pengajuan masalah. Keduanya, proses dan produk kegiatan
itu dapat menentukan sebuah tingkat kreativitas dengan jelas. Dengan demikian, untuk
melihat kemampuan atau tingkat berpikir kreatif tidak cukup dari pengajuan masalah saja,
tetapi gabungan antara pemecahan masalah dan pengajuan masalah. Oleh karena itu, dalam
pembelajaran keduanya perlu dimunculkan secara bersama-sama, atau bergantian.

Hasil Penelitian
Siswono (2004a) pada awalnya merumuskan secara teoretis tingkat kemampuan berpikir
kreatif untuk pengajuan masalah yang terdiri dari 6 tingkat yang dimulai dari terendah,
yaitu tingkat 0 sampai tingkat 5. Dasar perumusannya adalah tiga indikator berpikir kreatif
(kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan). Perumusan tersebut bersifat intuitif dengan
mengelompokkan siswa/individu yang dapat memenuhi semua indikator (kefasihan,
fleksibilitas, dan kebaruan), sebagian indikator (satu atau dua dari ketiga indikator) dan
tidak memenuhi semua indikator.

Rumusan teoretis itu diverifikasi pada siswa kelas 1 (sekarang kelas VII) SMP Negeri 4
(siswa kelas 1-a dan 1-i) dan SMP Negeri 26 Surabaya (siswa kelas 1-d dan 1-e). Pada
semua siswa di masing-masing kelas diberikan tugas pengajuan masalah yang informasinya
berupa gambar atau pernyataan tertulis. Kemudian pada tiap kelas dipilih beberapa siswa
untuk diwawancarai secara “mendalam”. Hasilnya dalam Siswono (2004b) dan Siswono &
Kurniawati (2005) menunjukkan bahwa tiap tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa telah
terisi beberapa siswa dari berbagai tingkat kemampuan serta jenis kelamin. Ini
mengindikasikan bahwa kriteria tingkat kemampuan berpikir kreatif tersebut cukup layak
digunakan untuk mengklasifikasi tingkat berpikir kreatif siswa yang bebas dari perbedaan
tingkat kemampuan atau jenis kelamin, meskipun masih terdapat beberapa siswa yang
belum dapat terkategorikan. Semua siswa yang menjadi subjek penelitian ini tidak pernah
dilatih atau diajarkan menyelesaikan tugas pengajuan masalah. Tetapi, karena terdapat
siswa yang berada pada tingkat yang berbeda-beda dan terdapat siswa yang menempati
tingkat tertinggi, maka pengajuan masalah dapat menjadi indikator adanya kemampuan
berpikir kreatif.

Penelitian tindakan kelas yang dilakukan Siswono (2005) tentang upaya meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pengajuan masalah dalam menyelesaikan
masalah tentang materi Garis dan Sudut di kelas VII SMPN 6 Sidoarjo menunjukkan bahwa
pengajuan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, terutama pada aspek
kefasihan dan kebaruan.

Aspek fleksibilitas tidak menunjukkan peningkatan pada dua siklus penelitian itu, karena
tugas pengajuan masalah masih relatif baru bagi siswa dan fleksibilitas memerlukan waktu
yang lama untuk memunculkannya. Kemungkinan hasilnya akan berbeda jika pada tiap
materi diberikan tugas pengajuan masalah dan dibiasakan mengerjakan soal-soal atau
masalah yang divergen.

Penelitian deskriptif yang dilakukan Novitasari (2006) pada siswa kelas I SMP Negeri 2
Sidoarjo menunjukkan bahwa pemecahan masalah dengan tipe “what’s another way” dapat
meningkatkan ketiga aspek kemampuan berpikir kreatif tersebut. Peningkatan tersebut
dilihat dari banyaknya siswa yang memenuhi komponen berpikir kreatif. Dari 40 siswa
terdapat 19 siswa yang mengalami peningkatan kemampuan berpikir kreatifnya.
Peningkatan yang tidak mencapai 50% dari jumlah siswa ini, karena siswa belum biasa
mengerjakan soal-soal terbuka atau soal yang mempunyai lebih dari satu jawaban benar.
Selain itu tipe pemecahan masalah dengan “what’s Another Way” yang meminta siswa
menyelesaikan masalah dengan lebih dari satu cara belum diadaptasi oleh siswa dengan
baik.

Hasil penelitian yang telah dilakukan meskipun tidak menunjukkan perubahan yang
fantastis tetapi memberi indikasi terhadap perubahan kemampuan berpikir kreatif siswa,
sehingga dapat diterapkan secara kontinu dan bertahap dalam pembelajaran matematika di
sekolah.

Penutup
Pendapat ahli dan hasil penelitian ini memberikan fakta bahwa pemecahan masalah dan
pengajuan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam belajar
matematika. Pada awalnya memang hanya beberapa aspek yang muncul seperti kefasihan
atau kebaruan, tetapi pada akhirnya ketiga aspek dapat muncul secara bersama-sama. Dalam
penerapannya perlu adaptasi dan pembelajaran bagi siswa maupun guru sebagai
pengajarnya.

Pengkajian tentang kemampuan berpikir kreatif perlu terus dilakukan mengingat manfaat
yang besar dari kemampuan tersebut serta tantangan masa depan yang kompetitif dengan
situasi yang serba terbatas. Penulis telah mengembangkan tingkat kemampuan berpikir
kreatif yang mengacu pada keterpaduan tugas pemecahan dan pengajuan masalah (Siswono,
2007). Kegiatan tersebut secara simultan diyakini akan mendorong kemampuan berpikir
kreatif yang lebih optimal di kelas. Email: tatagyes@yahoo.com

Referensi

   •   Barak, Moses. & Doppelt, Yaron. (2000). Using Portfolio to Enhance Creative
       Thinking. The Journal of Technology Studies Summer-Fall 2000, Volume XXVI,
       Number 2. http://scholar.lib.vt.edu/ejournals. Download 27 Desember 2004.
   •   Edward, Betty. (1996). The Left and Right Sides of the Brain.
       http://members.ozemail.com.au. Download 3 Juli 2003.
   •   Evans, James R. (1991). Creative Thinking in the Decision and Management
       Sciences. Cincinnati: South-Western Publishing Co.
   •   Haylock, Derek. (1997). Recognising Mathematical Creativity in Schoolchildren.
       http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 (June 1997)
       Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. Download 6 Agustus 2002.
   •   Infinite innovation. Ltd. 2001. (2001). Creativity and Creative Thinking.
       http://www.brainstorming.co.uk/tutorials/tutorialcontents.html. Download 13 April
       2001.
   •   Johnson, Elaine B. (2002). Contextual Teaching and Learning: What it is and why
       it’s here to stay. Thousand Oaks: Corwin Press,Inc.
•   Krutetskii, V.A. (1976). The Psychology of Mathematical Abilities in
    Schoolchildren. Chicago: The University of Chicago Press.
•   Leung, Shukkwan S. (1997). On the Role of Creative Thinking in Problem posing.
    http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 (June 1997)
    Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. Download 6 Agustus 2002.
•   Munandar, S.C. Utami. (1999). Mengembangkan Bakat dan KreativitasAnak
    Sekolah. Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta: PT Gramedia
    Widiasarana Indonesia.
•   Novitasari, Whidia. (2006). Penerapan Pemecahan Masalah dengan Pendekatan
    “What’s Another Way” Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa.
    Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Surabaya
    Olson, Robert W. (1996). Seni Berpikir Kreatif. Sebuah Pedoman Praktis.
    (Terjemahan Alfonsus Samosir). Jakarta: Penerbit Erlangga.
•   Pehkonen, Erkki (1997). The State-of-Art in Mathematical Creativity.
    http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 (June 1997)
    Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. Download 6 Agustus 2002.
•   Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006
    tentang Standar Isi.
•   Ruggiero, Vincent R. (1998). The Art of Thinking. A Guide to Critical and Creative
    Thought. New York: Longman, An Imprint of Addison Wesley Longman, Inc.
•   Silver, Edward A. (1997). Fostering Creativity through Instruction Rich in
    Mathematical Problem Solving and Thinking in Problem Posing.
    http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 (June 1997)
    Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. Download 6 Agustus 2002.
•   Siswono, Tatag Yuli Eko (2004a). Mendorong Berpikir Kreatif Siswa melalui
    Pengajuan Masalah (Problem Posing). Makalah disajikan dalam Konferensi
    Himpunan Matematika Indonesia di Denpasar, Bali. 23-27 Juli 2004.
•   Siswono, Tatag Yuli Eko. (2004b). Identifying Creative Thinking Process of
    Students through Mathematics Problem Posing. International Conference on
    Statistics and Mathematics and Its Application in the Development of Science and
    Technology, Bandung Islamic University, October 4-6, 2004.
•   Siswono, Tatag Yuli Eko (2005). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir
    Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah. Jurnal terakreditasi “Jurnal Pendidikan
    Matematika dan Sains”, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Tahun X, No. 1,
    Juni 2005. ISSN 1410-1866, hal 1-9.
•   Siswono, Tatag Yuli Eko. (2007). Level of Student’s Creative Thinking in
    Classroom mathematics. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
    Matematika “Inovasi Penelitian Matematika dan Pembelajarannya di Era Persaingan
    Global”, Jurusan Matematika FMIPA Unesa. Surabaya, 8-9 Juni 2007.
Berpikir Kreatif I

More Related Content

What's hot

Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )
Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )
Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )zahra chairani
 
Psikologi modul 3 kb 3
Psikologi modul 3 kb 3Psikologi modul 3 kb 3
Psikologi modul 3 kb 3Uwes Chaeruman
 
Makalah berpikir Kritis
Makalah berpikir KritisMakalah berpikir Kritis
Makalah berpikir KritisGoogle
 
Bab2 Pemikiran Kritis, Penyelesaian Masalah dan
Bab2 Pemikiran Kritis, Penyelesaian Masalah dan Bab2 Pemikiran Kritis, Penyelesaian Masalah dan
Bab2 Pemikiran Kritis, Penyelesaian Masalah dan Siti Nor BahijAh
 
Proses berfikir matematis
Proses berfikir matematisProses berfikir matematis
Proses berfikir matematisLukman
 
Berpikir dan pemecahan masalah
Berpikir dan pemecahan masalahBerpikir dan pemecahan masalah
Berpikir dan pemecahan masalahOnong Van Djomon
 
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematikaMengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematikaLukman
 
Pemikiran kritis dan kreatif group
Pemikiran kritis dan kreatif groupPemikiran kritis dan kreatif group
Pemikiran kritis dan kreatif groupMazmon Mahmud
 
Konsep kemahiran berfikir
Konsep kemahiran berfikirKonsep kemahiran berfikir
Konsep kemahiran berfikirfiro HAR
 
Bab 2 pemikiran kritis,penyelesaian dan pemikiran saintifik
Bab 2 pemikiran kritis,penyelesaian dan pemikiran saintifikBab 2 pemikiran kritis,penyelesaian dan pemikiran saintifik
Bab 2 pemikiran kritis,penyelesaian dan pemikiran saintifikWaz Sanry
 
Berpikir
BerpikirBerpikir
Berpikirvera78
 
LMCK1421 Pemikiran Kritikal dan Penyelesaian Masalah
LMCK1421 Pemikiran Kritikal dan Penyelesaian MasalahLMCK1421 Pemikiran Kritikal dan Penyelesaian Masalah
LMCK1421 Pemikiran Kritikal dan Penyelesaian MasalahMr. 29526
 
39111278 alam-belajar-gaya-berfikir
39111278 alam-belajar-gaya-berfikir39111278 alam-belajar-gaya-berfikir
39111278 alam-belajar-gaya-berfikirFadSha Dzilla
 
Berpikir reflektif
Berpikir reflektifBerpikir reflektif
Berpikir reflektifLukman
 
Kemahiran Berfikir
Kemahiran BerfikirKemahiran Berfikir
Kemahiran BerfikirMiss Q
 

What's hot (19)

Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )
Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )
Insan cerdas dan kreatif (semnas fmipa bjm )
 
Psikologi modul 3 kb 3
Psikologi modul 3 kb 3Psikologi modul 3 kb 3
Psikologi modul 3 kb 3
 
Teori Teori Kemahiran Berfikir
Teori Teori Kemahiran BerfikirTeori Teori Kemahiran Berfikir
Teori Teori Kemahiran Berfikir
 
Makalah berpikir Kritis
Makalah berpikir KritisMakalah berpikir Kritis
Makalah berpikir Kritis
 
Bab2 Pemikiran Kritis, Penyelesaian Masalah dan
Bab2 Pemikiran Kritis, Penyelesaian Masalah dan Bab2 Pemikiran Kritis, Penyelesaian Masalah dan
Bab2 Pemikiran Kritis, Penyelesaian Masalah dan
 
Proses berfikir matematis
Proses berfikir matematisProses berfikir matematis
Proses berfikir matematis
 
Risqi rahman
Risqi rahmanRisqi rahman
Risqi rahman
 
Berpikir dan pemecahan masalah
Berpikir dan pemecahan masalahBerpikir dan pemecahan masalah
Berpikir dan pemecahan masalah
 
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematikaMengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
 
Pemikiran kritis dan kreatif group
Pemikiran kritis dan kreatif groupPemikiran kritis dan kreatif group
Pemikiran kritis dan kreatif group
 
Konsep kemahiran berfikir
Konsep kemahiran berfikirKonsep kemahiran berfikir
Konsep kemahiran berfikir
 
Bab 2 pemikiran kritis,penyelesaian dan pemikiran saintifik
Bab 2 pemikiran kritis,penyelesaian dan pemikiran saintifikBab 2 pemikiran kritis,penyelesaian dan pemikiran saintifik
Bab 2 pemikiran kritis,penyelesaian dan pemikiran saintifik
 
Berpikir
BerpikirBerpikir
Berpikir
 
LMCK1421 Pemikiran Kritikal dan Penyelesaian Masalah
LMCK1421 Pemikiran Kritikal dan Penyelesaian MasalahLMCK1421 Pemikiran Kritikal dan Penyelesaian Masalah
LMCK1421 Pemikiran Kritikal dan Penyelesaian Masalah
 
39111278 alam-belajar-gaya-berfikir
39111278 alam-belajar-gaya-berfikir39111278 alam-belajar-gaya-berfikir
39111278 alam-belajar-gaya-berfikir
 
Berpikir reflektif
Berpikir reflektifBerpikir reflektif
Berpikir reflektif
 
Pp berpikir kritis
Pp berpikir kritisPp berpikir kritis
Pp berpikir kritis
 
Hasratuddin
HasratuddinHasratuddin
Hasratuddin
 
Kemahiran Berfikir
Kemahiran BerfikirKemahiran Berfikir
Kemahiran Berfikir
 

Viewers also liked

Strategies of Licensing and Entitlement Management
Strategies of Licensing and Entitlement ManagementStrategies of Licensing and Entitlement Management
Strategies of Licensing and Entitlement ManagementFlexera
 
教學訪問教師申請表
教學訪問教師申請表教學訪問教師申請表
教學訪問教師申請表Josephine C
 
黄希彤:【无障碍访问】Margin
黄希彤:【无障碍访问】Margin黄希彤:【无障碍访问】Margin
黄希彤:【无障碍访问】Margintaobao.com
 
Social Monitoring Tools -- Considerations and Selection
Social Monitoring Tools -- Considerations and SelectionSocial Monitoring Tools -- Considerations and Selection
Social Monitoring Tools -- Considerations and SelectionKathy Herrmann
 
подборка экспозиции репродукций
подборка экспозиции репродукцийподборка экспозиции репродукций
подборка экспозиции репродукцийSergeyGavrilov
 
CIOB Complex Projects Contract 2013 - 25 April 2013 - Transcript of Talk
CIOB Complex Projects Contract 2013 - 25 April 2013 - Transcript of TalkCIOB Complex Projects Contract 2013 - 25 April 2013 - Transcript of Talk
CIOB Complex Projects Contract 2013 - 25 April 2013 - Transcript of TalkFrancis Ho
 
Namasmaran And Stress Dr. Shriniwas J. Kashalikar
Namasmaran And Stress Dr. Shriniwas J. KashalikarNamasmaran And Stress Dr. Shriniwas J. Kashalikar
Namasmaran And Stress Dr. Shriniwas J. Kashalikarshriniwaskashalikar
 
N E W S T U D Y O F G I T A N O V 14 D R S H R I N I W A S J
N E W  S T U D Y  O F  G I T A  N O V 14  D R  S H R I N I W A S  JN E W  S T U D Y  O F  G I T A  N O V 14  D R  S H R I N I W A S  J
N E W S T U D Y O F G I T A N O V 14 D R S H R I N I W A S Jshriniwaskashalikar
 
Conference Organisation
Conference OrganisationConference Organisation
Conference OrganisationGlobus Eventi
 
阅读类Web应用前端技术探索
阅读类Web应用前端技术探索阅读类Web应用前端技术探索
阅读类Web应用前端技术探索taobao.com
 
N E W S T U D Y O F G I T A N O V 26 D R
N E W  S T U D Y  O F  G I T A  N O V 26  D RN E W  S T U D Y  O F  G I T A  N O V 26  D R
N E W S T U D Y O F G I T A N O V 26 D Rshriniwaskashalikar
 
Opening Remarks - 2014 OIswang Construction Law Conference
Opening Remarks - 2014 OIswang Construction Law ConferenceOpening Remarks - 2014 OIswang Construction Law Conference
Opening Remarks - 2014 OIswang Construction Law ConferenceFrancis Ho
 
Y O G A, M A N A G E M E N T A N D N A M A S M A R A N D R
Y O G A,  M A N A G E M E N T  A N D  N A M A S M A R A N  D RY O G A,  M A N A G E M E N T  A N D  N A M A S M A R A N  D R
Y O G A, M A N A G E M E N T A N D N A M A S M A R A N D Rshriniwaskashalikar
 
E ardhmja e Unionit Evropian
E ardhmja e Unionit EvropianE ardhmja e Unionit Evropian
E ardhmja e Unionit EvropianMenaxherat
 
Master key system part 04
Master key system   part 04Master key system   part 04
Master key system part 04canei2day
 

Viewers also liked (20)

Strategies of Licensing and Entitlement Management
Strategies of Licensing and Entitlement ManagementStrategies of Licensing and Entitlement Management
Strategies of Licensing and Entitlement Management
 
教學訪問教師申請表
教學訪問教師申請表教學訪問教師申請表
教學訪問教師申請表
 
Aphrodite marble centre flagstones
Aphrodite marble centre flagstonesAphrodite marble centre flagstones
Aphrodite marble centre flagstones
 
黄希彤:【无障碍访问】Margin
黄希彤:【无障碍访问】Margin黄希彤:【无障碍访问】Margin
黄希彤:【无障碍访问】Margin
 
Social Monitoring Tools -- Considerations and Selection
Social Monitoring Tools -- Considerations and SelectionSocial Monitoring Tools -- Considerations and Selection
Social Monitoring Tools -- Considerations and Selection
 
подборка экспозиции репродукций
подборка экспозиции репродукцийподборка экспозиции репродукций
подборка экспозиции репродукций
 
CIOB Complex Projects Contract 2013 - 25 April 2013 - Transcript of Talk
CIOB Complex Projects Contract 2013 - 25 April 2013 - Transcript of TalkCIOB Complex Projects Contract 2013 - 25 April 2013 - Transcript of Talk
CIOB Complex Projects Contract 2013 - 25 April 2013 - Transcript of Talk
 
Namasmaran And Stress Dr. Shriniwas J. Kashalikar
Namasmaran And Stress Dr. Shriniwas J. KashalikarNamasmaran And Stress Dr. Shriniwas J. Kashalikar
Namasmaran And Stress Dr. Shriniwas J. Kashalikar
 
N E W S T U D Y O F G I T A N O V 14 D R S H R I N I W A S J
N E W  S T U D Y  O F  G I T A  N O V 14  D R  S H R I N I W A S  JN E W  S T U D Y  O F  G I T A  N O V 14  D R  S H R I N I W A S  J
N E W S T U D Y O F G I T A N O V 14 D R S H R I N I W A S J
 
Conference Organisation
Conference OrganisationConference Organisation
Conference Organisation
 
阅读类Web应用前端技术探索
阅读类Web应用前端技术探索阅读类Web应用前端技术探索
阅读类Web应用前端技术探索
 
N E W S T U D Y O F G I T A N O V 26 D R
N E W  S T U D Y  O F  G I T A  N O V 26  D RN E W  S T U D Y  O F  G I T A  N O V 26  D R
N E W S T U D Y O F G I T A N O V 26 D R
 
Madness
MadnessMadness
Madness
 
Opening Remarks - 2014 OIswang Construction Law Conference
Opening Remarks - 2014 OIswang Construction Law ConferenceOpening Remarks - 2014 OIswang Construction Law Conference
Opening Remarks - 2014 OIswang Construction Law Conference
 
W H Y P R A Y E R D R
W H Y  P R A Y E R  D RW H Y  P R A Y E R  D R
W H Y P R A Y E R D R
 
Y O G A, M A N A G E M E N T A N D N A M A S M A R A N D R
Y O G A,  M A N A G E M E N T  A N D  N A M A S M A R A N  D RY O G A,  M A N A G E M E N T  A N D  N A M A S M A R A N  D R
Y O G A, M A N A G E M E N T A N D N A M A S M A R A N D R
 
John Matthew Ennis
John Matthew EnnisJohn Matthew Ennis
John Matthew Ennis
 
E ardhmja e Unionit Evropian
E ardhmja e Unionit EvropianE ardhmja e Unionit Evropian
E ardhmja e Unionit Evropian
 
王瑾 Listen 20
王瑾 Listen 20王瑾 Listen 20
王瑾 Listen 20
 
Master key system part 04
Master key system   part 04Master key system   part 04
Master key system part 04
 

Similar to Berpikir Kreatif I

Berpikir kritis_Rezky.pptx
Berpikir kritis_Rezky.pptxBerpikir kritis_Rezky.pptx
Berpikir kritis_Rezky.pptxrezkygamerz
 
Pemikiran kritis
Pemikiran kritisPemikiran kritis
Pemikiran kritisAliff Farid
 
berpikir-kritis-critical-thinking.ppt
berpikir-kritis-critical-thinking.pptberpikir-kritis-critical-thinking.ppt
berpikir-kritis-critical-thinking.pptNopianGustariNN
 
Berpikir kritis sitizubaidah-um
Berpikir kritis sitizubaidah-umBerpikir kritis sitizubaidah-um
Berpikir kritis sitizubaidah-umTha Matsuyama
 
KONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANAN
KONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANANKONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANAN
KONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANANzenyusup
 
PPT_Berpikir_Kritis.pptx
PPT_Berpikir_Kritis.pptxPPT_Berpikir_Kritis.pptx
PPT_Berpikir_Kritis.pptxAdamSetiawan21
 
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (1)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (1)CREATIVE THINKING - Creative Thinking (1)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (1)Diana Amelia Bagti
 
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)Diana Amelia Bagti
 
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)Diana Amelia Bagti
 
Bab 2 Pemikiran Komunikasi
Bab 2 Pemikiran KomunikasiBab 2 Pemikiran Komunikasi
Bab 2 Pemikiran Komunikasiyewpohhuat01
 
Berpikir reflektif
Berpikir reflektifBerpikir reflektif
Berpikir reflektifLukman
 
Resume jurnal
Resume jurnalResume jurnal
Resume jurnalwandary
 
makalah-tahapan berfikir kreatif
makalah-tahapan berfikir kreatifmakalah-tahapan berfikir kreatif
makalah-tahapan berfikir kreatifHafidzotul Millah
 
Pertemuan 7 - BELAJAR KREATIF.pptx
Pertemuan 7 - BELAJAR KREATIF.pptxPertemuan 7 - BELAJAR KREATIF.pptx
Pertemuan 7 - BELAJAR KREATIF.pptxitafitriyana2
 

Similar to Berpikir Kreatif I (20)

Berpikir kritis_Rezky.pptx
Berpikir kritis_Rezky.pptxBerpikir kritis_Rezky.pptx
Berpikir kritis_Rezky.pptx
 
Unit 6 kbkk
Unit 6 kbkkUnit 6 kbkk
Unit 6 kbkk
 
Induktif
InduktifInduktif
Induktif
 
Pemikiran kritis
Pemikiran kritisPemikiran kritis
Pemikiran kritis
 
PEMIKIRAN
PEMIKIRANPEMIKIRAN
PEMIKIRAN
 
berpikir-kritis-critical-thinking.ppt
berpikir-kritis-critical-thinking.pptberpikir-kritis-critical-thinking.ppt
berpikir-kritis-critical-thinking.ppt
 
Berpikir kritis sitizubaidah-um
Berpikir kritis sitizubaidah-umBerpikir kritis sitizubaidah-um
Berpikir kritis sitizubaidah-um
 
KONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANAN
KONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANANKONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANAN
KONSEP DASAR BERFIKIR KRITIS DAN MASALAH DALAM KEBIDANAN
 
PPT_Berpikir_Kritis.pptx
PPT_Berpikir_Kritis.pptxPPT_Berpikir_Kritis.pptx
PPT_Berpikir_Kritis.pptx
 
Artikel Belajar Pembelajaran
Artikel Belajar PembelajaranArtikel Belajar Pembelajaran
Artikel Belajar Pembelajaran
 
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (1)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (1)CREATIVE THINKING - Creative Thinking (1)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (1)
 
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)
CREATIVE THINKING - Creative Thinking (2)
 
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)
CRAETIVE THINKING - Creative Thinking (5)
 
Bab 2 Pemikiran Komunikasi
Bab 2 Pemikiran KomunikasiBab 2 Pemikiran Komunikasi
Bab 2 Pemikiran Komunikasi
 
Berpikir reflektif
Berpikir reflektifBerpikir reflektif
Berpikir reflektif
 
Thinking
ThinkingThinking
Thinking
 
Resume jurnal
Resume jurnalResume jurnal
Resume jurnal
 
makalah-tahapan berfikir kreatif
makalah-tahapan berfikir kreatifmakalah-tahapan berfikir kreatif
makalah-tahapan berfikir kreatif
 
LADAP-ULASAN BUKU 2.docx
LADAP-ULASAN BUKU 2.docxLADAP-ULASAN BUKU 2.docx
LADAP-ULASAN BUKU 2.docx
 
Pertemuan 7 - BELAJAR KREATIF.pptx
Pertemuan 7 - BELAJAR KREATIF.pptxPertemuan 7 - BELAJAR KREATIF.pptx
Pertemuan 7 - BELAJAR KREATIF.pptx
 

Recently uploaded

Paparan Penyelenggaraan Program PT ASABRI (Persero) Tahun 2023
Paparan Penyelenggaraan Program PT ASABRI (Persero) Tahun 2023Paparan Penyelenggaraan Program PT ASABRI (Persero) Tahun 2023
Paparan Penyelenggaraan Program PT ASABRI (Persero) Tahun 2023BintangDemarta1
 
Info-perancangan-dan-pengembangan-produk
Info-perancangan-dan-pengembangan-produkInfo-perancangan-dan-pengembangan-produk
Info-perancangan-dan-pengembangan-produkKresnaSuputra1
 
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Swasta dan BUMN.pptx
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Swasta dan BUMN.pptxANALISIS LAPORAN KEUANGAN Swasta dan BUMN.pptx
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Swasta dan BUMN.pptxrahmatraju03
 
Paparan Penyelenggaraan Program PT ASABRI (Persero) Tahun 2023
Paparan Penyelenggaraan Program PT ASABRI (Persero) Tahun 2023Paparan Penyelenggaraan Program PT ASABRI (Persero) Tahun 2023
Paparan Penyelenggaraan Program PT ASABRI (Persero) Tahun 2023woronotes
 
Ketegasan Dalam Aspek Produksi dalam bisnis
Ketegasan Dalam Aspek Produksi dalam bisnisKetegasan Dalam Aspek Produksi dalam bisnis
Ketegasan Dalam Aspek Produksi dalam bisnisBayupermana52
 
PPT AKL 2-Pelaporan Segmen & Interim.pptx
PPT AKL 2-Pelaporan Segmen & Interim.pptxPPT AKL 2-Pelaporan Segmen & Interim.pptx
PPT AKL 2-Pelaporan Segmen & Interim.pptxAbdulGalib4
 

Recently uploaded (6)

Paparan Penyelenggaraan Program PT ASABRI (Persero) Tahun 2023
Paparan Penyelenggaraan Program PT ASABRI (Persero) Tahun 2023Paparan Penyelenggaraan Program PT ASABRI (Persero) Tahun 2023
Paparan Penyelenggaraan Program PT ASABRI (Persero) Tahun 2023
 
Info-perancangan-dan-pengembangan-produk
Info-perancangan-dan-pengembangan-produkInfo-perancangan-dan-pengembangan-produk
Info-perancangan-dan-pengembangan-produk
 
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Swasta dan BUMN.pptx
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Swasta dan BUMN.pptxANALISIS LAPORAN KEUANGAN Swasta dan BUMN.pptx
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Swasta dan BUMN.pptx
 
Paparan Penyelenggaraan Program PT ASABRI (Persero) Tahun 2023
Paparan Penyelenggaraan Program PT ASABRI (Persero) Tahun 2023Paparan Penyelenggaraan Program PT ASABRI (Persero) Tahun 2023
Paparan Penyelenggaraan Program PT ASABRI (Persero) Tahun 2023
 
Ketegasan Dalam Aspek Produksi dalam bisnis
Ketegasan Dalam Aspek Produksi dalam bisnisKetegasan Dalam Aspek Produksi dalam bisnis
Ketegasan Dalam Aspek Produksi dalam bisnis
 
PPT AKL 2-Pelaporan Segmen & Interim.pptx
PPT AKL 2-Pelaporan Segmen & Interim.pptxPPT AKL 2-Pelaporan Segmen & Interim.pptx
PPT AKL 2-Pelaporan Segmen & Interim.pptx
 

Berpikir Kreatif I

  • 1. http://suaraguru.wordpress.com/2009/02/23/meningkatkan-kemampuan-berpikir- kreatif-siswa/ Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa 23 Februari, 2009 Oleh Tatag Yuli Eko Siswono Ketua Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Surabaya. Pendahuluan Matematika sering dianggap sebagai ilmu yang hanya menekankan pada kemampuan berpikir logis dengan penyelesaian yang tunggal dan pasti. Hal ini yang menyebabkan matematika menjadi mata pelajaran yang ditakuti dan dijauhi siswa. Padahal, matematika dipelajari pada setiap jenjang pendidikan dan menjadi salah satu pengukur (indikator) keberhasilan siswa dalam menempuh suatu jenjang pendidikan, serta menjadi materi ujian untuk seleksi penerimaan menjadi tenaga kerja bidang tertentu. Melihat kondisi ini berarti matematika tidak hanya digunakan sebagai acuan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi tetapi juga digunakan dalam mendukung karier seseorang. Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya trampil dalam suatu bidang tetapi juga kreatif dalam mengembangkan bidang yang ditekuni. Hal tersebut perlu dimanifestasikan dalam setiap mata pelajaran di sekolah, termasuk matematika. Dalam standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah mata pelajaran matematika (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tanggal 23 mei 2006 tentang standar isi) telah disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis maupun bekerja sama sudah lama menjadi fokus dan perhatian pendidik matematika di kelas, karena hal itu berkaitan dengan sifat dan karakteristik keilmuan matematika. Tetapi, fokus dan perhatian pada upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dalam matematika jarang atau tidak pernah dikembangkan. Padahal kemampuan itu yang sangat diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Tulisan ini memaparkan bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa dapat ditingkatkan melalui pengajuan masalah dan pemecahan masalah matematika.
  • 2. Berpikir Kreatif dalam Matematika Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Ruggiero (1998) mengartikan berpikir sebagai suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan (fulfill a desire to understand). Pendapat ini menunjukkan bahwa ketika seseorang merumuskan suatu masalah, memecahkan masalah, ataupun ingin memahami sesuatu, maka ia melakukan suatu aktivitas berpikir. Berpikir sebagai suatu kemampuan mental seseorang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Berpikir logis dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir siswa untuk menarik kesimpulan yang sah menurut aturan logika dan dapat membuktikan bahwa kesimpulan itu benar (valid) sesuai dengan pengetahuan-pengetahuan sebelumnya yang sudah diketahui. Berpikir analitis adalah kemampuan berpikir siswa untuk menguraikan, memerinci, dan menganalisis informasi- informasi yang digunakan untuk memahami suatu pengetahuan dengan menggunakan akal dan pikiran yang logis, bukan berdasar perasaan atau tebakan. Berpikir sistematis adalah kemampuan berpikir siswa untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu tugas sesuai dengan urutan, tahapan, langkah-langkah, atau perencanaan yang tepat, efektif, dan efesien. Ketiga jenis berpikir tersebut saling berkaitan. Seseorang untuk dapat dikatakan berpikir sistematis, maka ia perlu berpikir secara analitis untuk memahami informasi yang digunakan. Kemudian, untuk dapat berpikir analitis diperlukan kemampuan berpikir logis dalam mengambil kesimpulan terhadap suatu situasi. Berpikir kritis dan berpikir kreatif merupakan perwujudan dari berpikir tingkat tinggi (higher order thinking). Berpikir kritis dapat dipandang sebagai kemampuan berpikir siswa untuk membandingkan dua atau lebih informasi, misalkan informasi yang diterima dari luar dengan informasi yang dimiliki. Bila terdapat perbedaan atau persamaan, maka ia akan mengajukan pertanyaan atau komentar dengan tujuan untuk mendapatkan penjelasan. Berpikir kritis sering dikaitkan dengan berpikir kreatif. Evans (1991) menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan (conections) yang terus menerus (kontinu), sehingga ditemukan kombinasi yang “benar” atau sampai seseorang itu menyerah. Asosiasi kreatif terjadi melalui kemiripan-kemiripan sesuatu atau melalui pemikiran analogis. Asosasi ide- ide membentuk ide-ide baru. Jadi, berpikir kreatif mengabaikan hubungan-hubungan yang sudah mapan, dan menciptakan hubungan-hubungan tersendiri. Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif merupakan kegiatan mental untuk menemukan suatu kombinasi yang belum dikenal sebelumnya. Berpikir kreatif dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika seorang individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Ide baru tersebut merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan (Infinite Innovation Ltd, 2001). Pengertian ini lebih menfokuskan pada proses individu untuk memunculkan ide baru yang merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang belum diwujudkan atau masih dalam
  • 3. pemikiran. Pengertian berpikir kreatif ini ditandai adanya ide baru yang dimunculkan sebagai hasil dari proses berpikir tersebut. Berdasar pendapat-pendapat tersebut, maka berpikir kreatif dapat diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru. Dalam memandang kaitan antara berpikir kreatif dan berpikir kritis terdapat dua pandangan. Pertama memandang berpikir kreatif bersifat intuitif yang berbeda dengan berpikir kritis (analitis) yang didasarkan pada logika, dan kedua memandang berpikir kreatif merupakan kombinasi berpikir yang analitis dan intuitif. Berpikir yang intuitif artinya berpikir untuk mendapatkan sesuatu dengan menggunakan naluri atau perasaan (feelings) yang tiba-tiba (insight) tanpa berdasar fakta-fakta yang umum. Pandangan pertama cenderung dipengaruhi oleh pandangan terhadap dikotomi otak kanan dan otak kiri yang mempunyai fungsi berbeda, sedang pandangan kedua melihat dua belahan otak bekerja secara sinergis bersama-sama yang tidak terpisah. Johnson (2002) tampaknya lebih menekankan pada pandangan pertama. Johnson menjelaskan bahwa berpikir kritis mengorganisasikan proses yang digunakan dalam aktifitas mental seperti pemecahan masalah, pengambilan keputusan, meyakinkan, menganalisis asumsi-asumsi dan penemuan ilmiah. Berpikir kritis adalah suatu kemampuan untuk bernalar (to reason) dalam suatu cara yang terorganisasi. Berpikir kreatif merupakan suatu aktifitas mental yang memperhatikan keaslian dan wawasan (ide). Berpikir kreatif sebagai lawan dari berpikir destruktif, melibatkan pencarian kesempatan untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Berpikir kreatif tidak secara tegas mengorganisasikan proses, seperti berpikir kritis. Berpikir kreatif merupakan suatu kebiasaan dari pemikiran yang tajam dengan intuisi, menggerakkan imaginasi, mengungkapkan kemungkinan- kemungkinan baru, membuka selubung ide-ide yang menakjubkan dan inspirasi ide-ide yang tidak diharapkan. Pengertian ini membedakan dengan tegas berpikir kreatif dan berpikir kritis. De Bono (dalam Barak dan Doppelt, 2000) membedakan antara 2 tipe berpikir, yaitu berpikir lateral dan berpikir vertikal. Berpikir lateral mengacu pada penemuan petunjuk- petunjuk baru dalam mencari ide-ide, sedang berpikir vertikal berhadapan dengan perkembangan ide-ide dan pemeriksaannya terhadap suatu kriteria objektif. Pemikiran vertikal adalah selektif dan berurutan yang bergerak hanya jika terdapat suatu petunjuk dalam gerakannya. Pemikiran lateral adalah generatif yang dapat meloncat dan bergerak agar dapat membangun suatu petunjuk baru. Pemikiran lateral tidak harus benar pada setiap langkah dan tidak menggunakan kategori-kategori, klasifikasi atau label-label yang tetap. Pemikiran vertikal memilih pendekatan-pendekatan yang sangat menjanjikan pada suatu masalah selama pemikiran lateral membangun banyak alternatif pendekatan. Berpikir kreatif merupakan suatu sintesis antara berpikir lateral dan vertikal yang saling melengkapi. Pengertian ini menyebutkan bahwa dalam berpikir kreatif melibatkan berpikir logis ataupun analitis sekaligus intuitif, seperti pada pandangan kedua dalam pengertian berpikir kreatif. Berpikir kreatif dalam matematika mengacu pada pengertian berpikir kreatif secara umum. Bishop (dalam Pehkonen, 1997) menjelaskan bahwa seseorang memerlukan 2 model
  • 4. berpikir berbeda yang komplementer dalam matematika, yaitu berpikir kreatif yang bersifat intuitif dan berpikir analitik yang bersifat logis. Pandangan ini lebih melihat berpikir kreatif sebagai suatu pemikiran yang intuitif daripada yang logis. Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif tidak didasarkan pada pemikiran yang logis tetapi lebih sebagai pemikiran yang tiba-tiba muncul, tak terduga, dan di luar kebiasaan. Pehkonen (1997) memandang berpikir kreatif sebagai suatu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tetapi masih dalam kesadaran. Ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam suatu praktik pemecahan masalah, maka pemikiran divergen yang intuitif menghasilkan banyak ide. Hal ini akan berguna dalam menemukan penyelesaiannya. Pengertian ini menjelaskan bahwa berpikir kreatif memperhatikan berpikir logis maupun intuitif untuk menghasilkan ide-ide. Pandangan ini lebih mengarah pada pandangan kedua dalam pengertian berpikir kreatif. Dalam tulisan ini berpikir kreatif dipandang sebagai satu kesatuan atau kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru tersebut merupakan salah satu indikasi dari berpikir kreatif dalam matematika. Indikasi yang lain dikaitkan dengan kemampuan berpikir logis dan berpikir divergen. Untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif seseorang ditunjukkan melalui produk pemikiran atau kreativitasnya menghasilkan sesuatu yang “baru”. Munandar (1999) menunjukkan indikasi berpikir kreatif dalam definisinya bahwa “kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keberagaman jawaban”. Pengertian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif seseorang makin tinggi, jika ia mampu menunjukkan banyak kemungkinan jawaban pada suatu masalah. Semua jawaban itu harus sesuai dengan masalah dan tepat. Selain itu jawaban harus bervariasi. Misalkan anak diminta memikirkan penggunaan yang tidak lazim dari benda sehari-hari. Sebagai contoh “sapu ijuk”. Jika jawaban anak menyebut: untuk memukul ayam, main kuda-kudaan, untuk membuat rambut boneka, untuk menyumbat lubang, untuk menyaring air, atau membuat hiasan. Jawaban itu menunjukkan variasi atau keberagaman. Jika ia menyebut untuk membersihkan lantai, menyapu halaman, membersihkan langit-langit, atau mengambil sampah, maka jawaban tersebut tidak menunjukkan variasi meskipun banyak, karena semua menyangkut sapu ijuk untuk membersihkan sesuatu. Olson (1996) menjelaskan bahwa untuk tujuan riset mengenai berpikir kreatif, kreativitas (sebagai produk berpikir kreatif) sering dianggap terdiri dari dua unsur, yaitu kefasihan dan keluwesan (fleksibilitas). Kefasihan ditunjukkan dengan kemampuan menghasilkan sejumlah besar gagasan pemecahan masalah secara lancar dan cepat. Keluwesan mengacu pada kemampuan untuk menemukan gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan suatu masalah. Indikasi kemampuan berpikir kreatif ini sama dengan Munandar (1999) tidak menunjukan secara tegas kriteria “baru” sebagai sesuatu yang tidak ada sebelumnya. “Baru” lebih ditunjukkan dari keberagaman (variasi) atau perbedaan gagasan yang dihasilkan.
  • 5. Dalam penerapannya, kriteria itu berkembang dan sesuai dengan bidang kajian (lingkup) dari kemampuan berpikir kreatif itu. Krutetskii (1976) mengutip gagasan Shaw dan Simon memberikan indikasi berpikir kreatif, yaitu (1) produk aktivitas mental mempunyai sifat kebaruan (novelty) dan bernilai baik secara subjektif maupun objektif; (2) proses berpikir juga baru, yaitu memerlukan suatu transformasi ide-ide yang diterima sebelum maupun penolakannya; (3) proses berpikir dikarakterisasikan oleh adanya motivasi yang kuat dan kestabilan, yang teramati pada periode waktu yang lama atau dengan intensitas yang tinggi . Pendapat ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif dari segi produk didasarkan pada kebaruan dan nilai produk tersebut. Selain itu, dari segi proses ditunjukkan dengan kebaruan transformasi ide-ide dan adanya motivasi yang kuat. Haylock (1997) mengatakan bahwa berpikir kreatif hampir dianggap selalu melibatkan fleksibilitas. Bahkan Krutetskii (1976) mengidentifikasi bahwa fleksibilitas dari proses mental sebagai suatu komponen kunci kemampuan kreatif matematis pada siswa-siswa. Haylock (1997) menunjukkan kriteria sesuai tipe Tes Torrance dalam kreativitas (produk berpikir kreatif), yaitu kefasihan artinya banyaknya respons (tanggapan) yang dapat diterima atau sesuai, fleksibilitas artinya banyaknya jenis respons yang berbeda, dan keaslian artinya kejarangan tanggapan (respons) dalam kaitan dengan sebuah kelompok pasangannya. Haylock (1997) mengatakan bahwa dalam konteks matematika, kriteria kefasihan tampak kurang berguna dibanding dengan fleksibilitas. Contoh, jika siswa diminta untuk membuat soal yang nilainya 5, siswa mungkin memulai dengan 6-1, 7-2, 8-3, dan seterusnya. Nilai siswa tersebut tinggi, tetapi tidak menunjukkan kreativitas. Fleksibilitas menekankan juga pada banyaknya ide-ide berbeda yang digunakan. Jadi dalam matematika untuk menilai produk divergensi dapat menggunakan kriteria fleksibilitas dan keaslian. Kriteria lain adalah kelayakan (appropriateness). Respons matematis mungkin menunjukkan keaslian yang tinggi, tetapi tidak berguna jika tidak sesuai dalam kriteria matematis umumnya. Contoh, untuk menjawab , seorang siswa menjawab 4. Meskipun menunjukkan keaslian yang tinggi tetapi jawaban tersebut salah. Jadi, berdasar beberapa pendapat itu kemampuan berpikir kreatif dapat ditunjukkan dari fleksibilitas, kefasihan, keaslian, kelayakan atau kegunaan. Indikator ini dapat disederhanakan atau dipadukan dengan melihat kesamaan pengertiannya menjadi fleksibilitas, kefasihan, dan keaslian. Kelayakan atau kegunaan tercakup dalam ketiga aspek tersebut. Silver (1997) menjelaskan bahwa untuk menilai kemampuan berpikir kreatif anak-anak dan orang dewasa sering digunakan “The Torrance Tests of Creative Thinking (TTCT)”. Tiga komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas menggunakan TTCT adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas dan kebaruan (novelty). Kefasihan mengacu pada banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespons sebuah perintah. Fleksibilitas tampak pada perubahan- perubahan pendekatan ketika merespons perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide yang dibuat dalam merespons perintah. Dalam masing-masing komponen, apabila respons perintah disyaratkan harus sesuai, tepat atau berguna dengan perintah yang diinginkan, maka indikator kelayakan, kegunaan atau bernilai berpikir kreatif sudah dipenuhi. Indikator keaslian dapat ditunjukkan atau merupakan bagian dari kebaruan. Jadi indikator atau komponen berpikir itu dapat meliputi kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan.
  • 6. Pengajuan Masalah dan Pemecahan Masalah Dalam usaha mendorong berpikir kreatif dalam matematika digunakan konsep masalah dalam suatu situasi tugas. Guru meminta siswa menghubungkan informasi-informasi yang diketahui dan informasi tugas yang harus dikerjakan, sehingga tugas itu merupakan hal baru bagi siswa (Pehkonen, 1997). Jika ia segera mengenal tindakan atau cara-cara menyelesaikan tugas tersebut, maka tugas tersebut merupakan tugas rutin. Jika tidak, maka merupakan masalah baginya. Jadi konsep masalah tergantung pada waktu dan individu. Pemecahan masalah diajarkan dan secara eksplisit menjadi tujuan pembelajaran matematika dan tertuang dalam kurikulum matematika. Hal tersebut menurut Pehkonen (1997), karena pemecahan masalah memiliki manfaat, yaitu: (1) mengembangkan keterampilan kognitif secara umum, (2) mendorong kreativitas, (3) pemecahan masalah merupakan bagian dari proses aplikasi matematika, dan (4) memotivasi siswa untuk belajar matematika. Berdasar penjelasan tersebut, maka pemecahan masalah merupakan salah satu cara untuk mendorong kreativitas sebagai produk berpikir kreatif siswa. Selain pemecahan masalah, pendekatan pengajuan masalah juga dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif siswa. Pengajuan masalah intinya merupakan tugas kepada siswa untuk membuat atau merumuskan masalah sendiri yang kemudian dipecahkannya sendiri atau dipecahkan teman lainnya. Evans (1991) mengatakan bahwa formulasi masalah (problem formulation) dan pemecahan masalah menjadi tema-tema penting dalam penelitian kreativitas. Langkah pertama dalam aktivitas kreatif adalah menemukan (discovering) dan memformulasikan masalah sendiri. Kutipan itu menunjukan bahwa secara umum kemampuan berpikir kreatif dapat dikenali dengan memberikan tugas membuat suatu masalah atau tugas pengajuan masalah. Dunlap (2001) menjelaskan bahwa pengajuan masalah sedikit berbeda dengan pemecahan masalah, tetapi masih merupakan suatu alat valid untuk mengajarkan berpikir matematis. Moses (dalam Dunlap, 2001) membicarakan berbagai cara yang dapat mendorong berpikir kreatif siswa menggunakan pengajuan masalah. Pertama, memodifikasi masalah-masalah dari buku teks. Kedua, menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang mempunyai jawaban ganda. Masalah yang hanya mempunyai jawaban tunggal tidak mendorong berpikir matematika dengan kreatif, siswa hanya menerapkan algoritma yang sudah diketahui. Penelitian tentang berpikir kreatif dalam matematika telah dilakukan Leung (1997) yang melihat hubungan antara kreativitas verbal umum (general verbal creativity) dengan pengajuan masalah aritmetika. Penelitian bersifat kuantitatif menunjukkan bahwa subjek yang mempunyai kemampuan kreatif verbal lebih tinggi dalam kefasihan cenderung lebih fasih juga dalam pengajuan masalah dan subjek yang fleksibilitasnya tinggi dalam kreativitas verbal tidak pasti fleksibel dalam pengajuan masalah. Dalam penelitian itu tugas pengajuan masalah dipandang sebagai suatu tes berpikir kreatif, seperti Balka (Leung, 1997) yang menskor tugas pengajuan masalah menurut kefasihan, fleksibilitas dan keasliannya. Silver (1997) menjelaskan hubungan kreativitas (produk berpikir kreatif) dengan pengajuan masalah dan pemecahan masalah. Menurutnya berdasar observasi, hubungan kreativitas
  • 7. terutama tidak hanya pada pengajuan masalah sendiri tetapi lebih kepada saling pengaruh antara pemecahan masalah dan pengajuan masalah. Keduanya, proses dan produk kegiatan itu dapat menentukan sebuah tingkat kreativitas dengan jelas. Dengan demikian, untuk melihat kemampuan atau tingkat berpikir kreatif tidak cukup dari pengajuan masalah saja, tetapi gabungan antara pemecahan masalah dan pengajuan masalah. Oleh karena itu, dalam pembelajaran keduanya perlu dimunculkan secara bersama-sama, atau bergantian. Hasil Penelitian Siswono (2004a) pada awalnya merumuskan secara teoretis tingkat kemampuan berpikir kreatif untuk pengajuan masalah yang terdiri dari 6 tingkat yang dimulai dari terendah, yaitu tingkat 0 sampai tingkat 5. Dasar perumusannya adalah tiga indikator berpikir kreatif (kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan). Perumusan tersebut bersifat intuitif dengan mengelompokkan siswa/individu yang dapat memenuhi semua indikator (kefasihan, fleksibilitas, dan kebaruan), sebagian indikator (satu atau dua dari ketiga indikator) dan tidak memenuhi semua indikator. Rumusan teoretis itu diverifikasi pada siswa kelas 1 (sekarang kelas VII) SMP Negeri 4 (siswa kelas 1-a dan 1-i) dan SMP Negeri 26 Surabaya (siswa kelas 1-d dan 1-e). Pada semua siswa di masing-masing kelas diberikan tugas pengajuan masalah yang informasinya berupa gambar atau pernyataan tertulis. Kemudian pada tiap kelas dipilih beberapa siswa untuk diwawancarai secara “mendalam”. Hasilnya dalam Siswono (2004b) dan Siswono & Kurniawati (2005) menunjukkan bahwa tiap tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa telah terisi beberapa siswa dari berbagai tingkat kemampuan serta jenis kelamin. Ini mengindikasikan bahwa kriteria tingkat kemampuan berpikir kreatif tersebut cukup layak digunakan untuk mengklasifikasi tingkat berpikir kreatif siswa yang bebas dari perbedaan tingkat kemampuan atau jenis kelamin, meskipun masih terdapat beberapa siswa yang belum dapat terkategorikan. Semua siswa yang menjadi subjek penelitian ini tidak pernah dilatih atau diajarkan menyelesaikan tugas pengajuan masalah. Tetapi, karena terdapat siswa yang berada pada tingkat yang berbeda-beda dan terdapat siswa yang menempati tingkat tertinggi, maka pengajuan masalah dapat menjadi indikator adanya kemampuan berpikir kreatif. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan Siswono (2005) tentang upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pengajuan masalah dalam menyelesaikan masalah tentang materi Garis dan Sudut di kelas VII SMPN 6 Sidoarjo menunjukkan bahwa pengajuan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, terutama pada aspek kefasihan dan kebaruan. Aspek fleksibilitas tidak menunjukkan peningkatan pada dua siklus penelitian itu, karena tugas pengajuan masalah masih relatif baru bagi siswa dan fleksibilitas memerlukan waktu yang lama untuk memunculkannya. Kemungkinan hasilnya akan berbeda jika pada tiap materi diberikan tugas pengajuan masalah dan dibiasakan mengerjakan soal-soal atau masalah yang divergen. Penelitian deskriptif yang dilakukan Novitasari (2006) pada siswa kelas I SMP Negeri 2 Sidoarjo menunjukkan bahwa pemecahan masalah dengan tipe “what’s another way” dapat
  • 8. meningkatkan ketiga aspek kemampuan berpikir kreatif tersebut. Peningkatan tersebut dilihat dari banyaknya siswa yang memenuhi komponen berpikir kreatif. Dari 40 siswa terdapat 19 siswa yang mengalami peningkatan kemampuan berpikir kreatifnya. Peningkatan yang tidak mencapai 50% dari jumlah siswa ini, karena siswa belum biasa mengerjakan soal-soal terbuka atau soal yang mempunyai lebih dari satu jawaban benar. Selain itu tipe pemecahan masalah dengan “what’s Another Way” yang meminta siswa menyelesaikan masalah dengan lebih dari satu cara belum diadaptasi oleh siswa dengan baik. Hasil penelitian yang telah dilakukan meskipun tidak menunjukkan perubahan yang fantastis tetapi memberi indikasi terhadap perubahan kemampuan berpikir kreatif siswa, sehingga dapat diterapkan secara kontinu dan bertahap dalam pembelajaran matematika di sekolah. Penutup Pendapat ahli dan hasil penelitian ini memberikan fakta bahwa pemecahan masalah dan pengajuan masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa dalam belajar matematika. Pada awalnya memang hanya beberapa aspek yang muncul seperti kefasihan atau kebaruan, tetapi pada akhirnya ketiga aspek dapat muncul secara bersama-sama. Dalam penerapannya perlu adaptasi dan pembelajaran bagi siswa maupun guru sebagai pengajarnya. Pengkajian tentang kemampuan berpikir kreatif perlu terus dilakukan mengingat manfaat yang besar dari kemampuan tersebut serta tantangan masa depan yang kompetitif dengan situasi yang serba terbatas. Penulis telah mengembangkan tingkat kemampuan berpikir kreatif yang mengacu pada keterpaduan tugas pemecahan dan pengajuan masalah (Siswono, 2007). Kegiatan tersebut secara simultan diyakini akan mendorong kemampuan berpikir kreatif yang lebih optimal di kelas. Email: tatagyes@yahoo.com Referensi • Barak, Moses. & Doppelt, Yaron. (2000). Using Portfolio to Enhance Creative Thinking. The Journal of Technology Studies Summer-Fall 2000, Volume XXVI, Number 2. http://scholar.lib.vt.edu/ejournals. Download 27 Desember 2004. • Edward, Betty. (1996). The Left and Right Sides of the Brain. http://members.ozemail.com.au. Download 3 Juli 2003. • Evans, James R. (1991). Creative Thinking in the Decision and Management Sciences. Cincinnati: South-Western Publishing Co. • Haylock, Derek. (1997). Recognising Mathematical Creativity in Schoolchildren. http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. Download 6 Agustus 2002. • Infinite innovation. Ltd. 2001. (2001). Creativity and Creative Thinking. http://www.brainstorming.co.uk/tutorials/tutorialcontents.html. Download 13 April 2001. • Johnson, Elaine B. (2002). Contextual Teaching and Learning: What it is and why it’s here to stay. Thousand Oaks: Corwin Press,Inc.
  • 9. Krutetskii, V.A. (1976). The Psychology of Mathematical Abilities in Schoolchildren. Chicago: The University of Chicago Press. • Leung, Shukkwan S. (1997). On the Role of Creative Thinking in Problem posing. http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. Download 6 Agustus 2002. • Munandar, S.C. Utami. (1999). Mengembangkan Bakat dan KreativitasAnak Sekolah. Petunjuk Bagi Para Guru dan Orang Tua. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. • Novitasari, Whidia. (2006). Penerapan Pemecahan Masalah dengan Pendekatan “What’s Another Way” Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Skripsi tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Surabaya Olson, Robert W. (1996). Seni Berpikir Kreatif. Sebuah Pedoman Praktis. (Terjemahan Alfonsus Samosir). Jakarta: Penerbit Erlangga. • Pehkonen, Erkki (1997). The State-of-Art in Mathematical Creativity. http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. Download 6 Agustus 2002. • Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tanggal 23 Mei 2006 tentang Standar Isi. • Ruggiero, Vincent R. (1998). The Art of Thinking. A Guide to Critical and Creative Thought. New York: Longman, An Imprint of Addison Wesley Longman, Inc. • Silver, Edward A. (1997). Fostering Creativity through Instruction Rich in Mathematical Problem Solving and Thinking in Problem Posing. http://www.fiz.karlsruhe.de/fiz/publications/zdm ZDM Volum 29 (June 1997) Number 3. Electronic Edition ISSN 1615-679X. Download 6 Agustus 2002. • Siswono, Tatag Yuli Eko (2004a). Mendorong Berpikir Kreatif Siswa melalui Pengajuan Masalah (Problem Posing). Makalah disajikan dalam Konferensi Himpunan Matematika Indonesia di Denpasar, Bali. 23-27 Juli 2004. • Siswono, Tatag Yuli Eko. (2004b). Identifying Creative Thinking Process of Students through Mathematics Problem Posing. International Conference on Statistics and Mathematics and Its Application in the Development of Science and Technology, Bandung Islamic University, October 4-6, 2004. • Siswono, Tatag Yuli Eko (2005). Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui Pengajuan Masalah. Jurnal terakreditasi “Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains”, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Tahun X, No. 1, Juni 2005. ISSN 1410-1866, hal 1-9. • Siswono, Tatag Yuli Eko. (2007). Level of Student’s Creative Thinking in Classroom mathematics. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika “Inovasi Penelitian Matematika dan Pembelajarannya di Era Persaingan Global”, Jurusan Matematika FMIPA Unesa. Surabaya, 8-9 Juni 2007.