SlideShare a Scribd company logo
1 of 45
Download to read offline
DIY CULTURE
www.waft-lab.comHelmi Hardian & Debrina Tedja
DIY Culture was born when people got together and realized that
the only way forward was to do things for themselves. INGENUITY
and IMAGINATION are the key ingredients.
//Cosmo DIY activist
That the real strength of Newbury and all the 90s counterculture
protest – we’re not fighting one things we don’t like; we have a
whole vision of how good life could and should be, and we’re
fighting anything that blocks it. This is not just a campaign, or
even a movement. It’s a whole culture.
//Merrick, road protester
DIY
//Do It : Act,
Yourself : Independency
DIY Culture merupakan strategi budaya alternatif untuk menyiasati
dominasi dari mesin-mesin kapitalis, yang didasari oleh sikap ingin
tahu, sehingga melakukan ekplorasi, kemudian melakukan berbagai
usaha-usaha pribadi dalam segala aspek kehidupan mulai dari berco-
cok tanam, menulis kemudian mencetak buku, membuat beragam
fermentasi sayur dan buah, menjahit dan menyulam, memperbaiki
televisi, serta membuat aneka permainan kinetik, dan lain sebagainya.
Tujuannya untuk mengurangi pola hidup konsumtif dan mencari
tahu berbagai hal yang dapat dilakukan sendiri.
DIY
//Historical & Context
Berdasarkan sejarah, istilah DIY menjadi populer di masyarakat usai perang dunia
kedua. Berikut adalah perkembangan DIY culture di Amerika, UK, dan Indonesia.
United State
United Kingdom
Indonesia
DIY
//America
Perkembangan konsep DIY di masyarakat bermula di tahun 1912
yang merujuk pada kegiatan pemeliharaan dan perbaikan rumah.
Namun penggunaan istilah ‘Do It Yourself’ mulai menjadi tren di era
1950an bersamaan dengan fenomena banyaknya keluarga kelas
menengah maka orang-orang pun mulai belajar dan memperbaiki /
membuat sendiri furniture, rumah, atap, dan kegiatan kegiatan lain
yang berhubungan dengan perbaikan rumah.
Konsep DIY di Inggris berkembang seiring dengan munculnya Punk Culture di
tahun 1970an, dimana era musik rock glamor sedang booming di Inggris seperti
kelompok band Queen. Lalu beberapa musisi muda yang secara aktif menghasil-
kan karya membuat tur musik dengan dana minimal, dan muncullah sebutan
gigs bukan stadium seperti pada band-band dari major label. Selain itu, mereka
juga membuat album dan melakukan proses rekaman secara mandiri dan
menggunakan istilah zine sebagai media promosi yang pengerjaannya mulai
dari mendesain, mencetak hingga mendistribusikan secara mandiri. Semangat
independent dan kedekatan personal inilah yang kemudian melahirkan gerakan
DIY sebagai counter culture, dimana mereka menyerukan anti kemapanan dan
melawan ekonomi kapitalis melalui semangat kemandirian.
DIY
//Eropa {UK}
Gigs - The Sex Pistols in performance at the 100 Club
DIY Zine
DIY
//Indonesia
Sejarah DIY atau dalam bahasa Indonesia disebut Swakriya masih
belum banyak dibahas, namun pada dasarnya praktek-praktek
swakriya ini bukan hal yang baru. Negara Indonesia bukanlah
negara produsen dan inventor teknologi ataupun mesin-mesin
canggih. Perilaku ‘hacking’ sudah menjadi solusi umum mengingat
kekuatan daya beli masyarakat Indonesia masih tergolong kecil.
Salah satu contoh praktek hacking ini adalah hadirnya odong -
odong sebagai sarana pemenuhan kebutuhan akan hiburan ala
theme park yang murah meriah dan mampu menjangkau hingga
kesegala penjuru lapisan masyarakat. Selain itu, konsep DIY lain juga
juga ditemukan pada praktisi orkes dangdut, yang membuat DIY
sound system untuk memenuhi kebutuhan bermusiknya.
DIY Sound System - Indonesia
Odong Odong - Praktek hacking alat transportasi di Indonesia
Odong Odong - Praktek hacking alat transportasi di Indonesia
www.waft-lab.com
ACTIVITY
KNITTING
HANDMADE
JEWELRY
GAME
MODDING
CIRCUIT
BENDING
INDEPENDENT
GAME
DEVELOPMENT
BUILDING
MUSICAL
ELECTRONIC
CIRCUITS
SEWING
ETCDIY
BIO
Circuit Bending
Circuit Bending di Surabaya, Indonesia
www.waft-lab.com
OUTPUT
Tutorial &
Sharing
Alternative
Education
Self
Publishing:
- Zine
- Alternative
Comics
Misc
Mixtape
Opensource
Software
Opensource
Hardware
DIWO – Do it with others, The New DIY?
DIWO (Do It With Others) merupakan perkembangan dari konsep DIY (Do It Yourself).
Konsepnya lebih mewakili gerakan kontemporer dan kolaborasi praktek-praktek seni
yang mengeksplorasi proses kreatif dengan menggunakan network dan perilaku kolektif.
Istilah ini dipopulerkan di tahun 2006 oleh Furtherfield sebuah organisasi non profit yang
fokus pada kegiatan art dan teknologi. Latar belakang kemunculan Furtherfield, ketika di
tahun 1980an dan awal 1990, art scene di London didominasi oleh salah satu agency
marketing dan branding, Satchi-Satchi melalui Satchi art. Untuk menyikapi hal tersebut,
Furtherfield membuat sebuah website yang menyajikan berbagai karya-karya seni dan
review singkat tentang karya tersebut dengan nama Backspace (96-99). Sedangkan istilah
DIWO lahir karena terinspirasi dari sebuah project kolaborasi yang melibatkan pengguna
internet untuk menciptakan dan membagikan istilah-istilah baru dalam dunia digital
melalui project Rosalind. Karena itu, Furtherfield menekankan bahwa DIWO bertujuan
mengeksplorasi sebuah potensi untuk saling berbagi visi maupun resource dengan cara
kolaborasi dan negosiasi baik itu melalui jaringan fisik maupun virtual.
Business
Pada mulanya kehadiran DIY culture ini baik di Amerika maupun UK sama-sama
mengusung semangat independent yang menolak kapitalisme dan konsumerisme.
Namun disisi lain spirit dan perilaku DIY mampu menarik minat para pengusaha /
pebisinis. Konsep DIY mampu menciptakan pasar tersendiri dan semakin popular
dikalangan anak muda. Salah satu contoh adalah kemunculan Tamiya, perusahaan
mainan yang menawarkan konsep DIY mulai dari perakitan mobil mainan hingga
robot sederhana. Ada juga Lego yang memberikan keleluasaan dan berbagai fitur
untuk menciptakan modeling baik sekedar untuk alat bermain dan belajar maupun
prototyping. Beberapa startup pun memulai usahanya untuk menciptakan produk
dengan konsep DIY seperti Littlebits yang bisa digunakan untuk membuat aneka
sirkuit elektronika tanpa perlu menyolder.
www.waft-lab.com
SPACE
Hackerspace
Konsep awal dari hackerspace ini bermula di Eropa yang merupakan perkumpulan para programmer yang
saling berbagi tempat. Salah satu independen hackerspace yang membuka pintunya untuk publik adalah
C-Base yang berdiri tahun 1995 dan hingga kini keanggotaannya sudah mencapai 450 orang. Kemudian
pada Agustus 2007 (12 tahun sesudah trend ini berkembang di Eropa), sebuah group hacker dari Amerika
Utara mengunjungi Jerman untuk mengikuti Chaos Communication Camp dan tertarik untuk membuat
tempat serupa di Amerika. Hingga muncullah NYC Resistor (2007), HacDC (2007), Noisebridge (2008) serta
beberapa space lainnya. Beberapa hackerspace ini juga mulai membuat dan mendesain sirkuit elektronik
yang berkaitan langsung dengan pemrograman dan melakukan beberapa prototyping yang menarik.
Selain itu, mereka membuka kelas-kelas workshop dan menyewakan peralatan dengan membayar iuran
anggota. Menariknya konsep ‘hacking’ dan ‘hacker’ ini kemudian meluas, tidak hanya dilekatkan dengan
aktifitas pemrograman saja, namun juga berbagai hal yang berkaitan dengan memanipulasi / menemukan
fungsi lain dari suatu benda, sehingga gerakan ini mencoba untuk membalikkan konotasi negatif yang
dilakukan oleh media massa kepada para hacker. Beberapa space tersebut juga pada akhirnya berhasil
melakukan revolusi bisnis. Salah satunya NYC Resistor yang kemudian melahirkan Makerbot Industries
yang mencoba untuk mengubah industri 3D printing. Jadi aktifitas hackerspace berfokus pada kegiatan
mereka ulang fungsi dan kegunaan dari hadware, bekerja dengan aneka komponen elektronika dan tentu
saja pemrograman komputer.
Arduinos For Total Newbies Workshop
Noisebridge - Soldering Workshop
Hackerspace.sg - Singapore
Hackerspace.sg - Singapore
Makerspace
Istilah ‘makerspace’ ini sebenarnya baru muncul di tahun 2005, ketika digunakan per-
tama kali oleh MAKE magazine dan populer di awal tahun 2011 ketika Dale dan MAKE
magazine mendaftarkan makerspace.com sebagai tempat yang bisa diakses oleh publik
untuk mendesain dan menciptakan karya. Istilah ini kemudian meluas dan digunakan
oleh berbagai komunitas organisasi yang memiliki spirit serupa dan menjadi sebuah
gerakan yang mendunia dengan hastag #MakerMovement. Sehingga istilah ini tidak lagi
terbatas hanya pada jaringan MAKE magazine saja.
Jika dibandingkan dengan hackerspaces, lingkup dan area kerja makerspace ini lebih
luas dengan menggunakan berbagai macam media yang berkaitan dengan crafting.
Singkatnya makerspace dapat dipahami sebagai sebuah tempat berkumpul, berkreasi,
mengeksplorasi, dan mengembangkan suatu karya dengan menggunakan bantuan
teknologi dan mesin. Bahkan beberapa artikel menuliskan perkembangan terbaru
dimana makerspace kini hadir dalam sebuah perpustakaan. Konsep perpustakaan tidak
lagi sekedar tempat untuk membaca atau meminjam buku saja, perpustakaan sudah
menjadi space berkumpul dan diskusi komunitas-komunitas yang mendukung gerakan
makerspace. Oleh karena itu, The Library as Incubator Project ini membuat definisi yang
lebih luas terhadap istilah makerspaces. Tidak lagi dipandang hanya sebagai spaces
secara harafiah yang lengkap dengan seperangkat peralatan atau perlengkapan tertentu
melainkan lebih pada pentingnya pola pikir kerjasama dalam komunitas, saling
berkolaborasi dalam mencipta/berkarya serta adanya unsur participatory learning.
COE - Makerspace
Detroit Public Library Hype Makerspace
FabLab & TechShop
Pada dasarnya FabLab dan TechShop ini memiliki konsep yang tidak jauh berbeda
dengan makerspace. Hanya saja, karena istilah ini sudah lebih dulu lahir dan
dipatenkan maka penyebutannya pun tidak berubah.
FabLab merupakan jaringan space yang diawali oleh Neil Gershenfeld di MIT’s Media
Lab di tahun 2005 yang terinspirasi dari salah satu MIT course How to Make (Almost)
Anything yang kemudian menjadi tagline dari FabLab.
Ide dasar dari FabLab ini adalah menyediakan space dengan seperangkat peralatan
dasar seperti perangkat elektronik, lassercutter, vinyl cutter, CNC router (mesin pemo-
tong otomatis), CNC milling, dll yang memberikan kesempatan bagi makers pemula
dengan memberikan penjelasan singkat penggunaan alat-alat tersebut baik secara
desain maupun teknis. Uniknya FabLab memiliki beberapa persyaratan khusus apabila
ada komunitas/organisasi yang ingin menggunakan istilah FabLab untuk menyebut
space mereka seperti; luas space/area minimal 300-600m2 dan dibutuhkan beberapa
peralatan-peralatan dengan model dan tipe tertentu yang harus dimiliki, FabLab
pusat akan menyediakan software, kurikulum, dan pembelajaran singkat lainnya,
seperti layaknya sebuah franchisor. Selain itu ada pula Fab Charter, yaitu semacam
petunjuk ringkas tentang apa dan bagaimana menjalankan FabLab. Beberapa poin
yang dituliskan dalam Fab Charter seperti keharusan untuk berkontribusi dalam do-
kumentasi juga instruksi penggunaan alat dan software kepada masyarakat umum.
Jika FabLab ini mengusung semangat independen dan non-profit, berbeda dengan
TechShop yang memang merupakan perusahaan penyedia space dengan berbagai
mesin-mesin pabrik dan peralatan canggih lainnya untuk dipergunakan masyarakat
umum dengan membayar biaya keanggotaan. Beberapa fasilitas yang disediakan
oleh TechShop seperti woodworking, welding/las, sewing, and CNC fabrication, dll.
FabLab Dynamic - Taipei
FabCafe - Taipei
FabCafe - Taipei
TechShop
TechShop class
PHOTOGRAPHER ELECTRONIC
MAKER
13%
GRAPHIC
DESIGNER
PAINTER
47%
VIDEOGRAPHER MUSICIAN
33% WAFT-LAB
WHO ARE WE?
//Fields of interest
22%
27%
20%
ILLUSTRATOR
33%
WRITER
40%
CHEF
20%
PROGRAMMER
13%
www.waft-lab.com
Creative Commons
DIY culture ini secara tidak langsung membawa dampak positif melalui kebiasan
sharing/berbagi informasi secara gratis melalui media internet. Salah satu pengamat dan
peneliti di bidang ekonomi digital menyatakan bahwa dalam situasi ekonomi post industria-
lis kini, semakin banyak yang melakukan ‘creative work’ secara gratis, seperti merekam musik
menggunakan komputer, melakukan photo editing, video mashups, menulis fan fiction,
membuat berbagai aksesoris & perlengkapan fotografi secara otodidak. Seluruh kegiatan ini
diupload dan menjadi konten di internet, dan kebanyakan dilakukan secara gratis.
Kemudahan berbagi konten di era digital ini pun menjadi perhatian beberapa kalangan
khususnya di bidang hukum yang berkaitan dengan originalitas dan hak cipta. Di tahun 2001,
seorang professor hukum dari Universitas Stanford, Lawrence Lessig, bersama dengan
rekan-rekannya dari Institusi Teknologi Massachusetts, Universitas Harvard, Universitas Duke,
dan Universitas Villanova mendirikan Creative Commons, sebuah organisasi nirlaba yang
menyediakan berbagai paket lisensi hak cipta yang bisa digunakan secara gratis oleh publik.
Para pemilik hak cipta cukup masuk ke website Creative Commons dan melakukan registrasi
kemudian memilih paket lisensi tertentu, dan bisa langsung mengunduh serta menampilkan
logo lisensi Creative Commons untuk ditampilkan di halaman websitenya.
Di Indonesia, afiliasi Creative Commons Internasional ini mulai berdiri di tahun 2011 dan
menyediakan hasil terjemahan paket lisensi Creative Commons dalam Bahsa Indonesia yang
sesuai dengan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
References
DIY
[1]Wikipedia –Do It Yourself
http://en.wikipedia.org/wiki/Do_it_yourself
[2]Empire of Dirt: The Aesthetics and Rituals of British Indie Music (Music Culture). Dr. Wendy
Fonarow. Wesleyan; annotated edition edition (July 10, 2006) P66-67.
[3]Privatizing creativity: the ruse of creative capitalism. Max Haiven on October 10, 2012.
http://artthreat.net/2012/10/privatizing-creativity/
[4] George McKay. DIY Culture: Party and Protest in Nineties' Britain. 1998. USA : Verso.
[5] Wikipedia – DIY Ethic
http://en.wikipedia.org/wiki/DIY_ethic
[6] Do-It-Yourself: Home Improvement in 20th-Century America. Curator: Chrysanthe B.
Broikos. October 19, 2002 - August 17, 2003.
[7] Rachel Kaplan, K. Ruby Blume. Urban Homesteading: Heirloom Skills for Sustainable
Living. USA : Skyhorse Publishing. 2011
[8] Sussie Mckellar, Penny Sparke. Interior Design & Identity. 2004. UK : Manchester University
Press.
[9] Steven M. Gelber. Do-It-Yourself: Constructing, Repairing and Maintaining Domestic Mas-
culinity. 1997. USA : The Johns Hopkins University Press.
References
Spaces
[1]A Wisconsin Association of Public Libraries (WAPL) Recap. Christina. 13 Mei 2012
http://www.libraryasincubatorproject.org/?p=4594
[2]Hacker spaces
http://hackerspaces.org/wiki/Hackerspaces
[3]Is it a Hackerspace, Makerspace, TechShop, or FabLab? Gui Cavalcanti . 22 Mei 2013
http://makezine.com/2013/05/22/the-difference-between-
hackers-
paces-makerspaces-techshops-and-fablabs/?utm_content=bufferd6734&utm_source=buffer
&utm_medium=twitter&utm_campaign=BufferMakerspaces, Participatory Learning, and
Libraries. The Unquiet Librarian. 28 Juni 2012
http://theunquietlibrarian.wordpress.com/2012/06/28/makerspaces-participatory-learning-an
d-libraries/
[4]What is a Makerspace? Creativity in the Library. Caitlin A. Bagley. 20 Desember 2012.
http://www.alatechsource.org/blog/2012/12/what-is-a-
makerspace-creativity-in-the-library.html
References
CC
[1]Creative Commons
http://creativecommons.or.id/
[2]Wikipedia - Creative Commons
http://id.wikipedia.org/wiki/Creative_Commons
[3]Wikipedia - Lisensi Creative Commons
http://id.wikipedia.org/wiki/Lisensi_Creative_Commons
DIWO
[1]DIWO (Do-It-With-Others): Artistic Co-Creation as a Decentralized Method of Peer Em-
powerment in Today’s Multitude. Marc Garrett. Februari 2014.
[2]Do It With Others (DIWO): Participatory Media in the Furtherfield Neighbourhood. Ruth
Catlow and Marc Garrett, Furtherfield. 2007
[3]Rosalind. an upstart new media art lexicon, born in 2004.
http://furtherfield.org/get-involved/lexicon
www.waft-lab.com

More Related Content

Similar to DIY Culture - Helmi Hardian & Debrina Tedja

Social media
Social mediaSocial media
Social mediadsquad11
 
GERAKAN MEDIA SOSIAL diera digital dan gen z
GERAKAN MEDIA SOSIAL diera digital dan gen zGERAKAN MEDIA SOSIAL diera digital dan gen z
GERAKAN MEDIA SOSIAL diera digital dan gen zAnanta5438
 
The 10 Cool Trends about Wetizen
The 10 Cool Trends about WetizenThe 10 Cool Trends about Wetizen
The 10 Cool Trends about WetizenYuswohady
 
Indonesiatanpajil sebuah perlawanan dakwah dari sosial media
Indonesiatanpajil sebuah perlawanan dakwah dari sosial mediaIndonesiatanpajil sebuah perlawanan dakwah dari sosial media
Indonesiatanpajil sebuah perlawanan dakwah dari sosial mediaBangGatse
 
FIRST EDITION YOUTH MOVEMENT kecil
FIRST EDITION YOUTH MOVEMENT kecilFIRST EDITION YOUTH MOVEMENT kecil
FIRST EDITION YOUTH MOVEMENT kecilindra nugroho
 
FIRST EDITION YOUTH MOVEMENT kecil
FIRST EDITION YOUTH MOVEMENT kecilFIRST EDITION YOUTH MOVEMENT kecil
FIRST EDITION YOUTH MOVEMENT kecilindra nugroho
 
Tugas digital etnografi 6
Tugas digital  etnografi 6Tugas digital  etnografi 6
Tugas digital etnografi 6Yohana Parida
 
Syahdyah Amna 1606916586 Tugas Digital Etno 6
Syahdyah Amna 1606916586 Tugas Digital Etno 6Syahdyah Amna 1606916586 Tugas Digital Etno 6
Syahdyah Amna 1606916586 Tugas Digital Etno 6Syahdyah Amna
 
ppt tantangan kebijakan pendidikan islam di era 5.0.pptx
ppt tantangan kebijakan pendidikan islam di era 5.0.pptxppt tantangan kebijakan pendidikan islam di era 5.0.pptx
ppt tantangan kebijakan pendidikan islam di era 5.0.pptxDatriNurmansyah
 
Creative city talent and learning landscape
Creative city talent and learning landscapeCreative city talent and learning landscape
Creative city talent and learning landscapeGhaziyah Ghandy
 
Dunia Tanpa Hak Cipta
Dunia Tanpa Hak CiptaDunia Tanpa Hak Cipta
Dunia Tanpa Hak CiptaINSISTPress
 
The Rising of Creative Indonesia
The Rising of Creative IndonesiaThe Rising of Creative Indonesia
The Rising of Creative IndonesiaBukik Psikologi
 
Studi kasus Bab 6 (Social World)
Studi kasus Bab 6 (Social World)Studi kasus Bab 6 (Social World)
Studi kasus Bab 6 (Social World)Myda Nabila
 
Kongres Kebudayaan Peni Cameron
Kongres Kebudayaan Peni CameronKongres Kebudayaan Peni Cameron
Kongres Kebudayaan Peni CameronCatur PW
 
Pengembangan Skena Kreatif (Creative Scene)
Pengembangan Skena Kreatif (Creative Scene) Pengembangan Skena Kreatif (Creative Scene)
Pengembangan Skena Kreatif (Creative Scene) Togar Simatupang
 
Kreativitas Dalam Kehidupan Ekonomi
Kreativitas Dalam Kehidupan EkonomiKreativitas Dalam Kehidupan Ekonomi
Kreativitas Dalam Kehidupan EkonomiFerial Imran Nur
 

Similar to DIY Culture - Helmi Hardian & Debrina Tedja (20)

Social media
Social mediaSocial media
Social media
 
GERAKAN MEDIA SOSIAL diera digital dan gen z
GERAKAN MEDIA SOSIAL diera digital dan gen zGERAKAN MEDIA SOSIAL diera digital dan gen z
GERAKAN MEDIA SOSIAL diera digital dan gen z
 
The 10 Cool Trends about Wetizen
The 10 Cool Trends about WetizenThe 10 Cool Trends about Wetizen
The 10 Cool Trends about Wetizen
 
Indonesiatanpajil sebuah perlawanan dakwah dari sosial media
Indonesiatanpajil sebuah perlawanan dakwah dari sosial mediaIndonesiatanpajil sebuah perlawanan dakwah dari sosial media
Indonesiatanpajil sebuah perlawanan dakwah dari sosial media
 
FIRST EDITION YOUTH MOVEMENT kecil
FIRST EDITION YOUTH MOVEMENT kecilFIRST EDITION YOUTH MOVEMENT kecil
FIRST EDITION YOUTH MOVEMENT kecil
 
FIRST EDITION YOUTH MOVEMENT kecil
FIRST EDITION YOUTH MOVEMENT kecilFIRST EDITION YOUTH MOVEMENT kecil
FIRST EDITION YOUTH MOVEMENT kecil
 
Tugas Digital Etnografi 6
Tugas Digital Etnografi 6Tugas Digital Etnografi 6
Tugas Digital Etnografi 6
 
Tugas digital etnografi 6
Tugas digital  etnografi 6Tugas digital  etnografi 6
Tugas digital etnografi 6
 
Syahdyah Amna 1606916586 Tugas Digital Etno 6
Syahdyah Amna 1606916586 Tugas Digital Etno 6Syahdyah Amna 1606916586 Tugas Digital Etno 6
Syahdyah Amna 1606916586 Tugas Digital Etno 6
 
ppt tantangan kebijakan pendidikan islam di era 5.0.pptx
ppt tantangan kebijakan pendidikan islam di era 5.0.pptxppt tantangan kebijakan pendidikan islam di era 5.0.pptx
ppt tantangan kebijakan pendidikan islam di era 5.0.pptx
 
Creative city talent and learning landscape
Creative city talent and learning landscapeCreative city talent and learning landscape
Creative city talent and learning landscape
 
Press Release Rci 1
Press Release Rci 1Press Release Rci 1
Press Release Rci 1
 
Dunia Tanpa Hak Cipta
Dunia Tanpa Hak CiptaDunia Tanpa Hak Cipta
Dunia Tanpa Hak Cipta
 
The Rising of Creative Indonesia
The Rising of Creative IndonesiaThe Rising of Creative Indonesia
The Rising of Creative Indonesia
 
Sosial media
Sosial mediaSosial media
Sosial media
 
Studi kasus Bab 6 (Social World)
Studi kasus Bab 6 (Social World)Studi kasus Bab 6 (Social World)
Studi kasus Bab 6 (Social World)
 
Kongres Kebudayaan Peni Cameron
Kongres Kebudayaan Peni CameronKongres Kebudayaan Peni Cameron
Kongres Kebudayaan Peni Cameron
 
13.09.2018 pemikiran
13.09.2018 pemikiran13.09.2018 pemikiran
13.09.2018 pemikiran
 
Pengembangan Skena Kreatif (Creative Scene)
Pengembangan Skena Kreatif (Creative Scene) Pengembangan Skena Kreatif (Creative Scene)
Pengembangan Skena Kreatif (Creative Scene)
 
Kreativitas Dalam Kehidupan Ekonomi
Kreativitas Dalam Kehidupan EkonomiKreativitas Dalam Kehidupan Ekonomi
Kreativitas Dalam Kehidupan Ekonomi
 

Recently uploaded

5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxGyaCahyaPratiwi
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxdonny761155
 
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptPPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptBennyKurniawan42
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimNodd Nittong
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxjohan effendi
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxHansTobing
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaAbdiera
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxFranxisca Kurniawati
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docNurulAiniFirdasari1
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfAgungNugroho932694
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfHeriyantoHeriyanto44
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxUlyaSaadah
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............SenLord
 

Recently uploaded (20)

5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptxElemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
Elemen Jurnalistik Ilmu Komunikasii.pptx
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
 
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptPPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptxGandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
Gandum & Lalang (Matius......13_24-30).pptx
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.docSilabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
Silabus Mata Pelajaran Biologi SMA Kelas X.doc
 
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdfPerbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
Perbaikan ekonomi zaman Habibie (Offering A - 4-6) Pertemuan - 10.pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptxppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
ppt MTeaching Pertidaksamaan Linier.pptx
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
 

DIY Culture - Helmi Hardian & Debrina Tedja

  • 2. DIY Culture was born when people got together and realized that the only way forward was to do things for themselves. INGENUITY and IMAGINATION are the key ingredients. //Cosmo DIY activist
  • 3. That the real strength of Newbury and all the 90s counterculture protest – we’re not fighting one things we don’t like; we have a whole vision of how good life could and should be, and we’re fighting anything that blocks it. This is not just a campaign, or even a movement. It’s a whole culture. //Merrick, road protester
  • 4. DIY //Do It : Act, Yourself : Independency DIY Culture merupakan strategi budaya alternatif untuk menyiasati dominasi dari mesin-mesin kapitalis, yang didasari oleh sikap ingin tahu, sehingga melakukan ekplorasi, kemudian melakukan berbagai usaha-usaha pribadi dalam segala aspek kehidupan mulai dari berco- cok tanam, menulis kemudian mencetak buku, membuat beragam fermentasi sayur dan buah, menjahit dan menyulam, memperbaiki televisi, serta membuat aneka permainan kinetik, dan lain sebagainya. Tujuannya untuk mengurangi pola hidup konsumtif dan mencari tahu berbagai hal yang dapat dilakukan sendiri.
  • 5. DIY //Historical & Context Berdasarkan sejarah, istilah DIY menjadi populer di masyarakat usai perang dunia kedua. Berikut adalah perkembangan DIY culture di Amerika, UK, dan Indonesia. United State United Kingdom Indonesia
  • 6. DIY //America Perkembangan konsep DIY di masyarakat bermula di tahun 1912 yang merujuk pada kegiatan pemeliharaan dan perbaikan rumah. Namun penggunaan istilah ‘Do It Yourself’ mulai menjadi tren di era 1950an bersamaan dengan fenomena banyaknya keluarga kelas menengah maka orang-orang pun mulai belajar dan memperbaiki / membuat sendiri furniture, rumah, atap, dan kegiatan kegiatan lain yang berhubungan dengan perbaikan rumah.
  • 7.
  • 8. Konsep DIY di Inggris berkembang seiring dengan munculnya Punk Culture di tahun 1970an, dimana era musik rock glamor sedang booming di Inggris seperti kelompok band Queen. Lalu beberapa musisi muda yang secara aktif menghasil- kan karya membuat tur musik dengan dana minimal, dan muncullah sebutan gigs bukan stadium seperti pada band-band dari major label. Selain itu, mereka juga membuat album dan melakukan proses rekaman secara mandiri dan menggunakan istilah zine sebagai media promosi yang pengerjaannya mulai dari mendesain, mencetak hingga mendistribusikan secara mandiri. Semangat independent dan kedekatan personal inilah yang kemudian melahirkan gerakan DIY sebagai counter culture, dimana mereka menyerukan anti kemapanan dan melawan ekonomi kapitalis melalui semangat kemandirian. DIY //Eropa {UK}
  • 9. Gigs - The Sex Pistols in performance at the 100 Club
  • 10.
  • 12. DIY //Indonesia Sejarah DIY atau dalam bahasa Indonesia disebut Swakriya masih belum banyak dibahas, namun pada dasarnya praktek-praktek swakriya ini bukan hal yang baru. Negara Indonesia bukanlah negara produsen dan inventor teknologi ataupun mesin-mesin canggih. Perilaku ‘hacking’ sudah menjadi solusi umum mengingat kekuatan daya beli masyarakat Indonesia masih tergolong kecil. Salah satu contoh praktek hacking ini adalah hadirnya odong - odong sebagai sarana pemenuhan kebutuhan akan hiburan ala theme park yang murah meriah dan mampu menjangkau hingga kesegala penjuru lapisan masyarakat. Selain itu, konsep DIY lain juga juga ditemukan pada praktisi orkes dangdut, yang membuat DIY sound system untuk memenuhi kebutuhan bermusiknya.
  • 13. DIY Sound System - Indonesia
  • 14. Odong Odong - Praktek hacking alat transportasi di Indonesia
  • 15. Odong Odong - Praktek hacking alat transportasi di Indonesia
  • 19. Circuit Bending di Surabaya, Indonesia
  • 21. OUTPUT Tutorial & Sharing Alternative Education Self Publishing: - Zine - Alternative Comics Misc Mixtape Opensource Software Opensource Hardware
  • 22. DIWO – Do it with others, The New DIY? DIWO (Do It With Others) merupakan perkembangan dari konsep DIY (Do It Yourself). Konsepnya lebih mewakili gerakan kontemporer dan kolaborasi praktek-praktek seni yang mengeksplorasi proses kreatif dengan menggunakan network dan perilaku kolektif. Istilah ini dipopulerkan di tahun 2006 oleh Furtherfield sebuah organisasi non profit yang fokus pada kegiatan art dan teknologi. Latar belakang kemunculan Furtherfield, ketika di tahun 1980an dan awal 1990, art scene di London didominasi oleh salah satu agency marketing dan branding, Satchi-Satchi melalui Satchi art. Untuk menyikapi hal tersebut, Furtherfield membuat sebuah website yang menyajikan berbagai karya-karya seni dan review singkat tentang karya tersebut dengan nama Backspace (96-99). Sedangkan istilah DIWO lahir karena terinspirasi dari sebuah project kolaborasi yang melibatkan pengguna internet untuk menciptakan dan membagikan istilah-istilah baru dalam dunia digital melalui project Rosalind. Karena itu, Furtherfield menekankan bahwa DIWO bertujuan mengeksplorasi sebuah potensi untuk saling berbagi visi maupun resource dengan cara kolaborasi dan negosiasi baik itu melalui jaringan fisik maupun virtual.
  • 23. Business Pada mulanya kehadiran DIY culture ini baik di Amerika maupun UK sama-sama mengusung semangat independent yang menolak kapitalisme dan konsumerisme. Namun disisi lain spirit dan perilaku DIY mampu menarik minat para pengusaha / pebisinis. Konsep DIY mampu menciptakan pasar tersendiri dan semakin popular dikalangan anak muda. Salah satu contoh adalah kemunculan Tamiya, perusahaan mainan yang menawarkan konsep DIY mulai dari perakitan mobil mainan hingga robot sederhana. Ada juga Lego yang memberikan keleluasaan dan berbagai fitur untuk menciptakan modeling baik sekedar untuk alat bermain dan belajar maupun prototyping. Beberapa startup pun memulai usahanya untuk menciptakan produk dengan konsep DIY seperti Littlebits yang bisa digunakan untuk membuat aneka sirkuit elektronika tanpa perlu menyolder.
  • 25. Hackerspace Konsep awal dari hackerspace ini bermula di Eropa yang merupakan perkumpulan para programmer yang saling berbagi tempat. Salah satu independen hackerspace yang membuka pintunya untuk publik adalah C-Base yang berdiri tahun 1995 dan hingga kini keanggotaannya sudah mencapai 450 orang. Kemudian pada Agustus 2007 (12 tahun sesudah trend ini berkembang di Eropa), sebuah group hacker dari Amerika Utara mengunjungi Jerman untuk mengikuti Chaos Communication Camp dan tertarik untuk membuat tempat serupa di Amerika. Hingga muncullah NYC Resistor (2007), HacDC (2007), Noisebridge (2008) serta beberapa space lainnya. Beberapa hackerspace ini juga mulai membuat dan mendesain sirkuit elektronik yang berkaitan langsung dengan pemrograman dan melakukan beberapa prototyping yang menarik. Selain itu, mereka membuka kelas-kelas workshop dan menyewakan peralatan dengan membayar iuran anggota. Menariknya konsep ‘hacking’ dan ‘hacker’ ini kemudian meluas, tidak hanya dilekatkan dengan aktifitas pemrograman saja, namun juga berbagai hal yang berkaitan dengan memanipulasi / menemukan fungsi lain dari suatu benda, sehingga gerakan ini mencoba untuk membalikkan konotasi negatif yang dilakukan oleh media massa kepada para hacker. Beberapa space tersebut juga pada akhirnya berhasil melakukan revolusi bisnis. Salah satunya NYC Resistor yang kemudian melahirkan Makerbot Industries yang mencoba untuk mengubah industri 3D printing. Jadi aktifitas hackerspace berfokus pada kegiatan mereka ulang fungsi dan kegunaan dari hadware, bekerja dengan aneka komponen elektronika dan tentu saja pemrograman komputer.
  • 26. Arduinos For Total Newbies Workshop
  • 30. Makerspace Istilah ‘makerspace’ ini sebenarnya baru muncul di tahun 2005, ketika digunakan per- tama kali oleh MAKE magazine dan populer di awal tahun 2011 ketika Dale dan MAKE magazine mendaftarkan makerspace.com sebagai tempat yang bisa diakses oleh publik untuk mendesain dan menciptakan karya. Istilah ini kemudian meluas dan digunakan oleh berbagai komunitas organisasi yang memiliki spirit serupa dan menjadi sebuah gerakan yang mendunia dengan hastag #MakerMovement. Sehingga istilah ini tidak lagi terbatas hanya pada jaringan MAKE magazine saja. Jika dibandingkan dengan hackerspaces, lingkup dan area kerja makerspace ini lebih luas dengan menggunakan berbagai macam media yang berkaitan dengan crafting. Singkatnya makerspace dapat dipahami sebagai sebuah tempat berkumpul, berkreasi, mengeksplorasi, dan mengembangkan suatu karya dengan menggunakan bantuan teknologi dan mesin. Bahkan beberapa artikel menuliskan perkembangan terbaru dimana makerspace kini hadir dalam sebuah perpustakaan. Konsep perpustakaan tidak lagi sekedar tempat untuk membaca atau meminjam buku saja, perpustakaan sudah menjadi space berkumpul dan diskusi komunitas-komunitas yang mendukung gerakan makerspace. Oleh karena itu, The Library as Incubator Project ini membuat definisi yang lebih luas terhadap istilah makerspaces. Tidak lagi dipandang hanya sebagai spaces secara harafiah yang lengkap dengan seperangkat peralatan atau perlengkapan tertentu melainkan lebih pada pentingnya pola pikir kerjasama dalam komunitas, saling berkolaborasi dalam mencipta/berkarya serta adanya unsur participatory learning.
  • 31.
  • 33. Detroit Public Library Hype Makerspace
  • 34. FabLab & TechShop Pada dasarnya FabLab dan TechShop ini memiliki konsep yang tidak jauh berbeda dengan makerspace. Hanya saja, karena istilah ini sudah lebih dulu lahir dan dipatenkan maka penyebutannya pun tidak berubah. FabLab merupakan jaringan space yang diawali oleh Neil Gershenfeld di MIT’s Media Lab di tahun 2005 yang terinspirasi dari salah satu MIT course How to Make (Almost) Anything yang kemudian menjadi tagline dari FabLab. Ide dasar dari FabLab ini adalah menyediakan space dengan seperangkat peralatan dasar seperti perangkat elektronik, lassercutter, vinyl cutter, CNC router (mesin pemo- tong otomatis), CNC milling, dll yang memberikan kesempatan bagi makers pemula dengan memberikan penjelasan singkat penggunaan alat-alat tersebut baik secara desain maupun teknis. Uniknya FabLab memiliki beberapa persyaratan khusus apabila ada komunitas/organisasi yang ingin menggunakan istilah FabLab untuk menyebut space mereka seperti; luas space/area minimal 300-600m2 dan dibutuhkan beberapa peralatan-peralatan dengan model dan tipe tertentu yang harus dimiliki, FabLab pusat akan menyediakan software, kurikulum, dan pembelajaran singkat lainnya, seperti layaknya sebuah franchisor. Selain itu ada pula Fab Charter, yaitu semacam petunjuk ringkas tentang apa dan bagaimana menjalankan FabLab. Beberapa poin yang dituliskan dalam Fab Charter seperti keharusan untuk berkontribusi dalam do- kumentasi juga instruksi penggunaan alat dan software kepada masyarakat umum. Jika FabLab ini mengusung semangat independen dan non-profit, berbeda dengan TechShop yang memang merupakan perusahaan penyedia space dengan berbagai mesin-mesin pabrik dan peralatan canggih lainnya untuk dipergunakan masyarakat umum dengan membayar biaya keanggotaan. Beberapa fasilitas yang disediakan oleh TechShop seperti woodworking, welding/las, sewing, and CNC fabrication, dll.
  • 40. PHOTOGRAPHER ELECTRONIC MAKER 13% GRAPHIC DESIGNER PAINTER 47% VIDEOGRAPHER MUSICIAN 33% WAFT-LAB WHO ARE WE? //Fields of interest 22% 27% 20% ILLUSTRATOR 33% WRITER 40% CHEF 20% PROGRAMMER 13% www.waft-lab.com
  • 41. Creative Commons DIY culture ini secara tidak langsung membawa dampak positif melalui kebiasan sharing/berbagi informasi secara gratis melalui media internet. Salah satu pengamat dan peneliti di bidang ekonomi digital menyatakan bahwa dalam situasi ekonomi post industria- lis kini, semakin banyak yang melakukan ‘creative work’ secara gratis, seperti merekam musik menggunakan komputer, melakukan photo editing, video mashups, menulis fan fiction, membuat berbagai aksesoris & perlengkapan fotografi secara otodidak. Seluruh kegiatan ini diupload dan menjadi konten di internet, dan kebanyakan dilakukan secara gratis. Kemudahan berbagi konten di era digital ini pun menjadi perhatian beberapa kalangan khususnya di bidang hukum yang berkaitan dengan originalitas dan hak cipta. Di tahun 2001, seorang professor hukum dari Universitas Stanford, Lawrence Lessig, bersama dengan rekan-rekannya dari Institusi Teknologi Massachusetts, Universitas Harvard, Universitas Duke, dan Universitas Villanova mendirikan Creative Commons, sebuah organisasi nirlaba yang menyediakan berbagai paket lisensi hak cipta yang bisa digunakan secara gratis oleh publik. Para pemilik hak cipta cukup masuk ke website Creative Commons dan melakukan registrasi kemudian memilih paket lisensi tertentu, dan bisa langsung mengunduh serta menampilkan logo lisensi Creative Commons untuk ditampilkan di halaman websitenya. Di Indonesia, afiliasi Creative Commons Internasional ini mulai berdiri di tahun 2011 dan menyediakan hasil terjemahan paket lisensi Creative Commons dalam Bahsa Indonesia yang sesuai dengan Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.
  • 42. References DIY [1]Wikipedia –Do It Yourself http://en.wikipedia.org/wiki/Do_it_yourself [2]Empire of Dirt: The Aesthetics and Rituals of British Indie Music (Music Culture). Dr. Wendy Fonarow. Wesleyan; annotated edition edition (July 10, 2006) P66-67. [3]Privatizing creativity: the ruse of creative capitalism. Max Haiven on October 10, 2012. http://artthreat.net/2012/10/privatizing-creativity/ [4] George McKay. DIY Culture: Party and Protest in Nineties' Britain. 1998. USA : Verso. [5] Wikipedia – DIY Ethic http://en.wikipedia.org/wiki/DIY_ethic [6] Do-It-Yourself: Home Improvement in 20th-Century America. Curator: Chrysanthe B. Broikos. October 19, 2002 - August 17, 2003. [7] Rachel Kaplan, K. Ruby Blume. Urban Homesteading: Heirloom Skills for Sustainable Living. USA : Skyhorse Publishing. 2011 [8] Sussie Mckellar, Penny Sparke. Interior Design & Identity. 2004. UK : Manchester University Press. [9] Steven M. Gelber. Do-It-Yourself: Constructing, Repairing and Maintaining Domestic Mas- culinity. 1997. USA : The Johns Hopkins University Press.
  • 43. References Spaces [1]A Wisconsin Association of Public Libraries (WAPL) Recap. Christina. 13 Mei 2012 http://www.libraryasincubatorproject.org/?p=4594 [2]Hacker spaces http://hackerspaces.org/wiki/Hackerspaces [3]Is it a Hackerspace, Makerspace, TechShop, or FabLab? Gui Cavalcanti . 22 Mei 2013 http://makezine.com/2013/05/22/the-difference-between- hackers- paces-makerspaces-techshops-and-fablabs/?utm_content=bufferd6734&utm_source=buffer &utm_medium=twitter&utm_campaign=BufferMakerspaces, Participatory Learning, and Libraries. The Unquiet Librarian. 28 Juni 2012 http://theunquietlibrarian.wordpress.com/2012/06/28/makerspaces-participatory-learning-an d-libraries/ [4]What is a Makerspace? Creativity in the Library. Caitlin A. Bagley. 20 Desember 2012. http://www.alatechsource.org/blog/2012/12/what-is-a- makerspace-creativity-in-the-library.html
  • 44. References CC [1]Creative Commons http://creativecommons.or.id/ [2]Wikipedia - Creative Commons http://id.wikipedia.org/wiki/Creative_Commons [3]Wikipedia - Lisensi Creative Commons http://id.wikipedia.org/wiki/Lisensi_Creative_Commons DIWO [1]DIWO (Do-It-With-Others): Artistic Co-Creation as a Decentralized Method of Peer Em- powerment in Today’s Multitude. Marc Garrett. Februari 2014. [2]Do It With Others (DIWO): Participatory Media in the Furtherfield Neighbourhood. Ruth Catlow and Marc Garrett, Furtherfield. 2007 [3]Rosalind. an upstart new media art lexicon, born in 2004. http://furtherfield.org/get-involved/lexicon