1. Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap
Perempuan Pelaku Usaha Mikro-Kecil di
Kabupaten Gunungkidul
Laporan Hasil Penelitian
(Studi Kasus pada Komunitas Dampingan YSKK)
Latar Belakang
Virus Corona telah menyebabkan dampak serius
terhadap berbagai segi kehidupan, termasuk aktivitas
perekonomian di tiap sektor mulai dari perusahaan, usaha
mikro kecil dan menengah (UMKM), hingga koperasi.
Sebanyak 1.785 koperasi dan 163.713 pelaku usaha mikro kecil dan
menengah terdampak pandemi Covid-19. Para pengelola koperasi dan pelaku
usaha merasakan turunnya penjualan, kekurangan modal dan terhambatnya
distribusi. Banyak usaha mikro-kecil yang pada masa pandemi ini mengalami
penurunan omzet bahkan nyaris gulung tikar. Hal ini terjadi akibat
perekonomian masyarakat umum sebagai konsumen juga mengalami
perubahan, karena banyaknya karyawan yang di PHK dan dirumahkan
Lemahnya daya beli masyarakat akibat dari
banyaknya PHK oleh perusahaan besar dan juga
kebijakan PSBB yang diberlakukan pemerintah
menjadi pemicu berkurangnya penjualan dan
pendapatan koperasi dan UMKM.
Virus Corona telah menyebabkan dampak serius
terhadap berbagai segi kehidupan, termasuk aktivitas
perekonomian di tiap sektor mulai dari perusahaan, usaha
mikro kecil dan menengah (UMKM), hingga koperasi.
YAYASAN SATU
KARSA KARYA

2. Tempat dan Waktu
Penelitian
Sampel Penelitian
Metode Penelitian
Tujuan Penelitian
Hasil dan Analisis
Di Kabupaten Gunungkidul yang
merupakan wilayah dampingan
YSKK. Dilaksanakan pada tanggal
25 Juni sampai 30 Agustus 2020.
30 Perempuan Pelaku UMKM
3 Kelembagaan Ekonomi Lokal
3 Pemerintah Desa
Dinas Koperasi dan UKM
Kabupaten Gunungkidul
Penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif fenomenologi.
Menggunakan teknik pengumpulan
data wawancara terbuka (open
interview), studi pustaka, observasi,
dan dokumentasi.
1. Mengetahui dampak Covid-19 terhadap ekonomi perempuan pelaku
usaha mikro-kecil di Kabupaten Gunungkidul.
2. Mengetahui peran lembaga ekonomi lokal (koperasi wanita) kepada
perempuan pelaku usaha mikro-kecil yang terdampak Covid-19 di
Kabupaten Gunungkidul.
3. Mengetahui dukungan pemerintah kepada perempuan pelaku usaha
mikro-kecil yang terdampak Covid-19 di Kabupaten Gunungkidul.
Produksi . Didominasimenurun > 50%
oleh sektor olahan makanan dan
minuman.
Produksi . Didominasimenurun < 50%
oleh .warung kelontong
Produksi . Didominasi olehmeningkat
penjahit dan penjual kebutuhan pokok.
Biasanya dapat memproduksi 50 kg/hari tapi
karena pandemi covid-19 ini menjadi 20 kg/hari.“
-Bu Fitri (Produsen Rengginan)

3. hanya 40% UMKM
baik melakukan diversifikasi
maupun perubahan produk
yang melakukan inovasi produk
Menurun
Sebelum pandemi saya bisa
mencapai Rp 150.000/hari,
namun saat pandemi
menurun sampai Rp
50.000/hari
“
-Bu Sawiyati (Produsen
Jajanan Pasar)
Kebijakan Penundaan Kredit
Kebijakan Layanan Anggota
Peran Penting Lembaga Ekonomi Lokal
(Koperasi Wanita)
Pendapatan UMKM
berdampak pada
Produksi UMKM
Menurun
Semua perempuan pelaku usaha mikro-kecil
mengalami hambatan pemasaran.
karena adanya kebijakan PSBB
Kebijakan penundaan pembayaran kredit untuk
meringankan anggota selama 2 Bulan dilakukan
Koperasi Wanita pada bulan Maret – April 2020.
Dalam rangka meringankan beban kredit anggota
yang terdampak pandemi Covid-19
Koperasi Wanita tetap melakukan pelayanan kepada
anggota (pelaku usaha mikro-kecil) secara maksimal
dengan mematuhi protokol kesehatan. Layanan
kredit selama pandemi Covid-19 dilakukan di
sekretariat masing-masing koperasi.
biasanya mampu memasarkan gatot dan tiwul sebanyak 3
kwintal/bulan sekarang menjadi 1 kwintal/bulan.“
-Bu Karyati (Produsen Aneka Kripik, Gatot dan Tiwul Instan)

4. Perempuan pelaku usaha mikro-kecil perlu untuk:
a. Melakukan inovasi produk yang disesuaikan dengan
kebutuhan konsumen dan ketersediaan bahan baku di
tingkat lokal.
b. Mengoptimalkan pemasaran online (digital marketing)
untuk menjangkau pasar yang lebih luas, serta
meminimalisir biaya pemasaran.
c. Memperkuat lembaga ekonomi lokal (koperasi wanita)
sebagai wadah gerakan bersama dalam membangun
ketangguhan ekonomi keluarga dan masyarakat.
Pemerintah desa dan daerah (kabupaten) perlu untuk:
a. Membuat basis data terpadu yang selalu diperbarui
secara berkala (update).
b. Menyiapkan manajemen mitigasi dan recovery yang
sitematis, dalam menciptakan usaha mikro-kecil yang
adaptif dan tangguh bencana.
c. Merumuskan kebijakan gerakan membeli produk lokal
untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan
memperkuat ketahanan usaha mikro-kecil.
d. Memperkuat jejaring dan kolaborasi multipihak dalam
mendukung penguatan usaha mikro-kecil yang
berdaya saing.
Rekomendasi
Kurang Optimalnya Peran Pemerintah
a. Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Gunungkidul tidak dapat
memberikan stimulus bagi pelaku usaha mikro-kecil, karena
kewenangan yang ada hanya berkaitan dengan pelatihan dan
pemantauan saja. Itupun dalam jumlah terbatas dan tidak bisa
menjangkau semua pelaku usaha mikro-kecil.
b. Dukungan Pemerintah melalui penyaluran dana BLT/BPUM untuk
meringankan dampak Covid-19, masih belum menyasar keseluruhan
perempuan pelaku usaha mikro-kecil. Hal ini dikarenakan tidak
adanya basis data terpadu dan terbarui secara berkala (update).
http://yskk.org Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK)@yskksolo
Singopuran Rt 04/II Kartasura, Sukoharjo 57164 Jawa Tengah