Advertisement
Tugas Pemodelan MNH746.pdf
Tugas Pemodelan MNH746.pdf
Tugas Pemodelan MNH746.pdf
Tugas Pemodelan MNH746.pdf
Advertisement
Tugas Pemodelan MNH746.pdf
Tugas Pemodelan MNH746.pdf
Tugas Pemodelan MNH746.pdf
Tugas Pemodelan MNH746.pdf
Tugas Pemodelan MNH746.pdf
Advertisement
Tugas Pemodelan MNH746.pdf
Tugas Pemodelan MNH746.pdf
Tugas Pemodelan MNH746.pdf
Upcoming SlideShare
LABA SEGAR KAYU JABONLABA SEGAR KAYU JABON
Loading in ... 3
1 of 12
Advertisement

More Related Content

Advertisement

Tugas Pemodelan MNH746.pdf

  1. Model Simulasi Implementasi Multi Usaha Kehutanan dalam kelola kluster “Agroforestry Estate” di BKPH Parung Panjang, Perum Perhutani KPH Bogor Oleh : Arsis Sulistyono (E01601211014) Pembimbing : Dr Budi Kuncahyo Abstrak : Pemodelan suatu sistem dapat diartikan sebagai aktivitas pembuatan model dari beberapa sistem dengan tujuan untuk membantu dalam melakukan analisis untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek, dinamis dan memiliki ketidakpastian yang tinggi. Dalam penyusunan model dipergunakan Software Stella yang akan memudahkan dalam menyusun model dengan merangkaikan bentuk-bentuk geometris seperti bujur sangkar, lingkaran dan panah yang dikenal sebagai Building Blocks. Multi usaha kehutanan diterapkan dalam rangka meningkatkan nilai keekonomian lahan dengan mengembangkan beberapa jenis tanaman hortikultura disamping tanaman pokok kehutanan yang dikembangkan dengan pola agroforestry. I. Pendahuluan Pemodelan sistem dapat didefinisikan sebagai aktivitas pembuatan model dari suatu sistem. Sedangkan sistem dapat didefinisikan sebagai suatu himpunan atau kumpulan dari komponen-komponen yang saling berhubungan satu dengan lainnya, membentuk suatu wadah atau kesatuan guna mencapai tujuan atau gugus tujuan tertentu (Kuncahyo, 2015). Dalam rangka meningkatkan peran dunia usaha sektor kehutanan dalam optimalisasi pemanfaatan sumberdaya hutan yang diamanatkan dalam UU no 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja, Pemerintah menerbitkan PP 23 tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan. Selanjutnya Kementerian LHK menerbitkan Permen LHK nomor 8 tahun 2021, dimana dalam permen tersebut, Multiusaha Kehutanan diartikan penerapan beberapa kegiatan usaha Kehutanan berupa usaha Pemanfaatan Kawasan, usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan Bukan Kayu, dan/atau usaha Pemanfaatan Jasa II.Metodologi Penelitian • Alat yang digunakan pada pembuatan Tulisan ini menggunakan software Stella. • Data yang dipergunakan adalah data analisa biaya pengembangan tanaman JPP dan komoditas hortikultura dari beberap sumber. III.Tujuan Tujuan dari tulisan ini adalah menggambarkan model simulasi implementasi Multi Usaha Kehutanan dalam kelola kluster “Agroforestry Estate” di BKPH Parung Panjang,
  2. Perum Perhutani KPH Bogor dan membandingkan model Kelola JPP (satu komoditas) dengan model Multi Usaha Kehutanan (multi jenis komoditas) IV. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan data dari BPS, kontribusi sektor kehutanan terhadap PDB cukup rendah yaitu hanya berkisar 0,6% dari PDB apabila dibandingkan dengan keluasan hutan sebesar 125 juta ha (66%) dari 190 juta ha total luas daratan Indonesia. Rata-rata produktivitas hanya berkisar Rp. 4.000.000,-/Ha per tahun, cukup jauh apabila dibandingkan dengan komoditas kelapa sawit yang dapat mencapai Rp. 35.000.000,- /Ha per tahun. Nilai tersebut secara umum tidak jauh berbeda dengan pengelolaan lahan oleh Perhutani, yang selama ini mengelola hutan di pulau jawa dengan luas kurang lebih 2,4 Juta Ha. Selama ini pendapatan perusahaan kurang lebih 80% ditopang dari produksi kayu terutama kayu Jati dan produksi non kayu yaitu getah pinus. Adanya Multi Usaha Kehutanan merupakan peluang bagi perusahaan untuk mengembangkan berbagai komoditas baru yang akan menjadi portofolio bisnis perusahaan dalam jangka pendek dan menengah. Berbagai jenis komoditas hortikultura seperti porang, tebu, jagung, buah-buahan dan sayuran dapat diikembangkan pada kawasan hutan dengan skema tertentu dengan tetap mempertimbangkan faktor sosial, ekologi dan ekonomi. Dalam tulisan ini memodelkan pengelolaan Multi Usaha Kehutanan berbasis kluster atau agroforestry estate dengan luas kurang lebih 10 Ha untuk satu unit kluster pada kawasan hutan BKPH Parung Panjang, KPH Bogor. Komoditas yang akan dikembangkan adalah tanaman/komoditas : • Porang (short term) • Durian (middle term) • Jati Plus Perhutai/JPP (long term) Model Kelola kluster merupakan model Kelola unit bisnis untuk meningkatkan intensitas manajemen sejalan dengan komoditas hortikultura yang dikembangkan yang secara umum membutuhkan intensitas pengelolaan yang lebih intensif dibandingkan dengan kelola tanaman kehutanan selama ini. Dengan model Kelola tersebut diharapkan produktivitas kawasan akan meningkat dan akan menjadi unit bisnis produktif dalam suatu Kelola Pemangkuan Hutan (KPH). Asumsi Asumsi yang dipergunakan dalam analisa biaya untuk penyusunan model adalah sebagai berikut : • Luas Kluster 10 Ha • Daur untuk kluster 20 tahun
  3. • Suku bunga (discount factor) 10% • Asumsi luas JPP : 5 Ha; Durian : 4 Ha; Porang 1 Ha. • Penulisan dalam model : x 1000 • Asumsi per Komoditas per Ha sebagai berikut : a. Komoditas Porang b. Komoditas Durian Komoditas Porang Asumsi : Total Luas Project Ha 1 Ha Suku Bunga % 10 % Jumlah bibit 1600 plc Produksi MT I MT II - Katak 11 26 Kg - Umbi 1,829 Kg Harga Produksi - Katak 100,000 Rp/Kg - Umbi 7,000 Rp/Kg Komoditas Durian Montong Asumsi : Total Luas Project Ha 1 Ha Suku Bunga % 10 % Jarak tanam 8 x 8 Sarpra (Plang, Gubug dll)/5 Ha 15,000,000 Pemeliharaan 1,875,000 per thn SDM Ha - Insentif Pengawas 1 orang/5 Ha 4,000,000 per bulan - Sarpra (Plang, Gubug dll) 1 paket/10 Ha 15,000,000 Biaya Sarpra - Biaya angkut bibit 120 1,000 Panen - Harga Jual 20,000 per kg - Produksi Th ke 6 40 kg/phn Th ke 7 50 kg/phn Th ke 8 dst 60 kg/phn
  4. c. Jati Plus Perhutani (JPP) Komoditas JPP Asumsi : Total Luas Project Ha 1 Ha Suku Bunga % 10 % Jarak tanam 3 3 Sarpra (Plang, Gubug dll)/10 Ha 5,000,000 SDM Ha Rp - Gaji Asper (Project Manager) 5000 10,000,000 per bulan - Gaji KRPH (Sub Project Manager) 500 7,000,000 per bulan - Gaji Mandor (Supervisor) 50 5,000,000 per bulan Biaya umum 5000 2,000,000 per bulan Biaya Sarpra - Pemeliharaan jalan 10 2,000,000 per tahun - Pemeliharaan Kantor dll 5000 6,000,000 per tahun - Sewa Kendaraan 100 1,000,000 per bulan Biaya Perlindungan Hutan - Gaji Polter 100 5,000,000 per bulan - Patroli pengamanan 100 500,000 per bulan - Komsos 100 1,000,000 per bulan Biaya Pemanenan - Persiapan Rp/m3 10,000 - Tebang dan sarad Rp/m3 200,000 - Angkutan Rp/m3 300,000 PSDH - A I Rp/m3 25,000 - A II Rp/m3 75,000 - A III Rp/m3 100,000 Pemasaran Rp/m3 100,000 Panen m3 Harga (Rp) - Penjarangan I (AI) 3 - per ha - Penjarangan II 5 per ha AI 4.0 800,000 AII 1.0 1,225,000 - Penjarangan III 15 per ha A I 9.0 800,000 A II 4.5 1,225,000 A III 1.5 1,225,000 - Panen 110 A I 22.0 800,000 A II 33.0 1,225,000 A III 55.0 2,000,000
  5. Spesifikasi model Multi Usaha Kehutanan Spesifikasi model implementasi Multi Usaha Kehutanan dalam suatu kluster “Agroforestry Estate”disampaikan dalam gambar berikut ini : Gambar 1 : Model Kelola Kluster MUK Berdasarkan model tersebut diatas dapat digambarkan grafik LR sampai dengan akhir daur kluster yaitu 20 tahun sebagai berikut : Grafik 1 : Grafik LR Selama Daur
  6. Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa pengembangan tanaman JPP akan menghasilkan pendapatan yang cukup besar pada tebang habis di akhir daur yaitu di tahun ke 20, sementara untuk tanaman Durian akan mulai memberikan hasil pada tahun ke 6 dan akan meningkat sampai akhir daur produktif yaitu pada tahun ke 15. Untuk tanaman porang karna siklus tanaman hanya 2 tahun, maka akan diperoleh pendapatan di tahun ke 2. Secara kluster, LR Sebagian besar ditopang oleh komoditas tanaman Durian, untuk tanaman JPP akan memberikan kontribusi sesuai dengan tata waktu produksi yang berasal dari penjarangan maupun tebang habis. Akumulasi LR sebesar Rp. 27.888.810.000,- dalam kurun 20 tahun dan bunga (tingkat diskonto) sebesar 10%. Untuk komoditas tanaman durian memiliki LR yang tinggi dikarenakan biaya yang besar hanya dikeluarkan di awal tahun ketika melakukan persiapan lahan, pembibitan dan penanaman, selanjutnya hanya dilakukan kegiatan pemeliharaan. LR kluster secara umum disampaikan dalam tabel berikut ini : Tabel 2. LR Multi Usaha Kehutanan Perbandingan Dengan Model Kelola JPP Selama ini Perhutani hanya mengembangkan komoditas kehutanan yang memiki daur yang cukup panjang, untuk Jati/JPP daur berkisar 20 sd 60 tahun. Dalam pengembangan komoditas kehutanan tersebut hanya mengembangkan satu jenis komoditas yaitu Jati/JPP, adanya tanaman jenis lain seperti Kesambi, Mahoni dll dalam suatu petak hanya untuk heterogenitas kawasan. Untuk model kelola JPP sebagai berikut :
  7. Gambar 2. Model Kelola JPP Berdasarmodel Kelola tersebut diatas dapat digambarkan grafik model sebagai berikut : Grafik 2. Grafik Kelola JPP Dalam grafik tersebut pendapatan/LR kluster hanya ditopang oleh pengembangan tanaman JPP sehingga pendapatan yang diperoleh lebih kecil dibandingkan dengan kluster MUK. Besaran pendapatan kluster JPP disampaikan dalam tabel berikut ini
  8. Tabel 3. LR Kelola JPP Berdasatkan tabel tersebut diatas, LR yang diperoleh selama daur yaitu 20 tahun dengan komoditas hanya JPP seluas 10 Ha diperoleh pendapatan bersih (revenue) sebesar Rp. 5.548.780.000,- yang didominasi oleh pendapatan JPP di akhir daur pada saat dilakukan tebang habis. Apabila dibandingkan dengan Kelola Multi Usaha Kehutanan maka, LR yang diperoleh hanya berkisar 20%, sehingga pengembangan Multi Usaha Kehutanan dengan pengembangan berbagai komoditas jangka pendek, menengah dan panjang dapat meningkatkan nilai keekonomian lahan 5 kali lipat apabila hanya mengembangankan satu jenis tanaman berdaur panjang yaitu Jati/JPP. V. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan tulisan tersebut disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengembangan Multi Usaha Kehutanan dengan Kelola kluster agroforestry estate mempunyai peluang yang cukup besar untuk dikembangkan dalam rangka peningkatan nilai keekonomian suatu kawasan hutan. 2. Kelola kluster dengan keluasan yang optimal akan meningkatkan keefektifan Kelola kawasan dan intensitas manajemen sehingga diharapkan pendapatan dari kluster tersebut dapat dioptimalkan. 3. Perlu dibangun manajemen kluster yang efektif dengan luas yang optimal dengan mempertimbangkan skala usaha komoditas yang dikembangkan sehingga tujuan optimalisasi nilai keekonomian kawasan dapat tercapai.
  9. Sumber Bacaan : John D. W. Morecroft, Strategic Modelling and Business Dynamics, A Feedback Systems Approach, John Wiley & Sons Ltd, 2015 Kementerian PPN, Pembangunan Rendah Karbon: Pergeseran Paradigma Menuju Ekonomi Hijau di Indonesia, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) – 2019 Kuncahyo, Budi. Pemodelan Sistem Terapan, Materi Penunjang Mata Kuliah Biometrika Hutan dan Permodelan Sistem, Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, 2015. Tabah Arif Rahmani, Dodik Ridho Nurrochmat, Yulius Hero, Mi Sun Park, Rizaldi Boer, Arif Satria. Evaluating thefeasibility of oil palm agroforestry in Harapan Rainforest, Jambi, Indonesia, Forest and Society. Reguler Research Article Forest and Society, 2021 Widya Rachmadani Pradana, Model Simulasi Pengelolaan Hutan Rakyat Kelompok Tani Hutan Halaman Kuyang Lestari Kab. Kampar Provinsi Riau (Tugas Pemodelan untuk Kehutanan dan Lingkungan, Program Studi Ilmu Pengelolaan Hutan, Sekolah Pascasarjana, IPB University, 2021
  10. Lampiran Equation Model MUK
  11. Equation Model JPP
Advertisement