1. MANUSIA, NILAI, MO
RAL DAN HUKUM
NAMA KELOMPOK
1. A. Sholichul Amali
2. Faishal Dany S
3. Galih Dhimas P
4. Lilis Khomariyatun
2. A. MANUSIA
• Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu”
(Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal
budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai
makhluk lain).
• Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau
sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah
kelompok (genus) atau seorang individu
3. Lanjutan >>>
• Terbentuknya pribadi seseorang dipengaruhi oleh lingkungan
bahkan secara ekstrim dapat dikatakan, setiap orang berasal
dari
satu
lingkungan,
baik
lingkungan
vertikal
(genetika, tradisi), horizontal (geografik, fisik, sosial), maupun
kesejarahan.
• Manusia adalah makhluk yang tidak dapat dengan segera
menyesuaikan diri dengan lingkungannya
4. • Malinowski(1949), salah satu tokoh ilmu Antropologi dari
Polandia menyatakan bahwa ketergantungan individu
terhadap individu lain dalam kelompoknya dapat terlihat
dari usaha-usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan
biologis dan kebutuhan sosialnya yang dilakukan melalui
perantaraan kebudayaan.
5. B. NILAI
• Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan
kualitas, dan berguna bagi manusia.
• Menurut Cheng(1995): Nilai merupakan sesuatu yang
potensial, dalam arti terdapatnya hubungan yang harmonis
dan kreatif, sehingga berfungsi untuk menyempurnakan
manusia, sedangkan kualitas merupakan atribut atau sifat
yang seharusnya dimiliki (dalam Lasyo,1999,hlm.1).
• Menurut Lasyo (1999,hlm.9) sebagai berikut: Nilai bagi
manusia merupakan landasan atau motivasi dalam segala
tingkah laku atau perbuatannya.
6. Lanjut …
• Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu
yang bermanfaat bagi kehidupan manusia baik lahir maupun
batin. Bagi manusia nilai dijadikan sebagai landasan, alasan
atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku, baik
disadari maupun tidak.
7. Sifat-sifat Nilai
• Nilai itu suatu relitas abstrak dan ada dalam kehidupan
manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra.
• Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung
harapan, cita-cita dan suatu keharusan sehingga nilai
memiliki sifat ideal das sollen.
• Nilai berfungsi sebagai daya dorong dan manusia adalah
pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong
oleh nilai yang diyakininya.
8. Polaritas dan Hierarki dari Nilai
• Nilai menampilkan diri dalam aspek positif dan aspek negatif
yang sesuai polaritas.
• Nilai tersusun secara hierarkis yaitu hierarki urutan
pentingnya.
• Nilai (value) biasanya digunakan untuk menunjuk kata benda
abstrak yang dapat diartikan sebagai keberhargaan (worth)
atau kebaikan (goodness).
9. • Notonegoro membagi hierarki nilai pokok yaitu:
1. Nilai material yaitu sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani
manusia.
2. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia
untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
3. Nilai kerohanian yaitu sesuatu yang berguna bagi rohani
manusia.
10. • Dari nilai kerohanian terbagi menjadi 4 macam, yaitu :
1. Nilai kebenaran yang bersumber pada unsur akal atau rasio
manusia.
2. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur
perasaan estetis manusia.
3. Nilai kebaikan moral yang bersumber pada kehendak atau
karsa manusia.
4. Nilai religius yang bersumber pada kepercayaan manusia
dengan disertai penghayatan melalui akal budi dan nuraninya.
11. • Oleh karena nilai dianggap abstrak dan subyektif, maka
terbentuklah norma/ kaedah.
• Norma berasal dari bahasa latin yakni norma, yang berarti
penyikut atau siku-siku, suatu alat perkakas yang digunakan
oleh tukang kayu.
• Dari sinilah kita dapat mengartikan norma sebagai
pedoman, ukuran, aturan atau kebiasaan. Jadi norma ialah
sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau
sebuah ukuran.
12. • Norma/ kaidah yang ada dalam masyarakat :
1. Norma kepercayaan atau keagamaan
2. Norma kebiasaan
3. Norma kesusilaan
4. Norma sopan santun/adab
5. Norma hukum
• Dari norma-norma yang ada, norma hukum adalah norma
yang paling kuat karena dapat dipaksakan pelaksanaannya
oleh penguasa.
13. Cara Manusia Memaknai Nilai
• Terbagi menjadi dua konteks :
• Pandangan pertama, manusia memandang nilai sebagai
sesuatu yang objektif, apabila dia memandang nilai itu ada
meskipun tanpa ada yang menilainya, bahkan memandang
nilai telah ada sebelum adanya manusia sebagai penilai.
• Pandangan kedua, manusia memandang nilai itu subjektif.
Artinya nilai sangat tergantung pada subjek yang menilainya.
Jadi nilai memang tidak akan ada dan tidak akan hadir tanpa
hadirnya penilai.Oleh karena itu nilai melekat dengan subjek
penilai.
14. C. MORAL
• Moral berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat
kebiasaan. Kata mores ini mempunyai sinonim
mos, moris, manner mores atau manners, morals.
• Dalam bahasa Indonesia,kata moral berarti akhlak (bahasa
Arab) atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib
batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing
tingkah laku batin dalam hidup.
• Kata moral ini dalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang
menjadi etika. Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang
baik buruk, yang diterima masyarakat umum tentang
sikap, perbuatan, kewajiban, dan sebagainya.
15. • Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan
dengan proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak
bisa melakukan proses sosialisasi. Moral dalam zaman
sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang
mempunyai moral atau sikap amoral itu dari sudut pandang
yang sempit. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam
kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap
moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat.
16. • Moral adalah perbuatan/ tingkah laku/ ucapan seseorang
dalam berinteraksi dengan manusia. Moral adalah produk
dari budaya dan Agama.
• Jadi, moral adalah tata aturan norma-norma yang bersifat
abstrak yang mengatur kehidupan manusia untuk melakukan
perbuatan tertentu dan sebagai pengendali yang mengatur
manusia untuk menjadi manusia yang baik.
17. Kaidah Moral
1. Hati Nurani merupakan fenomena moral yang sangat hakiki.
• Hati nurani merupakan penghayatan tentang baik atau
buruk mengenai perilaku manusia dan hati nurani
2. Kebebasan dan tanggung jawab.
• Kebebasan adalah milik individu yang sangat hakiki dan
manusiawi dan karena manusia pada dasarnya adalah
makhluk bebas. Tetapi didalam kebebasan itu juga terbatas
karena tidak boleh bersinggungan dengan kebebasan orang
lain ketika mereka melakukan interaksi.
3. Nilai dan Norma Moral.
• Nilai dan moral akan muncul ketika berada pada orang lain
dan ia akan bergabung dengan nilai lain seperti
agama, hukum, dan budaya. Nilai moral terkait dalam
tanggung jawab seseorang.
18. D. HUKUM
• Hukum adalah kaidah yang mengatur kehidupan
manusia, yang biasanya dibuat dengan sengaja dan
mempunyai sanksi yang jelas.
• Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum
yang hidup (the living law) dalam masyarakat, yang tentunya
sesuai pula atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai
yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
19. • Keseluruhan kaidah dalam masyarakat pada intinya adalah
mengatur masyarakat agar mengikuti pola perilaku yang
disepakati oleh system social dan budaya yang berlaku pada
masyarakat tersebut.
• Pola-pola perilaku merupakan cara-cara masyarakat
bertindak atau berkelakuan yang sama dan harus diikuti oleh
semua anggota masyarakat.
• Kebiasaan merupakan cara bertindak seseorang yang
kemudian diakui dan mungkin diikuti oleh orang lain.
• Pola perilaku dan norma-norma yang dilakukan dan
dilaksanakan
pada
khususnya
apabila
seseorang
berhubungan dengan orang lain, dinamakan organisasi
sosial.
20. Tujuan Hukum
• Menurut beberapa ahli :
a. Prof. Subekti, SH: Hukum itu mengabdi pada tujuan negara yaitu
mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya dengan cara
menyelenggarakan keadilan
b. Prof. Mr. Dr. LJ. van Apeldoorn: Tujuan hukum adalah mengatur
hubungan antara sesama manusia secara damai. Hukum
menghendaki perdamaian antara sesama. Dengan menimbang
kepentingan yang bertentangan secara teliti dan seimbang.
c. Geny : Tujuan hukum semata-mata ialah untuk mencapai keadilan.
Dan ia kepentingan daya guna dan kemanfaatan sebagai unsur dari
keadilan.
21. Lanjutan …
d. Roscoe Pound berpendapat bahwa hukum berfungsi sebagai
alat merekayasa masyarakat (law is tool of social engineering).
e. Muchtar Kusumaatmadja berpendapat bahwa tujuan pokok
dan utama dari hukum adalah ketertiban. Kebutuhan akan
ketertiban ini merupakan syarat pokok bagi adanya suatu
masyarakat manusia yang teratur.
• Pada umumnya hukum bertujuan menjamin adanya
kepastian hukum dalam masyarakat. Selain itu, menjaga dan
mencegah agar tiap orang tidak menjadi hakim atas dirinya
sendiri,
22. Penegakan Hukum
• Penegakan hukum, dengan demikian, adalah suatu kemestian
dalam suatu negara hukum.
• Penegakan hukum adalah juga ukuran untuk kemajuan dan
kesejahteraan suatu negara. Karena, negara-negara maju di dunia
biasanya ditandai, tidak sekedar perekonomiannya maju, namun
juga penegakan hukum dan perlindungan hak asasi manusia
(HAM) –nya berjalan baik.
23. Efektifitas Hukum
• Substansi hukum yaitu materi atau muatan hukum. Dalam hal ini
peraturan haruslah peraturan yang benar-benar dibutuhkan oleh
masyarakat untuk mewujudkan ketertiban bersama.
• Aparat Penegak Hukum. Agar hukum dapat ditegakkan, diperlukan
pengawalan yang dilaksanakan oleh aparat penegak hukum yang
memiliki komitmen dan integritas tinggi terhadap terwujudnya
tujuan hukum.
• Budaya Hukum. Yang dimaksud adalah budaya masyarakat yang
tidak berpegang pada pemikiran bahwa hukum ada untuk
dilanggar, sebaliknya hukum ada untuk dipatuhi demi terwujudnya
kehidupan bersama yang tertib dan saling menghargai sehingga
harmonisasi
kehidupan
bersama
dapat
terwujud.
24. • Penegakan hukum menuntut konsistensi dan keberanian
dari aparat. Juga, hadirnya fasilitas penegakan hukum yang
optimal adalah suatu kemestian.
• Masyarakatpun harus senantiasa mendapatkan penyadaran
dan pembelajaran yang kontinyu.
• Karena, adalah hak dari warga negara untuk mendapatkan
informasi dan pengetahuan yang tepat dan benar akan halhal yang penting dan berguna bagi kelangsungan hidupnya.
25. Problematika Hukum
1. Masalah paling mendasar, yaitu adanya manipulasi fungsi hukum
oleh pengemban kekuasaan.
2. Kurangnya kualitas SDM yang mengisi aparat penegak hukum.
3. Menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap aparat
penegak hukum.
4. Ketidaklancaran penegakan hukum akibat intervensi kekuasaan
dan uang.
5. Kurangnya perhatian dan waktu untuk mengubah paradigma dan
pemahaman aparat.