SlideShare a Scribd company logo
1 of 15
SEJARAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN FILSAFAT :
         SUATU PENGANTAR KEARAH FILSAFAT ILMU

                              Oleh: Budi Setiawan1
                       (PJMK MKWU: Filsafat Ilmu & Logika)

      1.   Sejarah Perkembangan Pemikiran Yunani Kuno: Dari
           Mitos ke Logos


           Secara historis kelahiran dan perkembangan pemikiran Yunani
           Kuno(sistem berpikir) tidak dapat dilepaskan dari keberadaan
           kelahiran dan perkembangan filsafat, dalam hal ini adalah
           sejarah filsafat. Dalam tradisi sejarah filsafat mengenal 3 (tiga)
           tradisi besar sejarah, yakni tradisi: (1) Sejarah Filsafat India
           (sekitar2000 SM – dewasa ini), (2) Sejarah Filsafat Cina (sekitar
           600 SM – dewasa ini), dan (3) Sejarah Filsafat Barat (sekitar
           600 SM – dewasa ini).


           Dari ketiga tradisi sejarah tersebut di atas, tradisi Sejarah
           Filsafat Barat adalah basis kelahiran dan perkembangan ilmu
           (scientiae/science/sain) sebagaimana yang kita kenal sekarang
           ini. Titik-tolak dan orientasi sejarah filsafat baik yang
           diperlihatkan dalam tradisi Sejarah Filsafat India maupun Cina
           disatu pihak dan Sejarah Filsafat Barat dilain pihak, yakni
1
    Makalah ini disampaikan dalam Interenship Dosen Filsafat Ilmu yang diselenggarakan oleh MKWU
    Universitas Airlangga, Surabaya, 28-29 Juli 2010


                                                                                                   1
semenjak periodesasi awal sudah memperlihatkan titik-tolak
dan orientasi sejarah yang berbeda. Pada tradisi Sejarah Fisafat
India dan Cina, lebih memperlihatkan perhatiannya yang besar
pada masalah-masalah keagamaan, moral/etika dan cara-
cara/kiat untuk mencapai keselamatan hidup manusia di dunia
dan kelak keselamatan sesudah kematian.


Sedangkan pada tradisi Sejarah Filsafat Barat semenjak
periodesasi awalnya (Yunani Kuno/Klasik: 600 SM – 400 SM),
para pemikir pada masa itu sudah mulai mempermasalahkan
dan mencari unsur induk (arché) yang dianggap sebagai asal
mula   segala    sesuatu/semesta   alam    Sebagaimana     yang
dikemukakan oleh Thales (sekitar 600 SM) bahwa “air”
merupakan arché, sedangkan Anaximander (sekitar 610 -540
SM) berpendapat arché adalah sesuatu “yang tak terbatas”,
Anaximenes (sekitar 585 – 525 SM berpendapat “udara” yang
merupakan unsur induk dari segala sesuatu. Nama penting lain
pada periode ini adalah Herakleitos (± 500 SM) dan Parmenides
(515 – 440 SM), Herakleitos mengemukakan bahwa segala
sesuatu itu “mengalir” (“panta rhei”) bahwa segala sesuatu itu
berubah    terus-menerus/perubahan     sedangkan    Parmenides
menyatakan bahwa segala sesuatu itu justru sebagai sesuatu
yang tetap (tidak berubah).


                                                               2
Lain lagi Pythagoras (sekitar 500 SM) berpendapat bahwa
segala sesuatu itu terdiri dari “bilangan-bilangan”: struktur dasar
kenyataan itu tidak lain adalah “ritme”, dan Pythagoraslah
orang pertama yang menyebut/memperkenalkan dirinya sebagai
sorang “filsuf”, yakni seseorang yang selalu bersedia/mencinta
untuk menggapai kebenaran melalui berpikir/bermenung secara
kritis dan radikal (radix) secara terus-menerus.


Yang hendak dikatakan disini adalah hal upaya mencari unsur
induk segala sesuatu (arche), itulah momentum awal sejarah
yang telah membongkar periode myte (mythos/mitologi) yang
mengungkung pemikiran manusia pada masa itu kearah
rasionalitas (logos) dengan suatu metode berpikir untuk mencari
sebab awal dari segala sesuatu dengan merunut dari hubungan
kausalitasnya (sebab-akibat).


Jadi unsur penting berpikir ilmiah sudah mulai dipakai, yakni:
rasio dan logika (konsekuensi). Meskipun tentu saja ini arché
yang dikemukakan para filsuf tadi masih bersifat spekulatif
dalam arti masih belum dikembangkan lebih lanjut dengan
melakukan pembuktian (verifikasi) melalui observasi maupun
eksperimen (metode) dalam kenyataan (empiris), tetapi prosedur


                                                                  3
berpikir untuk menemukannya melalui suatu bentuk berpikir
sebab-akibat secara rasional itulah yang patut dicatat sebagai
suatu arah baru dalam sejarah pemikiran manusia. Hubungan
sebab-akibat inilah yang dalam ilmu pengetahuan disebut
sebagai hukum (ilmiah). Singkatnya, hukum ilmiah atau
hubungan sebab-akibat merupakan obyek material utama dari
ilmu pengetahuan. Demikian pula kelak dengan tradisi
melakukan verifikasi melalui observasi dan eksperimen secara
berulangkali dihasilkan teori ilmiah.


Zaman keemasan/puncak dari filsafat Yunani Kuno/Klasik,
dicapai pada masa Sokrates (± 470 – 400 SM), Plato (428-348
SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Sokrates sebagai guru dari
Plato maupun tidak meninggalkan karya tulis satupun dari hasil
pemikirannya, tetapi pemikiran-pemikirannya secara tidak
langsung banyak dikemukakan dalam tulisan-tulisan para
pemikir Yunani lainnya tetapi terutama ditemukan dalam karya
muridnya Plato. Filsafat Plato dikenal sebagai ideal (isme)
dalam hal ajarannya bahwa kenyataan itu tidak lain adalah
proyeksi atau bayang-bayang/bayangan dari suatu dunia “ide”
yang abadi belaka dan oleh karena itu yang ada nyata adalah
“ide” itu sendiri. Filsafat Plato juga merupakan jalan tengah dari
ajaran Herakleitos dan Parmenides. Dunia “ide” itulah yang


                                                                 4
tetap tidak berubah/abadi sedangkan kenyataan yang dapat
diobservasi sebagai sesuatu yang senantiasa berubah. Karya-
Karya lainnya dari Plato sangat dalam dan luas meliputi logika,
epistemologi, antropologi (metafisika), teologi, etika, estetika,
politik, ontologi dan filsafat alam.


Sedangkan Aristoteles sebagai murid Plato, dalam banyak hal
sering tidak setuju/berlawanan dengan apa yang diperoleh dari
gurunya (Plato). Bagi Aristoteles “ide” bukanlah terletak dalam
dunia “abadi” sebagaimana yang dikemukakan oleh Plato, tetapi
justru terletak pada kenyataan/benda-benda itu sendiri. Setiap
benda mempunyai dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, yaitu
materi (“hylé”) dan bentuk (“morfé”). Lebih jauh bahkan
dikatakan bahwa “ide” tidak dapat dilepaskan atau dikatakan
tanpa materi, sedangkan presentasi materi mestilah dengan
bentuk. Dengan demikian maka bentuk-bentuk “bertindak” di
dalam materi, artinya bentuk memberikan kenyataan kepada
materi dan sekaligus adalah tujuan (finalis) dari materi.
Aristoteles menulis banyak bidang, meliputi logika, etika,
politik, metafisika, psikologi dan ilmu alam. Pemikiran-
pemikirannya yang sistematis tersebut banyak menyumbang
kepada perkembangan ilmu pengetahuan




                                                                5
2. Jaman Patristik dan Skolastik: Filsafat Dalam dan Untuk
  Agama


  Pada jaman ini dikenal sebagai Abad Pertengahan (400-1500 ).
  Filsafat pada abad ini dikuasai dengan pemikiran keagamaan
  (Kristiani). Puncak filsafat Kristiani ini adalah Patristik (Lt.
  “Patres”/Bapa-bapa Gereja) dan Skolastik        Patristik sendiri
  dibagi atas Patristik Yunani (atau Patristik Timur) dan Patristik
  Latin (atau Patristik Barat). Tokoh-tokoh Patristik Yunani ini
  anatara lain Clemens dari Alexandria (150-215), Origenes
  (185-254),   Gregorius    dari   Naziane   (330-390),   Basilius
  (330-379). Tokoh-tokoh dari Patristik Latin antara lain Hilarius
  (315-367), Ambrosius (339-397), Hieronymus (347-420) dan
  Augustinus (354-430). Ajaran-ajaran dari para Bapa Gereja ini
  adalah falsafi-teologis, yang pada intinya ajaran ini ingin
  memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran
  paling dalam dari manusia. Ajaran-ajaran ini banyak pengaruh
  dari Plotinos. Pada masa ini dapat dikatakan era filsafat yang
  berlandaskan akal-budi “diabdikan” untuk dogma agama.


  Jaman Skolastik (sekitar tahun 1000), pengaruh Plotinus
  diambil alih oleh Aristoteles.




                                                                  6
Pemikiran-pemikiran Ariestoteles kembali dikenal dalam karya
beberapa filsuf Yahudi maupun Islam, terutama melalui
Avicena (Ibn. Sina, 980-1037), Averroes (Ibn. Rushd,
1126-1198) dan Maimonides (1135-1204). Pengaruh Aristoteles
demikian besar sehingga ia (Aristoteles) disebut sebagai “Sang
Filsuf” sedangkan Averroes yang banyak membahas karya
Aristoteles dijuluki sebagai “Sang Komentator”. Pertemuan
pemikiran Aristoteles dengan iman Kristiani menghasilkan
filsuf penting sebagian besar dari ordo baru yang lahir pada
masa Abad Pertengahan, yaitu, dari ordo Dominikan dan
Fransiskan.. Filsafatnya disebut “Skolastik” (Lt. “scholasticus”,
“guru”), karena pada periode ini filsafat diajarkan dalam
sekolah-sekolah biara dan universitas-universitas menurut suatu
kurikulum yang baku dan bersifat internasional. Inti ajaran ini
bertema pokok bahwa ada hubungan antara iman dengan akal
budi. Pada masa ini filsafat mulai ambil jarak dengan agama,
dengan melihat sebagai suatu kesetaraan antara satu dengan
yang lain (Agama dengan Filsafat) bukan yang satu “mengabdi”
terhadap yang lain atau sebaliknya.


Sampai dengan di penghujung Abad Pertengahan sebagai abad
yang kurang kondusif terhadap perkembangan ilmu, dapatlah
diingat dengan nasib seorang astronom berkebangsaan Polandia


                                                                7
N. Copernicus yang dihukum kurungan seumur hidup oleh
    otoritas Gereja, ketika mengemukakan temuannya tentang pusat
    peredaran    benda-benda      angkasa     adalah     matahari
    (Heleosentrisme). Teori ini dianggap oleh otoritas Gereja
    sebagai bertentangan dengan teori geosentrisme (Bumi sebagai
    pusat peredaran benda-benda angkasa) yang dikemukakan oleh
    Ptolomeus semenjak jaman Yunani yang justru telah mendapat
    “mandat” dari otoritas Gereja. Oleh karena itu dianggap
    menjatuhkan kewibawaan Gereja.




 3. Jaman Modern: Lahir dan Berkembangan Tradisi Ilmu
Pengetahuan


    Jembatan antara Abad pertengahan dan Jaman Modern adalah
    jaman “Renesanse”, periode sekitar 1400-1600. Filsuf-filsuf
    penting dari jaman ini adalah N. Macchiavelli (1469-1527), Th.
    Hobbes (1588-1679), Th. More (1478-1535) dan Frc. Bacon
    (1561-1626). Pembaharuan yang sangat bermakna pada jaman


                                                                 8
ini ((renesanse) adalah “antroposentrisme”nya. Artinya pusat
perhatian pemikiran tidak lagi kosmos seperti pada jaman
Yunani   Kuno,     atau   Tuhan     sebagaimana    dalam     Abad
Pertengahan.


Setelah Renesanse mulailah jaman Barok, pada jaman ini tradisi
rasionalisme ditumbuh-kembangkan oleh filsuf-filsuf         antara
lain; R. Descartes (1596-1650), B. Spinoza (1632-1677) dan G.
Leibniz (1646-1710). Para Filsuf tersebut di atas menekankan
pentingnya     kemungkinan-kemungkinan        akal-budi   (“ratio”)
didalam mengembangkan pengetahuan manusia.


Pada abad kedelapan belas mulai memasuki perkembangan
baru. Setelah reformasi, renesanse dan setelah rasionalisme
jaman Barok, pemikiran manusia mulai dianggap telah
“dewasa”. Periode sejarah perkembangan pemikiran filsafat
disebut sebagai “Jaman Pencerahan” atau “Fajar Budi” (Ing.
“Enlightenment”, Jrm. “Aufklärung”. Filsuf-filsuf pada jaman
ini disebut sebagai para “empirikus”, yang ajarannya lebih
menekankan bahwa suatu pengetahuan adalah mungkin karena
adanya   pengalaman       indrawi   manusia     (Lt.   “empeira”,
“pengalaman”). Para empirikus besar Inggris antara lain          J.
Locke (1632-1704), G. Berkeley (1684-1753) dan D. Hume


                                                                  9
(1711-1776). Di Perancis JJ. Rousseau (1712-1778) dan di
Jerman Immanuel Kant (1724-1804)


Secara khusus ingin dikemukakan disini adalah peranan filsuf
Jerman Immanuel Kant, yang dapat dianggap sebagai inspirator
dan sekaligus sebagai peletak dasar fondasi ilmu, yakni dengan
“mendamaikan” pertentangan epistemologik pengetahuan antara
kaum rasionalisme versus kaum empirisme. Immanuel Kant
dalam karyanya utamanya yang terkenal terbit tahun 1781 yang
berjudul Kritik der reinen vernunft (Ing. Critique of Pure
Reason), memberi arah baru mengenai filsafat pengetahuan.


Dalam bukunya itu Kant memperkenalkan suatu konsepsi baru
tentang pengetahuan. Pada dasarnya dia tidak mengingkari
kebenaran   pengetahuan    yang    dikemukakan    oleh   kaum
rasionalisme maupun empirisme, yang salah apabila masing-
masing dari keduanya mengkalim secara ekstrim pendapatnya
dan menolak pendapat yang lainnya. Dengan kata lain memang
pengetahuan dihimpun setelah melalui (aposteriori) sistem
penginderaan (sensory system) manusia, tetapi tanpa pikiran
murni (a priori) yang aktif tidaklah mungkin tanpa kategorisasi
dan penataan dari rasio manusia. Menurut Kant, empirisme
mengandung kelemahan karena anggapan bahwa pengetahuan


                                                             10
yang dimiliki manusia hanya lah rekaman kesan-kesan (impresi)
  dari pengalamannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia
  merupakan hasil sintesis antara yang apriori (yang sudah ada
  dalam kesadaran dan pikiran manusia) dengan impresi yang
  diperoleh dari pengalaman. Bagi Kant yang terpenting
  bagaimana pikiran manusia mamahami dan menafsirkan apa
  yang direkam secara empirikal, bukan bagaimana kenyataan itu
  tampil sebagai benda itu sendiri
4. Masa Kini: Suatu Peneguhan Ilmu Yang Otonom


  Pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas perkembangan
  pemikiran filsafat pengetahuan memperlihatkan aliran-aliran
  besar:   rasionalisme,   empirisme   dan   idealisme   dengan
  mempertahankan wilayah-wilayah yang luas. Dibandingkan
  dengan filsafat abad ketujuh belas dan abad kedelapan belas,
  filsafat abad kesembilan belas dan abad kedua puluh banyak
  bermunculan aliran-aliran baru dalam filsafat tetapi wilayah
  pengaruhnya lebih tertentu. Akan tetapi justru menemukan
  bentuknya (format) yang lebih bebas dari corak spekulasi
  filsafati dan otonom. Aliran-aliran tersebut antara laian:
  positivisme, marxisme, eksistensialisme, pragmatisme, neo-
  kantianisme, neo-tomisme dan fenomenologi.




                                                             11
Berkaitan dengan filosofi penelitian Ilmu Sosial, aliran yang
tidak bisa dilewatkan adalah positivisme yang digagas oleh
filsuf A. Comte (1798-1857). Menurut Comte pemikiran
manusia dapat dibagi kedalam tiga tahap/fase, yaitu tahap: (1)
teologis, (2) Metafisis, dan (3) Positif-ilmiah. Bagi era manusia
dewasa (modern) ini pengetahuan hanya mungkin dengan
menerapkan metode-metode positif ilmiah, artinya setiap
pemikiran hanya benar secara ilmiah bilamana dapat diuji dan
dibuktikan dengan pengukuran-pengukuran yang jelas dan pasti
sebagaimana berat, luas dan isi suatu benda. Dengan demikian
Comte menolak spekulasi “metafisik”, dan oleh karena itu ilmu
sosial yang digagas olehnya ketika itu dinamakan “Fisika
Sosial” sebelum dikenal sekarang sebagai “Sosiologi”. Bisa
dipahami, karena pada masa itu ilmu-ilmu alam (Natural
sciences) sudah lebih “mantap” dan “mapan”, sehingga banyak
pendekatan dan metode-metode ilmu-ilmu alam yang diambil-
oper oleh ilmu-ilmu sosial (Social sciences) yang berkembang
sesudahnya.


Pada periode terkini (kontemporer) setelah aliran-aliran
sebagaimana disebut di atas munculah aliran-aliran filsafat,
misalnya      :   “Strukturalisme”    dan    “Postmodernisme”.
Strukturalisme dengan tokoh-tokohnya misalnya Cl. Lévi-


                                                               12
Strauss,   J.   Lacan   dan   M.    Faoucault.   Tokoh-tokoh
Postmodernisme antara lain. J. Habermas, J. Derida. Kini oleh
para epistemolog (ataupun dari kalangan sosiologi pengetahuan)
dalam perkembangannya kemudian, struktur ilmu pengetahuan
semakin lebih sistematik dan lebih lengkap (dilengkapi dengan,
teori, logika dan metode sain), sebagaimana yang dikemukakan
oleh Walter L.Wallace dalam bukunya The Logic of Science in
Sociology. Dari struktur ilmu tersebut tidak lain hendak
dikatakan bahwa kegiatan keilmuan/ilmiah itu tidak lain adalah
penelitian (search dan research). Demikian pula hal ada dan
keberadaan (ontologi/metafisika) suatu ilmu /sain berkaitan
dengan watak dan sifat-sifat dari obyek suatu ilmu /sain dan
kegunaan/manfaat atau implikasi (aksiologi) ilmu /sain juga
menjadi bahasan dalam filsafat ilmu. Setidak-tidaknya hasil
pembahasan kefilsafatan tentang ilmu (Filsafat Ilmu) dapat
memberikan perspektif kritis bagi ilmu /sain dengan
mempersoalkan kembali apa itu:pengetahuan?, kebenaran?,
metode ilmiah/keilmuan?, pengujian/verifikasi? dan sebaliknya
hasil-hasil terkini dari ilmu /sain dan penerapannya dapat
memberikan      umpan-balik bagi Filsafat Ilmu sebagai bahan
refleksi kritis dalam pokok bahasannya (survey of sciences)
sebagaimana yang dikemukakan oleh Whitehead dalam
bukunya Science and the Modern World (dalam Hamersma,


                                                            13
1981:48)
PUSTAKA:


Gordon, Scott. 1991. The history and philosophy of social
  science. New York: Routledge.


Hamersma, Harry,. 1981. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat.
  Yogyakarta: Penerbit Kanisius.


Lanur, Alex ,. 1985. Logika: Selayang Pandang. Yogyakarta:
  Penerbit Kanisius


Sonny Keraf, A. dan Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan:
  Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.


Wallace, Walter L. 1971. The Logic of Science in Sociology.
  New York: Aldine Publishing Company


Wedberg, Anders. 1982. A History of Philosophy. Oxford:
  Clarendon Press. Volume 1 & 2.




                                                              14
15

More Related Content

What's hot

Firman Filsafat Manusia
Firman Filsafat ManusiaFirman Filsafat Manusia
Firman Filsafat ManusiaPapua Makituma
 
sejarah perkembangan ilmu sejarah
sejarah perkembangan ilmu sejarahsejarah perkembangan ilmu sejarah
sejarah perkembangan ilmu sejarahLu'lu Almaknuna
 
Makalah filsum siap di print
Makalah filsum siap di printMakalah filsum siap di print
Makalah filsum siap di printLiza Fadilah
 
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuanSejarah perkembangan ilmu pengetahuan
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuanNaryta Mbem
 
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)AldiwaPandu
 
Perkembangan ilmu pengetahuan di dunia islam dan barat
Perkembangan ilmu pengetahuan di dunia islam dan baratPerkembangan ilmu pengetahuan di dunia islam dan barat
Perkembangan ilmu pengetahuan di dunia islam dan baratKodogg Kritingg
 
Powerpoint chie noth
Powerpoint chie nothPowerpoint chie noth
Powerpoint chie nothChie NoTh
 
Sejarah perkembangan ilmu di dunia islam
Sejarah perkembangan ilmu di dunia islamSejarah perkembangan ilmu di dunia islam
Sejarah perkembangan ilmu di dunia islamKodogg Kritingg
 
Makalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikanMakalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikanTjoetnyak Izzatie
 
KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2
KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2
KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2Amas Imania Fadlie
 
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1Grunge Cobain
 

What's hot (20)

Firman Filsafat Manusia
Firman Filsafat ManusiaFirman Filsafat Manusia
Firman Filsafat Manusia
 
sejarah perkembangan ilmu sejarah
sejarah perkembangan ilmu sejarahsejarah perkembangan ilmu sejarah
sejarah perkembangan ilmu sejarah
 
Makalah filsum siap di print
Makalah filsum siap di printMakalah filsum siap di print
Makalah filsum siap di print
 
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuanSejarah perkembangan ilmu pengetahuan
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan
 
Mata kuliah-filsafat-ilmu1
Mata kuliah-filsafat-ilmu1Mata kuliah-filsafat-ilmu1
Mata kuliah-filsafat-ilmu1
 
Ppt filsafat ilmu pungki
Ppt filsafat ilmu pungkiPpt filsafat ilmu pungki
Ppt filsafat ilmu pungki
 
FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMUFILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
 
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
PPT Filsafat Ilmu (Sejarah Filsafat Barat)
 
Materi prof khasan ii
Materi prof khasan iiMateri prof khasan ii
Materi prof khasan ii
 
PLATO
PLATOPLATO
PLATO
 
Perkembangan ilmu pengetahuan di dunia islam dan barat
Perkembangan ilmu pengetahuan di dunia islam dan baratPerkembangan ilmu pengetahuan di dunia islam dan barat
Perkembangan ilmu pengetahuan di dunia islam dan barat
 
Filsafat ipa
Filsafat ipaFilsafat ipa
Filsafat ipa
 
Powerpoint chie noth
Powerpoint chie nothPowerpoint chie noth
Powerpoint chie noth
 
Filsafat pendidikan
Filsafat pendidikanFilsafat pendidikan
Filsafat pendidikan
 
Filsafat Barat Klasik
Filsafat Barat Klasik Filsafat Barat Klasik
Filsafat Barat Klasik
 
Sejarah perkembangan ilmu di dunia islam
Sejarah perkembangan ilmu di dunia islamSejarah perkembangan ilmu di dunia islam
Sejarah perkembangan ilmu di dunia islam
 
Makalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikanMakalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikan
 
KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2
KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2
KUMPULAN PPT PENGANTAR FILSAFAT ILMU KELOMPOK 2
 
Flisafatilmu
FlisafatilmuFlisafatilmu
Flisafatilmu
 
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
Filsafat ilmu dan metode riset normal bab 1
 

Viewers also liked

Presentation Half Year Results 10/11
Presentation Half Year Results 10/11Presentation Half Year Results 10/11
Presentation Half Year Results 10/11Barry Callebaut
 
Border Posts, Checkpoints, and Intra-African Trade: Challenges and Solutions
Border Posts, Checkpoints,  and Intra-African Trade:  Challenges and SolutionsBorder Posts, Checkpoints,  and Intra-African Trade:  Challenges and Solutions
Border Posts, Checkpoints, and Intra-African Trade: Challenges and SolutionsCláudio Carneiro
 

Viewers also liked (6)

Presentation Half Year Results 10/11
Presentation Half Year Results 10/11Presentation Half Year Results 10/11
Presentation Half Year Results 10/11
 
Abington Condo
Abington CondoAbington Condo
Abington Condo
 
Td123 Ccsshow
Td123 CcsshowTd123 Ccsshow
Td123 Ccsshow
 
Eating Sustainably, Matt and Adam
Eating Sustainably, Matt and AdamEating Sustainably, Matt and Adam
Eating Sustainably, Matt and Adam
 
HA KUL IGEN - Miljö
HA KUL IGEN - MiljöHA KUL IGEN - Miljö
HA KUL IGEN - Miljö
 
Border Posts, Checkpoints, and Intra-African Trade: Challenges and Solutions
Border Posts, Checkpoints,  and Intra-African Trade:  Challenges and SolutionsBorder Posts, Checkpoints,  and Intra-African Trade:  Challenges and Solutions
Border Posts, Checkpoints, and Intra-African Trade: Challenges and Solutions
 

Similar to Kul fil 01_fpk

Bab iii pembahasan
Bab iii pembahasanBab iii pembahasan
Bab iii pembahasanCindar Tyas
 
Powerpoint chie noth
Powerpoint chie nothPowerpoint chie noth
Powerpoint chie nothChie NoTh
 
Perkeembangan Ilmu dan Teknologi
Perkeembangan Ilmu dan TeknologiPerkeembangan Ilmu dan Teknologi
Perkeembangan Ilmu dan TeknologiMochammadRijal2
 
Hubungan Filsafat, Ilmu, dan Agama
Hubungan Filsafat, Ilmu, dan AgamaHubungan Filsafat, Ilmu, dan Agama
Hubungan Filsafat, Ilmu, dan AgamaAcintyaNasywa
 
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docx
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docxBUKU PENGANTAR FILSFAT.docx
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docxMunatarKause
 
Makalah sejarah dan perkembangan Filsafat Pendidikan
Makalah sejarah dan perkembangan Filsafat PendidikanMakalah sejarah dan perkembangan Filsafat Pendidikan
Makalah sejarah dan perkembangan Filsafat Pendidikanrumah
 
FILSAFAT YUNANI
FILSAFAT YUNANIFILSAFAT YUNANI
FILSAFAT YUNANISuya Yahya
 
Filsafat Modern dan Pembahasan Pendidikan
Filsafat Modern dan Pembahasan PendidikanFilsafat Modern dan Pembahasan Pendidikan
Filsafat Modern dan Pembahasan PendidikanAna Safrida
 
[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPA[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPAIrma Fitriani
 
Firman nur wahyudi (19060484001) ikor2019 a
Firman nur wahyudi (19060484001) ikor2019 aFirman nur wahyudi (19060484001) ikor2019 a
Firman nur wahyudi (19060484001) ikor2019 aFirmanNurWahyudi
 
Filsafat-Ilmu-5.pptx
Filsafat-Ilmu-5.pptxFilsafat-Ilmu-5.pptx
Filsafat-Ilmu-5.pptxFaizulHasan15
 
filsafat ilmu.pptx
filsafat ilmu.pptxfilsafat ilmu.pptx
filsafat ilmu.pptxhasimi3
 
FILSAFAT MANUSIA ( MODERN, KUNO, KONTEMPORER)
FILSAFAT MANUSIA ( MODERN, KUNO, KONTEMPORER)FILSAFAT MANUSIA ( MODERN, KUNO, KONTEMPORER)
FILSAFAT MANUSIA ( MODERN, KUNO, KONTEMPORER)arunnitaadzemi
 
SEJARAH FILSAFAT BARAT
SEJARAH FILSAFAT BARATSEJARAH FILSAFAT BARAT
SEJARAH FILSAFAT BARATRevaSyahputra2
 

Similar to Kul fil 01_fpk (20)

Filsafat
FilsafatFilsafat
Filsafat
 
Bab iii pembahasan
Bab iii pembahasanBab iii pembahasan
Bab iii pembahasan
 
Powerpoint chie noth
Powerpoint chie nothPowerpoint chie noth
Powerpoint chie noth
 
Perkeembangan Ilmu dan Teknologi
Perkeembangan Ilmu dan TeknologiPerkeembangan Ilmu dan Teknologi
Perkeembangan Ilmu dan Teknologi
 
Hubungan Filsafat, Ilmu, dan Agama
Hubungan Filsafat, Ilmu, dan AgamaHubungan Filsafat, Ilmu, dan Agama
Hubungan Filsafat, Ilmu, dan Agama
 
Filsafat manusia
Filsafat manusiaFilsafat manusia
Filsafat manusia
 
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docx
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docxBUKU PENGANTAR FILSFAT.docx
BUKU PENGANTAR FILSFAT.docx
 
fisuf zaman yunani kuno
fisuf zaman yunani kunofisuf zaman yunani kuno
fisuf zaman yunani kuno
 
Makalah sejarah dan perkembangan Filsafat Pendidikan
Makalah sejarah dan perkembangan Filsafat PendidikanMakalah sejarah dan perkembangan Filsafat Pendidikan
Makalah sejarah dan perkembangan Filsafat Pendidikan
 
Aristoteles
AristotelesAristoteles
Aristoteles
 
FILSAFAT YUNANI
FILSAFAT YUNANIFILSAFAT YUNANI
FILSAFAT YUNANI
 
Tugas Akhir Filsafat_Kelompok 4.pptx
Tugas Akhir Filsafat_Kelompok 4.pptxTugas Akhir Filsafat_Kelompok 4.pptx
Tugas Akhir Filsafat_Kelompok 4.pptx
 
Filsafat Modern dan Pembahasan Pendidikan
Filsafat Modern dan Pembahasan PendidikanFilsafat Modern dan Pembahasan Pendidikan
Filsafat Modern dan Pembahasan Pendidikan
 
[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPA[Indonesia] Filsafat IPA
[Indonesia] Filsafat IPA
 
ilmu filsafat
ilmu filsafatilmu filsafat
ilmu filsafat
 
Firman nur wahyudi (19060484001) ikor2019 a
Firman nur wahyudi (19060484001) ikor2019 aFirman nur wahyudi (19060484001) ikor2019 a
Firman nur wahyudi (19060484001) ikor2019 a
 
Filsafat-Ilmu-5.pptx
Filsafat-Ilmu-5.pptxFilsafat-Ilmu-5.pptx
Filsafat-Ilmu-5.pptx
 
filsafat ilmu.pptx
filsafat ilmu.pptxfilsafat ilmu.pptx
filsafat ilmu.pptx
 
FILSAFAT MANUSIA ( MODERN, KUNO, KONTEMPORER)
FILSAFAT MANUSIA ( MODERN, KUNO, KONTEMPORER)FILSAFAT MANUSIA ( MODERN, KUNO, KONTEMPORER)
FILSAFAT MANUSIA ( MODERN, KUNO, KONTEMPORER)
 
SEJARAH FILSAFAT BARAT
SEJARAH FILSAFAT BARATSEJARAH FILSAFAT BARAT
SEJARAH FILSAFAT BARAT
 

Kul fil 01_fpk

  • 1. SEJARAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN FILSAFAT : SUATU PENGANTAR KEARAH FILSAFAT ILMU Oleh: Budi Setiawan1 (PJMK MKWU: Filsafat Ilmu & Logika) 1. Sejarah Perkembangan Pemikiran Yunani Kuno: Dari Mitos ke Logos Secara historis kelahiran dan perkembangan pemikiran Yunani Kuno(sistem berpikir) tidak dapat dilepaskan dari keberadaan kelahiran dan perkembangan filsafat, dalam hal ini adalah sejarah filsafat. Dalam tradisi sejarah filsafat mengenal 3 (tiga) tradisi besar sejarah, yakni tradisi: (1) Sejarah Filsafat India (sekitar2000 SM – dewasa ini), (2) Sejarah Filsafat Cina (sekitar 600 SM – dewasa ini), dan (3) Sejarah Filsafat Barat (sekitar 600 SM – dewasa ini). Dari ketiga tradisi sejarah tersebut di atas, tradisi Sejarah Filsafat Barat adalah basis kelahiran dan perkembangan ilmu (scientiae/science/sain) sebagaimana yang kita kenal sekarang ini. Titik-tolak dan orientasi sejarah filsafat baik yang diperlihatkan dalam tradisi Sejarah Filsafat India maupun Cina disatu pihak dan Sejarah Filsafat Barat dilain pihak, yakni 1 Makalah ini disampaikan dalam Interenship Dosen Filsafat Ilmu yang diselenggarakan oleh MKWU Universitas Airlangga, Surabaya, 28-29 Juli 2010 1
  • 2. semenjak periodesasi awal sudah memperlihatkan titik-tolak dan orientasi sejarah yang berbeda. Pada tradisi Sejarah Fisafat India dan Cina, lebih memperlihatkan perhatiannya yang besar pada masalah-masalah keagamaan, moral/etika dan cara- cara/kiat untuk mencapai keselamatan hidup manusia di dunia dan kelak keselamatan sesudah kematian. Sedangkan pada tradisi Sejarah Filsafat Barat semenjak periodesasi awalnya (Yunani Kuno/Klasik: 600 SM – 400 SM), para pemikir pada masa itu sudah mulai mempermasalahkan dan mencari unsur induk (arché) yang dianggap sebagai asal mula segala sesuatu/semesta alam Sebagaimana yang dikemukakan oleh Thales (sekitar 600 SM) bahwa “air” merupakan arché, sedangkan Anaximander (sekitar 610 -540 SM) berpendapat arché adalah sesuatu “yang tak terbatas”, Anaximenes (sekitar 585 – 525 SM berpendapat “udara” yang merupakan unsur induk dari segala sesuatu. Nama penting lain pada periode ini adalah Herakleitos (± 500 SM) dan Parmenides (515 – 440 SM), Herakleitos mengemukakan bahwa segala sesuatu itu “mengalir” (“panta rhei”) bahwa segala sesuatu itu berubah terus-menerus/perubahan sedangkan Parmenides menyatakan bahwa segala sesuatu itu justru sebagai sesuatu yang tetap (tidak berubah). 2
  • 3. Lain lagi Pythagoras (sekitar 500 SM) berpendapat bahwa segala sesuatu itu terdiri dari “bilangan-bilangan”: struktur dasar kenyataan itu tidak lain adalah “ritme”, dan Pythagoraslah orang pertama yang menyebut/memperkenalkan dirinya sebagai sorang “filsuf”, yakni seseorang yang selalu bersedia/mencinta untuk menggapai kebenaran melalui berpikir/bermenung secara kritis dan radikal (radix) secara terus-menerus. Yang hendak dikatakan disini adalah hal upaya mencari unsur induk segala sesuatu (arche), itulah momentum awal sejarah yang telah membongkar periode myte (mythos/mitologi) yang mengungkung pemikiran manusia pada masa itu kearah rasionalitas (logos) dengan suatu metode berpikir untuk mencari sebab awal dari segala sesuatu dengan merunut dari hubungan kausalitasnya (sebab-akibat). Jadi unsur penting berpikir ilmiah sudah mulai dipakai, yakni: rasio dan logika (konsekuensi). Meskipun tentu saja ini arché yang dikemukakan para filsuf tadi masih bersifat spekulatif dalam arti masih belum dikembangkan lebih lanjut dengan melakukan pembuktian (verifikasi) melalui observasi maupun eksperimen (metode) dalam kenyataan (empiris), tetapi prosedur 3
  • 4. berpikir untuk menemukannya melalui suatu bentuk berpikir sebab-akibat secara rasional itulah yang patut dicatat sebagai suatu arah baru dalam sejarah pemikiran manusia. Hubungan sebab-akibat inilah yang dalam ilmu pengetahuan disebut sebagai hukum (ilmiah). Singkatnya, hukum ilmiah atau hubungan sebab-akibat merupakan obyek material utama dari ilmu pengetahuan. Demikian pula kelak dengan tradisi melakukan verifikasi melalui observasi dan eksperimen secara berulangkali dihasilkan teori ilmiah. Zaman keemasan/puncak dari filsafat Yunani Kuno/Klasik, dicapai pada masa Sokrates (± 470 – 400 SM), Plato (428-348 SM) dan Aristoteles (384-322 SM). Sokrates sebagai guru dari Plato maupun tidak meninggalkan karya tulis satupun dari hasil pemikirannya, tetapi pemikiran-pemikirannya secara tidak langsung banyak dikemukakan dalam tulisan-tulisan para pemikir Yunani lainnya tetapi terutama ditemukan dalam karya muridnya Plato. Filsafat Plato dikenal sebagai ideal (isme) dalam hal ajarannya bahwa kenyataan itu tidak lain adalah proyeksi atau bayang-bayang/bayangan dari suatu dunia “ide” yang abadi belaka dan oleh karena itu yang ada nyata adalah “ide” itu sendiri. Filsafat Plato juga merupakan jalan tengah dari ajaran Herakleitos dan Parmenides. Dunia “ide” itulah yang 4
  • 5. tetap tidak berubah/abadi sedangkan kenyataan yang dapat diobservasi sebagai sesuatu yang senantiasa berubah. Karya- Karya lainnya dari Plato sangat dalam dan luas meliputi logika, epistemologi, antropologi (metafisika), teologi, etika, estetika, politik, ontologi dan filsafat alam. Sedangkan Aristoteles sebagai murid Plato, dalam banyak hal sering tidak setuju/berlawanan dengan apa yang diperoleh dari gurunya (Plato). Bagi Aristoteles “ide” bukanlah terletak dalam dunia “abadi” sebagaimana yang dikemukakan oleh Plato, tetapi justru terletak pada kenyataan/benda-benda itu sendiri. Setiap benda mempunyai dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, yaitu materi (“hylé”) dan bentuk (“morfé”). Lebih jauh bahkan dikatakan bahwa “ide” tidak dapat dilepaskan atau dikatakan tanpa materi, sedangkan presentasi materi mestilah dengan bentuk. Dengan demikian maka bentuk-bentuk “bertindak” di dalam materi, artinya bentuk memberikan kenyataan kepada materi dan sekaligus adalah tujuan (finalis) dari materi. Aristoteles menulis banyak bidang, meliputi logika, etika, politik, metafisika, psikologi dan ilmu alam. Pemikiran- pemikirannya yang sistematis tersebut banyak menyumbang kepada perkembangan ilmu pengetahuan 5
  • 6. 2. Jaman Patristik dan Skolastik: Filsafat Dalam dan Untuk Agama Pada jaman ini dikenal sebagai Abad Pertengahan (400-1500 ). Filsafat pada abad ini dikuasai dengan pemikiran keagamaan (Kristiani). Puncak filsafat Kristiani ini adalah Patristik (Lt. “Patres”/Bapa-bapa Gereja) dan Skolastik Patristik sendiri dibagi atas Patristik Yunani (atau Patristik Timur) dan Patristik Latin (atau Patristik Barat). Tokoh-tokoh Patristik Yunani ini anatara lain Clemens dari Alexandria (150-215), Origenes (185-254), Gregorius dari Naziane (330-390), Basilius (330-379). Tokoh-tokoh dari Patristik Latin antara lain Hilarius (315-367), Ambrosius (339-397), Hieronymus (347-420) dan Augustinus (354-430). Ajaran-ajaran dari para Bapa Gereja ini adalah falsafi-teologis, yang pada intinya ajaran ini ingin memperlihatkan bahwa iman sesuai dengan pikiran-pikiran paling dalam dari manusia. Ajaran-ajaran ini banyak pengaruh dari Plotinos. Pada masa ini dapat dikatakan era filsafat yang berlandaskan akal-budi “diabdikan” untuk dogma agama. Jaman Skolastik (sekitar tahun 1000), pengaruh Plotinus diambil alih oleh Aristoteles. 6
  • 7. Pemikiran-pemikiran Ariestoteles kembali dikenal dalam karya beberapa filsuf Yahudi maupun Islam, terutama melalui Avicena (Ibn. Sina, 980-1037), Averroes (Ibn. Rushd, 1126-1198) dan Maimonides (1135-1204). Pengaruh Aristoteles demikian besar sehingga ia (Aristoteles) disebut sebagai “Sang Filsuf” sedangkan Averroes yang banyak membahas karya Aristoteles dijuluki sebagai “Sang Komentator”. Pertemuan pemikiran Aristoteles dengan iman Kristiani menghasilkan filsuf penting sebagian besar dari ordo baru yang lahir pada masa Abad Pertengahan, yaitu, dari ordo Dominikan dan Fransiskan.. Filsafatnya disebut “Skolastik” (Lt. “scholasticus”, “guru”), karena pada periode ini filsafat diajarkan dalam sekolah-sekolah biara dan universitas-universitas menurut suatu kurikulum yang baku dan bersifat internasional. Inti ajaran ini bertema pokok bahwa ada hubungan antara iman dengan akal budi. Pada masa ini filsafat mulai ambil jarak dengan agama, dengan melihat sebagai suatu kesetaraan antara satu dengan yang lain (Agama dengan Filsafat) bukan yang satu “mengabdi” terhadap yang lain atau sebaliknya. Sampai dengan di penghujung Abad Pertengahan sebagai abad yang kurang kondusif terhadap perkembangan ilmu, dapatlah diingat dengan nasib seorang astronom berkebangsaan Polandia 7
  • 8. N. Copernicus yang dihukum kurungan seumur hidup oleh otoritas Gereja, ketika mengemukakan temuannya tentang pusat peredaran benda-benda angkasa adalah matahari (Heleosentrisme). Teori ini dianggap oleh otoritas Gereja sebagai bertentangan dengan teori geosentrisme (Bumi sebagai pusat peredaran benda-benda angkasa) yang dikemukakan oleh Ptolomeus semenjak jaman Yunani yang justru telah mendapat “mandat” dari otoritas Gereja. Oleh karena itu dianggap menjatuhkan kewibawaan Gereja. 3. Jaman Modern: Lahir dan Berkembangan Tradisi Ilmu Pengetahuan Jembatan antara Abad pertengahan dan Jaman Modern adalah jaman “Renesanse”, periode sekitar 1400-1600. Filsuf-filsuf penting dari jaman ini adalah N. Macchiavelli (1469-1527), Th. Hobbes (1588-1679), Th. More (1478-1535) dan Frc. Bacon (1561-1626). Pembaharuan yang sangat bermakna pada jaman 8
  • 9. ini ((renesanse) adalah “antroposentrisme”nya. Artinya pusat perhatian pemikiran tidak lagi kosmos seperti pada jaman Yunani Kuno, atau Tuhan sebagaimana dalam Abad Pertengahan. Setelah Renesanse mulailah jaman Barok, pada jaman ini tradisi rasionalisme ditumbuh-kembangkan oleh filsuf-filsuf antara lain; R. Descartes (1596-1650), B. Spinoza (1632-1677) dan G. Leibniz (1646-1710). Para Filsuf tersebut di atas menekankan pentingnya kemungkinan-kemungkinan akal-budi (“ratio”) didalam mengembangkan pengetahuan manusia. Pada abad kedelapan belas mulai memasuki perkembangan baru. Setelah reformasi, renesanse dan setelah rasionalisme jaman Barok, pemikiran manusia mulai dianggap telah “dewasa”. Periode sejarah perkembangan pemikiran filsafat disebut sebagai “Jaman Pencerahan” atau “Fajar Budi” (Ing. “Enlightenment”, Jrm. “Aufklärung”. Filsuf-filsuf pada jaman ini disebut sebagai para “empirikus”, yang ajarannya lebih menekankan bahwa suatu pengetahuan adalah mungkin karena adanya pengalaman indrawi manusia (Lt. “empeira”, “pengalaman”). Para empirikus besar Inggris antara lain J. Locke (1632-1704), G. Berkeley (1684-1753) dan D. Hume 9
  • 10. (1711-1776). Di Perancis JJ. Rousseau (1712-1778) dan di Jerman Immanuel Kant (1724-1804) Secara khusus ingin dikemukakan disini adalah peranan filsuf Jerman Immanuel Kant, yang dapat dianggap sebagai inspirator dan sekaligus sebagai peletak dasar fondasi ilmu, yakni dengan “mendamaikan” pertentangan epistemologik pengetahuan antara kaum rasionalisme versus kaum empirisme. Immanuel Kant dalam karyanya utamanya yang terkenal terbit tahun 1781 yang berjudul Kritik der reinen vernunft (Ing. Critique of Pure Reason), memberi arah baru mengenai filsafat pengetahuan. Dalam bukunya itu Kant memperkenalkan suatu konsepsi baru tentang pengetahuan. Pada dasarnya dia tidak mengingkari kebenaran pengetahuan yang dikemukakan oleh kaum rasionalisme maupun empirisme, yang salah apabila masing- masing dari keduanya mengkalim secara ekstrim pendapatnya dan menolak pendapat yang lainnya. Dengan kata lain memang pengetahuan dihimpun setelah melalui (aposteriori) sistem penginderaan (sensory system) manusia, tetapi tanpa pikiran murni (a priori) yang aktif tidaklah mungkin tanpa kategorisasi dan penataan dari rasio manusia. Menurut Kant, empirisme mengandung kelemahan karena anggapan bahwa pengetahuan 10
  • 11. yang dimiliki manusia hanya lah rekaman kesan-kesan (impresi) dari pengalamannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia merupakan hasil sintesis antara yang apriori (yang sudah ada dalam kesadaran dan pikiran manusia) dengan impresi yang diperoleh dari pengalaman. Bagi Kant yang terpenting bagaimana pikiran manusia mamahami dan menafsirkan apa yang direkam secara empirikal, bukan bagaimana kenyataan itu tampil sebagai benda itu sendiri 4. Masa Kini: Suatu Peneguhan Ilmu Yang Otonom Pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas perkembangan pemikiran filsafat pengetahuan memperlihatkan aliran-aliran besar: rasionalisme, empirisme dan idealisme dengan mempertahankan wilayah-wilayah yang luas. Dibandingkan dengan filsafat abad ketujuh belas dan abad kedelapan belas, filsafat abad kesembilan belas dan abad kedua puluh banyak bermunculan aliran-aliran baru dalam filsafat tetapi wilayah pengaruhnya lebih tertentu. Akan tetapi justru menemukan bentuknya (format) yang lebih bebas dari corak spekulasi filsafati dan otonom. Aliran-aliran tersebut antara laian: positivisme, marxisme, eksistensialisme, pragmatisme, neo- kantianisme, neo-tomisme dan fenomenologi. 11
  • 12. Berkaitan dengan filosofi penelitian Ilmu Sosial, aliran yang tidak bisa dilewatkan adalah positivisme yang digagas oleh filsuf A. Comte (1798-1857). Menurut Comte pemikiran manusia dapat dibagi kedalam tiga tahap/fase, yaitu tahap: (1) teologis, (2) Metafisis, dan (3) Positif-ilmiah. Bagi era manusia dewasa (modern) ini pengetahuan hanya mungkin dengan menerapkan metode-metode positif ilmiah, artinya setiap pemikiran hanya benar secara ilmiah bilamana dapat diuji dan dibuktikan dengan pengukuran-pengukuran yang jelas dan pasti sebagaimana berat, luas dan isi suatu benda. Dengan demikian Comte menolak spekulasi “metafisik”, dan oleh karena itu ilmu sosial yang digagas olehnya ketika itu dinamakan “Fisika Sosial” sebelum dikenal sekarang sebagai “Sosiologi”. Bisa dipahami, karena pada masa itu ilmu-ilmu alam (Natural sciences) sudah lebih “mantap” dan “mapan”, sehingga banyak pendekatan dan metode-metode ilmu-ilmu alam yang diambil- oper oleh ilmu-ilmu sosial (Social sciences) yang berkembang sesudahnya. Pada periode terkini (kontemporer) setelah aliran-aliran sebagaimana disebut di atas munculah aliran-aliran filsafat, misalnya : “Strukturalisme” dan “Postmodernisme”. Strukturalisme dengan tokoh-tokohnya misalnya Cl. Lévi- 12
  • 13. Strauss, J. Lacan dan M. Faoucault. Tokoh-tokoh Postmodernisme antara lain. J. Habermas, J. Derida. Kini oleh para epistemolog (ataupun dari kalangan sosiologi pengetahuan) dalam perkembangannya kemudian, struktur ilmu pengetahuan semakin lebih sistematik dan lebih lengkap (dilengkapi dengan, teori, logika dan metode sain), sebagaimana yang dikemukakan oleh Walter L.Wallace dalam bukunya The Logic of Science in Sociology. Dari struktur ilmu tersebut tidak lain hendak dikatakan bahwa kegiatan keilmuan/ilmiah itu tidak lain adalah penelitian (search dan research). Demikian pula hal ada dan keberadaan (ontologi/metafisika) suatu ilmu /sain berkaitan dengan watak dan sifat-sifat dari obyek suatu ilmu /sain dan kegunaan/manfaat atau implikasi (aksiologi) ilmu /sain juga menjadi bahasan dalam filsafat ilmu. Setidak-tidaknya hasil pembahasan kefilsafatan tentang ilmu (Filsafat Ilmu) dapat memberikan perspektif kritis bagi ilmu /sain dengan mempersoalkan kembali apa itu:pengetahuan?, kebenaran?, metode ilmiah/keilmuan?, pengujian/verifikasi? dan sebaliknya hasil-hasil terkini dari ilmu /sain dan penerapannya dapat memberikan umpan-balik bagi Filsafat Ilmu sebagai bahan refleksi kritis dalam pokok bahasannya (survey of sciences) sebagaimana yang dikemukakan oleh Whitehead dalam bukunya Science and the Modern World (dalam Hamersma, 13
  • 14. 1981:48) PUSTAKA: Gordon, Scott. 1991. The history and philosophy of social science. New York: Routledge. Hamersma, Harry,. 1981. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Lanur, Alex ,. 1985. Logika: Selayang Pandang. Yogyakarta: Penerbit Kanisius Sonny Keraf, A. dan Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan: Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Wallace, Walter L. 1971. The Logic of Science in Sociology. New York: Aldine Publishing Company Wedberg, Anders. 1982. A History of Philosophy. Oxford: Clarendon Press. Volume 1 & 2. 14
  • 15. 15