SlideShare a Scribd company logo
1 of 19
MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN
  “KODE ETIK GURU INDONESIA DAN PERKEMBANGAN
         PERANAN KEPROFESI DI INDONESIA”




                   Disusun Oleh:
                   Asia Kurniasari
                    Ana Maryam
                   Rozalia Fatimah
             Septi Rezeki Mulyani Siregar
                  Ismel Dwi Pratiwi
                   Seprina andriani
KODE ETIK GURU INDONESIA DAN PERKEMBANGAN PERANAN
KEPROFESI DI INDONESIA



   A. Pendahuluan

           Menurut UUD 1945 pasal 1 berbunyi “tiap-tiap warga Negara berhak
mendapatkan pengajaran”. Berdasarkan pasal ini jelas bahwa semua warga negara tanpa
terkecuali berhak mendapatkan pendidikan. Tujuan utamanya agar generasi muda penerus
bangsa dapat memajukan negara Indonesia ini.

           Berkaitan dengan itu, visi Menteri Pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo
memandang bahwa pendidikan pendidikan sebagai proses pembentukan manusia seutuhnya.
Untuk mewujudkan visi ini dibutuhkan dana memadai(aspek kuantitatif) dan tenaga pendidik
yang profesional (aspek kualitatif).

           Ditinjau dari aspek kuantitatif, Mendiknas lebih lanjut mewacanakan guru akan
makin dimanusiawikan dengan menaikkan gaji untuk memperbaiki mutu pendidikan
nasional. Dengan kesejahteraan yang terjamin, para guru akan bangga dengan profesinya,
mampu membeli buku, dan mempunyai waktu luang untuk belajar. Pada prinsipnya,
menaikkan anggaran pendidikan selalu disebut sebagai conditio sine qua non (syarat mutlak).

            Namun, pembangunan dalam pendidikan seharusnya tidak dipahami dari aspek
kuantitatif saja, akan tetapi aspek kualitatif juga perlu diperhatikan. Dalam konteks ini guru
adalah jantungnya. Tanpa guru yang profesional meskipun kebijakan pembaharuan secanggih
apapun akan berakhir sia-sia.

           Berdasarkan uraian di atas, makalah ini akan membahas bagaimana etika guru
profesional dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan sesuai denga visi yang telah
ditetapkan. Uraian dalam makalah ini di mulai bagaimana etika guru profesional terhadap
peraturan perundang-undangan, etika guru profesional terhadap peserta didik, etika guru
profesional terhadap pekerjaan, dan diakhiri dengan menguraikan etika guru profesional
terhadap tempat kerjanya.
B. Pengertian kode etik dan profesi
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu kata “ethos” yang berarti suatu kehendak atau
kebiasaan baik yang tetap. Yang pertama kali menggunakan kata-kata itu adalah seorang
filosof Yunani yang bernama Aris Toteles ( 384 – 322 SM ). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia Etika / moral adalah ajaran tentang baik dan buruk mengenai perbuatan, sikap,
kewajiban dan sebagainya.Menurut K. Bertenes, Etika adalah nilai-nilai atau norma-norma
yang menjadi pegangan bagi seseorang dalam mengatur tingkah lakunya.

Sedangkan Profesional adalah merupakan yang ahli dibidangnya, yang telah memperoleh
pendidikan atau pelatihan khusus untuk pekerjaannya tersebut. Profesional merupakan suatu
profesi yang mengandalkan keterampilan atau keahlian khusus yang menuntut pengemban
profesi tersebut untuk terus memperbaharui keterampilannya sesuai dengan perkembangan
teknologi.

Untuk menjadi seseorang yang profesional, seseorang yang melakukan pekerjaan dituntut
untuk memiliki beberapa sikap sebagai berikut :
1. Komitmen Tinggi
Seorang profesional harus mempunyai komitmen yang kuat pada pekerjaan yang
sedang dilakukannya.
2. Tanggung Jawab
Seorang profesional harus bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan yang dilakukannya
sendiri.
3. Berpikir Sistematis
Seorang yang profesional harus mampu berpikir sitematis tentang apa yang dilakukannya dan
belajar dari pengalamannya.
4. Penguasaan Materi
Seorang profesional harus menguasai secara mendalam bahan / materi pekerjaan yang sedang
dilakukannya.
5. Menjadi bagian masyarakat profesional
Seyogyanya seorang profesional harus menjadi bagian dari masyarakat dalam lingkungan
profesinya.

Setiap profesi harus mempunyai kode etik profesi.Dengan demikian, jabatan dokter, notaris,
arsitek, guru, dan lain-lain yang merupakan bidang pekerjaan profesi mempunyai kode etik.
Sama halnya dengan kata profesi sendiri, penafsiran tentang kode etik juga belum memiliki
pengertian yang sama. Sebagai contoh, dapat dicantumkan beberapa pengertian kode etik,
antara lain sebagai berikut:


Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian jelas
menyatakan bahwa “Pegawai Negeri/Sipil mempunyai Kode Etik sebagai pedoman sikap,
tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasan.” Dalam penjelasan Undang-
undang tersebut dinyatakan bahwa dengan adanya Kode Etik ini, pegawai negeri sispil
sebagai aparatur Negara, abdi negara, dan abdi masyarakat mempunyai pedoman sikap,
tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan hidup sehari-
hari. Selanjutnya, dalam Kode Etik Pegawai Negeri Sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip
pokok tentang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pegawai negeri.Dari urai ini dapat kita
simpulkan, bahwa kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan di dalam
melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari-hari.

Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII, Basuni sebagai Ketua Umum PGRI
menyatakan bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman
tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja
sebagai guru (PGRI, 1973). Dari pendapat Ketua Umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulan
bahawa dalam Kode Etik Guru Indonesia terdapat dua unsur pokok yakni:

   1. Sebagai landasan moral,
   2. Sebagai pedoman tingkah laku.


Dari uraian tersebut kelihatan, bahwa kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus
diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi para anggota
profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan larangan-larangan, yaitu
ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka,
melainkan juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaulan
sehari-hari di dalam masyarakat.



   C. Tujuan Kode Etik

Pada dasarnya tujuan merumuskankode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota
dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah
sebagai berikut:


       Untuk menjunjung tinggi martabat profesi

Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau masyarakat, agar
mereka jangan sampai memandang rendah atau remes terhadap profesi akan melarang. Oleh karenya,
setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak-tanduk atauk kelakuan anggota
profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap dunia luar. Dari segin ini, kode etik juga
sering kali disebut kode kehormatan.


       Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
Yang dimaksud kesejahteraan di sini meliputi baik kesejahteraan lahir (atau material) maupun
kesejahteraan batin (spiritual atau mental).Dalam hal kesejahteraan lahir para anggota profesi, kode
etik umumnya memuat larangan-larangan kepada para anggotanya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang merupakan kesejahteraan para anggotanya. Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif
minimum bagi honorium anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapa-siapa yang
mengadakan tarif di bawah minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan-rekan seprofesi.
Dalam hal kesejahteraan batin para anggota profesi, kode etik umumnya memberi petunjuk-petunjuk
para anggotanya untuk melaksanakan profesinya.

Kode etik juga sering mengandung peraturan-peraturan yang bertujuan membatasi tingkah laku yang
tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota profesi dalam berinteraksi dengan sesama rekan
anggota profesi.


       Untuk meningkatkan pengabadian para anggota profesi

Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabian profesi, sehingga
bagi anggota profesi daapat dengan mudah megnetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian dalam
melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu
dilakukan para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya.

       Untuk meningkatkan mutu profesi

Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma dan anjuran agar para
anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.

       Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi

Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap anggota untuk
secara aktif berpartispasi dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang
dirancang organisasi. Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu
profesi menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan
memelihara kesejateraan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota profesi, dan
meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi profesi.

   D. Penetapan Kode Etik
Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku dan mengikat para
naggotanya.Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu kongres organisasi profesi. Dengan
demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan oleh orang secara perorangan, melainkan harus
dilakukan oleh orang-orang yang diutus untuk dan atas nama anggota-anggota yang bukan atau tidak
menjadi anggota profesi tersebut. Kode etik suatu profesi hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat
dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi tersebut, jika semua orang yang menjalankan profesi
tersebut tergabung (menjadi anggota) dalam organisasi profesi yang bersangkutan.

Apabila setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara otomatis tergabung di dalam suatu
organisasi atau ikatan profesional, maka barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan
seccara murini dan baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan pelanggaran yang serius
terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.


   E. Kode Etik Guru Indonesia

Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-norma
profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan
bulat.Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah
laku setiap guru warga PGRI dalam menuunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di
dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarkat.Dengan
demikian, maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk
pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan.

Sebagaimana halnya dengan profesi lainnya, Kode Etik Guru Indonesia ditetapkandalam
suatu konges yang dihadiri oleh seluruh utusan Cabang dan Pengurus Daerah PGRI dari
seluruh tanah air, pertama dalam Kongres PGRI XVI tahun 1973, dan kemudian
disempurnakan dalam Kongres PGRI XVI tahun 1989 juga di Jakarta. Adapun teks Kode
Etik Guru Indonesia yang telah disempurnakan tersebut adalah sebagai berikut:
KODE ETIK GURU INDONESIA

Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhdapa Tuhan
Yang Maha Esa, bangsa dan negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang
berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas
terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdian Republik Indonesia terpanggil untuk
menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai berikut:


   1. Guru berbakti membimbing peserta didik untukmembentuk manusia Indonesia
      seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
   2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
   3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
      bimbingan dan pembinaan.
   4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yangmenunjang berhasilnya
      proses belajar-mengajar.
   5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya
      untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhdap pendidikan.
   6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengambangkan dan meningkatkan mutu dan
      martabat profesinya.
   7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan
      sosial.
   8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI
      sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.
   9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.


   E.1 Etika Guru Profesional Terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Pada butir kesembilan Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa “Guru melaksanakan
segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan”. Dengan jelas bahwa dalam kode etik
tersebut diatur bahwa guru di Indonesia harus taat akan peraturan perundang-undangan yang
di buat oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasonal.
Guru merupakan aparatur negara dan abdi negara dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu,
guru mutlak harus mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang
pendidikan dan melaksanakannya sebagaimana aturan yang berlaku. Sebagai contoh
pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu mengubah kurikulum dari kurikulum 1994 menjadi
kurikulum 2004 atau kurikulum berbasis kompetensi dan kemudian diubah lagi menjadi
KTSP dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Dalam kurikulum tersebut, secara eksplisit bahwa hendaknya guru menggunakan pendekatan
kontekstual dalam pembelajarannya. Seorang guru yang profesional taat akan peraturan yang
berlaku dengan cara menerapkan kebijakan pendidikan yang baru tersebut dan akan
menerima tantangan baru tersebut, yang nantinya diharapkan akan dapat memacu
produktivitas guru dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional.


E.2 Etika Guru Profesional Terhadap Anak Didik
       Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa guru berbakti
membimbing peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila.
Dalam membimbing anak didiknya Ki Hajar Dewantara mengemukakan tiga kalimat padat
yang terkenal yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri
handayani. Dari ketiga kalimat tersebut, etika guru terhadap peserta didik tercermin. Kalimat-
kalimat tersebut mempunyai makna yang sesuai dalam konteks ini.
         Pertama, guru hendaknya memberi contoh yang baik bagi anak didiknya. Ada pepatah
Sunda yang akrab ditelinga kita yaitu “Guru digugu dan Ditiru” (diikuti dan diteladani).
Pepatah ini harus diperhatikan oleh guru sebagai tenaga pendidik. Guru adalah contoh nyata
bagi anak didiknya. Semua tingkah laku guru hendaknya jadi teladan. Menurut Nurzaman
(2005:3), keteladanan seorang guru merupakan perwujudan realisasi kegiatan belajr
mengajar, serta menanamkan sikap kepercayaan terhadap siswa. Seorang guru berpenampilan
baik dan sopan akan sangat mempengaruhi sikap siswa. Sebaliknya, seorang guru yang
bersikap premanisme akan berpengaruh buruk terhadap sikap dan moral siswa. Disamping
itu, dalam memberikan contoh kepada peserta didik guru harus dapat mencontohkan
bagaimana bersifat objektif, terbuka akan kritikan, dan menghargai pendapat orang lain.
Kedua, guru harus dapat mempengaruhi dan mengendalikan anak didiknya. Dalam hal ini,
prilaku dan pribadi guru akan menjadi instrumen ampuh untuk mengubah prilaku peserta
didik. Sekarang, guru bukanlah sebagai orang yang harus ditakuti, tetapi hendaknya menjadi
„teman‟ bagi peserta didik tanpa menghilangkan kewibawaan sebagai seorang guru. Dengan
Hal itu guru dapat mempengaruhi dan mampu mengendalikan peserta didik.
Ketiga, hendaknya guru menghargai potensi yang ada dalam keberagaman siswa. Bagi
seorang guru, keberagaman siswa yang dihadapinya adalah sebuah wahana layanan
profesional yang diembannya. Layanan profesional guru akan tampil dalam kemahiran
memahami keberagaman potensi dan perkembangan peserta didik, kemahiran mengintervensi
perkembangan peserta didik dan kemahiran mengakses perkembangan peserta didik
(Kartadinata, 2004:4).
        Semua kemahiran tersebut perlu dipelajari dengan sungguh-sungguh dan sistematis,
secara akademik, tidak bisa secara alamiah, dan semua harus terinternalisasi dan
teraktualisasi dalam perilaku mendidik.
     Sementara itu, prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia
sebagai kesatuan yang bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani. Peserta didik tidak hanya
dituntut berlimu pengetahuan tinggi, tetapi harus bermoral tinggi juga. Guru dalam mendidik
seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau perkembangan intelektual saja,
tetapi juga harus memperhatikan perkembangan pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani,
sosial maupun yang lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan. Ini dimaksudkan agar
peserta didik pada akhirnya akan dapat menjadi manusia yang mampu menghadapi
tantangan-tantangan di masa depan. Peserta didik tidak dapat dipandang sebagai objek semata
yang harus patuh pada kehendak dan kemauan guru.


E.3 Etika Guru Profesional terhadap pekerjaan
Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang mulia. Sebagai seorang yang profesional , guru harus
melayani masyarakat dalam bidang pendidikan dengan profesional juga. Agar dapat
memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru harus dapat menyesuaikan
kemampuan dan pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat. Keinginan
dan permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat yang
biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh sebab itu, guru selalu
dituntut untuk secara terus menerus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, dan mutu layanannya. Keharusan meningkatkan dan mengembangkan mutu ini
merupakan butir keenam dalam Kode Etik Guru Indonesia yang berbunyi “Guru secara
pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat
profesinya”.
Secara profesional, guru tidak boleh dilanda wabah completism, merasa diri sudah sempurna
dengan ilmu yang dimilikinya, melainkan harus belajar terus menerus (Kartadinata, 2004:1).
Bagi seorang guru, belajar terus menerus adalah hal yang mutlak. Hal ini karena yang
dihadapi adalah peserta didik yang sedang berkembang dengan segala dinamikanya yang
memerlukan pemahaman dan kearifan dalam bertindak dan menanganinya.
Untuk meningkatkan mutu profesinya, menurut Soejipto dan kosasi ada ua cara yaitu cara
formal dan cara informal. Secara formal artinya guru mengikuti pendidikan lanjutan dan
mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya. Secara informal dapat
dilakukan melalui televisi, radio, koran, dan sebagainya.


E.4 Etika Guru Profesional Terhadap Tempat kerja
Sudah diketahui bersama bahwa suasana yang baik ditempat kerja akan meningkatkan
produktivitas. Ketidakoptimalan kinerja guru antara lain disebabkan oleh lingkungan kerja
yang tidak menjamin pemenuhan tugas dan kewajiban guru secara optimal.
Dalam UU No. 20/2003 pasal 1 bahwa pemerintah berkewajiban menyiapkan lingkungan dan
fasilitas sekolah yang memadai secara merata dan bermutu diseluruh jenjang pendidikan. Jika
ini terpenuhi, guru yang profesional harus mampu memanfaatkan fasilitas yang ada dalam
rangka terwujudnya manusia seutuhnya sesuai dengan Visi Pendidikan Nasional.
Disisi lain, jika kita dihadapkan dengan tempat kerja yang tidak mempunyai fasilitas yang
memadai bahkan buku pelajaran saja sangat minim. Bagaimana sikap kita sebagai seorang
guru? Ternyata, keprofesionalan guru sangat diuji disini. Tanpa fasilitas yang memadai guru
dituntut untuk tetap profesional dalam membimbing anak didik. Kreatifitas guru harus
dikembangkan dalam situasi seperti ini.
Berkaitan dengan ini, pendekatan pembelajaran kontekstual dapat menjadi pemikiran para
guru untuk lebih kreatif. Dalam pendekatan ini, diartikan strategi belajar yang membantu
guru mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa
mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya drngan penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Sementara itu, sikap profesional guru terhadap tempat kerja juga dengan cara menciptakan
hubungan harmonis di lingkungan tempat kerja, baik di lingkungan sekolah, masyarakat
maupun dengan orang tua peserta didik.



   F. SANKSI-SANKSI JABATAN GURU
Sering ktia jumpai, bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan profesi, seingga hal-hal
yang semula hanya merupakan kode etik dari suatu profesi tertentu dapat meningkat menjadi
peraturan hukum atau undang-undang.Apabila hanya demikian, maka aturan yang mulanya
sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang
memberikan sanksi-sanksi hukum yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata
maupun sanksi pidana.

Menurut ketentuan UU RI No. 14 Tahun 2005 dijelaskan sanksi terhadap guru dan dosen
yang tidak menjalankan tugas dan kewajibannya pada pasal 77 dan 78 secara bertahap
berupa: teguran, peringatan tertulis, penundaan pemberian hak gurudan dosen, penurunan
pangkat, pemberhentian dengan hormat, atau pemberhentian tidak dengan hormat.

Sanksi yang terberat bagi guru dan dosen adalah sanksi yang diberikan oleh masyarakat.
Jabatan atau profesi guru dan dosen sangat mulia di mata masyarakat sebagai pendidik dan
pengajar. Kedudukan tersebut dapat berubah menjadi hina ketika guru dan dosen melakukan
tindakan yang melanggar aturan agama atau etika yang berlaku dalam masyarakat.

Sebagai contoh dalam hal ini. Jika seseorang anggota profesi bersaing secara tidak jujur atau
curang dengan sesama anggota profesinya, dan jika dianggpakecurangan itu serius ia dapat
dituntut di muka pengadilan. Pada umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan
merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran
kode etik akan mendapat celaan dari rekan-rekannya, sedangkan sanksi yang dianggap
terberat adalah si pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi tertentu, menandakan bahwa
organisasi profesi itu telah mantap.
PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI GURU



         KODE ETIK                 KASUS PELANGGARAN                              SOLUSI
1. Guru berbakti membimbing     Guru memposisikan diri sebagai       Guru bersifat humanis-demokratik
    peserta didik untuk          penguasa yang memberikan             menekankan konformitas
    membentuk manusia            sanksi, mengancam dan                internalisasi bagi peserta
    Indonesia seutuhnya yang     menghukum peserta apabila            didiknya.
    berjiwa Pancasila            melanggar aturan atau tidak         Pendidikan mendorong
                                 mengikuti kehendak guru.             berkembangnya kemampuan yang
                                Guru memberikan imbalan /             ada pada diri peserta didik. Situasi
                                 hadiah semata-mata untuk             pendidikan mendorong dan
                                 membina kepatuhan peserta didik      menyerahkan kesempatan
                                Guru menciptakan situasi              pengembangan kedirian peserta
                                 pendidikan otoriter yang             didik kepada peserta didik sendiri.
                                 membentuk manusia dengan             Pengembangan kebebasan disertai
                                 pribadi pasrah, patuh, penurut,      dengan pertimbangan rasional,
                                 dan takluk kepada penguasa           perasaan, nilai dan sikap,
                                 (guru). Mengasingkan orang-          ketrampilan dan pengalaman diri
                                 orang yang kreatif, berpendirian     peserta didik
                                 dan mandiri
2. Guru berusaha memperoleh     Guru tidak memahami sifat-sifat      Guru dapat menghadapi anak
    informasi tentang peserta    yang khas (karakteristik) peserta    didiknya secara tepat sesuai
    didik sebagi bahan           didiknya                             dengan sifat-sifat khas yang
    melakukan bimbingan dan     Guru memperlakukan peserta            ditampilkan anak didiknya itu.
    pembinaan                    didiknya secara tidak tepat         Guru dapat menghadapi anak
                                 sehingga membentuk prilaku           dengan benar dalam membentuk
                                 yang menyimpang                      tingkah laku yang benar.
                                Guru memahami peserta didiknya       Guru dapat terhindar dari
                                 tidak sesuai dengan proses           pemahaman yang salah tentang
                                 perkembangan anak, sehingga          anak, khususnya mengenai
                                 dalam melakukan bimbingan dan        keragaman proses perkembangan
                                 pembinaan sering menimbulkan         anak yang mempengaruhi
                                 kecelakaan pendidikan.               keragaman kemampuannya
                                Keengganan guru untuk                 dalam belajar.
                                 melakukan bimbingan dan
                                 pembinaan
3. Guru menciptakan suasana     Guru tidak mampu                     Guru seharusnya memahami
    sekolah sebaik-baiknya       mengembangkan strategi,               perkembangan tingkah laku
    yang menunjang               metode, media yang tepat dalam        peserta didiknya. Apabila guru
    berhasilnya PBM              pembelajaran disebabkan tidak         memahami tingkahlaku peserta
                                 memahami tingkahlaku peserta          didik dan perkembangan tingkah
                                 didiknya.                             laku itu, maka strategi, metode,
                                Guru mematikan kedirian dan            media pembelajaran dapat
                                 kemandirian peserta didik             dipergunakan secara lebih
                                Guru tidak menumbuhkan rasa            efektif.
                                 kepercayaan dan penghargaan         Tugas yang penting bagi guru
atas diri peserta didiknya,          dalam melakukan pendekatan
                                sehingga mematikan kreativitas       kepada peserta didik adalah
                                si anak.                             menjadikan peserta didik mampu
                               Guru memperlakukan peserta            mengembangkan keyakinan dan
                                didik tidak sesuai dengan konsep     penghargaan terhadap dirinya
                                HMM. Situasi pendidikan yang         sendiri, serta membangkitkan
                                tercipta adalah otoriter dan         kecintaan terhadap belajar secara
                                konformitas “membabi buta”           berangsur-angsur dalam diri
                                                                     peserta didik.
                                                                   Sesuai dengan pendapat Prayitno,
                                                                     bahwa pembelajaran harus sesuai
                                                                     konsep HMM (Harkat dan
                                                                     Martabat Manusia). Antara guru
                                                                     dan peserta didik terjalin
                                                                     hubungan yang menimbulkan
                                                                     situasi pendidikan yang dilandasi
                                                                     dua pilar kewibawaan dan
                                                                     kewiyataan. Pengaruh guru
                                                                     terhadap peserta didik didasarkan
                                                                     pada konformitas internalisasi.
4. Guru memiliki dan           Guru tidak menunjukkan              Kejujuran adalah salah satu
    melaksanakan kejujuran      kejujuran sehingga tidak pantas      keteladanan yang harus dijaga
    professional                untuk ditiru, misalnya: suka         guru selain prilaku lain seperti
                                ingkar janji, pilih kasih,           mematuhi peraturan dan moral,
                                memanipulasi nilai, mencuri          berdisiplin, bersusila dan
                                waktu mengajar, dan lain             beragama.
                                sebagainya.                        Guru harus menjaga keteladanan
                               Guru mengajar tidak sesuai            agar dapat diterima dan bahkan
                                dengan bidang keilmuannya            ditiru oleh peserta didik.
                                sehingga sering melakukan
                                kesalahan secara keilmuan.
5. Menjaga hubungan baik       Guru tidak pernah                   Guru harus bekerjasama dengan
    dengan orangtua, murid      mengkomunikasikan                   orangtua dan juga lingkungan
    dan masyarakat sekitar      perkembangan anak kepada            masyarakat dalam pendidikan.
    untuk membina peran         orangtuanya, sehingga orangtua      Tanggung jawab pembinaan
    serta dan tanggung jawab    tidak mengetahui kemajuan           terhadap peserta didik ada pada
    bersama terhadap            belajarnya.                         sekolah, keluarga, dan
    pendidikan                 Guru tidak pernah mengajak           masyarakat.
                                orangtua untuk membicarakan        Hal yang menyangkut kepentingan
                                bersama yang menyangkut             si anak seyogyanya guru
                                kepentingan anak dan sekolah,       (sekolah) mengajak orangtua dan
                                melainkan memutuskan secara         bahkan lingkungan masyarakat
                                sepihak, misalnya: pembelian        untuk bermusyawarah.
                                buku anak, seragam sekolah,
                                kegiatan anak di luar kurikuler,
                                dan sebagainya
6. Seorang guru harus saling   Hubungan antar guru tidak           Etos kerja harus dijaga dengan
    menghormati dan             harmonis (misalnya: saling          menciptakan lingkungan kerja
    menghargai sesama rekan     menjelekkan dan saling              yang sehat, dinamis, serta
seprofesi                   menjatuhkan bahkan berkelahi)        menjaga hubungan baik dengan
                                                                    saling menghormati dan
                                                                    menghargai dan mau
                                                                    bekerjasama/ saling menolong
                                                                    antar sesame guru.
7. Guru secara pribadi dan    Mutu guru merosot karena guru        Seharusnya guru tetap berusaha
    bersama-sama               tidak mau mengembangkan diri         memacu diri untuk selalu
    mengembangkan dan          berupa peningkatan bidang            mengembangkan dan
    meningkatkan mutu dan      keilmuan dan kompetensi profesi      meningkatkan mutu pendidikan
    martabat profesinya        guru misalnya melalui: studi         dengan usaha pengembangan diri
                               lanjutan, pelatihan, penataran,      yang optimal melalui pelatihan,
                               dan lain-lain                        penataran, atau seminar. Jika
                              Martabat guru jatuh, misalnya:        mutu guru baik, maka martabat
                               bekerja tidak disiplin, melakukan    profesi guru juga akan meningkat.
                               perbuatan tak senonoh,              Guru juga seharusnya merubah
                               menggelapkan uang sekolah,           paradigma lama dengan
                               membocorkan soal,                    paradigma baru yang sesuai
                               memanipulasi data nilai, dan         dengan tuntutan kurikulum serta
                               sebagainya.                          senantiasa terus melakukan upaya
                                                                    perbaikan dalam meningkatkan
                                                                    mutu pendidikan
                                                                   Guru tidak melakukan perbuatan
                                                                    yang bertentangan peraturan
                                                                    Negara dan norma yang berlaku
                                                                    yang dapat menjatuhkan harkat
                                                                    dan martabat guru.
8. Guru memelihara hubungan   Merendahkan guru lain                Perlu ada hubungan yang harmonis
    seprofesi, semangat       Tidak memberikan kepercayaan          antar sesama profesi guru. Tidak
    kekeluargaan dan           kepada guru lain                     saling merendahkan guru lain.
    kesetiakawanan sosial     Tidak menghargai hasil karya guru     Justru sebaliknya harus saling
                               lain                                 menjaga martabat profesi guru.
                              Tidak mau menolong kesulitan          Segala persoalan diselesaikan
                               guru lain                            dengan musyawarah dan
                                                                    semangat kekeluargaan. Terhadap
                                                                    sesama guru harus mau saling
                                                                    bekerjasama dan memiliki
                                                                    kesetiakawanan social (saling
                                                                    menolong).
9. Guru bersama-sama          Bersikap masa bodoh dengan           Sebagai anggota PGRI, guru
    memelihara dan             organisasi PGRI                      seharusnya aktif terlibat dalam
    meningkatkan mutu         Melanggar kode etik profesi guru      kegiatan organisasi. Berusaha
    organisasi PGRI sebagai    sehingga merendahkan organisasi      meningkatkan perjuangan dan
    sarana perjuangan dan      PGRI                                 pengabdiannya terhadap dunia
    pengabdiannya             Tidak mau membantu sesama             pendidikan bersama-sama dengan
                               anggota PGRI                         komponen bangsa lainnya.
                                                                   Menjaga martabat PGRI sebagai
                                                                    organisasi guru.
10. Guru bersama-sama          Guru baik sendiri atau bersama-   Seharusnya guru membuat
    melaksanakan segala         sama tidak mengikuti kebijakan    perangkat pembelajaran (program
    kebijakan pemerintah        pemerintah dalam pendidikan,      tahunan, program semester,
    dalam bidang pendidikan.    misalnya: tidak membuat           silabus, RPP, dan sistem
                                perangkat pembelajaran sesuai     penilaian) sesuai kurikulum yang
                                dengan kurikulum yang berlaku,    berlaku. Perangkat disiapkan
                                tidak berupaya mengubah           terencana dan terjadwal.
                                paradigma lama dengan yang       Guru/sekolah dilarang membuat
                                baru dalam pembelajaran sesuai    kebijakan yang bertentangan
                                tuntutan kurikulum.               dengan pemerintah di bidang
                               Guru/ sekolah membuat kebijakan    pendidikan.
                                yang bertentangan dengan
                                kebijakan pemerintah di bidang
                                pendidikan. Misalnya: Guru
                                menggunakan buku yang tidak
                                disahkan BSNP, guru/sekolah
                                menjual buku ke siswa padahal
                                sudah dilarang.
G. Organisasi Profesional Keguruan
Seperti yang telah disebutkan salah satu kriteria jabatan profesional, jabatan profesi harus
mempunyai wadah untuk meyatukan gerak langkah dan mengendalikan keseluruhan profesi. .
Didalam perkembangannya organisasi guru teah banyak mengalami diferensinya dan di
versifikasi. Sebagaiaman telah dinyatakan dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat (6)
bahwa “ Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang
sesuai dengan kekhususnya seta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”. Akan
tetapi yang perlu di ingat bahwasannya setiap organisasi kependidikan guru/kependidikan
dapatnya memberi manfaat bagi anggotanya, baik melindungi anggotanya dan melindungi
masyarakat.


   H. FUNGSI ORGANISASI PROFESI KEPENDIDIKAN
Organisasi kependidikan selain sebagai cirri suatu profesi kependidikan, sekaligus juga
memiliki fungsi sebagai pemersatu seluruh anggota dalam kiprahnya menjalankan tugasnya,
dan memiliki fungsi peningkatan kemampuan professional, kedua fungsi tersebut dapat
dipaparkan sebagai berikut :
1. Fungsi pemersatu
Kdorongan yag menggerakkan pada professional untuk membentuk suatu organisasi
keprofessian. Secara intrinstik, para professional terdorong oleh keinginanya mendapatkan
kehidupan yang layak, sesuai dengan profesi yang diembannya. Kedua motif tersebut
sekaligus merupakan tantangan bagi pengembangan suatu profesi yang secara teoritas sangat
sulit dihadapi dan diselesaikan.
2. Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional
Fungsi ini telah tertuang dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi ; “ Tenaga
kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk peningkatkan dan
mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan professional, martabat, dan kesejahteraan
tenaga kependidikan.
Menurut Johnson (Abin Syamsuddin, 1999 :72), kompetensi kependidikan dibangun oleh
enam perangkat kompetensi berikut ini :
a. Performance component, yaitu unsur kemampuan penampilankinerja yang sesuai dengan
profesi kependidikan
b. Subject component, yaitu unsur kemampuan penguasaan bahan/substansi pengetahuan
yang relevan.
c. Profesional component, yaitu unsur kemampuan penguasaan subtansi pengetahuan dan
ketarampilan teknis profesi kependidikan.
d. Process component, yaitu unsur kemampuan penguasaan proses-proses mental mencakup
berpikir logis dalam pemecahan masalah.
e. Adjustment component, yaitu unsur kemampuan penyerasian dan penyesuaian diri
berdasarkan karakteristik pribadi pendidik.
f. Attitudes component, yaitu unsur komponen sikap, nilai, kepribadian pendidik/guru.
I. TUJUAN ORGANISASI PROFESI KEPENDIDIKAN

Menurut visinya secara umum ialah terwujudnya tenaga kependidikan yang professional
1. Meningkatkan dan mengembangkan karier anggota, hal itu merupakan upaya organisasi
dalam bidang mengembangkan karir anggota sesuai bidang pekerjannya.
2. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan anggota, merupakan upaya terwujudnya
kompetensi kependidikan yang handal pada diri tenaga kependidikan
3. Meningkatkan dan mengembangkan kewenangan profeional anggota merupakan upaya
para professional untuk menempatkan anggota suatu profesi sesuai kemampuan.
4. Meningkatkan dan mengembangkan martabat anggota, merupakan upaya organisasi
profesi kependidikan agar anggotanya terhindar dari perlakuan tidak manusiawi.
5. Meningkatkan dan mengembangkan kesejahteraan merupakan upaya organisasi profesi
kependidikan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir batin anggotanya.

   J. RAGAM BENTUK PARTISIPASI GURU

Bentuk partisipasi anggota profesi tidak sebatas terdaftar menjadi anggota dengan
memberikan sejumlah iuran rutin, namun lebih dalam bentuk nyata yang bersifat
professional. Beberapa bentuk partisipasi dalam organisasi profesi guru bias berupa :
1. Aktif mengomunikasikan berbagai pikiran dan pengalaman yang mengarah kepada
pembaharuan dan perbaikan mutu pendidikan.
2. secara aktif melakukan evaluasi diri, baik secara perorangan mapun kelompok dalam hal
praktek professional dengan mengacu kepada standart profesi yang telah ditetapkan oleh
organisasi
3. Bentuk partisipasi mewujudkan perilaku dan sikap professional dalam kehidupan dan
lingkungan kerja guru

   K. MACAM-MACAM ORGANISASI PROFESI KEPENDIDIKAN DI
      INDONESIA

Secara kuantitas, tidak berlebihan jika banyak kalangan pendidik menyatakan ahwa
organisasi profesi kependidikan di indonesia berkembang pesat bagaikan tumbuhan di musim
penghujan. Sampai sampai ada sebagian pengemban profesi pendidikan yang tidak tahu
menahu tentang organisasi kependidikan itu. Yang lebih dikenal kalangan umum adalah
PGRI.

Disamping PGRI yang satu-satunya organisasi yang diakui oleh pemerinta juga terdapat
organisasi lain yang disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang didirikan atas
anjuran Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Sayangnya, organisasi ini tidak ada kaitan
yang formal dengan PGRI. Selain itu ada juga organisasi profesional guru yang lain yaitu
ikatan serjana pendidikan indonesia (ISPI), yang sekarang suda mempunyai nanyak devisi
yaitu Ikatan Petugas Bimbingan Belajar (IPBI), Himpunan Serjana Administrasi Pendidikan
Indonesia (HSPBI), dan lain-lain, hubungannya secara formal dengan PGRI juga belum
tampak secara nyata, sehingga belum didapatkan kerjasama yang saling menunjang dalam
meningkatkan mutu anggotanya.[14]

K.1 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)

PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda
(PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI)
tahun 1932.

Pada saat didirikannya, organisasi ini disamping memiliki misi profesi juga ada tiga misi
lainnya, yaitu misi politis-deologis, misi peraturan organisaoris, dan misi kesejahteraan.[15]

Misi profesi PGRI adalah upaya untuk meningkatkan mutu guru sebagai penegak dan
pelaksana pendidikan nasional. Guru merupakan pioner pendidikan sehinnga dituntut oleh
UUSPN tahun 1989: pasal 31; ayat 4, dan PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 agar memasuki
organisasi profesi kependidikan serta selalu meningkatkan dan mengembagkan kemampuan
profesinya.

Misi politis-teologis tidak lain dari upaya penanaman jiwa nasionalise, yaitu komitmen
terhadap pernyataan bahwa kita bangsa yang satu yaitu bangsa indonesia, juga penanaman
nilai-nilai luhur falsafah hidup berbangsa dan benegara, yaiitu panca sila. Itu sesungguhnya
misi politis-ideologis PGRI, yang dalam perjalanannya dikhawatirkan terjebak dalam area
polotik praktis sehingga tidak dipungkiri bahwa PGRI harus pernah menelan pil pahit,
terperangkap oleh kepanjangan tangan orde baru.

Misi peraturan organisasi PGRI merupakan upaya pengejawantahan peaturan keorgaisasian ,
terutama dalam menyamakan persepsi terhadap visi, misi, dan kode etik keelasan sruktur
organisasi sangatlah diperlukan.

Dipandang dari segi derajat keeratan dan keterkaitan antaranggotanya, PGRI berbentuk
persatuan (union). Sedangkan struktur dan kedudukannya bertaraf nasional, kewilayahan,
serta kedaerahan. Keanggotaan organisasi profesi ini bersifat langsung dari setiap pribadi
pengemban profesi kependidikan. Kalau demikian, sesunguhnya PGRI merupakan organisasi
profesi yang memiliki kekuatan dan mengakar diseluruh penjuru indonesia. Arrtinya, PGRI
memiliki potensi besar untuk meningkatkan hakikat dan martabat guru, masyarakat, lebih
jauh lagi bangsa dan negara.

K.2 Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI)

Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) lahir pada pertengahan tahun 1960-an. Pada
awalnya organisasi profesi kependidikan ini bersifat regional karena berbagai hal
menyangkut komunikasi antaranggotanya.[16] Keadaan seperti ini berlangsung cukup lama
sampai kongresnya yang pertama di Jakarta 17-19 Mei 1984.
Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan tujuan ISPI, yaitu: (a) Menghimpun para
sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di seluruh Indonesia; (b) meningkatkan sikap
dan kemampuan profesional para angotanya; (c) membina serta mengembangkan ilmu, seni
dan teknologi pendidikan dalam rangka membantu pemerintah mensukseskan pembangunan
bangsa dan negara; (d) mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dan dalam
bidang ilmu, seni, dan teknologi pndidikan; (e) meindungi dan memperjuangkan kepentingan
profesional para anggota; (f) meningkatkan komunikasi antaranggota dari berbagai
spesialisasi pendidikan; dan (g) menyelenggarakan komunikasi antarorganisasi yang relevan.

Pada perjalanannya ISPI tergabung dalam Forum Organisasi Profesi Ilmiah (FOPI) yang
terlealisasikan dalam bentuk himpunan-himpunan. Yang tlah ada himpunannya adalah
Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia (HISPIPSI), Himpunan Sarjana
Pendidikan Ilmu Alam, dan lain sebagainya.

K.3 Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)

Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) didirikan di Malang pada tanggal 17 Desember
1975. Organisasi profesi kependidikan yang bersifat keilmuan dan profesioal ini berhasrat
memberikan sumbangan dan ikut serta secara lebih nyata dan positif dalam menunaikan
kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai guru pembimbing. Organisasi ini merupakan
himpunan para petugas bimbingan se Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta
memajukan bimbingan sebagai ilmu dan profesi dalam rangka peningkatan mutu layanannya.

Secara rinci tujuan didirikannya Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) adalah sebagai
berikut ini.

   1. Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam wadah organisasi.
   2. Mengidentifikasi dan mengiventarisasi tenaga ahli, keahlian dan keterampilan, teknik,
      alat dan fasilitas yang telah dikembangkan di Indonesia di bidang bimbingan, dengan
      demikian dimungkinkan pemanfaatan tenaga ahli dan keahlian tersebut dengan
      sebaik-baiknya.
   3. Meingatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi peningkatan profesi dan
      tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu bimbingan sebagai disiplin, maupun program
      layanan bimbingan (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).

Untuk menopang pencapaian tujuan tersebut dicanangkan empat kegiatan, yaitu:

   1. Pengembangan ilmu dalam bimbingan dan konseling;
   2. Peningkatan layanan bimbingan dan konseling;
   3. Pembinaan hubungan dengan organisasi profesi dan lembaga-lembaga lin, baik dalam
      maupun luar negeri; dan
   4. Pembinaan sarana (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975).

Kegiatan pertama dijabarkan kembali dalam anggaran rumah tangga (ART IPBI, 1975)
sebagai berikut ini.
1. Penerbitan, mencakup: buletin Ikatan Petugas Bmbingan Indoesia dan brosur atau
      penerbitan lain.
   2. Pengembangan alat-alat bimbingan dan penyebarannya.
   3. Pengembangan teknik-teknik bimbingan dan penyebarannya.
   4. Penelitian di bidang bimbingan.
   5. Penataran, seminar, lokakarya, simposium, dan kegiatan-kegiatan lain yang sejenis.
   6. Kegiatan-kegiatan lain untuk memajukan dan mengembangkan bimbingan.



   L. Kesimpulan
Etika profesional seorang guru sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan nasional. Seorang guru baru dapat disebut profesional jika telah menaati Kode
Etik Keguruan yang telah ditetapkan.
M.Daftar Pustaka

  Soetjipta dan Kosasi Raflis. 2007. Profesi Keguruan . Jakarta: Rineka Cipta
  Organisasi Profesi Guru http://id.shvoong.com/books/dictionary/1968825-organisasi-
  profesi-guru/#ixzz1Io7jMlur
  http://beautifulindonesiaandpeace.blogspot.com/2009/01/makalah-profesi-
  keguruan.html
  http://qade.wordpress.com/2009/02/11/profesi-keguruan/
  http://trieelangsutajaya2008.wordpress.com/2009/02/16/kode-etik-guru-2008/
  http://pai-smpn21padang.blogspot.com/

More Related Content

What's hot

Makalah profesi kependidikan
Makalah profesi kependidikanMakalah profesi kependidikan
Makalah profesi kependidikanSeprina Andriani
 
KODE ETIK PROFESI GURU
KODE ETIK PROFESI GURUKODE ETIK PROFESI GURU
KODE ETIK PROFESI GURUsukrino
 
Materi Etika Profesi ( SMK KELAS X)
Materi Etika Profesi ( SMK KELAS X)Materi Etika Profesi ( SMK KELAS X)
Materi Etika Profesi ( SMK KELAS X)Amelia Febiani
 
Kode etik profesi guru
Kode etik profesi guruKode etik profesi guru
Kode etik profesi guruSuraya Atika
 
Makna Kode Etik Profesi Guru
Makna Kode Etik Profesi GuruMakna Kode Etik Profesi Guru
Makna Kode Etik Profesi GuruAbdau Qur'ani
 
Makna Kode Etik Profesi Guru
Makna Kode Etik Profesi GuruMakna Kode Etik Profesi Guru
Makna Kode Etik Profesi GuruAbdau Qur'ani
 
Pengembangan (guru pendidikan_jasmani)_sebagai_suatu_profesi_keolahragaan_di_...
Pengembangan (guru pendidikan_jasmani)_sebagai_suatu_profesi_keolahragaan_di_...Pengembangan (guru pendidikan_jasmani)_sebagai_suatu_profesi_keolahragaan_di_...
Pengembangan (guru pendidikan_jasmani)_sebagai_suatu_profesi_keolahragaan_di_...Imanuel Aliansyah
 
Profesi Kependidikan
Profesi KependidikanProfesi Kependidikan
Profesi Kependidikannoussevarenna
 
Kode etik profesi dan kode etik guru indonesia
Kode etik profesi dan kode etik guru indonesiaKode etik profesi dan kode etik guru indonesia
Kode etik profesi dan kode etik guru indonesiaYokhebed Fransisca
 
Esensi dan Ranah Profesi Kependidikan
Esensi dan Ranah Profesi KependidikanEsensi dan Ranah Profesi Kependidikan
Esensi dan Ranah Profesi KependidikanAdy Setiawan
 
KODE ETIK GURU INDONESIA
KODE ETIK GURU INDONESIAKODE ETIK GURU INDONESIA
KODE ETIK GURU INDONESIAGuru Online
 
Organisasi Guru
Organisasi GuruOrganisasi Guru
Organisasi Gurusriutari21
 

What's hot (18)

Makalah profesi kependidikan
Makalah profesi kependidikanMakalah profesi kependidikan
Makalah profesi kependidikan
 
KODE ETIK PROFESI GURU
KODE ETIK PROFESI GURUKODE ETIK PROFESI GURU
KODE ETIK PROFESI GURU
 
Kode Etik Guru
Kode Etik Guru Kode Etik Guru
Kode Etik Guru
 
Materi Etika Profesi ( SMK KELAS X)
Materi Etika Profesi ( SMK KELAS X)Materi Etika Profesi ( SMK KELAS X)
Materi Etika Profesi ( SMK KELAS X)
 
Kode etik profesi guru
Kode etik profesi guruKode etik profesi guru
Kode etik profesi guru
 
Tugas tik ayu lestari
Tugas tik ayu lestariTugas tik ayu lestari
Tugas tik ayu lestari
 
Makna Kode Etik Profesi Guru
Makna Kode Etik Profesi GuruMakna Kode Etik Profesi Guru
Makna Kode Etik Profesi Guru
 
Makna Kode Etik Profesi Guru
Makna Kode Etik Profesi GuruMakna Kode Etik Profesi Guru
Makna Kode Etik Profesi Guru
 
Etika Profesi Guru
Etika Profesi GuruEtika Profesi Guru
Etika Profesi Guru
 
Modul 4 kb 3
Modul 4 kb 3Modul 4 kb 3
Modul 4 kb 3
 
Kode etik guru
Kode etik guruKode etik guru
Kode etik guru
 
Pengembangan (guru pendidikan_jasmani)_sebagai_suatu_profesi_keolahragaan_di_...
Pengembangan (guru pendidikan_jasmani)_sebagai_suatu_profesi_keolahragaan_di_...Pengembangan (guru pendidikan_jasmani)_sebagai_suatu_profesi_keolahragaan_di_...
Pengembangan (guru pendidikan_jasmani)_sebagai_suatu_profesi_keolahragaan_di_...
 
Makalah profesi keguruan
Makalah profesi keguruanMakalah profesi keguruan
Makalah profesi keguruan
 
Profesi Kependidikan
Profesi KependidikanProfesi Kependidikan
Profesi Kependidikan
 
Kode etik profesi dan kode etik guru indonesia
Kode etik profesi dan kode etik guru indonesiaKode etik profesi dan kode etik guru indonesia
Kode etik profesi dan kode etik guru indonesia
 
Esensi dan Ranah Profesi Kependidikan
Esensi dan Ranah Profesi KependidikanEsensi dan Ranah Profesi Kependidikan
Esensi dan Ranah Profesi Kependidikan
 
KODE ETIK GURU INDONESIA
KODE ETIK GURU INDONESIAKODE ETIK GURU INDONESIA
KODE ETIK GURU INDONESIA
 
Organisasi Guru
Organisasi GuruOrganisasi Guru
Organisasi Guru
 

Viewers also liked

Cr2 presentation fator real estate day - 01-jun-11
Cr2 presentation   fator real estate day - 01-jun-11Cr2 presentation   fator real estate day - 01-jun-11
Cr2 presentation fator real estate day - 01-jun-11SiteriCR2
 
Madariaga dorretxea
Madariaga dorretxeaMadariaga dorretxea
Madariaga dorretxeaLaura Mendia
 
Analisis pelaksanaan kode etik guru indonesia
Analisis pelaksanaan kode etik guru indonesiaAnalisis pelaksanaan kode etik guru indonesia
Analisis pelaksanaan kode etik guru indonesiacandrajelek
 
Sat indian roadshow trip report jl02
Sat indian roadshow trip report jl02Sat indian roadshow trip report jl02
Sat indian roadshow trip report jl02Judy During
 
Study: The Future of VR, AR and Self-Driving Cars
Study: The Future of VR, AR and Self-Driving CarsStudy: The Future of VR, AR and Self-Driving Cars
Study: The Future of VR, AR and Self-Driving CarsLinkedIn
 

Viewers also liked (8)

Cr2 presentation fator real estate day - 01-jun-11
Cr2 presentation   fator real estate day - 01-jun-11Cr2 presentation   fator real estate day - 01-jun-11
Cr2 presentation fator real estate day - 01-jun-11
 
Madariaga dorretxea
Madariaga dorretxeaMadariaga dorretxea
Madariaga dorretxea
 
The education connection in a growing louisiana
The education connection in a growing louisianaThe education connection in a growing louisiana
The education connection in a growing louisiana
 
Analisis pelaksanaan kode etik guru indonesia
Analisis pelaksanaan kode etik guru indonesiaAnalisis pelaksanaan kode etik guru indonesia
Analisis pelaksanaan kode etik guru indonesia
 
Sat indian roadshow trip report jl02
Sat indian roadshow trip report jl02Sat indian roadshow trip report jl02
Sat indian roadshow trip report jl02
 
Soldiers
SoldiersSoldiers
Soldiers
 
Succession “Losers”: What Happens to Executives Passed Over for the CEO Job?
Succession “Losers”: What Happens to Executives Passed Over for the CEO Job? Succession “Losers”: What Happens to Executives Passed Over for the CEO Job?
Succession “Losers”: What Happens to Executives Passed Over for the CEO Job?
 
Study: The Future of VR, AR and Self-Driving Cars
Study: The Future of VR, AR and Self-Driving CarsStudy: The Future of VR, AR and Self-Driving Cars
Study: The Future of VR, AR and Self-Driving Cars
 

Similar to KODE ETIK

KODE ETIK DAN PROFESI GURU KEL.6.pptx
KODE ETIK DAN PROFESI GURU KEL.6.pptxKODE ETIK DAN PROFESI GURU KEL.6.pptx
KODE ETIK DAN PROFESI GURU KEL.6.pptxYusronSyarif2
 
Kode etik dan profesi guru.pptx
Kode etik dan profesi guru.pptxKode etik dan profesi guru.pptx
Kode etik dan profesi guru.pptxYusronSyarif2
 
ppt kel 2 etika profesi.pptx
ppt kel 2 etika profesi.pptxppt kel 2 etika profesi.pptx
ppt kel 2 etika profesi.pptxDipahLestari
 
PEDAGIGIKKB-3.pdf
PEDAGIGIKKB-3.pdfPEDAGIGIKKB-3.pdf
PEDAGIGIKKB-3.pdfAEMMULYADI
 
Bab3 etikaperguruan-120914102822-phpapp02
Bab3 etikaperguruan-120914102822-phpapp02Bab3 etikaperguruan-120914102822-phpapp02
Bab3 etikaperguruan-120914102822-phpapp02May Lim
 
makalah kelompok
makalah kelompokmakalah kelompok
makalah kelompoklaila ilmi
 
artikel jurnal profesi kependidikan .pdf
artikel jurnal profesi kependidikan .pdfartikel jurnal profesi kependidikan .pdf
artikel jurnal profesi kependidikan .pdfFransiskusWidarto2
 
Tugas UTS, BE & GG, Bayu Adam, Hapzi Ali, Etika Bisnis di PT. Pertamina EP, ...
Tugas UTS, BE & GG,  Bayu Adam, Hapzi Ali, Etika Bisnis di PT. Pertamina EP, ...Tugas UTS, BE & GG,  Bayu Adam, Hapzi Ali, Etika Bisnis di PT. Pertamina EP, ...
Tugas UTS, BE & GG, Bayu Adam, Hapzi Ali, Etika Bisnis di PT. Pertamina EP, ...Bayu Adam
 
Pengertian profesi pendidikan
Pengertian profesi pendidikanPengertian profesi pendidikan
Pengertian profesi pendidikanronald valther
 
4. Etika Profesi dan Legalitas Tenaga Kesehatan.pptx
4. Etika Profesi dan Legalitas Tenaga Kesehatan.pptx4. Etika Profesi dan Legalitas Tenaga Kesehatan.pptx
4. Etika Profesi dan Legalitas Tenaga Kesehatan.pptxPerryBoyChandraSiaha1
 

Similar to KODE ETIK (20)

KODE ETIK DAN PROFESI GURU KEL.6.pptx
KODE ETIK DAN PROFESI GURU KEL.6.pptxKODE ETIK DAN PROFESI GURU KEL.6.pptx
KODE ETIK DAN PROFESI GURU KEL.6.pptx
 
Kode etik dan profesi guru.pptx
Kode etik dan profesi guru.pptxKode etik dan profesi guru.pptx
Kode etik dan profesi guru.pptx
 
ppt kel 2 etika profesi.pptx
ppt kel 2 etika profesi.pptxppt kel 2 etika profesi.pptx
ppt kel 2 etika profesi.pptx
 
Ibi dan etika profesi
Ibi dan etika profesiIbi dan etika profesi
Ibi dan etika profesi
 
Ibi dan etika profesi
Ibi dan etika profesiIbi dan etika profesi
Ibi dan etika profesi
 
PEDAGIGIKKB-3.pdf
PEDAGIGIKKB-3.pdfPEDAGIGIKKB-3.pdf
PEDAGIGIKKB-3.pdf
 
Tugas tik ayu lestari
Tugas tik ayu lestariTugas tik ayu lestari
Tugas tik ayu lestari
 
Organisasi dan kode_etik_profesi_widwi
Organisasi dan kode_etik_profesi_widwiOrganisasi dan kode_etik_profesi_widwi
Organisasi dan kode_etik_profesi_widwi
 
Bab3 etikaperguruan-120914102822-phpapp02
Bab3 etikaperguruan-120914102822-phpapp02Bab3 etikaperguruan-120914102822-phpapp02
Bab3 etikaperguruan-120914102822-phpapp02
 
Organisasi dan kode_etik_profesi_widwi
Organisasi dan kode_etik_profesi_widwiOrganisasi dan kode_etik_profesi_widwi
Organisasi dan kode_etik_profesi_widwi
 
Makalah profesi keguruan
Makalah profesi keguruanMakalah profesi keguruan
Makalah profesi keguruan
 
makalah kelompok
makalah kelompokmakalah kelompok
makalah kelompok
 
Etika profesi
Etika profesiEtika profesi
Etika profesi
 
artikel jurnal profesi kependidikan .pdf
artikel jurnal profesi kependidikan .pdfartikel jurnal profesi kependidikan .pdf
artikel jurnal profesi kependidikan .pdf
 
Kode etik keguruan
Kode etik keguruanKode etik keguruan
Kode etik keguruan
 
Organisasi dan Etika Profesi
Organisasi dan Etika ProfesiOrganisasi dan Etika Profesi
Organisasi dan Etika Profesi
 
Tugas UTS, BE & GG, Bayu Adam, Hapzi Ali, Etika Bisnis di PT. Pertamina EP, ...
Tugas UTS, BE & GG,  Bayu Adam, Hapzi Ali, Etika Bisnis di PT. Pertamina EP, ...Tugas UTS, BE & GG,  Bayu Adam, Hapzi Ali, Etika Bisnis di PT. Pertamina EP, ...
Tugas UTS, BE & GG, Bayu Adam, Hapzi Ali, Etika Bisnis di PT. Pertamina EP, ...
 
Pengertian profesi pendidikan
Pengertian profesi pendidikanPengertian profesi pendidikan
Pengertian profesi pendidikan
 
Etika Profesi_6 kode etik profesi guru dan organisasi asosiasi keprofesian
Etika Profesi_6 kode etik profesi guru dan organisasi asosiasi keprofesianEtika Profesi_6 kode etik profesi guru dan organisasi asosiasi keprofesian
Etika Profesi_6 kode etik profesi guru dan organisasi asosiasi keprofesian
 
4. Etika Profesi dan Legalitas Tenaga Kesehatan.pptx
4. Etika Profesi dan Legalitas Tenaga Kesehatan.pptx4. Etika Profesi dan Legalitas Tenaga Kesehatan.pptx
4. Etika Profesi dan Legalitas Tenaga Kesehatan.pptx
 

Recently uploaded

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 

Recently uploaded (20)

Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 

KODE ETIK

  • 1. MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN “KODE ETIK GURU INDONESIA DAN PERKEMBANGAN PERANAN KEPROFESI DI INDONESIA” Disusun Oleh: Asia Kurniasari Ana Maryam Rozalia Fatimah Septi Rezeki Mulyani Siregar Ismel Dwi Pratiwi Seprina andriani
  • 2. KODE ETIK GURU INDONESIA DAN PERKEMBANGAN PERANAN KEPROFESI DI INDONESIA A. Pendahuluan Menurut UUD 1945 pasal 1 berbunyi “tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran”. Berdasarkan pasal ini jelas bahwa semua warga negara tanpa terkecuali berhak mendapatkan pendidikan. Tujuan utamanya agar generasi muda penerus bangsa dapat memajukan negara Indonesia ini. Berkaitan dengan itu, visi Menteri Pendidikan Nasional, Bambang Sudibyo memandang bahwa pendidikan pendidikan sebagai proses pembentukan manusia seutuhnya. Untuk mewujudkan visi ini dibutuhkan dana memadai(aspek kuantitatif) dan tenaga pendidik yang profesional (aspek kualitatif). Ditinjau dari aspek kuantitatif, Mendiknas lebih lanjut mewacanakan guru akan makin dimanusiawikan dengan menaikkan gaji untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional. Dengan kesejahteraan yang terjamin, para guru akan bangga dengan profesinya, mampu membeli buku, dan mempunyai waktu luang untuk belajar. Pada prinsipnya, menaikkan anggaran pendidikan selalu disebut sebagai conditio sine qua non (syarat mutlak). Namun, pembangunan dalam pendidikan seharusnya tidak dipahami dari aspek kuantitatif saja, akan tetapi aspek kualitatif juga perlu diperhatikan. Dalam konteks ini guru adalah jantungnya. Tanpa guru yang profesional meskipun kebijakan pembaharuan secanggih apapun akan berakhir sia-sia. Berdasarkan uraian di atas, makalah ini akan membahas bagaimana etika guru profesional dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan sesuai denga visi yang telah ditetapkan. Uraian dalam makalah ini di mulai bagaimana etika guru profesional terhadap peraturan perundang-undangan, etika guru profesional terhadap peserta didik, etika guru profesional terhadap pekerjaan, dan diakhiri dengan menguraikan etika guru profesional terhadap tempat kerjanya.
  • 3. B. Pengertian kode etik dan profesi Etika berasal dari bahasa yunani yaitu kata “ethos” yang berarti suatu kehendak atau kebiasaan baik yang tetap. Yang pertama kali menggunakan kata-kata itu adalah seorang filosof Yunani yang bernama Aris Toteles ( 384 – 322 SM ). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Etika / moral adalah ajaran tentang baik dan buruk mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya.Menurut K. Bertenes, Etika adalah nilai-nilai atau norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan Profesional adalah merupakan yang ahli dibidangnya, yang telah memperoleh pendidikan atau pelatihan khusus untuk pekerjaannya tersebut. Profesional merupakan suatu profesi yang mengandalkan keterampilan atau keahlian khusus yang menuntut pengemban profesi tersebut untuk terus memperbaharui keterampilannya sesuai dengan perkembangan teknologi. Untuk menjadi seseorang yang profesional, seseorang yang melakukan pekerjaan dituntut untuk memiliki beberapa sikap sebagai berikut : 1. Komitmen Tinggi Seorang profesional harus mempunyai komitmen yang kuat pada pekerjaan yang sedang dilakukannya. 2. Tanggung Jawab Seorang profesional harus bertanggung jawab penuh terhadap pekerjaan yang dilakukannya sendiri. 3. Berpikir Sistematis Seorang yang profesional harus mampu berpikir sitematis tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya. 4. Penguasaan Materi Seorang profesional harus menguasai secara mendalam bahan / materi pekerjaan yang sedang dilakukannya. 5. Menjadi bagian masyarakat profesional Seyogyanya seorang profesional harus menjadi bagian dari masyarakat dalam lingkungan profesinya. Setiap profesi harus mempunyai kode etik profesi.Dengan demikian, jabatan dokter, notaris, arsitek, guru, dan lain-lain yang merupakan bidang pekerjaan profesi mempunyai kode etik. Sama halnya dengan kata profesi sendiri, penafsiran tentang kode etik juga belum memiliki pengertian yang sama. Sebagai contoh, dapat dicantumkan beberapa pengertian kode etik, antara lain sebagai berikut: Menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian jelas menyatakan bahwa “Pegawai Negeri/Sipil mempunyai Kode Etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan di dalam dan di luar kedinasan.” Dalam penjelasan Undang-
  • 4. undang tersebut dinyatakan bahwa dengan adanya Kode Etik ini, pegawai negeri sispil sebagai aparatur Negara, abdi negara, dan abdi masyarakat mempunyai pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan tugasnya dan dalam pergaulan hidup sehari- hari. Selanjutnya, dalam Kode Etik Pegawai Negeri Sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip pokok tentang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pegawai negeri.Dari urai ini dapat kita simpulkan, bahwa kode etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari-hari. Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII, Basuni sebagai Ketua Umum PGRI menyatakan bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari pendapat Ketua Umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulan bahawa dalam Kode Etik Guru Indonesia terdapat dua unsur pokok yakni: 1. Sebagai landasan moral, 2. Sebagai pedoman tingkah laku. Dari uraian tersebut kelihatan, bahwa kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, melainkan juga menyangkut tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat. C. Tujuan Kode Etik Pada dasarnya tujuan merumuskankode etik dalam suatu profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut: Untuk menjunjung tinggi martabat profesi Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau masyarakat, agar mereka jangan sampai memandang rendah atau remes terhadap profesi akan melarang. Oleh karenya, setiap kode etik suatu profesi akan melarang berbagai bentuk tindak-tanduk atauk kelakuan anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi terhadap dunia luar. Dari segin ini, kode etik juga sering kali disebut kode kehormatan. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
  • 5. Yang dimaksud kesejahteraan di sini meliputi baik kesejahteraan lahir (atau material) maupun kesejahteraan batin (spiritual atau mental).Dalam hal kesejahteraan lahir para anggota profesi, kode etik umumnya memuat larangan-larangan kepada para anggotanya untuk melakukan perbuatan- perbuatan yang merupakan kesejahteraan para anggotanya. Misalnya dengan menetapkan tarif-tarif minimum bagi honorium anggota profesi dalam melaksanakan tugasnya, sehingga siapa-siapa yang mengadakan tarif di bawah minimum akan dianggap tercela dan merugikan rekan-rekan seprofesi. Dalam hal kesejahteraan batin para anggota profesi, kode etik umumnya memberi petunjuk-petunjuk para anggotanya untuk melaksanakan profesinya. Kode etik juga sering mengandung peraturan-peraturan yang bertujuan membatasi tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi para anggota profesi dalam berinteraksi dengan sesama rekan anggota profesi. Untuk meningkatkan pengabadian para anggota profesi Tujuan lain kode etik dapat juga berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabian profesi, sehingga bagi anggota profesi daapat dengan mudah megnetahui tugas dan tanggung jawab pengabdian dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan para anggota profesi dalam menjalankan tugasnya. Untuk meningkatkan mutu profesi Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat norma-norma dan anjuran agar para anggota profesi selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka diwajibkan kepada setiap anggota untuk secara aktif berpartispasi dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang dirancang organisasi. Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan suatu profesi menyusun kode etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan memelihara kesejateraan para anggota, meningkatkan pengabdian anggota profesi, dan meningkatkan mutu profesi dan mutu organisasi profesi. D. Penetapan Kode Etik Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku dan mengikat para naggotanya.Penetapan kode etik lazim dilakukan pada suatu kongres organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan kode etik tidak boleh dilakukan oleh orang secara perorangan, melainkan harus dilakukan oleh orang-orang yang diutus untuk dan atas nama anggota-anggota yang bukan atau tidak menjadi anggota profesi tersebut. Kode etik suatu profesi hanya akan mempunyai pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi tersebut, jika semua orang yang menjalankan profesi tersebut tergabung (menjadi anggota) dalam organisasi profesi yang bersangkutan. Apabila setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara otomatis tergabung di dalam suatu organisasi atau ikatan profesional, maka barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan
  • 6. seccara murini dan baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan pelanggaran yang serius terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi. E. Kode Etik Guru Indonesia Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan bulat.Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menuunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarkat.Dengan demikian, maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan. Sebagaimana halnya dengan profesi lainnya, Kode Etik Guru Indonesia ditetapkandalam suatu konges yang dihadiri oleh seluruh utusan Cabang dan Pengurus Daerah PGRI dari seluruh tanah air, pertama dalam Kongres PGRI XVI tahun 1973, dan kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI XVI tahun 1989 juga di Jakarta. Adapun teks Kode Etik Guru Indonesia yang telah disempurnakan tersebut adalah sebagai berikut: KODE ETIK GURU INDONESIA Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhdapa Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara, serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdian Republik Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai berikut: 1. Guru berbakti membimbing peserta didik untukmembentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila. 2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional. 3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan. 4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yangmenunjang berhasilnya proses belajar-mengajar. 5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhdap pendidikan. 6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengambangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya. 7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosial. 8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian. 9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan. E.1 Etika Guru Profesional Terhadap Peraturan Perundang-Undangan
  • 7. Pada butir kesembilan Kode Etik Guru Indonesia disebutkan bahwa “Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan”. Dengan jelas bahwa dalam kode etik tersebut diatur bahwa guru di Indonesia harus taat akan peraturan perundang-undangan yang di buat oleh pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasonal. Guru merupakan aparatur negara dan abdi negara dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, guru mutlak harus mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan dan melaksanakannya sebagaimana aturan yang berlaku. Sebagai contoh pemerintah mengeluarkan kebijakan yaitu mengubah kurikulum dari kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 atau kurikulum berbasis kompetensi dan kemudian diubah lagi menjadi KTSP dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Dalam kurikulum tersebut, secara eksplisit bahwa hendaknya guru menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajarannya. Seorang guru yang profesional taat akan peraturan yang berlaku dengan cara menerapkan kebijakan pendidikan yang baru tersebut dan akan menerima tantangan baru tersebut, yang nantinya diharapkan akan dapat memacu produktivitas guru dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional. E.2 Etika Guru Profesional Terhadap Anak Didik Dalam Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Dalam membimbing anak didiknya Ki Hajar Dewantara mengemukakan tiga kalimat padat yang terkenal yaitu ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, dan tut wuri handayani. Dari ketiga kalimat tersebut, etika guru terhadap peserta didik tercermin. Kalimat- kalimat tersebut mempunyai makna yang sesuai dalam konteks ini. Pertama, guru hendaknya memberi contoh yang baik bagi anak didiknya. Ada pepatah Sunda yang akrab ditelinga kita yaitu “Guru digugu dan Ditiru” (diikuti dan diteladani). Pepatah ini harus diperhatikan oleh guru sebagai tenaga pendidik. Guru adalah contoh nyata bagi anak didiknya. Semua tingkah laku guru hendaknya jadi teladan. Menurut Nurzaman (2005:3), keteladanan seorang guru merupakan perwujudan realisasi kegiatan belajr mengajar, serta menanamkan sikap kepercayaan terhadap siswa. Seorang guru berpenampilan baik dan sopan akan sangat mempengaruhi sikap siswa. Sebaliknya, seorang guru yang bersikap premanisme akan berpengaruh buruk terhadap sikap dan moral siswa. Disamping itu, dalam memberikan contoh kepada peserta didik guru harus dapat mencontohkan bagaimana bersifat objektif, terbuka akan kritikan, dan menghargai pendapat orang lain. Kedua, guru harus dapat mempengaruhi dan mengendalikan anak didiknya. Dalam hal ini, prilaku dan pribadi guru akan menjadi instrumen ampuh untuk mengubah prilaku peserta didik. Sekarang, guru bukanlah sebagai orang yang harus ditakuti, tetapi hendaknya menjadi „teman‟ bagi peserta didik tanpa menghilangkan kewibawaan sebagai seorang guru. Dengan Hal itu guru dapat mempengaruhi dan mampu mengendalikan peserta didik. Ketiga, hendaknya guru menghargai potensi yang ada dalam keberagaman siswa. Bagi seorang guru, keberagaman siswa yang dihadapinya adalah sebuah wahana layanan profesional yang diembannya. Layanan profesional guru akan tampil dalam kemahiran memahami keberagaman potensi dan perkembangan peserta didik, kemahiran mengintervensi perkembangan peserta didik dan kemahiran mengakses perkembangan peserta didik
  • 8. (Kartadinata, 2004:4). Semua kemahiran tersebut perlu dipelajari dengan sungguh-sungguh dan sistematis, secara akademik, tidak bisa secara alamiah, dan semua harus terinternalisasi dan teraktualisasi dalam perilaku mendidik. Sementara itu, prinsip manusia seutuhnya dalam kode etik ini memandang manusia sebagai kesatuan yang bulat, utuh, baik jasmani maupun rohani. Peserta didik tidak hanya dituntut berlimu pengetahuan tinggi, tetapi harus bermoral tinggi juga. Guru dalam mendidik seharusnya tidak hanya mengutamakan pengetahuan atau perkembangan intelektual saja, tetapi juga harus memperhatikan perkembangan pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, sosial maupun yang lainnya yang sesuai dengan hakikat pendidikan. Ini dimaksudkan agar peserta didik pada akhirnya akan dapat menjadi manusia yang mampu menghadapi tantangan-tantangan di masa depan. Peserta didik tidak dapat dipandang sebagai objek semata yang harus patuh pada kehendak dan kemauan guru. E.3 Etika Guru Profesional terhadap pekerjaan Pekerjaan guru adalah pekerjaan yang mulia. Sebagai seorang yang profesional , guru harus melayani masyarakat dalam bidang pendidikan dengan profesional juga. Agar dapat memberikan layanan yang memuaskan masyarakat, guru harus dapat menyesuaikan kemampuan dan pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat. Keinginan dan permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh sebab itu, guru selalu dituntut untuk secara terus menerus meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan mutu layanannya. Keharusan meningkatkan dan mengembangkan mutu ini merupakan butir keenam dalam Kode Etik Guru Indonesia yang berbunyi “Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya”. Secara profesional, guru tidak boleh dilanda wabah completism, merasa diri sudah sempurna dengan ilmu yang dimilikinya, melainkan harus belajar terus menerus (Kartadinata, 2004:1). Bagi seorang guru, belajar terus menerus adalah hal yang mutlak. Hal ini karena yang dihadapi adalah peserta didik yang sedang berkembang dengan segala dinamikanya yang memerlukan pemahaman dan kearifan dalam bertindak dan menanganinya. Untuk meningkatkan mutu profesinya, menurut Soejipto dan kosasi ada ua cara yaitu cara formal dan cara informal. Secara formal artinya guru mengikuti pendidikan lanjutan dan mengikuti penataran, lokakarya, seminar, atau kegiatan ilmiah lainnya. Secara informal dapat dilakukan melalui televisi, radio, koran, dan sebagainya. E.4 Etika Guru Profesional Terhadap Tempat kerja Sudah diketahui bersama bahwa suasana yang baik ditempat kerja akan meningkatkan produktivitas. Ketidakoptimalan kinerja guru antara lain disebabkan oleh lingkungan kerja yang tidak menjamin pemenuhan tugas dan kewajiban guru secara optimal. Dalam UU No. 20/2003 pasal 1 bahwa pemerintah berkewajiban menyiapkan lingkungan dan fasilitas sekolah yang memadai secara merata dan bermutu diseluruh jenjang pendidikan. Jika
  • 9. ini terpenuhi, guru yang profesional harus mampu memanfaatkan fasilitas yang ada dalam rangka terwujudnya manusia seutuhnya sesuai dengan Visi Pendidikan Nasional. Disisi lain, jika kita dihadapkan dengan tempat kerja yang tidak mempunyai fasilitas yang memadai bahkan buku pelajaran saja sangat minim. Bagaimana sikap kita sebagai seorang guru? Ternyata, keprofesionalan guru sangat diuji disini. Tanpa fasilitas yang memadai guru dituntut untuk tetap profesional dalam membimbing anak didik. Kreatifitas guru harus dikembangkan dalam situasi seperti ini. Berkaitan dengan ini, pendekatan pembelajaran kontekstual dapat menjadi pemikiran para guru untuk lebih kreatif. Dalam pendekatan ini, diartikan strategi belajar yang membantu guru mengaitkan materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya drngan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, sikap profesional guru terhadap tempat kerja juga dengan cara menciptakan hubungan harmonis di lingkungan tempat kerja, baik di lingkungan sekolah, masyarakat maupun dengan orang tua peserta didik. F. SANKSI-SANKSI JABATAN GURU Sering ktia jumpai, bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan profesi, seingga hal-hal yang semula hanya merupakan kode etik dari suatu profesi tertentu dapat meningkat menjadi peraturan hukum atau undang-undang.Apabila hanya demikian, maka aturan yang mulanya sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku meningkat menjadi aturan yang memberikan sanksi-sanksi hukum yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun sanksi pidana. Menurut ketentuan UU RI No. 14 Tahun 2005 dijelaskan sanksi terhadap guru dan dosen yang tidak menjalankan tugas dan kewajibannya pada pasal 77 dan 78 secara bertahap berupa: teguran, peringatan tertulis, penundaan pemberian hak gurudan dosen, penurunan pangkat, pemberhentian dengan hormat, atau pemberhentian tidak dengan hormat. Sanksi yang terberat bagi guru dan dosen adalah sanksi yang diberikan oleh masyarakat. Jabatan atau profesi guru dan dosen sangat mulia di mata masyarakat sebagai pendidik dan pengajar. Kedudukan tersebut dapat berubah menjadi hina ketika guru dan dosen melakukan tindakan yang melanggar aturan agama atau etika yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai contoh dalam hal ini. Jika seseorang anggota profesi bersaing secara tidak jujur atau curang dengan sesama anggota profesinya, dan jika dianggpakecurangan itu serius ia dapat dituntut di muka pengadilan. Pada umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi terhadap pelanggaran kode etik akan mendapat celaan dari rekan-rekannya, sedangkan sanksi yang dianggap terberat adalah si pelanggar dikeluarkan dari organisasi profesi tertentu, menandakan bahwa organisasi profesi itu telah mantap.
  • 10. PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI GURU KODE ETIK KASUS PELANGGARAN SOLUSI 1. Guru berbakti membimbing Guru memposisikan diri sebagai Guru bersifat humanis-demokratik peserta didik untuk penguasa yang memberikan menekankan konformitas membentuk manusia sanksi, mengancam dan internalisasi bagi peserta Indonesia seutuhnya yang menghukum peserta apabila didiknya. berjiwa Pancasila melanggar aturan atau tidak Pendidikan mendorong mengikuti kehendak guru. berkembangnya kemampuan yang Guru memberikan imbalan / ada pada diri peserta didik. Situasi hadiah semata-mata untuk pendidikan mendorong dan membina kepatuhan peserta didik menyerahkan kesempatan Guru menciptakan situasi pengembangan kedirian peserta pendidikan otoriter yang didik kepada peserta didik sendiri. membentuk manusia dengan Pengembangan kebebasan disertai pribadi pasrah, patuh, penurut, dengan pertimbangan rasional, dan takluk kepada penguasa perasaan, nilai dan sikap, (guru). Mengasingkan orang- ketrampilan dan pengalaman diri orang yang kreatif, berpendirian peserta didik dan mandiri 2. Guru berusaha memperoleh Guru tidak memahami sifat-sifat Guru dapat menghadapi anak informasi tentang peserta yang khas (karakteristik) peserta didiknya secara tepat sesuai didik sebagi bahan didiknya dengan sifat-sifat khas yang melakukan bimbingan dan Guru memperlakukan peserta ditampilkan anak didiknya itu. pembinaan didiknya secara tidak tepat Guru dapat menghadapi anak sehingga membentuk prilaku dengan benar dalam membentuk yang menyimpang tingkah laku yang benar. Guru memahami peserta didiknya Guru dapat terhindar dari tidak sesuai dengan proses pemahaman yang salah tentang perkembangan anak, sehingga anak, khususnya mengenai dalam melakukan bimbingan dan keragaman proses perkembangan pembinaan sering menimbulkan anak yang mempengaruhi kecelakaan pendidikan. keragaman kemampuannya Keengganan guru untuk dalam belajar. melakukan bimbingan dan pembinaan 3. Guru menciptakan suasana Guru tidak mampu Guru seharusnya memahami sekolah sebaik-baiknya mengembangkan strategi, perkembangan tingkah laku yang menunjang metode, media yang tepat dalam peserta didiknya. Apabila guru berhasilnya PBM pembelajaran disebabkan tidak memahami tingkahlaku peserta memahami tingkahlaku peserta didik dan perkembangan tingkah didiknya. laku itu, maka strategi, metode, Guru mematikan kedirian dan media pembelajaran dapat kemandirian peserta didik dipergunakan secara lebih Guru tidak menumbuhkan rasa efektif. kepercayaan dan penghargaan Tugas yang penting bagi guru
  • 11. atas diri peserta didiknya, dalam melakukan pendekatan sehingga mematikan kreativitas kepada peserta didik adalah si anak. menjadikan peserta didik mampu Guru memperlakukan peserta mengembangkan keyakinan dan didik tidak sesuai dengan konsep penghargaan terhadap dirinya HMM. Situasi pendidikan yang sendiri, serta membangkitkan tercipta adalah otoriter dan kecintaan terhadap belajar secara konformitas “membabi buta” berangsur-angsur dalam diri peserta didik. Sesuai dengan pendapat Prayitno, bahwa pembelajaran harus sesuai konsep HMM (Harkat dan Martabat Manusia). Antara guru dan peserta didik terjalin hubungan yang menimbulkan situasi pendidikan yang dilandasi dua pilar kewibawaan dan kewiyataan. Pengaruh guru terhadap peserta didik didasarkan pada konformitas internalisasi. 4. Guru memiliki dan Guru tidak menunjukkan Kejujuran adalah salah satu melaksanakan kejujuran kejujuran sehingga tidak pantas keteladanan yang harus dijaga professional untuk ditiru, misalnya: suka guru selain prilaku lain seperti ingkar janji, pilih kasih, mematuhi peraturan dan moral, memanipulasi nilai, mencuri berdisiplin, bersusila dan waktu mengajar, dan lain beragama. sebagainya. Guru harus menjaga keteladanan Guru mengajar tidak sesuai agar dapat diterima dan bahkan dengan bidang keilmuannya ditiru oleh peserta didik. sehingga sering melakukan kesalahan secara keilmuan. 5. Menjaga hubungan baik Guru tidak pernah Guru harus bekerjasama dengan dengan orangtua, murid mengkomunikasikan orangtua dan juga lingkungan dan masyarakat sekitar perkembangan anak kepada masyarakat dalam pendidikan. untuk membina peran orangtuanya, sehingga orangtua Tanggung jawab pembinaan serta dan tanggung jawab tidak mengetahui kemajuan terhadap peserta didik ada pada bersama terhadap belajarnya. sekolah, keluarga, dan pendidikan Guru tidak pernah mengajak masyarakat. orangtua untuk membicarakan Hal yang menyangkut kepentingan bersama yang menyangkut si anak seyogyanya guru kepentingan anak dan sekolah, (sekolah) mengajak orangtua dan melainkan memutuskan secara bahkan lingkungan masyarakat sepihak, misalnya: pembelian untuk bermusyawarah. buku anak, seragam sekolah, kegiatan anak di luar kurikuler, dan sebagainya 6. Seorang guru harus saling Hubungan antar guru tidak Etos kerja harus dijaga dengan menghormati dan harmonis (misalnya: saling menciptakan lingkungan kerja menghargai sesama rekan menjelekkan dan saling yang sehat, dinamis, serta
  • 12. seprofesi menjatuhkan bahkan berkelahi) menjaga hubungan baik dengan saling menghormati dan menghargai dan mau bekerjasama/ saling menolong antar sesame guru. 7. Guru secara pribadi dan Mutu guru merosot karena guru Seharusnya guru tetap berusaha bersama-sama tidak mau mengembangkan diri memacu diri untuk selalu mengembangkan dan berupa peningkatan bidang mengembangkan dan meningkatkan mutu dan keilmuan dan kompetensi profesi meningkatkan mutu pendidikan martabat profesinya guru misalnya melalui: studi dengan usaha pengembangan diri lanjutan, pelatihan, penataran, yang optimal melalui pelatihan, dan lain-lain penataran, atau seminar. Jika Martabat guru jatuh, misalnya: mutu guru baik, maka martabat bekerja tidak disiplin, melakukan profesi guru juga akan meningkat. perbuatan tak senonoh, Guru juga seharusnya merubah menggelapkan uang sekolah, paradigma lama dengan membocorkan soal, paradigma baru yang sesuai memanipulasi data nilai, dan dengan tuntutan kurikulum serta sebagainya. senantiasa terus melakukan upaya perbaikan dalam meningkatkan mutu pendidikan Guru tidak melakukan perbuatan yang bertentangan peraturan Negara dan norma yang berlaku yang dapat menjatuhkan harkat dan martabat guru. 8. Guru memelihara hubungan Merendahkan guru lain Perlu ada hubungan yang harmonis seprofesi, semangat Tidak memberikan kepercayaan antar sesama profesi guru. Tidak kekeluargaan dan kepada guru lain saling merendahkan guru lain. kesetiakawanan sosial Tidak menghargai hasil karya guru Justru sebaliknya harus saling lain menjaga martabat profesi guru. Tidak mau menolong kesulitan Segala persoalan diselesaikan guru lain dengan musyawarah dan semangat kekeluargaan. Terhadap sesama guru harus mau saling bekerjasama dan memiliki kesetiakawanan social (saling menolong). 9. Guru bersama-sama Bersikap masa bodoh dengan Sebagai anggota PGRI, guru memelihara dan organisasi PGRI seharusnya aktif terlibat dalam meningkatkan mutu Melanggar kode etik profesi guru kegiatan organisasi. Berusaha organisasi PGRI sebagai sehingga merendahkan organisasi meningkatkan perjuangan dan sarana perjuangan dan PGRI pengabdiannya terhadap dunia pengabdiannya Tidak mau membantu sesama pendidikan bersama-sama dengan anggota PGRI komponen bangsa lainnya. Menjaga martabat PGRI sebagai organisasi guru.
  • 13. 10. Guru bersama-sama Guru baik sendiri atau bersama- Seharusnya guru membuat melaksanakan segala sama tidak mengikuti kebijakan perangkat pembelajaran (program kebijakan pemerintah pemerintah dalam pendidikan, tahunan, program semester, dalam bidang pendidikan. misalnya: tidak membuat silabus, RPP, dan sistem perangkat pembelajaran sesuai penilaian) sesuai kurikulum yang dengan kurikulum yang berlaku, berlaku. Perangkat disiapkan tidak berupaya mengubah terencana dan terjadwal. paradigma lama dengan yang Guru/sekolah dilarang membuat baru dalam pembelajaran sesuai kebijakan yang bertentangan tuntutan kurikulum. dengan pemerintah di bidang Guru/ sekolah membuat kebijakan pendidikan. yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah di bidang pendidikan. Misalnya: Guru menggunakan buku yang tidak disahkan BSNP, guru/sekolah menjual buku ke siswa padahal sudah dilarang.
  • 14. G. Organisasi Profesional Keguruan Seperti yang telah disebutkan salah satu kriteria jabatan profesional, jabatan profesi harus mempunyai wadah untuk meyatukan gerak langkah dan mengendalikan keseluruhan profesi. . Didalam perkembangannya organisasi guru teah banyak mengalami diferensinya dan di versifikasi. Sebagaiaman telah dinyatakan dalam UU No. 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat (6) bahwa “ Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususnya seta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”. Akan tetapi yang perlu di ingat bahwasannya setiap organisasi kependidikan guru/kependidikan dapatnya memberi manfaat bagi anggotanya, baik melindungi anggotanya dan melindungi masyarakat. H. FUNGSI ORGANISASI PROFESI KEPENDIDIKAN Organisasi kependidikan selain sebagai cirri suatu profesi kependidikan, sekaligus juga memiliki fungsi sebagai pemersatu seluruh anggota dalam kiprahnya menjalankan tugasnya, dan memiliki fungsi peningkatan kemampuan professional, kedua fungsi tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut : 1. Fungsi pemersatu Kdorongan yag menggerakkan pada professional untuk membentuk suatu organisasi keprofessian. Secara intrinstik, para professional terdorong oleh keinginanya mendapatkan kehidupan yang layak, sesuai dengan profesi yang diembannya. Kedua motif tersebut sekaligus merupakan tantangan bagi pengembangan suatu profesi yang secara teoritas sangat sulit dihadapi dan diselesaikan. 2. Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional Fungsi ini telah tertuang dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi ; “ Tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk peningkatkan dan mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan professional, martabat, dan kesejahteraan tenaga kependidikan. Menurut Johnson (Abin Syamsuddin, 1999 :72), kompetensi kependidikan dibangun oleh enam perangkat kompetensi berikut ini : a. Performance component, yaitu unsur kemampuan penampilankinerja yang sesuai dengan profesi kependidikan b. Subject component, yaitu unsur kemampuan penguasaan bahan/substansi pengetahuan yang relevan. c. Profesional component, yaitu unsur kemampuan penguasaan subtansi pengetahuan dan ketarampilan teknis profesi kependidikan. d. Process component, yaitu unsur kemampuan penguasaan proses-proses mental mencakup berpikir logis dalam pemecahan masalah. e. Adjustment component, yaitu unsur kemampuan penyerasian dan penyesuaian diri berdasarkan karakteristik pribadi pendidik. f. Attitudes component, yaitu unsur komponen sikap, nilai, kepribadian pendidik/guru.
  • 15. I. TUJUAN ORGANISASI PROFESI KEPENDIDIKAN Menurut visinya secara umum ialah terwujudnya tenaga kependidikan yang professional 1. Meningkatkan dan mengembangkan karier anggota, hal itu merupakan upaya organisasi dalam bidang mengembangkan karir anggota sesuai bidang pekerjannya. 2. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan anggota, merupakan upaya terwujudnya kompetensi kependidikan yang handal pada diri tenaga kependidikan 3. Meningkatkan dan mengembangkan kewenangan profeional anggota merupakan upaya para professional untuk menempatkan anggota suatu profesi sesuai kemampuan. 4. Meningkatkan dan mengembangkan martabat anggota, merupakan upaya organisasi profesi kependidikan agar anggotanya terhindar dari perlakuan tidak manusiawi. 5. Meningkatkan dan mengembangkan kesejahteraan merupakan upaya organisasi profesi kependidikan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir batin anggotanya. J. RAGAM BENTUK PARTISIPASI GURU Bentuk partisipasi anggota profesi tidak sebatas terdaftar menjadi anggota dengan memberikan sejumlah iuran rutin, namun lebih dalam bentuk nyata yang bersifat professional. Beberapa bentuk partisipasi dalam organisasi profesi guru bias berupa : 1. Aktif mengomunikasikan berbagai pikiran dan pengalaman yang mengarah kepada pembaharuan dan perbaikan mutu pendidikan. 2. secara aktif melakukan evaluasi diri, baik secara perorangan mapun kelompok dalam hal praktek professional dengan mengacu kepada standart profesi yang telah ditetapkan oleh organisasi 3. Bentuk partisipasi mewujudkan perilaku dan sikap professional dalam kehidupan dan lingkungan kerja guru K. MACAM-MACAM ORGANISASI PROFESI KEPENDIDIKAN DI INDONESIA Secara kuantitas, tidak berlebihan jika banyak kalangan pendidik menyatakan ahwa organisasi profesi kependidikan di indonesia berkembang pesat bagaikan tumbuhan di musim penghujan. Sampai sampai ada sebagian pengemban profesi pendidikan yang tidak tahu menahu tentang organisasi kependidikan itu. Yang lebih dikenal kalangan umum adalah PGRI. Disamping PGRI yang satu-satunya organisasi yang diakui oleh pemerinta juga terdapat organisasi lain yang disebut Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang didirikan atas anjuran Departeman Pendidikan dan Kebudayaan. Sayangnya, organisasi ini tidak ada kaitan yang formal dengan PGRI. Selain itu ada juga organisasi profesional guru yang lain yaitu ikatan serjana pendidikan indonesia (ISPI), yang sekarang suda mempunyai nanyak devisi yaitu Ikatan Petugas Bimbingan Belajar (IPBI), Himpunan Serjana Administrasi Pendidikan Indonesia (HSPBI), dan lain-lain, hubungannya secara formal dengan PGRI juga belum
  • 16. tampak secara nyata, sehingga belum didapatkan kerjasama yang saling menunjang dalam meningkatkan mutu anggotanya.[14] K.1 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) PGRI lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Cikal bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932. Pada saat didirikannya, organisasi ini disamping memiliki misi profesi juga ada tiga misi lainnya, yaitu misi politis-deologis, misi peraturan organisaoris, dan misi kesejahteraan.[15] Misi profesi PGRI adalah upaya untuk meningkatkan mutu guru sebagai penegak dan pelaksana pendidikan nasional. Guru merupakan pioner pendidikan sehinnga dituntut oleh UUSPN tahun 1989: pasal 31; ayat 4, dan PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 agar memasuki organisasi profesi kependidikan serta selalu meningkatkan dan mengembagkan kemampuan profesinya. Misi politis-teologis tidak lain dari upaya penanaman jiwa nasionalise, yaitu komitmen terhadap pernyataan bahwa kita bangsa yang satu yaitu bangsa indonesia, juga penanaman nilai-nilai luhur falsafah hidup berbangsa dan benegara, yaiitu panca sila. Itu sesungguhnya misi politis-ideologis PGRI, yang dalam perjalanannya dikhawatirkan terjebak dalam area polotik praktis sehingga tidak dipungkiri bahwa PGRI harus pernah menelan pil pahit, terperangkap oleh kepanjangan tangan orde baru. Misi peraturan organisasi PGRI merupakan upaya pengejawantahan peaturan keorgaisasian , terutama dalam menyamakan persepsi terhadap visi, misi, dan kode etik keelasan sruktur organisasi sangatlah diperlukan. Dipandang dari segi derajat keeratan dan keterkaitan antaranggotanya, PGRI berbentuk persatuan (union). Sedangkan struktur dan kedudukannya bertaraf nasional, kewilayahan, serta kedaerahan. Keanggotaan organisasi profesi ini bersifat langsung dari setiap pribadi pengemban profesi kependidikan. Kalau demikian, sesunguhnya PGRI merupakan organisasi profesi yang memiliki kekuatan dan mengakar diseluruh penjuru indonesia. Arrtinya, PGRI memiliki potensi besar untuk meningkatkan hakikat dan martabat guru, masyarakat, lebih jauh lagi bangsa dan negara. K.2 Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) lahir pada pertengahan tahun 1960-an. Pada awalnya organisasi profesi kependidikan ini bersifat regional karena berbagai hal menyangkut komunikasi antaranggotanya.[16] Keadaan seperti ini berlangsung cukup lama sampai kongresnya yang pertama di Jakarta 17-19 Mei 1984.
  • 17. Kongres tersebut menghasilkan tujuh rumusan tujuan ISPI, yaitu: (a) Menghimpun para sarjana pendidikan dari berbagai spesialisasi di seluruh Indonesia; (b) meningkatkan sikap dan kemampuan profesional para angotanya; (c) membina serta mengembangkan ilmu, seni dan teknologi pendidikan dalam rangka membantu pemerintah mensukseskan pembangunan bangsa dan negara; (d) mengembangkan dan menyebarkan gagasan-gagasan baru dan dalam bidang ilmu, seni, dan teknologi pndidikan; (e) meindungi dan memperjuangkan kepentingan profesional para anggota; (f) meningkatkan komunikasi antaranggota dari berbagai spesialisasi pendidikan; dan (g) menyelenggarakan komunikasi antarorganisasi yang relevan. Pada perjalanannya ISPI tergabung dalam Forum Organisasi Profesi Ilmiah (FOPI) yang terlealisasikan dalam bentuk himpunan-himpunan. Yang tlah ada himpunannya adalah Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Sosial Indonesia (HISPIPSI), Himpunan Sarjana Pendidikan Ilmu Alam, dan lain sebagainya. K.3 Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) didirikan di Malang pada tanggal 17 Desember 1975. Organisasi profesi kependidikan yang bersifat keilmuan dan profesioal ini berhasrat memberikan sumbangan dan ikut serta secara lebih nyata dan positif dalam menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai guru pembimbing. Organisasi ini merupakan himpunan para petugas bimbingan se Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta memajukan bimbingan sebagai ilmu dan profesi dalam rangka peningkatan mutu layanannya. Secara rinci tujuan didirikannya Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) adalah sebagai berikut ini. 1. Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam wadah organisasi. 2. Mengidentifikasi dan mengiventarisasi tenaga ahli, keahlian dan keterampilan, teknik, alat dan fasilitas yang telah dikembangkan di Indonesia di bidang bimbingan, dengan demikian dimungkinkan pemanfaatan tenaga ahli dan keahlian tersebut dengan sebaik-baiknya. 3. Meingatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi peningkatan profesi dan tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu bimbingan sebagai disiplin, maupun program layanan bimbingan (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975). Untuk menopang pencapaian tujuan tersebut dicanangkan empat kegiatan, yaitu: 1. Pengembangan ilmu dalam bimbingan dan konseling; 2. Peningkatan layanan bimbingan dan konseling; 3. Pembinaan hubungan dengan organisasi profesi dan lembaga-lembaga lin, baik dalam maupun luar negeri; dan 4. Pembinaan sarana (Anggaran Rumah Tangga IPBI, 1975). Kegiatan pertama dijabarkan kembali dalam anggaran rumah tangga (ART IPBI, 1975) sebagai berikut ini.
  • 18. 1. Penerbitan, mencakup: buletin Ikatan Petugas Bmbingan Indoesia dan brosur atau penerbitan lain. 2. Pengembangan alat-alat bimbingan dan penyebarannya. 3. Pengembangan teknik-teknik bimbingan dan penyebarannya. 4. Penelitian di bidang bimbingan. 5. Penataran, seminar, lokakarya, simposium, dan kegiatan-kegiatan lain yang sejenis. 6. Kegiatan-kegiatan lain untuk memajukan dan mengembangkan bimbingan. L. Kesimpulan Etika profesional seorang guru sangat dibutuhkan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan nasional. Seorang guru baru dapat disebut profesional jika telah menaati Kode Etik Keguruan yang telah ditetapkan.
  • 19. M.Daftar Pustaka Soetjipta dan Kosasi Raflis. 2007. Profesi Keguruan . Jakarta: Rineka Cipta Organisasi Profesi Guru http://id.shvoong.com/books/dictionary/1968825-organisasi- profesi-guru/#ixzz1Io7jMlur http://beautifulindonesiaandpeace.blogspot.com/2009/01/makalah-profesi- keguruan.html http://qade.wordpress.com/2009/02/11/profesi-keguruan/ http://trieelangsutajaya2008.wordpress.com/2009/02/16/kode-etik-guru-2008/ http://pai-smpn21padang.blogspot.com/