Makalah ini membahas tentang filsafat pendidikan Islam dalam 3 kalimat. Pertama, mendefinisikan filsafat pendidikan Islam sebagai cinta terhadap pengetahuan yang mengarahkan pada kebahagiaan dunia dan akhirat. Kedua, studi filsafat pendidikan Islam melibatkan berbagai ilmu pengetahuan agar tidak terbatas pada materi keagamaan. Ketiga, metode pendidikan Islam mencakup pendekatan guru yang mencintai siswa dan mengaj
1. MAKALAH
PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILSAFAT
Makalah Ini Dibuat Sebagai Tugas Individu Pada Mata Kuliah
PILSAFAT SAINS
Disusun Oleh:
Baidilah (09221008)
DOSEN PEMBIMBING
LITADO D. JUSMA, M pd.
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA MATEMATIKA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2010
2. A. Pendahuluan
Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak sadar akan hal
tersebut. Kita semua mempunyai ide-ide tentang benda-benda, tentang sejarah, arti
kehidupan, mati, Tuhan, benar atau salah, keindahan atau kejelekan dan sebagainya. .
Banyak orang termenung pada suatu waktu. Kadang-kadang karena ada kejadian
yang membingungkan dan kadang-kadang hanya karena ingin tahu, dan berfikir
sungguh-sungguh tentang soal-soal yang pokok.minsalnya: Apakah kehidupan itu,
dan mengapa aku berada disini? Mengapa ada sesuatu? Apakah kedudukan
kehidupan dalam alam yang besar ini ? Apakah alam itu bersahabat atau
bermusuhan ? apakah yang terjadi itu telah terjadi secara kebetulan ? atau karena
mekanisme, atau karena ada rencana, ataukah ada maksud dan fikiran didalam benda .
Oleh karena itu filsafat dimulai oleh rasa heran, bertanya dan memikir tentang
asumsi-asumsi kita yang fundamental (mendasar), maka kita perlukan untuk meneliti
bagaimana filsafat itu menjawabnya.
Pada makala ini akan kita bahas tentang Pengertian Filsafat pendidikan Islam,
Studi dalam filsafat pendidikan islam,dasar pelaksanaan pendidikan islam, Ruang
Lingkup Filsafat Pendidikan Islam, Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam, dan
Metode Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam,
3. B.pembahasan
A. Pengertian Filsafat pendidikan Islam
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata
Sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, filsafat berarti cinta cinta
terhadap ilmu atau hikmah.
Selain itu terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari
kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, Philosophia: philos berarti cinta,
suka (loving), dan sophia yang berarti pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi,
Philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran atau
lazimnya disebut Pholosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Sedangkan pengetian Pendidikan adalah daya upaya yang memajukan
bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak, guna memejukan kesempurnaan
hidup, kehidupan dan penghidupan anak–anak selaras dengan dunianya. 1
Pendidikan sebagai sebuah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang
cocok bagi induvidu untuk kehidupan sosialnya dan membantu meneruskan adat dan
budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke genersi. 2
Dan Islam adalah agama yang meng-Esakan Alla S.W.T. yang bertujuan
untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dari beberapa kutipan di atas dapat diketahui bahwa pengertian fisafat dari
segi kebahasaan atau semantik adalah cinta terhadap pengetahuan atau kebijaksanaan.
Dengan demikian filsafat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang menempatkan
pengetahuan atau kebikasanaan sebagai sasaran utamanya.
Sehingga dapat kita simpulkan bahwa filsafat pendidikan islam adalah cinta
terhadap pengetahuan yang mengarahkan pada kebahagian dunia dan akhirat bagi
semia individu muslim.
B.Studi dalam filsafat pendidikan islam
1
Ki Hajar Dewantara. 1997. Pisikologi Pendidikan ( Dalam Buku Nyayu Khadijah ), Grafika
Telindo Press, Hal. 27.
2
Crow, L., D. dan Alic Crow. 1984. Educational Psychology, Diterjemahkan oleh : Z.
Kasijan, Surabya : Bina Ilmu. Hal . 27.
4. Dalam rangka membina filsafat pendikan islam yang di dasari nilai islam,
maka di perlukan berbagai ilmu pengetahuan dan pengalman. Suatu pilsafat pendikan
yang berdasar islam tidak lain adalah pandangan dasar tentang pendidikan yang
berdasarkan ajaran islam dan yang orientasi pemikirannya berdasarkan ajaran
tersebut3
Filsafat pendidikan islam yang kita kehendaki adalah suatu pemikiran yang
serba mendalam, mendasar, sistematis, terpadu, dan logis, menyeluruh seta universal
yang tertuang atau tersusun kedalam suatu bentuk pemikiran atau konsep suatu
sistem.
Mengingat filsafat pendidikan islam adalah filsafat tentang pendidikan yang
tidak di batasi oleh lingkungan kelembagaan islam saja atau oleh ilmu pengetahuan
dan pengalaman ke islaman semata- mata, melainkan menjangjau semua ilmi
pengetahuan yang seluas aspirasi masyarrakay muslim, maka pandangan dasar yang
menjasi titik tolah studi adalah ilmu pengetahuan yang teoritis dan praktis dalam
segala bidang pengetahuan yang bekaitan dengan masalah pendidikan yang ada dan
yang akan ada dalam masyarakat yang berkembang terus tanpa mengalami
kemandegan.
Terbukti dalam sejarah perkembangan pemikiran islam tentang gejala hidup
duniawi dalam segala bidangnya, filusuf-filusuf islam dapat mengungkapkan ke
dunia barat pada khususnya bahwa islam ternyata tidak hanya melacak masalah-
masalah keagamaan saja, melainkan juga menggerakkan aspirasi manusia dalam
penggalian ilmu pengetahuan yang oleh dunia medern saat ini tetap di ingati sebagai
basis pengetahuan yang berdaya ” mengembangkan” ilmu aljabar, penggali
pertamanya adalah Ibnu Jabir, pemikir muslim dari Afrika Utara ; ilmu optik yang
pernah di gali oleh Ar-Razy dan sebagainya, dapat di pelajari dalam sejarah
kebudayaan islam4.
3
Prof.Dr.Fadhil Al-Djamaly,Tarbijah Al Insan Al-Djadid, hal 97 – 98 ( untuk dibandingkan).
4
Philip K. Hifti, The Arab a Short Histori. Terj. Oleh Usuludin Hutagalung, pp. 170 - 185
5. Berdasarkan pemikiran tentang pendidikan islam yang tercatat dalam sejarah
yaitu pendiri sekolah-sekolah yang terkenalantara lain Nurudin Zauki dan Nidzam Al
Mulky zaman khalifah harun Ar-Rasyid abad 4 H, yang pernah merintis kearah
pendidikan pormal, berupa sekolah di iringin dengan metode-metode pengajaran yang
child centered pada masanya, kualitas nilainya dalam ke[ribadian/ pengajaran tetap di
anggap baik sampai masa kini5
Jadi dalam studi tantang filsafat pendikan islam tersebut haru di tuntut
pengasaan ilmu-ilmu pengetahuan yang melengkapi yang dapat menjadi sumber
potensi rujukan pemikiran-pemikiran bidang tersebut yang dapat melingkupi
sekurangkurangnya sbb:
1. ilmu agama Islam yang luas dan Mandalam
2. ilmu pengetahuan tentang kebudayan islam dan umum serta sejarahnya
3. filsafat islam dan umum seta ilmu-ilmu cabang kefilsafatan yang
kontemporer saat ini
4. ilmu tentang manusia seperti psikolagi dalam segala cabangnya yang
releven dengan kependidikan, serta yang mengenai perkembangan
kehidupan manusia
5. science dan teknologi yang terutama berhubungan dengan hajat hidup
manusia dan yang berpenganruh terhadap perkembangan pendidikan
minsalnya teknolgi pendidikan
6. ilmu terntang sistem approact seta ilmu tentang metode pendidikan dan
riset pen didikan
7. pengalaman tentang teknik-teknik operasional kependidikan dalam
masiarakat
8. ilmu pengetahuan tentang masyarakat seperti sosiolagi terutama tentang
sosiolagi pendidikan
5
Keterangan tentang sekolah-sekolah yang di dirikan oleh nuruddin Zauki dan Nizam Al Mulki dalam
buku prof. Dr. Ahmad Salabi, trench Attarbijjah, Al-Islamijjah, terj, sejarah pendidikan islam , Oleh
Prof. H. Muchtar Yahya dan Drs. Sanusi Latip, pp 112-129
6. 9. ilmu tentang kemanusiaan lainnya seperti antropolagi budaya, ekolagi dan
etnologi dan sebagainya
10. ilmu tentang teori pendidikan atai poedogogik6
pada uraian diatas terdapat berbagai studi umum, seperti sosiolagi hal ini
tentunya adalah suatu bukti bahwa kita umat islam di tuntut untuk tidak hanya
berpaku pada materi-materi tentang keislaman saja dalam penggalian ataupun
memberikan ilmu pengetahuan dalam prosesbelajar, yang akhirnya akan membuat
kita menjadi lebih primitif dan tidak berkembang. Kita juga harus mengetahui tentang
hubungan-hubungan sosial dan dengan alam semesta. Karena pada dasarnya semua
itu terdapat di dalam Alquran hanya saja sebagian dari kita, ataupun banyak diantara
kita yang tidak mengetahui hal itu.
Namun demikian kita juga tidak boleh melupakan tentang dasar ataupun
sumber pengetahuan kita sebagai umat islam. Jadi disini kita harus pandai memilah
dan memilih ulmu-ilmu yang bermanpaaf atau tidak bagi dirikita khususnya dan
umat islam umumnya.
C.Metode yang di gunakan dalam pendidikan islam
Dalam sejarah pendidikan islamdapat di ketahui bahwapara pendidik muslim
dalam brbagai situasi an kondisi yang berbeda , terlah menerapkan berbagai macam
metode pendidikan atau pengajaran.
Metode yang digunakan dalam pendidikan islam tidak hanya metode
mendidik atau mengajar, melainkan juga metode belajar yang harus di gunakan anak
didik.
Menurut Al Gozzaly, seorang pendidik agar memperoleh sukses dalam
tugasnya haru menggunakan pengaruh seta cara yang tepat terarah7
6
Bandingkan pendapat Prof. Dr. Fadhil dalam bukunya ; Tarbijjah Al-Insan Al- Djadid, p. 25
7
Aly Al-Djumlathy & Abu Futuh At-Tawanisy, Dirasat Muqaramah fit Tarbijjah Al-Islamijjah, op cit,
pp. 111 - 116
7. Bila seorang anakdidik di biasakan dengan sifat-sipat yang baik, maka akan
berkembanglah sifat-sifat yang baik itu pada dirinya dan akan memperoleh
kebahagian hidup dunia dan akhirat. Orang tua, gurunya, pendidiknya juga akan terut
berbahagia bersamanya, sebaliknya bila anak itu kita niasakan dengan sifat-sifat yang
jelak, dan kita biarkan bagitu saja, maka ia akan celaka dan binasa.semua tanggung
jawab dalam hal itu terletak pada pengasuh dan walinya. Walinya wajib menjaga
anak tersebut dari segala dosa, mendidik dan mengajarnya dengan budi perketi yang
luhur seta menjaga jangan sampai bergaul dengan teman-temannya yang nakal ....dan
seterusnya8
Di dalam membahas masalah belajar Al-Gozaly lebih menekankan petensi
rasio daripada petensi kejiwaan yang lain. Meskipun potensi rasio manusia di
pandang berbeda di dalam kekuasaan tuhan. Kakuasaan Tuhan adalah yang pertama
sedangkan rasio menubia adalah yang kedua.
Beliau menyatakan ”secara potensial, pengetahuan itu ada di dalam jiwa
manusia bagaikan benih di dalam tanah. Dengan melaui belajar potensi itu baru
menjadi aktual” dalam hal mendidik, Al Gozaly mengambil sistem yang berasaskan
keseimbangan antara kemampuan rasional dengan kekuasaan tuhan , antara
kemampuan penalaran dengan pengalaman mistik yang membarikan ruang
bekerjanya akal pikiran, dan keseimbangan antara berpikir deduktip logis dengan
pengalaman empiris manusia9
Atas dasar pandangan Al Gozzaly yang becoral empiris itu, maka tergambar
pula dalam metode pendidikan yang di inginkan. Diantaranya lebih menekankan pada
perbaikan sikaf dan tingkah laku para pendidik dalam mendidik, seperti:
1. guru harus bersikap mencintai murudnya bagaikan anak sendiri10
8
Al-Gozaly, Al Ihya Ulumuddin, juzz III. P. 63
9
A.L. Tibawi , Islamic Education, Its Tradition and Modernization into arab national System, pp. 42 -
43
10
Aly Al-Djumlathy & Abu Futuh At-Tawanisy, Dirasat Muqaramah fit Tarbijjah Al-Islamijjah, pp.
111 - 115
8. 2. Guru tidak usa mengharapkan upah dari tugas pekerjaannya, kaena
mendidik atau mengajar mengikuti tugas pekerjaan mengikuti jejak nabi
Muhamad S.a.w. nilainya lebih tingi dari ukuran harta atu uang. Mengajar
atau mendidik adalah usaha yang menunjukkan manusia kearah yang haq
dan kebaikan seta ilmu. Upahnya adala hterletak pada diri anak didik yang
setelah dewasa menjadi orang yang mengamalkan hal-hal yang ia didikkan
atau ajarkan.
3. guru harus menberikan nasehat kepada muridnya agar menuntut ilmu tidak
untuk kebanggaan diri atau untuk mencari keuntungan pribadi, melainkan
untuk mendekatkan diri kepada Allah S.W.T. tidak pula untuk mencari
kehidupan atau pekerjaan yang berlebi-lebihan.
4. guru harus mendorong muridnya untuk mencari ilmu yang bermanfaat.
Ilmu yang bermanfaat itu adalah ilmu yang dapat membawa kebahagiaan
dunia dak akhirat.
5. guru harus memberikan contoh yang baik dan taauladan yang indah
dimata anak didik sehingga anak senang untuk mencontoh tingkah
lakunya. Dia harus bejiwa halus, sopan serta berjiwa tasammuh ( lapang
dada ), murah hati dan terpuji.
Dari uraian diatas dapat kita simpulkan bahwa dalam proses belajar mengaajar
ataupun pendidikan yang menjadi faktor penentu utama antara berhasil dengan
tidaknya itu adalah pendidik yang dalam hal ini meberikan ilmu, namun tidak
mengekang anak didik sehingga ia dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang di
berikan kepadanya, atau dengan kata lain keberhasilannya adlah keberhasilan yang
merdeka, bukan seperti penjinakan, akan tetapi pendidik harus senantiasa
memperhatikan perkembangannya itu agar ia tidak keluar dari jalur pendidikan yang
bertujuan memberikan kebahagiaan dunia akhirati
D. Dasar Pelaksanaan Pendidikan Islam
Dasar pelaksanaan pendidikan islam itu adalah alquran dan hadis sebagaimana
pirman Allah SWT:
9. ”Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu dengan perintah kami. Sebelumnya
kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami menjadikan Alquran itu
cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami. Dan sesungguhnya kamu
benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang benar’11
Dan Hadis dari Nabi SAW :
“ Sesungguhnya orang mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang
senantiasa tegak taat kepada-Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya,
sempurna akal pikirannya, serta mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka
beruntung dan memperoleh kemenangan ia”12
Dari ayat dan hadis di atas tadi dapat diambil kesimpulan :
1. Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk
kearah jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk
kearah jalan yang diridhoi Allah SWT.
2. Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling
menasihati untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan
sebagai usaha atau dalam bentuk pendidikan Islam.
3. Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar
pemberi petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan
kepada umatnya agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan,
penyuluhan, dan pendidikan Islam.
Alquran sebagai sumber ilmu bagi umat islam, bila seseorang telah dirasuki
keimanan, bahwa tiada tuhan selain Allah dan muhammad utusan Allah maka
keberadaan Alquran tidak dapat di sangkal lagi dan Ayat-ayat Alquran tidak
11
QS. Asy-Syura : 52
12
al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90
10. sulilt di terima. Itulah sebabnya keyakinan kepada Allah di letakkan pada
urutan pertama dalam rukun Iman maupun rukun Islam.
E. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Muzayyin Arifin13 menyatakan bahwa mempelajari filsafat pendidikan Islam
berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematik. Logis, dan menyeluruh
(universal) tentang pendidikan, ysng tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan
agama Islam saja, melainkan menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang
relevan.
Dari pendapat di atas, memberi petunjuk kepada kita bahwa ruang lingkup
filsafat Pendidikan Islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan
pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode,
dan lingkungan pendidikan.
F. Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam
Prof. Mohammad Athiyah anrosyi menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi
pendidikan Islam14
1. Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan
bahwa pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.
2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam
tidak hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya
dari segi keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya.
sekaligus.
3. Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk
mengetahui dan memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai
13 . Muzayyin Arifin filsafat pendidikan Islam 1953, 20-24
14 ..Prof. Mohammad Athiyah abrosyi, kajiannya tentang pendidikan Islam 23-24
11. ilmu. Dan juga agar menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian,
dalam berbagai jenisnya.
4. Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia
dapat mengusai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu,
supaya dapat ia mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping
memelihara dari segi kerohanian dan keagamaan.
5. Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan.
Pendidikan Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau
sprituil semata-mata, tetapi menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan
pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan aktivitasnya. Tidak lah tercapai
kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara agama dan ilmu
pengetahuan.
Dari ungkapan di atas dapat kita simpulkan bahwa pendidikan islam itu
bermanfaat atau berguna untuk pengembangan diri peserta didik agar memperoleh
kebahagian dunia dan akhirat, bukan hanya dunia atau akhirat saja. Oleh karena itu
pendidikan islam haru di jalankan atau di laksanakan dengan baik dan terarah agar
memperoleh hasil yang mak siksimal serta anak didik hasil didikan benar-banar bisa
menuai manfaat dari proses penggalian ilmunya selama ini, dengan demikian anak
didik tidak membuang waktunya secara percuma ( benar- benar melakukan hal-hal
yang positif), baik bagi dirinya pribadi khususnya, ataupun bagi masyarakat dan
negara umumnya. Dan tidak pernah terlepas dari pedoman agama islam, namun tidak
pula berpikiran primitip dan tidak berkembang. Karena sesungguhnya tujuan utama
dari pendidikan itu adalah membentuk pribadi yang baik dan berdaya guna serta
bermanfaat dari segala bidang dan faktor yang fositip tentunya.
G. Metode Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam
12. Sebagai suatu metode, pengembangan filsafat pendidikan Islam biasanya
memerlukan empat hal sebagai berikut15
Pertama, bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat
pendidikan. Dalam hal ini dapat berupa bahan tertulis, yaitu al Qur’an dan al Hadist
yang disertai pendapat para ulama serta para filosof dan lainnya ; dan bahan yang
akan di ambil dari pengalaman empirik dalam praktek kependidikan.
Kedua, metode pencarian bahan. Untuk mencari bahan-bahan yang bersifat
tertulis dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang masing-
masing prosedurnya telah diatur sedemikian rupa. Namun demikian, khusus dalam
menggunakan al Qur’an dan al Hadist dapat digunakan jasa Ensiklopedi al Qur’an
semacam Mu’jam al Mufahras li Alfazh al Qur’an al Karim karangan Muhammad
Fuad Abd Baqi dan Mu’jam al muhfars li Alfazh al Hadist karangan Weinsink.
Ketiga, metode pembahasan. Untuk ini Muzayyin Arifin mengajukan alternatif
metode analsis-sintesis, yaitu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis
terhadap sasaran pemikiran secara induktif, dedukatif, dan analisa ilmiah.
Keempat, pendekatan. Dalam hubungannya dengan pembahasan tersebut di atas
harus pula dijelaskan pendekatan yang akan digunakan untuk membahas tersebut.
Pendekatan ini biasanya diperlukan dalam analisa, dan berhubungan dengan teori-
teori keilmuan tertentu yang akan dipilih untuk menjelaskan fenomena tertentu pula.
Dalam hubungan ini pendekatan lebih merupakan pisau yang akan digunakan dalam
analisa. Ia semacam paradigma (cara pandang) yang akan digunakan untuk
menjelaskan suatu fenomena.
Dari uraian di atas dapa tdi simpulkan bahwa :
15 Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat Pendidikan Islam hal 122-124
13. 1. Untuk pengembangan pilsafat pendidika islam, kita tidak boleh lepas dari
pedoman kita sebagai umat islam.
2. kita juga harus mencari informasi yang akurat dan terpercaya dari para filosof
dan memilah-memilah antara yang baik dengan yang buruk
Kesimpulan
14. Islam dengan sumber ajarannya al Qur’an dan al Hadist yang diperkaya oleh
penafsiran para ulama ternyata telah menunjukkan dengan jelas dan tinggi terhadap
berbagai masalah yang terdapat dalam bidang pendidikan. Karenanya tidak heran
ntuk kita katakan bahwa secara epistimologis Islam memilki konsep yang khas
tentang pendidikan, yakni pendidikan Islam.
Demikian pula pemikiran filsafat Islam yang diwariskan para filosof Muslim
sangat kaya dengan bahan-bahan yang dijadikan rujukan guna membangun filsafat
pendidikan Islam. Konsep ini segera akan memberikan warna tersendiri terhadap
dunia pendidikan jika diterapkan secara konsisten.
Namun demikian adanya pandangan tersebut bukan berarti Islam bersikap
ekslusif. Rumusan, ide dan gagasan mengenai kependidikan yang dari luar dapat saja
diterima oleh Islam apabila mengandung persamaan dalam hal prinsip, atau paling
kurang tidak bertentangan.
Tugas kita selanjutnya adalah melanjutkan penggalian secara intensif terhadap
apa yang telah dilakukan oleh para ahli, karena apa yang dirumuskan para ahli tidak
lebih sebagai bahan perbangdingan, zaman sekarang berbeda dengan zaman mereka
dahulu. Karena itu upaya penggalian masalah kependidikan ini tidak boleh terhenti,
jika kita sepakat bahwa pendidikan Islam ingin eksis ditengah-tengah percaturan
global.
DAFTAR PUSTAKA
15. Alquran
Al Ghazali, Ihya Ulumuddin
Syafeie, inu, kencana, Drs. Alquran adalah filsafat , perca, jawatimur, 2003
Surya batra, s., 2002, psikologi pendidikan,cetakan kesebelasan, jakarta:
rajawali press
Ahmad Hanafi, M.A., Pengantar Filsafat Islam, Cet. IV, Bulan Bintang,
Jakarta, 1990.
Prasetya, Drs., Filsafat Pendidikan, Cet. II, Pustaka Setia, Bandung, 2000
Titus, Smith, Nolan., Persoalan-persoalan Filsafat, Cet. I, Bulan Bintang,
Jakarta, 1984.
Ali Saifullah H.A., Drs., Antara Filsafat dan Pendidikan, Usaha Nasional,
Surabaya, 1983.
Zuhairini. Dra, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Cet.II, Bumi Aksara, Jakarta,
1995.
Abuddin Nata, M.A.,i, Cet. I, Logos, Wacana Ilmu, Jakarta, 1997