1. MIGRASI HIDROKARBON
Jika minyakbumi berasal dari bahan organik dan tersebar dalam batuan
sumber, kemungkinan bentuk fisik minyakbumi yang terbentuk adalah berupa
tetes-tetes kecil. Karena itu untuk terjadinya suatu akumulasi diperlukan
pengkonsentrasian, antara lain keluarnya tetes-tetes tersebut dari reservoir dan
kemudian bergerak ke perangkap. Hal inilah yang biasanya disebut dengan
migrasi.
Migrasi didefinisikan sebagai pergerakan minyak dan gas di bawah
permukaan dari source rock menuju reservoir kemudian keperangkap.
Migrasi terdiri atas dua jenis yaitu :
1. Migrasi Primer
Migrasi primer merupakan proses bergeraknya fluida dari batuan induk yang
berupa batuan klastik halus ( serpih – lempung ) dimana zat organik terkumpul
kemudian ditransformasi menjadi minyak bumi kebatuan yang lebih sarang atau
yang disebut lapisan penyakur ( carrier – bed).(lallicker, 1949).
Saat ini, ada tiga mekanisme migrasi primer yang membawa perhatian serius
bagi kebanyakan ahli geokimia petroleum, yaitu difusi, ekspulsi fasa minyak, dan
pelarutan dalam gas.Difusi sebagai mekanisme aktif dalam migrasi hidrokarbon,
terjadi secara terbatas pada batuan sumber yang tipis atau pada tepian unit batuan
sumber yang tebal. Pengkonsentrasian diperlukan untuk memungkinkan
terjadinya migrasi primer, dimana difusi dapat menyebabkan akumulasi
hidrokarbon dalam ukuran yang cukup besar.
2. Ekspulsi hidrokarbon dalam kaitannya dengan migrasi primer terjadi dalam
fasa hidrofobik. Ini terjadi pada umumnya sebagai hasil perekahan mikro selama
pergerakan hidrokarbon. Ketika tekanan dalam batuan sudah melebihi
kekuatannya menahan tekanan, perekahan mikro terjadi, terutama pada bidang
lemah dari batuan tersebut, seperti bidang perlapisan. Sehingga batuan yang
terlaminasi mungkin menghasilkan hidrokarbon dengan tingkat efisiensi yang
lebih tinggi daripada batuan yang masif. Momper (1789) dalam Rondeel (2001)
menyatakan bahwa dalam banyak kasus tidak ada perekahan mikro atau ekspulsi
yang terjadi sebelum jumlah bitumen yang dihasilkan batuan sumber mencapai
batas ambang tertentu.
Mills (1923) dan Sokolov (1964) dalam Koesoemadinata (1980) sehubungan
dengan pelarutan minyakbumi dalam gas dan ekspansi gas, menyatakan bahwa
minyak dapat larut dalam gas, terutama pada temperatur dan tekanan tinggi. Gas
diketahui dapat bermigrasi dengan lebih leluasa melalui batuan bergubung
tegangan permukaannya yang kecil. Karena suatu pembebasan tekanan, maka gas
berekspansi dan membawa minyakbumi terlarut. Rondeel (2001) menyatakan
bahwa mekanisme pelarutan ini hanya terjadi bergantung pada keberadaan gas
yang dipengaruhi oleh tingkat katagenesis dan kapabilitas batuan sumber untuk
menghasilkan gas.
Jarak dari migrasi primer hidrokarbon pendek. Migrasi primer terjadi dengan
lambat dan sulit, dikarenakan batuan sumber yang memiliki permeabelitas yang
rendah. Migrasi primer akan terhenti ketika hidrokarbon mencapai tingkat
permeabelitas yang memungkinkan terjadinya migrasi sekunder. Migrasi primer
3. dapat terjadi baik secara lateral, ke atas dan ke bawah bergantung pada
karakteristik carrier bed yang ada di dekat batuan sumber.
2. Migrasi Sekunder
Ketika hidrokarbon berhasil keluar dari batuan sumber dan mengalami migrasi
sekunder, pergerakan dari hidrokarbon akan dipengaruhi oleh gaya pelampungan
(bouyancy). Teori pelampungan (dalam Koesoemadinata, 1980) menerangkan
mekanisme pergerakan minyak bumi karena adanya perbedaan berat jenis
minyakbumi dan air. Suatu gumpalan minyak dalam air akan selalu melambung
mencari tempat yang lebih tinggi. Gumpalan ini kemudian bergerak ke atas
mengikuti kemiringan penyekat batuan reservoir.
Berlawanan dari gaya pelampungan adalah tekanan kapilaritas (Rondeel,
2001). Semakin besar pori dari suatu batuan, semakin kecil tekanan
kapilaritasnya, dan semakin kecil pori dari suatu batuan, semakin besar tekanan
kapilaritasnya. Gaya pelampungan bekerja untuk mengerakan hidrokarbon, tetapi
tekanan kapilaritas melawan gaya pelampungan tersebut. Sehingga apabila gaya
pelampungan yang bekerja lebih kecil dari pada tekanan kapilaritas, maka migrasi
dari hidrokarbon tidak akan terjadi. Aliran hidrodinamik yang merupakan gaya
ketiga yang mengerakan hidrokarbon dapat mengubah pergerakan dari
hidrokarbon, tetapi hal ini kurang memperngaruhi dasar bahwa gaya pelampungan
dan tekanan kapilaritas merupakan faktor utama yang menentukan pergerakan dari
hidrokarbon.
Migrasi sekunder terjadi pada arah yang dipengaruhi oleh gaya pelampungan
yang paling besar. Pergerakan ini awalnya menuju ke arah atas, dan lalu
4. mengikuti kemiringan carrier bed apabila hidrokarbon menemui lapisan dengan
permeabelitas kurang di atas carrier bed. Keberadaan struktur dan perubahan
fasies mungkin menyebabkan tekanan kapilaritas lebih dominan daripada gaya
pelampungan, sehingga arah migrasi mungkin akan berubah, dan atau terhenti.
Syarat – syarat fisika untuk migrasi yaitu :
1. Perbedaan tetes untuk fase kontinu ; kapilaritas/ tegangan permukaan
menghalang – halangi bergeraknya tetes.
2. Kapilaritas tetes dalam pori/ kontriksi ; dalam keadaan statis pada tiap
tonjolan terdapat kesetimbangan tekanan sebelah – menyebelah selaput
pemisah fasa
Sumber tegangan untuk migrasi yaitu diantaranya :
1. Kompaksi
2. Tegangan permukaan
3. Gravitasi pelampungan
4. Tekanan hidrostatik
5. Tekanan gas
6. Sedimentasi
7. Gradien hdrodinamik
5. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
TUGAS GEOLOGI MINYAK DAN GAS
Oleh : SAFRUDDIM
No. Mhs : D611 07 001
MAKASSAR
2010
6. DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
TUGAS GEOLOGI MINYAK DAN GAS
Oleh : SAFRUDDIM
No. Mhs : D611 07 001
MAKASSAR
2010