SlideShare a Scribd company logo
1 of 57
TUTOR KIMIA KLINIKPEMERIKSAAN PROTEIN URINE dr. Sri Kartika Sari/dr. Leonita Anniwati, SpPK(K)
PENDAHULUAN ,[object Object]
Secara normal, hanya sebagian kecil protein ada dalam urine. Dalam hal ini, faktor yang berperan adalah :
Filtrasi ginjal
Reabsorbsi protein oleh tubulus
Proteinuria :
Adanya protein dalam urine yang lebih dari 150 mg/hari
Patofisiologi :
Perubahan permeabilitas glomerulus
Gangguan reabsorpsi tubulus
Peningkatan jumlah low-molecular weight protein dalam serum
Sekresi dari uroepitel2
Mikroalbuminuria BM Albumin : kurang lebih 66 kD, normal sebagian difiltrasi oleh ginjal dan direabsorbsi kembali oleh tubulus Secara  normal, walaupun BM  albumin cukup kecil untuk melewati membran basalis glomerulus, namun adanya muatan negatif glikoprotein  menghalangi transport albumin. Mikroalbuminuria 		indikator dini disfungsi glomerulus Mikroalbuminuria : UAE : 30-300 mg/24 jam Albumin Creatinine Ratio : 30-300 mg/g 3
Mekanisme albuminuria/proteinuria Keseimbangan elektrolit berubah Kerusakan membran radang Fusi foot processes Perlekatan  oleh antibodi Muatan negatif berkurang Peningkatan tekanan pd membrana basalis Albumin loss Proteinuria non selektif 4
Klasifikasi proteinuria : Fisiologis Kurang dari 200 mg/hari Postural (ortostatik), latihan fisik berat Patologis : Glomerular proteinuria Tubular proteinuria Overflow proteinuria 5
PEMERIKSAAN PROTEIN URINE 6
Reaksi Heller dan Reaksi Robert Prinsip : Lapisan endapan akan terbentuk bila protein bereaksi dengan asam nitrat pekat (pada reaksi Robert  asam nitrat dan magnesium sulfat), bila ditambahkan secara perlahan. 7
REAKSI HELLER Asam nitrat pekat ditambahkan perlahan melalui dinding tabung Terbentuk lapisan cincin putih diantara kedua larutan 3-5 ml urine jernih 8
REAKSI ROBERT Magnesium sulfat dan asam nitrat pekat dengan perbandingan 5 : 1 ditambahkan perlahan melalui dinding tabung Terbentuk lapisan cincin putih diantara kedua larutan 3-5 ml urine jernih 9
BENCE JONES PROTEIN BM rendah (< 44 kD) Imunoglobulin paraprotein (kappa/lambda monoclonal light chain type) Keadaan fisiknya dapat diubah oleh perubahan suhu	     mengendap pada suhu 45⁰– 60⁰ C dan larut pada suhu kamar dan suhu mendekati 100⁰ C Positif pada multipel mieloma, amiloidosis, makroglobulinemia. 10
BENCE JONES PROTEIN kekeruhan Jernih kembali 1,0 buffer acetat 4 ml urine jernih Waterbath 100⁰ C 3 mnt  Waterbath 56⁰ C 15 mnt  kekeruhan Ulangi lagi langkah 1-3  Waterbath 100⁰ C  3 mnt  11
CARIK CELUP Prinsip : Dalam suatu sistem buffer yang mempertahankan pH konstan, indikator warna dapat bereaksi dengan protein (utamanya albumin) sehingga terjadi perubahan warna kuning  (pada pH asam)		 	hijau.  12
Hasil  13
Sulfosalicylic Acid Test (SSA) Prinsip : Protein diendapkan oleh asam sulfosalisilat (suatu asam kuat) dan diamati secara visual. Interferences : 14
SSA 11 ml dari supernatan 3 ml reagen SSA 7 % Tutup tabung, bolak balik 2 x 12 ml aliquot urine disentrifuge 1500 rpm 5 mnt Bolak balik tabung 2 x lagi Lihat presipitasi yang terjadi Biarkan selama 10 menit 15
SSA 16
CARIK CELUP DAN SSA 17
PROTEIN REBUS Prinsip : Protein dalam suasana asam lemah, bila dipanaskan akan mengalami denaturasi dan terjadi endapan. Hasil : 18
PROTEIN REBUS 2-3 tetes asam asetat 6 % Baca hasil 3 ml urine yg telah disaring/disentrifuse Panaskan lagi sampai mendidih Panaskan sampai mendidih 19
TES MIKROALBUMIN Metode Imunokimia : Immunodip test Micral test strips Metode dye-binding CLINITEK microalbumin  Multistix PRO  20
Immunodip test Prinsip : Albumin berikatan dengan antibodi yang dicoated dengan partikel blue latex. Saturated dan unsaturated albumin-antibody complexes diisolasi dan dipisahkan oleh migrasinya pada strip. Kadar albumin ditentukan oleh  perbandingan intensitas dari 2 blue band tersebut. Interpretasi hasil : Stabil sampai 8 jam 21
Micral test strips ,[object Object]
Albumin berikatan dengan gold labeled antibody enzyme conjugate. Albumin-bound complexes bermigrasi ke detection pad, sehingga ikatan enzim mengubah substrat dalam pad menjadi merah. Intensitas warna meningkat seiring dengan peningkatan kadar albumin.
Hasil :
Dibandingkan dengan color chart yang ada pada container. Range : 0-100 mg/dL.
Detection limit : 15-20 mg/L22
CLINITEK Microalbumin strips  ,[object Object]
Pada pH konstan, sulfonephthalein dye berubah warna  jika berikatan dengan albumin.
Hasil :
Diinterpretasi dengan instrumen
Jika albumin (+) 	  biru. (Range : hijau pucat sampai biru)
Detection limit : 20-40 mg/L
Terdapat pula reaction pad untuk menentukan kreatinin (semikuantitatif)23
Multistix PRO strips Prinsip : Sama dengan CLINITEK microalbumin Detection limit : 80-150 mg/L Hasil diinterpretasi dengan instrumen, bisa juga secara visual (membandingkan dengan color chart) 24
25 R U ESBACH ,[object Object]
Aduk sampai rata
Ambil urine secukupnya    + asam cuka sampai pH    6   saring	(Periksa dengan kertas pH ) Tutup dengan gabus  bolak balik    diamkan 24 jam R R U U Hasil dalam gram / L Isi tabung Esbach dengan urine sampai tanda U Tambah reagen Esbach sampai tanda R *Total protein dalam 24 jam =     Vol. Urine 24 jam ( L )  X  hasil (gram / L) =    …….. gram / 24 jam.
Metode Turbidimetri dengan Asam Sulfosalisilat Prinsip : Protein diendapkan oleh asam sulfosalisilat (suatu asam kuat) dan kekeruhan yang terjadi sebanding dengan konsentrasi protein. Reagen : Larutan SSA 3 % Larutan HCl 1,25% 26
Cara pemeriksaan Turbidimetri SSA HCl 1,25%               SSA 3 % Sentrifuse aliquot dari urine 24 jam, ambil supernatannya Aduk dan biarkan 5 menit  Ukur absorbansnya pada 500  nm Baca hasil pada kurva standar. Bila lebih dari 140 mg/dL, maka  diulang dengan pengenceran 1:10 (dgn normal saline) 27
Metode Biuret Prinsip : Ikatan peptida protein bereaksi dengan ion Cu membentuk kompleks yang berwarna ungu (purple). Reagen Biuret : 60 ml NaOH 10% dalam 100 ml akuades 0,3 g CuSO₄ 1,2 g Rochelle Salt Ditambahkan akuades hingga 200 ml 28
Metode Biuret 2,0 mg reagen biuret Diaduk rata Tunggu 60 menit urine 500 μL Ukur absorbans pada 540 nm. Baca pada kurva standar 29
Metode Folin Lowry Prinsip : Pada suasana alkali  ion Cu2+ membentuk kompleks dengan ikatan peptida, dimana ion Cu direduksi menjadi monovalen ion.    Cu+ dan gugus radikal dari tirosin, triptofan dan sistein bereaksi dengan reagen Folin, menghasilkan senyawa tidak stabil yang tereduksi menjadi molybdenum/tungsten blue (biru tungsten).   30
Metode Folin Lowry Reagen fenol 2,5 mg reagen Copper alkali Tunggu 10 menit Diaduk rata urine 500 μL Tunggu 60 menit Ukur absorbans pada 750 nm Baca pada kurva standar 31
Metode Coomasie Blue/Bradford Assay Prinsip : Dalam suasana asam reagen, protein berikatan dengan coomasie dye, menyebabkan perubahan absorpsi maksimum panjang gelombang, dari spektrum merah/coklat (absorbans maksimum 465 nm) menjadi  biru (absorbans maksimum 610 nm).  Perbedaan terbesar terjadi pada panjang gelombang 595 nm, sehingga 595 nm merupakan panjang gelombang optimal untuk mengukur warna biru dari kompleks coomasie dye-protein. 32
Dye-Binding 33
Metode Coomasie Blue/Bradford Assay 34
INTERPRETASI HASIL TES DIAGNOSTIK Albumine Excretion Rate  = kadar albumin urine 24 j (mg/dL) x volume urine 24 j    Dipengaruhi : ,[object Object],Albumin Creatinine Ratio 	= kadar albumin urine (mg/L)   		kadar kreatinin urine (mmol/L) Albumine Excretion Rate dan Albumin Creatinine Ratio digunakan untuk menilai dan memantau penurunan fungsi ginjal X 10 (mg/mg) 35

More Related Content

What's hot

Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13tristyanto
 
Pemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode ImunokromatografiPemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode ImunokromatografiPatriciaGitaNaully
 
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malariaBuku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malariahersu12345
 
Pemeriksaan faeses
Pemeriksaan faesesPemeriksaan faeses
Pemeriksaan faesesAmat Rajasa
 
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiUsqi Krizdiana
 
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampelPenanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampelAhmadPurnawarmanFais
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing pjj_kemenkes
 
Pedoman Pengelolaan Spesimen Untuk Laboratorium Mikrobiologi Klinik
Pedoman Pengelolaan Spesimen Untuk Laboratorium Mikrobiologi KlinikPedoman Pengelolaan Spesimen Untuk Laboratorium Mikrobiologi Klinik
Pedoman Pengelolaan Spesimen Untuk Laboratorium Mikrobiologi KlinikAlat Alat Laboratorium [dot] com
 
Pewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaPewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaIrwin Septian
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptSyscha Lumempouw
 
Transfusi Darah 3. pembuatan suspensi eritrosit 2% 50%
Transfusi Darah 3. pembuatan suspensi eritrosit 2%   50%Transfusi Darah 3. pembuatan suspensi eritrosit 2%   50%
Transfusi Darah 3. pembuatan suspensi eritrosit 2% 50%Dewi Fitriani
 
Henny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleuraHenny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleurapdspatklinsby
 
Tatalaksana emergensi kehamilan ektopik bagi dokter umum, RSPAD, 2014
Tatalaksana emergensi kehamilan ektopik bagi dokter umum, RSPAD, 2014Tatalaksana emergensi kehamilan ektopik bagi dokter umum, RSPAD, 2014
Tatalaksana emergensi kehamilan ektopik bagi dokter umum, RSPAD, 2014JudiEndjun Ultrasound
 
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPatriciaGitaNaully
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Surya Amal
 
Summary Kegawatdaruratan Perinatologi
Summary Kegawatdaruratan Perinatologi Summary Kegawatdaruratan Perinatologi
Summary Kegawatdaruratan Perinatologi Siska Fauziah
 

What's hot (20)

Urinalisis
UrinalisisUrinalisis
Urinalisis
 
Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13Sifilis. bag. 13
Sifilis. bag. 13
 
Pemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode ImunokromatografiPemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HBsAg, Anti-HBs, dan Anti-HCV Metode Imunokromatografi
 
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malariaBuku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
Buku pedoman teknis pemeriksaan parasit malaria
 
Pemeriksaan faeses
Pemeriksaan faesesPemeriksaan faeses
Pemeriksaan faeses
 
Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergiDermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi
 
Kimia klinik tutor 2
Kimia klinik tutor 2Kimia klinik tutor 2
Kimia klinik tutor 2
 
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampelPenanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
Penanganan, penyimpanan, dan pemusnahan sampel
 
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing  Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
Pemeriksaan Tinja : Parasit Cacing
 
Pedoman Pengelolaan Spesimen Untuk Laboratorium Mikrobiologi Klinik
Pedoman Pengelolaan Spesimen Untuk Laboratorium Mikrobiologi KlinikPedoman Pengelolaan Spesimen Untuk Laboratorium Mikrobiologi Klinik
Pedoman Pengelolaan Spesimen Untuk Laboratorium Mikrobiologi Klinik
 
Pewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimiaPewarnaan histokimia
Pewarnaan histokimia
 
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang pptCase Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
Case Report diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang ppt
 
LED (Laju Endap Darah)
LED (Laju Endap Darah)LED (Laju Endap Darah)
LED (Laju Endap Darah)
 
Transfusi Darah 3. pembuatan suspensi eritrosit 2% 50%
Transfusi Darah 3. pembuatan suspensi eritrosit 2%   50%Transfusi Darah 3. pembuatan suspensi eritrosit 2%   50%
Transfusi Darah 3. pembuatan suspensi eritrosit 2% 50%
 
Leukosit 2
Leukosit 2Leukosit 2
Leukosit 2
 
Henny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleuraHenny analisis cairan pleura
Henny analisis cairan pleura
 
Tatalaksana emergensi kehamilan ektopik bagi dokter umum, RSPAD, 2014
Tatalaksana emergensi kehamilan ektopik bagi dokter umum, RSPAD, 2014Tatalaksana emergensi kehamilan ektopik bagi dokter umum, RSPAD, 2014
Tatalaksana emergensi kehamilan ektopik bagi dokter umum, RSPAD, 2014
 
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode ImunokromatografiPemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
Pemeriksaan HIV dan Anti-T. pallidum Metode Imunokromatografi
 
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
Buku Saku Lintas Diare, edisi-2011
 
Summary Kegawatdaruratan Perinatologi
Summary Kegawatdaruratan Perinatologi Summary Kegawatdaruratan Perinatologi
Summary Kegawatdaruratan Perinatologi
 

Similar to Tkk4

Modul praktek s1
Modul praktek s1Modul praktek s1
Modul praktek s1Dedi Kun
 
analisis protein dalam produk makanan
analisis protein dalam produk makanananalisis protein dalam produk makanan
analisis protein dalam produk makananlaelynurafita
 
pemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdf
pemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdfpemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdf
pemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdfMuhammadAndre28
 
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.ppt
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.pptpemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.ppt
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.pptdryuby
 
Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)
Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)
Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)Bella Kriwangko
 
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHPRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHMas Mahardika
 
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHPRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHMas Mahardika
 
PEMERIKSAAN GLUKOSA.pptx
PEMERIKSAAN GLUKOSA.pptxPEMERIKSAAN GLUKOSA.pptx
PEMERIKSAAN GLUKOSA.pptxrose125620
 
PEMERIKSAAN GLUKOSA.pptx
PEMERIKSAAN GLUKOSA.pptxPEMERIKSAAN GLUKOSA.pptx
PEMERIKSAAN GLUKOSA.pptxrose125620
 
Biokim urin glukosa
Biokim urin glukosaBiokim urin glukosa
Biokim urin glukosaselvindianda
 

Similar to Tkk4 (20)

Tkik4
Tkik4Tkik4
Tkik4
 
Urin ibd 2012 rev
Urin ibd 2012 revUrin ibd 2012 rev
Urin ibd 2012 rev
 
Analisis Protein dan Senyawa Bernitrogen
Analisis Protein dan Senyawa BernitrogenAnalisis Protein dan Senyawa Bernitrogen
Analisis Protein dan Senyawa Bernitrogen
 
Modul praktek s1
Modul praktek s1Modul praktek s1
Modul praktek s1
 
analisis protein dalam produk makanan
analisis protein dalam produk makanananalisis protein dalam produk makanan
analisis protein dalam produk makanan
 
Ppt fix aomk
Ppt fix aomkPpt fix aomk
Ppt fix aomk
 
pemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdf
pemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdfpemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdf
pemeriksaankimiaklinikcairantubuhcairanasites-221115072010-ce7a8d50.pdf
 
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.ppt
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.pptpemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.ppt
pemeriksaan kimia klinik cairan tubuh cairan asites.ppt
 
Tkk1
Tkk1Tkk1
Tkk1
 
Responsi Bioreaksi
Responsi BioreaksiResponsi Bioreaksi
Responsi Bioreaksi
 
Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)
Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)
Laporan sistem ekskresi (kelompok 6)
 
I
II
I
 
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHPRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
 
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAHPRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
PRAKTIKUM BIOKIMIA ENZIM DAN GLUKOSA DARAH
 
Protein
ProteinProtein
Protein
 
biochemi
biochemibiochemi
biochemi
 
PEMERIKSAAN GLUKOSA.pptx
PEMERIKSAAN GLUKOSA.pptxPEMERIKSAAN GLUKOSA.pptx
PEMERIKSAAN GLUKOSA.pptx
 
PEMERIKSAAN GLUKOSA.pptx
PEMERIKSAAN GLUKOSA.pptxPEMERIKSAAN GLUKOSA.pptx
PEMERIKSAAN GLUKOSA.pptx
 
Biokim urin glukosa
Biokim urin glukosaBiokim urin glukosa
Biokim urin glukosa
 
Tkik5
Tkik5Tkik5
Tkik5
 

More from andreei

More from andreei (20)

Tibaru18
Tibaru18Tibaru18
Tibaru18
 
Tibaru17
Tibaru17Tibaru17
Tibaru17
 
Tibaru16
Tibaru16Tibaru16
Tibaru16
 
Tibaru15
Tibaru15Tibaru15
Tibaru15
 
Tibaru14
Tibaru14Tibaru14
Tibaru14
 
Tibaru13
Tibaru13Tibaru13
Tibaru13
 
Tibaru12
Tibaru12Tibaru12
Tibaru12
 
Tibaru11
Tibaru11Tibaru11
Tibaru11
 
Tibaru9
Tibaru9Tibaru9
Tibaru9
 
Tibaru11
Tibaru11Tibaru11
Tibaru11
 
Tibaru10
Tibaru10Tibaru10
Tibaru10
 
Tibaru8
Tibaru8Tibaru8
Tibaru8
 
Tibaru7
Tibaru7Tibaru7
Tibaru7
 
Refhemabaru8
Refhemabaru8Refhemabaru8
Refhemabaru8
 
Refhemabaru7
Refhemabaru7Refhemabaru7
Refhemabaru7
 
Refhemabaru6
Refhemabaru6Refhemabaru6
Refhemabaru6
 
Refhemabaru5
Refhemabaru5Refhemabaru5
Refhemabaru5
 
12
1212
12
 
12
1212
12
 
11
1111
11
 

Tkk4

  • 1. TUTOR KIMIA KLINIKPEMERIKSAAN PROTEIN URINE dr. Sri Kartika Sari/dr. Leonita Anniwati, SpPK(K)
  • 2.
  • 3. Secara normal, hanya sebagian kecil protein ada dalam urine. Dalam hal ini, faktor yang berperan adalah :
  • 7. Adanya protein dalam urine yang lebih dari 150 mg/hari
  • 11. Peningkatan jumlah low-molecular weight protein dalam serum
  • 13. Mikroalbuminuria BM Albumin : kurang lebih 66 kD, normal sebagian difiltrasi oleh ginjal dan direabsorbsi kembali oleh tubulus Secara normal, walaupun BM albumin cukup kecil untuk melewati membran basalis glomerulus, namun adanya muatan negatif glikoprotein menghalangi transport albumin. Mikroalbuminuria indikator dini disfungsi glomerulus Mikroalbuminuria : UAE : 30-300 mg/24 jam Albumin Creatinine Ratio : 30-300 mg/g 3
  • 14. Mekanisme albuminuria/proteinuria Keseimbangan elektrolit berubah Kerusakan membran radang Fusi foot processes Perlekatan oleh antibodi Muatan negatif berkurang Peningkatan tekanan pd membrana basalis Albumin loss Proteinuria non selektif 4
  • 15. Klasifikasi proteinuria : Fisiologis Kurang dari 200 mg/hari Postural (ortostatik), latihan fisik berat Patologis : Glomerular proteinuria Tubular proteinuria Overflow proteinuria 5
  • 17. Reaksi Heller dan Reaksi Robert Prinsip : Lapisan endapan akan terbentuk bila protein bereaksi dengan asam nitrat pekat (pada reaksi Robert asam nitrat dan magnesium sulfat), bila ditambahkan secara perlahan. 7
  • 18. REAKSI HELLER Asam nitrat pekat ditambahkan perlahan melalui dinding tabung Terbentuk lapisan cincin putih diantara kedua larutan 3-5 ml urine jernih 8
  • 19. REAKSI ROBERT Magnesium sulfat dan asam nitrat pekat dengan perbandingan 5 : 1 ditambahkan perlahan melalui dinding tabung Terbentuk lapisan cincin putih diantara kedua larutan 3-5 ml urine jernih 9
  • 20. BENCE JONES PROTEIN BM rendah (< 44 kD) Imunoglobulin paraprotein (kappa/lambda monoclonal light chain type) Keadaan fisiknya dapat diubah oleh perubahan suhu mengendap pada suhu 45⁰– 60⁰ C dan larut pada suhu kamar dan suhu mendekati 100⁰ C Positif pada multipel mieloma, amiloidosis, makroglobulinemia. 10
  • 21. BENCE JONES PROTEIN kekeruhan Jernih kembali 1,0 buffer acetat 4 ml urine jernih Waterbath 100⁰ C 3 mnt Waterbath 56⁰ C 15 mnt kekeruhan Ulangi lagi langkah 1-3 Waterbath 100⁰ C 3 mnt 11
  • 22. CARIK CELUP Prinsip : Dalam suatu sistem buffer yang mempertahankan pH konstan, indikator warna dapat bereaksi dengan protein (utamanya albumin) sehingga terjadi perubahan warna kuning (pada pH asam) hijau. 12
  • 24. Sulfosalicylic Acid Test (SSA) Prinsip : Protein diendapkan oleh asam sulfosalisilat (suatu asam kuat) dan diamati secara visual. Interferences : 14
  • 25. SSA 11 ml dari supernatan 3 ml reagen SSA 7 % Tutup tabung, bolak balik 2 x 12 ml aliquot urine disentrifuge 1500 rpm 5 mnt Bolak balik tabung 2 x lagi Lihat presipitasi yang terjadi Biarkan selama 10 menit 15
  • 27. CARIK CELUP DAN SSA 17
  • 28. PROTEIN REBUS Prinsip : Protein dalam suasana asam lemah, bila dipanaskan akan mengalami denaturasi dan terjadi endapan. Hasil : 18
  • 29. PROTEIN REBUS 2-3 tetes asam asetat 6 % Baca hasil 3 ml urine yg telah disaring/disentrifuse Panaskan lagi sampai mendidih Panaskan sampai mendidih 19
  • 30. TES MIKROALBUMIN Metode Imunokimia : Immunodip test Micral test strips Metode dye-binding CLINITEK microalbumin Multistix PRO 20
  • 31. Immunodip test Prinsip : Albumin berikatan dengan antibodi yang dicoated dengan partikel blue latex. Saturated dan unsaturated albumin-antibody complexes diisolasi dan dipisahkan oleh migrasinya pada strip. Kadar albumin ditentukan oleh perbandingan intensitas dari 2 blue band tersebut. Interpretasi hasil : Stabil sampai 8 jam 21
  • 32.
  • 33. Albumin berikatan dengan gold labeled antibody enzyme conjugate. Albumin-bound complexes bermigrasi ke detection pad, sehingga ikatan enzim mengubah substrat dalam pad menjadi merah. Intensitas warna meningkat seiring dengan peningkatan kadar albumin.
  • 35. Dibandingkan dengan color chart yang ada pada container. Range : 0-100 mg/dL.
  • 36. Detection limit : 15-20 mg/L22
  • 37.
  • 38. Pada pH konstan, sulfonephthalein dye berubah warna jika berikatan dengan albumin.
  • 41. Jika albumin (+) biru. (Range : hijau pucat sampai biru)
  • 42. Detection limit : 20-40 mg/L
  • 43. Terdapat pula reaction pad untuk menentukan kreatinin (semikuantitatif)23
  • 44. Multistix PRO strips Prinsip : Sama dengan CLINITEK microalbumin Detection limit : 80-150 mg/L Hasil diinterpretasi dengan instrumen, bisa juga secara visual (membandingkan dengan color chart) 24
  • 45.
  • 47. Ambil urine secukupnya  + asam cuka sampai pH  6  saring (Periksa dengan kertas pH ) Tutup dengan gabus  bolak balik  diamkan 24 jam R R U U Hasil dalam gram / L Isi tabung Esbach dengan urine sampai tanda U Tambah reagen Esbach sampai tanda R *Total protein dalam 24 jam = Vol. Urine 24 jam ( L ) X hasil (gram / L) = …….. gram / 24 jam.
  • 48. Metode Turbidimetri dengan Asam Sulfosalisilat Prinsip : Protein diendapkan oleh asam sulfosalisilat (suatu asam kuat) dan kekeruhan yang terjadi sebanding dengan konsentrasi protein. Reagen : Larutan SSA 3 % Larutan HCl 1,25% 26
  • 49. Cara pemeriksaan Turbidimetri SSA HCl 1,25% SSA 3 % Sentrifuse aliquot dari urine 24 jam, ambil supernatannya Aduk dan biarkan 5 menit Ukur absorbansnya pada 500 nm Baca hasil pada kurva standar. Bila lebih dari 140 mg/dL, maka diulang dengan pengenceran 1:10 (dgn normal saline) 27
  • 50. Metode Biuret Prinsip : Ikatan peptida protein bereaksi dengan ion Cu membentuk kompleks yang berwarna ungu (purple). Reagen Biuret : 60 ml NaOH 10% dalam 100 ml akuades 0,3 g CuSO₄ 1,2 g Rochelle Salt Ditambahkan akuades hingga 200 ml 28
  • 51. Metode Biuret 2,0 mg reagen biuret Diaduk rata Tunggu 60 menit urine 500 μL Ukur absorbans pada 540 nm. Baca pada kurva standar 29
  • 52. Metode Folin Lowry Prinsip : Pada suasana alkali ion Cu2+ membentuk kompleks dengan ikatan peptida, dimana ion Cu direduksi menjadi monovalen ion. Cu+ dan gugus radikal dari tirosin, triptofan dan sistein bereaksi dengan reagen Folin, menghasilkan senyawa tidak stabil yang tereduksi menjadi molybdenum/tungsten blue (biru tungsten).   30
  • 53. Metode Folin Lowry Reagen fenol 2,5 mg reagen Copper alkali Tunggu 10 menit Diaduk rata urine 500 μL Tunggu 60 menit Ukur absorbans pada 750 nm Baca pada kurva standar 31
  • 54. Metode Coomasie Blue/Bradford Assay Prinsip : Dalam suasana asam reagen, protein berikatan dengan coomasie dye, menyebabkan perubahan absorpsi maksimum panjang gelombang, dari spektrum merah/coklat (absorbans maksimum 465 nm) menjadi biru (absorbans maksimum 610 nm). Perbedaan terbesar terjadi pada panjang gelombang 595 nm, sehingga 595 nm merupakan panjang gelombang optimal untuk mengukur warna biru dari kompleks coomasie dye-protein. 32
  • 57.
  • 58. PENUTUP Pemeriksaan protein urine penting untuk menegakkan diagnosa dan menilai prognosis gangguan ginjal. 36
  • 60. Metode Imunokimiauntuk mengukur kadar protein spesifik 38
  • 61. Immunonephelometry 1 2 40 μL pure antiserum spesifik utk HSA 160 μL buffer tunggu 45 menit 150 μL standar/urine Baca absorbansnya pada 632,8 nm 39
  • 62. 40
  • 63. 41
  • 64. 42
  • 65. 43
  • 66. Biuret Before After 44
  • 67. Metode Biuret 60 mins later 45
  • 68. Biuret Figure 6. Time course trace of the chromogenic reaction The absorbance became stable approximately after 60 minutes 46
  • 69. Biuret Figure 7. Spectra of the HSA solution using the Biuret method after 60 minutes Biuret method determines the quantity by using the absorption maximum at 540 nm after reacting with the sample for 60 minutes 47
  • 70. Kurva standar metode Colorimetric Biuret : BSA (Bovine Serum Albumin) : 0,0.25, 0.5, 1,5,9 mg/mL Lowry : BSA (Bovine Serum Albumin) : 0,2,20,50,100,200 μg/mL Coomassie Blue : BSA (Bovine Serum Albumin) : 0,1,2,4,6,8,10 μg/mL 48
  • 72. Metode Lowry 60 mins later 50
  • 73. Metode Lowry Figure 9. The time course trace of chromogenic reaction 51
  • 74. Metode Lowry Figure 10. Spectra of HSA aqueous solution by Lowry method 52
  • 75. Kurva standar turbidimetri SSA Menggunakan Bovine Albumin Standard/Versatol 7% Tambahkan 5 ml pada vial protein standar dan campur . Biarkan 30 menit, kemudian encerkan dengan 0,85% NaCl, hingga kadarnya 140 mg/dL Sediakan 7 tabung dan tambahkan sesuai dengan dibawah ini : 53
  • 77.
  • 79.
  • 80. mikroglobulinGlomerulus Selektif (terutama albumin) Peny.lesi minimal Non selektif DM, FSGS Diskrasia sel plasma Injuri tubulus HT GGK 55
  • 81. 56