SlideShare a Scribd company logo
1 of 40
Kawasan Konservasi dan Kawasan Wisata Raja
Ampat : Potensi Wisata Bahari di Raja Ampat
dalam Membentuk Ekonomi Berkelanjutan
Disusun oleh : Kelompok 6
Aa Habib Baihaqi (24020312)
Ardian Prasetianto (24021003)
Ade Tri Putra (24021037)
M Fajaruddin Abi Suroso (24020317)
Mata Kuliah : Sistem Pembangunan Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu
01 Pendahuluan
02 Teori Dasar
03 Metodologi
04 Hasil dan Pembahasan
05 Kesimpulan
Pendahuluan
Ruang Linkup
Pembahasan
Rumusan
Masalah
Tujuan Hipotesis
Latar
Belakang
Pendahuluan : ● Kepulauan Raja Ampat merupakan salah satu tujuan wisata
utama di Indonesia dan juga sebagai kawasan konservasi alam.
● Wilayah ini berada di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua
Barat dan terdiri dari 6 (enam) wilayah pengelolaan dan satu
Wilayah KKPN dengan pengelolaan secara Kolaboratif.
● Merupakan pusat dari segitiga terumbu karang “coral triangle”
dunia yang sangat kaya keanekaragaman terumbu karang.
● Di samping itu, wilayah ini juga merupakan titik konsentrasi dari
habitat Cetacea seperti ikan paus, dan spesies lain seperti
penyu, hiu, dugong, dan lumba – lumba. Serta keanekaragaman
ekosistem lain seperti padang lamun, hutan mangrove, dan pantai
– pantai tebing berbatu.
● Secara oseanografi dan biogeografi, wilayah Raja Ampat
terletak pada batas barat Samudra Pasifik di khatulistiwa dan
pada jalur masuk timur laut “Indonesian Throughflow” dari
Samudra Pasifik ke Samudra Hindia.
● Pertemuan 3 lempeng dunia, Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-
Australia, dan Lempeng Pasifik di Indonesia bagian timur,
menyebabkan potensi tinggi kejadian gempa dan tsunami di
daerah tersebut. Frekuensi kejadian tsunami di Indonesia bagian
Pendahuluan :
Namun, Raja Ampat saat ini tengah menghadapi ancaman dari
aktivitas manusia. Meskipun secara umum kondisi terumbu
karang di Raja Ampat masih relatif bagus, namun praktik
perikanan yang merusak masih dijumpai, adanya operasi kapal
yang merusak alam, sampah (garbage) dari warga lokal dan
wisatawan, tingginya penangkapan berlebih (overfishing) dan
illegal fishing terhadap sumberdaya perikanan. Selain itu
potensi bahari yang dimiliki kawasan ini, seringkali tidak
berbanding lurus dengan peningkatan ekonomi masyarakat
lokal. Dengan demikian, pengelolaan dan zonasi kawasan Raja
Ampat perlu dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan
dengan memperhatikan konservasi dan pemanfaatan lestari dari
sumber daya alam, termasuk pengetahuan lokal, budaya, sejarah
dan aspirasi dari masyarakat lokal Raja Ampat.
Papilaya et al. (2019) menemukan
sedikitnya ada 15 lokasi penyelaman
yang terkenal bagi wisatawan dengan
jumlah penyelam berkisar antara 20 –
500 penyelam per hari.
Berdasarkan latar belakang bahwa
permasalahan yang ada yaitu bagaimana
kondisi kawasan konservasi dan kawasan
wisata Raja Ampat dilihat dari potensi dan
aktivitas wisata bahari dalam membentuk
ekonomi berkelanjutan?
Mengidentifikasi dan menganalisis kondisi
kawasan konservasi dan kawasan wisata Raja
Ampat dilihat dari potensi dan aktivitas
wisata bahari dalam membentuk ekonomi
berkelanjutan melalui pendekatan sistem.
Memberi rekomendasi pengelolaan kawasan
konservasi dan pariwisata bahari Raja Ampat
yang berkelanjutan.
Rumusan Masalah Tujuan
Pendahuluan :
Ruang lingkup pembahasan dibatasi dari
bagian kawasan konservasi dan kawasan
wisata Raja Ampat yang termasuk dalam
studi kasus kajian mengenai kapal
komersial dan pariwisata yang merusak
terumbu karang, sampah dari pemukiman
warga dan wisatawan, serta temuan
kondisi masyarakat lokal Raja Ampat
yang diantaranya masuk kategori miskin.
Beberapa masalah atau kerusakan yang
terjadi di kawasan konservasi dan wisata di
Raja Ampat terjadi akibat
ketidakseimbangan sistem sehingga perlu
dilakukan pengelolaan secara sistematis
antara komponen biotik, abiotik,
sumberdaya laut, hazard dan sosial.
Hipotesis
Ruang Lingkup Pembahasan
Pendahuluan :
Teori Dasar
Integrated Coastal Zone Management (ICZM) sangat baik apabila dilaksanakan sesuai dengan aturannya terkait pembangunan pesisir
di Raja Ampat, antara lain:
Dimensi ekologis:
Mengelola segala kegiatan pembangunan yang
terdapat pada suatu wilayah yang berhubungan
dengan wilayah pesisir agar total dampaknya tidak
melebihi kapasitas fungsional yang ada.
Dimensi sosial-ekonomi:
Pola dan laju pembangunan harus dikelola sedemikian
rupa sehingga total demand terhadap sumber daya alam
dan jasa lingkungan tidak melampaui kemampuan suplai
yang ada.
Dimensi sosial–politik:
Adanya permasalahan lingkungan maka
pembangunan berkelanjutan hanya dapat
dilaksanakan dalam sistem dan suasana politik yang
demokratis dan transparan.
Teori Dasar:
Mengatasi permasalahan pembangunan pesisir dan lautan yang berlangsung saat ini dan
masa mendatang.
1
Memberdayakan masyarakat pesisir (para pengguna wilayah pesisir dan lautan atau biasa disebut
stakeholder) agar dapat menikmati keuntungan yang diperoleh secara berkesinambungan.
2
Teori Dasar:
Dalam hal tersebut pengelolaan pesisir dianggap menjadi hal yang sangat krusial sehingga sangat diperlukan
pengelolaan secara terpadu dan menyeluruh. Sehingga perlu menggunakan Social-Ecological System (SES),
menurut Anderies et al. (2004), adalah bentukan dari sistem manusia dan sistem alam yang saling berkaitan
dan saling mempengaruhi oleh satu atau lebih dengan sistem sosial. Dalam arti membentuk hubungan timbal
balik antara manusia dengan lingkungannya. Dengan demikian sistem sosial-ekologis ini membicarakan unit
ekosistem seperti wilayah pesisir
Social-Ecological System (SES) dalam pengelolaan wilayah pesisir dan lautan, dengan menggunakan pendekatan SES
diharapkan mampu meningkatkan ketahanan (resilience) melalui beberapa aksi baik dalam kerangka sistem lokal maupun
nasional. Adapun tujuan di Raja Ampat sendiri antara lain :
Komponen dan Interaksi Sistem Ekologi Sosial, Berkes & Folke (1998) memperkenalkan istilah sistem ekologi-
sosial (SES) yang menekankan pada konsep keterpaduan antara manusia dan alam, di mana sistem sosial dan
ekologi saling terkait atau saling berhubungan dan terintegrasi. Folke et al. (2003) mengintegrasikan ekologi,
ekonomi, budaya, sosial politik dan dimensi kelembagaan interaksi sosial – ekologi dalam model / kerangka yang
koheren yang mencakup holisme dan kompleksitas dan berpendapat bahwa model ini memberikan harapan
besar dalam mencapai keberlanjutan.
Metodologi
Sumber Daya Laut
Ekosistem
(Biodiversitas)
Biotik
Fisik Perairan
Abiotik
Sistem Sosial Masyarakat
Lokasi Kajian
Hazard Ancaman Bahaya
Secara geografis, Wilayah Raja Ampat terletak di titik koordinat: 01o 15’ LU –
2o 15’ LS dan 129 o 10’ – 121o 10’ BT dengan luas wilayahnya 46.000 km2 terdiri dari
wilayah lautnya 40.000 km2 dan luas daratannya 6.000 km2. Sebagian besar
wilayah ini terdiri dari perairan dan pulau-pulau yang mengakibatkan bentuk
dan tipe habitat pesisir Raja Ampat memiliki karakteristik yang khas, unik,
dan beragam. Ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun, dan
ekosistem mangrove merupakan jenis ekosistem yang ditemukan di wilayah
pesisir daerah tropis, seperti halnya di Kabupaten Raja Ampat. Perairan
Kabupaten Raja Ampat merupakan bagian dari perairan Indonesia yang
berbatasan dengan dua sistem samudera, yaitu Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik.
Lokasi Kajian
Kawasan Konservasi Laut :
● Perda No 27 Tahun 2008 dan Keputusan Gubernur PaBar No
523/124/7/2019 Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan
Konservasi Perairan Raja Ampat 2019-2038
● Ada 6 KKLD yaitu Wilayah I Ayau Asia, Wilayah II Teluk
Mayalibit, Wilayah III Selat Dampier, Wilayah IV Kofiau,
Wilayah V Misool dan Wilayah VI Fam serta 1 Wilayah
KKPN Kawe.
● Luasan : 1.1 Juta Ha
● Perlindungan Potensi Kelautan
● Perikanan Berkelanjutan
● Pariwisata Berkelanjutan
Komponen Biotik
● Raja Ampat memiliki kekayaan dan keunikan spesies
yang tinggi dengan ditemukannya 1.104 jenis ikan, 699
jenis moluska (hewan lunak) dan 537 jenis hewan
karang (Maturan, 2019).
● Tidak hanya jenis-jenis ikan, Raja Ampat juga kaya akan
keanekaragaman terumbu karang, hamparan padang
lamun, hutan mangrove, dan pantai tebing berbatu yang
indah.
● Sekitar 69,2 persen spesies karang dunia berada di
wilayah ini, dimana ditemukan 553 jenis karang dan dua
diantaranya merupakan jenis endemik Raja Ampat.
● Pemkab Raja Ampat mengklaim bahwa Raja Ampat sebagai
Jantung Segitiga Karang Dunia (Heart of The Coral Triangle)
dan Pusat Keanekaragaman Hayati Laut Dunia.
○ Terdapat 553 jenis karang, dan merupakan rumah dari
70% jenis karang yang ada didunia.
○ 1.456 jenis ikan karang, yang paling kaya di dunia.
○ 699 jenis molusca.
○ 5 jenis penyu.
○ 16 jenis mamalia laut (cetacean).
Kabupaten Raja Ampat
yang berbentuk
kepulauan memiliki
keanekaragaman spesies
ekosistem terumbu
karang terkaya dan
merupakan jantung
segitiga terumbu karang
(Coral Triangle) dunia
Ekosistem Terumbu Karang
Padang lamun yang
terdapat di Kabupaten
Raja Ampat umumnya
homogen dan
berdasarkan ciri-ciri
umum lokasi, tutupan,
dapat digolongkan
sebagai padang lamun
yang berasosiasi dengan
terumbu karang.
Ekosistem Padang Lamun
Terdapat 25 jenis
mangrove dan 27 jenis
tumbuhan asosiasi
mangrove di perairan
Kabupaten Raja Ampat
dengan kerapatan pohon
mangrove mencapai
2.350 batang/hektar.
Ekosistem Mangrove
Sebanyak 88,53 persen
(1.505 spesies) spesies ikan
karang di kawasan
semenanjung kepala burung
papua ditemukan di perairan
kabupaten ini.
Beberapa jenis ikan endemik
yang hanya ditemukan di
perairan Kabupaten Raja
Ampat, antara lain
Hemiscyllium freycineti,
Diancistrus niger,
Kalyptatherina helodes,
Apogon leptofasciatus,
Apogonichthyoides erdmann,
Siphamia sp.
Ikan
Ekosistem (Mega-biodiversity)
Komponen Abiotik (Fisik)
• Water temperature : suhu di Raja Ampat
relatif stabil sepanjang tahun, yaitu sekitar
25-32°C, dengan kelembaban tinggi yang
kadang-kadang menyebabkan hari terasa
lebih panas.
(https://kkprajaampat.com/musim-suhu/ )
• Water salinity : salinitas berkisar antara 31 -
34 psu (Herwindya A.Y., dkk 2020)
“Menurut Nugraha et al. (2018), perairan Raja
Ampat dipengaruhi oleh ’’Indonesian-
throughflow” dan juga dipengaruhi oleh musim
sehingga mempengaruhi nilai suhu dan
salinitas perairan.”
• Kedalaman : Rata-rata 25-45 meter
(bervariasi mendangkal pada bagian utara
yang kemudian semakin dalam ke arah
selatan)
Penampang melintang (a) dan profil menegak (b) suhu di
perairan Raja Ampat (Sumber: Jurnal IPB)
Komponen Abiotik
Fisik Perairan (Sofwan Hadi, 2022)
a. Batimetri perairan
b. Gaya-gaya atmosfer dan laut yang
mempengaruhi perairan Indonesia
c. Angin
d. Gelombang
e. Arus
f. Pasang surut
g. Suhu permukaan laut
h. Bencana Laut (storm, tsunami, SLR)
i. ENSO (El Nino Southern Oscillation)
j. IOD (Indian Ocean Dipole)
k. Bahaya Laut (Rip Current)
Penampang melintang (a) dan profil menegak (b) salinitas di
perairan Raja Ampat (Sumber: Jurnal IPB)
Komponen Sumber Daya Laut Raja Ampat
UU No. 32 Tahun 2014: Sumber Daya Kelautan meliputi sumber daya laut, baik yang dapat diperbaharui maupun yang
tidak dapat diperbaharui yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif serta bidang jasa dapat dipertahankan
dalam jangka panjang. Dilihat dari Visi Kabupaten Raja Ampat sebagai kabupaten bahari menempatkan sektor perikanan
dan kelautan sebagai sektor unggulan dalam membangun kabupaten ini.
Sumber Daya Laut
Terbarukan di sektor
Perikanan
Sumber Daya Laut di
Bidang Jasa di Sektor
Wisata Bahari
Disebut The Amazon of Ocean, memiliki 553 jenis karang dan rumah
lebih dari 70% jenis terumbu karang dunia. Terdapat 1.456 jenis ikan
karang, 5 jenis penyu, 16 mamalia laut, dan 699 jenis moluska 530
adalah siput-siputan (gastropida), 159 kerang-kerangan, 2 scaphoda, 5
jenis cuku dan 3 chiton
https://www.kompas.com/sains/read/2022/04/06/090100023/segitiga-
terumbu-karang-di-kepulauan-raja-ampat-amazon-of-ocean-terancam
Raja Ampat sebagai jantung segitiga
terumbu karang (coral triangle)
Lebih dari 500 spesies manta ditemukan di Raja Ampat (400 manta reef, dan lebih dari 100 manta oseanik
BPS Kab. Raja Ampat 2021
Di objek wisata alam Raja Ampat apabila dikunjungi wisatawan yang melebihi
kapasitasnya maka area tersebut akan mengalami kemunduran dan
disfunction. Dan jika hal itu terjadi dapat memicu kerusakan pada obyek
wisata tersebut sehingga obyek wisata tidak menarik lagi untuk dikunjungi
dan minat wisatawan untuk berkunjung semakin menurun dan berlangsung
hingga proses pemulihan secara alami. Terdapat klasifikasi untuk area wisata
yang di dasarkan atas beberapa kriteria douglas 1978:
Area yang dikelola secara intensif dipergunakan untuk pengunjung mass
tourism di wisata alam Raja Ampat, area yang dikelola secara ekstensif untuk
wisata alam, dilihat dari jumlah kunjungan mancanegara tertinggi pada tahun
2019 sebesar 20.090 dan domestik 22.285 yang sebagaimana merupakan
kunjungan tersebut mempengaruhi kualitas lingkungan, seperti:
Area pada lingkungan alam. Belum dikembangkang, dilihat dari pantai Raja
Ampat dalam kegiatan berwisata, yang di mana kutipan berita
https://tekno.tempo.co/read/1443118/terumbu-karang-di-perairan-raja-
ampat-rusak-akibat-perlintasan-kapal
mengenai sampah dan juga Kerusakan terumbu karang diakibatkan kapal
wisata
Lingkungan alam sudah dikenal di Raja Ampat sebagai Coral Triangle lebih dari
70 % jenis terumbu di dunia berada di Raja Ampat. Perlu Lingkungan alam
masyarakat secara primitif terdapat 200-an penduduk berada di setiap
kampung di Raja Ampat, yang sebagaimana berprofesi di sektor pariwasata
dan perikanan
Daya Dukung Pariwisata di Raja
Ampat terkait jumlah kunjungan
klasifikasi area wisata diatas maka dapat
disimpulkan bahwa kemampuan daya tampung
obyek wisata alam tidak terlalu besar apabila
lingkungannya rawan dan mudah rusak
(Fandeli, 1995). Daya dukung wisata erat
kaitannya dengan aspek biogeofisik, sosial-
ekonomi dan sosial-budaya dari suatu obyek
wisata yang mendukung kegiatan
kepariwisataan tanpa menimbulkan dampak
penurunan kualitas lingkungan dan kepuasan
wisatawan dalam berwisata (Muta’ali, 2015).
No Jenis Daya Tarik Lokasi Jumlah
1 Diving dan Snorkling Waigeo, Batanta, Salawati 200
2
Jasa Lingkungan Hutan: Burung
Cendrawasih, Bird Watching, dll
Waigeo, Batanta, Salawati,
Kofiau, dan Misool
14
3
Geo Wisata: Landscape Gugus
Pulau, Gua, Air Terjun
Waigeo, Batanta, Misool 30
4 Pulau dan Pantai Pasir Putih
Misool, Waigeo, Batanta,
Salawati
18
Jumlah Kapal Wisata di Laut Raja Ampat 2017-2019
Objek Daya Tarik Wisata Alam 2019 Kab. Raja
Ampat
Nilai Situs Warisan Geologi dan Maknanya
Komponen Sistem Sosial
❖ Berdasarkan data BPS tahun 2021, Perairan Raja
Ampat menyediakan sumber kehidupan, makanan
dan mata pencaharian bagi sekitar 65.403
penduduk yang tersebar di 117 kampung, dan juga
memberikan perlindungan dan tempat berteduh bagi
masyarakat selama musim angin.
❖ Rata-rata setiap kampung di Raja Ampat memiliki
populasi sekitar 200-an penduduk, dan berlokasi
dekat dengan laut.
❖ Masyarakat lokal di Raja Ampat memiliki hubungan
kekerabatan yang kuat, serta memiliki konsep
kepemilikan tradisional atas wilayah darat maupun
laut, termasuk terumbu karang.
❖ Tingkat pendidikan masyarakat lokal Raja Ampat
rata-rata lulusan SD.
❖ Sebagian besar penduduk kampung adalah anak-
anak, dan masih banyak orang dewasa bekerja di
sektor informal (utama sebagai nelayan dan
sampingan dengan berkebun rata-rata kelapa /
mengumpulkan hasil hutan di sekitar kampung).
Komponen Sistem Sosial
❖ Setiap kampung biasanya memiliki sekolah, gereja atau masjid, rumah-
rumah penduduk, dan beberapa memiliki kebun kecil di dalam hutan yang
berdekatan dengan pemukiman.
❖ Beberapa acara kebudayaan yang masih terjaga hingga kini diantaranya
Sasi, tari-tarian, suling tambur.
❖ Sebagai contoh, Sasi merupakan aturan adat yang disepakati bersama
masyarakat Kepulauan Raja Ampat, sehingga tidak ada orang yang
berani melanggarnya. Sasi beragam jenisnya, salah satunya yaitu
nelayan hanya boleh melaut setiap 6-12 bulan sekali.
❖ Dengan perkembangan industri pariwisata yang terjadi beberapa tahun
belakangan ini, sebagian masyarakat lokal di Raja Ampat mulai bekerja
sebagai pemandu selam, atau bekerja di resort maupun homestay.
Komponen Hazard (Ancaman)
Peta Kerentanan Wilayah Papua Barat (Sumber : Analisis Data)
● Kecamatan Kepulauan Ayao;
● Kecamatan Kofiau;
● Kecamatan waigeo barat.
● Kecamatan Kepulauan Sembilan
Komponen Hazard (Ancaman)
• Terlalu banyak wisatawan yang datang
dalam satu waktu, sehingga tidak sesuai
dengan daya dukung lingkungan serta
fasilitas penunjang yang ada di lokasi.
• Lalu lintas kapal dan perahu cepat yang
sangat tinggi berpotensi terjadinya
kecelakaan laut, dan meningkatkan resiko
tabrakan/kandas di areal terumbu karang.
• Adanya aktivitas perikanan komersial yang
tidak bertanggung jawab, serta praktik-
praktik ilegal fishing.
• Masih banyak wisatawan yang datang tanpa
membayar biaya kartu jasa lingkungan (tarif
layanan pemeliharaan jasa lingkungan di
Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan
Raja Ampat)
Perburuan sirip hiu di Raja Ampat (Sumber: Antaranews)
Komponen Hazard (Ancaman)
• Sampah yang dibuang sembarangan oleh para
wisatawan.
• Limbah toilet yang bisa berdampak pada over
nutrient di laut.
• Ketidakfahaman tata kelola dalam pengelolaan
Raja Ampat berpotensi adanya konflik antar
kelompok.
• Ditemukannya penyakit karang, diantaranya
berasal dari Black Band Disease, Skeletal
Eroding Band, White syndrome, Brown Band
Disease, dan White Band Disease.
• Pembangunan wilayah pesisirnya meningkat,
keragaman biota dan ekosistem di wilayah Raja
Ampat pun memiliki potensi keterancaman.
• Dampak polusi dan sedimentasi akan membuat
penurunan biodiversitas pada suatu ekosistem. Karang terinfeksi penyakit BBD pada Pachyseris speciosa (kiri atas) dan
Montipora sp (kanan atas). Sementara penyakit Skeletal Eroding Band
menginfeksi karang Acropora sp (kiri bawah) dan White syndrome pada
karang Acropora sp (kanan bawah). Foto: Ofri Johan
https://www.mongabay.co.id/
Pembahasan
Pendekatan ICZM
di Raja Ampat
Konsep
Pengelolaan
Kawasan
Pesisir dan
Laut
(Sumber :
Rahmawaty,
2004)
Melalui pendekatan ICZM di Raja Ampat kita memahami jika Raja Ampat sebagai wilayah
kawasan pesisir dan laut memiliki beragam potensi, terutama pariwisata dan perikanan.
Beberapa isu dan permasalah yang dihadapi (terutama sesuai studi kasus yang diamati):
1. Kekayaan keanekaragaman hayati di Kepulauan Raja Ampat memiliki tingkat ancaman
yang tinggi.
1. Adanya kapal komersial dan pariwisata yang merusak terumbu karang, sampah dari
pemukiman warga dan wisatawan dan masyarakat, serta temuan kondisi masyarakat
lokal Raja Ampat yang diantaranya masuk kategori miskin.
2. Belum tertatanya sistem kelembagaan dan manajemen yang baik untuk pengelolaan
pengembangan kawasan yang terpadu, dan berkelanjutan, dalam memberikan dukungan
kepada peningkatan daya saing produk dan kawasan yang dikembangkannya.
Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Pesisir dan Laut Kepulauan Raja Ampat:
Harus dilakukan dengan Co-Management melibatkan unsur-unsur pemerintah (goverment
based management) Pusat-Daerah yang bekerja sama dengan masyarakat lokal (community
based management), LSM, media massa, akademisi, dan investor (private sector) yang
berwawasan lingkungan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying capacity)
wilayah tersebut.
Beberapa Kompilasi Aspek Legal Daya Dukung Pariwisata Raja Ampat
- UU Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia
- UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua
- UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang
- UU Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
- UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
- UU Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
- UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
- UU Nomor 45 tahun 2014 tentang Perikanan
- PP Nomor 60 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Sumber Daya Ikan
- Permen KP Nomor 17 Tahun 2008 tentang Kategori Kawasan Konservasi
- Kepmen KP Nomor 36/Kepmen Kp/2014 tentang Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan
Raja Ampat Kabupaten Raja Ampat Di Provinsi Papua Barat
- Perda Nomor 9 Tahun 2012 tentang Larangan Penangkapan Ikan Hiu, Pari Manta Dan Jenis-
Jenis Ikan Tertentu di Perairan Laut Raja Ampat
- Perda Nomor 8 Tahun 2012 tentang Perlindungan Hutan Manggrove Dan Hutan Pantai
- Perda Nomor 27 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi Laut Daerah Raja Ampat
- Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Raja Ampat Tahun 2019-
2038
Model Konseptual Sistem Ekologi-Sosial
(Sumber : Anderies et. al 2004 dalam Hafsari, dkk 2018)
Pendekatan Hubungan SES Raja Ampat
Hubungan antara
(A) sebagai salah satu komponen adalah
sumber daya yang digunakan oleh beberapa
pengguna sumber daya terbarukan
(perikanan) dan Jasa (pariwisata bahari);
(B) Dua komponen yang terdiri dari manusia:
pengguna sumber daya (perikanan: nelayan,
pemilik kapal nelayan, dan perusahaan),
(pariwisata; wisatawan, pengelola wisata, dan
kelompok sadar wisata) dan (konservasi
mengenai mega-biodiversity)
(C) Penyedia infrastruktur publik
(pemerintah pusat dan daerah mengenai
destinasi prioritas dan swasta. Mungkin ada
tumpang tindih besar dari individu dalam B
dan C, atau mereka mungkin individu yang
sama sekali berbeda, tergantung pada
struktur sistem sosial yang mengatur dan
mengelola SES
(D) Infrastruktur publik menggabungkan dua
bentuk buatan manusia modal fisik dan sosial
(meliputi: penggunaan prasarana umum,
fasilitas umum dan fasilitas pariwisata yang
digunakan oleh masyarakat dan wisatawan
Sumber daya alam akan digunakan / diambil oleh beberapa pengguna sumber daya alam
(1). Dalam menggunakan sumber daya alam, pengguna akan membutuhkan alat bantu / infrastruktur sebagai alat bantunya
(2,3,5,6). Nelayan (masyarakat lokal): pancing, jaring, perahu, motor, navigasi, dll. Wisatawan : alat selam, diving, kayaking,
kapal wisata, rute/peta destinasi, pemandu wisata, peraturan dll. Konservasi : alat ukur monitoring daya dukung lingkungan di
Raja Ampat
Alat bantu ini akan mempengaruhi keadaan dari sumber daya alam tersebut. Dalam hal ini alat bantu/infrastruktur ini
dapat berupa perangkat fisik dan sosial.
(4). Alat bantu ini akan mempengaruhi keadaan dari sumber daya alam tersebut. Dalam hal ini alat bantu/infrastruktur ini
dapat berupa perangkat fisik dan sosial. Perangkat fisik dapat berupa jaring, perahu, dermaga dan lainnya, sedangkan
perangkat sosial berupa peraturan yang berlaku, baik di tingkat lokal (termasuk local wisdom/ kearifan lokal), nasional,
maupun internasional. Dalam model ini dipengaruhi oleh faktor eksternal, berupa gangguan biofisik di Raja Ampat
Perubahan iklim, Gelombang, pandemi dan perubahan alam lainnya yang berakibat pada sumber daya alam dan
infrastruktur.
(7), Raja Amapat memiliki: Gelombang, pandemi dan perubahan alam lainnya yang berakibat pada sumber daya alam dan
infrastruktur, yang memperngaruhi kondisi sektor pariwisata dan perikanan di daerah tesebut
Gangguan sosial-ekonomi
(8) Selain itu di Raja Ampat terdapat gangguan sosial ekonomi seperti pertambahan jumlah penduduk, politik, inflasi dan
lainnya yang berakibat pada pengguna sumber daya alam dan penyedia infrastruktur seperti: minimnya aturan mengenai
keteraturan kapal wisata bahari yang dapat mengurangi keindahan terumbu karang berdampak pada penurunan jumlah
kunjungan wisatawan, kegiatan wisatawan, masyarakat mengenai limbah sampah di pesisir pantai serta kemiskinan wargalokal
Kesimpulan dan Rekomendasi
Kesimpulan
Pemanfaatan sumber daya di wilayah kawasan Konservasi dan Kawasan Wisata Raja Ampat memiliki
konteks keterkaitan antara dimensi sosial dan ekologi, berbagai bentuk kepentingan, dan konflik atas
penggunaan sumber daya. Secara eksplisit, pengelolaan kawasan Konservasi dan Kawasan Wisata Raja
dibutuhkan sistem pengetahuan yang mencakup pengetahuan ilmiah, manajerial dan pengetahuan lokal
dari berbagai pemangku kepentingan. Analisis Integrated Coastal Zone Management (ICZM) sebagai
conventional approach memberikan gambaran pengelolaan secara terpadu. Adapun analisis social-
ecological system (SES) sebagai pendekatan yang baru dalam interdisipliner pengelolaan pesisir dan
lautan, mampu memfasilitasi integrasi dan sintesis pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu dalam
memperkaya ICZM dan memasukan ke dalam sebuah kerangka interdisipliner sosial-ekologis sehingga
mendukung terwujudnya ekonomi berkelanjutan yang adaptif dan partisipatif dengan
mempertimbangkan ketahanan (resilience) kawasan tersebut.
Rekomendasi
Berdasarkan hasil analisis yang telah disebutkan di atas maka rekomendasi dari kami adalah:
Perlu adanya kebijakan penyedia
infrastruktur (pemerintah) berupa
tindakan yang dilakukan wisatawan,
swasta (usaha pariwisata) dan nelayan
di sektor perikanan mengenai tata
kelola secara berkelanjutan mengenai
peningkatan sosio-ekologi di Raja
Ampat
Edukasi bagi wisatawan dan masyarakat
dalam menghindari kebiasaan membuang
sampah di laut yang menyebabkan
daerah pesisir tercemar, dan menjaga
keseimbangan secara ekologi yang
berkelanjutan
Pengembangan infrastruktur mengenai
permasalahan yang ada di Raja Ampat
di pantai: sarana transportasi: kapal
wisata dan kapal wisata, prasarana
transportasi: pelabuhan kapal mengenai
aturan berlabuh secara benar agar
dapat mencegah kerusakan karang
Daftar Pustaka
Dirhamsyah. 2005. Indonesian Legislative Framework for Coastal and Coral Reef Resources Management: A Critical Review and
Recommendation. Ocean and Coastal Management Journal No. 2409.
Departemen Kelautan dan Perikanan 2003. Urgensi RUU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil. http://www.dkp.org
(akses pada tanggal 20 Juli 2003).
Hafsaridewi, Rani, dkk. 2018. Pendekatan Social-Ecological System dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu.
ResearchGate.
Rahmawaty. 2004. Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Kelautan secara Terpadu dan Berkelanjutan. e-USU Repisotory Universitas
Sumatera Utara.
BNPB. 2012. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian
Risiko Bencana.
BPS Provinsi Papua Barat. 2018. Provinsi Papua Barat Dalam Angka.
BPS Kabupaten Raja Ampat. 2021, Kabupaten Raja Ampat Dalam Angka.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi kreatif. MAPS Destinasi Regional III. https://kemenparekraf.go.id/statistik-satelit-
pariwisata (akses pada tanggal 2 Desember 2019)
Latief, H. 2000. Tsunami Catalog and Zoning in Indonesia, Journal of Natural Disaster. 22(1): 25-43.
Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Raja Ampat Tahun 2019-2038
RAJA WISATA

More Related Content

Similar to RAJA WISATA

Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Operator Warnet Vast Raha
 
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisirAry Ajo
 
27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu
27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu
27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkuluMarhadi1995
 
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...Mujiyanto -
 
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...Mujiyanto -
 
Sumberdaya Alam & Jasa
Sumberdaya Alam & JasaSumberdaya Alam & Jasa
Sumberdaya Alam & JasaKaisarDatin
 
Sumber daya alam(laut)
Sumber daya alam(laut) Sumber daya alam(laut)
Sumber daya alam(laut) akb78
 
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahari
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahariLap.pkl kep. slayar vrs mitra bahari
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahariNurma Putri Tanadoang
 
Makalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu KarangMakalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu KarangAdy Purnomo
 
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangroveJurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangroveerikakurnia
 
Hubungan keterkaitan ekosistem_mangrove
Hubungan keterkaitan ekosistem_mangroveHubungan keterkaitan ekosistem_mangrove
Hubungan keterkaitan ekosistem_mangrovehar tati
 
Modul pengembangan kemaritiman daerah pesisir
Modul pengembangan  kemaritiman daerah pesisirModul pengembangan  kemaritiman daerah pesisir
Modul pengembangan kemaritiman daerah pesisirIsmail Ahmad
 
Makalah Full Paper
Makalah Full PaperMakalah Full Paper
Makalah Full PaperWindra Hardi
 
Coastal zone management ruang pesisir
Coastal zone management ruang pesisirCoastal zone management ruang pesisir
Coastal zone management ruang pesisirrIyan lare Sae
 
Potensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan Lokal
Potensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan LokalPotensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan Lokal
Potensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan LokalHelvyEffendi
 

Similar to RAJA WISATA (20)

Bab1 pendahuluan
Bab1 pendahuluanBab1 pendahuluan
Bab1 pendahuluan
 
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
Program peningkatan kesadaran masyarakat tentang pelestarian mangrove berbasi...
 
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
148516883 konsep-pengelolaan-pesisir
 
27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu
27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu
27759305 minapolitan-kabupaten-kaur-prov-bengkulu
 
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...
Paper Vertion: Kondisi Ekosistem Terumbu Karang Serta Strategi Pengelolaannya...
 
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...
Status usaha perikanan tangkap di calon zona rehabilitasi terumbu karang di t...
 
Metode penelitian pesisir
Metode penelitian  pesisirMetode penelitian  pesisir
Metode penelitian pesisir
 
Sumberdaya Alam & Jasa
Sumberdaya Alam & JasaSumberdaya Alam & Jasa
Sumberdaya Alam & Jasa
 
Sumber daya alam(laut)
Sumber daya alam(laut) Sumber daya alam(laut)
Sumber daya alam(laut)
 
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahari
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahariLap.pkl kep. slayar vrs mitra bahari
Lap.pkl kep. slayar vrs mitra bahari
 
Makalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu KarangMakalah Terumbu Karang
Makalah Terumbu Karang
 
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangroveJurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
Jurnal kerusakan tk, lamun, maangrove
 
Pengelolaan Pesisir
Pengelolaan  PesisirPengelolaan  Pesisir
Pengelolaan Pesisir
 
Rpz twp raja ampat book 1
Rpz twp raja ampat book 1 Rpz twp raja ampat book 1
Rpz twp raja ampat book 1
 
Hubungan keterkaitan ekosistem_mangrove
Hubungan keterkaitan ekosistem_mangroveHubungan keterkaitan ekosistem_mangrove
Hubungan keterkaitan ekosistem_mangrove
 
2. present. wwk. 2009
2. present. wwk. 20092. present. wwk. 2009
2. present. wwk. 2009
 
Modul pengembangan kemaritiman daerah pesisir
Modul pengembangan  kemaritiman daerah pesisirModul pengembangan  kemaritiman daerah pesisir
Modul pengembangan kemaritiman daerah pesisir
 
Makalah Full Paper
Makalah Full PaperMakalah Full Paper
Makalah Full Paper
 
Coastal zone management ruang pesisir
Coastal zone management ruang pesisirCoastal zone management ruang pesisir
Coastal zone management ruang pesisir
 
Potensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan Lokal
Potensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan LokalPotensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan Lokal
Potensi Wilayah Pesisir Untuk Pengembangan dan Kearifan Lokal
 

RAJA WISATA

  • 1. Kawasan Konservasi dan Kawasan Wisata Raja Ampat : Potensi Wisata Bahari di Raja Ampat dalam Membentuk Ekonomi Berkelanjutan Disusun oleh : Kelompok 6 Aa Habib Baihaqi (24020312) Ardian Prasetianto (24021003) Ade Tri Putra (24021037) M Fajaruddin Abi Suroso (24020317) Mata Kuliah : Sistem Pembangunan Wilayah Pesisir dan Laut Secara Terpadu
  • 2. 01 Pendahuluan 02 Teori Dasar 03 Metodologi 04 Hasil dan Pembahasan 05 Kesimpulan
  • 3.
  • 5. Pendahuluan : ● Kepulauan Raja Ampat merupakan salah satu tujuan wisata utama di Indonesia dan juga sebagai kawasan konservasi alam. ● Wilayah ini berada di Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat dan terdiri dari 6 (enam) wilayah pengelolaan dan satu Wilayah KKPN dengan pengelolaan secara Kolaboratif. ● Merupakan pusat dari segitiga terumbu karang “coral triangle” dunia yang sangat kaya keanekaragaman terumbu karang. ● Di samping itu, wilayah ini juga merupakan titik konsentrasi dari habitat Cetacea seperti ikan paus, dan spesies lain seperti penyu, hiu, dugong, dan lumba – lumba. Serta keanekaragaman ekosistem lain seperti padang lamun, hutan mangrove, dan pantai – pantai tebing berbatu. ● Secara oseanografi dan biogeografi, wilayah Raja Ampat terletak pada batas barat Samudra Pasifik di khatulistiwa dan pada jalur masuk timur laut “Indonesian Throughflow” dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia. ● Pertemuan 3 lempeng dunia, Lempeng Eurasia, Lempeng Indo- Australia, dan Lempeng Pasifik di Indonesia bagian timur, menyebabkan potensi tinggi kejadian gempa dan tsunami di daerah tersebut. Frekuensi kejadian tsunami di Indonesia bagian
  • 6. Pendahuluan : Namun, Raja Ampat saat ini tengah menghadapi ancaman dari aktivitas manusia. Meskipun secara umum kondisi terumbu karang di Raja Ampat masih relatif bagus, namun praktik perikanan yang merusak masih dijumpai, adanya operasi kapal yang merusak alam, sampah (garbage) dari warga lokal dan wisatawan, tingginya penangkapan berlebih (overfishing) dan illegal fishing terhadap sumberdaya perikanan. Selain itu potensi bahari yang dimiliki kawasan ini, seringkali tidak berbanding lurus dengan peningkatan ekonomi masyarakat lokal. Dengan demikian, pengelolaan dan zonasi kawasan Raja Ampat perlu dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan dengan memperhatikan konservasi dan pemanfaatan lestari dari sumber daya alam, termasuk pengetahuan lokal, budaya, sejarah dan aspirasi dari masyarakat lokal Raja Ampat. Papilaya et al. (2019) menemukan sedikitnya ada 15 lokasi penyelaman yang terkenal bagi wisatawan dengan jumlah penyelam berkisar antara 20 – 500 penyelam per hari.
  • 7. Berdasarkan latar belakang bahwa permasalahan yang ada yaitu bagaimana kondisi kawasan konservasi dan kawasan wisata Raja Ampat dilihat dari potensi dan aktivitas wisata bahari dalam membentuk ekonomi berkelanjutan? Mengidentifikasi dan menganalisis kondisi kawasan konservasi dan kawasan wisata Raja Ampat dilihat dari potensi dan aktivitas wisata bahari dalam membentuk ekonomi berkelanjutan melalui pendekatan sistem. Memberi rekomendasi pengelolaan kawasan konservasi dan pariwisata bahari Raja Ampat yang berkelanjutan. Rumusan Masalah Tujuan Pendahuluan :
  • 8. Ruang lingkup pembahasan dibatasi dari bagian kawasan konservasi dan kawasan wisata Raja Ampat yang termasuk dalam studi kasus kajian mengenai kapal komersial dan pariwisata yang merusak terumbu karang, sampah dari pemukiman warga dan wisatawan, serta temuan kondisi masyarakat lokal Raja Ampat yang diantaranya masuk kategori miskin. Beberapa masalah atau kerusakan yang terjadi di kawasan konservasi dan wisata di Raja Ampat terjadi akibat ketidakseimbangan sistem sehingga perlu dilakukan pengelolaan secara sistematis antara komponen biotik, abiotik, sumberdaya laut, hazard dan sosial. Hipotesis Ruang Lingkup Pembahasan Pendahuluan :
  • 10. Integrated Coastal Zone Management (ICZM) sangat baik apabila dilaksanakan sesuai dengan aturannya terkait pembangunan pesisir di Raja Ampat, antara lain: Dimensi ekologis: Mengelola segala kegiatan pembangunan yang terdapat pada suatu wilayah yang berhubungan dengan wilayah pesisir agar total dampaknya tidak melebihi kapasitas fungsional yang ada. Dimensi sosial-ekonomi: Pola dan laju pembangunan harus dikelola sedemikian rupa sehingga total demand terhadap sumber daya alam dan jasa lingkungan tidak melampaui kemampuan suplai yang ada. Dimensi sosial–politik: Adanya permasalahan lingkungan maka pembangunan berkelanjutan hanya dapat dilaksanakan dalam sistem dan suasana politik yang demokratis dan transparan. Teori Dasar: Mengatasi permasalahan pembangunan pesisir dan lautan yang berlangsung saat ini dan masa mendatang. 1 Memberdayakan masyarakat pesisir (para pengguna wilayah pesisir dan lautan atau biasa disebut stakeholder) agar dapat menikmati keuntungan yang diperoleh secara berkesinambungan. 2
  • 11. Teori Dasar: Dalam hal tersebut pengelolaan pesisir dianggap menjadi hal yang sangat krusial sehingga sangat diperlukan pengelolaan secara terpadu dan menyeluruh. Sehingga perlu menggunakan Social-Ecological System (SES), menurut Anderies et al. (2004), adalah bentukan dari sistem manusia dan sistem alam yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi oleh satu atau lebih dengan sistem sosial. Dalam arti membentuk hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Dengan demikian sistem sosial-ekologis ini membicarakan unit ekosistem seperti wilayah pesisir Social-Ecological System (SES) dalam pengelolaan wilayah pesisir dan lautan, dengan menggunakan pendekatan SES diharapkan mampu meningkatkan ketahanan (resilience) melalui beberapa aksi baik dalam kerangka sistem lokal maupun nasional. Adapun tujuan di Raja Ampat sendiri antara lain : Komponen dan Interaksi Sistem Ekologi Sosial, Berkes & Folke (1998) memperkenalkan istilah sistem ekologi- sosial (SES) yang menekankan pada konsep keterpaduan antara manusia dan alam, di mana sistem sosial dan ekologi saling terkait atau saling berhubungan dan terintegrasi. Folke et al. (2003) mengintegrasikan ekologi, ekonomi, budaya, sosial politik dan dimensi kelembagaan interaksi sosial – ekologi dalam model / kerangka yang koheren yang mencakup holisme dan kompleksitas dan berpendapat bahwa model ini memberikan harapan besar dalam mencapai keberlanjutan.
  • 12. Metodologi Sumber Daya Laut Ekosistem (Biodiversitas) Biotik Fisik Perairan Abiotik Sistem Sosial Masyarakat Lokasi Kajian Hazard Ancaman Bahaya
  • 13. Secara geografis, Wilayah Raja Ampat terletak di titik koordinat: 01o 15’ LU – 2o 15’ LS dan 129 o 10’ – 121o 10’ BT dengan luas wilayahnya 46.000 km2 terdiri dari wilayah lautnya 40.000 km2 dan luas daratannya 6.000 km2. Sebagian besar wilayah ini terdiri dari perairan dan pulau-pulau yang mengakibatkan bentuk dan tipe habitat pesisir Raja Ampat memiliki karakteristik yang khas, unik, dan beragam. Ekosistem terumbu karang, ekosistem padang lamun, dan ekosistem mangrove merupakan jenis ekosistem yang ditemukan di wilayah pesisir daerah tropis, seperti halnya di Kabupaten Raja Ampat. Perairan Kabupaten Raja Ampat merupakan bagian dari perairan Indonesia yang berbatasan dengan dua sistem samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Lokasi Kajian Kawasan Konservasi Laut : ● Perda No 27 Tahun 2008 dan Keputusan Gubernur PaBar No 523/124/7/2019 Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Raja Ampat 2019-2038 ● Ada 6 KKLD yaitu Wilayah I Ayau Asia, Wilayah II Teluk Mayalibit, Wilayah III Selat Dampier, Wilayah IV Kofiau, Wilayah V Misool dan Wilayah VI Fam serta 1 Wilayah KKPN Kawe. ● Luasan : 1.1 Juta Ha ● Perlindungan Potensi Kelautan ● Perikanan Berkelanjutan ● Pariwisata Berkelanjutan
  • 14. Komponen Biotik ● Raja Ampat memiliki kekayaan dan keunikan spesies yang tinggi dengan ditemukannya 1.104 jenis ikan, 699 jenis moluska (hewan lunak) dan 537 jenis hewan karang (Maturan, 2019). ● Tidak hanya jenis-jenis ikan, Raja Ampat juga kaya akan keanekaragaman terumbu karang, hamparan padang lamun, hutan mangrove, dan pantai tebing berbatu yang indah. ● Sekitar 69,2 persen spesies karang dunia berada di wilayah ini, dimana ditemukan 553 jenis karang dan dua diantaranya merupakan jenis endemik Raja Ampat. ● Pemkab Raja Ampat mengklaim bahwa Raja Ampat sebagai Jantung Segitiga Karang Dunia (Heart of The Coral Triangle) dan Pusat Keanekaragaman Hayati Laut Dunia. ○ Terdapat 553 jenis karang, dan merupakan rumah dari 70% jenis karang yang ada didunia. ○ 1.456 jenis ikan karang, yang paling kaya di dunia. ○ 699 jenis molusca. ○ 5 jenis penyu. ○ 16 jenis mamalia laut (cetacean).
  • 15. Kabupaten Raja Ampat yang berbentuk kepulauan memiliki keanekaragaman spesies ekosistem terumbu karang terkaya dan merupakan jantung segitiga terumbu karang (Coral Triangle) dunia Ekosistem Terumbu Karang Padang lamun yang terdapat di Kabupaten Raja Ampat umumnya homogen dan berdasarkan ciri-ciri umum lokasi, tutupan, dapat digolongkan sebagai padang lamun yang berasosiasi dengan terumbu karang. Ekosistem Padang Lamun Terdapat 25 jenis mangrove dan 27 jenis tumbuhan asosiasi mangrove di perairan Kabupaten Raja Ampat dengan kerapatan pohon mangrove mencapai 2.350 batang/hektar. Ekosistem Mangrove Sebanyak 88,53 persen (1.505 spesies) spesies ikan karang di kawasan semenanjung kepala burung papua ditemukan di perairan kabupaten ini. Beberapa jenis ikan endemik yang hanya ditemukan di perairan Kabupaten Raja Ampat, antara lain Hemiscyllium freycineti, Diancistrus niger, Kalyptatherina helodes, Apogon leptofasciatus, Apogonichthyoides erdmann, Siphamia sp. Ikan Ekosistem (Mega-biodiversity)
  • 16. Komponen Abiotik (Fisik) • Water temperature : suhu di Raja Ampat relatif stabil sepanjang tahun, yaitu sekitar 25-32°C, dengan kelembaban tinggi yang kadang-kadang menyebabkan hari terasa lebih panas. (https://kkprajaampat.com/musim-suhu/ ) • Water salinity : salinitas berkisar antara 31 - 34 psu (Herwindya A.Y., dkk 2020) “Menurut Nugraha et al. (2018), perairan Raja Ampat dipengaruhi oleh ’’Indonesian- throughflow” dan juga dipengaruhi oleh musim sehingga mempengaruhi nilai suhu dan salinitas perairan.” • Kedalaman : Rata-rata 25-45 meter (bervariasi mendangkal pada bagian utara yang kemudian semakin dalam ke arah selatan) Penampang melintang (a) dan profil menegak (b) suhu di perairan Raja Ampat (Sumber: Jurnal IPB)
  • 17. Komponen Abiotik Fisik Perairan (Sofwan Hadi, 2022) a. Batimetri perairan b. Gaya-gaya atmosfer dan laut yang mempengaruhi perairan Indonesia c. Angin d. Gelombang e. Arus f. Pasang surut g. Suhu permukaan laut h. Bencana Laut (storm, tsunami, SLR) i. ENSO (El Nino Southern Oscillation) j. IOD (Indian Ocean Dipole) k. Bahaya Laut (Rip Current) Penampang melintang (a) dan profil menegak (b) salinitas di perairan Raja Ampat (Sumber: Jurnal IPB)
  • 18. Komponen Sumber Daya Laut Raja Ampat UU No. 32 Tahun 2014: Sumber Daya Kelautan meliputi sumber daya laut, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif serta bidang jasa dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Dilihat dari Visi Kabupaten Raja Ampat sebagai kabupaten bahari menempatkan sektor perikanan dan kelautan sebagai sektor unggulan dalam membangun kabupaten ini. Sumber Daya Laut Terbarukan di sektor Perikanan Sumber Daya Laut di Bidang Jasa di Sektor Wisata Bahari
  • 19. Disebut The Amazon of Ocean, memiliki 553 jenis karang dan rumah lebih dari 70% jenis terumbu karang dunia. Terdapat 1.456 jenis ikan karang, 5 jenis penyu, 16 mamalia laut, dan 699 jenis moluska 530 adalah siput-siputan (gastropida), 159 kerang-kerangan, 2 scaphoda, 5 jenis cuku dan 3 chiton https://www.kompas.com/sains/read/2022/04/06/090100023/segitiga- terumbu-karang-di-kepulauan-raja-ampat-amazon-of-ocean-terancam Raja Ampat sebagai jantung segitiga terumbu karang (coral triangle) Lebih dari 500 spesies manta ditemukan di Raja Ampat (400 manta reef, dan lebih dari 100 manta oseanik
  • 20. BPS Kab. Raja Ampat 2021
  • 21. Di objek wisata alam Raja Ampat apabila dikunjungi wisatawan yang melebihi kapasitasnya maka area tersebut akan mengalami kemunduran dan disfunction. Dan jika hal itu terjadi dapat memicu kerusakan pada obyek wisata tersebut sehingga obyek wisata tidak menarik lagi untuk dikunjungi dan minat wisatawan untuk berkunjung semakin menurun dan berlangsung hingga proses pemulihan secara alami. Terdapat klasifikasi untuk area wisata yang di dasarkan atas beberapa kriteria douglas 1978: Area yang dikelola secara intensif dipergunakan untuk pengunjung mass tourism di wisata alam Raja Ampat, area yang dikelola secara ekstensif untuk wisata alam, dilihat dari jumlah kunjungan mancanegara tertinggi pada tahun 2019 sebesar 20.090 dan domestik 22.285 yang sebagaimana merupakan kunjungan tersebut mempengaruhi kualitas lingkungan, seperti: Area pada lingkungan alam. Belum dikembangkang, dilihat dari pantai Raja Ampat dalam kegiatan berwisata, yang di mana kutipan berita https://tekno.tempo.co/read/1443118/terumbu-karang-di-perairan-raja- ampat-rusak-akibat-perlintasan-kapal mengenai sampah dan juga Kerusakan terumbu karang diakibatkan kapal wisata Lingkungan alam sudah dikenal di Raja Ampat sebagai Coral Triangle lebih dari 70 % jenis terumbu di dunia berada di Raja Ampat. Perlu Lingkungan alam masyarakat secara primitif terdapat 200-an penduduk berada di setiap kampung di Raja Ampat, yang sebagaimana berprofesi di sektor pariwasata dan perikanan Daya Dukung Pariwisata di Raja Ampat terkait jumlah kunjungan klasifikasi area wisata diatas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan daya tampung obyek wisata alam tidak terlalu besar apabila lingkungannya rawan dan mudah rusak (Fandeli, 1995). Daya dukung wisata erat kaitannya dengan aspek biogeofisik, sosial- ekonomi dan sosial-budaya dari suatu obyek wisata yang mendukung kegiatan kepariwisataan tanpa menimbulkan dampak penurunan kualitas lingkungan dan kepuasan wisatawan dalam berwisata (Muta’ali, 2015).
  • 22. No Jenis Daya Tarik Lokasi Jumlah 1 Diving dan Snorkling Waigeo, Batanta, Salawati 200 2 Jasa Lingkungan Hutan: Burung Cendrawasih, Bird Watching, dll Waigeo, Batanta, Salawati, Kofiau, dan Misool 14 3 Geo Wisata: Landscape Gugus Pulau, Gua, Air Terjun Waigeo, Batanta, Misool 30 4 Pulau dan Pantai Pasir Putih Misool, Waigeo, Batanta, Salawati 18 Jumlah Kapal Wisata di Laut Raja Ampat 2017-2019 Objek Daya Tarik Wisata Alam 2019 Kab. Raja Ampat Nilai Situs Warisan Geologi dan Maknanya
  • 23.
  • 24. Komponen Sistem Sosial ❖ Berdasarkan data BPS tahun 2021, Perairan Raja Ampat menyediakan sumber kehidupan, makanan dan mata pencaharian bagi sekitar 65.403 penduduk yang tersebar di 117 kampung, dan juga memberikan perlindungan dan tempat berteduh bagi masyarakat selama musim angin. ❖ Rata-rata setiap kampung di Raja Ampat memiliki populasi sekitar 200-an penduduk, dan berlokasi dekat dengan laut. ❖ Masyarakat lokal di Raja Ampat memiliki hubungan kekerabatan yang kuat, serta memiliki konsep kepemilikan tradisional atas wilayah darat maupun laut, termasuk terumbu karang. ❖ Tingkat pendidikan masyarakat lokal Raja Ampat rata-rata lulusan SD. ❖ Sebagian besar penduduk kampung adalah anak- anak, dan masih banyak orang dewasa bekerja di sektor informal (utama sebagai nelayan dan sampingan dengan berkebun rata-rata kelapa / mengumpulkan hasil hutan di sekitar kampung).
  • 25. Komponen Sistem Sosial ❖ Setiap kampung biasanya memiliki sekolah, gereja atau masjid, rumah- rumah penduduk, dan beberapa memiliki kebun kecil di dalam hutan yang berdekatan dengan pemukiman. ❖ Beberapa acara kebudayaan yang masih terjaga hingga kini diantaranya Sasi, tari-tarian, suling tambur. ❖ Sebagai contoh, Sasi merupakan aturan adat yang disepakati bersama masyarakat Kepulauan Raja Ampat, sehingga tidak ada orang yang berani melanggarnya. Sasi beragam jenisnya, salah satunya yaitu nelayan hanya boleh melaut setiap 6-12 bulan sekali. ❖ Dengan perkembangan industri pariwisata yang terjadi beberapa tahun belakangan ini, sebagian masyarakat lokal di Raja Ampat mulai bekerja sebagai pemandu selam, atau bekerja di resort maupun homestay.
  • 26. Komponen Hazard (Ancaman) Peta Kerentanan Wilayah Papua Barat (Sumber : Analisis Data)
  • 27. ● Kecamatan Kepulauan Ayao; ● Kecamatan Kofiau; ● Kecamatan waigeo barat. ● Kecamatan Kepulauan Sembilan
  • 28. Komponen Hazard (Ancaman) • Terlalu banyak wisatawan yang datang dalam satu waktu, sehingga tidak sesuai dengan daya dukung lingkungan serta fasilitas penunjang yang ada di lokasi. • Lalu lintas kapal dan perahu cepat yang sangat tinggi berpotensi terjadinya kecelakaan laut, dan meningkatkan resiko tabrakan/kandas di areal terumbu karang. • Adanya aktivitas perikanan komersial yang tidak bertanggung jawab, serta praktik- praktik ilegal fishing. • Masih banyak wisatawan yang datang tanpa membayar biaya kartu jasa lingkungan (tarif layanan pemeliharaan jasa lingkungan di Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Raja Ampat) Perburuan sirip hiu di Raja Ampat (Sumber: Antaranews)
  • 29. Komponen Hazard (Ancaman) • Sampah yang dibuang sembarangan oleh para wisatawan. • Limbah toilet yang bisa berdampak pada over nutrient di laut. • Ketidakfahaman tata kelola dalam pengelolaan Raja Ampat berpotensi adanya konflik antar kelompok. • Ditemukannya penyakit karang, diantaranya berasal dari Black Band Disease, Skeletal Eroding Band, White syndrome, Brown Band Disease, dan White Band Disease. • Pembangunan wilayah pesisirnya meningkat, keragaman biota dan ekosistem di wilayah Raja Ampat pun memiliki potensi keterancaman. • Dampak polusi dan sedimentasi akan membuat penurunan biodiversitas pada suatu ekosistem. Karang terinfeksi penyakit BBD pada Pachyseris speciosa (kiri atas) dan Montipora sp (kanan atas). Sementara penyakit Skeletal Eroding Band menginfeksi karang Acropora sp (kiri bawah) dan White syndrome pada karang Acropora sp (kanan bawah). Foto: Ofri Johan https://www.mongabay.co.id/
  • 31. Pendekatan ICZM di Raja Ampat Konsep Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Laut (Sumber : Rahmawaty, 2004)
  • 32. Melalui pendekatan ICZM di Raja Ampat kita memahami jika Raja Ampat sebagai wilayah kawasan pesisir dan laut memiliki beragam potensi, terutama pariwisata dan perikanan. Beberapa isu dan permasalah yang dihadapi (terutama sesuai studi kasus yang diamati): 1. Kekayaan keanekaragaman hayati di Kepulauan Raja Ampat memiliki tingkat ancaman yang tinggi. 1. Adanya kapal komersial dan pariwisata yang merusak terumbu karang, sampah dari pemukiman warga dan wisatawan dan masyarakat, serta temuan kondisi masyarakat lokal Raja Ampat yang diantaranya masuk kategori miskin. 2. Belum tertatanya sistem kelembagaan dan manajemen yang baik untuk pengelolaan pengembangan kawasan yang terpadu, dan berkelanjutan, dalam memberikan dukungan kepada peningkatan daya saing produk dan kawasan yang dikembangkannya. Kebijakan dan Strategi Pengelolaan Pesisir dan Laut Kepulauan Raja Ampat: Harus dilakukan dengan Co-Management melibatkan unsur-unsur pemerintah (goverment based management) Pusat-Daerah yang bekerja sama dengan masyarakat lokal (community based management), LSM, media massa, akademisi, dan investor (private sector) yang berwawasan lingkungan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan (carrying capacity) wilayah tersebut.
  • 33. Beberapa Kompilasi Aspek Legal Daya Dukung Pariwisata Raja Ampat - UU Nomor 6 Tahun 1996 tentang Perairan Indonesia - UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua - UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang - UU Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana. - UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan - UU Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil - UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah - UU Nomor 45 tahun 2014 tentang Perikanan - PP Nomor 60 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Sumber Daya Ikan - Permen KP Nomor 17 Tahun 2008 tentang Kategori Kawasan Konservasi - Kepmen KP Nomor 36/Kepmen Kp/2014 tentang Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Raja Ampat Kabupaten Raja Ampat Di Provinsi Papua Barat - Perda Nomor 9 Tahun 2012 tentang Larangan Penangkapan Ikan Hiu, Pari Manta Dan Jenis- Jenis Ikan Tertentu di Perairan Laut Raja Ampat - Perda Nomor 8 Tahun 2012 tentang Perlindungan Hutan Manggrove Dan Hutan Pantai - Perda Nomor 27 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi Laut Daerah Raja Ampat - Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Raja Ampat Tahun 2019- 2038
  • 34. Model Konseptual Sistem Ekologi-Sosial (Sumber : Anderies et. al 2004 dalam Hafsari, dkk 2018) Pendekatan Hubungan SES Raja Ampat Hubungan antara (A) sebagai salah satu komponen adalah sumber daya yang digunakan oleh beberapa pengguna sumber daya terbarukan (perikanan) dan Jasa (pariwisata bahari); (B) Dua komponen yang terdiri dari manusia: pengguna sumber daya (perikanan: nelayan, pemilik kapal nelayan, dan perusahaan), (pariwisata; wisatawan, pengelola wisata, dan kelompok sadar wisata) dan (konservasi mengenai mega-biodiversity) (C) Penyedia infrastruktur publik (pemerintah pusat dan daerah mengenai destinasi prioritas dan swasta. Mungkin ada tumpang tindih besar dari individu dalam B dan C, atau mereka mungkin individu yang sama sekali berbeda, tergantung pada struktur sistem sosial yang mengatur dan mengelola SES (D) Infrastruktur publik menggabungkan dua bentuk buatan manusia modal fisik dan sosial (meliputi: penggunaan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata yang digunakan oleh masyarakat dan wisatawan
  • 35. Sumber daya alam akan digunakan / diambil oleh beberapa pengguna sumber daya alam (1). Dalam menggunakan sumber daya alam, pengguna akan membutuhkan alat bantu / infrastruktur sebagai alat bantunya (2,3,5,6). Nelayan (masyarakat lokal): pancing, jaring, perahu, motor, navigasi, dll. Wisatawan : alat selam, diving, kayaking, kapal wisata, rute/peta destinasi, pemandu wisata, peraturan dll. Konservasi : alat ukur monitoring daya dukung lingkungan di Raja Ampat Alat bantu ini akan mempengaruhi keadaan dari sumber daya alam tersebut. Dalam hal ini alat bantu/infrastruktur ini dapat berupa perangkat fisik dan sosial. (4). Alat bantu ini akan mempengaruhi keadaan dari sumber daya alam tersebut. Dalam hal ini alat bantu/infrastruktur ini dapat berupa perangkat fisik dan sosial. Perangkat fisik dapat berupa jaring, perahu, dermaga dan lainnya, sedangkan perangkat sosial berupa peraturan yang berlaku, baik di tingkat lokal (termasuk local wisdom/ kearifan lokal), nasional, maupun internasional. Dalam model ini dipengaruhi oleh faktor eksternal, berupa gangguan biofisik di Raja Ampat Perubahan iklim, Gelombang, pandemi dan perubahan alam lainnya yang berakibat pada sumber daya alam dan infrastruktur. (7), Raja Amapat memiliki: Gelombang, pandemi dan perubahan alam lainnya yang berakibat pada sumber daya alam dan infrastruktur, yang memperngaruhi kondisi sektor pariwisata dan perikanan di daerah tesebut Gangguan sosial-ekonomi (8) Selain itu di Raja Ampat terdapat gangguan sosial ekonomi seperti pertambahan jumlah penduduk, politik, inflasi dan lainnya yang berakibat pada pengguna sumber daya alam dan penyedia infrastruktur seperti: minimnya aturan mengenai keteraturan kapal wisata bahari yang dapat mengurangi keindahan terumbu karang berdampak pada penurunan jumlah kunjungan wisatawan, kegiatan wisatawan, masyarakat mengenai limbah sampah di pesisir pantai serta kemiskinan wargalokal
  • 37. Kesimpulan Pemanfaatan sumber daya di wilayah kawasan Konservasi dan Kawasan Wisata Raja Ampat memiliki konteks keterkaitan antara dimensi sosial dan ekologi, berbagai bentuk kepentingan, dan konflik atas penggunaan sumber daya. Secara eksplisit, pengelolaan kawasan Konservasi dan Kawasan Wisata Raja dibutuhkan sistem pengetahuan yang mencakup pengetahuan ilmiah, manajerial dan pengetahuan lokal dari berbagai pemangku kepentingan. Analisis Integrated Coastal Zone Management (ICZM) sebagai conventional approach memberikan gambaran pengelolaan secara terpadu. Adapun analisis social- ecological system (SES) sebagai pendekatan yang baru dalam interdisipliner pengelolaan pesisir dan lautan, mampu memfasilitasi integrasi dan sintesis pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu dalam memperkaya ICZM dan memasukan ke dalam sebuah kerangka interdisipliner sosial-ekologis sehingga mendukung terwujudnya ekonomi berkelanjutan yang adaptif dan partisipatif dengan mempertimbangkan ketahanan (resilience) kawasan tersebut.
  • 38. Rekomendasi Berdasarkan hasil analisis yang telah disebutkan di atas maka rekomendasi dari kami adalah: Perlu adanya kebijakan penyedia infrastruktur (pemerintah) berupa tindakan yang dilakukan wisatawan, swasta (usaha pariwisata) dan nelayan di sektor perikanan mengenai tata kelola secara berkelanjutan mengenai peningkatan sosio-ekologi di Raja Ampat Edukasi bagi wisatawan dan masyarakat dalam menghindari kebiasaan membuang sampah di laut yang menyebabkan daerah pesisir tercemar, dan menjaga keseimbangan secara ekologi yang berkelanjutan Pengembangan infrastruktur mengenai permasalahan yang ada di Raja Ampat di pantai: sarana transportasi: kapal wisata dan kapal wisata, prasarana transportasi: pelabuhan kapal mengenai aturan berlabuh secara benar agar dapat mencegah kerusakan karang
  • 39. Daftar Pustaka Dirhamsyah. 2005. Indonesian Legislative Framework for Coastal and Coral Reef Resources Management: A Critical Review and Recommendation. Ocean and Coastal Management Journal No. 2409. Departemen Kelautan dan Perikanan 2003. Urgensi RUU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil. http://www.dkp.org (akses pada tanggal 20 Juli 2003). Hafsaridewi, Rani, dkk. 2018. Pendekatan Social-Ecological System dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu. ResearchGate. Rahmawaty. 2004. Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Kelautan secara Terpadu dan Berkelanjutan. e-USU Repisotory Universitas Sumatera Utara. BNPB. 2012. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana. BPS Provinsi Papua Barat. 2018. Provinsi Papua Barat Dalam Angka. BPS Kabupaten Raja Ampat. 2021, Kabupaten Raja Ampat Dalam Angka. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi kreatif. MAPS Destinasi Regional III. https://kemenparekraf.go.id/statistik-satelit- pariwisata (akses pada tanggal 2 Desember 2019) Latief, H. 2000. Tsunami Catalog and Zoning in Indonesia, Journal of Natural Disaster. 22(1): 25-43. Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan Raja Ampat Tahun 2019-2038