SlideShare a Scribd company logo
1 of 69
Download to read offline
Menjawab syubhat kepada Hizbut Tahrir
Menjawab syubhat kepada Hizbut Tahrir
YANG DIMAKSUD
DENGAN IMAMAH
Imam An-Nawawi
(Ulama Sunni):
“Imamah, Khilafah,
dan Imaratul
Mukminin adalah
SINONIM. Yang
dimaksud dengannya
adalah
KEPEMIMPINAN
UMUM DALAM
URUSAN-URUSAN
AGAMA DAN DUNIA.”
Artinya IMAMAH
bukan Negara Sekular.
Al-Majmu’ Syarh Al-
Muhadzdzab, juz 21,
hlm 26
Imam Al-Ijiy
(Ulama Sunni):
“(Imamah
adalah): penerus
Rasulullah saw
dalam
menegakkan
agama yang
wajib ditaati
oleh segenap
umat Islam.”
Negara sekular
bukan Imamah.
Al-Mawaaqif fiy
‘Ilm Al-Kalaam,
hlm 395
Imam Al-Khatthabi
(Ulama Sunni):
“makna dari ‘Rasulullah
saw tidak beristikhlaf’
adalah bahwa beliau
tidak menunjuk
seseorang menjadi
khalifah, itu tidak berarti
bahwa Beliau tidak
memerintahkan hal
tersebut (mengangkat
Imam), tidak
mengajarkannya, dan
membiarkan perkara
(agama Islam)
terbengkalai tanpa ada
yang mengurusi. … “.
Masih menurut Beliau:
Penundaan pemakaman
jenazah Rasulullah saw
menunjukkan wajibnya
KHILAFAH.
(Tharh At-Tatsriyb fiy
Syarh At-Taqriyb, juz 8,
hlm 75)
Hadits Rasulullah saw dalam Musnad Ahmad bin Hambal, nomor hadits 22273, bahwa masa
kekhilafahan umat Islam hanya 30 tahun, setelah itu tidak ada lagi khilafah.
Al-Hafizh Ahmad bin
al-Shiddiq al-Ghumari
(Ulama Sunni),
menjelaskan dalam
kitabnya,
Muthabaqat al-
Ikhtira’at
al-’Ashriyyah limaa
Akhbara bihi Sayyid
al-Bariyyah, hal. 43,
bahwa Nabi saw telah
mengabarkan, “Umat
Islam akan dipimpin
oleh banyak
penguasa (tanpa
penguasa tunggal).”
1. Menurut Jumhur ‘Ulama Sunni umat Islam dilarang mempunyai lebih dari
satu pemimpin.
Imam Abu Zakariyya An-Nawawi (Ulama Sunni): “Para ulama bersepakat
bahwa tidak boleh mengangkat dua khalifah dalam satu masa, baik wilayah
Negara Islam luas maupun tidak.” Syarh An-Nawawî ‘alâ Muslim, juz 12 hal
321.
Imam Ibnu Katsir (Ulama Sunni): “Dan adapun pengangkatan dua imam atau lebih di muka bumi,
maka hal itu tidak boleh, berdasarkan Sabda Nabi saw: “Barang siapa yang mendatangi kalian
sementara urusan kalian terkumpul (pada satu khalifah) dia ingin memecahbelah kalian maka
bunuhlah dia seketika bagaimanapun dia.” Yang demikian ini adalah pendapat jumhur Ulama, ...”
Tafsîr Ibn Katsîr, juz 1 hlm 222.
Imam As-Sinqithi (Ulama Sunni): Menurut
Jumhur ‘Ulama: Bahwasannya Imam yang
agung (khalifah) tidak boleh berjumlah
lebih dari satu, bahkan wajib berjumlah
satu, …” Adhwâ’ Al-Bayân fî Îdhâh Al-
Qur’ân bi Al-Qur’ân, juz 1 hlm 83
Sementara hadits Rasulullah saw tentang akan berbilangnya pemimpin
umat Islam adalah berbentuk ikhbaar (pemberitaan) bukan berbentuk
tasyrii’ (penetapan hukum syara’). Sama halnya dengan pemberitaan
Beliau akan banyaknya perilaku Zina dan Riba di akhir zaman, sama
sekali tidak menunjukkan bahwa dua dosa besar tersebut nantinya
dimaklumi sebagai sesuatu yang boleh.
Jadi, apabila terjadi khalifah atau pemimpin umat Islam berjumlah lebih
dari satu maka itu adalah kemungkaran, merubahnya dengan cara yang
baik adalah kewajiban kaum muslim. Dan aktivitas izaalatu- l-munkaraat
(menghilangkan kemungkaran) bukanlah amalan yang sia-sia.
Apalagi, pemimpin-pemimpin yang ada saat ini bukan pemimpin umat
Islam, mereka sendiri tidak ingin disebut sebagai pemimpin umat Islam,
dan negaranya juga tidak mau disebut sebagai negara Islam. Bahkan
mereka berusaha mencegah negara mereka untuk menjadi negara Islam.
2. Selain memberitakan akan berakhirnya
kepemimpinan tunggal umat Islam, Rasulullah
saw juga memberitakan akan datangnya
kembali kekhilafahan atau kepemimpinan
tunggal umat Islam (Musnad Ahmad nomor
hadits 18596)
Al-Imam al-Hafizh
Abu Bakar Ahmad
bin al-Husain al-
Baihaqi, berkata
dalam kitabnya,
Dalail al-Nubuwwah
wa Ma’rifat Ahwal
Shahib al-Syari’ah,
juz 6, hal. 491,
bahwa maksud
khilafah al-
nubuwwah dalam
hadits Hudzaifah
adalah Khalifah
Umar bin Abdul Aziz.
Syaikh Yusuf bin Ismail
al-Nabhani al-Asy’ari al-
Syafi’i, ulama Sunni,
kakek Syaikh
Taqiyyudin al-Nabhani,
pendiri Hizbut Tahrir,
menyebutkan dalam
kitabnya, Hujjatullah
‘ala al-’Alamin fi
Mu’jizat Sayyid al-
Mursalin, hal. 527,
bahwa yang dimaksud
dengan khilafah al-
nubuwwah dalam
hadits Hudzaifah
tersebut adalah
khilafahnya Umar bin
Abdul Aziz.
1. Bahwa khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah yang disebut hadits Ahmad adalah masa
Khalifah Umar bin Abdil ‘Aziz ra. adalah merupakan asumsi seorang perawi bernama
Habib bin Salim rahimahullaah, dia tidak termasuk hadits Rasulullah saw.
2. Habib bin Salim rahimahullaah sendiri tidak meyakini akan asumsinya tersebut, beliau
hanya mengatakan “berharap”:
3. Kalaupun ada yang berpendapat demikian tentunya tidak berupa keyakinan yang
kemudian menafikan kemungkinan-kemungkinan lainnya, karena landasannya
sebatas asumsi seorang perawi yang beliau sendiri bahkan tidak sampai meyakininya.
4. Menurut hadits
Muslim Nomor 2913:
Akan ada kembali
kekhilafahan,
(a)Hadits menyebutkan
munculnya khalifah di
akhir umat Nabi
Muhammad saw.,
(b)Keterangan dua orang
perawinya Abu
Nadhrah dan Abu
Al-’Alaa’ saat ditanya
oleh Al-Jurairiy,
Jelas yang dimaksud
bukan kalifah ‘Umar
bin ‘Abdil ‘Aziz,.
Mengatakan tidak
akan ada lagi khalifah
berarti mengingkari
hadits shahih ini.
5. Masih dari sumber
yang sama, yaitu
hadits nomor 2914:
akan muncul
kembali Khalifah di
Akhir Zaman.
Tentunya bukan
kalifah ‘Umar bin
‘Abdil ‘Aziz, karena
beliau hidup dekat
dengan masa
kenabian dan bukan
di akhir zaman.
Mengatakan tidak
akan ada lagi
khalifah berarti
mengingkari hadits
shahih ini.
Abu Ya’la Al-
Mushiliy
meriwayatkan
hadits dari jalan Abu
Hurairah, bahwa
khilafah di akhir
zaman nanti adalah
khilafahnya Al-
Imam Al-Mahdi.
Itupun masanya
sangat singkat, yaitu
tujuh tahun saja.
Musnad Abu Ya’la,
juz 12 hlm 19.
Al-Mahdi memang
khalifah di akhir zaman,
tapi Beliau bukan satu-
satunya. At-Thabaraniy
meriwayatkan hadits
shahih bahwa Beliau
nanti dibai’at menjadi
khalifah setelah khalifah
sebelumnya wafat, itu
tandanya sebelum beliau
menjadi khalifah sudah
berlangsung masa
kekhilafahan.
Pertanyaannya,
darimana datangnya
kekhilafahan tersebut?
Apakah muncul dengan
sendirinya?
Majma’ Az-Zawaid, juz 7
hlm 433
Al-Imam Hujjatul
Islam al-Ghazali
berkata dalam al-
Iqtishad fi al-
I’tiqad, hal. 200,
“Kajian tentang
khilafah tidak
penting, dan
lebih selamat
tidak
mengkajinya.”
Syaikh Taqiyyuddin al-
Nabhani berkata
dalam kitab al-
Syakhshiyyat al-
Islamiyyah, juz 2, hal.
19 bahwa
“Bengpangku tangan
dari menegakkan
khilafah termasuk
dosa terbesar, dan
menghentikan
eksistensi Islam dalam
ranah kehidupan.
Semua kaum Muslim
dosa besar
karenanya.”
1. Al-Imam Al-Ghazali (Ulama Sunni) berkata:
“menghindari pembahasan imamah lebih selamat
daripada membahasnya, iya kalau sudah benar
(pemahamannya), bagaimana jika ternyata salah?”.
Beliau kemudian membagi pembahasan imamah
menjadi tiga topik:
• Kewajiban mengangkat imam  untuk membantah
kalangan yang mengingkari wajibnya imamah
• Apakah Imam telah ditetapkan oleh nash  untuk
membantah pendapat sebagaimana yang dianut
Rafidhah bahwa Imam Ali bin Abi Thalib ra telah
ditetapkan sebagai Imam berdasarkan hadits Ghadir
Khum
• Akidah Ahlus Sunnah terhadap Shahabat Nabi dan
Khulafa Rasyidun  untuk membantah kalangan
yang mengkultuskan mereka dan juga kalangan yang
mengingkari kekhalifahan mereka.
(Al-Iqtishaad fiy Al-I’tiqaad, hal. 200-207)
Berikut juga keterangan Imam
Hasan Al-’Aththar (Ulama Sunni)
dalam Hasyiyah beliau atas
Jam’u-l-jawaami’, juz 2 hlm 487:
2. Yang menyatakan Imamah adalah kewajiban yang Sangat Besar bukan hanya Hizbut Tahrir.
Muhammad bin Ahmad As-Safarini Al-Hambali (Ulama Sunni), dalam Lawâmi’ Al-Anwâr, juz
2 hlm 419:
Ibnu Hajar Al-Haitamiy (Ulama Sunni), dalam Ash-Shawâ’iq Al-Muhriqah, hlm 10:
Syamsuddin Ar-Ramli (Ulama Sunni), dalam Ghâyah Al-Bayân Syarhu Zubad Ibn
Ruslân, hlm 23:
Muhammad Al-Hashkifi Al-Hanafi (Ulama Sunni), dalam Ad-Durr Al-Mukhtaar syarh
Tanwiyr Al-Abshaar, hlm 75:
“Ekstrem”:
Hanzhalah bin
Ar-Rabiy’ ra.
(Sahabat
sekaligus Juru
Tulis Rasulullah
saw)
menyebutkan
bahwa dengan
tanpa Khilafah
Umat Islam bisa
hina dan sesat
seperti umat
Yahudi dan
Nasrani!
Taariykhu-th-
Thabariy, hlm
776
“Ekstrem”:
‘Umar bin
Khaththab ra.
memerintahkan
untuk membunuh
anggota syura’
dari kalangan
sahabat pilihan
jika menghambat
proses pemilihan
khalifah, dan para
sahabat lainnya
tidak ada yang
menolak bertanda
mereka setuju.
Al-Kaamil fi-t-
taariykh, juz 2 hlm
461
“Ekstrem”:
Umar bin
Khaththab ra.
menyebutkan
bahwa dengan
meninggalkan
Had Rajam saja
umat bisa sesat!
Dan tanpa
Khilafah banyak
hudud
ditinggalkan.
Shahiyh Al-
Bukhariy, hadits
nomor 6829
“Ekstrem”:
Imam Taqyuddin
Abu Bakr Al-
Hishniy (Ulama
Sunni)
menyebutkan
bahwa menurut
para ulama
istighfar yang
disertai dengan
diantaranya
keridhaan tidak
menerapkan
hudud adalah
terhitung sebagai
dosa!
Kifayatu-l-
Akhyaar, hlm 242
Al-Imam Fakhruddin al-Razi,
berkata dalam tafsirnya, al-Tafsir
al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib, juz
13, hal. 204, bahwa tampilnya
seorang pemimpin yang zalim
adalah akibat kezaliman yang
dilakukan oleh rakyat.
Hizbut Tahrir
merubah sistem
dengan berdakwah
di tengah-tengah
dan bersama umat
(masyarakat)
sampai mereka
menjadikan Islam
sebagai pandangan
hidupnya,
sehingga akhirnya
mereka sendirilah
yang menuntut
penerapan Syari’at
dan Khilafah.
Al-Imam Abu Ja’far
al-Thahawi (Ulama
Sunni) berkata dalam
al-’Aqidah al-
Thahawiyyah,
“bahwa Ahlussunnah
Wal-Jama’ah tidak
memiliki konsep
menggulingkan
pemerintahan yang
sah, meskipun
mereka telah berbuat
kezaliman.”
Yang haram digulingkan adalah
Pemerintahan Islam. Menurut Ibnu Katsir
(Ulama Sunni) bahwa jika pemerintah
Islam mengganti atau mencampur syari’at
Islam dengan syari’at lain, maka wajib
untuk dilengserkan. Tafsiyr Al-Qur-aan
Al-’Azhiym (tafsir Ibn Katsir) juz 3 hlm 131.
Adapun merubah
pemerintahan yang
tidak Islami, maka
dengan mencontoh
perjalanan dakwah
Rasulullah saw saat
periode Mekah, yaitu
dengan dakwah
tanpa kekerasan.
Syaikh Taqiyyuddin al-
Nabhani, pendiri
Hizbut Tahrir, dengan
mengadopsi dari
Mu’tazilah,
menegaskan dalam
kitabnya, al-
Syakhshiyyat al-
Islamiyyah, juz 1, hal.
71 dan 72, bahwa
perbuatan manusia
tidak ada kaitannya
dengan keputusan
Allah.
Al-Imam al-Hafizh
al-Kabir Abu Bakar
Ahmad bin al-
Husain al-Baihaqi,
w. 458 H, berkata
dalam kitabnya, al-
I’tiqad ‘ala Sadzhab
al-Salaf Ahl al-
Sunnah wa al-
Jama’ah, hal. 53-
54, bahwa semua
perbuatan manusia
adalah ciptaan
Allah dan terjadi
sesuai dengan
keputusan Allah.
Ungkapan bahwa
perbuatan manusia
yang bersifat ikhtiyariy
tidak termasuk Qadha’,
bukan berarti
menganggapnya
sebagai ciptaan
manusia. Karena:
1.Yang dimaksud
Qadha’ di situ adalah
perbuatan-perbuatan
yang terjadi di luar
kehendak manusia
yang telah ditetapkan
oleh Allah swt. (Asy-
Syakhshiyyah Al-
Islaamiyyah, juz 1 hlm
94)
2. Perbuatan manusia
yang bersifat
pilihan adalah
berupa intifaa’
(pemanfaatan)
manusia atas
khashyyat (sifat-
sifat khusus) yang
telah Allah swt
tetapkan pada
benda-benda. (Asy-
Syakhshiyyah Al-
Islaamiyyah, juz 1
hlm 96)
Jadi Hizbut Tahrir
tidak pernah
mengatakan bahwa
manusia bisa
menciptakan
perbuatannya
Syaikh Taqiyyuddin
al-Nabhani, pendiri
Hizbut Tahrir,
berkata dalam al-
Syakhshiyyat al-
Islamiyyah, juz 1,
hal. 73, bahwa
“Ahlus Sunnah
sama dengan
Jabariyyah”.
1. Yang dimaksud Ahlus Sunnah oleh Syaikh Taqyuddin An-Nabhaniy
dalam pembahasan Qadha dan Qadar adalah Al-Asy’ariyyah
2. Dalam pembahasan Qadha dan Qadar pada hakikatnya pendapat
keduanya (Ahlus Sunnah dan Jabariyyah) adalah sama, yaitu bahwa
perbuatan manusia baik berupa ketaatan maupun kemaksiatan
adalah ketetapan dan ciptaan Allah swt. Bedanya Asy’ariyyah
mengenal apa yang dinamakan dengan Kasb Ikhtiyariy, yaitu hamba
kuasa memilih perbuatannya. Namun meskipun demikian yang terjadi
tetap apa yang telah ditetapkan Allah swt, baik dipilih maupun tidak.
Karena suatu perbuatan akan terjadi manakala kuasa manusia sejalan
dengan kuasa Allah swt.
3. Yang menyatakan bahwa Asy’ariyyah
memiliki kesamaan dengan Jabariyyah
bukan hanya Syaikh Taqyuddin. Berikut
Al-Imam Al-Ijiy (Ulama Sunni) dalam
kitabnya Al-Mawaqif hlm 428
Juga Al-Imam Al-Jurjaniy (Ulama
Sunni), dalam kitabnya At-Ta’riyfaat,
hlm 66
Syaikh Taqiyyuddin
al-Nabhani, pendiri
Hizbut Tahrir,
berkata dalam al-
Syakhshiyyat al-
Islamiyyah, juz 1,
hal. 53, bahwa
“Ta’wil pertama
kali dilakukan oleh
kalangan teolog,
bukan ulama
salaf”.
Al-Imam al-Syaukani
(Ulama Syiah
Zaidiyah), berkata
dalam kitabnya
Irsyad al-Fuhul,
mengutip dari al-
Imam al-Zarkasyi
(Ulama Sunni) dalam
al-Burhan fi ‘Ulum
al-Qur’an, bahwa
ta’wil terhadap
nushush
mutasyabihat
dilakukan oleh
ulama salaf.
Hizbut Tahrir tidak
sedang mengkritik
ta’wil, melainkan
mengkritik manhaj
Kaum Mutakallimin
yang menjadikan
akal sebagai asas
dalam menta’wil,
bukan ayat Al-
Qur’an.
(Asy-Syakhshiyyah
Al-Islaamiyyah, juz
1 hlm 55-56)
Taqiyyuddin al-
Nabhani berkata
dalam kitabnya, al-
Syakhshiyyat al-
Islamiyyah, juz 1,
hal. 43, bahwa yang
dimaksud, “Qadar
dalam hadits Jibril
adalah ilmu Allah”.
Dengan demikian
berarti al-Nabhani
menisbatkan
keburukan kepada
Allah swt.
Syaikh Abdullah
al-Harari (Ulama
Sunni), berkata
dalam kitabnya,
al-Syarh al-Qawim
‘ala al-Shirath al-
Mustaqim, hal.
228, bahwa
“Maksud Qadar
dalam hadits Jibril
adalah al-Maqdur
(sesuatu yang
diputuskan Allah)
atau Makhluk,
yang boleh dilabel
sifa baik dan
buruk.”
Syaikh Nawawi
Banten,
berkata dalam
kitabnya
Kasyifat al-
Saja Syarh
Safinah al-
Naja, hal. 12,
“Tidak boleh
menisbatkan
kejelekan
kepada Allah.”
Maksud dari iman kepada
Qada’ dan Qadar baik dan
buruknya dari Allah swt:
Mengimani bahwa
perbuatan-perbuatan
yang terjadi oleh manusia
atau atasnya yang
bersifat “memaksa” dan
khashiyyat yang ada
pada benda-benda
adalah dari Allah swt
bukan dari Manusia, dan
tidak ada peran manusia
di dalamnya.  al-
Maqdur (sesuatu yang
diputuskan Allah). Jadi
tidak ada penisbatan
kejelekan kepada Allah
swt tersebut. (Asy-
Syakhshiyyah Al-
Islaamiyyah, juz 1 hlm 94)
Syaikh Taqiyyuddin
al-Nabhani berkata
dalam kitab al-
Syakhshiyyat al-
Islamiyyah, juz 1, hal.
132, bahwa “Para
nabi dan rasul itu
ma’shum setelah
menjadi nabi dan
rasul. Sedangkan
sebelum menjadi
nabi dan rasul,
mereka tidak
ma’shum.”
Al-Imam
Muhammad al-
Dasuqi (Ulama
Sunni), berkata
dalam kitabnya,
Hasyiyah ‘ala Ummi
al-Barahin, hal. 163,
“Para nabi itu
terjaga dari dosa
besar dan kecil,
sengaja dan tidak
sengaja, sebelum
dan sesudah
menjadi nabi.”
Imam Al-Amidiy
(Ulama Sunni):
menurut Qadhi Abu
Bakar Ibnu Al-’Arabiy
(Ulama Sunni) dan
jumhur ulama
madzhab kami
(Syafi’iyyah), serta
banyak dari kalangan
mu’tazilah, bahwa
para nabi
memungkinkan untuk
bermaksiat sebelum
kenabiannya, baik
dosa besar maupun
kecil, bahkan boleh
kerasulan orang yang
sebelumnya kafir. Al-
Ihkaam fiy Ushuuli-l-
Ahkaam, juz 1 hlm 227
Syaikh
Taqiyyuddin
al-Nabhani
berkata
dalam kitab
al-Tafkir, hal.
149 bahwa
“Siapa saja
mampu
berijtihad.”
Syaikh Yusuf bin Ismail al-Nabhani, Ulama Sunni dan kakek pendidi Hizbut Tahrir
berkata dalam kitabnya Hujjatullah ‘ala al-’Alamin, hal. 773, bahwa “Ijtihad telah
terputus sejak ratusan tahun yang lalu.”
Syaikh Yusuf bin Ismail al-Nabhani, berkata dalam kitabnya Hujjatullah ‘ala
al-’Alamin, hal. 775, bahwa “Yang mengaku mujtahid sekarang ini tidak punya akal,
dan tidak tahu malu.”
Az-Zarkasyi (Ulama
Sunni): Nukilan bahwa
ada kesepakatan atas
sudah tertutupnya pintu
ijtihad adalah hal aneh,
karena perkara ini
termasuk khilafiyyah.
Ulama Hanabilah
berpendapat: tidak
boleh ada suatu masa
yang kosong dari
keberadaan seorang
mujtahid. Pendapat ini
ditegaskan oleh Abu
Ishaq dan Az-Zubairiy.
Ibnu Daqiq: ini
pendapat pilihan kami!
Irsyaadu-l-fuhuwl, hlm
1037
Yang menyatakan
bahwa ijtihad lebih
mudah dilakukan di
masa sekarang bukan
hanya Syaikh
Taqyuddin An-
Nabhani. Asy-Syaukani
berkata ijtihad bagi
kalangan
mutaakhkhirun lebih
gampang dan mudah
daripada ijtihad bagi
kalangan
mutaqaddimun.
Irsyaadu-l-Fuhuwl, hlm
1039
Syaikh
Taqiyyuddin al-
Nabhani, pendidi
Hizbut Tahrir,
berkata dalam
kitab al-Nizham al-
Ijtima’i fi al-Islam,
hal. 57 bahwa
“laki-laki boleh
menyalami
perempuan dan
sebaliknya tanpa
tabir antara
keduanya.”
Membolehkan
bersalaman dengan
wanita ajnabiyyah
selama tidak
khawatir
menimbulkan fitnah
bukanlah pendapat
asing, bahkan dia
adalah pendapat
Mayoritas Ulama di
luar Syafi’iyyah. Lihat
keterangan Syaikh
Wahbah Az-Zuhailiy
(Ulama Sunni) dalam
Al-Fiqhu-l-Islaamiy
wa Adillatuhu, juz 3
hlm 567.
Naskah asli fatwa
Hizbut Tahrir hal.
226 yang
membolehkan
ciuman laki-laki dan
perempuan yang
bukan muhrim dan
bukan sumai istri,
asal tidak
bermaksud berzina.
Bahwa Hizbut Tahrir
membolehkan
berciuman dengan
wanita ajnabiyyah
adalah anggapan
keliru yang
bertentangan dengan
fakta, dan bahwa
naskah fatwa
tersebut sebagai
produk yang diadopsi
Hizb juga tidak benar.
An-Nizham Al-
Ijtimaa’iy fiy –l-
Islaam, hlm 57.
Naskah asli
fatwa Hizbut
Tahrir hal.
279, yang
membolehkan
menonton
filem mesum.
Bahwa Hizbut Tahrir
mengeluarkan fatwa
membolehkan
nonton film porno
adalah tuduhan keji.
Menurut Syaikh
Taqyuddin An-
Nabhaniy gambar
porno (baik yang
bergerak maupun
tidak) adalah
gambar terlarang
karena
bertentangan
dengan peradaban
islam. Nizhaam Al-
Islaam, hlm 68.
Amir Hizbut Tahrir
yang sekarang (Syaikh
‘Atha’ Abu Rusythah)
saat ditanya tentang
hukum melihat film
porno, beliau
menegaskan bahwa
melihat film porno
hukumnya haram
karena bisa menjadi
wasilah kepada
keharaman.
Ajwibah As-ilah:
http://www.hizb-ut-tahrir.info/arabic/index.php/HTAmeer/QAsingle/1543/
(16/02/12)
:‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬
:‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬
:‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬
:‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬
Naskah asli
fatwa Hizbut
Tahrir hal. 78,
yang
membolehkan
bekerja menjadi
agen negara
kafir.
Menjadi agen (kaki-tangan/mata-mata) negara kafir menurut Hizbut Tahrir
adalah haram, dari sisi memberi jalan kepada kaum kafir untuk menang, dan
keharaman aktivitas memata-matai kaum muslim.
Menjawab syubhat kepada Hizbut Tahrir

More Related Content

What's hot

Sebagian hadits-shahih-yang-berhubungan-dengan-al-mahdi
Sebagian hadits-shahih-yang-berhubungan-dengan-al-mahdiSebagian hadits-shahih-yang-berhubungan-dengan-al-mahdi
Sebagian hadits-shahih-yang-berhubungan-dengan-al-mahdiRa Hardianto
 
Ahlussunnah Wal Jama'ah
Ahlussunnah  Wal Jama'ahAhlussunnah  Wal Jama'ah
Ahlussunnah Wal Jama'ahArdian DP
 
penilaian syiah terhadap ahli sunnah
 penilaian syiah terhadap ahli sunnah penilaian syiah terhadap ahli sunnah
penilaian syiah terhadap ahli sunnahR&R Darulkautsar
 
Membongkar kedok sufi
Membongkar kedok sufiMembongkar kedok sufi
Membongkar kedok sufiHelmon Chan
 
Mengenal syiah dari kitab kitab syiah (baru)
Mengenal syiah dari kitab kitab syiah (baru)Mengenal syiah dari kitab kitab syiah (baru)
Mengenal syiah dari kitab kitab syiah (baru)Visnu Candra
 
Benarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasul
Benarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasulBenarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasul
Benarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasulR&R Darulkautsar
 
Hadits dhaif-ramadhan
Hadits dhaif-ramadhanHadits dhaif-ramadhan
Hadits dhaif-ramadhanLukman
 
Kontroversi Syi'ah: Tinjauan Historis dan Doktrin
Kontroversi Syi'ah: Tinjauan Historis dan DoktrinKontroversi Syi'ah: Tinjauan Historis dan Doktrin
Kontroversi Syi'ah: Tinjauan Historis dan DoktrinMuslim Sendai
 
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)Imam Susanto
 
benarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasul
 benarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasul benarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasul
benarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasulR&R Darulkautsar
 
Hakekat Syiah - Gerakan Dan Pemikirannya
Hakekat Syiah - Gerakan Dan PemikirannyaHakekat Syiah - Gerakan Dan Pemikirannya
Hakekat Syiah - Gerakan Dan PemikirannyaRidlo Abelian
 
Ajaran Syiah
Ajaran SyiahAjaran Syiah
Ajaran Syiahaswajanu
 

What's hot (19)

Sebagian hadits-shahih-yang-berhubungan-dengan-al-mahdi
Sebagian hadits-shahih-yang-berhubungan-dengan-al-mahdiSebagian hadits-shahih-yang-berhubungan-dengan-al-mahdi
Sebagian hadits-shahih-yang-berhubungan-dengan-al-mahdi
 
Ahlussunnah Wal Jama'ah
Ahlussunnah  Wal Jama'ahAhlussunnah  Wal Jama'ah
Ahlussunnah Wal Jama'ah
 
penilaian syiah terhadap ahli sunnah
 penilaian syiah terhadap ahli sunnah penilaian syiah terhadap ahli sunnah
penilaian syiah terhadap ahli sunnah
 
Mewaspadai sufi
Mewaspadai sufiMewaspadai sufi
Mewaspadai sufi
 
Membongkar kedok sufi
Membongkar kedok sufiMembongkar kedok sufi
Membongkar kedok sufi
 
Mengenal syiah dari kitab kitab syiah (baru)
Mengenal syiah dari kitab kitab syiah (baru)Mengenal syiah dari kitab kitab syiah (baru)
Mengenal syiah dari kitab kitab syiah (baru)
 
Benarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasul
Benarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasulBenarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasul
Benarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasul
 
Hadits dhaif-ramadhan
Hadits dhaif-ramadhanHadits dhaif-ramadhan
Hadits dhaif-ramadhan
 
Asbab al nuzul
Asbab al nuzulAsbab al nuzul
Asbab al nuzul
 
Hakikat tasawuf
Hakikat tasawufHakikat tasawuf
Hakikat tasawuf
 
Kontroversi Syi'ah: Tinjauan Historis dan Doktrin
Kontroversi Syi'ah: Tinjauan Historis dan DoktrinKontroversi Syi'ah: Tinjauan Historis dan Doktrin
Kontroversi Syi'ah: Tinjauan Historis dan Doktrin
 
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
Hadits Maudhu' (Imam Susanto)
 
Surat utama Al-quran
Surat utama Al-quranSurat utama Al-quran
Surat utama Al-quran
 
Fiqih istisqo
Fiqih istisqoFiqih istisqo
Fiqih istisqo
 
benarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasul
 benarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasul benarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasul
benarkah taubat nabi adam diterima kerana bertawasul
 
Hakekat Syiah - Gerakan Dan Pemikirannya
Hakekat Syiah - Gerakan Dan PemikirannyaHakekat Syiah - Gerakan Dan Pemikirannya
Hakekat Syiah - Gerakan Dan Pemikirannya
 
Kesesatan syi'ah
Kesesatan syi'ahKesesatan syi'ah
Kesesatan syi'ah
 
Ajaran Syiah
Ajaran SyiahAjaran Syiah
Ajaran Syiah
 
Ppt study islam
Ppt study islamPpt study islam
Ppt study islam
 

Similar to Menjawab syubhat kepada Hizbut Tahrir

Perbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabelPerbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabelNano Nani
 
BUKU: Menyingkap aqidah Syiah Kecil
BUKU: Menyingkap aqidah Syiah KecilBUKU: Menyingkap aqidah Syiah Kecil
BUKU: Menyingkap aqidah Syiah KecilMarina Nawia
 
Makalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ahMakalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ahALI FIKRI
 
Sifat dan Karakteristik Ekstrimis Khawarij
Sifat dan Karakteristik Ekstrimis KhawarijSifat dan Karakteristik Ekstrimis Khawarij
Sifat dan Karakteristik Ekstrimis KhawarijMawar'99
 
Analisa Sejarah Mengenai Tafsiran Uli al-Amri di dalam al-Qur'an
Analisa Sejarah Mengenai Tafsiran Uli al-Amri di dalam al-Qur'anAnalisa Sejarah Mengenai Tafsiran Uli al-Amri di dalam al-Qur'an
Analisa Sejarah Mengenai Tafsiran Uli al-Amri di dalam al-Qur'anLanguage Explore
 
Ilmu rijal al hadits
Ilmu rijal al haditsIlmu rijal al hadits
Ilmu rijal al haditsYudi Wahyudin
 
Ilmu rijal al hadits
Ilmu rijal al haditsIlmu rijal al hadits
Ilmu rijal al haditsYudi Wahyudin
 
73 FIRQAH DALAM ISLAM
73 FIRQAH DALAM ISLAM73 FIRQAH DALAM ISLAM
73 FIRQAH DALAM ISLAMrahman rahman
 
Syi'ah & gerakannya di malaysia mac 2011
Syi'ah & gerakannya di malaysia mac 2011Syi'ah & gerakannya di malaysia mac 2011
Syi'ah & gerakannya di malaysia mac 2011Hifni Farhati
 
Kel 4_PPI masa khulafa ur Rasyidin.pptx
Kel 4_PPI masa khulafa ur Rasyidin.pptxKel 4_PPI masa khulafa ur Rasyidin.pptx
Kel 4_PPI masa khulafa ur Rasyidin.pptxMethaKurniaPutra
 
Risalah "Syiah Yang Sesat Dan Menyesatkan" ms. 2 dari 4
Risalah "Syiah Yang Sesat Dan Menyesatkan" ms. 2 dari 4Risalah "Syiah Yang Sesat Dan Menyesatkan" ms. 2 dari 4
Risalah "Syiah Yang Sesat Dan Menyesatkan" ms. 2 dari 4Abu Muhammad
 
Ajaran ajaran sesat diluar aswaja
Ajaran ajaran sesat diluar aswajaAjaran ajaran sesat diluar aswaja
Ajaran ajaran sesat diluar aswajaahmadkhoiron
 
Ajaran sesat di luar aswaja
Ajaran sesat di luar aswajaAjaran sesat di luar aswaja
Ajaran sesat di luar aswajaJalaludinSP
 
Power Point Abu bakar assyiddiq
Power Point Abu bakar assyiddiqPower Point Abu bakar assyiddiq
Power Point Abu bakar assyiddiqmawardi ardi
 
Pentakfiran dan Penyesatan Wahabi Terhadap Ummat
Pentakfiran dan Penyesatan Wahabi Terhadap UmmatPentakfiran dan Penyesatan Wahabi Terhadap Ummat
Pentakfiran dan Penyesatan Wahabi Terhadap UmmatMohammad Luqman Firmansyah
 

Similar to Menjawab syubhat kepada Hizbut Tahrir (20)

Perbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabelPerbedaan sunni syiah dalam tabel
Perbedaan sunni syiah dalam tabel
 
BUKU: Menyingkap aqidah Syiah Kecil
BUKU: Menyingkap aqidah Syiah KecilBUKU: Menyingkap aqidah Syiah Kecil
BUKU: Menyingkap aqidah Syiah Kecil
 
Makalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ahMakalah tentang bid'ah
Makalah tentang bid'ah
 
Sifat dan Karakteristik Ekstrimis Khawarij
Sifat dan Karakteristik Ekstrimis KhawarijSifat dan Karakteristik Ekstrimis Khawarij
Sifat dan Karakteristik Ekstrimis Khawarij
 
Fiqh al sirah
Fiqh al sirahFiqh al sirah
Fiqh al sirah
 
Fiqh al-sirah-1
Fiqh al-sirah-1Fiqh al-sirah-1
Fiqh al-sirah-1
 
Analisa Sejarah Mengenai Tafsiran Uli al-Amri di dalam al-Qur'an
Analisa Sejarah Mengenai Tafsiran Uli al-Amri di dalam al-Qur'anAnalisa Sejarah Mengenai Tafsiran Uli al-Amri di dalam al-Qur'an
Analisa Sejarah Mengenai Tafsiran Uli al-Amri di dalam al-Qur'an
 
Ilmu rijal al hadits
Ilmu rijal al haditsIlmu rijal al hadits
Ilmu rijal al hadits
 
Ilmu rijal al hadits
Ilmu rijal al haditsIlmu rijal al hadits
Ilmu rijal al hadits
 
73 FIRQAH DALAM ISLAM
73 FIRQAH DALAM ISLAM73 FIRQAH DALAM ISLAM
73 FIRQAH DALAM ISLAM
 
Fiqh al sirah 1
Fiqh al sirah 1Fiqh al sirah 1
Fiqh al sirah 1
 
KHUTBAH RASULULLAH SAWW DI GHADIR KHUM
KHUTBAH RASULULLAH SAWW DI GHADIR KHUMKHUTBAH RASULULLAH SAWW DI GHADIR KHUM
KHUTBAH RASULULLAH SAWW DI GHADIR KHUM
 
Syi'ah & gerakannya di malaysia mac 2011
Syi'ah & gerakannya di malaysia mac 2011Syi'ah & gerakannya di malaysia mac 2011
Syi'ah & gerakannya di malaysia mac 2011
 
Kel 4_PPI masa khulafa ur Rasyidin.pptx
Kel 4_PPI masa khulafa ur Rasyidin.pptxKel 4_PPI masa khulafa ur Rasyidin.pptx
Kel 4_PPI masa khulafa ur Rasyidin.pptx
 
Risalah "Syiah Yang Sesat Dan Menyesatkan" ms. 2 dari 4
Risalah "Syiah Yang Sesat Dan Menyesatkan" ms. 2 dari 4Risalah "Syiah Yang Sesat Dan Menyesatkan" ms. 2 dari 4
Risalah "Syiah Yang Sesat Dan Menyesatkan" ms. 2 dari 4
 
Saqifah (1)
Saqifah (1)Saqifah (1)
Saqifah (1)
 
Ajaran ajaran sesat diluar aswaja
Ajaran ajaran sesat diluar aswajaAjaran ajaran sesat diluar aswaja
Ajaran ajaran sesat diluar aswaja
 
Ajaran sesat di luar aswaja
Ajaran sesat di luar aswajaAjaran sesat di luar aswaja
Ajaran sesat di luar aswaja
 
Power Point Abu bakar assyiddiq
Power Point Abu bakar assyiddiqPower Point Abu bakar assyiddiq
Power Point Abu bakar assyiddiq
 
Pentakfiran dan Penyesatan Wahabi Terhadap Ummat
Pentakfiran dan Penyesatan Wahabi Terhadap UmmatPentakfiran dan Penyesatan Wahabi Terhadap Ummat
Pentakfiran dan Penyesatan Wahabi Terhadap Ummat
 

Menjawab syubhat kepada Hizbut Tahrir

  • 3. YANG DIMAKSUD DENGAN IMAMAH Imam An-Nawawi (Ulama Sunni): “Imamah, Khilafah, dan Imaratul Mukminin adalah SINONIM. Yang dimaksud dengannya adalah KEPEMIMPINAN UMUM DALAM URUSAN-URUSAN AGAMA DAN DUNIA.” Artinya IMAMAH bukan Negara Sekular. Al-Majmu’ Syarh Al- Muhadzdzab, juz 21, hlm 26
  • 4. Imam Al-Ijiy (Ulama Sunni): “(Imamah adalah): penerus Rasulullah saw dalam menegakkan agama yang wajib ditaati oleh segenap umat Islam.” Negara sekular bukan Imamah. Al-Mawaaqif fiy ‘Ilm Al-Kalaam, hlm 395
  • 5. Imam Al-Khatthabi (Ulama Sunni): “makna dari ‘Rasulullah saw tidak beristikhlaf’ adalah bahwa beliau tidak menunjuk seseorang menjadi khalifah, itu tidak berarti bahwa Beliau tidak memerintahkan hal tersebut (mengangkat Imam), tidak mengajarkannya, dan membiarkan perkara (agama Islam) terbengkalai tanpa ada yang mengurusi. … “. Masih menurut Beliau: Penundaan pemakaman jenazah Rasulullah saw menunjukkan wajibnya KHILAFAH. (Tharh At-Tatsriyb fiy Syarh At-Taqriyb, juz 8, hlm 75)
  • 6. Hadits Rasulullah saw dalam Musnad Ahmad bin Hambal, nomor hadits 22273, bahwa masa kekhilafahan umat Islam hanya 30 tahun, setelah itu tidak ada lagi khilafah.
  • 7. Al-Hafizh Ahmad bin al-Shiddiq al-Ghumari (Ulama Sunni), menjelaskan dalam kitabnya, Muthabaqat al- Ikhtira’at al-’Ashriyyah limaa Akhbara bihi Sayyid al-Bariyyah, hal. 43, bahwa Nabi saw telah mengabarkan, “Umat Islam akan dipimpin oleh banyak penguasa (tanpa penguasa tunggal).”
  • 8. 1. Menurut Jumhur ‘Ulama Sunni umat Islam dilarang mempunyai lebih dari satu pemimpin. Imam Abu Zakariyya An-Nawawi (Ulama Sunni): “Para ulama bersepakat bahwa tidak boleh mengangkat dua khalifah dalam satu masa, baik wilayah Negara Islam luas maupun tidak.” Syarh An-Nawawî ‘alâ Muslim, juz 12 hal 321.
  • 9. Imam Ibnu Katsir (Ulama Sunni): “Dan adapun pengangkatan dua imam atau lebih di muka bumi, maka hal itu tidak boleh, berdasarkan Sabda Nabi saw: “Barang siapa yang mendatangi kalian sementara urusan kalian terkumpul (pada satu khalifah) dia ingin memecahbelah kalian maka bunuhlah dia seketika bagaimanapun dia.” Yang demikian ini adalah pendapat jumhur Ulama, ...” Tafsîr Ibn Katsîr, juz 1 hlm 222.
  • 10. Imam As-Sinqithi (Ulama Sunni): Menurut Jumhur ‘Ulama: Bahwasannya Imam yang agung (khalifah) tidak boleh berjumlah lebih dari satu, bahkan wajib berjumlah satu, …” Adhwâ’ Al-Bayân fî Îdhâh Al- Qur’ân bi Al-Qur’ân, juz 1 hlm 83
  • 11. Sementara hadits Rasulullah saw tentang akan berbilangnya pemimpin umat Islam adalah berbentuk ikhbaar (pemberitaan) bukan berbentuk tasyrii’ (penetapan hukum syara’). Sama halnya dengan pemberitaan Beliau akan banyaknya perilaku Zina dan Riba di akhir zaman, sama sekali tidak menunjukkan bahwa dua dosa besar tersebut nantinya dimaklumi sebagai sesuatu yang boleh. Jadi, apabila terjadi khalifah atau pemimpin umat Islam berjumlah lebih dari satu maka itu adalah kemungkaran, merubahnya dengan cara yang baik adalah kewajiban kaum muslim. Dan aktivitas izaalatu- l-munkaraat (menghilangkan kemungkaran) bukanlah amalan yang sia-sia. Apalagi, pemimpin-pemimpin yang ada saat ini bukan pemimpin umat Islam, mereka sendiri tidak ingin disebut sebagai pemimpin umat Islam, dan negaranya juga tidak mau disebut sebagai negara Islam. Bahkan mereka berusaha mencegah negara mereka untuk menjadi negara Islam.
  • 12. 2. Selain memberitakan akan berakhirnya kepemimpinan tunggal umat Islam, Rasulullah saw juga memberitakan akan datangnya kembali kekhilafahan atau kepemimpinan tunggal umat Islam (Musnad Ahmad nomor hadits 18596)
  • 13. Al-Imam al-Hafizh Abu Bakar Ahmad bin al-Husain al- Baihaqi, berkata dalam kitabnya, Dalail al-Nubuwwah wa Ma’rifat Ahwal Shahib al-Syari’ah, juz 6, hal. 491, bahwa maksud khilafah al- nubuwwah dalam hadits Hudzaifah adalah Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
  • 14. Syaikh Yusuf bin Ismail al-Nabhani al-Asy’ari al- Syafi’i, ulama Sunni, kakek Syaikh Taqiyyudin al-Nabhani, pendiri Hizbut Tahrir, menyebutkan dalam kitabnya, Hujjatullah ‘ala al-’Alamin fi Mu’jizat Sayyid al- Mursalin, hal. 527, bahwa yang dimaksud dengan khilafah al- nubuwwah dalam hadits Hudzaifah tersebut adalah khilafahnya Umar bin Abdul Aziz.
  • 15. 1. Bahwa khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah yang disebut hadits Ahmad adalah masa Khalifah Umar bin Abdil ‘Aziz ra. adalah merupakan asumsi seorang perawi bernama Habib bin Salim rahimahullaah, dia tidak termasuk hadits Rasulullah saw. 2. Habib bin Salim rahimahullaah sendiri tidak meyakini akan asumsinya tersebut, beliau hanya mengatakan “berharap”: 3. Kalaupun ada yang berpendapat demikian tentunya tidak berupa keyakinan yang kemudian menafikan kemungkinan-kemungkinan lainnya, karena landasannya sebatas asumsi seorang perawi yang beliau sendiri bahkan tidak sampai meyakininya.
  • 16. 4. Menurut hadits Muslim Nomor 2913: Akan ada kembali kekhilafahan, (a)Hadits menyebutkan munculnya khalifah di akhir umat Nabi Muhammad saw., (b)Keterangan dua orang perawinya Abu Nadhrah dan Abu Al-’Alaa’ saat ditanya oleh Al-Jurairiy, Jelas yang dimaksud bukan kalifah ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz,. Mengatakan tidak akan ada lagi khalifah berarti mengingkari hadits shahih ini.
  • 17. 5. Masih dari sumber yang sama, yaitu hadits nomor 2914: akan muncul kembali Khalifah di Akhir Zaman. Tentunya bukan kalifah ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz, karena beliau hidup dekat dengan masa kenabian dan bukan di akhir zaman. Mengatakan tidak akan ada lagi khalifah berarti mengingkari hadits shahih ini.
  • 18. Abu Ya’la Al- Mushiliy meriwayatkan hadits dari jalan Abu Hurairah, bahwa khilafah di akhir zaman nanti adalah khilafahnya Al- Imam Al-Mahdi. Itupun masanya sangat singkat, yaitu tujuh tahun saja. Musnad Abu Ya’la, juz 12 hlm 19.
  • 19. Al-Mahdi memang khalifah di akhir zaman, tapi Beliau bukan satu- satunya. At-Thabaraniy meriwayatkan hadits shahih bahwa Beliau nanti dibai’at menjadi khalifah setelah khalifah sebelumnya wafat, itu tandanya sebelum beliau menjadi khalifah sudah berlangsung masa kekhilafahan. Pertanyaannya, darimana datangnya kekhilafahan tersebut? Apakah muncul dengan sendirinya? Majma’ Az-Zawaid, juz 7 hlm 433
  • 20. Al-Imam Hujjatul Islam al-Ghazali berkata dalam al- Iqtishad fi al- I’tiqad, hal. 200, “Kajian tentang khilafah tidak penting, dan lebih selamat tidak mengkajinya.”
  • 21. Syaikh Taqiyyuddin al- Nabhani berkata dalam kitab al- Syakhshiyyat al- Islamiyyah, juz 2, hal. 19 bahwa “Bengpangku tangan dari menegakkan khilafah termasuk dosa terbesar, dan menghentikan eksistensi Islam dalam ranah kehidupan. Semua kaum Muslim dosa besar karenanya.”
  • 22. 1. Al-Imam Al-Ghazali (Ulama Sunni) berkata: “menghindari pembahasan imamah lebih selamat daripada membahasnya, iya kalau sudah benar (pemahamannya), bagaimana jika ternyata salah?”. Beliau kemudian membagi pembahasan imamah menjadi tiga topik: • Kewajiban mengangkat imam  untuk membantah kalangan yang mengingkari wajibnya imamah • Apakah Imam telah ditetapkan oleh nash  untuk membantah pendapat sebagaimana yang dianut Rafidhah bahwa Imam Ali bin Abi Thalib ra telah ditetapkan sebagai Imam berdasarkan hadits Ghadir Khum • Akidah Ahlus Sunnah terhadap Shahabat Nabi dan Khulafa Rasyidun  untuk membantah kalangan yang mengkultuskan mereka dan juga kalangan yang mengingkari kekhalifahan mereka. (Al-Iqtishaad fiy Al-I’tiqaad, hal. 200-207)
  • 23. Berikut juga keterangan Imam Hasan Al-’Aththar (Ulama Sunni) dalam Hasyiyah beliau atas Jam’u-l-jawaami’, juz 2 hlm 487:
  • 24. 2. Yang menyatakan Imamah adalah kewajiban yang Sangat Besar bukan hanya Hizbut Tahrir. Muhammad bin Ahmad As-Safarini Al-Hambali (Ulama Sunni), dalam Lawâmi’ Al-Anwâr, juz 2 hlm 419:
  • 25. Ibnu Hajar Al-Haitamiy (Ulama Sunni), dalam Ash-Shawâ’iq Al-Muhriqah, hlm 10:
  • 26. Syamsuddin Ar-Ramli (Ulama Sunni), dalam Ghâyah Al-Bayân Syarhu Zubad Ibn Ruslân, hlm 23:
  • 27. Muhammad Al-Hashkifi Al-Hanafi (Ulama Sunni), dalam Ad-Durr Al-Mukhtaar syarh Tanwiyr Al-Abshaar, hlm 75:
  • 28. “Ekstrem”: Hanzhalah bin Ar-Rabiy’ ra. (Sahabat sekaligus Juru Tulis Rasulullah saw) menyebutkan bahwa dengan tanpa Khilafah Umat Islam bisa hina dan sesat seperti umat Yahudi dan Nasrani! Taariykhu-th- Thabariy, hlm 776
  • 29. “Ekstrem”: ‘Umar bin Khaththab ra. memerintahkan untuk membunuh anggota syura’ dari kalangan sahabat pilihan jika menghambat proses pemilihan khalifah, dan para sahabat lainnya tidak ada yang menolak bertanda mereka setuju. Al-Kaamil fi-t- taariykh, juz 2 hlm 461
  • 30. “Ekstrem”: Umar bin Khaththab ra. menyebutkan bahwa dengan meninggalkan Had Rajam saja umat bisa sesat! Dan tanpa Khilafah banyak hudud ditinggalkan. Shahiyh Al- Bukhariy, hadits nomor 6829
  • 31. “Ekstrem”: Imam Taqyuddin Abu Bakr Al- Hishniy (Ulama Sunni) menyebutkan bahwa menurut para ulama istighfar yang disertai dengan diantaranya keridhaan tidak menerapkan hudud adalah terhitung sebagai dosa! Kifayatu-l- Akhyaar, hlm 242
  • 32. Al-Imam Fakhruddin al-Razi, berkata dalam tafsirnya, al-Tafsir al-Kabir wa Mafatih al-Ghaib, juz 13, hal. 204, bahwa tampilnya seorang pemimpin yang zalim adalah akibat kezaliman yang dilakukan oleh rakyat.
  • 33. Hizbut Tahrir merubah sistem dengan berdakwah di tengah-tengah dan bersama umat (masyarakat) sampai mereka menjadikan Islam sebagai pandangan hidupnya, sehingga akhirnya mereka sendirilah yang menuntut penerapan Syari’at dan Khilafah.
  • 34. Al-Imam Abu Ja’far al-Thahawi (Ulama Sunni) berkata dalam al-’Aqidah al- Thahawiyyah, “bahwa Ahlussunnah Wal-Jama’ah tidak memiliki konsep menggulingkan pemerintahan yang sah, meskipun mereka telah berbuat kezaliman.”
  • 35. Yang haram digulingkan adalah Pemerintahan Islam. Menurut Ibnu Katsir (Ulama Sunni) bahwa jika pemerintah Islam mengganti atau mencampur syari’at Islam dengan syari’at lain, maka wajib untuk dilengserkan. Tafsiyr Al-Qur-aan Al-’Azhiym (tafsir Ibn Katsir) juz 3 hlm 131.
  • 36. Adapun merubah pemerintahan yang tidak Islami, maka dengan mencontoh perjalanan dakwah Rasulullah saw saat periode Mekah, yaitu dengan dakwah tanpa kekerasan.
  • 37. Syaikh Taqiyyuddin al- Nabhani, pendiri Hizbut Tahrir, dengan mengadopsi dari Mu’tazilah, menegaskan dalam kitabnya, al- Syakhshiyyat al- Islamiyyah, juz 1, hal. 71 dan 72, bahwa perbuatan manusia tidak ada kaitannya dengan keputusan Allah.
  • 38. Al-Imam al-Hafizh al-Kabir Abu Bakar Ahmad bin al- Husain al-Baihaqi, w. 458 H, berkata dalam kitabnya, al- I’tiqad ‘ala Sadzhab al-Salaf Ahl al- Sunnah wa al- Jama’ah, hal. 53- 54, bahwa semua perbuatan manusia adalah ciptaan Allah dan terjadi sesuai dengan keputusan Allah.
  • 39. Ungkapan bahwa perbuatan manusia yang bersifat ikhtiyariy tidak termasuk Qadha’, bukan berarti menganggapnya sebagai ciptaan manusia. Karena: 1.Yang dimaksud Qadha’ di situ adalah perbuatan-perbuatan yang terjadi di luar kehendak manusia yang telah ditetapkan oleh Allah swt. (Asy- Syakhshiyyah Al- Islaamiyyah, juz 1 hlm 94)
  • 40. 2. Perbuatan manusia yang bersifat pilihan adalah berupa intifaa’ (pemanfaatan) manusia atas khashyyat (sifat- sifat khusus) yang telah Allah swt tetapkan pada benda-benda. (Asy- Syakhshiyyah Al- Islaamiyyah, juz 1 hlm 96) Jadi Hizbut Tahrir tidak pernah mengatakan bahwa manusia bisa menciptakan perbuatannya
  • 41. Syaikh Taqiyyuddin al-Nabhani, pendiri Hizbut Tahrir, berkata dalam al- Syakhshiyyat al- Islamiyyah, juz 1, hal. 73, bahwa “Ahlus Sunnah sama dengan Jabariyyah”.
  • 42. 1. Yang dimaksud Ahlus Sunnah oleh Syaikh Taqyuddin An-Nabhaniy dalam pembahasan Qadha dan Qadar adalah Al-Asy’ariyyah 2. Dalam pembahasan Qadha dan Qadar pada hakikatnya pendapat keduanya (Ahlus Sunnah dan Jabariyyah) adalah sama, yaitu bahwa perbuatan manusia baik berupa ketaatan maupun kemaksiatan adalah ketetapan dan ciptaan Allah swt. Bedanya Asy’ariyyah mengenal apa yang dinamakan dengan Kasb Ikhtiyariy, yaitu hamba kuasa memilih perbuatannya. Namun meskipun demikian yang terjadi tetap apa yang telah ditetapkan Allah swt, baik dipilih maupun tidak. Karena suatu perbuatan akan terjadi manakala kuasa manusia sejalan dengan kuasa Allah swt.
  • 43. 3. Yang menyatakan bahwa Asy’ariyyah memiliki kesamaan dengan Jabariyyah bukan hanya Syaikh Taqyuddin. Berikut Al-Imam Al-Ijiy (Ulama Sunni) dalam kitabnya Al-Mawaqif hlm 428
  • 44. Juga Al-Imam Al-Jurjaniy (Ulama Sunni), dalam kitabnya At-Ta’riyfaat, hlm 66
  • 45. Syaikh Taqiyyuddin al-Nabhani, pendiri Hizbut Tahrir, berkata dalam al- Syakhshiyyat al- Islamiyyah, juz 1, hal. 53, bahwa “Ta’wil pertama kali dilakukan oleh kalangan teolog, bukan ulama salaf”.
  • 46. Al-Imam al-Syaukani (Ulama Syiah Zaidiyah), berkata dalam kitabnya Irsyad al-Fuhul, mengutip dari al- Imam al-Zarkasyi (Ulama Sunni) dalam al-Burhan fi ‘Ulum al-Qur’an, bahwa ta’wil terhadap nushush mutasyabihat dilakukan oleh ulama salaf.
  • 47. Hizbut Tahrir tidak sedang mengkritik ta’wil, melainkan mengkritik manhaj Kaum Mutakallimin yang menjadikan akal sebagai asas dalam menta’wil, bukan ayat Al- Qur’an. (Asy-Syakhshiyyah Al-Islaamiyyah, juz 1 hlm 55-56)
  • 48. Taqiyyuddin al- Nabhani berkata dalam kitabnya, al- Syakhshiyyat al- Islamiyyah, juz 1, hal. 43, bahwa yang dimaksud, “Qadar dalam hadits Jibril adalah ilmu Allah”. Dengan demikian berarti al-Nabhani menisbatkan keburukan kepada Allah swt.
  • 49. Syaikh Abdullah al-Harari (Ulama Sunni), berkata dalam kitabnya, al-Syarh al-Qawim ‘ala al-Shirath al- Mustaqim, hal. 228, bahwa “Maksud Qadar dalam hadits Jibril adalah al-Maqdur (sesuatu yang diputuskan Allah) atau Makhluk, yang boleh dilabel sifa baik dan buruk.”
  • 50. Syaikh Nawawi Banten, berkata dalam kitabnya Kasyifat al- Saja Syarh Safinah al- Naja, hal. 12, “Tidak boleh menisbatkan kejelekan kepada Allah.”
  • 51. Maksud dari iman kepada Qada’ dan Qadar baik dan buruknya dari Allah swt: Mengimani bahwa perbuatan-perbuatan yang terjadi oleh manusia atau atasnya yang bersifat “memaksa” dan khashiyyat yang ada pada benda-benda adalah dari Allah swt bukan dari Manusia, dan tidak ada peran manusia di dalamnya.  al- Maqdur (sesuatu yang diputuskan Allah). Jadi tidak ada penisbatan kejelekan kepada Allah swt tersebut. (Asy- Syakhshiyyah Al- Islaamiyyah, juz 1 hlm 94)
  • 52. Syaikh Taqiyyuddin al-Nabhani berkata dalam kitab al- Syakhshiyyat al- Islamiyyah, juz 1, hal. 132, bahwa “Para nabi dan rasul itu ma’shum setelah menjadi nabi dan rasul. Sedangkan sebelum menjadi nabi dan rasul, mereka tidak ma’shum.”
  • 53. Al-Imam Muhammad al- Dasuqi (Ulama Sunni), berkata dalam kitabnya, Hasyiyah ‘ala Ummi al-Barahin, hal. 163, “Para nabi itu terjaga dari dosa besar dan kecil, sengaja dan tidak sengaja, sebelum dan sesudah menjadi nabi.”
  • 54. Imam Al-Amidiy (Ulama Sunni): menurut Qadhi Abu Bakar Ibnu Al-’Arabiy (Ulama Sunni) dan jumhur ulama madzhab kami (Syafi’iyyah), serta banyak dari kalangan mu’tazilah, bahwa para nabi memungkinkan untuk bermaksiat sebelum kenabiannya, baik dosa besar maupun kecil, bahkan boleh kerasulan orang yang sebelumnya kafir. Al- Ihkaam fiy Ushuuli-l- Ahkaam, juz 1 hlm 227
  • 56. Syaikh Yusuf bin Ismail al-Nabhani, Ulama Sunni dan kakek pendidi Hizbut Tahrir berkata dalam kitabnya Hujjatullah ‘ala al-’Alamin, hal. 773, bahwa “Ijtihad telah terputus sejak ratusan tahun yang lalu.”
  • 57. Syaikh Yusuf bin Ismail al-Nabhani, berkata dalam kitabnya Hujjatullah ‘ala al-’Alamin, hal. 775, bahwa “Yang mengaku mujtahid sekarang ini tidak punya akal, dan tidak tahu malu.”
  • 58. Az-Zarkasyi (Ulama Sunni): Nukilan bahwa ada kesepakatan atas sudah tertutupnya pintu ijtihad adalah hal aneh, karena perkara ini termasuk khilafiyyah. Ulama Hanabilah berpendapat: tidak boleh ada suatu masa yang kosong dari keberadaan seorang mujtahid. Pendapat ini ditegaskan oleh Abu Ishaq dan Az-Zubairiy. Ibnu Daqiq: ini pendapat pilihan kami! Irsyaadu-l-fuhuwl, hlm 1037
  • 59. Yang menyatakan bahwa ijtihad lebih mudah dilakukan di masa sekarang bukan hanya Syaikh Taqyuddin An- Nabhani. Asy-Syaukani berkata ijtihad bagi kalangan mutaakhkhirun lebih gampang dan mudah daripada ijtihad bagi kalangan mutaqaddimun. Irsyaadu-l-Fuhuwl, hlm 1039
  • 60. Syaikh Taqiyyuddin al- Nabhani, pendidi Hizbut Tahrir, berkata dalam kitab al-Nizham al- Ijtima’i fi al-Islam, hal. 57 bahwa “laki-laki boleh menyalami perempuan dan sebaliknya tanpa tabir antara keduanya.”
  • 61. Membolehkan bersalaman dengan wanita ajnabiyyah selama tidak khawatir menimbulkan fitnah bukanlah pendapat asing, bahkan dia adalah pendapat Mayoritas Ulama di luar Syafi’iyyah. Lihat keterangan Syaikh Wahbah Az-Zuhailiy (Ulama Sunni) dalam Al-Fiqhu-l-Islaamiy wa Adillatuhu, juz 3 hlm 567.
  • 62. Naskah asli fatwa Hizbut Tahrir hal. 226 yang membolehkan ciuman laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim dan bukan sumai istri, asal tidak bermaksud berzina.
  • 63. Bahwa Hizbut Tahrir membolehkan berciuman dengan wanita ajnabiyyah adalah anggapan keliru yang bertentangan dengan fakta, dan bahwa naskah fatwa tersebut sebagai produk yang diadopsi Hizb juga tidak benar. An-Nizham Al- Ijtimaa’iy fiy –l- Islaam, hlm 57.
  • 64. Naskah asli fatwa Hizbut Tahrir hal. 279, yang membolehkan menonton filem mesum.
  • 65. Bahwa Hizbut Tahrir mengeluarkan fatwa membolehkan nonton film porno adalah tuduhan keji. Menurut Syaikh Taqyuddin An- Nabhaniy gambar porno (baik yang bergerak maupun tidak) adalah gambar terlarang karena bertentangan dengan peradaban islam. Nizhaam Al- Islaam, hlm 68.
  • 66. Amir Hizbut Tahrir yang sekarang (Syaikh ‘Atha’ Abu Rusythah) saat ditanya tentang hukum melihat film porno, beliau menegaskan bahwa melihat film porno hukumnya haram karena bisa menjadi wasilah kepada keharaman. Ajwibah As-ilah: http://www.hizb-ut-tahrir.info/arabic/index.php/HTAmeer/QAsingle/1543/ (16/02/12) :‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬ :‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬ :‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬ :‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬‫ل‬
  • 67. Naskah asli fatwa Hizbut Tahrir hal. 78, yang membolehkan bekerja menjadi agen negara kafir.
  • 68. Menjadi agen (kaki-tangan/mata-mata) negara kafir menurut Hizbut Tahrir adalah haram, dari sisi memberi jalan kepada kaum kafir untuk menang, dan keharaman aktivitas memata-matai kaum muslim.