SlideShare a Scribd company logo
1 of 2
Jokowi Effect, Efektifkah?
Banyak pengamat menyatakan bahwa efek pencapresan Jokowi akan memberikan dampak
positif bagi PDIP, utamanya pada aspek elektabilitas. Karena Dia sedang menjadi 'icon' yang
sedang ditampilkan di mana-mana, dalam setiap kesempatan.
Hampir tidak pernah (setiap hari) kita tidak menyaksikan sosok Jokowi di media massa
elektronik, apalagi di media massa cetak, di negeri kita ini. Entah siapa yang bermain, yang jelas
Jokowi tengah naik daun dengan proyek pencitraan positifnya yang luar biasa..
Tidak sedikit orang yang memberikan kritik, tetapi justru semakin banyak dikritik Dia semakin
berkibar. Karena jawaban atas kritik-kritik itu dimunculkan dengan sejumlah pencitraan yang
luar biasa melalui media massa (elektronik dan cetak).
Di dunia maya, jangan tanyakan lagi, Jokowi selalu disebut dengan berbagai 'sebutan', baik
positif atau negatif. Ada yang memberi pernyataan: "Saatnya Jokowi tampil ke panggung yang
lebih terhormat". Bahkan ada yang -- secara berlebihan -- menyatakan: "Sang Satrio Piningit
Telah Datang". Tetapi ada juga yang -- dengan lantang --- berteriak: "Say No to Jokowi!".
Namun, apa pun yang dikatakan orang, Si Jokowi tetap hadir dan tampil dengan santai dan
dielu-elukan oleh para pendukung setianya. Setuju atau tidak, Jokowi -- saat ini -- tetap sedang
menjadi fenomena yang unik.
Apakah, pada saatnya, Jokowi akan menjadi Yang Nomor I atau tidak, kita llihat saja pada saat
Pilpres digelar. Rasa-rasnya, kalau tidak ada perubahan konstelasi politik yang signifikan, sulit
rasanya membendung Jokowi. Apalagi, kalau para pendukung setianya menyiapkan 'senjata-
senjata' ampuh untuk mendongkrak popularitasnya dengan berbagai cara, sulit rasanya
menandingi popularitas Jokowi.
Para pengamat sering juga menyatakan bahwa untuk menjadi pemimpin tidak hanya
memerlukan popularitas saja. Tetapi kenyataannya (di lapangan), popularitas itu sangat
berpengaruh, dan banyak orang yang terangkat menjadi pemimpin dengan modal
popularitasnya, minus kapabilitasnya. Dia menjadi elektabel karena popularitasnya dan
akseptabel karena didukung oleh upaya pencitraan yang luar biasa. Dan jangan dulu bicara
"kredibilitas", itu tidak terlalu penting bagi orang semacam Jokowi saat ini.
Kita memang boleh prihatin dengan kenyataan yang saat ini sedang kita hadapi. Tetapi, apakah
kita harus menutup mata terhadap realitas itu? Sementara, rakyat ini masih belum benar-benar
terdidik untuk berpolitik, para elit kita justeru secara masif melakukan pembodohan sistemik
dan sistematik terhadap rakyat. Sehingga, hasilnya bisa diduga: "kebodohan" menjadi semakin
merajalela. Dan, kini anehnya semakin banyak orang yang menikmati kebodohan itu, bahkan --
meminjam pernyataan para ulama -- menjadi: "rajulun laa yadrii, wa laa yadrii annahuu laa
yadrii (orang yang menikmati kebodohan, karena tidak sadar bahwa dirinya bodoh)". Na'uudzu
billaahi min dzaalik!
Apa boleh buat: "yang senyatanya terjadi tak selalu sama dengan yang seharusnya terjadi".
Pemimpin yang seharusnya terpilih,menjadi tidak terpilih,, sementara yang tak seharusnya
terpilih menjadi terpilih, karena budaya politik kita masih terlalu lekat dengan kebodohan yang
terpelihara". Ternyata 'kita' masih 'kekeuh' memelihara Parochial Political Culture, dan
tersenyum dalam ketidak-berdayaan. Atau maksimal 'kita' -- di negeri Indonesia tercinta ini --
baru mencapai tataran Subject Political Culture.
Selama kondisi kekurang-cerdasan berpolitik ini masih 'ada', (baca: terpelihara dan dinikmati
oleh sebagian besar anggota masyarakat kita) di negeri tercinta ini, saya yakin "Jokowi Effect,
masih cukup efektif". Dan hasilnya bisa ditebak, PDIP akan mendulang suara yang signifikan.
Tetapi, bila kondisi ini segera berubah,, karena rakyat segera tersadar dari mimpi-mimpi indah
mereka, serta para elit kita segera berbenah diri untuk 'mau' dan 'berani' memberdayakan
rakyat dengan 'kecerdasan, kejujuran dan sikap amanahnya', maka situasi dan kondisinya pun
bisa diharapkan akan berubah secara signifikan.
Tetapi, pertanyaan krusialnya: "Sudah sadarkah rakyat kita untuk segera berbenah diri menjadi
manusia-manusia cerdas, dan (juga) para elit kita untuk mau dan berani beramar ma'ruf-nahi
mungkar dengan sebenar-benarnya dengan 'cara' meninggalkan spirit 'ego' mereka untuk
menjadi 'Sang Pencerah' bagi rakyat mereka dengan segala risikonya?"
"Wallaahu A'lam. Wa 'Alahi Tawakkalnaa"

More Related Content

Similar to Jokowi Effect, Efektifkah

Pilpres-2024-dan-Cawe-Cawe-P-JKW-_SC (1).pdf
Pilpres-2024-dan-Cawe-Cawe-P-JKW-_SC (1).pdfPilpres-2024-dan-Cawe-Cawe-P-JKW-_SC (1).pdf
Pilpres-2024-dan-Cawe-Cawe-P-JKW-_SC (1).pdfmerdekacom
 
Politik pembangunan
Politik pembangunanPolitik pembangunan
Politik pembangunanAndi Irawan
 
Ebook modelling jokowi's leadership style by adm
Ebook modelling jokowi's leadership style by admEbook modelling jokowi's leadership style by adm
Ebook modelling jokowi's leadership style by admP Wijayanto
 
Publik Cemas Pemerintahan Terbelah
Publik Cemas Pemerintahan TerbelahPublik Cemas Pemerintahan Terbelah
Publik Cemas Pemerintahan TerbelahReza Yunanto
 
Focus Survey INDONESIA
Focus Survey INDONESIAFocus Survey INDONESIA
Focus Survey INDONESIAbumnbersatu
 
Power point makalah
Power point makalahPower point makalah
Power point makalahBobby Rian
 
[plan politika] Politik dan Pemuda Indonesia : Politik Pencitraan Di Mata Pem...
[plan politika] Politik dan Pemuda Indonesia : Politik Pencitraan Di Mata Pem...[plan politika] Politik dan Pemuda Indonesia : Politik Pencitraan Di Mata Pem...
[plan politika] Politik dan Pemuda Indonesia : Politik Pencitraan Di Mata Pem...Plan Politika
 
Membongkar Gurita Cikeas
Membongkar  Gurita  CikeasMembongkar  Gurita  Cikeas
Membongkar Gurita CikeasJaka Ahmad
 
The Power of Social Media
The Power of Social MediaThe Power of Social Media
The Power of Social MediaRadyastuti
 
Incunabula edisi 1-april 2014
Incunabula edisi 1-april 2014Incunabula edisi 1-april 2014
Incunabula edisi 1-april 2014mohammad furqon
 
Incunabula edisi 1-april 2014
Incunabula edisi 1-april 2014Incunabula edisi 1-april 2014
Incunabula edisi 1-april 2014Tyo SBS
 

Similar to Jokowi Effect, Efektifkah (16)

Pilpres-2024-dan-Cawe-Cawe-P-JKW-_SC (1).pdf
Pilpres-2024-dan-Cawe-Cawe-P-JKW-_SC (1).pdfPilpres-2024-dan-Cawe-Cawe-P-JKW-_SC (1).pdf
Pilpres-2024-dan-Cawe-Cawe-P-JKW-_SC (1).pdf
 
Politik pembangunan
Politik pembangunanPolitik pembangunan
Politik pembangunan
 
Ebook modelling jokowi's leadership style by adm
Ebook modelling jokowi's leadership style by admEbook modelling jokowi's leadership style by adm
Ebook modelling jokowi's leadership style by adm
 
Analisis akurat
Analisis akuratAnalisis akurat
Analisis akurat
 
Edisi spesial
Edisi spesialEdisi spesial
Edisi spesial
 
Publik Cemas Pemerintahan Terbelah
Publik Cemas Pemerintahan TerbelahPublik Cemas Pemerintahan Terbelah
Publik Cemas Pemerintahan Terbelah
 
Focus Survey INDONESIA
Focus Survey INDONESIAFocus Survey INDONESIA
Focus Survey INDONESIA
 
Jokowi jk
Jokowi jkJokowi jk
Jokowi jk
 
Jokowi jk
Jokowi jkJokowi jk
Jokowi jk
 
Golongan putih
Golongan putihGolongan putih
Golongan putih
 
Power point makalah
Power point makalahPower point makalah
Power point makalah
 
[plan politika] Politik dan Pemuda Indonesia : Politik Pencitraan Di Mata Pem...
[plan politika] Politik dan Pemuda Indonesia : Politik Pencitraan Di Mata Pem...[plan politika] Politik dan Pemuda Indonesia : Politik Pencitraan Di Mata Pem...
[plan politika] Politik dan Pemuda Indonesia : Politik Pencitraan Di Mata Pem...
 
Membongkar Gurita Cikeas
Membongkar  Gurita  CikeasMembongkar  Gurita  Cikeas
Membongkar Gurita Cikeas
 
The Power of Social Media
The Power of Social MediaThe Power of Social Media
The Power of Social Media
 
Incunabula edisi 1-april 2014
Incunabula edisi 1-april 2014Incunabula edisi 1-april 2014
Incunabula edisi 1-april 2014
 
Incunabula edisi 1-april 2014
Incunabula edisi 1-april 2014Incunabula edisi 1-april 2014
Incunabula edisi 1-april 2014
 

More from Muhsin Hariyanto

Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahMuhsin Hariyanto
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Muhsin Hariyanto
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanMuhsin Hariyanto
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMuhsin Hariyanto
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Muhsin Hariyanto
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabulMuhsin Hariyanto
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamMuhsin Hariyanto
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifMuhsin Hariyanto
 

More from Muhsin Hariyanto (20)

Khutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 hKhutbah idul fitri 1436 h
Khutbah idul fitri 1436 h
 
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyahPembahasan ringkas di seputar fidyah
Pembahasan ringkas di seputar fidyah
 
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01Jangan pernah enggan memahami al quran-01
Jangan pernah enggan memahami al quran-01
 
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakanIstighfar, kunci rizki yang terlupakan
Istighfar, kunci rizki yang terlupakan
 
Etika dalam berdoa
Etika dalam berdoaEtika dalam berdoa
Etika dalam berdoa
 
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari rayaMemahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
Memahami ikhtilaf mengenai takbir shalat hari raya
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Manajemen syahwat
Manajemen syahwatManajemen syahwat
Manajemen syahwat
 
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
Teks khutbah idul fitri, 1 syawwal 1436 h 01
 
10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul10 hal penyebab doa tak terkabul
10 hal penyebab doa tak terkabul
 
Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)Khitan bagi wanita (01)
Khitan bagi wanita (01)
 
Strategi dakwah
Strategi dakwahStrategi dakwah
Strategi dakwah
 
Sukses karena kerja keras
Sukses karena kerja kerasSukses karena kerja keras
Sukses karena kerja keras
 
Opini dul
Opini   dulOpini   dul
Opini dul
 
Inspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayamInspirasi dari kandang ayam
Inspirasi dari kandang ayam
 
Tentang diri saya
Tentang diri sayaTentang diri saya
Tentang diri saya
 
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positifBerbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
Berbahagialah dengan cara membuang energi negatif dan menabung energi positif
 
Ketika kita gagal
Ketika kita gagalKetika kita gagal
Ketika kita gagal
 
Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!Jadilah diri sendiri!
Jadilah diri sendiri!
 
Gatotkaca winisuda
Gatotkaca winisudaGatotkaca winisuda
Gatotkaca winisuda
 

Jokowi Effect, Efektifkah

  • 1. Jokowi Effect, Efektifkah? Banyak pengamat menyatakan bahwa efek pencapresan Jokowi akan memberikan dampak positif bagi PDIP, utamanya pada aspek elektabilitas. Karena Dia sedang menjadi 'icon' yang sedang ditampilkan di mana-mana, dalam setiap kesempatan. Hampir tidak pernah (setiap hari) kita tidak menyaksikan sosok Jokowi di media massa elektronik, apalagi di media massa cetak, di negeri kita ini. Entah siapa yang bermain, yang jelas Jokowi tengah naik daun dengan proyek pencitraan positifnya yang luar biasa.. Tidak sedikit orang yang memberikan kritik, tetapi justru semakin banyak dikritik Dia semakin berkibar. Karena jawaban atas kritik-kritik itu dimunculkan dengan sejumlah pencitraan yang luar biasa melalui media massa (elektronik dan cetak). Di dunia maya, jangan tanyakan lagi, Jokowi selalu disebut dengan berbagai 'sebutan', baik positif atau negatif. Ada yang memberi pernyataan: "Saatnya Jokowi tampil ke panggung yang lebih terhormat". Bahkan ada yang -- secara berlebihan -- menyatakan: "Sang Satrio Piningit Telah Datang". Tetapi ada juga yang -- dengan lantang --- berteriak: "Say No to Jokowi!". Namun, apa pun yang dikatakan orang, Si Jokowi tetap hadir dan tampil dengan santai dan dielu-elukan oleh para pendukung setianya. Setuju atau tidak, Jokowi -- saat ini -- tetap sedang menjadi fenomena yang unik. Apakah, pada saatnya, Jokowi akan menjadi Yang Nomor I atau tidak, kita llihat saja pada saat Pilpres digelar. Rasa-rasnya, kalau tidak ada perubahan konstelasi politik yang signifikan, sulit rasanya membendung Jokowi. Apalagi, kalau para pendukung setianya menyiapkan 'senjata- senjata' ampuh untuk mendongkrak popularitasnya dengan berbagai cara, sulit rasanya menandingi popularitas Jokowi. Para pengamat sering juga menyatakan bahwa untuk menjadi pemimpin tidak hanya memerlukan popularitas saja. Tetapi kenyataannya (di lapangan), popularitas itu sangat berpengaruh, dan banyak orang yang terangkat menjadi pemimpin dengan modal popularitasnya, minus kapabilitasnya. Dia menjadi elektabel karena popularitasnya dan akseptabel karena didukung oleh upaya pencitraan yang luar biasa. Dan jangan dulu bicara "kredibilitas", itu tidak terlalu penting bagi orang semacam Jokowi saat ini. Kita memang boleh prihatin dengan kenyataan yang saat ini sedang kita hadapi. Tetapi, apakah kita harus menutup mata terhadap realitas itu? Sementara, rakyat ini masih belum benar-benar terdidik untuk berpolitik, para elit kita justeru secara masif melakukan pembodohan sistemik dan sistematik terhadap rakyat. Sehingga, hasilnya bisa diduga: "kebodohan" menjadi semakin merajalela. Dan, kini anehnya semakin banyak orang yang menikmati kebodohan itu, bahkan -- meminjam pernyataan para ulama -- menjadi: "rajulun laa yadrii, wa laa yadrii annahuu laa yadrii (orang yang menikmati kebodohan, karena tidak sadar bahwa dirinya bodoh)". Na'uudzu billaahi min dzaalik! Apa boleh buat: "yang senyatanya terjadi tak selalu sama dengan yang seharusnya terjadi". Pemimpin yang seharusnya terpilih,menjadi tidak terpilih,, sementara yang tak seharusnya terpilih menjadi terpilih, karena budaya politik kita masih terlalu lekat dengan kebodohan yang terpelihara". Ternyata 'kita' masih 'kekeuh' memelihara Parochial Political Culture, dan
  • 2. tersenyum dalam ketidak-berdayaan. Atau maksimal 'kita' -- di negeri Indonesia tercinta ini -- baru mencapai tataran Subject Political Culture. Selama kondisi kekurang-cerdasan berpolitik ini masih 'ada', (baca: terpelihara dan dinikmati oleh sebagian besar anggota masyarakat kita) di negeri tercinta ini, saya yakin "Jokowi Effect, masih cukup efektif". Dan hasilnya bisa ditebak, PDIP akan mendulang suara yang signifikan. Tetapi, bila kondisi ini segera berubah,, karena rakyat segera tersadar dari mimpi-mimpi indah mereka, serta para elit kita segera berbenah diri untuk 'mau' dan 'berani' memberdayakan rakyat dengan 'kecerdasan, kejujuran dan sikap amanahnya', maka situasi dan kondisinya pun bisa diharapkan akan berubah secara signifikan. Tetapi, pertanyaan krusialnya: "Sudah sadarkah rakyat kita untuk segera berbenah diri menjadi manusia-manusia cerdas, dan (juga) para elit kita untuk mau dan berani beramar ma'ruf-nahi mungkar dengan sebenar-benarnya dengan 'cara' meninggalkan spirit 'ego' mereka untuk menjadi 'Sang Pencerah' bagi rakyat mereka dengan segala risikonya?" "Wallaahu A'lam. Wa 'Alahi Tawakkalnaa"