Dokumen tersebut membahas persiapan pelaksanaan Ujian Nasional di Aceh tahun 2014, di mana sekitar 150.246 siswa SMA dan SMP akan mengikutinya. Meskipun Aceh mendapat peringkat teratas untuk ketidaklulusan pada UN tahun lalu, pihak terkait optimis hasil UN tahun ini dapat lebih baik dengan target memperbaiki peringkat. Dokumen juga menyinggung masalah kualitas pendidikan di Aceh yang masih
hentikan buli danGANGGUAN SEKSUAL UNTUK MURID.pptx
UN2014
1. Edisi No.14 Tahun II - April 2014
Pelajar Aceh
Siap Hadapi UN
Pelajar Aceh
Siap Hadapi UN
Nurul Husnina,
Siswa MTs Muham-
madiyah, Banda
Aceh:
Fokus Belajar
Nurul Aulia,
Siswa MTs Model,
Banda Aceh:
Nurfaizah,
Siswa MTs
Muhammadiyah,
Banda Aceh:
Belajar Bersama
Membahas UN di Sekolah
Yakin dengan Dukungan
Orang Tua
KIP:
Pemilu
di Aceh
Lancar
KIP:
Pemilu
di Aceh
Lancar
Drs. Zulkarnaini,
Sekretaris Panitia UN Aceh:
UN harus Jujur Tanpa
Kecurangan
2. Saleum
PENGARAH: Dr. Zaini Abdullah
(Gubernur Aceh)
PENANGGUNG JAWAB: Drs Said Rasul
(Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, Informasi dan
Telematika Aceh)
DEWAN PENYUNTING:
Drs. A. Aziz. (Kabid Manajemen Data Base)
Dr. Rahmawati, M. Si. (Kasubbag TU Seuramoe)
PEMIMPIN UMUM: Ir. Sanasi, MM.
(Kepala UPTD Seuramoe Informasi Aceh)
Pemimpin Redaksi:
Asriani, S.Sos
Redaktur Pelaksana:
Irwanda, ST, M.Si
Alamat Redaksi: Gedung Seuramoe Informasi Aceh
Jl. Slt. Alaidin Mahmudsyah, Banda Aceh No. 14. Telp . 0651- 33615
Email: redaksi.seuramoe@gmail.com.
website: http://seuramoe.acehprov.go.id
Koordinator Liputan:
Nining Khairani, S.Sos
Redaktur:
Imran Joni
Penyunting/Editor:
Iranda Novandi, S.Sos
Design/Layout
Aditya AR
Konsultan Media:
Arief Rahman
Fotografer:
Amiruddin
Dharwanda, A. Md
Reporter/Kontributor:
Fahmi, ST - Muslem, A. Md -
Arman Konadi- Rahmat - Safara
Keuangan:
Sri Trisna Fitri, SE
Tata Usaha:
Marhamah - Syamsuarni
Distribusi:
Syaukani - Razali
Logistik Umum:
Syarwan - Amri - Azhar
Redaksi menerima sumbangan tulisan, artikel dan foto yang sesuai dengan misi
penerbitan. Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubah maksud dan sub-
stansi dari tulisan tersebut. Tulisan harus dilampiri tanda pengenal.
Seuramoe Publik
No. 14 Tahun II / April 2014
2
BANDAACEH - Pekan Kreatifitas Fakultas
Adab (PKFA) ke V, yang merupakan agenda
rutin kegiatan seni dan budaya yang dis-
elenggarakan setahun sekali, akan kembali
digelar pada 21- 26 April 2014 mendatang.
“Acara PKFA ke 5 akan dibuka pada
tanggal 21 April ini, insya Allah pada saat
pembukaan orasi budaya akan disampaikan
oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pari-
wisata Aceh, Drs. Reza Fahlevi, M.Si ,“ kata
Ketua Pelaksana, Sudirman, Rabu (16/4),
melalui siaran persnya.
Ia juga menambahkan “ PKA ke 5 akan
dirangkai dengan berbagai perlombaan,
diantaranya turnamen futsal se-lingkungan
UIN Ar-Raniry, tari kreasi, drama, kaligrafi,
puisi, film pendek, photography,daur ulang,
catur, tenis meja “.tambah Sudirman
Pekan kreatifitas mahasiswa yang
diselenggarakan oleh Dewan Eksekutif
Mahasiswa (DEMA) Fakultas Adab dan
Humaniora yang mengangkat tema “Piasan
Adab, Peudoda Nanggroe” ini nantinya akan
dipusatkan di Komplek Fakultas Adab dan
Humaniora dan Gedung Meseum UIN Ar-
Raniry Banda Aceh.
Jika ingin berpartisipasi di ajang ini bisa
menghubungi panitia 081370108724.n ril
Untuk informasi lebih lengkap, silahkan
hubungi:Sudirman, HP. 081370108724
21April,PKFAkeVDigelar
Keceriaan anak-anak peserta audisi Hafizd Cilik di Banda Aceh.
foto: amir/mca
Meski masih menjadi polemik, namun Ujian Nasional tak
lagi menakutkan siswa-siswa di Aceh. Buktinya, untuk
menghadapi UN tahun 2014 yang dilaksanakan April untuk
SMA/sederajat dan Mei untuk SMP/sederajat, para peserta
UN di Aceh mengaku siap untuk mengikutinya.
Tanpa target memang. Tapi Dinas Pendidikan Aceh ber-
harap UN 2014 yang diikuti 57.759 siswa SMA/sedserajat,
85.748 siswa SMP sederajat dan 95.880 siswa SD/sederajat,
dapat lebih baik dari hasil UN tahun lalu.
Konon lagi, Pemerintah Aceh telah menganggarkan dana
pendidikan yang lumayan besar, mencapai Rp2,4 triliun un-
tuk tahun 2014 ini. “Harus lebih baik dari tahun lalu dan ini
harapan kita semua. Kita berharap UN dilaksanakan dengan
kondisi jujur,” kata Ketua Panitia UN Aceh, Bahrum Yakob,
S.Pd kepada Seuramoe Informasi, pekan lalu.
Tahun lalu, tambahnya, dari 76.642 peserta UN tingkat
SMP, 75.219 siswa atau 98,14 persen dinyatakan lulus. An-
gka ini turun 1,24 persen dibandingkan kelulusan tahun 2012
yang mencapai 99,38 persen.
Sedangkan untuk tingkat SMA, ada 1.754 siswa atau 3,11
persen yang tidak lulus dari 56.000 siswa peserta UN. Hasil
ini menempatkan Aceh pada posisi teratas tingkat ketidak lu-
lusan, disusul Papua.
Yang membanggakan, tentu saja sikap optimis pela-
jar Aceh dalam menghadapi UN tahun ini. Meski ada rasa
khawatir tidak lulus, namun mereka mengaku telah siap un-
tuk menghadapinya. Apalagi, pihak sekolah memang tidak
menginginkan ada anak didiknya yang gagal dalam Ujian
Nasional ini.
Maka, try out di sekolah, membedah soal-soal yang ke-
mungkinan diuji dalam UN hingga membedah buku Detik-
detik UN menjadi santapan para siswa sehari-hari. Itu be-
lum ditambah dengan les di luar jam sekolah yang diberikan
orang tua untuk anak-anak mereka.
Dengan dukungan yang besar dari sekolah dan orang tua,
rasanya memang tidak perlu ada rasa takut di benak siswa
kita yang akan mengikuti UN 2014.
Semoga mereka semua berhasil. Amin!
n Redaksi
UNtakLagiMenakutkan
3. Utama
No. 14 Tahun II / April 2014
3
U
“150.246 siswa tingkat SMA dan SMP di Aceh akan mengikuti pelaksanaan
Ujian Nasional (UN) 2014. Jumlah tersebut telah masuk dalam DNT (Daftar
Nominasi Tetap) peserta UN tahun ini.” Demikian dikatakan Kepala Dinas Pen-
didikan Aceh, Drs. Anas M Adam M.Pd kepada wartawan beberapa waktu lalu.
NTUK tingkat SMA, Madrasah Aliyah (MA)
dan SMK serta SMA-LB, diikuti 57.759 siswa
yang akan berlangsung 14-16 April 2014.
Sementara peserta UN SMP sederajat 85.748
siswa, berlangsung 5-8 Mei 2014.
UN juga akan bersamaan dengan ujian
Paket C yang waktu dan jadwalnya bersamaan
dengan UN formal SMA sederajat. 3.959
orang sebagai peserta UN Kesetaraan atau
Paket C. Sementara UN Paket B (ujian keseta-
raan tingkat SMP) diikuti 2.780 orang.
Untuk ujian tingkat SD/sederajat diikuti
95.880 peserta ditambah peserta ujian Paket
A/Ula 320 orang yang berlangsung 19-21 Mei
2014. “Pelaksanaan UN tahun ini tidak ada
yang berbeda dengan tahun ajaran yang lalu.
Termasuk soal ujian juga tidak ada perubahan,
tetap 20 paket. Artinya, setiap peserta tidak
ada yang sama soalnya dengan peserta yang
lain di dalam satu ruang ujian,” kata Anas.
Shabri Aliama, Kepala Pusat Pengem-
bangan SDM Kebudayaan, di Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan RI yang mel-
akukan tugas sebagai Pemantau Persiapan
UN Aceh mengatakan, pihaknya melakukan
pemantauan seputar kesiapan panitia daerah
menyangkut pendistribusian soal ke daerah,
pengelolaan di kelas dan keterlibatan pihak-
pihak terkait.
Menurut dia, kesiapan Aceh sudah ba-
gus, tidak ada kendala yang berarti. Dia juga
mengakui kualitas anak-anak Aceh bagus dan
mampu bersaing dengan anak-anak lain di
Indonesia. “Buktinya banyak siswa Aceh yang
diundang ke Perguruan Tinggi Negeri Favorit,
seperti di Universitas Indonesia,” katanya.
Menyinggung kualitas pendidikan Aceh,
menurut dia harus dimaklumi, Aceh mengala-
mi beberapa masalah, mulai konf-
lik hingga tsunami.
Maka
wajar
jika
kuali-
tas pen-
didikan
Aceh
menurun.
“Namun
saat ini
semakin
baik dan
perhatian
Pemerintah
Aceh sangat
baik. Buktin-
ya anak-anak
Aceh mampu
bersaing den-
gan anak–anak
lain di Indone-
sia,” katanya.
Target
Meski punya catatan ‘buruk’ pada UN
tahun lalu, namun Dinas Pendidikan Aceh
optimis hasil UN tahun ini bisa lebih baik
dari tahun sebelumnya. Tanpa membebankan
target tertentu namun minimal memperbaiki
peringkat dan tak lagi berada pada posisi pal-
ing atas untuk tingkat ketidaklulusan.
“Harus lebih baik dari tahun lalu dan ini
harapan kita semua. Kita berharap UN dilak-
sanakan dengan kondisi jujur,” kata Ketua
Panitia UN Aceh, Bahrum Yakob, SPd kepada
Seuramoe Informasi, pekan lalu.
Tahun lalu, tambahnya, dari 76.642 peserta
UN tingkat SMP, 75.219 siswa atau 98,14
persen dinyatakan lulus. Angka ini turun 1,24
persen dibandingkan kelulusan tahun 2012
yang mencapai 99,38 persen.
Sedangkan untuk tingkat SMA, ada 1.754
siswa atau 3,11 persen yang tidak lulus dari
56.000 siswa peserta UN. Hasil ini men-
empatkan Aceh pada posisi teratas tingkat
ketidak lulusan, disusul Papua.
Dikatakannya, perbandingan persentase
nilai kelulusan siswa, masih seperti tahun
lalu, yakni 40 % nilai sekolah dan 60 % nilai
UN. “Yang penting siswa peserta UN jangan
terpancing dengan isu beredarnya kunci jawa-
ban. Itu hanya upaya dari pihak yang meng-
ganggu konsentrasi siswa,” katanya.
Dr. M. Shabri Abd. Majid, M.Ec, Dosen
Fakultas Ekonomi dan Program Pascasarjana
(PPs) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah)
Banda Aceh dalam makalahnya yang berjudul
“Potret Buram Pendidikan Kita” yang dimuat
di rubrik Opini harian Serambi Indonesia
Kakis (3/1/2013) menilai, pemdidikan Aceh
sangat memprihatinkan.
“Sebagai satu provinsi di Indonesia,
dunia pendidikan di Aceh juga sarat dengan
masalah. Memang kalau dibandingkan dengan
pendidikan di 33 provinsi lain-
nya di Indonesia,
indikator ting-
kat pendidikan
penduduk Aceh
seperti angka
partisipasi kasar
(APK), angka
melek huruf
(AMH), angka
rata-rata lama
sekolah
(ARLS),
dan angka
partisipasi
murni
(APM)
sudah
jauh lebih
baik dan
bahkan
be-
rada di atas
level nasional, namun kualitas
pendidikan Aceh masih sangat memprihatin-
kan,” tulisnya.
Pemerintah Aceh, katanya, belum mampu
mewujudkan pemerataan pembangunan sek-
tor pendidikan antar kabupaten/kota di Aceh.
Aceh yang mendapat jatah dana pemban-
gunan nomor tiga terbesar di Indonesia, Rp
11,9 triliun pada 2010 dan Rp 9,6 triliun pada
2011 (penerima APBD nomor tiga terbesar di
Indonesia), namun alokasi minimal 20% dari
PESERTA UN ACEH
SMP
SMA
2013
2014
2013
2014
82.353
85.748
67. 665
57.759
Pak. B 2.780
Pak. C 3.959
KELULUSAN UN ACEH
SMP
SMA
2012
2013
2012
2013
99,38% 75.219 (98,14%)
65.913 (96,89%)
2013 SMA (3,11%) 1.752 tak lulus Tertinggi setelah Papua
DANA PENDIDIKAN
2007
2013
2014
Rp 2,3 triliun Rp 5,6 triliun Rp2,4 triliun
“Rangking nilai
yang diperoleh
SMA/MA/SMK
yang mengikuti
SMPTN di ber-
bagai perguruan
tinggi di selu-
ruh Indonesia
pada 2011 untuk
IPA menduduki
rangking 31 (di
bawah Papua),
dan untuk IPS
menduduki
rangking 25.”
Gubernur Aceh, Zaini Abdullah meninjau peserta UN serius memngikuti ujian di salah satu SMAN di Banda Aceh.
foto: amir/mca
4. Utama
No. 14 Tahun II / April 2014
4
Para siswa peserta UN serius memngikuti ujian di salah satu SMAN di Banda Aceh.
foto: amir/mca
APBA tersebut untuk memaju-
kan bidang pendidikan belum
mampu mendongkrak mutu
pendidikan Aceh.
“Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) Aceh anjlok
dari peringkat 17 pada 2009 ke
peringkat 27 pada 2010, salah
satunya akibat rendahnya mutu
pendidikan di Aceh.”
Berdasarkan data Badan
Standar Nasional Pendidikan
(BSNP) Kemdiknas, tingkat
kelulusan siswa SMP di Aceh
2012, 99,42% (rangking 21 na-
sional) dan MTs 99,27% (rang-
king 26). Kelulusan siswa SMA
jurusan IPA 99,75% (rangk-
ing 23) dan SMA jurusan IPS
98,81% (rangking 25 nasional).
Tingkat kelulusan siswa MA
jurusan IPA 99,78% (rangking
17), MA jurusan IPS 98,21%
(rangking 18). Dan, tingkat
kelulusan pada jenjang SMK
98,59% (rangking 26) dari 33
provinsi di Indonesia.
Memang bila diukur dari
kelulusan Ujian Nasional (UN),
peringkat pendidikan Aceh
sudah sangat menggembira-
kan. Pada 2011 lalu, misalnya,
kelulusan SMP/MTs menca-
pai 99,38%, SMA/MA IPA
99,76%, dan SMA/MA IPS
mencapai 98,89% dengan rang-
king 21 dari seluruh provinsi di
Indonesia. Namun bila capaian
itu kita bandingkan dengan
daya saing lulusan terjadi kon-
tradiksi.
“Rangking nilai yang
diperoleh SMA/MA/SMK yang
mengikuti SMPTN di berbagai
perguruan tinggi di seluruh
Indonesia pada 2011 untuk
IPA menduduki rangking 31
(di bawah Papua), dan untuk
IPS menduduki rangking 25.”
Demikian kupas Sabri.
Belanja Pendidikan
Dalam tiga tahun terakhir,
penerimaan anggaran pen-
didikan Aceh meningkat tajam.
Sejak adanya dana otonomi
khusus tahun 2008, belanja
pendidikan Aceh secara riil
meningkat hampir dua kali
lipat. Dari Rp 2,3 triliun pada
2007 menjadi Rp 5,6 triliun
tahun 2013. “Tahun ini (2014)
anggaran pendidikan Aceh
mencapai angka Rp.2,4 triliun,”
tulis siaran pers PECAPP be-
berapa waktu lalu.
“Aceh memiliki peluang be-
sar untuk meningkatkan mutu
pendidikan, terutama dari sisi
pendanaan. Belanja pendidikan
dengan tambahan dana otsus/
migas telah menjadikan Aceh
sebagai daerah dengan belanja
perkapita pendidikan tertinggi
(ranking ke-4, 2012) di Indo-
nesia,” tulis siaran pers yang
disiar 21 Agustus 2018 lalu di
situs PECAPP. (http://belan-
japublikaceh.org/pendidikan/
belanja-pendidikan-aceh-2013)
Usulan dana pendidikan ini
disetujui DPRA. Pihak DPR
Aceh dan Pemerintah Aceh
sepakat, dalam RAPBA 2014,
dana pendidikan diplot Rp2,4
triliun. Angka itu melewati 20
persen dari total RAPBA 2014,
yakni Rp12,7 trliun.
Dengan penyebaran di be-
berapa SKPA, seperti Dispora,
Biro Kesra Setda Aceh dan
Dinas PU Cipta Karya, dihara-
pkan dapat memenuhi harapan
untuk peningkatan mutu yang
berorientasi pada skill dan
kualitas guru di Aceh. Dengan
anggaran yang besar, tentu
harapan agar mutu pendidikan
Aceh dan peningkatan kualitas
tenaga pendidik dapat lebih
baik bisa tercapai. Dan ukuran
awalnya UN 2014 ini.
Menurut data dari Disdik
Aceh, anggaran pendidikan
Aceh untuk tahun 2014 men-
capai Rp.895,849 miliar, kedua
terbesar di Indonesia setelah
DKI Jakarta.
m timmcaceh/dbs
Seuramo : Bagaimana yang dimaksud dengan UN Jujur?
Sekretraris UN: UN jujur adalah UN tanpa kecurangan,
dikondisikan secara nasional dengan sistim tanpa pengko-
dean lain, satu ruangan 20 siswa dengan soal yang berbeda
bahkan antar ruang soalnya berbeda. Kemungkinan terjadi
kecurangan tidak ada dan jangan sekali-kali percaya dengan
kunci jawaban, karena siswa tidak tahu kode soal apa yang
diterimanya. Jika masih percaya, itu ‘bunuh diri’ namanya.
Ada pelibatan pengawas dalam tahapan penyelesaian
soal UN?
Telah diaturt secara nasional, mulai menciptakan, ce-
tak dan pendistribusian soal, harus ada tim dari Kepolisian
sesuai tingkatan dan tim Perguruan Tinggi, karena kualitas
nilai ujian merupakan acuan masuk ke Perguruan Tinggi,
selain dari Dinas Pendidikan.
Apa boleh LSM atau pihak lain ikut mengawasi pelak-
sanaan UN?
Secara aturan tidak ada larangan mengawasi UN, siapap-
un boleh mengawasi pelaksanaan UN, termasuk masyarakat
maupun LSM pemerhati pendidikan, bahkan media.
Apakah ada perbedaan kualitas siswa di kota dengan
daerah tertentu dari hasil UN?
Yang dituntut dari UN bukan standar maksimal, sebet-
ulnya yang diuji adalah standar minimal dari tiap mata pela-
jaran yang diuji. Makanya siswa cukup konsentrasi belajar
dengan apa yang dipelajari sesuai kurikulum di sekolah,
maka diyakini lulus kecuali jika tidak yakin atau mencontek
kunci jawaban. Maka diharapkan isilah sesuai kemampuan.
Apakah bisa dipastikan antara kurikulum yang ditetap-
kan dan soal UN sejalan?
Sudah pasti sejalan, karena bahan ujian adalah bahan
kurikulum, bahkan dipersempit dengan kisi-kisi soal dan
telah diberikan ke setiap sekolah. Maka guru mengembang-
kan. Karena itu perlu kerja keras dari semua pihak, yaitu
guru, perhatian orang tua dan masyarakat.
Bagaimana sesungguhnya kualitas siswa Aceh?
Peringkat 32 secara nasional itu adalah tingkat kuanti-
tatif, yaitu tingkat kelulusan. Tapi dari segi kualitas, sebet-
ulnya nilai anak-anak Aceh sedikit di atas rata-rata nasional.
Kenyataannya banyak anak-anak Aceh yang lulus Perguruan
Tinggi Negeri berkualitas di Indonesia.
Apa himbauan terhadap wali Murid?
Perhatikan psikologis anak untuk siap menghadapi ujian.
Kedua, orang tua jangan berpikir bahwa belajar hanya cukup
di sekolah, padahal anak waktunya lebih banyak dengan
orang tua. Ketiga jangan berpikir bahwa tidak lulus UN
maka kiamat.
Bagaimana dengan ujian susulan?
Ujian susulan bagi mereka yang benar-benar tidak bisa
hadir pada hari H ujian karena sakit atau ada hal tertentu.
Sedangkan yang tidak lulus tidak ada ujian susulan.
Apakah ada kemungkinan mendongkrak nilai siswa?
Sudah pasti sekolah tidak bisa mendongkrak nilai karena
nilai rapor mulai kelas satu sudah dikirim secara nasional.
Jika diubah, justru membahayakan siswa. Kelulusan itu
dengan syarat yaitu menuntaskan semua mata pelajaran di
sekolah dengan nilai minimal lulus dan yang terakhir bisa
saja lulus UN, tapi tidak lulus sekolah karena yang menen-
tukan kelulusan adalah pihak sekolah tapi tidak lulus UN
sudah pasti tidak lulus sekolah.m ning/mat.mcaceh
foto: muslim/mca
Drs.Zulkarnaini, Sekretaris Panitia UN Aceh:
UN Jujur Tanpa Kecurangan
5. No. 14 Tahun II / April 2014
5
Utama
PUBLIK Expenditure Analy-
sis and Capacity Strengthen-
ing Program (PECAPP) dalam
riliesnya yang disiar di situs http://
belanjapublikaceh.org/pendidikan/
belanja-pendidikan-aceh-2013, 21
Agustus 2013 mengungkapkan,
penerimaan anggaran Pendidikan
Aceh meningkat tajam dalam tiga
tahun terakhir. Mutu dan daya
saing masih merupakan tantangan
utama di sektor pendidikan.
“Sejak adanya dana otonomi
khusus di tahun 2008, belanja pen-
didikan Aceh secara riil meningkat
hampir dua kali lipat; dari Rp 2,3
triliun pada tahun 2007 menjadi
Rp 5,6 triliun pada tahun 2013.
Belanja pendidikan Aceh secara
keseluruhan meningkat tajam
meskipun mengalami penurunan
secara riil dalam beberapa tahun
terakhir. Pemerintah kabupaten/
kota memiliki peranan yang besar
dengan porsi pengelolaan belanja
pendidikan, mencapai 88 persen,
sedangkan di provinsi hanya
sebesar 12 persen.” Demikian tulis
PECAPP.
Ditambahkan PECAPP, be-
berapa indikator pembangunan
pendidikan Aceh telah meningkat,
terutama dari sisi akses dan pem-
erataan, akan tetapi mutu dan daya
saing masih merupakan tantangan
utama, hal ini tercermin dari
kelulusan siswa, tingkat kompe-
tensi guru serta mutu pelayanan di
sekolah.
Beberapa indikator yang
dikemukakan PECAPP antara lain,
Aceh merupakan daerah dengan
angka ketidaklulusan tertinggi
dalam Ujian Nasional SMA tahun
2013, yaitu 3,11 persen, sementara
rata–rata nasional 0,52 persen.
Hasil Uji Kompetensi Guru
(UKG) tahun 2012 menempatkan
Aceh sebagai provinsi dengan nilai
rata-rata yang relatif lebih rendah
dibandingkan provinsi lainnya.
Guru tidak layak mengajar
di sekolah dasar mencapai 68,2
persen. Sebanyak 19 persen atau
1.179 sekolah di semua jenjang
pendidikan belum terakreditasi.
Ketersediaan fasilitas penunjang
mutu, khususnya laboratorium dan
perpustakaan di sekolah menengah
masih tergolong minim.
Aceh memiliki peluang besar
untuk meningkatkan mutu pen-
didikan, terutama dari sisi pendan-
aan. Belanja pendidikan dengan
tambahan dana otsus/migas telah
menjadikan Aceh sebagai daerah
dengan belanja perkapita pendidi-
kan tertinggi (ranking ke-4, 2012)
di Indonesia.
Tahun 2013, alokasi anggaran
untuk peningkatan mutu guru
meningkat tajam dari 9 persen di
tahun 2010 menjadi 29 persen.
Nilainya sebesar Rp130 miliar atau
29 persen dari keseluruhan belanja
Dinas Pendidikan Provinsi.
Sepakat
DPR Aceh dan Pemerintah
Aceh sepakat dana pendidikan
dalam Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Aceh
(RAPBA) 2014 senilai Rp2,4
triliun. Dengan nilai Rp2,4 triliun
itu, maka dana pendidikan Aceh
melewati angka 20 persen dari total
RAPBA 2014, yakni Rp12,7 trliun.
Sementara untuk peningkatan
mutu guru, Pemerintah Aceh men-
galokasikan anggaran Rp481,426
miliar pada 2014. "Mutu guru
di Aceh secara rata-rata masih
berkualitas rendah sehingga perlu
adanya peningkatan," kata Kepala
Dinas Pendidikan Aceh, Anas
M Adam di Banda Aceh, seperti
dirilies antaranews.com.
Anas merincikan, alokasi dana
itu terdiri atas program pendidikan
anak usia dini (PAUD) Rp678,413
juta dan program wajib belajar
pendidikan dasar sembilan ta-
hun Rp14,774 miliar. Kemudian
pendidikan menengah Rp7,731
miliar, pendidikan non formal
Rp1,483 miliar, pendidikan luar
biasa Rp8,147 miliar, dana pen-
didikan dari kesra guru ke mutu
guru Rp170,238 miliar serta kes-
ejahteraan dan gaji guru kontrak
Rp278,373 miliar.
"Kami berharap dengan ban-
yaknya dana untuk peningkatan
mutu guru pendidikan di Aceh
akan lebih baik," katanya.
Selain untuk peningkatan mutu,
Anas mengatakan ada beberapa
fokus pembangunan pendidikan
tahun 2014, di antaranya mening-
katkan pemerataan akses layanan
pendidikan, layanan pendidikan
berkeadilan melalui ketersediaan
sarana dan prasarana pendukung
pendidikan. Selanjutnya mening-
katkan mutu proses pembelajaran
dan kompetensi lulusan yang
berdaya saing dengan lulusan dari
sekolah luar provinsi ujung paling
barat Indonesia itu.
Kemudian mengintegrasikan
nilai-nilai kearifan lokal dan Dinul
Islam ke dalam sistem pendidikan
Aceh, meningkatkan pengelolaan
pendidikan yang amanah melalui
peningkatan tata kelola dan akunta-
bilitas publik yang profesional dan
transparan.
Pihaknya meyakini dengan
meningkatnya kualitas guru dan
ketersediaan sarana serta prasana
pendukung akan mendongkrak
pendidikan provinsi itu ke arah
lebih baik.
Pendidikan Inklusi
Program pendidikan inklusi
mendapat alokasi anggaran sebe-
sar Rp20 miliar dalam Rancangan
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Aceh tahun 2014. "Saya berharap
Aceh dapat menjadi contoh ter-
depan yang sukses dalam penye-
lenggaraan pendidikan inklusif,"
kata Gubernur Aceh, Zaini Abdul-
lah, di Banda Aceh, akhir tahun
lalu.
Ditambahkannya, untuk mewu-
judkan komitmen terhadap pen-
didikan inklusi tersebut, pihaknya
telah menjalin kerja sama dengan
Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI) Bandung guna mendidik
calon guru Sekolah Luar Biasa
yang akan ditempatkan di sekolah
inklusif.
“Untuk tahap pertama kita telah
mengirimkan sebanyak 74 lulusan
SMA untuk mengambil S1 pendidi-
kan luar biasa, selain juga pengiri-
man tenaga pendidikan khusus bagi
sarjana sebagai guru yang akan
ditempatkan di SLB,” kata guber-
nur, seperti dikutip http://www.
solider.or.id/2013/12/23.
Kepala Dinas Pendidikan Aceh
Anas M. Adam mengatakan, ban-
yak tantangan dalam pelaksanaan
pendidikan inklusif. Hingga kini
baru ada 9 dari 23 kabupaten/kota
yang telah melaksanakan program
pendidikan inklusif. Sisanya belum.
Tantangan lain, masih kurangnya
tenaga pendidik yang memenuhi
kualifikasi dan kompetensi pendidi-
kan luar biasa (PLB).
Sebagai informasi, menurut
data Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, saat ini Aceh meru-
pakan provinsi kelima dari enam
propinsi di Indonesia yang menjadi
pelopor pendidikan inklusif, yaitu
DKI Jakarta, Jawa Barat, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur,
Aceh, dan Sulawesi Selatan.
m timmcaceh/dbs
Belanja Pendidikan Aceh
Meningkat Tajam
“Kami berharap
dengan banyaknya
dana untuk pening-
katan mutu guru
pendidikan di Aceh
akan lebih baik,”
kata Anas.
REKTOR Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Prof.
Dr. Ir. Samsul Rizal M. Eng menilai, kualitas Ujian
Nasional (UN) dari tahun ke tahun semakin baik.
Diharapkan 2014 klimak sebagai tahun terbaik, ka-
rena sesuai permintaan Menteri Pendidikan dan Ke-
budayaan, setiap jenjang pendidikan harus dinilai
hasilnya, seperti SD masuk ke SMP harus mengacu
dari hasil UN, begitu juga dari SMP ke SMA dan
seterusnya.
“Untuk masuk ke universitas, salah satu yang
dinilai juga UN selain nilai rapor. Jadi diharapkan
tahun 2014, nilai UN bisa digunakan untuk masuk
ke perguruan tinggi. Ada kuota sebesar 50% di se-
luruh perguruan tinggi negeri di Indonesia, memberi
kesempatan bagi pelajar masuk kuliah lewat jalur
undangan tanpa testing dan gratis,” kata dia.
Adanya kuota ini, tambah dia, akan memberikan
kesempatan kepada siapa saja yang diundang me-
milih ke luar daerah di seluruh Indonesia. Khusus
anak-anakAceh, diyakininya memiliki kualitas yang
baik. Secara rata-rata, rangking pelajar yang ikut UN
di Aceh, semakin tahun semakin baik. Tetapi untuk
guru, tidak bisa dipungkiri, hasil tes kompetensinya,
guru-guru di Aceh secara rata-rata masih jauh tert-
inggal dari seluruh provinsi di Indonesia.
“Tapi di ujian SNMPTN untuk masuk ke pergu-
ruantinggi,anak-anakAcehmendudukiperingkat25
atau 26 se-Indonesia. Ini harus kita perbaiki, padahal
APBAyang semakin besar, seharusnya kualitas pen-
didikan harus lebih baik. Inilah tugas kita semuanya,
kita harus memetakan di mana kekurangannya, apa
segi fasilitas atau gurunya atau semuanya dan di san-
alah perlu intervensi dari Kementerian Pendidikan
atau instansi terkait,” katanya.
Untuk unsyiah sendiri, menurut rektor, meng-
harapkan pelajar terbaiklah yang lulus di Unsyiah.
Jadi, pelajar tersebut tidak hanya berasal dari sekolah
terbaik di Banda Aceh, akan tetapi juga berasal dari
seluruh pelosok sehingga bisa merata. Solusinya
agar ada pemerataan, maka harus ada pemerataan
penempatan guru-guru terbaik di Banda Aceh ke
daerah-daerah.
“Jadi dirolling seperti dulu. Jangan seperti seka-
rang, karena otonomi, untuk pindah saja susah. Ini
bisa menyebabkan pengotak-kotakan daerah. Ini
yang tidak baik. Guru-guru yang ditempatkan ke
daerah haruslah diberi tunjangan yang lebih baik,”
katanya.
Tersebarnya guru-guru terbaik hanya di ota-ko-
ta besar, menurut rektor merupakan hal yang salah
dalam dunia pendidikan kita yang harus segera
diperbaiki. Yang dikhawatirkan orang pintar tidak
akan turun ke daerah, padahal potensi di daerah san-
gatlah besar. Untuk mengatasi hal tersebut, pemer-
intah sudah menyediakan beasiswa bidik misi bagi
anak yatim piatu dan anak miskin.
Anak-anak di daerah direkrut dan diberikan bea-
siswa. Unsyiah sendiri tahun ini, menurut rektor,
akan memberikan beasiswa dari pemerintah pusat
untuk 1.200 mahasiswanya. “Kita harapkan Guber-
nurAceh bisa memberikan juga beasiswa. Selain itu
juga ada afirmasi untuk 10 perguruan tinggi terbaik
di Indonesia dengan meminta Dirjen Pendidikan un-
tuk merekrut mahasiswa pada tanggal 22 April ini,
untuk tes di 10 wilayah kategori 3 T. Yaitu terdepan,
terluar, dan tertinggal di Aceh, yang nantinya akan
disekolahkan di perguruan terbaik tersebut.
Besaran beasiswa yang diberikan sekitar Rp800
ribu sampai Rp1 juta. Paling kecil di Aceh Rp650
ribu permahasiswa perbulan selama empat tahun,
hanya untuk biaya hidup, sedangkan biaya kuliah
sudah ditanggung,” kata Profesor Syamsul Rizal.
n rahmad/mcaceh
RektorUnsyiah:
KualitasUNAceh
SemakinBaik
6. No. 14 Tahun II / April 2014
6
Utama
Jadwal Ujian Nasional
SD : 19-21 Mei 2014
26-28 Mei 2014 (susulan)
SMP, MTs dan SMPLB : 5-8 Mei 2014
12-16 Mei 2014 (susulan)
SMA/MA, SMK/MAK dan SMALB : 14-16 April 2014
22-24 April 2014 (susulan)
Paket C : Periode I 14-16 April 2014
(IPA/IPS/Kejuruan) : Periode II 19-22 Agustus 2014
Paket B/Wustha : Periode I 5-7 Mei 2014
Mata Pelajaran Ujian
SD: Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam.
SEPERTI layaknya sekolah lain
di Indonesia, persiapan mengha-
dapi ujian nasional juga dilakukan
Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri 1, di Desa Lambaro Sukon,
Darussalam, Aceh Besar. Memberi
les merupakan salah satu kegiatan
yang telah dilakukan.
“Dua bulan sebelum UN kami
mengadakan les tambahan sepulang
sekolah. Kita membahas soal-soal
UN tahun lalu,” kata Kepala SMAN
1 Darussalam, Dra Erawati, Selasa
(15/4). Selain les tambahan, ka-
tanya, sekolah yang baru dua kali
menggelar UN itu juga menggelar
try out bagi siswa.
“Alhamdulilah tahun lalu lulus
100 persen. Memang jumlahnya
tidak banyak, karena tahun ini baru
tahun kedua kami melaksanakan UN
sejak mandiri. Dulu ujian anak-anak
digabung dengan SMUN 1 Baitus-
salam,” katanya.
Menurut Erawati, dari dari to-
tal 88 siswa, hanya 16 siswa yang
mengikuti UN di tahun pertama se-
kolah itu mengikuti UN, yakni tahun
ajaran 2012/2013. 35 persen dianta-
rannya dinyatakan lulus masuk di
Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Adapun tahun ini, tahun pertama
SMAN 1 Darussalam menggelar
UN secara mandiri, ujian diikuti
23 orang siswa.
“Kalau rasa takut anak-anak
tetap ada. Itu karena kebijakan
membedakan bentuk soal yang
sekarang diberlakukan. Jadi mes-
ki berada dalam satu ruangan,
soal antar peserta itu berbeda-
beda,” katanya.
Era mengatakan, sejak diperk-
enankan menyelenggarakan UN
sendiri, berbagai masalah turut
mewarnai pelaksanaan UN
tahun ini. Namun kerja keras
semua pihak mampu mengatasi
permasalahan tersebut.
“Kita bersyukur karena
setelah 30 tahun harus ikut UN
gabung bersama SMUN 1 Bai-
tussalam, akhirnya dibolehkan
menyelenggarakan UN sendiri.
Dulu ada beberapa syarat yang
belum terpenuhi sehingga belum
boleh melaksanakan UN sendiri.
Ini kami harap menjadi pelaja-
ran untuk pelaksanaan UN ke
depan,” katanya. n arman/mca
Mereka Bicara Ujian
Nasional
KAMI sudah jauh-jauh hari
mempersiapkan anak-anak untuk
menghadapi UN. Seperti memberi
les kepada anak-anak mulai dari
kelas 1 sampai kelas 3. Selain
itu mereka juga diberikan try out
sebagai latihan-latihan persiapan
UN. Bahan ajarannya pun sesuai SKL (Standar
Kompetensi Lulusan). Persiapan dari guru dan
sekolah sudah sangat maksimal, tinggal hanya pada
kemampuan siswa itu sendiri. n mca
TAHUN ini, SKL-nya sama. Per-
bedaannya tahun lalu nilai akhir
siswa adalah 60% dari nilai UN
dan 40% nilai sekolah. Kalau seka-
rang sudah 2 tahap, tahap pertama,
70% nilai rapor ditambah 30% ni
lai ujian akhir sekolah. Untuk ta-
hap kedua, nilai akhir itu adalah 60
% dari nilai UN dan 40% dari nilai tahap pertama.
Rata-ratanya tetap 5,5 untuk 4 mata pelajaran, yaitu
Matematika, IPA,Bahasa Inggris dan Indonesia.
Nilai minimum untuk satu pelajaran adalah 4,
tidak boleh kurang. Jadi nilai rapor lebih menentukan
peluang lulusnya siswa. Harapan saya tidak ada UN.
Karena yang mengenal siswa itu sendiri adalah kami,
guru dan sekolah. Meski begitu, ada SKL yang sudah
ditetapkan untuk diajarkan ke siswa-siswa. n mca
UNTUK menghadapi UN ini, sekolah sudah
mempersiapkannya sejak delapan bulan lalu, baik
dengan kelas pengayaan, yaitu les di
sore hari, juga melalui try out ber-
sama supaya mereka tidak kaget
begitu jumpa dengan soal UN.
Meski kendala tidak ada, cuma
kami tetap ingin memotivasi
siswa yang bisa jadi kelelahan
akibat persiapan yang ketat
menuju UN. n mca
Darniati, Guru SMP 7 Banda Aceh:
Mempersiapkan Sejak Jauh Hari Nurfajri, Guru SMP 7 Banda Aceh:
Sedikit Berbeda
Sofi, Guru Bahasa Inggris SMP 7 Banda Aceh:
Siswa Sudah Dipersiapkan
Yoga Iriawan, Siswa SMP 7 Banda Aceh:
Persiapan sudah baik. Selain
mengikuti semua persiapan
yang diberikan oleh sekolah,
juga menambah dengan
mengikuti les di luar. Insya
Allah sudah yakin. Nilai tahun lalu
5,5 kalau sekarang belum tahu,
sepertinya tidak berubah. Sekarang
tinggal memperbanyak doa dan
tidak boleh ragu. n mca
Hayatun Nufus, Siswi SMP 7
Banda Aceh:
Kendalanya di soal-soal saja,
karena belum tahu. Selain itu
tidak ada, kecuali memperban-
yak doa. Sekolah memberikan
les setiap hari di waktu sore,
tapi sekarang sudah ditukar jad-
wal ke pagi hari untuk bisa lebih
fokus saja. n mca
Nabila, Siswi SMP 7 Banda Aceh:
Ada. Adanya les tiap sore misalnya.
Tapi sekarang kelas les sore tadi dipin-
dahkan ke pagi hari. Waktu sore bisa
digunakan untuk istirahat, tidak sepadat
dulu. Isu bocoran soal ada terdengar,
tapi tak pernah dapat. Sempat stress
sih, dengan jadwal belajar yang padat,
karena tidak sempat main seperti dulu,
fokus sama belajar. n mca
Farismayadi, siswa SMP
7 Banda Aceh:
Icut, Siswi, SMP 1 Banda Aceh.
Belum matang sekali, tapi sudah
berusaha. Ikut-ikut les saja se-
lama ini. Isu bocoran soal tahu,
tapi tidak percaya. Lebih memilih
menjawab sendiri. Sedikit stress
karena takut tidak lulus. n mca
Dwi Putri, siswi SMP 7
Banda Aceh
Banyak latihan dari soal-soal try out
tahun lalu. Yang penting tidak termakan
isu bocoran soal. Apalagi memang tidak
pernah dapat. Kuncinya banyak-banyak
latihan soal saja, biasanya keluar juga
soal-soal tahun lalu. Jangan lupa berdoa juga. n mca
Saya ada ikut les selain
di sekolah. Sehingga
tidak takut lagi mengha-
dapi UN. Karena soalnya
sudah sering dibahas dan
kata guru, sama seperti
tahun lalu. Jadi rileks saja, Alhamdulillah
tidak sampai stres. Kalau stres akan menam-
bah pikiran yang ada. n mca
7. Mutiara Safitri, Siswa SMPN 2 Banda Aceh:
Dukungan Orang Tua Sangat Membantu
BELAJAR, belajar dan belajar adalah kunci sukses menghadapi
UN. Itu pesan yang selalu saya ingat yang diberikan Ibu
saya. Di samping itu, mengi- kuti try out yang diadakan
sekolah serta mengerjakan contoh soal-soal UN dan les,
sangat berguna. Tapi jangan lupa doa, baik sendiri
maupun secara bersama- sama di sekolah.
Meski ke- sulitan dengan Mapel
Matematika, namun dengan kesungguhan
dan belajar terus-me- nerus, saya yakin, mapel
tersebut akan menjadi mudah bagi saya, sama
mudahnya dengan Mapel Bahasa Indonesia
dan Bahasa Inggris. Dukungan orang tua akan memberikan kekua-
tan khusus bagi saya. n safara/mca
No. 14 Tahun II / April 2014
7
Utama
Mereka Bicara Ujian Nasional
Kepala SDN 25 Banda Aceh,
Dra. Hj. Susilowati, M.Pd:
Telah Mempersiapkan
Siswa
UNTUK Sekolah Dasar
(SD) di Aceh dilak-
sanakan UN dengan
komposisi soal 75
% dari daerah dan
25 % dari pusat,
sesuai rapat di
SMK Lhong
Raya Banda Aceh. Untuk itu, seba-
gai guru, kami telah mempersiapkan
kemampuan anak-anak, selain proses
pembelajaran reguler, juga diberikan
jam pelajaran tambahan pada sore hari
serta try out, dengan memfokuskan
pada Bahasa Indonesia, Matematika,
IPA dan Agama. Di mana UN SD akan
dilaksanakan 19 s/d 22 Mei 2014.
Insya Allah, selama try out terlihat
anak-anak sudah siap menghadapi
UN, tidak terkejut, sehingga UN tidak
lagi menjadi hal yang menakutkan dan
siswa mengikuti ujian dengan tenang.
SDN 25 merupakan peringkat 15 un-
tuk seluruh SD se-Kota Banda Aceh.
n nining
ADANYA jam belajar bersama di sekolah untuk membahas buku Detik-detik
UN dan belajar khusus pada materi yang di-UN-kan cukup membantu. Tapi
yang terpenting menjaga kesehatan agar tidak sakit waktu UN.
Kami juga berterima kasih karena sekolah mau mengadakan try out UN
dua kali. Jadi, meskipun Matematika dan IPA sulit bagi saya, namun jadi
siap menghadapinya. Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris mudah memang.
Untungnya kepedulian dan peran orang tua memberi keyakinan bagi kami. Di-
antaranya dengan memberikan kesempatan les di luar sekolah. n safara/mca
Nurul Aulia, Siswa MTs Model, Banda Aceh:
Belajar Bersama Membahas UN di Sekolah
MENGHADAPI UN 5 Mei 2014, tidak
ada persiapan khusus kecuali doa, usaha,
Ikhlas dan tawakal. Mengikuti try out
bersama dan mandiri, ikut les sehingga
termotivasi agar dapat lulus dan juga
membahas soal–soal tahun lalu untuk
persiapan UN.
Kami sangat terbantu dengan adanya
modul pembahasan UN dan soal–soal prediksi UN. Guru
juga aktif dengan memberikan penjelasan cara menjawab
soal dengan cepat dan tepat dan selalu mengingatkan siswa
untuk bisa menjawab UN dengan baik dan benar.
Bahasa indonesia terbilang mudah, dan Matematika
menjadi pelajaran yang sulit bagi saya. Namun dukungan
orang tua memberi motivasi saya untuk bisa lulus SMP.
Pastinya tak lupa berdoa kepada Allah SWT. n safara/mca
Dara Ramadhana, Siswa SMPN 2 Banda Aceh:
Doa, Usaha, Ikhlas dan Tawakkal
BELAJAR dan menjaga kes-
ehatan agar tidak sakit waktu
UN menjadi prioritas. Jika
badan fit dan kita telah mem-
persiapkan diri dengan belajar
pada materi yang di UN-kan
serta mengikuti try out di se-
kolah, mudah-mudahan semua
bisa berjalan lancar.
Matematikan dan Bahas
Inggris bagi saya menjadi
mapel yang sulit. Tapi kalau
Bahasa Indonesia dan IPA
pelajaran favorit saya. Tapi
Nurfaizah, MTs Muhammadiyah, Banda Aceh:
Yakin dengan Dukungan Orang Tua
dengan dukun-
gan orang tua,
saya yakin bisa
lulus dan tak
mengecewakan
mereka.
Saya
tidak in-
gin yang
telah di-
lakukan orang tua, seperti les
di luar sekolah, menjadi sia-sia
dengan tidak lulus UN.
n safara/mca
KAMI sangat siap, terutama karena
sekolah sangat aktif membantu kami
dengan memberikan kesempatan un-
tuk mengikuti try out dan mem-
bahas buku Detik-detik UN, fokus
belajar pada materi yang di-UN-
kan dan tentu saja tetap menjaga
kesehatan agar pada saat UN nanti
siap secara fisik dan mental.
Semua mata pelajaran akan
menjadi sulit jika kita tidak mau
belajar dengan sungguh-
sungguh. Matematika dan
Bahasa Inggris selalu men-
jadi mata pelajaran yang
sulit dibandingkan Bahasa
Indonesia dan IPA. Untungn-
ya ayah-bunda sangat
mendukung dengan menyer-
takan saya dalam les di luar
Zilqia T. Nufus, siswa SMP Bhayangkari, Banda Aceh:
Membedah Buku Detik-detik UN
sekolah dan bimbingan untuk menjawab soal.
n safara/mca
Siswa SDN 25 Banda Aceh,
Asy-Syifa Syaharani:
Jaga Kesehatan
dan Persiapkan Diri
SUDAH siap mengikuti UN, karena
sudah ikut try out dan jaga keseha-
tan supaya tidak sakit saat UN. Se-
mua pelajaran sulit, tapi saya merasa
yang paling sulit itu Matematika.
Tapi sudah siap, karena ada try out.
Teman-teman yang ikut UN, se-
baiknya tidak merasa ketakutan. Jika kita persiapkan
diri sejak awal dengan belajar sungguh-sungguh,
pasti kita bisa dan nilainya akan bagus.n nining
SELAIN mengikuti try out yang
dilaksanakan sekolah, saya juga
mengikuti les di luar sekolah un-
tuk mempersiapkan diri dalam
UN.Khusus untuk mata pelaja-
ran yang bagi saya sulit, seperti
Matematika dan Bahasa Inggris,
saya belajar lebih. Tapi yang lebih fokus membahas
materi pelajaran yang di-UN-kan. Satu lagi, berdoa
dan menjaga kesehatan itu perlu. n safara/mca
Usnat Ulqufra, Siswa MTS Muhammadiyah, Banda Aceh:
Fokus Belajar pada Materi UN
Nurul Husnina, Siswa MTs Muhammadiyah, BandaAceh:
Fokus Belajar
MENGHADAPI UN bulan depan, saya
lebih sering dan fokus belajar dan latihan
soal khususnya belajar materi yang di-UN-
kan. Ikut les di luar sekolah, try out yang
diadakan sekolah, serta belajar pada mata
pelajaran yang sulit, seperti Matematika
dan Bahasa Inggris. n safara/mca
Meutia Mukhnina, Siswa SMPN I BandaAceh:
Terbantu dengan Try Out di Sekolah
ORANG tua sangat mendukung saya
dengan selalu mengingatkan saya agar-
terus belajar dan mengulang materi yang
di-UN-kan. Terus melatih diri menjawab
soal dan tentu saja belajar dengan giat dan
mengisi buku detik-detik UN di sekolah.
Termasuk mengikuti try out yang diadakan
dilaksanakan di luar sekolah.
Sekolah juga banyak mem-
bantu dengan memberikan
soal-soal latihan kepada
kami dan melaksanakan
try out pra UN, mem-
berikan latihan soal-soal,
mendatangkan motivator
untuk memotivasi kami
dan masih banyak yang lain. n safara/mca
sekolah dan
beberapa try
out praUN yang
8. No. 14 Tahun II / April 2014
8
Wawancara
ENGAN anggaran pendidikan yang
cukup besar, Rp.895,849 miliar tahun
ini, Dinas Pendidikan Aceh berharap
dapat mendongkrak mutu pendidikan
Aceh. Terutama SDM guru, yang mutu
profesionalnya di bawah rata-rata na-
sional. (kiprah no.II/2014)
Dan untuk menghadapi Ujian Nasional (UN) 2014,
Disdik telah mempersiapkan berbagai hal, agar target
memperbaiki mutu pendidikan dan hasil UN lebih
baik dari sebelumnya bisa dicapai.
Lalu apa saja yang telah dilakukan Disdik (Pani-
tia UN Aceh) untuk mempersiapkan anak didik
dalam menghadapi UN 2014? Berikut wawan-
cara Nining Kh dan Fotografer Rahmat,
dari Seuramoe Informasi, dengan
Bahrum Yakob, S.Pd, Ketua Pani-
tia UN Aceh, yang didampingi
Drs. Zulkarnaini, Sekretaris
UN Aceh serta Pemantau
Persiapan UN Aceh dari
kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan RI,
Shabri Aliama, Kamis
pekan lalu di Posko UN
Disdik Aceh, Banda
Aceh.
Seuramoe Informasi:
Kapan UN dilaksana-
kan?
Bahrum Ya-
kob: Pelaksanaan
UN Tingkat SMA/
MAN sederajat
dilaksanakan 14 s/d
16 April 2014, SMP/
MTsN sederajat mulai 5
s/d 7 Mei dan untuk SD
19 Mei.
Target yang ingin dicapai
pada Tahun Ajaran 2013-
2014?
Harus lebih baik dari tahun
lalu. Dan kita harapkan, semua
kita, UN dilaksanakan dengan
kondisi jujur.
Bagaimana sistim pelaksan-
D aan UN?
Siswa sudah dipersiapkan dari
awal dan saat ini dapat dilihat bahwa siswa
sudah siap menghadapai UN dengan mel-
aksanakan remedial (ulangan) mata pelaja-
ran, baik yang diuji saat UN maupun mata
pelajaran lainnya.
Bagaimana dengan kesiapan Guru?
Guru sudah dipersiapkan semak-
simal mungkin dan dilakukan pengawasan
silang.
Bagaimana dengan biaya Try Out?
Try Out merupakan wewenang
di sekolah dengan biaya yang disiapkan
sekolah, sementara dari Provinsi tidak ada
mempersiapkan biaya Try Out.
Berapa perbandingan persentase nilai
kelulusan Siswa?
Nilai persentase yaitu 40 % nilai
sekolah dan 60 % nilai UN.
Apa ada kendala di lapangan pendistribu-
sian soal UN?
Mudah-mudah hingga saat ini be-
lum ada kendala pendistribusian soal UN,
bahkan untuk daerah Simeulu belum ada
informasi hambatan.
Apa himbauan Bapak sehubungan den-
gan beredarnya kunci jawaban UN?
Itu hanya upaya dari pihak yang
mengganggu konsentrasi siswa, oleh
sekolah sejak awal sudah mengingatkan
bahwa itu adalah kerjaan orang iseng dan
usil, sebab soal UN tidak akan bocor, dija-
min itu.
Apakah tingkat SD ada UN?
Semuanya diserahkan ke daerah
masing-masing dan kita sudah memper-
siapkan dengan 25 % dari Pusat dan 75
% dari daerah. Sementara untuk SMP dan
SMA semuanya dari Pusat.
Bagaimana mengatasi faktor psikhis yang
dihadapi orang tua dan siswa terha-
dap UN?
Yang perlu dimotivasi
kepada anak-anak bahwa
UN bukan momok yang
menakutkan, UN itu adalah
hal yang harus dipersiapkan
dengan serius bukankah un-
tuk naik ke level yang lebih
baik harus diuji? *
9. No. 14 Tahun II / April 2014
9
Galeri UN 2014Galeri UN 2014
10. No. 14 Tahun II / April 2014
10
KIP: Pemilu di Aceh Lancar
Laporan Khusus
WAKIL Ketua Komisi Independen Pemilihan Aceh
Basri M. Sabi menyatakan pelaksanaan Pemilihan
Umum di Aceh berjalan aman, lancar dan tertib.
Antusias warga mendatangi Tempat Pemungutan
Suara (TPS) juga cukup besar. "Tidak ditemukan
masalah yang besar. Kalau pun ada masalah, masih
bisa ditangani oleh petugas di lapangan," katanya,
Rabu (9/4) siang.
Menurut Basri, hal terpenting dalam kesuksesan
Pemilu tahun ini adalah tidak terjadinya gangguan
keamanan. Dari laporan yang diterima KIP dari
daerah, tidak terjadi gangguan keamanan. “Atas
MESKI diwarnai berbagai
insiden, secara keseluruhan
proses pemungutan suara di
Aceh Rabu (9/4) lalu berlang-
sung aman dan tertib. Seluruh
warga Aceh dinilai antusias
menggunakan hak pilihnya
dengan hadir ke tempat pemun-
gutan suara tanpa tekanan dan
intimidasi.
Pernyataan itu
disampaikan Kapolda
Aceh, Irjen Husein
Hamidi di sela-
sela kunjungan-
nya ke Tempat
Pemungutan
Suara (TPS)
di Kecama-
tan Kuta-
raja bersama
Pangdam
Iskandar
Muda,
Mayjen
Pandu Wibowo,
untuk melihat pengamanan di
tiga TPS di kecamatan tersebut,
yakni TPS di Gampoeng Pande,
Lampaseh dan Keudah.
Selain Pangdam, turut dalam
rombongan Kapolda antara
lain Kapolresta Banda Aceh,
Kombes Moffan Muju Kanti
dan Wali Kota Banda Aceh,
Illiza Sa'aduddin Jamal, Kabid
Humas Kombes Gustav Leo
dan Dirpropam, Kombes Susilo
Teguh Raharjo. "Situasi aman
dan terkendali. Kondusif sam-
pai saat ini. Mudah-mudahan
kondisi ini bisa terus diperta-
hankan," kata Kapolda.
Menurut Husein, hingga
menjelang akhir pencoblosan,
pukul 13.00 Wib sebagaimana
batas akhir pemungutan suara,
lancarnya perhelatan pesta demokrasi ini, KIP Aceh
menyampaikan terimakasih kepada seluruh lapisan
masyarakat, petugas pengamanan, dan para penye-
lenggara,” ujar Basri.
Pemungutan Ulang
Menyinggung adanya TPS yang kekurangan
surat suara, Komisi Independen Pemilihan (KIP)
akan melakukan pemungutan suara ulang. Pemun-
gutan suara ulang ini akan dilakukan di salah satu
TPS yang ada di Kabupaten Pidie. Berdasarkan
hasil monitoring dan evaluasi Komisioner KIP,
dari total 10.839 TPS di Aceh hanya satu TPS yang
melakukan pemungutan suara ulang, yakni di TPS
2 Gampong Ulee Tutue Raya, Kecamatan Delima,
Kabupaten Pidie. Pemungutan ulang tersebut akan
dilakukan pada Minggu (13/4).
“Yang lain alhamdulillah sudah pada proses
rekapitulasi di tingkat PPS di gampong masing-
masing,” ujar Junaidi, Komisioner KIP Aceh Divisi
Hukum dan Pengawasan, Kamis (10/4) di Banda
Aceh, dalam siaran pers yang dikirimkan ke media
di Banda Aceh.
Dijelaskannya, proses pemungutan suara di TPS
2 Gampong Ulee Tutue Raya dilakukan karena
kurangnya 300 lembar surat suara. Dari total 413
pemilih di TPS tersebut, hanya 113 orang yang telah
memberikan hak pilihnya.
“Di sini ada kesalahan secara prosedural. Di
mana KPPS setempat sebelum memberikan surat
suara ke pemilih tidak terlebih dahulu menghitung
surat suara yang tersedia dan mencocokkannya den-
gan jumlah DPT ditambah DPTb (tambahan), DPK
(khusus) serta melihat 2 persen dari cadangan,”
sebut Junaidi.
Karena kesalahan secara prosedur inilah pros-
esnya harus terhenti. “Kemudian ada rekomendasi
dari Panwas di lapangan disampaikan bahwa tidak
dibenarkan meneruskan pemungutan suara ulang
di luar jadwal yang telah ditentukan pada hari itu.”
Atas persoalan tersebut, KIP Pidie bersama PPK,
dan juga KPPS setempat dan Panwas menggelar
rapat untuk mencari jalan keluar.
“Prinsipnya KIP secara penyelenggara wajib
menjaga dan memelihara hak pilih masyarakat yang
telah terdaftar dalam DPT. Sesuai dengan surat yang
kami sampaikan, maka KIP Pidie telah melakukan
pleno dan telah menyampaikan kepada kami akan
melaksanakan pemungutan suara ulang di TPS 2
Gampong Tutue Raya pada 13 April,” ujar mantan
Ketua KIP Pidie tersebut.
“Dan hari Minggu nanti kami dari KIP Aceh
akan melakukan monitoring dan supervisi di daerah
tersebut.”
n ril/mca
dirinya belum menerima
laporan adanya intimidasi yang
dialami warga. "Belum ada
laporan intimidasi," katanya
singkat.
Ditambahkannya, Polda
Aceh bersama TNI akan terus
mengawal keamanan hingga
proses Pemilu berakhir. Untuk
mengawal proses pelaksan-
aan pemilu, Polda Aceh telah
menempatkan 660 personil or-
ganik Polda Aceh ditambah 341
personil Brimob Mabes Polri ke
sejumlah kabupaten/kota yang
dinilai rawan. Selain berpatroli,
personil tersebut juga akan
melakukan razia rutin untuk
mencegah aksi kekerasan.
"Wilayah yang diperkirakan
rawan, beberapa hari lalu sudah
kita pertebal dengan mengirim
personil ke sana. Patroli dan
razia tetap kita laksanakan un-
tuk memberi rasa aman kepada
masyarakat," kata Kapolda
seraya menambahkan, “Personil
yang terlibat dalam penga-
manan selama pelaksanaan
Pemilu di Aceh agar men-
gawal setiap pergeseran
logistik Pemilu. Hal ini
untuk menghindari
berbagai kemungki-
nan tindakan ke-
curangan.”
Wali Nanggroe
Sementara itu
Wali Nanggroe
Malik Mah-
mud Al Haytar
menggunakan
hak suarannya di
TPS satu Gampong
Beurawe Kecamatan
Kuta Alam. Malik yang
datang dengan pengawalan
ketat langsung menuju tempat
khusus yang disediakan PPS
Beurawe untuk menunggu
giliran mencoblos.
"Siapapun memenangkan
Pemilu saya berharap menjaga
perdamaian Aceh," kata mantan
Perdana Menteri Gerakan Aceh
Merdeka (GAM) yang dilantik
sebagai Wali Nanggroe Aceh,
Desember 2013 itu.
Menggunakan hak pilih di
Pemilu legislatif 2014, merupa-
kan pencoblosan perdana bagi
Malik Mahmud setelah per-
damaian antara pemerintah dan
Gerakan Aceh Merdeka. Selain
Wali Nanggroe, TPS 1 Beurawe
juga diramaikan 403 orang
warga yang terdaftar sebagai
pemilih.
Sosialisasi
Rektor Universitas Syiah
Kuala (Unsyiah), Prof. Dr. Ir.
Samsul Rizal M. Eng kepada
Seuramoe Informasi menga-
takan, Unsyiah telah beberapa
kali melakukan sosialisasi
pelaksanaan Pemilu, baik yang
disponsori lembaga luar seperti
kegiatan Road to Vote yang
digelar di Gedung AAC.
Termasuk menghimbau
kepada seluruh BEM Fakul-
tas untuk mengajak memilih.
“Karena memilih pemimpin itu
wajib, memilih yang terbaik di
antara yang ada. Dalam Islam
contohnya, setelah Rasulullah
SAW wafat saja, harus di-
tunggu selama tiga hari untuk
memilih pemimpin pengganti
berikutnya. Jadi saya berharap,
golput di Aceh bisa sekecil
mungkin,” katanya.
Di mata Syamsul, trend
golput semakin tahun semakin
meningkat. Hal itu tidak baik
bagi demokrasi. Suatu saat,
anak-anak yang sekarang di Un-
syiah juga akan mencalonkan
diri dan harus dipilih. Walau-
pun ada calon legislatif yang
kurang-kurang, tapi menurut
dia masih ada yang lebih baik.
“Merekalah yang harus dipilih.”
Rektor berharap dapat ter-
pilih legislator terbaik yang bisa
membuat kebijakan-kebijakan
politik untuk kemajuan Aceh.
Merekalah yang akan memikir-
kan, berdiskusi, menemukan
langkah apa yang akan diambil
untuk Aceh ke depan.
“Kita lihat Amerika yang
sudah merdeka lebih dari 300
tahun, mereka menggunakan
staf ahlinya dari universitas
untuk memikirkan bangsanya.
Jadi yang mereka lakukan
bukanlah hal yang dicoba-coba,
akan tetapi sudah melalui hasil
penelitian baik dari akademisi
maupun praktisi sehingga kebi-
jakan yang diambil adalah yang
terbaik di saat itu,” kata dia. n
arman/rahmad/mcaceh
Kapolda:HariPencoblosan,
AcehAman
11. No. 14 Tahun II / April 2014
11
Laporan Khusus
Nabila-pun Ingin Mencoblos
Berbagai Pelanggaran
Warnai Pemilu di Aceh
NABILA, memang baru sembilan tahun.
Tapi keingintahuannya begitu besar. Sempat
berontak saat ditahan petugas Linmas di
TPS 9 Gue Gajah, Aceh Besar, yang terletak
di komplek gedung TVRI Banda Aceh, toh
akhirnya dia lolos juga ke bilik suara ber-
sama sang ibu.
Lirik kanan-kiri, Nabila banyak bertan-
ya seputar apa yang dilakukan sang bunda
hari itu. Siapa yang dipilih? Bagaimana
caranya? Nabila yang bertubuh bongsor
itupun berharap dirinya boleh memilih.
Rabu pagi 9 April itu, suasana di kawa
san Gampong Gue Gajah, Aceh Besar mem
ang cukup lengang. Warga tumpah ke lokasi
TPS (Tempat Pemungutan Suara) yang di-
pusatkan di komplek Gedung TVRI. Pagi
yang cerah mengiringi langkah mereka.
Meski matahari bersinar garang, namun
suasana di komplek tersebut terlihat cukup
sejuk. Barisan pepohonan yang tumbuh di
sekitar komplek memberi naungan yang
membuat orang betah berlama-lama men-
unggu giliran untuk menggunakan hak su-
aranya, memilih wakil mereka di parlemen.
Bermacam gaya terlihat dalam kerumu-
nan massa yang mulai antri di depan TPS
masing-masing. Semua terlihat ceria ber-
sama keluarga, dari mulai yang tua hingga
anak-anak. Bahkan sejumlah anak-anak
nekad masuk ke area TPS, meski ditahan
petugas.
Nabila satu dari sekian banyak anak-
anak yang ikut orang tuanya ke TPS dengan
berbagai alasan. Dari yang ingin bermain,
hingga yang ‘terpaksa’dibawa karena tiada
penjaga di rumah. Tapi beragam pula yang
ingin diketahui mereka. Dari bagaimana
BADAN Pengawas Pemilu (Bawaslu)
Aceh menilai, hingga hari pencoblosan
Pemilu 9 April 2014, ribuan alat per-
aga masih terlihat di berbagai tempat.
Padahal sesuai Peraturan Komisi Pe-
milihan Umum (PKPU) dan Undang-
undang No 8 tahun 2012 tentang pe
nyelengaraan Pemilu disebutkan, selu
ruh alat peraga kampanye harus sudah
ditertibkan sehari sebelum pemungu-
tan suara.
“Umumnya di desa–desa ma
sih terdapat alat peraga peserta
Pemilu. Jumlahnya ribuan
dan sangat riskan bagi Pan
waslu maupun Bawaslu
mengidentifikasi jumlah
dan jenisnya,” kata Ketua
Badan Pengawas Pemilu A
ceh,Asqalani,Jumat(10/4).
Hal itu disampaikan
Asqalani saat merilis se-
jumlah laporan yang masuk ke Bawaslu Aceh dari Panwaslu di 13
kabupaten/kota di Aceh. Dari data yang disebut bersifat sementara
itu, tidak netralnya penyelenggara Pemilu adalah kasus yang terban-
yak diterima Bawaslu Aceh hingga Jumat pukul 11. 00 wib. “Ada
penyelenggara yang mengajak pemilih memilih partai tertentu,” ujar
Asqalani mencontohkan.
Bentuk ketidaknetralan lainnya, sebut Asqalani, ada Kelompok
Panitia Pemungutan Suara (KPPS) yang telah mencoblos surat su-
ara sebelum pemungutan. Selain itu pihaknya juga mendapat laporan
ada TPS yang baru buka dan masih melakukan proses pemungutan
suara hingga melewati pukul 13.00 Wib atau di luar jadwal yang di-
tentukan.
“Penting diperhatikan setiap KPPS bahwa setiap pemilih harus
memastikan kedatangannya sebelum jam 13 meskipun kemudian pe-
mungutan suara masih dilanjutkan karena yang bersangkutan sudah
mendaftar sebelum jam satu,” jelasnya.
Asqalani mengatakan, selain administrasi, pelanggaran yang ter-
jadi selama pemungutan suara juga masuk dalam katagori pidana
Pemilu. “Pencoblosan surat suara di Kabupaten Pidie berpotensi pi-
dana Pemilu sebagaimana diatur pasal 309, Undang-undang No 8
tahun 2012.”
Terkait seluruh laporan ini, katanya, pihaknya akan melakukan
verifikasi bersama Panwaslu di 23 kabupaten/kota untuk ditindaklan-
juti. Verifikasi akan dilakukan sesuai ketentuan, yakni selama lima
hari sejak kasus ditemukan. Untuk dapat dikatagorikan pelanggaran
administrasi atau pidana, katanya, akan ditentukan dalam pleno, apa-
kah pelanggaran pidana atau administrasi. “Tentu itu dilakukan sete-
lah memanggil pelaku dan saksi.”
Seluruh keputusan dalam pleno, kata Asqal, khususnya yang
terkait pelanggaran, akan disampaikan ke KIP dan Kepolisian serta
Bawaslu Pusat untuk ditindaklanjuti sesuai kesalahan yang dilaku-
kan. Adapun laporan yang telah diterima Bawaslu Aceh itu berasal
dari Panwaslu Bireuen, Aceh Timur, Aceh Utara, Pidie dan Banda
Aceh. Pidie Jaya, Lhokseumawe, Sabang,Aceh Besar,Aceh Tengah,
Aceh Tenggara, Langsa, dan Gayo Lues. “Laporan ini sifatnya aktif
dan terus bertambah.”
Adapun 14 bentuk kasus pelanggaran yang telah diterima dan se-
dang ditangani Bawaslu Aceh dan sedang ditindaklanjuti Panwaslu
di kabupaten/kota di Aceh, yakni kekurangan surat suara sembilan
kasus, yang terjadi di Aceh Timur, Pidie, Pidie Jaya, Aceh Besar,
Lhokseumawe dan Sabang.
Surat suara tertukar atau hilang, dua kasus terjadi di Banda Aceh
dan Gayo Lues. Surat suara sudah tercoblos dua kasus di Pidie. Pen-
yalahgunaan surat suara oleh KPPS satu kasus diAceh Timur.
Pendistribusian surat suara satu kasus, terjadi di Bireuen dan Pi-
die Jaya, pembukaan TPS di luar jadwal tiga kasus, terjadi di Bi-
reuen, Lhokseumawe danAceh Besar. Waktu penutupan TPS di luar
jadwal satu kasus, terjadi di Lhokseumawe. Proses penghitungan
suara yang tidak sesuai prosedur dua kasus, terjadi di Aceh Tengah.
Pemilih yang tidak memiliki identitas jelas dua kasus di BandaAceh.
Netralitas penyelenggara pemilu empat kasus di Bireuen, Aceh Uta-
ra,Aceh Besar danAceh Tengah.
Selanjutnya kekerasan dan intimidasi tiga kasus di Bireuen,Aceh
Besar, danAceh Tenggara, KPPS tidak memberikan salinan C1, satu
kasus di Aceh Tenggara, permasalahan logistik di Aceh Tenggara
satu kasus serta alat peraga kampanye di Bireuen satu kasus.
n arman/mcaceh
cara mencoblos, hingga yang ingin fotonya
ada di kertas suara.
“Bunda apa aku boleh milih? Bunda pilih
siapa? Bagaimana cara memilihnya?”
Itulah rentetan pertanyaan yang diajukan
Nabila.
“Adik belum tujuhbelas tahun. Dan siapa-
pun yang bunda pilih, itu rahasia. Cara me-
milih cukup dengan mencoblos atau menusuk
paku ini pada kertas suara, tapi Adik tidak
boleh lihat,” ujar sang bunda memberi pema-
haman.
“Ooo.. gitu ya?” ujar Nabila seakan-akan
mengerti apa yang dijelaskan bundanya.
Menjelang Zuhur, hanya sedikit warga
yang beranjak. Sebagian masih sabar men-
unggu antrian. Bahkan hingga proses pemun-
gutan suara selesai, ratusan warga masih
memadati lokasi tersebut, hanya untuk meng-
etahui hasil penghitungan suara.
Dengan rata-rata DPT di satu TPS 450
orang, komplek TVRI jadi penuh sesak.
Nyaris mirip saat lokasi tersebut dijadikan
lokasi pengungsian korban tsunami sembilan
tahun lalu.
“Saya berharap Pemilu kali ini bisa mem-
bawa perubahan ke depan yang lebih baik.
Namun yang paling penting, kita semua bisa
menjaga perdamaian, sehingga kita dapat
melakukan aktivitas sehari-hari tanpa rasa
takut lagi,” ujar Mawar, warga Dusun Aron.
Ha senada diungkapkan Nonong, warga
dusun yang sama. “Yang penting pemimpin
yang kita pilih ini amanah. Jangan hanya me-
mentingkan diri sendiri, tapi pikirkan nasib
rakyat banyak, agar masyarakat Aceh lebih
makmur dan sejahtera,” katanya.
n asr/mca
Para pemilih di kompleks TVRI Banda Aceh menunggu di bawah rindangnya pepohonan sebelum mendapat
giliran mencoblos. Foto: wandra/mca
12. No. 14 Tahun II / April 2014
12
Kolom
M Oleh : D. KEMALAWATIINGGU malam men-
jelang Ujian Nasional
tingkat SMA/MA/
SMALBSMK/MAK akan digelar,
tak sengaja saya menonton Golden
Ways-nya Mario Teguh yang di-
tayangkan Metro TV. Tayangan
yang diberi judul “UN, I’m Not
Afraid” itu menghadirkan para
siswa peserta UN dari beberapa
sekolah di Jakarta. Menarik bagi
saya untuk menyimak tayangan
itu ditengah masih banyaknya or-
angtua dan para peserta didik yang
yang menganggap UN satu-satunya
harga mati untuk lulus dari Satuan
Pendidikan. Padahal mengaju pada
Permendikbud No 97 Tahun 2013,
maka peserta didik yang dinya-
takan lulus dari satuan pendidikan
adalah mereka yang telah melalui
beberapa hal. Pertama, menyelesai-
kan seluruh program pembelajaran.
Kedua, memperoleh nilai minimal
baik pada penilaian akhir untuk se-
luruh mata pelajaran. Ketiga, lulus
ujian sekolah. Dan keempat, lulus
UN. Dengan demikian, UN bukan
satu-satunya syarat untuk dinya-
takan lulus dari Satuan Pendidikan
atau Sekolah. Untuk sampai ke
Ujian Nasional, peserta didik sudah
melalui berbagai fase, dari proses
pembelajaran, ujian per kompetensi
dasar, ujian tengah semester, ujian
semester, ujian praktek, ujian kom-
petensi kejuruan hingga ujian akhir
sekolah. Proses sampai menuju UN
itu memakan waktu hampir tiga
tahun. Kepada Mario Teguh, salah
seorang peserta UN yang hadir ke
atas panggung itu mengaku bahwa
mereka sudah sangat banyak meng-
hadapi ujian, Kenapa kami yang
sudah dibebani sedemikian rupa
masih harus mengikuti UN lagi?
Kenapa kami harus tetap mengi-
kuti UN? Pertanyaan ini terngiang-
ngiang di telinga saya. Kenapa UN
begitu menjadi beban bagi peserta
didik? Dimana letak masalahnya?
Selaku guru yang mengajar mata
pelajaran UN, saya terlibat lang-
sung dalam proses mengantar pe-
serta didik kami sampai ke tahap
ujian terakhir. Dan saya berani pas-
tikan kalau peserta didik serius dan
focus belajar nilai minimal yang
dituntut untuk batas lulus tak akan
menjadi masalah bagi peserta didik.
Mungkin karena rangkaian ujian
yang seakan tak pernah putus sejak
dari Ujian Tengah Semester, Ujian
Sekolah, Ujian Praktek, Try Out,
yang semuanya dilaksanakan pada
semester terakhir maka waktu untuk
mempersiapkan diri menghadapi
UN sangat minim. Dan ini tentu
menjadi problem tersendiri bagi
peserta didik. Salah seorang peserta
didik yang hadir ke atas panggung
dalam acara Golden Ways Mario
Teguh bercerita bagaimana persia-
pannya menghadapi UN. Menurut
pengakuannya, sepulang sekolah
dia mengikuti les untuk persiapan
Un, malam harin-
ya ikut bimbel
hingga kadang
sampai ke rumah
untuk beristirahat sudah pukul sebe-
las malam. Besoknya dan seterusn-
ya hal yang sama dia lakoni dan ke-
tika ujian nilainya masih solasi alias
5,6,7. Kadang dia cemburu melihat
kawannya yang tanpa susah-susah
belajar tapi memperoleh nilai bagus.
Menyimak apa yang dikeluh-
kan oleh peserta UN kepada Mario
Teguh, saya membuka kembali Per-
mendikbud Nomer 97 Tahun 2013.
Pada pasal 1 ayat 6 disebutkan
Ujian Nasional selanjutnya disebut
UN adalah kegiatan pengukuran
dan penilaian pencapaian standar
kompetensi lulusan secara nasional
pada pelajaran tertentu. Selanjutnya
pada pasal 6 ayat 1 tentang criteria
kelulusan peserta didik untuk Ujian
Nasional (UN) SMP/MTs/SMPLB,
SMA/MA/SMALB/SMK/MAK,
Program Paket B/Wustha, Program
Paket C, dan Program Paket C Ke-
juruan diputuskan bahwa: NA atau
nilai akhir setiap mata pelajaran
yang diujinasionalkan paling ren-
dah 4,0 dan rata-rata NA untuk se-
mua mata pelajaran paling rendah
5,5. Sedangkan pada ayat 2 dinya-
takan bahwa nilai NA merupakan
gabungan Nilai Sekolah/Madrasah/
Pendidikan Kesetaraan dan nilai
UN dengan bobot 40% Nilai S/M/
PK dan 60% Nilai UN. Dengan de-
mikian,bilapesertadidikyangmen-
gaku sudah belajar dengan maksi-
mal tetapi masih mendapatkan nilai
solasi tidak perlu begitu cemas tidak
lulus. Dengan Permendikbud terse-
but Pemerintah sudah melakukan
beberapa perbaikan dalam hal me-
nentukan kelulusan peserta didik.
Terutama nilai UN bukan satu-sat-
unya syarat kelulusan.
Kalau kita melihat ke belakang,
dari catatan sejarah Ujian Nasional
sudah diberlakukan di negeri ini
sudah sejak puluhan tahun yang
lalu. Nama-nama yang ditabalkan
juga sudah berganti-ganti, ada yang
namanya Ujian Negara (1965-
1971), Ujian Sekolah (1972-1979),
EBTANAS (1980-2002), UAN
(2003-2004), dan UN sampai seka-
rang ini. Penolakan terhadap ujian
yang pelaksanaannya dilakukan
secara nasional bukan hanya sejak
diberlakukan UAN hingga beralih
nama ke-UN. Ujian Negara pada
pertengahan tahun 60-an hingga
awal 70-an yang pelaksanaannya
dilakukan secara nasional dengan
pengawasan yang ketat, juga men-
uai banyak masalah. Angka kelu-
lusan hanya sekitar 50%. Hal ini
tentu membuat masyarakat kecewa
dan menuntut perubahan. Ketika
diberlakukan Ujian Sekolah untuk
menentukan kelulusan, angka kelu-
lusan mencapai 100% tetapi mutu
pendidikan menjadi rendah. De-
mikian halnya dengan EBTANAS,
angka kelulusan menjadi 100% ka-
rena kelulusan peserta didik diten-
tukan oleh hasil penggabungan nilai
UN dengan nilai sekolah. Dengan
sistem ini terjadi manipulasi penila-
ian (rumus PQR).
Angka kelulusan berubah dras-
tis ketika diberlakukannya UAN.
Pelaksanaan ujian dilakukan secara
nasional dan soal ujian dibuat oleh
pusat. Sistem ini menetapkan nilai
kelulusan yakni besar dari 3.00
(2003) dan lebih dari 4,00 (2004).
Pengawasan dilakukan dengan ketat
dan UAN dianggap satu-satunya
syarat kelulusan. Di beberapa dae-
rah nilai kelulusan sampai titik nadir
yaitu nol persen. Sejak itu penolakan
terhadap Ujian Nasional mulai disu-
arakan. Ujian Nasioanal menjadi
hal yang paling ditakuti oleh peserta
didik dan masyarakat. Upaya men-
dongkrak angka kelulusan mulai
dilakukan dengan berbagai cara. Ke-
curangan demi kecurangan didalam
dunia kependidikan menjadi kenis-
cayaan, seperti bocornya soal ujian,
jual beli kunci jawaban kepada
siswa, sekolah-sekolah yang men-
gubah jawaban siswa, dan lainnya.
Pemerintah dituding tidak
memihak pada peserta didik. Karena
menyamaratakan tingkat kemam-
puan peserta didik di perkotaan dan
pelosok negeri. Dan kelulusan diten-
tukan sepihak oleh Pusat. Beberapa
kasus seperti bunuh diri peserta yang
gagal UAN, menjadi senjata bagi
sebagian kalangan untuk menyerang
kebijakan pemerintah.
Penyempurnaan UN dari ta-
hun ke tahun terus diupayakan oleh
Pemerintah. Memberikan hak penuh
kepada sekolah untuk melaksanakan
ujian untuk menentukan kelulusan
secara mutlak seperti yang pernah
berlaku (1972-1979) berakibatkan
merosotnya mutu pendidikan. Mel-
aksanakan ujian secara nasional den-
gan pengawalan ketat dan kelulusan
ditentukan berdasarkan hasil Ujian
Nasional mengusik rasa keadilan
dan menye-
barkan virus
ketakutan dan
ketidakjujuran.
Menggabungkan nilai UN dengan
nilai sekolah seperti pada masa
EBTANAS yang dapat menghasil-
kan nilai kelulusan 100% rentan
mengalami manipulasi nilai dari Se-
kolah. Dan sejak tahun 2011 hingga
sekarang kelulusan peserta didik
ditentukan dari hasil gabungan nilai
sekolah dan nilai UN sebesar 60:
40 dengan batas minimal nilai kelu-
lusan lebih dari 5,50 dan kelulusan
peserta didik tidak ditetapkan lagi
di Pusat tetapi ditetapkan oleh setiap
Satuan Pendidikan yang bersangku-
tan melalui rapat dewan guru. Lalu
kenapa UN masih menjadi beban,
menjadi topic pembicara hangat, dan
menggelisahkan masyarakat?
Saya tidak takut UN, begitu
pernyataan para peserta didik yang
siap tempur menghadapi ujian. Dan
Saya mengerjakan ujian dengan ju-
jur, adalah kalimat yang disalin pe-
serta UN di seluruh pelosok negeri
pada setiap lembar jawaban comput-
er mereka. Kalimat afirmasi di atas
itulah yang harusnya mengakar pada
peserta didik kita.
Beberapa hari sebelum UN ber-
langsung, seorang ibu menulis di sta-
tus facebooknya dan saya kutip utuh
berikut ini:”Begitu ketat dan mena-
kutkannya saat melihat bagaimana
cara pemerintah mendistribusikan
soal-soal UN. Memang penting
banget ya nilai tinggi? Sampai dibuat
begitu menakutkan. Jadi terkenang
saat anak-anakku mau UN, aku tre-
nyuh bagaimana mereka berjuang
dan bagaimana stressnya saat men-
jalaninya. Kenapa ya tidak dibuat
riang, menyenangkan, dan gembira.
Tentu hasilnya akan gemilang. Ka-
pan akan berubah negeri CERUCUT
ini menjadi negeri sorga? Terutama
untuk anak-anak.”
Status di atas, bisa jadi mewakili
perasaan ibu-ibu yang menyaksikan
bagaimana stress-nya anak-anak
mereka ketika menghadapi UN.
Menakutkan memang. Di negeri ini,
kertas ujian, kertas suara dikawal
seperti mengawal benda hidup, sep-
erti teroris yang sangat berbahaya.
Polisi dengan senjata siap kokang
menjadi visual yang menarik diper-
tontonkan setiap ada pemberitaan
tentang PEMILU juga UN. Sekolah-
sekolah ada yang meminta jasa
aparat kepolisian untuk menjaga
sekolah mereka sejak soal ujian di-
distribusikan hingga hari terakhir
ujian. Kita juga bisa menyaksikan
di telivisi bagaimana ketatnya pen-
gawasan UN meski kepada seorang
siswi yang hanya mampu berbaring
dalam mobil ambulans di halaman
sekolah. Ya, kenapa UN jadi begitu
menyeramkan? Apakah sudah tidak
ada lagikah generasi kita yang jujur.
Yang lebih percaya pada usahanya
sendiri.
Soal-soal yang diberikan di
UN sebenarnya adalah soal-soal
yang dipilih dari bank soal sesuai
dengan kisi-kisi UN dan ditelaah
oleh tim ahli yang telah ditetap-
kan oleh BSNP. Dan berdasarkan
kisi-kisi yang diberikan ke tingkat
Satuan Pendidikan, maka soal-soal
untuk Ujian Nasional sudah dapat
diprediksikan jauh-jauh hari. Pihak
pengelola Satuan Pendidikan sudah
mempunyai cara tersendiri dalam
upaya menyukseskan peserta did-
iknya mengikuti Ujian Nasional.
Penambahan jam belajar mata pela-
jaran UN dilakukan sejak awal mas-
uk semester terakhir. Try out baik
yang diselenggarakan oleh pihak
Satuan Pendidikan maupun dari luar
seperti menggandeng penerbit Er-
langga telah juga diupayakan. Bagi
Sekolah-sekolah unggulan, predikat
lulus 100% adalah target dan peserta
didiknya menghadapi UN seperti
hanya ujian biasa, yang membeda-
kan adalah adanya pengawas dari
luar sekolah mereka.
Tidak sama halnya bagi sekolah
yang guru mata pelajaran UN-nya
saja tidak ada, try out juga tak pernah
dilaksanakan, maka wajarlah bila
begini keadaannya UN itu menjadi
sangat mencemaskan.
Pelaksanaan Ujian Nasional
untuk kegiatan pengukuran dan pe-
nilaian berstandar nasional seperti
sekarang ini, sebenarnyalah mesti
diapresiasi oleh masyarakat dengan
baik. Melepaskan anak-anak kita be-
lajar bertarung dengan jujur dimana
kesempatan untuk mencontek sama
sekali tidak memungkinkan. Tidak
ada lagi paket yang bisa dijadikan
pegangan untuk membocorkan
jawaban. Semua lembar jawaban
komputer menyatu dengan lembar
soal. Dan yang jelas dari dua puluh
siswa dalam satu ruangan tak mudah
menemukan soal yang sama seperti
pada UN sebelumnya yang meng-
gunakan sistem paket. Dan perin-
tah untuk menyalin kalimat : Saya
mengerjakan ujian dengan jujur di
bawah kolom nama nomer peserta
di atas kolom tanda tangan peserta
UN semoga menjadi kalimat yang
menetap pada diri peserta didik
dalam setiap mengikuti ujian. UN
tidak menakutkan dan UN adalah
ujian kejujuran. Semoga suatu saat
nanti negeri ini berubah dari negeri
cerucut menjadi negeri sorga di bi-
dang pendidikan.Amin.
D Kemalawati,
Guru Matematika dan Pen-
erima Penghargaan Sastra dari
Badan Pembinaan dan Pengem-
bangan Bahasa Kemendiknas
Tahun 2011
13. No. 14 Tahun II / April 2014
13
Seputar UOPTD
Gubernur Serahkan Kartu
JKRA-JKN
Gubernur menyerahkan kartu JKRA-JKN secara simbolis Foto: wandra/mca
Seuramoeinformasi: Badan Pengembangan SDM Per-
hubungan Kementrian Perhubungan bekerjasama dengan
Dinas Perhubung Komunikasi Informasi dan Telematika
Aceh, Rabu awal April lalu menggelar Sosialisasi Program
Diklat Awal Transportasi Darat, di Aula Dishubkomintel
Aceh.
Kadishubkomintel Aceh, Drs Said Rasul yang diwakili
Kepala Bidang Pemberdayaan Sistem Informasi dan Teh-
nologi Telematika, T. Zulfikar dalam sambutannya meng-
harapkan agar Kementrian Perhubungan dapat memperi-
oritaskan putera-puteri Aceh dalam setiap tahapan seleksi
Diklat Awal Transportasi Darat.
“Mengingat SDM teknis perhubungan darat yang kami
miliki saat ini sangat tidak mencukupi, terutama di Dishub
kabupaten/kota. Untuk itu pelaksanaan kegiatan ini kami
harapkan bukan saja menjadi kegiatan sosialisasi semata,
namun secara sinergi merupakan langkah awal sebagai
upaya dan aksi nyata dalam mewujudkan peningkatan
SDM perhubungan, sehingga harus ditindak lanjuti dengan
aksi yang lebih ril di lapangan,” katanya.
Pusat pengembangan SDM Perhubungan Darat meru-
pakan lembaga pemerintah yang berada di bawah Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan
(BPSDMP) yang memiliki tugas melaksanakan koordinasi
dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan teknis di
bidang perhubungan darat 2014.
Pada tahun ini Kementrian Perhubungan kembali
membuka penerimaan taruna dan taruni dalam berba-
gai program, salah satunya dalam Diklat Transportasi
Darat. Acara ini juga dihadiri oleh Kepala BKPP Aceh,
Kadis Perhubungan kabupaten/kota, pejabat di lingkun-
gan Dishub Komintel Aceh dan sejumlah pelajar SMA di
Banda Aceh. n em/mus/jf/mca
SEURAMOEINFORMASI:
Gubernur Aceh dr. Zaini Ab-
dullah awal April lalu meny-
erahkan secara simbolis kartu
Jaminan Kesehatan Rakyat
Aceh-Jaminan Kesehatan
Nasional (JKRA-JKN) kepada
perwakilan masyarakat Aceh,
yang berlangsung di Pendopo
Gubernur Aceh, Jum’at (4/4).
Dalam sambutan-
nya, gubernur menyatakan,
perhatian terhadap masalah
kesehatan rakyat merupakan
salah satu program prioritas
Pemerintah Aceh sebagaimana
tercantum dalam RPJM Aceh
2012-2017. Masyarakat Aceh
tidak hanya memiliki fasili-
tas pelayanan kesehatan dari
program Jaminan Kesehatan
Rakyat Aceh (JKRA) peng-
ganti JKA, tapi juga tersedia
Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) dari Pemerintah Pusat.
“Dengan pengintegrasian
kedua program ini, maka bisa
saya pastikan 4, 8 juta jiwa
penduduk Aceh akan menda-
patkan pelayanan kesehatan
gratis,” kata gubernur.
Sejumlah perwakilan
masyarakat yang berasal dari
enam kabupaten/kota pen-
erima kartu JKRA-JKN antara
lain dari Banda Aceh, Sabang,
Aceh Besar, Pidie, Pidie Jaya
dan Aceh Jaya. Pada kesem-
patan ini, juga hadir sejumlah
kepala daerah, kepala mukim
dan geuchiek gampoeng.
“Aceh merupakan provinsi
pertama di nusantara yang
memberikan pelayanan kes-
ehatan secara gratis bagi
masyarakat. Provinsi lain
banyak yang melakukan studi
ke Aceh untuk mempelajari
kebijakan ini,” ungkap Zaini.
Menurut dia, selain untuk
meningkatkan kualitas kes-
ehatan masyarakat, kehadiran
JKRA dan JKN juga bertujuan
meningkatkan kesejahteraan
rakyat dan mengurangi angka
kemiskinan. Dengan adanya
fasilitas ini, masyarakat Aceh
bisa lebih fokus menjalankan
aktivitas sehari-hari tanpa
perlu memikirkan biaya pen-
gobatan manakala mengalami
gangguan kesehatan.
“Namun menjaga kesehatan
itu tentu jauh lebih penting
ketimbang mengobatinya.”
Lebih lanjut Gubernur
menjelaskan, sebagai upaya
memberikan pelayanan yang
cepat dan efisien, Pemerintah
Aceh bekerjasama dengan
Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) akan membagi-
kan kartu JKRA dan JKN ke-
pada masyarakat Aceh secara
bertahap. Penyerahan secara
simbolis ini akan ditindak-
lanjuti dengan proses validasi
dan distribusi, sehingga kartu
ini terus menyebar hingga
masyarakat di pedalaman.
“Namun sebelum penye-
barannya merata, untuk se-
mentara KTP Aceh dan Kartu
Keluarga (KK) tetap bisa
digunakan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan secara
gratis di rumah sakit terdekat,”
katanya.
n mus/wan/mca
Gubernur memperlihatkan kartu JKRA-JKN.
Foto: wandra/mca
Penyerahan kartu JKRA-JKN.
Foto: wandra/mca
14. No. 14 Tahun II / April 2014
14
Sosial
RI 01 TERBANG PERDANA
Ke Bandara SIM
Wali Kota Banda Aceh, Hj. Illiza Saaduddin Djamal memantau UN di SMAN 5 Darussalam, Banda Aceh.
Foto: ist/humaspemko/mc-aceh
WALI KOTA Banda Aceh,
Hj Illiza Sa’aduddin Djamal
SE meyakini mayoritas siswa
SMA/sederajat di Banda Aceh
yang mengikuti pelaksanaan
Ujian Nasional (UN) mampu
menjawab soal-soal ujian den-
gan baik. Hal ini disampaikan
Illiza saat meninjau pelaksana
an UN, Senin (14/4) di SMAN
5, Darussalam, Banda Aceh.
“Tadi sebelum masuk kelas
ada beberapa siswa yang saya
tanyai, mereka bilang Insya
Allah bisa. Ada yang ngaku
bisa jawab 80%, bahkan ada
yang berani bilang 100%. Dan
kita lihat memang mereka
sangat tenang menghadapi UN
ini,” ujar Illiza kepada media.
Setelah memantau di
Illiza memastikan tidak men-
emui kendala.
Sementara itu, Kadisdikpo-
ra Banda Aceh Syaridin S.Pd,
M.Pd mengatakan, pelak-
sanaan UN di Kota Banda
Aceh untuk SMA diikuti
3.094 siswa, yakni dari SMA
Negeri 2.511 siswa dan SMA
Swasta 569 siswa serta SMA
Luar Biasa Swasta 14 Siswa.
Sementara dari MA, lanjut
Syaridin, 849 siswa dipastikan
mengikuti UN. Jumlah ini ter-
diri dari MA Negeri 580 Siswa
dan MA Swasta 269 siswa.
“Mereka akan mengikuti
UN selama 3 hari dengan jum-
lah mata pelajaran 6,” Jelas
Syaridin.
n ril/mkk/mcaceh
SMAN 5, Illiza didampingi
Kepala Disdikpora Banda Aceh
Syaridin S.Pd, M.Pd beserta
jajarannya melanjutkan pe-
mantauan ke SMAN 10 Fajar
Harapan, Batoh. Melihat kes-
iapan para siswa di SMAN 10,
Illiza juga meyakini para siswa
akan mampu menjawab dengan
baik.
Illiza berharap, pada tahun
ini tingkat kelulusan di Kota
Banda Aceh akan mencapai
angka 100% dan tidak ada ke-
curangan. “Kita lihat pengawas
dari sekolah dan tim independ-
en semua hadir, jadi sangat
sulit untuk berlaku curang,”
ujar Illiza memastikan tidak
adanya potensi kecurangan,
termasuk distribusi soal ujian,
Illiza: Saya Yakin Mereka Mampu
Menjawab Soal-soal UN
Banda Aceh– Humaspemko: Seban-
yak 224 anak usia 3 samapi 7 tahun
antusias mengikuti audisi Hafidz cilik
yang diselenggarakan Pemerintah Kota
Banda Aceh yang bekerjasama dengan
yayasan Ar-Rahman Qur’anic Learn-
ing Center (AQL) Jakarta pimpinan
Ustad Bachtiar Nasir LC MA serta
Stasiun Televisi Trans 7. Audisi yang
berlangsung selama 2 hari ini dibuka
Plh Walikota Banda Aceh, Hj Illiza
Sa’aduddin Djamal SE, Sabtu (12/4)
di Aula Lantai IV, Gedung A, Balikota
Banda Aceh.
Tampak para orang tua dari ratusan
anak yang mengikuti audisi setia men-
dampingi anak-anaknya saat proses
audisi berlangsung.
Plh Walikota Banda Aceh Hj Illiza
Sa’aduddin Djamal SE usai membuka
acara mengatakan kegiatan ini men-
jadi asset dan modal untu menjadikan
Kota Banda Aceh sebagai model kota
Madani di Indonesia yang dimulai
dari keluarga-keluarga madani, anak-
anak madani dan para orang tua yang
madani.
“Maka anak-anak yang cerdas ka-
rena Al-Quran dan kelaurga-keluarga
yang cerdas karena Al-Quran hidupya
pasti akan indah, dan ini akan menjadi
uswatun hasanah yang akan menjadi
contoh bagi orang tua lainnya,” Ujar
Illiza.
Illiza mengimbau bagi para orang
tua yang selama ini lalai dalam mem-
berikan pendidikan Al-Quran bagi
anaknya agar segera tergugah untuk
mendidik anak-anaknya mencintai Al-
Quran, karena antusiasnya para anak-
anak yang mengikuti audisi memberi
Banda Aceh- Humas Pemprov:
Rabu 16 April, Bandara Sultan
Iskandar Muda, Blang Bintang,
Aceh Besar, kedatangan tamu isti
mewa. Pesawat Kepresidenan Re-
publik Indonesia (RI 01) Boeing
737-800 konfigurasi khusus Busi-
ness Jet 2 Green (BBJ) mendarat
di landasan pacu bandara kebang-
gaan rakyat Aceh itu.
Ikut dalam penerbangan uji ke-
tahanan RI 01, Menteri Sekretaris
Negara (Mensesneg), Sudi Silala-
hi, Wakil Menteri Pertahanan (Wa-
menhan), Sjafrie Sjamsuddin serta
pejabat Pemerintahan Republik
Indonesia lainnya.
Ridwan Hasan, Staf Ahli Gu-
bernur Aceh bidang Hukum dan
Politik beserta jajaran pemerintah
Aceh yang ikut menyambut ke-
datangan RI 01 berharap pesawat
tersebut dapat memudahkan per-
jalanan dinas Kepresidenan dan
mempererat hubungan Bilateral
maupun Multilateral Indonesia.
Atas nama Pemerintah Aceh,
Ridwan Hasan berterima kasih atas
terpilihnya Aceh sebagai tempat
mendaratan pertama RI 01. “Atas
nama masyarakat Aceh, saya ber-
terima kasih atas terpilihnya Aceh
sebagai tempat landing perdana RI
01,” ujar Ridwan Hasan.
Setelah mendarat, rombongan
mendapat jamuan makan siang dan
shalat berjamaah di Vip room LA-
NUD Aceh, sementara itu RI 01
mengisi bahan bakar. Perjalanan di-
lanjutkan ke Manado dan menginap
di sana. Kemudian RI 01 berangkat
me nuju Pulau Miangas, Merauke
dan Pulau Rote untuk selanjutnya
kembali ke Bandara Halim Perdana
Kusuma, Jakarta setelah melakukan
penerbangan uji ketahanan selama
dua hari.
Adapun Pilot yang bertugas me
mbawa rombongan kepresidenan
adalah Letkol Penerbang (PNB)
Firman W, letkol PNB Ali Gusman,
Mayor PNB Noto Casnoto dan Ka-
pten PNB Irwanda S.
Pesawat berwarna biru ini per-
tama kali diterbangkan dari Dela-
ware ke Wellington pada 7 April
lalu. Perjalanan dilanjutkan dari
Wellington ke Sacramento. Pesa-
wat kembali diterbangkan pada 8
April dengan rute Sacramento ke
Honolulu. Sedangkan pada 9 April
pesawat terbang dari Honolulu ke
Guam.
Pesawat Kepresidenan tersebut
berkapasitas 65 penumang dengan
kecepatan 810 km/jam.
n ril/humaspemko
224 anak Ikuti Audisi
Hafidz Cilik Banda Aceh
kebanggaan bagi kita semua.
Dalam kesempatan tersebut, Illiza
juga sangat meyakini bahwa kalau gen-
erasi Al-Quran telah merasuki semua
keluarga di Banda Aceh, maka kebang-
kitan Islam Jilid II akan terwujud di
kota Madani ini.
Ke depan, harap Illiza, BandaAceh
akan menjadi kota Audisi lagi, dan pe-
sertanya akan bertambah lagi dari selu-
ruh wilayah Aceh.
Sementara itu, Ustad Bachtiar Na-
sir LC MA mengaku bangga melihat
antusias anak-anak Aceh yang mem-
dati lokasi Audisi Hafidz cilik. Bach-
tiar yakin, Aceh akan kembali menjadi
pintu gerbang kebangkitan Islam di In-
donesia yang akan menegakkan agama
Allah.
“Audisi ini tidak hanya sebatas
mencari juara, yang paling penting
adalah dengan kegiatan ini akan mun-
cul keluarga-keluarga hebat yang me-
miliki anak-anak hebat yang mencintai
dan mehamami Al-Quran sebagai cikal
bakal lahirnya komunitas keluarga Al-
Quran,” harap Ustad Bachtiar Nasir.
Kegiatan audisi ini berlangsung se-
lama 2 hari, dari tanggal 12 s/d 13April.
Sebanyak 224 peserta yang berasal dari
berbagai penjuru Aceh ini akan dinilai
oleh tim juri dari AQL Jakarta.
Banda Aceh merupakan lokasi
Audisi Hafidz Cilik yang ke 3 di In-
donesia, setelah sebelumnya sudah
digelar di Jakarta dan Samarinda. Se-
lanjutnya Audisi akan digelar di Papua,
Samarinda dan sejumlah kota besar
lainnya di Indonesia dan para wakilnya
akan bertarung di Jakarta pada bulan
Ramadhan nanti.n ril/mkk
Kunjungan perdana Pesawat Kepresidenan RI-01 di Bandara Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Aceh Besar,
Rabu (16/4) Foto: ist/antaraaceh/mc-aceh
15. No. 14 Tahun II / April 2014
15
Budaya
ACEH merupakan daerah yang memiliki
sejuta pesona bagi para pelancong yang da-
tang dari dalam negeri maupun luar negeri.
Daya tarik tersebut bukan saja timbul dari
kekayaan budaya, tradisi dan alam yang
eksotik menjadikan Aceh sebagai suatu dae-
rah destinasi wisata, berbagai jenis kuliner
khas juga mengundang selera wisatawan
untuk ikut mencicipinya.
Salah satu kuliner khas yang diminati
masyarakat Aceh adalah Kuah Beulangong
atau kuah belanga. Kuah Beulangong ini
sejenis kari tanpa santan dengan bahan utama
daging sapi atau kambing yang dimasak den-
gan rempah-rempah. Gabungan aroma dan
cita rasa dari berbagai rempah-rempah serta
gurihnya daging yang dicampur dalam satu
belanga besar ini sungguh menggugah selera,
sehingga bagi warga yang pernah mencicip-
inya pasti ingin merasakan kembali sensasi
rasa dari kuliner tersebut.
Menurut sejarahnya tradisi memasak
kuah beulangong ini sudah populer sejak
zaman Kerajaan
Aceh. Memasak
kuah beulangong
sering dilakukan oleh
pihak kerajaan atau
sultan ketika men-
gadakan pesta atau
kenduri perkawinan,
saat memperingati
hari-hari besar Islam
bahkan saat menye-
lesaikan pertikaian
dalam pemerintahan
raja/sultan tersebut.
Dan pada momen
tersebut, raja/sultan
mengundang raky-
atnya untuk memasak
dan menikmati kuah
beulangong bersama-
sama.
Tradisi memasak
kuah beulangong saat
ada hajatan atau ken-
duri tetap dilaksana-
kan dan terpelihara
dengan baik di tengah
masyarakat Aceh
masa kini. Dengan
kondisi masyarakat
yang majemuk dan
cenderung individu-
alis, melalui tradisi
memasak serta men-
yantapnya bersama-
sama, dapat dijadikan
sebagai ajang meny-
ambung silaturrahmi
dan bertukar kabar
berita antara sesama
penikmatnya.
Namun, bagi
pelancong/wisatawan
yang ingin menikmati
cita rasa kuah beu-
langong yang khas
Aceh, tidak perlu
harus menunggu ada
event-even tertentu
untuk bisa menikmat-
inya. Saat ini kuah
beulangong dengan
mudah dapat ditemui
di rumah makan khas
Aceh di seluruh Aceh
dengan ciri khasnya
masing-masing,
terutama di seputaran
Kota Banda Aceh
maupun Aceh Besar.
Dalam usaha
memperkenalkan
kuliner Aceh, khu-
susnya kuah beu-
langong, sekaligus
mempromosikan
potensi pariwisata
di Aceh, Pemerintah
Aceh melalui Dinas
Kebudayaan dan Pari-
wisata Provinsi Aceh
menggelar Festival
Kuah Beulangong di
Kota Banda Aceh,
tepatnya di hala-
man Museum Aceh.
Sebanyak 15 pe-
serta perwakilan dari
sembilan kecamatan
di Banda Aceh dan
enam dari Kabupaten
Aceh Besar ikut am-
bil bagian.
Hadir dalam acara
tersebut Istri Gu-
bernur Aceh Ummi
Niazah A. Hamid
yang juga sebagai
Ketua Dharma Wanita
Aceh ikut mencicipi
Kuah Beulangong
hasil racikan dari se-
tiap kelompok peserta
Festival Kuah Beu-
langong dengan juri
Tgk. Aiyub Yusuf.
Kepala Dinas
Kebudayaan dan
Pariwisata Aceh,
Reza Fahlevi menga-
takan bahwa Festival
Kuah Beulangong
digelar untuk mem-
perkenalkan secara
lebih luas kuliner
Aceh yang memiliki
cita rasa tinggi. Selain
itu, Festival ini juga
untuk melestarikan
makanan khas Aceh,
ditengah maraknya
gempuran kuliner siap
saji dan modern.
Moment ini juga
sebagai ajang sebagai
sarana bertukar infor-
masi, silaturrahmi dan
ajang pembinaan bagi
kelompok-kelompok
masyarakat pencinta
kuah beulangong
agar originalitas cita
rasa kuah beulangong
tetap terjaga. Reza
juga menambahkan
bahwa festival ini
hanya tahap awal.
Jika dinilai berhasil,
ada kemungkinan
kegiatan ini akan
dilakukan event ta-
hunan Dinas Kebu-
dayaan dan Pariwisata
Aceh dalam rangka
melestarikan budaya
kuliner khas Aceh.
Dalam festival ini,
pemenang menda-
patkan hadiah uang
tunai dan sertifitat,
masing-masing Juara
I Rp4.000.000 yang
direbut Kecamatan
Peukan Bada, Juara II
Rp3.500.000 Ke-
camatan Bandaraya,
Juara III Rp3.000.000
Kecamatan Darus-
salam dan Juara Hara-
pan I direbut oleh
Kecamatan Meuraxa,
Harapan II Krueng
Baroena Jaya dan
Harapan III Kecama-
tan Jaya Baru.
Dalam memasak
kuah beulangong
memang tak terlalu
rumit, apalagi bum-
bunya kini banyak
tersedia praktis di
pasaran. Akan tetapi
butuh ketelitian dan
pengalaman agar cita
rasanya tetap terjaga.
Bahan-bahannya ada-
lah daging sapi atau
kambing yang sudah
dicincang, nangka
muda atau pisang
kapok yang dipotong
sesuai selera. Bahkan
ada juga yang men-
campurnya dengan
KUAH BEULANGONG
Kuliner Khas Aceh
buah jantung pisang
monyet.
Sedangkan bum-
bunya terdiri dari
cabai merah, cabai
kering, kelapa gong-
seng, kelapa giling,
cabe rawit, bawang
putih, jahe, kunyit,
ketumbar gongseng,
lengkuas dan kemiri.
Bahan itu semuanya
digiling hingga halus.
Proses masaknya,
daging yang sudah
dicincang dimasuk-
kan dalam beulanga,
kemudian masukkan
bumbu dan garam,
aduk hingga merata.
Setelah diaduk,
masukkan air putih
secukupnya dan ma-
sak hingga setengah
matang. Aduk dan
biarkan bumbu mere-
sap sempurna dalam
daging. Selanjutnya
masukkan potongan
nangka muda atau
pisang kepok dan
tambahkan air asam.
Taburi bawang merah
yang sudah dirajang,
selanjutnya masuk-
kan air putih lagi
dan tunggu hingga
matang.
n irw/mus/mca
Ny. Niazah A Hamid, istri Gubernur Aceh, mengaduk Kuah Beulangong didampingi Kadis Pariwisata Aceh, Drs. Reza pahlevi, pada
acara Festival Kuah Beulangong, awal bulan lalu. Foto: ist/wandra/mc-aceh
16. No. 14 Tahun II / April 2014
Galeri Pemilu 2014Galeri Pemilu 2014
Lengang
Pemilih Pemula Antri di TPS
Wali Nanggroe di TPS Beurawe
Menunggu
Menunggu
Belanja
Berdagang Mencatat SuaraMenghitung Suara