SlideShare a Scribd company logo
1 of 8
Download to read offline
TEKNIK-TEKNIK DASAR KONSELING
TAHAP I EKSPLORASI MASALAH
1. KONDISI-KONDISI INTI YANG DIPERLAKUKAN DALAM EKSPLORASI
MASALAH
Carkhuff (1983) menyatakan bahwa keterampilan utama yang diperlukan dalam
konseling tahap pertama adalah keterampailan merespon. Selanjutnya carkhuff (1983)
menambahkan bahwa untuk dapat merespon baik ada beberapa tingkah laku yang
harus dimainkan oleh konselor.
1. Konselor harus terus menerus menahan “frame of reference”nya sendiri
2. Konselor harus berkomunikasi dengan caya yang tulus dan ikhlas (genuine)
3. Konselor harus menekankan kespesifikan dalam mengeksplorasi isi
Akhirnya Carkhuff (1983) menegaskan bahwa keterampilan-keterampilan membantu
pada tahap satu ini meliputi setidaknya empat kondisi inti :
1. Empati
2. Respek
3. Tulus – ikhlas
4. Konkrit
2. KETERAMPILAN DASAR PENDUKUNG
Ada sejumlah keterampilan dasar konseling yang mendukung keterampilan merespond
alam tahap pertama dari proses konseling yaitu keterampilan mengajak terbuka untuk berbicara
mengajukan pertanyaan terbuka, mendengarkan secara akurat, mengikuti pokok pembicaraan
dorongan minimal, merefleksi, memparafrase dan sebagainya.
1. Mengajak terbuka untuk berbicara
Setelah tahap persiapan dirasakan cukup danklien tampak mulai terdorong untuk
“involve” secara aktif maka konseling dapat melangkah ke tahap pertama proses
konseling dengan mengajak klien memulai berbicara, misalnya :
“Apa yang dapat saya bantu?”
“Apa yang dapat saya lakukan untuk membantu Anda?”
“Ceritakan kepada saya apa yang menyusahkan Anda?”
“Apa yang sedang Anda pikirkan?”
Ajakan berbicara secara terbuka ini memungkinkan klien dapat
mengemukakan masalahnya dengan baik. Karena itu hendaknya dapat dihindarkan
untuk mengajukan pertanyaan yang bertubi-tubi sehingga klien merasa kwalahan
dan akhirnya dapat membuat klien jengkel.
2. Pertanyaan Terbuka
Pertanyaan atau pernyataan terbuka mengajak klien untuk meneruskan
pembicaraanya dengan memberikan lebih banyak uraiannya mengenal hal yang
telah dikemukakannya. Misalnya terhadap uraian yang telah diberikan oleh
seseorang Ibu yang putus asa karena ulah anaknya yang kecanduan narkotika.
Konselor bertanya :
“Bagaimana perasaan Ibu melihat dia benar-benar kencanduan obat
terlarang itu ?”
“Usaha-usaha apa saja yang telah ibu lakukan untuk mengatasi
ketergantungannya pada obat terlarang itu?”
Pertanyaan terbuka seperti itu penting, terutama pada tahap-tahap awal wawancara
pertanyaan-pertanyaan teruka lainnya dapat dilakukan dengan menggunakan kata
Tanya “Apa”, “Kapan”, “Bagaiman”, dan “Mengapa”
3. Mendengarkan secara akurat
Kegiatan ini menghendaki konselor agar lebih banyak diam dan menggunakan
semua inderanya untuk menangkap semua pesan yang dikemukakan oleh klien.
Mendengarkan secara akurat sangat diperlukan selama proses konseling
berlangsung, terlebih-lebih pada saat permulaan yaitu ketika konselor ingin
memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang diri dan masalah klien.
Untuk itu Munro, dkk (1979) menyarankan cara melatih diri untuk
mendengarkan secara akurat sebagai berikut :
a. Konselor hendaknya menyadari sikapnya sendiri. Bagaimana konselor
merasakan keadaan klien dan bagaimana perasaan-perasaan itu mempengaruhi
pemahaman konselor terhadap klien.
b. Perhatikan secara cermat pada isi pembicaraan klien dan juga perasaan yang
tersirat dibalik isi itu.
c. Konselor hendaknya mengarahkan perhatinnya pada apa yang sedang dikatakan
klien, jangan apa yang mungkin konselor katakana dalam menanggapinya atau
pada bagaimana konselor menyelesaikan presoalan yang dikemukakan klien.
d. Mendengarkan tidak saja harus memenuhi dengan segera yang dikemukakan
klien tetapi juga harus bisa memperjelas apa yang masih kabur. Untuk itu
konselor harus bertanya pada klien jika Anda belum mengerti tentang apa yang
dikemukakan klien.
4. Mengikuti Pokok Pembicaraan
Konselor mengikuti pokok pembicaraan klien itu dapat diucapkan dengan kalimat
sebagai berikut :
“Saya memahami apa yang Anda maksudkan”
“Ceritakan lebih lanjut tentang hal itu”
Ucapan konselor untuk mengikuti pokok pembicaraan itu dilakukan dengan caya
yang penuh perhatian.
Hal ini juga akan makin menyadarkan klien bahwa konselor benar-benar
mendengarkan apa yang dikemukakan klien.
5. Dorongan Minimal
Dorongan minimal adalah suatu isyarat, anggukan, sepatah kata atau suara tertentu,
gerakan anggota badan, atau pengulangan kata-kata kunci yang menunjukkan
bahwa penyuluh mempunyai perhatian dan mengikuti dengan baik pembicaraan
klien.
Dorongan kesempatan dan keleluasaan keapda klien untuk terus berbicara.
Dorongan minimal itu hendaknya digunakan sejak awal pertemuan dalam arus
yang wajar dari seluruh percakapan yang sedang berlangsung dan diberikan disela-
sela klien selesai mengucapkan satu kesatuan pokok pikiran baik terdiri dari satu
kalimat atau beberapa kalimat. Misalnya :
“O-ya”
“Ya”
“Mmm”
“A-ha”
“Jadi?”
dan sebagainya
dorongan minimal semacam itu dapat digunakan untuk menjaga kelangsungan
pembicaraan klien dan menghindari agar konselor tidak terlalu banyak berbicara
yang dapat mengakibatkan klien hanya menjadi pendengar saja.
6. Paraphrese dan Refleksi
Paraphrase adalah mengatakan dengan cara lain isi pikiran yang diucapkan klien
dengan menggunakan kata-kata konselor sendiri. Jika yang diungkapkan kembali
oleh konselor itu mengenai perasaan klien maka Cormier dan Cormiel (1985)
menamakannya sebagai refleksi.
Paraphrase dan refleksi itu dilakukan dengan menyimpulkan atau menyaringkan
pernyataan klien. Jadi bukan sekedar “parroting” atau mengulang kembali
pertanyaan klien secara sama.
Tujuan dari paraphrase dan refleksi perasaan itu menurut Cormier dan Cormier
(1985) adalah (a) untuk menunjukkan bahwa konselor memahami isi dan perasaan
yang dikomunikasikan oleh klien, (b) agar klien dapat mengelaborasi pikiran atau
perasaan kunci yang ia kemukakan, (c) agar klien dapat memusatkan perhatiannya
pada situasi atau kejadian, pikiran dan tingkah laku tertentu, dan (d) untuk
membantu klien membuat keputusan.
Contoh paraphrase dan refleksi perasaan :
Klien
:
Konselor (paraphrase)
:
Konselor (refleksi)
:
“Semuanya membosankan. Tidak ada sesuatu
yang baru, tidak ada yang menyenangkan. Semua
teman-teman saya pergi meninggalkan saya.
Andaikata saya mempunyai uang saya sudah dapat
berbuat banyak hal.
“Tanpa mempunyai uang dan teman, tidak ada
satupun yang dapat Anda kerjakan sekarang ini.
“Anda merasa bosan dengan keadaan yang Anda
alami saat ini.”
3. KETERAMPILAN DASAR MERESPON
1. Merespon Isi
Respon konselor terhadap ekspresi klien yang pertama-tama adalah respon
terhadap isi pernyataan klien itu. Unsur-unsur dari isi menekankan pertanyaan-
pertanyaan dasar “Apa”, “Mengapa”, “Kapan, “Dimana”, dan “Bagaimana”, unsur-
unsur isi juga menekankan urut-urutan kepentingan dan hubungan seba akibat dari
kajadian-kajadian.
Pola umum yang digunakan dalam merespon isi adalah: “Anda mengakatan bahwa
……………….. “Atau” dengan kata lain ……………”
Contoh :
“Anda mengatakan bahwa sejak Anda dinyatakan bersalah, Anda merasa
tidak seperti dulu lagi terhadap anak Anda”.
“Dengan kata lain, Anda mengatakan bahwa ada perubahan hubungan Anda
dengan anak Anda”.
a. Respon secara kronologis
Respon terhadap isi yang dikemukakan klien secara kronologis berarti konselor
merespon berdasarkan urutan kejadian-kejadiannya. Karena itu respon secara
kronologis ini mengikuti format-format berikut ini.
“Anda mengatakan bahwa apa yang terjadi pada diri Anda adalah ….
(kejadian pertama) ……….. kemudian diikuti dengan …… (kejadian
kedua) …… dan akhirnya …… (kejadian ketiga)
b. Respon isi berdasarkan pentingnya
Respon konselor yang ditunjukkan untuk mengorganisasikan isi ekspresi yang
berdasarkan pentingnya isi tersebut, berarti konselor mengorganisasikan isi dari yang
paling penting ke yang kurang penting untuk itu format yang digunakan adalah :
“Anda mengatakan ….. (paling penting) …….. dan …. (agak penting) …… dan
…… (kurang penting)
c. Respon isi berdasarkan sebab-akibat
Cara yang ketiga dalam merespon isi yang diekspresikan klien adalah berdasarkan
hubungan sebab-akibat. Ini berarti bahwa mengidentifikasi tentang bagaimana satu
kejadian atau tindakan menghasilkan terjadinya kejadian atau tindakan lainnya. Format
yang digunakan untuk merespon isi yang merupakan sebab-akibat itu adalah :
“Anda mengatakan bahwa ….. (penyebab) …….. maka …… (akibat) ……. “
Dengan melihat tiga bentuk respon iu dapat disimpulkan bahwa respon isi
memungkinkan klien dapat mengekplorasi segala hambatan didalam isi. Jika
ada pertanyaan yang tidak dijawab, konselor dapat melacaknya untuk
memperoleh gambaran tentang pengalaman-pengalaman klien yang lebih
lengkap. Diperolehnya informasi tentang itu seua akan memungkinkan konselor
mendiagnosa kelemahan atau kekurangan yang ada dibidang-bidang itu.
2. Merespon Perasaan
Merespon perasaan adalah keterampilan yang penting dalam memberi bantuan
karena perasaan mereflekasikan pengalaman efektif tentang diri klien sendiri
terhadap dunia mereka.
Menurut Carkhuff (1983) merespon perasaan meliputi mengajukan pertanyaan
empati, menjawab pertanyaan empati. Mengembangkan respon yang dapat
dipertukarkan dan kata-kata perasaan, respon perasaan sedih, senang dan marah.
a. Mengajukan pertanyaan empati
Konselor menanyakan kepada dirinya sendiri “Jika saja klien dan saya
mengajarkan dan mengatakan hal-hal ini, bagaimana perasaan saya”
Dalam menjawab pertanyaan ini konselor dapat”.
1) Mengidentifikasi kategori perasaan umum (seperti senang marah, sedih,
bangga, takut, menderita, kelegaan, atau ketenangan dan kesabaran)
2) Kemudian memilih kata atau ungkapan perasaan yang cocok dengan bidang
perasaan dan level intensitasnya.
3) Akhirnya periksalah ekspresi perasaan melalui observasi untuk melihat
apakah cocok dengan yang ada pada klien yang sebenarnya.
b. Menjawab pertanyaan empati
Sekarang konselor dapat mencoba memahami perasaan yang diekspresikan
oleh klien.
Jadi setelah konselor mendengarkan pernyataan klien dengan cermat, maka
konselor hendaknya mengajukan pertanyaan empati dalam dirinya sendiri.
Kemudian beberapa saat mengingat kembali isi pernyataan klien, maka
konselor dapat menjawab pertanyaan sendiri itu.
c. Mengembangkan respon yang dapat dipertukarkan
Konselor dapat yakin bahwa ia merespon perasaan klien jika ia membuat
respon yang dapat saling dipertukarkan dengan perasaan yang diekspresikan
klien.
Suatu respon dapat dipertukarkan jika konselor danklien mengekpresikan
perasaan yang sama. Secara operasional dalam hal perasaan yang diekspresikan
konselor dapat mengatakan apa yang dikatakan oleh klien.
d. Mengembangkan kata-kata perasaan
Konselor dapat mengatakan bahwa ia merespon perasaan klien jika konselor
dapat menangkap esensi dari perasaan klien dalam satu atau lebih kata-kata
perasaan.
e. Merespon perasaan sedih
Satu dari perasaan-perasaan yang umumnya mendominasi klien adalah sejenis
perasaan sedih atau murung. Level energi klien seperti itu rendah. Segala-
galanya tidak ada harapan. Ia tidak tahu kemana ia pergi atau bagaimana ia
sampai kesana. Suatu saat ia mengemukakan perasaanya. “Yang ada dalam
pikiran saya adalah bahwa saya tidak dapat berhasil”. Kata perasaan yang
cocok dengan ekspresi klien seperti itu adalah “Anda merasa berkcil hati?”
f. Merespon perasaan senang
Walaupun jarang sekali klien kita merasa gembira, tetapi pada saat-saat tertentu
yaitu jika klien telah menemukan arah atau jalan keluar dari masalahnya ia
merasa gembira. Keseluruhan sikapnya berubah. Sikapnya terhadap kehidupan
menjadi makin terbuka. Tingkah lakunya menjadi semangat dan cekatan.
Dalam keadaan gembira itu klien mungkin berkata. “wou, saya tidak sabar lagi,
saya ingin segera memulainya” kemudian konselor merespon ekspresi itu
sebagai berikut: “Anda benar-benar merasa gembira”.
g. Respon terhadap rasa marah
Mungkin saja suatu ketika klien marah karena merasa diperlakukan tidak adil
dan cenderung mendendam. Badannya tegang, matanya keluar air mata dan
ekspresinya tertahan. Sering konselor taku membuka perasaan semacam iut.
Konselor takut tantangan seberapa jauh perasaan antara lain: “Apa yang akan
dilakukan?” “Apakah klien akan menyatakannya?”
Sebenarnya, konselor tidak bisa membantuk jika ia tidak bisa mengurusi semua
jenis perasaan orang. Klien harus mau mengeluarkan perasaan-perasaan ini
secara terbuka kalau ia mau belajar berurutan dengan perasaan-perasaan itu.
Memang kemungkinan tidakannya terhadap perasaan marah itu bisa
dikembalikan pada kemampuan untuk mengekspresikan perasaan-perasaan itu.
Makin klien mengekspresikannya perasaannya makin berkurang
kemungkinannya ia bertindah distruktif. Dengan kata lain, makin banyak klien
mengekpresikan perasaan-perasaanya makin dapat klien menyalurkannya
secara konstruktif. Ekspresi rasa marah klien itu mungkin sebagai berikut :
Klien :
Konselor :
“Perasaan dengan dia. Suatu saat akan kutemui lagi dia dan
rasakan pembalasannku”
“Anda merasa sangat marah”.
3. Respon Arti
Carkhuff (1983) menyatakan bahwa respon terhadap isi dan perasaan saja belum
cukup. Respon konselor harus dilengkapi dengan respon arti, yaitu kombinasi dari
respon isi dan respon perasaan.
Menurut Carkhuff (1983) ada tiga jenis format respon arti, yaitu (a) respon yang
dapat dipertukarkan, (b) respon terhadap perasaan dan isi yang banyak, dan (c)
respon terhadap perasaan da nisi yang sulit diekspresikan.

More Related Content

What's hot

Pendekatan konseling rebt
Pendekatan konseling rebtPendekatan konseling rebt
Pendekatan konseling rebtvarizalamir
 
Menangani sikap menutup diri
Menangani sikap menutup diriMenangani sikap menutup diri
Menangani sikap menutup diriKirenius Wadu
 
Pendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitasPendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitasIFTITAH INDRIANI
 
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)Nur Arifaizal Basri
 
Verbatim konseling kelompok
Verbatim konseling kelompokVerbatim konseling kelompok
Verbatim konseling kelompokAini Farihah
 
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistikPeta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistikmisbakhulfirdaus
 
Pendekatan konseling trait and factor
Pendekatan konseling trait and factorPendekatan konseling trait and factor
Pendekatan konseling trait and factorWinda Lukitasari
 
Ppt teori humanistik
Ppt teori humanistikPpt teori humanistik
Ppt teori humanistikRinatun4e
 
Proses dan tahapan konseling keluarga
Proses dan tahapan konseling keluargaProses dan tahapan konseling keluarga
Proses dan tahapan konseling keluarganugryp site
 
Pendekatan Dalam Konseling Kelompok
Pendekatan Dalam Konseling KelompokPendekatan Dalam Konseling Kelompok
Pendekatan Dalam Konseling KelompokAinun Nuril Haq
 
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 20182018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018Zakki Nurul Amin
 

What's hot (20)

Pendekatan konseling rebt
Pendekatan konseling rebtPendekatan konseling rebt
Pendekatan konseling rebt
 
PETA KONSEP TEKNIK KONSELING
PETA KONSEP TEKNIK KONSELINGPETA KONSEP TEKNIK KONSELING
PETA KONSEP TEKNIK KONSELING
 
Teknik dasar konseling
Teknik dasar konselingTeknik dasar konseling
Teknik dasar konseling
 
Menangani sikap menutup diri
Menangani sikap menutup diriMenangani sikap menutup diri
Menangani sikap menutup diri
 
Peta Kognitif Client Centered
Peta Kognitif Client CenteredPeta Kognitif Client Centered
Peta Kognitif Client Centered
 
Pendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitasPendekatan konseling realitas
Pendekatan konseling realitas
 
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
STUDI KASUS (DIAGNOSIS,PROGNOSIS, TREATMENT, FOLLOW UP)
 
Verbatim konseling kelompok
Verbatim konseling kelompokVerbatim konseling kelompok
Verbatim konseling kelompok
 
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistikPeta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
Peta kognitif pendekatan konseling eksistensial humanistik
 
Pendekatan konseling trait and factor
Pendekatan konseling trait and factorPendekatan konseling trait and factor
Pendekatan konseling trait and factor
 
Skala Psikologi
Skala PsikologiSkala Psikologi
Skala Psikologi
 
Ppt teori humanistik
Ppt teori humanistikPpt teori humanistik
Ppt teori humanistik
 
Proses dan tahapan konseling keluarga
Proses dan tahapan konseling keluargaProses dan tahapan konseling keluarga
Proses dan tahapan konseling keluarga
 
Pendekatan Dalam Konseling Kelompok
Pendekatan Dalam Konseling KelompokPendekatan Dalam Konseling Kelompok
Pendekatan Dalam Konseling Kelompok
 
Teknik 3 m
Teknik 3 mTeknik 3 m
Teknik 3 m
 
Model konseling
Model konselingModel konseling
Model konseling
 
Rational Emotive Therapy by Dwitias Titi
Rational Emotive Therapy by Dwitias TitiRational Emotive Therapy by Dwitias Titi
Rational Emotive Therapy by Dwitias Titi
 
Konseling mikro
Konseling mikroKonseling mikro
Konseling mikro
 
EKSISTENSIAL HUMANISTIK
EKSISTENSIAL HUMANISTIKEKSISTENSIAL HUMANISTIK
EKSISTENSIAL HUMANISTIK
 
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 20182018 kode etik bk 21 22 juli 2018
2018 kode etik bk 21 22 juli 2018
 

Similar to Teknik dasar konseling tahap 1 by dianto irawan

Presentasi Mojokerto
Presentasi MojokertoPresentasi Mojokerto
Presentasi Mojokertoguest626d709
 
Tutoial minggu 3
Tutoial minggu 3Tutoial minggu 3
Tutoial minggu 3irenelina91
 
ESAP .Konseling keluarga berencana
ESAP .Konseling keluarga berencanaESAP .Konseling keluarga berencana
ESAP .Konseling keluarga berencanaStiunus Esap
 
Kemahiran asas kaunseling
Kemahiran asas kaunselingKemahiran asas kaunseling
Kemahiran asas kaunselingSiti Nor
 
Tindakan kaunseling
Tindakan kaunseling Tindakan kaunseling
Tindakan kaunseling Sattia Wathy
 
Teknik konseling
Teknik konseling Teknik konseling
Teknik konseling saninuraeni
 
Keterampilan dalam konseling traumatik
Keterampilan dalam konseling traumatikKeterampilan dalam konseling traumatik
Keterampilan dalam konseling traumatikesperokajaya
 
Keterampilan dalam konseling traumatik
Keterampilan dalam konseling traumatikKeterampilan dalam konseling traumatik
Keterampilan dalam konseling traumatikesperokajaya
 
Makalah manajemen keperawatan (teknik2 komunikasi)
Makalah manajemen keperawatan (teknik2 komunikasi)Makalah manajemen keperawatan (teknik2 komunikasi)
Makalah manajemen keperawatan (teknik2 komunikasi)MJM Networks
 
Makalah manajemen keperawatan (teknik2 komunikasi)
Makalah manajemen keperawatan (teknik2 komunikasi)Makalah manajemen keperawatan (teknik2 komunikasi)
Makalah manajemen keperawatan (teknik2 komunikasi)MJM Networks
 
MENDENGAR AKTIF.ppt
MENDENGAR AKTIF.pptMENDENGAR AKTIF.ppt
MENDENGAR AKTIF.pptHelmiDiana4
 
Kepentingan kaunselor mempunyai kemahiran asas komunikasi
Kepentingan kaunselor mempunyai kemahiran asas komunikasiKepentingan kaunselor mempunyai kemahiran asas komunikasi
Kepentingan kaunselor mempunyai kemahiran asas komunikasiUNIVERSITY FOR TEACHERS XD
 
Konsep komunikasi terapeutik
Konsep komunikasi terapeutikKonsep komunikasi terapeutik
Konsep komunikasi terapeutikwidya1972
 
Konsep bimbingan dan kaunseling
Konsep bimbingan dan kaunselingKonsep bimbingan dan kaunseling
Konsep bimbingan dan kaunseling廷武 邹
 
1571013488599_Materi-3-Microskill-dan-Tahapan-Konseling.ppt
1571013488599_Materi-3-Microskill-dan-Tahapan-Konseling.ppt1571013488599_Materi-3-Microskill-dan-Tahapan-Konseling.ppt
1571013488599_Materi-3-Microskill-dan-Tahapan-Konseling.pptIKMDITAEKAPRATIWI
 
Teknik dasar komunikasi dalam konseling
Teknik dasar komunikasi dalam konselingTeknik dasar komunikasi dalam konseling
Teknik dasar komunikasi dalam konselingAna Minnie
 
Pengantar bimbingan
Pengantar bimbinganPengantar bimbingan
Pengantar bimbinganAin Nadia
 

Similar to Teknik dasar konseling tahap 1 by dianto irawan (20)

Presentasi Mojokerto
Presentasi MojokertoPresentasi Mojokerto
Presentasi Mojokerto
 
Tutoial minggu 3
Tutoial minggu 3Tutoial minggu 3
Tutoial minggu 3
 
1 kemahiran asas kaunseling
1 kemahiran asas kaunseling1 kemahiran asas kaunseling
1 kemahiran asas kaunseling
 
ESAP .Konseling keluarga berencana
ESAP .Konseling keluarga berencanaESAP .Konseling keluarga berencana
ESAP .Konseling keluarga berencana
 
Kemahiran asas kaunseling
Kemahiran asas kaunselingKemahiran asas kaunseling
Kemahiran asas kaunseling
 
Tindakan kaunseling
Tindakan kaunseling Tindakan kaunseling
Tindakan kaunseling
 
Teknik konseling
Teknik konseling Teknik konseling
Teknik konseling
 
Keterampilan dalam konseling traumatik
Keterampilan dalam konseling traumatikKeterampilan dalam konseling traumatik
Keterampilan dalam konseling traumatik
 
Keterampilan dalam konseling traumatik
Keterampilan dalam konseling traumatikKeterampilan dalam konseling traumatik
Keterampilan dalam konseling traumatik
 
KETRAMPILAN DASAR KONSELING.ppt
KETRAMPILAN DASAR KONSELING.pptKETRAMPILAN DASAR KONSELING.ppt
KETRAMPILAN DASAR KONSELING.ppt
 
12. KIP(K).pdf
12. KIP(K).pdf12. KIP(K).pdf
12. KIP(K).pdf
 
Makalah manajemen keperawatan (teknik2 komunikasi)
Makalah manajemen keperawatan (teknik2 komunikasi)Makalah manajemen keperawatan (teknik2 komunikasi)
Makalah manajemen keperawatan (teknik2 komunikasi)
 
Makalah manajemen keperawatan (teknik2 komunikasi)
Makalah manajemen keperawatan (teknik2 komunikasi)Makalah manajemen keperawatan (teknik2 komunikasi)
Makalah manajemen keperawatan (teknik2 komunikasi)
 
MENDENGAR AKTIF.ppt
MENDENGAR AKTIF.pptMENDENGAR AKTIF.ppt
MENDENGAR AKTIF.ppt
 
Kepentingan kaunselor mempunyai kemahiran asas komunikasi
Kepentingan kaunselor mempunyai kemahiran asas komunikasiKepentingan kaunselor mempunyai kemahiran asas komunikasi
Kepentingan kaunselor mempunyai kemahiran asas komunikasi
 
Konsep komunikasi terapeutik
Konsep komunikasi terapeutikKonsep komunikasi terapeutik
Konsep komunikasi terapeutik
 
Konsep bimbingan dan kaunseling
Konsep bimbingan dan kaunselingKonsep bimbingan dan kaunseling
Konsep bimbingan dan kaunseling
 
1571013488599_Materi-3-Microskill-dan-Tahapan-Konseling.ppt
1571013488599_Materi-3-Microskill-dan-Tahapan-Konseling.ppt1571013488599_Materi-3-Microskill-dan-Tahapan-Konseling.ppt
1571013488599_Materi-3-Microskill-dan-Tahapan-Konseling.ppt
 
Teknik dasar komunikasi dalam konseling
Teknik dasar komunikasi dalam konselingTeknik dasar komunikasi dalam konseling
Teknik dasar komunikasi dalam konseling
 
Pengantar bimbingan
Pengantar bimbinganPengantar bimbingan
Pengantar bimbingan
 

More from DIANTO IRAWAN

Spss statistics brief guide 17.0
 Spss statistics brief guide 17.0 Spss statistics brief guide 17.0
Spss statistics brief guide 17.0DIANTO IRAWAN
 
kuesioner motivasi disiplin dan komitmen kinerja
 kuesioner motivasi disiplin dan komitmen kinerja kuesioner motivasi disiplin dan komitmen kinerja
kuesioner motivasi disiplin dan komitmen kinerjaDIANTO IRAWAN
 
Distribution tabel nilai f 0,05
Distribution tabel nilai f 0,05Distribution tabel nilai f 0,05
Distribution tabel nilai f 0,05DIANTO IRAWAN
 
Table durbin watson tables
Table durbin watson tablesTable durbin watson tables
Table durbin watson tablesDIANTO IRAWAN
 
Pemetaan sifat sifat homomorfisme
Pemetaan sifat sifat homomorfismePemetaan sifat sifat homomorfisme
Pemetaan sifat sifat homomorfismeDIANTO IRAWAN
 
Makalah struktur aljabar grupoida by dianto irawan
Makalah struktur aljabar grupoida by dianto irawanMakalah struktur aljabar grupoida by dianto irawan
Makalah struktur aljabar grupoida by dianto irawanDIANTO IRAWAN
 
Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...
Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...
Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...DIANTO IRAWAN
 
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...DIANTO IRAWAN
 
makalah perekonomian indonesia
 makalah perekonomian indonesia makalah perekonomian indonesia
makalah perekonomian indonesiaDIANTO IRAWAN
 
makalah mengevaluasi kinerja kebijakan pendidikan
makalah mengevaluasi kinerja kebijakan pendidikanmakalah mengevaluasi kinerja kebijakan pendidikan
makalah mengevaluasi kinerja kebijakan pendidikanDIANTO IRAWAN
 
HardwarePengenalan Perangkat Keras (Hardware) Pada Sistem Unit Komputer dian...
HardwarePengenalan Perangkat Keras (Hardware) Pada Sistem Unit Komputer dian...HardwarePengenalan Perangkat Keras (Hardware) Pada Sistem Unit Komputer dian...
HardwarePengenalan Perangkat Keras (Hardware) Pada Sistem Unit Komputer dian...DIANTO IRAWAN
 
Tentang Warga negara / kewarganegaraan
Tentang Warga negara / kewarganegaraan Tentang Warga negara / kewarganegaraan
Tentang Warga negara / kewarganegaraan DIANTO IRAWAN
 
LANGKAH-LANGKAH MENGINSTAL WINDOWS XP SP 2
LANGKAH-LANGKAH MENGINSTAL WINDOWS XP SP 2 LANGKAH-LANGKAH MENGINSTAL WINDOWS XP SP 2
LANGKAH-LANGKAH MENGINSTAL WINDOWS XP SP 2 DIANTO IRAWAN
 
Kode etik pegawai negeri sipil / PNS
Kode etik pegawai negeri sipil / PNSKode etik pegawai negeri sipil / PNS
Kode etik pegawai negeri sipil / PNSDIANTO IRAWAN
 
Makalah struktur aljabar grupoida
Makalah struktur aljabar grupoidaMakalah struktur aljabar grupoida
Makalah struktur aljabar grupoidaDIANTO IRAWAN
 
SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN
SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN
SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN DIANTO IRAWAN
 
SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN Tugas drama seni...
SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN  Tugas drama seni...SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN  Tugas drama seni...
SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN Tugas drama seni...DIANTO IRAWAN
 
TERMOKIMIA by DIANTO IRAWAN
TERMOKIMIA by DIANTO IRAWANTERMOKIMIA by DIANTO IRAWAN
TERMOKIMIA by DIANTO IRAWANDIANTO IRAWAN
 
Psikologi agama BY dianto irawan
Psikologi agama BY dianto irawanPsikologi agama BY dianto irawan
Psikologi agama BY dianto irawanDIANTO IRAWAN
 

More from DIANTO IRAWAN (20)

Spss statistics brief guide 17.0
 Spss statistics brief guide 17.0 Spss statistics brief guide 17.0
Spss statistics brief guide 17.0
 
kuesioner motivasi disiplin dan komitmen kinerja
 kuesioner motivasi disiplin dan komitmen kinerja kuesioner motivasi disiplin dan komitmen kinerja
kuesioner motivasi disiplin dan komitmen kinerja
 
Distribution tabel nilai f 0,05
Distribution tabel nilai f 0,05Distribution tabel nilai f 0,05
Distribution tabel nilai f 0,05
 
Table durbin watson tables
Table durbin watson tablesTable durbin watson tables
Table durbin watson tables
 
Pemetaan sifat sifat homomorfisme
Pemetaan sifat sifat homomorfismePemetaan sifat sifat homomorfisme
Pemetaan sifat sifat homomorfisme
 
Makalah struktur aljabar grupoida by dianto irawan
Makalah struktur aljabar grupoida by dianto irawanMakalah struktur aljabar grupoida by dianto irawan
Makalah struktur aljabar grupoida by dianto irawan
 
Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...
Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...
Makalah perencanaan pembangunan tentang partisipasi masyarakat dalam perencan...
 
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
Makalah aliran filsafat idealisme materialisme pluralisme dualisme monisme ek...
 
makalah perekonomian indonesia
 makalah perekonomian indonesia makalah perekonomian indonesia
makalah perekonomian indonesia
 
makalah mengevaluasi kinerja kebijakan pendidikan
makalah mengevaluasi kinerja kebijakan pendidikanmakalah mengevaluasi kinerja kebijakan pendidikan
makalah mengevaluasi kinerja kebijakan pendidikan
 
HardwarePengenalan Perangkat Keras (Hardware) Pada Sistem Unit Komputer dian...
HardwarePengenalan Perangkat Keras (Hardware) Pada Sistem Unit Komputer dian...HardwarePengenalan Perangkat Keras (Hardware) Pada Sistem Unit Komputer dian...
HardwarePengenalan Perangkat Keras (Hardware) Pada Sistem Unit Komputer dian...
 
Tentang Warga negara / kewarganegaraan
Tentang Warga negara / kewarganegaraan Tentang Warga negara / kewarganegaraan
Tentang Warga negara / kewarganegaraan
 
LANGKAH-LANGKAH MENGINSTAL WINDOWS XP SP 2
LANGKAH-LANGKAH MENGINSTAL WINDOWS XP SP 2 LANGKAH-LANGKAH MENGINSTAL WINDOWS XP SP 2
LANGKAH-LANGKAH MENGINSTAL WINDOWS XP SP 2
 
Free sex
Free sexFree sex
Free sex
 
Kode etik pegawai negeri sipil / PNS
Kode etik pegawai negeri sipil / PNSKode etik pegawai negeri sipil / PNS
Kode etik pegawai negeri sipil / PNS
 
Makalah struktur aljabar grupoida
Makalah struktur aljabar grupoidaMakalah struktur aljabar grupoida
Makalah struktur aljabar grupoida
 
SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN
SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN
SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN
 
SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN Tugas drama seni...
SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN  Tugas drama seni...SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN  Tugas drama seni...
SATU RASA BEDA BAHASA Tugas drama seni budaya DIANTO IRAWAN Tugas drama seni...
 
TERMOKIMIA by DIANTO IRAWAN
TERMOKIMIA by DIANTO IRAWANTERMOKIMIA by DIANTO IRAWAN
TERMOKIMIA by DIANTO IRAWAN
 
Psikologi agama BY dianto irawan
Psikologi agama BY dianto irawanPsikologi agama BY dianto irawan
Psikologi agama BY dianto irawan
 

Teknik dasar konseling tahap 1 by dianto irawan

  • 1. TEKNIK-TEKNIK DASAR KONSELING TAHAP I EKSPLORASI MASALAH 1. KONDISI-KONDISI INTI YANG DIPERLAKUKAN DALAM EKSPLORASI MASALAH Carkhuff (1983) menyatakan bahwa keterampilan utama yang diperlukan dalam konseling tahap pertama adalah keterampailan merespon. Selanjutnya carkhuff (1983) menambahkan bahwa untuk dapat merespon baik ada beberapa tingkah laku yang harus dimainkan oleh konselor. 1. Konselor harus terus menerus menahan “frame of reference”nya sendiri 2. Konselor harus berkomunikasi dengan caya yang tulus dan ikhlas (genuine) 3. Konselor harus menekankan kespesifikan dalam mengeksplorasi isi Akhirnya Carkhuff (1983) menegaskan bahwa keterampilan-keterampilan membantu pada tahap satu ini meliputi setidaknya empat kondisi inti : 1. Empati 2. Respek 3. Tulus – ikhlas 4. Konkrit 2. KETERAMPILAN DASAR PENDUKUNG Ada sejumlah keterampilan dasar konseling yang mendukung keterampilan merespond alam tahap pertama dari proses konseling yaitu keterampilan mengajak terbuka untuk berbicara mengajukan pertanyaan terbuka, mendengarkan secara akurat, mengikuti pokok pembicaraan dorongan minimal, merefleksi, memparafrase dan sebagainya. 1. Mengajak terbuka untuk berbicara Setelah tahap persiapan dirasakan cukup danklien tampak mulai terdorong untuk “involve” secara aktif maka konseling dapat melangkah ke tahap pertama proses konseling dengan mengajak klien memulai berbicara, misalnya : “Apa yang dapat saya bantu?” “Apa yang dapat saya lakukan untuk membantu Anda?” “Ceritakan kepada saya apa yang menyusahkan Anda?” “Apa yang sedang Anda pikirkan?”
  • 2. Ajakan berbicara secara terbuka ini memungkinkan klien dapat mengemukakan masalahnya dengan baik. Karena itu hendaknya dapat dihindarkan untuk mengajukan pertanyaan yang bertubi-tubi sehingga klien merasa kwalahan dan akhirnya dapat membuat klien jengkel. 2. Pertanyaan Terbuka Pertanyaan atau pernyataan terbuka mengajak klien untuk meneruskan pembicaraanya dengan memberikan lebih banyak uraiannya mengenal hal yang telah dikemukakannya. Misalnya terhadap uraian yang telah diberikan oleh seseorang Ibu yang putus asa karena ulah anaknya yang kecanduan narkotika. Konselor bertanya : “Bagaimana perasaan Ibu melihat dia benar-benar kencanduan obat terlarang itu ?” “Usaha-usaha apa saja yang telah ibu lakukan untuk mengatasi ketergantungannya pada obat terlarang itu?” Pertanyaan terbuka seperti itu penting, terutama pada tahap-tahap awal wawancara pertanyaan-pertanyaan teruka lainnya dapat dilakukan dengan menggunakan kata Tanya “Apa”, “Kapan”, “Bagaiman”, dan “Mengapa” 3. Mendengarkan secara akurat Kegiatan ini menghendaki konselor agar lebih banyak diam dan menggunakan semua inderanya untuk menangkap semua pesan yang dikemukakan oleh klien. Mendengarkan secara akurat sangat diperlukan selama proses konseling berlangsung, terlebih-lebih pada saat permulaan yaitu ketika konselor ingin memperoleh gambaran yang menyeluruh tentang diri dan masalah klien. Untuk itu Munro, dkk (1979) menyarankan cara melatih diri untuk mendengarkan secara akurat sebagai berikut : a. Konselor hendaknya menyadari sikapnya sendiri. Bagaimana konselor merasakan keadaan klien dan bagaimana perasaan-perasaan itu mempengaruhi pemahaman konselor terhadap klien. b. Perhatikan secara cermat pada isi pembicaraan klien dan juga perasaan yang tersirat dibalik isi itu. c. Konselor hendaknya mengarahkan perhatinnya pada apa yang sedang dikatakan klien, jangan apa yang mungkin konselor katakana dalam menanggapinya atau pada bagaimana konselor menyelesaikan presoalan yang dikemukakan klien.
  • 3. d. Mendengarkan tidak saja harus memenuhi dengan segera yang dikemukakan klien tetapi juga harus bisa memperjelas apa yang masih kabur. Untuk itu konselor harus bertanya pada klien jika Anda belum mengerti tentang apa yang dikemukakan klien. 4. Mengikuti Pokok Pembicaraan Konselor mengikuti pokok pembicaraan klien itu dapat diucapkan dengan kalimat sebagai berikut : “Saya memahami apa yang Anda maksudkan” “Ceritakan lebih lanjut tentang hal itu” Ucapan konselor untuk mengikuti pokok pembicaraan itu dilakukan dengan caya yang penuh perhatian. Hal ini juga akan makin menyadarkan klien bahwa konselor benar-benar mendengarkan apa yang dikemukakan klien. 5. Dorongan Minimal Dorongan minimal adalah suatu isyarat, anggukan, sepatah kata atau suara tertentu, gerakan anggota badan, atau pengulangan kata-kata kunci yang menunjukkan bahwa penyuluh mempunyai perhatian dan mengikuti dengan baik pembicaraan klien. Dorongan kesempatan dan keleluasaan keapda klien untuk terus berbicara. Dorongan minimal itu hendaknya digunakan sejak awal pertemuan dalam arus yang wajar dari seluruh percakapan yang sedang berlangsung dan diberikan disela- sela klien selesai mengucapkan satu kesatuan pokok pikiran baik terdiri dari satu kalimat atau beberapa kalimat. Misalnya : “O-ya” “Ya” “Mmm” “A-ha” “Jadi?” dan sebagainya dorongan minimal semacam itu dapat digunakan untuk menjaga kelangsungan pembicaraan klien dan menghindari agar konselor tidak terlalu banyak berbicara yang dapat mengakibatkan klien hanya menjadi pendengar saja. 6. Paraphrese dan Refleksi
  • 4. Paraphrase adalah mengatakan dengan cara lain isi pikiran yang diucapkan klien dengan menggunakan kata-kata konselor sendiri. Jika yang diungkapkan kembali oleh konselor itu mengenai perasaan klien maka Cormier dan Cormiel (1985) menamakannya sebagai refleksi. Paraphrase dan refleksi itu dilakukan dengan menyimpulkan atau menyaringkan pernyataan klien. Jadi bukan sekedar “parroting” atau mengulang kembali pertanyaan klien secara sama. Tujuan dari paraphrase dan refleksi perasaan itu menurut Cormier dan Cormier (1985) adalah (a) untuk menunjukkan bahwa konselor memahami isi dan perasaan yang dikomunikasikan oleh klien, (b) agar klien dapat mengelaborasi pikiran atau perasaan kunci yang ia kemukakan, (c) agar klien dapat memusatkan perhatiannya pada situasi atau kejadian, pikiran dan tingkah laku tertentu, dan (d) untuk membantu klien membuat keputusan. Contoh paraphrase dan refleksi perasaan : Klien : Konselor (paraphrase) : Konselor (refleksi) : “Semuanya membosankan. Tidak ada sesuatu yang baru, tidak ada yang menyenangkan. Semua teman-teman saya pergi meninggalkan saya. Andaikata saya mempunyai uang saya sudah dapat berbuat banyak hal. “Tanpa mempunyai uang dan teman, tidak ada satupun yang dapat Anda kerjakan sekarang ini. “Anda merasa bosan dengan keadaan yang Anda alami saat ini.” 3. KETERAMPILAN DASAR MERESPON 1. Merespon Isi Respon konselor terhadap ekspresi klien yang pertama-tama adalah respon terhadap isi pernyataan klien itu. Unsur-unsur dari isi menekankan pertanyaan- pertanyaan dasar “Apa”, “Mengapa”, “Kapan, “Dimana”, dan “Bagaimana”, unsur- unsur isi juga menekankan urut-urutan kepentingan dan hubungan seba akibat dari kajadian-kajadian.
  • 5. Pola umum yang digunakan dalam merespon isi adalah: “Anda mengakatan bahwa ……………….. “Atau” dengan kata lain ……………” Contoh : “Anda mengatakan bahwa sejak Anda dinyatakan bersalah, Anda merasa tidak seperti dulu lagi terhadap anak Anda”. “Dengan kata lain, Anda mengatakan bahwa ada perubahan hubungan Anda dengan anak Anda”. a. Respon secara kronologis Respon terhadap isi yang dikemukakan klien secara kronologis berarti konselor merespon berdasarkan urutan kejadian-kejadiannya. Karena itu respon secara kronologis ini mengikuti format-format berikut ini. “Anda mengatakan bahwa apa yang terjadi pada diri Anda adalah …. (kejadian pertama) ……….. kemudian diikuti dengan …… (kejadian kedua) …… dan akhirnya …… (kejadian ketiga) b. Respon isi berdasarkan pentingnya Respon konselor yang ditunjukkan untuk mengorganisasikan isi ekspresi yang berdasarkan pentingnya isi tersebut, berarti konselor mengorganisasikan isi dari yang paling penting ke yang kurang penting untuk itu format yang digunakan adalah : “Anda mengatakan ….. (paling penting) …….. dan …. (agak penting) …… dan …… (kurang penting) c. Respon isi berdasarkan sebab-akibat Cara yang ketiga dalam merespon isi yang diekspresikan klien adalah berdasarkan hubungan sebab-akibat. Ini berarti bahwa mengidentifikasi tentang bagaimana satu kejadian atau tindakan menghasilkan terjadinya kejadian atau tindakan lainnya. Format yang digunakan untuk merespon isi yang merupakan sebab-akibat itu adalah : “Anda mengatakan bahwa ….. (penyebab) …….. maka …… (akibat) ……. “ Dengan melihat tiga bentuk respon iu dapat disimpulkan bahwa respon isi memungkinkan klien dapat mengekplorasi segala hambatan didalam isi. Jika ada pertanyaan yang tidak dijawab, konselor dapat melacaknya untuk memperoleh gambaran tentang pengalaman-pengalaman klien yang lebih lengkap. Diperolehnya informasi tentang itu seua akan memungkinkan konselor mendiagnosa kelemahan atau kekurangan yang ada dibidang-bidang itu.
  • 6. 2. Merespon Perasaan Merespon perasaan adalah keterampilan yang penting dalam memberi bantuan karena perasaan mereflekasikan pengalaman efektif tentang diri klien sendiri terhadap dunia mereka. Menurut Carkhuff (1983) merespon perasaan meliputi mengajukan pertanyaan empati, menjawab pertanyaan empati. Mengembangkan respon yang dapat dipertukarkan dan kata-kata perasaan, respon perasaan sedih, senang dan marah. a. Mengajukan pertanyaan empati Konselor menanyakan kepada dirinya sendiri “Jika saja klien dan saya mengajarkan dan mengatakan hal-hal ini, bagaimana perasaan saya” Dalam menjawab pertanyaan ini konselor dapat”. 1) Mengidentifikasi kategori perasaan umum (seperti senang marah, sedih, bangga, takut, menderita, kelegaan, atau ketenangan dan kesabaran) 2) Kemudian memilih kata atau ungkapan perasaan yang cocok dengan bidang perasaan dan level intensitasnya. 3) Akhirnya periksalah ekspresi perasaan melalui observasi untuk melihat apakah cocok dengan yang ada pada klien yang sebenarnya. b. Menjawab pertanyaan empati Sekarang konselor dapat mencoba memahami perasaan yang diekspresikan oleh klien. Jadi setelah konselor mendengarkan pernyataan klien dengan cermat, maka konselor hendaknya mengajukan pertanyaan empati dalam dirinya sendiri. Kemudian beberapa saat mengingat kembali isi pernyataan klien, maka konselor dapat menjawab pertanyaan sendiri itu. c. Mengembangkan respon yang dapat dipertukarkan Konselor dapat yakin bahwa ia merespon perasaan klien jika ia membuat respon yang dapat saling dipertukarkan dengan perasaan yang diekspresikan klien. Suatu respon dapat dipertukarkan jika konselor danklien mengekpresikan perasaan yang sama. Secara operasional dalam hal perasaan yang diekspresikan konselor dapat mengatakan apa yang dikatakan oleh klien.
  • 7. d. Mengembangkan kata-kata perasaan Konselor dapat mengatakan bahwa ia merespon perasaan klien jika konselor dapat menangkap esensi dari perasaan klien dalam satu atau lebih kata-kata perasaan. e. Merespon perasaan sedih Satu dari perasaan-perasaan yang umumnya mendominasi klien adalah sejenis perasaan sedih atau murung. Level energi klien seperti itu rendah. Segala- galanya tidak ada harapan. Ia tidak tahu kemana ia pergi atau bagaimana ia sampai kesana. Suatu saat ia mengemukakan perasaanya. “Yang ada dalam pikiran saya adalah bahwa saya tidak dapat berhasil”. Kata perasaan yang cocok dengan ekspresi klien seperti itu adalah “Anda merasa berkcil hati?” f. Merespon perasaan senang Walaupun jarang sekali klien kita merasa gembira, tetapi pada saat-saat tertentu yaitu jika klien telah menemukan arah atau jalan keluar dari masalahnya ia merasa gembira. Keseluruhan sikapnya berubah. Sikapnya terhadap kehidupan menjadi makin terbuka. Tingkah lakunya menjadi semangat dan cekatan. Dalam keadaan gembira itu klien mungkin berkata. “wou, saya tidak sabar lagi, saya ingin segera memulainya” kemudian konselor merespon ekspresi itu sebagai berikut: “Anda benar-benar merasa gembira”. g. Respon terhadap rasa marah Mungkin saja suatu ketika klien marah karena merasa diperlakukan tidak adil dan cenderung mendendam. Badannya tegang, matanya keluar air mata dan ekspresinya tertahan. Sering konselor taku membuka perasaan semacam iut. Konselor takut tantangan seberapa jauh perasaan antara lain: “Apa yang akan dilakukan?” “Apakah klien akan menyatakannya?” Sebenarnya, konselor tidak bisa membantuk jika ia tidak bisa mengurusi semua jenis perasaan orang. Klien harus mau mengeluarkan perasaan-perasaan ini secara terbuka kalau ia mau belajar berurutan dengan perasaan-perasaan itu. Memang kemungkinan tidakannya terhadap perasaan marah itu bisa dikembalikan pada kemampuan untuk mengekspresikan perasaan-perasaan itu. Makin klien mengekspresikannya perasaannya makin berkurang kemungkinannya ia bertindah distruktif. Dengan kata lain, makin banyak klien mengekpresikan perasaan-perasaanya makin dapat klien menyalurkannya secara konstruktif. Ekspresi rasa marah klien itu mungkin sebagai berikut :
  • 8. Klien : Konselor : “Perasaan dengan dia. Suatu saat akan kutemui lagi dia dan rasakan pembalasannku” “Anda merasa sangat marah”. 3. Respon Arti Carkhuff (1983) menyatakan bahwa respon terhadap isi dan perasaan saja belum cukup. Respon konselor harus dilengkapi dengan respon arti, yaitu kombinasi dari respon isi dan respon perasaan. Menurut Carkhuff (1983) ada tiga jenis format respon arti, yaitu (a) respon yang dapat dipertukarkan, (b) respon terhadap perasaan dan isi yang banyak, dan (c) respon terhadap perasaan da nisi yang sulit diekspresikan.