Advertisement

TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc

Feb. 22, 2023
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
Advertisement
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
Advertisement
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
Advertisement
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
Advertisement
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
Advertisement
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc
Upcoming SlideShare
TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU.docTEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU.doc
Loading in ... 3
1 of 25
Advertisement

More Related Content

Advertisement

TEMPLATE PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU_.doc

  1. 1 PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) __________________________ antara PT. _____________________ dan Saudara/i ……._____________________ __________________________________________________ Periode ................................ s/d ..................................
  2. 2 Perjanjian Kerja Waktu Tertentu/PKWT (selanjutnya disebut sebagai “Perjanjian”) ini ditandatangani pada hari .........., tanggal ........, bulan ................, tahun ................................................. (Tgl-Bln-Thn), oleh dan antara: 1. PT______________________, suatu perusahaan yang didirikan berdasarkan dan tunduk kepada hukum Negara Republik Indonesia, berkedudukan di Kota ______, berdomisili di Jalan __________________, yang dalam hal ini diwakili oleh ________________, selaku Direktur ____________ dan karenanya sah bertindak untuk dan atas nama Perusahaan (untuk selanjutnya disebut sebagai “PIHAK PERTAMA”); dan 2. Saudara/i……….warga negara Indonesia, berusia____tahun, berjenis kelamin______ beralamat di _____________________, pemegang KTP No. _____________________, beralamat di ___________________, dalam hal ini bertindak selaku dan untuk kepentingannya (untuk selanjutnya disebut sebagai “PIHAK KEDUA”); PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara bersama-sama disebut sebagai “PARA PIHAK” dan masing-masing sebagai “PIHAK”. PARA PIHAK sebelumnya menjelaskan terlebih dahulu hal-hal sebagai berikut: A. Bahwa PIHAK PERTAMA adalah suatu perusahaan yang bergerak dan melakukan kegiatan usaha dalam bidang produksi dan industri kopi, pemasaran produk-produk kopi dan lain sebagainya sesuai Anggaran Dasar Dan Anggaran Rumah Tangga perusahaan termasuk namun tidak terbatas pada melakukan pembuatan produk kopi, pemasaran kopi secara domestik, ekspor kopi, penjualan kopi eceran dan sebagainya. B. Bahwa PIHAK PERTAMA membutuhkan jasa pekerja/buruh untuk mendukung penyelenggaraan kegiatan usaha PIHAK PERTAMA dari PIHAK KEDUA. C. Bahwa PIHAK PERTAMA dengan ini bermaksud untuk menunjuk dan memberikan pekerjaan kepada kepada PIHAK KEDUA berbasis kerja waktu tertentu serta bersifat sementara/penyelesaiannya tidak terlalu lama serta untuk jenis pekerjaan tertentu dan sebaliknya PIHAK KEDUA dengan ini bermaksud untuk menerima penunjukan dan pekerjaan dari PIHAK PERTAMA sebagaimana tersebut. Berdasarkan hal-hal tersebut, PARA PIHAK sepakat untuk mengingatkan diri dalam Perjanjian dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
  3. 3 PASAL 1 RUANG LINGKUP PERJANJIAN 1.1. PIHAK PERTAMA dengan ini setuju menunjuk dan memberikan pekerjaan kepada PIHAK KEDUA sebagai ________ pada kantor/pabrik yang dimiliki dan dikelola oleh PIHAK PERTAMA yang terletak dan beralamat di Jalan R_____________ dan lokasi lain apabila ada (“Lokasi Pekerjaan”) dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur di dalam Perjanjian ini, dengan ruang lingkup pekerjaan sebagai berikut: a) kegiatan ______ b) analisis _____, c) Menyusun, dan menyelesaikan (selanjutnya disebut “Pekerjaan”). 1.2. Apabila dipandang perlu oleh PIHAK PERTAMA, PIHAK PERTAMA dapat menetapkan adanya penambahan dan/atau pengurangan Pekerjaan sebagai akibat perkembangan baru di masa datang terbatas pada ruang lingkup Pekerjaan pada Pasal 1 Perjanjian ini, dengan cara menyampaikan penambahan dan/atau pengurangan Pekerjaan tersebut secara tertulis kepada PIHAK KEDUA. 1.3. PIHAK KEDUA dengan ini setuju untuk menerima penunjukan dan pemberian pekerjaan dari dari PIHAK PERTAMA sebagai __________pada kantor/pabrik yang dikelola dan dimiliki PIHAK PERTAMA dan/atau lokasi lainnya (apabila ada) dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan sebagaimana diatur di dalam Perjanjian ini. PASAL 2 PEKERJAAN PIHAK KEDUA 2.1. Untuk melaksanakan fungsi, tugas dan tanggung jawabnya sebagai .................., PIHAK KEDUA bersedia untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan SOP pekerjaan PIHAK PERTAMA , dengan ruang lingkup pekerjaan meliputi namun tidak terbatas pada: d) kegiatan ______ e) analisis _____, f) Menyusun, dan menyelesaikan ___________ (selanjutnya disebut “Pekerjaan”). 2.2. Untuk tercapainya pelaksanaan tugas dan tanggung jawab PIHAK KEDUA yang optimal dan disesuaikan dengan kebutuhan PIHAK PERTAMA, penambahan lingkup tugas dan tanggung jawab pekerja di atas dari waktu ke waktu akan ditinjau ulang oleh PIHAK PERTAMA.
  4. 4 2.3. PIHAK KEDUA wajib memakai atribut, pakaian beserta kelengkapan standar sesuai dengan Standar Prosedur dan Operasional PIHAK PERTAMA yang telah disusun oleh PIHAK KEDUA (selanjutnya disebut “SOP PEKERJA”) dan disesuaikan dengan kebijakan PIHAK PERTAMA dan seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan tidak membebankan segala dan seluruh keperluannya untuk memenuhi hal sebagaimana tersebut kepada PIHAK PERTAMA. 2.4. Waktu Kerja PIHAK KEDUA yang diwajibkan adalah selama 7 jam (tujuh) jam per- hari, dan 40 (empat puluh) jam selama 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Dengan ketentuan, jam kerja tersebut tidak berlaku bagi pekerjaan tertentu dan kondisi tertentu sesuai dengan Peraturan dan Kebijakan Perusahaan, dengan ketentuan waktu kerja sebagai berikut: - Senin – Kamis : 08.30 – 12.00, dan 13.00 - 16.30 - Jumat : 08.30 – 11.00, dan 13.00 – 16.30 - Sabtu : 08.30 – 12.00, dan 13.00 – 16.30 2.5. Waktu Istirahat mingguan kepada PIHAK KEDUA meliputi istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu yakni pada hari minggu atau hari lain yang disepakati PARA PIHAK. Waktu Istirahat harian adalah waktu istrihat karyawan untuk kegiatan ISHOMA (Istirahat, Sholat dan Makan Siang), dengan ketentuan sebagai berikut: - Senin – Kamis : 12.00 – 13.00 - Jumat : 11.30 – 13.00 - Sabtu : 12.00 – 13.00 2.6. Waktu kerja dan waktu istirahat dapat disesuaikan oleh PIHAK PERTAMA untuk efektivitas kinerja, dengan ketentuan setelah bekerja terus menerus selama 4 (empat) jam, karyawan dapat istirahat sedikit-dikitnya 1 (satu) jam. 2.7. PIHAK KEDUA bertanggung jawab dan wajib memenuhi seluruh aturan Waktu Kerja dan Waktu Istirahat yang telah ditentukan selama berlakunya Jangka Waktu Perjanjian ini. 2.8. Kehadirannya absensi dicatat dengan kartu hadir (Time Card) pada saat masuk maupun pulang jam kerja. Pengisian kartu hadir (Time card) harus dilakukan oleh PIHAK KEDUA yang bersangkutan sendiri. Pengisian yang dilakukan oleh dan untuk orang lain merupakan pelanggaran disiplin kerja, dan hal tersebut akan dikenakan sanksi sesuai peraturan perusahaan.
  5. 5 2.9. Apabila diperlukan untuk mendukung kegiatan usaha perusahaan, PIHAK PERTAMA dapat menerapkan Waktu Kerja Lembur. Waktu Kerja Lembur hanya dapat dilakukan paling lama 4 (empat) jam dalam 1 (satu) hari dan 18 (delapan belas) jam dalam 1 (satu) minggu. Untuk melaksanakan Waktu Kerja Lembur harus ada perintah dari PIHAK PERTAMA secara tertulis dan/atau melalui media digital. 2.10. Apabila PIHAK PERTAMA terlambat untuk hadir/absen pada lokasi kerja dengan alasan apapun dari jadwal yang berlaku dan telah ditentukan, maka PIHAK KEDUA menerima untuk dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan perusahaan PIHAK PERTAMA. 2.11. Apabila PIHAK KEDUA tidak hadir tanpa keterangan apapun kecuali karena sakit (dibuktikan dengan surat keterangan dari dokter) atau izin dari PIHAK PERTAMA, maka PIHAK KEDUA bersedia dikenakan sanksi berupa pemotongan upah/gaji secara pro rata (pro rate) sesuai dengan jumlah hari kehadiran PIHAK KEDUA setiap bulannya. 2.12. Apabila PIHAK KEDUA tidak masuk kerja karena sakit atau karena alasan lain yang dapat diterima perusahaan, wajib memberitahukan kepada atasannya pada hari tersebut baik melaui surat, media komunikasi digital atau telephone selambat-lambatnya pada hari kerja berikutnya. a. Jika tidak hadir karena sakit, maka wajib membawa surat keterangan dokter setelah masuk kerja kembali. b. Jika tidak hadir kerja karena hal-hal lain, maka wajib membuat pemberitahuan tertulis atau media digital dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan. c. Jika tidak mengindahkan poin a dan b diatas, maka yang bersangkutan dianggap mangkir dan akan dikenakan sanksi atau denda sesuai dengan kebijakan perusahaan. 2.13. PIHAK PERTAMA mengijinkan PIHAK KEDUA yang sedang bertugas di Lokasi Pekerjaan untuk memasuki setiap ruangan, kantor, pabrik dan sebagainya kecuali terhadap tempat/area yang dilarang oleh PIHAK PERTAMA dan/atau harus memerlukan persetujuan PIHAK PERTAMA terlebih dahulu untuk memasuki atau melewati tempat/area tersebut.
  6. 6 PASAL 3 JANGKA WAKTU PERJANJIAN 3.1. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) ini berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun, terhitung sejak tanggal .............................. s/d tanggal ................................ (selanjutnya disebut “Jangka Waktu Perjanjian”). 3.2. Dalam hal jangka waktu PKWT sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan berakhir dan pekerjaan yang dilaksanakan belum selesai, maka PIHAK PERTAMA dapat (namun tidak wajib) melakukan perpanjangan PKWT dengan jangka waktu sesuai kesepakatan antara PIHAK PERTAMA dengan PIHAK KEDUA, dengan ketentuan jangka waktu keseluruhan PKWT beserta perpanjangannya tidak lebih dari 5 (lima) tahun. 3.3. Dalam hal pekerjaan tertentu yang diperjanjikan dalam PKWT dapat diselesaikan lebih cepat dari lamanya waktu yang disepakati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) di atas, maka PKWT ini putus demi hukum pada saat selesainya pekerjaan. 3.4. Dalam hal pekerjaan tertentu yang diperjanjikan dalam PKWT belum dapat diselesaikan sesuai lamanya waktu yang disepakati, maka jangka waktu PKWT dapat namun tidak wajib diperpanjangan sampai batas waktu tertentu hingga selesainya pekerjaan. 3.5. Dalam hal pekerjaan tertentu yang diperjanjikan dalam PKWT belum dapat diselesaikan atau PIHAK PERTAMA masih memerlukan jasa pekerjaan PIHAK KEDUA, maka PIHAK PERTAMA dapat mengalihkan status pekerja PIHAK KEDUA kepada Perusahaan Alih Daya (outsourcing) sesuai yang diatur dalam Pasal 12 Perjanjian ini. 3.6. Berakhirnya jangka waktu perjanjian PKWT ini, maka PIHAK PERTAMA dapat memberikan uang kompensasi kepada PIHAK KEDUA, yang pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan Pasal 10 Perjanjian ini. PASAL 4 HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA PIHAK PERTAMA mempunyak hak: 4.1. Melaksanakan perjanjian kerja ini sehubungan dengan perjanjian kerja dengan PIHAK KEDUA sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Peraturan Perusahaan.
  7. 7 4.2. Melakukan pemindahan (mutasi) PIHAK KEDUA sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 4.3. Memberikan teguran baik secara lisan maupun tertulis kepada PIHAK KEDUA yang dianggap melanggar tata tertib perusahaan, peraturan perusahaan, dan kebijakan perusahaan. 4.4. Memberikan sanksi kepada PIHAK KEDUA yang dianggap melanggar tata tertib perusahaan, peraturan perusahaan, dan kebijakan perusahaan. 4.5. Melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) berdasarkan peraturan perundang- undangan terkait ketenagakerjaan yang berlaku dan perubahannya, perjanjian ini dan peraturan perusahaan. 4.6. Hak-hak lain sehubungan dengan kewenangan PIHAK KEDUA pada perusahaan untuk memastikan kegiatan usaha perusahaan berjalan lancar dan efektif. PIHAK PERTAMA mempunyai kewajiban: 4.7. Memberikan upah/gaji kepada PIHAK KEDUA yang telah melaksanakan kewajibannya sesuai dengan pekerjaannya dengan sistem bulanan dan prosedur sesuai dengan ketentuan dalam perjanjian kerja ini dan peraturan perusahaan. 4.8. Memberikan upah lembur kepada PIHAK KEDUA yang telah melaksanakan kerja lembur sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku dan peraturan perusahaan. 4.9. Dapat memberikan tunjangan atau bonus (namun tidak wajib) ataupun fasilitas lain kepada PIHAK KEDUA yang ditetapkanberdasarkan perjanjian ini dan peraturan perusahaan. 4.10. Mengikutsertakan PIHAK KEDUA ke dalam program BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan. 4.11. Memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) keagamaan yang besaran dan pelaksanaannya sesuai dengan perjanjian kerja ini, peraturan perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4.12. Menetapkan peraturan dan tata tertib perusahaan untuk kelangsungan jalannya perusahaan dalam rangka menciptakan keharmonisan dan ketenangangan berusaha dan bekerja.
  8. 8 PASAL 5 HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA PIHAK KEDUA sebagai karyawan mempunyai hak: 5.1. Memperoleh upah/gaji dan tunjangan lainnya yang ditentukan perusahaan setelah melaksanakan pekerjaan/tugas yang diberikan perusahaan kepadanya dengan sebaik- baiknya. 5.2. Memperoleh fasilitas dan alat kerja sesuai dengan jabatan dan pekerjaannya. 5.3. Memperoleh izin meninggalkan pekerjaan, waktu istirahat kerja, waktu libur kerja dan waktu cuti kerja dari perusahaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terkait ketenagakerjaan yang berlaku dan peraturan perusahaan. 5.4. Diikutsertakan dalam program jaminan sosial tenaga kerja (BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan). 5.5. Memperoleh Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan dari Perusahaan yang besaran dan pelaksanaannya sesuai dengan perjanjian kerja ini, peraturan perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. PIHAK KEDUA sebagai karyawan mempunyai kewajiban: 5.6. Melaksanakan seluruh tugas dan tanggung jawabnya sebagai ______. PIHAK KEDUA juga telah memiliki kemampuan dan pengalaman untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dan telah memenuhi kualifikasi pendidikan yang diperlukan untuk bekerja pada Perusahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia. 5.7. Patuh dan disiplin terhadap kehadiran/absesn di kantor/pabrik PIHAK PERTAMA dan/atau lokasi lainnya (apabila ada) serta bersedia menerima sanksi atau denda apabila melanggarnya. 5.8. Menjaga, memelihara dan mengawasi lingkungan dan fasilitas yang terdapat Kantor/Pabrik dan/atau lokasi lainnya (apabila ada), termasuk namun tidak terbatas pada kerusakan, penghancuran, pencurian dan sebagainya. 5.9. Memahami dan mentaati sepenuhnya peraturan perusahaan dan tata tertib atau kode etik yang berlaku di perusahaan.
  9. 9 5.10. Melaksanakan pekerjaan dan tugas yang diberikan perusahaan kepadanya secara baik dan penuh tanggung jawab serta berupaya menghindarkan perusahaan mengalami kerugian. 5.11. Mencapai suatu standar kerja yang telah ditetapkan oleh PIHAK PERTAMA. 5.12. Melaksanakan semua tugas dan fungsinya, program kerja, sistem keamanan dan keselamatan dengan disiplin dan penuh rasa tanggung jawab sesuai dengan SOP PERUSAHAAN yang berlaku dan seluruh peraturan perundang-undangan yang berlaku di Negara Republik Indonesia. 5.13. Mencegah dan/atau melarang orang di yang melakukan tindakan tidak terpuji dan/atau melanggar hukum, termasuk namun tidak terbatas terhadap: bermain judi, mabuk- mabukan, memakai obat-obat terlarang dan/atau narkotika, melakukan tindakan asusila dan/atau perbuatan lainnya yang bertentangan dengan hukum serta peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau norma-norma yang berlaku umum di masyarakat termasuk namun tidak terbatas kepada norma kesusilaan, kepantasan dan/atau kesopanan. 5.14. Memakai seragam/pakaian kerja yang lengkap, bersih dan rapih, dan memakai kartu identitas yang telah ditetapkan secara sah, sesuai dengan ketentuan SOP Perusahaan, peraturan perundang-undangan yang berlaku dan ketetapan yang telah disepakati oleh PARA PIHAK. 5.15. Memberikan keterangan yang sebenarnya mengenai pekerjaan kepada PIHAK KEDUA dalam hubungan dengan tugasnya. 5.16. Menjaga kebersihan, kenyamanan, dan keamanan di lingkungan perusahaan agar tercipta suasana dan hubungan kerja yang harmonis dan dinamis di perusahaan. 5.17. Segera melaporkan kepada PIHAK KEDUA setiap kehilangan atau kerusakan barang- barang milik perusahaan yang dipercayakan kepadanya. 5.18. Segera melaporkan kepada PIHAK KEDUA atau pihak keamanan perusahaan jika mengetahui ada keadaan/kejadian atau benda yang dapat menimbulkan kebakaran, ledakan, kecelakaan kerja, pencurian, pengrusakan, perkelahian atau hal-hal lainnya yang dapat menyebabkan kerugian bagi perusahaan. 5.19. Menjaga dengan baik uang dan/atau barang-barang milik perusahaan yang dipercayakan kepadanya, dan karyawan wajib melakukan penggantian kerusakan dan/atau kehilangan uang dan/atau barang-barang tersebut yang diakibatkan oleh kelalaian karyawan sendiri.
  10. 10 5.20. Merahasiakan data-data, keterangan-keterangan, berita-berita dan formula-formula milik perusahaan yang diketahuinya baik langsung maupun tidak langsung, baik karena jabatannya maupun karena sebab apapun. 5.21. Melaporkan perubahan data pribadi kepada pihak PIHAK KEDUA agar memudahkan perusahaan melakukan pemutakhiran data terkini karyawan. 5.22. Sebagai Jaminan terlaksananya Pekerjaan sesuai dengan perjanjian ini, PIHAK PERTAMA dapat menahan Ijazah Pendidikan milik PIHAK KEDUA serta izin-izin umum yang dimiliki oleh pekerja jika diperlukan. 5.23. Menyerahkan setiap dan seluruh salinan (fotokopi) atas dokumen-dokumen yang terkait dengan jaminan untuk bekerja dari PIHAK KEDUA termasuk namun tidak terbatas Nomor Pokok Wajib Pajak, BPJS Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan dan seluruh dokumen ketenagakerjaan lainnya dalam jangka waktu selambat-lambatnya pada hari yang sama dengan tanggal ditandatanganinya Perjanjian ini (jika diperlukan). 5.24. Menjaga keutuhan dan/atau kebersihan semua fasilitas dan/atau barang milik PIHAK PERTAMA pada lokasi pekerjaan sehingga terhindar dari segala macam bentuk kerusakan. 5.25. Kewajiban-kewajiban lainnya yang ditentukan dan disepakati dengan perusahaan baik dalam perjanjian kerja maupun urgensi kebutuhan perusahaan. PASAL 6 BESARAN DAN CARA PEMBAYARAN UPAH 6.1. Terhadap jasa pekerjaan yang diberikan oleh PIHAK KEDUA berdasarkan Perjanjian ini, maka PIHAK PERTAMA dengan ini sepakat untuk memberikan imbalan jasa berupa uang sebesar Rp ...................., -/bulan (................................................. rupiah per bulan) (selanjutnya disebut “Upah”). 6.2. Upah sebagaimana tersebut adalah sudah termasuk Pajak Penghasilan (PPh) yang akan ditanggung oleh PIHAK KEDUA dan dipotong secara otomatis oleh PIHAK PERTAMA. 6.3. Upah sebagaimana tersebut adalah belum termasuk upah lembur dan/atau upah tambahan dan/atau tunjangan lain dalam bentuk apapun (apabila ada dan relevan) sebagaimana diatur di dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
  11. 11 6.4. Pembayaran Upah akan diproses oleh PIHAK PERTAMA setiap tanggal 25 (dua puluh lima) pada bulan yang berjalan dan selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja sebelum bulan berjalan berakhir. 6.5. Pembayaran atas upah dilakukan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA melalui pembayaran tunai (cash) secara langsung kepada PIHAK KEDUA dengan kwitansi atau bukti tertulis bahwa PIHAK KEDUA telah menerima upahnya tersebut. 6.6. Dalam hal PIHAK PERTAMA tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sebagaimana ketentuan Pasal 6.4, maka PIHAK PERTAMA wajib memberikan surat pemberitahuan mengenai sebab keterlambatan pembayaran upah tersebut kepada PIHAK KEDUA. PASAL 7 CUTI TAHUNAN DAN CUTI LAINNYA 7.1. PIHAK KEDUA berhak atas cuti (tetap digaji) oleh perusahaan PIHAK PERTAMA selama sebanyak 12 (dua belas) hari setiap tahun selama jangka waktu Perjanjian ini, atau sebagaimana berhak atau cuti hari libur/cuti bersama menurut undang-undang dan peraturan/kebijakan pemerintah. Dengan ketentuan PIHAK KEDUA yang telah bekerja selama 1 (satu) tahun atau 12 bulan terus menerus. 7.2. Sebelum mengambil hak cuti tahunan, PIHAK KEDUA wajib mengajukan permohonan secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA atau perwakilannya yang sah 2 (dua) minggu sebelum tanggal dimulainya waktu cuti tersebut. 7.3. Hak cuti tahunan akan gugur dengan sendirinya apabila PIHAK KEDUA tidak mengambil hak cutinya di tahun takwim/kalender (Januari – Desember). 7.4. Hak cuti tahunan tidak dapat diuangkan kecuali ketika hubungan kerja berakhir. 7.5. Untuk menjaga kelancaran produksi dan distribusi, PIHAK PERTAMA mengatur bahwa cuti hari-hari keagamaan dianggap sebagai cuti bersama, yaitu : a) Dalam rangka hari raya idul fitri; b) Dalam rangka hari raya Natal / Tahun baru. 7.6. Apabila PIHAK KEDUA merupakan karyawati/pekerja perempuan, maka berhak mendapatkan cuti bersalin dan cuti haid. Setiap karyawati/pekerja perempuan yang mengandung/hamil berhak mendapatkan hak cuti bersalin selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum melahirkan dan 1,5 (satu setengah) bulan setelah melahirkan yang
  12. 12 didasarkan pada perhitungan dokter atau bidan. Dan selama masa cuti, karyawati/pekerja perempuan tersebut berhak atas upah/gaji penuh. 7.7. Bagi karyawati/pekerja perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh cuti keguguran selama 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan anjuran dokter dan atau bidan. Dan selama masa cuti tersebut, karyawati/pekerja perempuan berhak atas upah/gaji penuh. 7.8. Perpanjangan cuti bersalin dapat diberikan dengan mendapatkan upah berdasarkan keadaan yang dapat membahayakan karyawati/pekerja wanita tersebut atas dasar surat keterangan dokter. 7.9. Bagi karyawati/pekerja perempuan yang mengalami haid dapat dibebaskan dari pekerjaannya pada hari pertama dan hari kedua waktu haidnya (2 hari dalam 1 bulan) dengan tetap menerima upah penuh tetapi perlu menyertakan surat keterangan dokter atau paling tidak menyampaikan pemberitahuan tertulis kepada pimpinan perusahaan. PASAL 8 TUNJANGAN, REMUNERASI, BONUS DAN HAK LAINNYA 8.1. PIHAK KEDUA berhak atas Tunjangan Hari Raya (THR) keagamaan yang akan diberikan sebelum hari raya keagamaan yang besaran dan prosedur pemberiannya sesuai dengan peraturan perusahaan. 8.2. Tunjangan Hari Raya kepada PIHAK KEDUA, hanya akan diberikan jika PIHAK KEDIA telah bekerja paling sedikit 1 (satu) bulan berturut-turut pada perusahaan PIHAK PERTAMA sesuai dengan Peraturan Menteri No. 6 Tahun 2016. 8.3. Tunjangan Hari Raya diberikan dengan cara sebagai berikut: a. Bagi yang beragama Islam Tunjangan Hari Raya yang diberikan 7 (tujuh) hari sebelum lebaran atau Hari Raya Idul Fitri. b. Bagi yang beragama lain (non-Muslim) tunjangan yang diberikan 7 (tujuh) hari Raya masing-masing keagamaan. 1. Besarnya Tunjangan Hari Raya diatur sebagai berikut: a. Masa kerja 1 (satu) tahun adalah sebesar 1 (satu) bulan upah (Upah Pokok + Tunjangan Tetap) b. Masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, THR diberikan secara proporsional dengan perhitungan sebagai berikut: Masa kerja x 1 (satu) bulan upah 12
  13. 13 c. Bagi karyawan yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja harian yang telah mempunyai masa kerja 12 bulan atau lebih, upah 1 bulan dihitung berdasarkan rata- rata upah yang diterima selama 12 bulan terakhir sebelum hari raya keagamaan. 8.4. PIHAK KEDUA memahami dan menyetujui bahwa setiap remunerasi tambahan yang dibayarkan kepada PIHAK KEDUA dalam bentuk bonus atau remunerasi insentif serupa lainnya akan menjadi kebijakan tunggal dan hak prerogatif PIHAK PERTAMA sesuai dengan evaluasi Perusahaan dan bahwa PIHAK KEDUA tidak akan memperoleh atau memperoleh hak atas remunerasi insentif dengan alasan Pekerjaan PIHAK KEDUA. 8.5. PIHAK PERTAMA akan mengganti uang/reimburse PIHAK KEDUA untuk semua pengeluaran yang wajar, sesuai dengan kebijakan PIHAK PERTAMA yang sah yang berlaku dari waktu ke waktu, termasuk namun tidak terbatas pada, biaya perjalanan dan akomodiasi dan lainnya yang dikeluarkan oleh PIHAK KEDUA sehubungan dengan bisnis/pekerjaan yang diberikan oleh PIHAK ERTAMA. Biaya akan dibayarkan dalam waktu yang wajar setelah penyerahan bukti pendukung (invoice) yang dapat diterima. PASAL 9 LARANGAN, KEBERATAN DAN SKORSING 9.1. Selama masih aktif bekerja, PIHAK KEDUA tidak akan, secara langsung atau tidak langsung, terlibat atau berpartisipasi/bekerja dalam aktivitas bisnis pada perusahaan dengan sektor usaha yang sama dengan perusahaan dan apapun yang menurut pertimbangannya yang wajar, namun dianggap bertentangan dengan kepentingan terbaik PIHAK KEDUA dan tanpa persetujuan tertulis dari PIHAK KEDUA. 9.2. Dalam hal selama berlakunya Jangka Waktu Perjanjian, PIHAK KEDUA berdasarkan Perjanjian ini tidak dan/atau belum memenuhi kebutuhan dan/atau standar dari PIHAK PERTAMA dan/atau dalam hal terjadinya suatu permasalahan yang melibatkan PIHAK KEDUA yang menimbulkan ketidaknyamanan dan/atau kerugian bagi PIHAK PERTAMA, maka PIHAK PERTAMA berhak untuk menyampaikan keberatan,peringatan dan/atau keluhan-nya kepada PIHAK KEDUA dengan menyampaikan pemberitahuan secara tertulis maksimal 3 (tiga) kali berturut-turut sesuai dengan peraturan perusahaan, yang setidak-tidaknya menjelaskan mengenai duduk permasalahan, penyebab permasalahan dan solusi yang diminta oleh PIHAK PERTAMA. 9.3. Apabila dalam jangka waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak dibuatnya surat pemberitahuan/peringatan ketiga oleh PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA tidak memberikan tanggapan dan/atau menyelesaikan permasalahan dan/atau
  14. 14 melaksanakan solusi yang diinginkan oleh PIHAK PERTAMA sebagaimana diminta oleh PIHAK PERTAMA dalam surat pemberitahuannya, maka PIHAK PERTAMA berhak untuk mengakhiri Perjanjian ini secara sepihak dengan melakukan suatu pemberitahuan pengakhiran Perjanjian secara tertulis kepada PIHAK KEDUA dan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara Sepihak sebagaimana yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan. 9.4. PIHAK KEDUA yang melakukan pelanggaran tata tertib perusahaan dan perjanjian ini dapat diberikan tindakan pembebasan tugas sementara (skorsing) setelah diberikan Surat Peringatan yang cukup yakni 3 (tiga) kali atau sesuai dengan ketentuan peraturan perusahaan. 9.5. Selama dalam masa skorsing PIHAK KEDUA diberikan upah sesuai peraturan perundang-undang dari upah pokok dan tunjangan tetap yang diterimanya dan skorsing paling lama 1 (satu) bulan. 9.6. Apabila PIHAK KEDUA tetap melanggar setelah diberikan Surat Peringatan atau SP dan jika memang pelanggaran yang dilakukan termasuk berat dan tidak menunjukkan rasa jera, maka bisa berakhir pada PHK. 9.7. Selama masa skorsing karyawan wajib mengisi kartu hadir atau kewajiban lainnya yang ditetapkan perusahaan dengan mendapat upah penuh secara proporsional dan sesuai dengan peraturan perusahaan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 9.8. Surat keputusan skorsing mengacu pada peraturan perundang-undangan terkait ketenagakerjaan yang berlaku. PASAL 10 PEMBERIAN UANG KOMPENSASI DAN BESARANNYA 10.1. PIHAK PERTAMA, dapat memberikan uang kompensasi kepada PIHAK KEDUA yang hubungan kerjanya berdasarkan PKWT ini. 10.2. Pemberian uang kompensasi dilaksanakan pada saat berakhirnya jangka waktu PKWT. 10.3. Uang kompensasi diberikan kepada PIHAK KEDUA yang telah mempunyai masa kerja paling sedikit 1 (satu) bulan secara terus menerus. 10.4. Apabila perjanjian PKWT ini diperpanjang, uang kompensasi diberikan saat selesainya jangka waktu PKWT sebelum perpanjangan dan terhadap jangka waktu perpanjangan
  15. 15 PKWT, uang kompensasi berikutnya diberikan setelah perpanjangan jangka waktu PKWT berakhir atau selesai. 10.5. Dalam hal selesainya suatu pekerjaan lebih cepat penyelesaiannya dari lamanya waktu yang diperjanjikan dalam PKWT ini, maka uang kompensasi dihitung sampai dengan saat selesainya pekerjaan. 10.6. Dalam hal PIHAK KEDUA mengakhiri Hubungan Kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam PKWT ini, maka PIHAK PERTAMA dapat namun tidak wajib memberikan uang kompensasi yang besarannya dihitung berdasarkan jangka waktu PKWT yang telah dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA. 10.7. Besaran uang kompensasi diberikan sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: a) PKWT dengan jangka waktu selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus, akan diberikan sebesar 1 (satu) bulan Upah; b) PKWT dengan jangka waktu selama 1 (satu) bulan atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas) bulan, dihitung secara proporsional (pro rate) dengan perhitungan : masa kerja/12 x 1 (satu) bulan Upah; c) PKWT dengan jangka waktu selama lebih dari 12 (dua belas) bulan, dihitung secara proporsional dengan perhitungan: masa kerja/12 x 1 (satu) bulan Upah. 10.8. Upah sebagaimana dimaksud pada pasal 6 yang digunakan sebagai dasar perhitungan pembayaran uang kompensasi. 10.9. Dalam hal PKWT berdasarkan selesainya suatu pekerjaan lebih cepat penyelesaiannya dari lamanya waktu yang diperjanjikan dalam PKWT maka uang kompensasi dihitung sampai dengan saat selesainya pekerjaan. PASAL 11 PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) DAN AKIBATNYA 11.1. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dapat terjadi karena alasan: a) Perusahaan PIHAK PERTAMA melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan Perusahaan dan PIHAK KEDUA tidak bersedia melanjutkan Hubungan Kerja atau Pengusaha Baru tidak bersedia menerima Pekerja/Buruh; b) Perusahaan melakukan efisiensi diikuti dengan penutupan Perusahaan atau tidak diikuti dengan penutupan Perusahaan yang disebabkan Perusahaan mengalami kerugian;
  16. 16 c) Perusahaan tutup yang disebabkan karena Perusahaan mengalami kerugian secara terus menerus selama 2 (dua) tahun; d) Perusahaan tutup yang disebabkan keadaan memaksa (force majeure); e) Perusahaan dalam keadaan penundaan kewajiban pembayaran utang; f) Perusahaan pailit; g) Adanya permohonan Pemutusan Hubungan Kerja yang diajukan oleh PIHAK KEDUA atas kemauan sendiri. Apabila PIHAK KEDUA mengundurkan diri atas kemauan sendiri, maka harus memenuhi syarat: 1) mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri; 2) tidak terikat dalam ikatan dinas; dan 3) tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri; h) PIHAK KEDUA mangkir selama 5 (lima) hari kerja atau lebih berturut-turut tanpa keterangan secara tertulis yang dilengkapi dengan bukti yang sah dan telah dipanggil oleh PIHAK PERTAMA sebanyak 2 (dua) kali secara patut dan tertulis; i) PIHAK KEDUA melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama dan sebelumnya telah diberikan surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga secara berturut-turut sebagaimana ditentukan dalam Pasal 6 Perjanjian ini; j) PIHAK KEDUA tidak dapat melakukan pekerjaan selama 6 (enam) bulan akibat ditahan pihak yang berwajib karena diduga melakukan tindak pidana; k) PIHAK KEDUA mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 (dua belas) bulan; l) PIHAK KEDUA memasuki usia pensiun; atau m) PIHAK KEDUA meninggal dunia. n) Alasan-alasan lain yang tercantum dalam peraturan perusahaan. 11.2. Pemberitahuan Pemutusan Hubungan Kerja dibuat dalam bentuk surat pemberitahuan dan disampaikan secara sah dan patut oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA paling lama 14 (empat belas) hari kerja sebelum Pemutusan Hubungan Kerja. 11.3. Dalam hal Perjanjian berdasarkan selesainya suatu pekerjaan lebih cepat penyelesaiannya dari lamanya waktu yang diperjanjikan dalam Perjanjian maka uang kompensasi dihitung sampai dengan saat selesainya pekerjaan. 11.4. Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja, Pengusaha dapat membayar uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima.
  17. 17 11.5. Uang pesangon sebagaimana dimaksud pada Pasal 11.4 di atas diberikan dengan ketentuan sebagai berikut: a) masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, maka uang pesangon adalah 1 (satu) bulan Upah; b) masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 (dua) tahun, maka uang pesangon adalah 2 (dua) bulan Upah; c) masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 (tiga) tahun, maka uang pesangon adalah 3 (tiga) bulan Upah; d) masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 (empat) tahun, maka uang pesangon adalah 4 (empat) bulan Upah; e) masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 (lima) tahun, maka uang pesangon adalah 5 (lima) bulan Upah; f) masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, maka uang pesangon adalah 6 (enam) bulan Upah; g) masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari7 (tujuh) tahun, maka uang pesangon adalah 7 (tujuh) bulan Upah; h) masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 (delapan) tahun, maka uang pesangon adalah 8 (delapan) bulan Upah; dan i) masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, maka uang pesangon adalah 9 (sembilan) bulan Upah 11.6. Uang penghargaan masa kerja sebagaimana dimaksud pada Pasal 11.4 diberikan dengan ketentuan sebagai berikut: a) masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan Upah; b) masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 (tiga) bulan Upah; c) masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4 (empat) bulan Upah; d) masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 (lima belas) tahun, 5 (lima) bulan Upah; e) masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 (delapan belas) tahun, 6 (enam) bulan Upah; f) masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun, 7 (tujuh) bulan Upah; g) masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 (dua puluh empat) tahun, 8 (delapan) bulan Upah; dan h) masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau lebih, 10 (sepuluh) bulan Upah. 11.7. Uang penggantian hak yang seharusnya diterima sebagaimana dimaksud pada Pasal 11.4 meliputi:
  18. 18 a. cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur; b. biaya atau ongkos pulang untuk Pekerja/Buruh dan keluarganya ke tempat dimana Pekerja/ Buruh diterima bekerja; dan c. hal-hal lain yang ditetapkan dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama. PASAL 12 ALIH DAYA (OUTSOURCING) TENAGA KERJA Sebagai bentuk pelindungan hak dan kelangsungan bekerja bagi PIHAK KEDUA, setelah berakhirnya jangka waktu perjanjian PKWT ini dan juga perpanjangannya yang tidak lebih dari 5 (lima) tahun (jika diperpanjang), maka PIHAK PERTAMA dapat (namun tidak wajib) untuk mengalihkan status pekerja PIHAK KEDUA kepada Perusahaan Alih Daya (outsourcing) yang ditunjuk oleh PIHAK PERTAMA sepanjang obyek pekerjaan/kepentingan PIHAK PERTAMA pada perusahaan PIHAK PERTAMA tetap ada, dengan persyaratan sebagai berikut: 12.1. PIHAK PERTAMA akan menunjuk Perusahaan Alih Daya (outsourcing) untuk memperkerjakan PIHAK KEDUA setelah jangka waktu perjanjian ini berakhir. 12.2. PIHAK KEDUA dapat menolak untuk diperkerjakan oleh Perusahaan Alih Daya (outsourcing) yang ditunjuk tersebut dengan memberikan pemberitahuan tertulis 3 (tiga) hari setelah waktu perjanjian berakhir sehubungan penolakannya tersebut kepada PIHAK PERTAMA dan membebaskan PIHAK PERTAMA dari adanya tuntutan atau klaim ganti rugi atas pemutusan hubungan kerja secara permanen tanpa adanya kelangsungan bekerja. 12.3. Hubungan Kerja antara Perusahaan Alih Daya (outsourcing) tersebut dengan PIHAK KEDUA yang dipekerjakan, didasarkan pada PKWT atau PKWTT atau perjanjian kerja lainnya sesuai kesepakatan PIHAK KEDUA dan Perusahaan Alih Daya (outsourcing). PIHAK PERTAMA dibebaskan dari adanya hubungan kerja antara Perusahaan Alih Daya (outsourcing) dan PIHAK KEDUA tersebut. 12.4. Pengaturan mengenai Upah, kesejahteraan, syarat kerja, dan perselisihan yang timbul dilaksanakan dari perjanjian antara Perusahaan Alih Daya (outsourcing) dan PIHAK KEDUA akan menjadi tanggung jawab Perusahaan Alih Daya (outsourcing). 12.5. PIHAK KEDUA membebaskan PIHAK PERTAMA sehubungan terjadinya pengalihan status pekerja PIHAK KEDUA, akibat hukumnya dari terjadinya pergantian Perusahaan yang memperkerjakannya meskipun obyek dan lokasi pekerjaan masih pada Kantor/Pabrik milik PIHAK PERTAMA ;
  19. 19 12.6. Perusahaan Alih Daya (outsourcing) bertanggung jawab atas pemenuhan hak PIHAK KEDUA tanpa melibatkan PIHAK PERTAMA. 12.7. Perusahaan Alih Daya (outsourcing) harus berbentuk badan hukum dan wajib memenuhi perizinan berusaha yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat. 12.8. Syarat dan tata cara memperoleh perizinan berusaha Perusahaan Alih Daya (outsourcing) harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan mengenai norma, standar, prosedur, dan kriteria perizinan berusaha yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. PASAL 13 FORCE MAJEURE 13.1. Setiap kegagalan dan/atau keterlambatan baik dari PIHAK PERTAMA maupun PIHAK KEDUA dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya berdasarkan ketentuan- ketentuan Perjanjian ini, tidak dapat dan tidak akan dianggap sebagai pelanggaran atau kegagalan terhadap ketentuan Perjanjian apabila pelanggaran atau kegagalan tersebut disebabkan oleh Force Majeure (sebagaimana didefinisikan di bawah). 13.2. Yang termasuk ke dalam Force Majeure berdasarkan Perjanjian ini adalah setiap kejadian yang timbul diluar kekuatan dan kekuasaan dari PIHAK yang terkena untuk mengatasinya sehingga menyebabkan tertundanya atau terhambatnya atau terhalangnya PIHAK yang mengalami keadaan Force Majeure untuk melaksanakan kewajiban- kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini yaitu termasuk namun terbatas kepada banjir, gempa bumi, tsunami, longsor, perang (baik yang diumumkan maupun tidak diumumkan), krisis ekonomi secara nasional, peraturan perundang-undangan, kebijakan pemerintah. 13.3. Terhadap keadaan Force Majeure, PIHAK yang terkena keadaan Force Majeure wajib untuk melakukan pemberitahuan secara tertulis mengenai sebab-sebab terjadinya Force Majeure disertai dengan keterangan tertulis dari pihak yang berwenang untuk itu dalam waktu selambat-lambatnya 2 (dua) hari kalender setelah terjadinya keadaan Force Majeure. 13.4. Dalam hal Force Majeure berlangsung selama lebih dari 30 (tiga puluh) hari berturut- turut, maka PIHAK yang tidak terkena Force Majeure mempunyai hak untuk dapat mengakhiri Perjanjian ini dengan terlebih dahulu mengadakan pembebasan dan penyelesaian atas kewajiban PARA PIHAK yang masih tertunggak sampai dengan tanggal diakhirinya Perjanjian ini.
  20. 20 PASAL 14 KESELAMATAN, KESEHATAN DAN KEAMANAN KERJA 14.1. PIHAK PERTAMA akan menyediakan tempat dan sarana kerja sesuai peraturan perundang-undangan terkait keselamatan kerja dan yang disesuaikan dengan kemampuan perusahaan. 14.2. PIHAK KEDUA diwajibkan memelihara barang dan fasilitas milik perusahaan demi keselamatan dan kenyamanan bekerja. 14.3. PIHAK KEDUA diwajibkan ikut menjaga ketertiban, keamanan, kebersihan, keselamatan dan kesehatan kerjadi tempat kerja maupun dilingkungan kerjanya. 14.4. PIHAK KEDUA dilarang membawa, memindahkan dan meminjam barang tanpa ijin dari atasannya atau supervisornya. 14.5. PIHAK KEDUA akan menyediakan perlengkapan alat pelindung diri untuk bekerja yang disesuaikan dengan kebutuhan sifat pekerjaannya dan dipakai oleh PIHAK KEDIA setiap melakukan pekerjaan dan ala pelindung diri milik perusahaan. 14.6. PIHAK KEDUA yang baru diterima bekerja di perusahaan, akan diperiksa kesehatan badan ke dokter yang ditunjuk perusahaan, dan selanjutnya pemeriksaan kesehatan berkala dilakukan 1 (satu) tahun sekali dengan biaya ditanggung perusahaan. 14.7. Apabila PIHAK KEDUA memberitahukan kondisinya sedang Sakit dan tidak dapat bekerja, maka Surat Sakit harus dibuat oleh Dokter Umum atau Dokter Spesialis sesuai indikasi dan pemeriksaan yang secara obyektif menyatakan bahwa karyawan harus beristrahat dengan durasi terlama dari Surat Sakit selama 3 (tiga) hari/bulan. 14.8. Bila dibutuhkan waktu istrahat yang lebih dari tiga hari, maka PIHAK KEDUA diharuskan untuk melampirkan dokumen pendukung seperti Pemeriksaan Laboratorium atau Surat Keterangan rawat inap rumah sakit yang menjelaskan penyebab bahwa Karyawan tidak dapat bekerja disertai Surat Keterangan Istirahat. PASAL 15 KERUSAKAN DAN/ATAU KEHILANGAN 15.1. Apabila terjadi kerusakan dan/atau kehilangan pada aset, peralatan operasional dan/atau barang lainnya milik PIHAK PERTAMA dan/atau lokasi lainnya (apabila ada) yang disebabkan oleh kelalaian PIHAK KEDUA berdasarkan Perjanjian ini sehingga menyebabkan kerugian bagi PIHAK PERTAMA, maka PIHAK KEDUA wajib
  21. 21 mengganti, menukar, dan/atau memperbaiki aset, peralatan operasional pabrik dan/atau barang tersebut. Segala biaya yang timbul dari kerusakan dan/atau kehilangan tersebut ditetapkan sesuai dengan nilai dari kerusakan dan/atau kehilangan aset, peralatan operasional dan/atau barang milik PIHAK PERTAMA tersebut. 15.2. PARA PIHAK sepakat bahwa prosedur permintaan penggantian kerusakan dan/atau kehilangan aset, peralatan operasional pabrik dan/atau barang lainnya di lingkungan perusahaan PIHAK PERTAMA dan/atau lokasi lainnya (apabila ada) harus melalui prosedur sebagai berikut: a) Setelah ditemukan adanya kerusakan dan/atau kehilangan di area yang masih dalam lokasi perusahaan PIHAK PERTAMA dan/atau lokasi lainnya (apabila ada), maka PIHAK PERTAMA segera melaporkannya kepada PIHAK KEDUA secara lisan maupun tertulis dengan membuat kronologis kejadian secara detail seperti: waktu kejadian, jenis kejadian, saksi mata dan bukti-bukti lainnya yang mendukung dan menguatkan laporan tersebut; b) Setelah menerima laporan dari PIHAK PERTAMA, maka PIHAK KEDUA akan menyelesaikan kejadian tersebut dengan sebaik–baiknya. c) Apabila kerusakan dan/atau kehilangan tersebut terjadi karena disebabkan kelalaian dan/atau kesalahan dari PIHAK KEDUA berdasarkan Perjanjian ini, maka PIHAK KEDUA wajib melakukan penggantian kerugian atas kerusakan dan/atau kehilangan kepada PIHAK PERTAMA dalam jangka waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak tanggal terjadinya kerusakan dan/atau kehilangan tersebut. PASAL 16 KERAHASIAAN 16.1. PIHAK KEDUA berdasarkan Perjanjian ini dilarang untuk memberikan dokumen, keterangan, pemberitahuan dan informasi dalam bentuk apapun dan dengan alasan apapun yang berkaitan dengan PIHAK PERTAMA kepada pihak ketiga manapun, kecuali dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PIHAK PERTAMA. 16.2. Apabila ternyata terbukti PIHAK KEDUA melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 16 ini, maka PIHAK PERTAMA dapat mengakhiri Perjanjian ini secara sepihak. 16.3. Dengan tanpa mengurangi hak-hak yang dimiliki oleh PIHAK PERTAMA berdasarkan Perjanjian ini dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk menuntut dan/atau meminta ganti kerugian dan/atau memulihkan kerugian dalam bentuk apapun yang diderita PIHAK PERTAMA yang timbul sebagai akibat dari pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 16 ini yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA, maka PIHAK PERTAMA berhak untuk menuntut, mengklaim dan/atau meminta ganti kerugian kepada PIHAK
  22. 22 KEDUA dan PIHAK KEDUA berkewajiban untuk memenuhi tuntutan, klaim dan/atau permintaan ganti kerugian dari PIHAK PERTAMA sebagaimana tersebut. 16.4. PARA PIHAK sepakat bahwa ketentuan dalam pasal ini akan tetap berlaku sampai dengan 3 (tiga) tahun setelah berakhirnya Jangka Waktu Perjanjian dan/atau diakhirinya Perjanjian oleh salah satu PIHAK atau terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sesuai dengan Pasal 11 Perjanjian ini. PASAL 17 HUKUM YANG BERLAKU DAN PENYELESAIAN PERSELISIHAN 17.1. Perjanjian ini tunduk dan hanya dapat ditafsirkan berdasarkan hukum Negara Republik Indonesia. 17.2. Dalam hal terjadi sengketa dan/atau perselisihan diantara PARA PIHAK sehubungan dengan dan/atau sebagai akibat dari pelaksanaan Perjanjian ini, maka PARA PIHAK sepakat untuk terlebih dahulu menyelesaikannya melalui musyawarah dan mufakat. 17.3. Apabila penyelesaian secara musyawarah dan mufakat tidak dapat tercapai dalam jangka waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal pertemuan musyawarah pertama kali dilaksanakan oleh PARA PIHAK, maka PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikannya sengketa dan/atau perselisihan melalui Pengadilan Negeri Palu. PASAL 18 PENGAKHIRAN PERJANJIAN 18.1. PARA PIHAK sepakat bahwa Perjanjian ini hanya dapat berakhir atau diakhiri karena hal-hal sebagai berikut: a. Berakhir secara otomatis dengan sendirinya apabila Jangka Waktu Perjanjian telah berakhir dan PIHAK PERTAMA tidak melakukan perpanjangan atas Jangka Waktu Perjanjian; b. Berakhir secara otomatis dengan sendirinya apabila perpanjangan Jangka Waktu Perjanjian telah berakhir (jika diperpanjang); c. Diakhiri secara sepihak oleh PIHAK PERTAMA melalui suatu pemberitahuan secara tertulis, apabila berdasarkan penilaian PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA tidak dapat memenuhi sebagian dan/atau seluruh kewajiban- kewajibannya sebagaimana diatur di dalam Perjanjian ini;
  23. 23 d. Diakhiri oleh PIHAK yang tidak terkena keadaan Force Majeure berdasarkan ketentuan Pasal 13 Perjanjian, dalam hal terjadinya keadaan Force Majeure; atau e. Diakhiri secara sepihak oleh PIHAK PERTAMA dalam hal terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 16 Perjanjian ini; f. Diakhiri secara sepihak oleh PIHAK PERTAMA berdasarkan ketentuan Pasal 9 Perjanjian; atau g. Berakhir karena terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebagaimana Pasal 11 Perjanjian ini; h. Diakhiri atas dasar kesepakatan tertulis dari PARA PIHAK. 18.2. Dalam hal pengakhiran PERJANJIAN yang dilaksanakan berdasarkan ketentuan Pasal 15.1 huruf c atau e atau f atau g di atas, maka hal tersebut tidak serta merta menghilangkan kewajiban-kewajiban PARA PIHAK yang masih terhutang kepada PIHAK lainnya sebelum dilakukannya pengakhiran Perjanjian ini dan seluruh risiko serta kewajiban selanjutnya dari PARA PIHAK yang timbul bukan berdasarkan Perjanjian ini akan ditanggung oleh masing-masing PIHAK. 18.3 Untuk melindungi kepentingan PIHAK PERTAMA, setelah perjanjian berakhir dan PIHAK KEDUA sudah tidak bekerja pada perusahaan PIHAK PERTAMA. Maka PIHAK KEDUA sepakat dan menyetujui untuk tidak bekerja pada perusahaan sejenis/sektor usaha yang sama maksimal 5 (lima) tahun setelah masa kerja PIHAK KEDUA/perjanjian berakhir. 18.4. Dalam hal pengakhiran Perjanjian berdasarkan ketentuan Pasal 15 Perjanjian ini, PARA PIHAK dengan ini sepakat untuk mengesampingkan keberlakuan ketentuan Pasal 1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata sepanjang mengenai diperlukannya keputusan pengadilan atau hakim untuk pengakhiran Perjanjian ini. PASAL 19 LAIN-LAIN 19.1. Hal-hal yang belum dan/atau belum cukup diatur dalam Perjanjian ini, akan diatur kemudian dalam suatu addendum atas dasar kesepakatan tertulis PARA PIHAK yang akan menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Perjanjian ini.
  24. 24 19.2. Perjanjian ini tidak dapat dirubah tanpa persetujuan tertulis PARA PIHAK. Setiap perubahan terhadap ketentuan Perjanjian ini akan dibuat secara tertulis oleh PARA PIHAK dalam suatu amandemen yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini. 19.3. Tidak ada satu PIHAK pun yang dapat mengalihkan setiap hak atau kewajibannya berdasarkan Perjanjian ini kepada pihak lain manapun tanpa persetujuan tertulis terlebih dahulu dari PIHAK lainnya. Dalam hal pengalihan yang disetujui oleh PIHAK lainnya, Perjanjian ini akan beralih dan mengikat pengganti haknya yang ditunjuk. 19.4. Dalam hal salah satu atau lebih ketentuan dalam Perjanjian ini menjadi batal, tidak berlaku, tidak sah atau tidak dapat diberlakukan, baik seluruhnya atau sebagian berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan/atau berdasarkan suatu penetapan dan/atau keputusan pengadilan dan/atau lembaga arbitrase dan/atau instansi yang berwenang, hal itu tidak akan mempengaruhi keabsahan atau berlakunya ketentuan-ketentuan lain dari Perjanjian ini. PARA PIHAK akan dan berkewajiban, dalam setiap kejadian semacam itu, membuat suatu dokumen tambahan sebagaimana diperlukan untuk dapat memberlakukan dan/atau menggantikan ketentuan-ketentuan yang menjadi batal, tidak sah atau tidak berlaku tersebut. 19.5. Perjanjian ini merupakan keseluruhan perjanjian di antara PARA PIHAK berkenaan dengan materi yang diperjanjikan, serta menghapuskan dan membatalkan kesepakatan dan/atau perjanjian apapun baik secara lisan dan/atau tertulis yang dibuat sebelumnya oleh PARA PIHAK berkenaan dengan materi yang diperjanjikan. 19.6. Untuk menghindari keragu-raguan, PARA PIHAK sepakat bahwa ketentuan-ketentuan yang diatur di dalam Pasal 11 dan Pasal 15 Perjanjian ini akan tetap berlaku meskipun Jangka Waktu Perjanjian telah berakhir dan/atau Perjanjian telah diakhiri oleh salah satu PIHAK. 19.7. Pada saat perjanjian ini mulai berlaku dengan ditandatangani oleh Para Pihak, maka semua perjanjian hubungan kerja yang telah dibuat sebelum-sebelumnya baik yang dapat ditunjukan fisiknya ataupun tidak, tidak berlaku lagi dan PARA PIHAK dianggap sudah menerima seluruh ketentuan baru dalam perjanjian ini tanpa lagi mengacu pada perjanjian-perjanjian kerja antara PARA PIHAK yang dibuat sebelumnya terkait hubungan kerja ini.
  25. 25 Demikian Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 2 (dua) yang masing-masing dibubuhi materai secukupnya serta mempunyai kekuatan hukum yang sama. PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA PT. _____________________ ____________________ _____________________________ _____________________________ Nama: _________________________ Nama: .................. Jabatan: Direktur Posisi:
Advertisement