SlideShare a Scribd company logo
1 of 7
Sekilas Tentang Pengertian, Definisi, Keputusan, dan Kesimpulan
Oleh : Zulva Munayati, S. Pd.

1. Pendahuluan
Akal merupakan satu hal penting yang membedakan antara manusia dengan hewan.
Dengan akal manusia dapat memahami sesuatu dan mampu menemukan hakikat kebenaran.
Dengan akal pula manusia mampu menyingkap rahasia-rahasia yang tersimpan di balik
penciptaan alam semesta.
Secara naluriah, di dalam hidupnya, manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu
menggunakan akal, baik anak kecil ataupun orang dewasa, masing-masing menurut kapasitas
intelektual. Akan tetapi, proses beripikir itu tidak selamanya akan menghasilkan kesimpulan
yang benar. Tidak jarang dalam berpikir tersebut, tanpa disadari, manusia sampai pada
kesimpulan yang keliru sehingga mengaburkan batas antara benar dan salah. Oleh karena itu,
agar manusia terbebaskan dari sesat pikir sehingga pengetahuannya benar-benar dapat terjamin
dari kekeliruan, manusia mesti memahami kaidah-kaidah berpikir yang baku (logika). Beberapa
unsur yang mesti dipahami dalam kaidah berpikir tersebut adalah pengertian, definisi, keputusan,
dan kesimpulan.
2. Pengertian
Apa yang dimaksud dengan pengertian? Pengertian adalah gambaran atau pengetahuan
tentang sesuatu di dalam pikiran (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988: 236). Sementara
menurut Ibrahimi (2012: 33), pengertian adalah arti yang diisyaratkan oleh sebuah kata. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian merupakan pengetahuan atau arti tentang sesuatu.
Untuk membantu memahami pengertian, perhatikan deskripsi berikut. Ketika seorang
melihat pohon, maka orang itu segera mengetahui bahwa yang dilihatnya pohon, yaitu pohon
sebagaimana adanya. Gambar pohon itu diterima oleh penginderaan, lalu masuk ke dalam jiwa.
Setelah itu, jadilah gambar itu pengertian pohon. Di dalam jiwa tergambarlah pohon itu, berupa
kayu, dahan, daun. Tergambar dalam jiwa sekalipun mata tidak lagi melihat pohon. Kesan
tentang pohon itulah disebut pengertian.
Lalu pengertian pohon dilambangkan dengan kata “pohon” dalam bahasa Indonesia.
Bagaimana membentuk pengertian? Membentuk pengertian adalah dengan jalan abstraksi.
Membentuk pengertian ialah dengan cara membuat gambaran dalam jiwa kita tentang objek itu
dengan membuang seluruh ciri aksidensinya, maka yang tertinggal ialah ciri esensinya. Itulah
pengertian objek itu. Pohon ialah kayu yang berakar, berbatang, berdaun. Pohon adalah abstrak,
sementara pohon kelapa adalah konkrit karena sudah dilekati ciri aksidensi.

1
Pengetahuan tentang pengertian sangatlah penting bagi pembelajar filsafat karena
pengertian bersifat umum. Membentuk pengertian berarti melatih berfikir abstrak, karena inti
pengetahuan terletak pada pengertian di dalam pengetahuan itu. Penguasaan pengertian berarti
menguasai inti pengetahuan tersebut.
Cara membentuk pengertian adalah dengan mengenali ciri esensi objek dan membuang
ciri aksidennya. Macam-macam ciri aksidensi adalah:
1. Sifat, seperti gagah, lemah, kuat, merah pahit;
2. Jumlah, seperti satu, dua, tiga;
3. Hubungan, seperti hubungan waktu, hubungan milik, hubungan tempat, hubungan
keluarga;
4. Aksi, seperti berjalan, menari;
5. Pasivitas, segala sesuatu yang dapat menjadikan substansi mengalami perubahan
keadaan, seperti juara, kalah, gagal, dengan melihat struktur kalimatnya;
6. Isi, seperti besar, kecil;
7. Waktu, seperti pagi, sore;
8. Situasi, keadaan yang melibatkan substansi;
9. Tempat.
3. Definisi
Tugas logika adalah membentuk pengertian menjadi definisi, yakni dengan cara
memindahkannya ke dalam kalimat, menuliskannya atau mengucapkannya. Setiap rumusan
definisi haruslah mewakili (menggambarkan) pengertian objek yang ada di dalam jiwa kita.
Sejauh ini telah banyak kita temukan penjelasan tentang definisi. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1988: 191) dijelaskan bahwa definisi merupakan rumusan tentang ruang
lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan atau studi. Menurut Ibrahimi
(2012: 50), definisi adalah alat untuk memahami term sekaligus konsepnya. Sementara Bakri
(1971: 26) dan Mehra (1968) menjelaskan, definisi ialah pengertian yang lengkap tentang suatu
istilah yang mencakup semua unsur yang menjadi ciri utama istilah itu. Sedangkan Rapar (1996:
23) mengartikan definsi sebagai keterangan yang merupakan uraian atau penjelasan tentang arti
suatu kata atau ungkapan yang membatasi makna suatu kata atau ungkapan tersebut. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa definisi merupakan rumusan yang lengkap tentang suatu
konsep, yang mencakup ruang lingkup dan ciri-ciri utamanya.
Telah dipahami bahwa definisi merupakan penyebutan ciri esensi suatu objek. Oleh
karena itu, bila yang didefinisikan adalah objek yang umum, maka sebut saja ciri esensinya. Bila
yang didefinisikan objek tertentu yang lebih khusus, maka sebutkan seluruh ciri esensinya
ditambah dengan ciri aksidensi yang menunjukkan kekhususan ojek itu.

2
Secara garis besar definisi dibedakan atas tiga macam, yakni definisi nominalis, definisi
realis, dan definisi praktis.
a. Definisi nominalis ialah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum
dimengerti. Jadi, sekadar menjelaskan kata sebagai tanda, bukan menjelaskan hal yang
ditandai. Definisi nominalis terutama dipakai pada permulaan sesuatu pembicaraan atau
diskusi. Definisi nominalis ada 6 macam, yaitu definisi sinonim, definisi simbolik, definisi
etimologik, definisi semantik, definisi stipulatif, dan definisi denotatif.
Dalam membuat definisi nominalis ada 3 syarat yang perlu diperhatikan, yaitu: jika sesuatu
kata hanya mempunyai sesuatu arti tertentu harus selalu diikuti menurut arti dan
pengertiannya yang sangat biasa; jangan menggunakan kata untuk mendefinisikan jika tidak
tahu artinya secara tepat; jika arti sesuatu istilah menjadi objek pembicaraan, maka harus tetap
diakui oleh kedua pihak yang berdebat.
b. Definisi realis ialah penjelasan tentang hal yang ditandai oleh sesuatu istilah. Jadi, bukan
sekadar menjelaskan istilah, tetapi menjelaskan isi yang dikandung oleh suatu istilah. Definisi
realis ada 2 macam sebagai berikut:
1) Definisi esensial, yakni penjelasan dengan cara menguraikan bagian-bagian dasar yang
menyusun sesuatu hal, yang dapat dibedakan antrra definisi analitik dan definisi
konotatif. Definisi analitik, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan bagian-bagian
sesuatu benda yang mewujudkan esensinya. Definisi konotatif, yakni penjelasan dengan
cara menunjukkan isi dari suatu term yang terdiri atas genus dan diferensia.
2) Definisi deskriptif, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat yang dimiliki
oleh hal yang didefinisikan yang dibedakan atas dua hal, definisi aksidental dan definisi
kausal. Definisi aksidental, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan jenis dari halnya
dengan sifat-sifat khusus yang menyertai hal tersebut, Definisi kausal, yakni penjelasan
dengan cara menyatakan bagaimana sesuatu hal terjadi atau terwujud. Hal ini berarti
juga memaparkan asal mula atau perkembangan dari hal-hal yang ditunjuk oleh suatu
term.
c. Definisi praktis ialah penjelasan tentang sesuatu hal ditinjau dari segi kegunaan atau tujuan,
yang dibedakan atas 3 macam, definisi operasional, definisi fungsional, dan definisi persuasif.
Definisi operasional, yakni penjelasan suatu term dengan cara menegaskan langkah-langkah
pengujian khusus yang harus dilaksanakan atau dengan metode pengukuran serta
menunjukkan bagaimana hasil yang dapat diamati. Definisi fungsional, yakni penjelasan
sesuatu hal dengan cara menunjukkan kegunaan atau tujuannya. Definisi persuasif, yakni
penjelasan dengan cara merumuskan suatu pernyataan yang dapat mempengaruhi orang lain.
3
Definisi persuasif pada hakikatnya merupakan alat untuk membujuk atau teknik untuk
menganjurkan dilakukannya perbuatan tertentu.
Menurut Bakri (1971: 26) dan Mehra (1968), ada empat syarat yang harus dipenuhi untuk
membuat definisi yang benar. Keempat syarat tersebut meliputi :
1. Ciri esensi yang disebut tidak boleh berlebihan dan tidak boleh kurang;
2. Tidak memakai kata yang berulang-ulang;
3. Tidak memakai kata yang terlalu umum;
4. Tidak memakai kata negatif.
Istilah lain dari definisi adalah konsep. Penguasaan beberapa konsep atau definisi telah
banyak menolong kehidupan kita. Tetapi banyak permasalahan kehidupan yang tidak dapat
diselesaikan hanya dengan menguasai konsep-konsep. Oleh karenanya, konsep-konsep itu harus
dihubung-hubungkan untuk membentuk pengetahuan yang lebih operasional, misalnya
membentuk hipotesis, teori, dan aksioma. Tahapan ini di dalam logika disebut tahapan
memutuskan, dan hasilnya disebut putusan.
4. Keputusan
Keputusan merupakan sesuatu yang telah ditetapkan setelah melalui pertimbangan,
pemikiran, atau berbagai bentuk evaluasi.
Pengertian, yang bersifat abstrak, dilambangkan dengan simbol berupa kata atau yang
dirumuskan dalam bentuk definisi agar dapat dipahami oleh orang lain. Banyak pengertian atau
konsep, misalnya “pohon”, “mangga”, “manis”. Pengertian tersebut berguna bagi kita untuk
dapat mengenali objek-objek yang berupa pohon, mangga, dan rasa manis. Untuk membuat
putusan, konsep dihubungkan sampai terbentuk pengetahuan baru. Inilah yang disebut
memutuskan, dan hasilnya disebut putusan. Kita hubungkan (buah) pohon mangga (rasanya)
manis.
Putusan tidaklah selalu benar. Sebuah putusan akan benar bila sesuai dengan kenyataan,
atau bila sesuai dengan objeknya. Untuk itu, dalam kegiatan memutuskan haruslah
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Menguasai struktur kalimat
b. Menyadari mana esensi dan mana aksidensi
c. Menyadari mana esensi dan mana aksidensi yang telah menjadi aksidensi untuk objek yang
lebih khusus
d. Memahami pola putusan
Ada tiga jenis putusan jika dilihat dari segi jumlah, yakni:
- Putusan umum (universal), seperti : Semua mahasiswa X hadir.
- Putusan sebagian (particular), seperti : Sebagian mahasiswa X hadir.
4
-

Putusan tunggal (singular), seperti : Seorang mahasiswa X hadir.

Sementara jika dilihat dari segi hubungan subjek-predikat, terdapat tiga jenis putusan yakni:
-

Putusan tanpa syarat, yakni hubungan antara subjek-predikat tidak mempunyai syarat
apa-apa. Misalnya : Si A lulus.
Putusan bersyarat, yakni hubungan antara subjek dan predikat bersyarat. Misalnya : Bila
si A mendapat angaka minimal enam, ia lulus.
Putusan pilihan, yakni untuk subjek hanya ada satu predikat yang benar. Misalnya : Si A
lulus atau tidak lulus.

Demikian telah dipahami bahwa pengertian merupakan gambaran di dalam jiwa tentang
objek yang telah diabstraksikan, sementara putusan merupakan pengetahuan yang dibentuk dari
pengertian-pengertian yang dihubungkan. Adapun penuturan adalah putusan baru yang dibentuk
dari putusan-putusan yang telah ada. Kegiatan membuat putusan baru tersebut disebut menutur.
Jadi, jika dibuat urutan, maka urutannya adalah pengertian (konsep), putusan, dan putusan baru.
Di dalam penuturan digunakan dua metode, yakni metode deduksi dan metode induksi.
Disebut menggunakan metode deduksi manakala penuturan dilakukan dari putusan umum
membentuk putusan khusus. Sementara dalam metode induksi, dari bahannya yang berupa
putusan-putusan khusus, ditarik menjadi putusan umum.
Salah satu bentuk induksi yang terkenal di dalam logika adalah silogisme. Bila putusan
ditarik dari dua putusan yang tersedia, disebut silogisme; bila ditarik dari satu putusan disebut
penuturan langsung; bila ditarik lebih dari dua putusan disebut induksi.
Silogisme merupakan cara menuturkan dengan menggunakan dua putusan. Berikut
contohnya :
A adalah manusia,
Manusia itu mortal.
Jadi, A adalah mortal

A=B
B=C
A=C

Manusia (B) dipakai sebagai pembanding. Kalimat atau putusan A = B dan B = C disebut
premis/preposition. Karenanya silogisme ialah metode penuturan yang menggunakan dua
premis. A = b disebut premis kecil (minor); B = C premis besar (mayor); premis mayor
harus dilengkapi premis minor.
Contoh penuturan langsung adalah sebagai berikut: Firman tuhan melarang mencuri;
diambil putusan bahwa mencuri jelek. Biasanya jenis penuturan ini dasarnya adalah agama, adat,
dan moral.
Selain memperhatikan teknik, kita juga harus memperhatikan kebenaran isi premispremis. Sama halnya dengan penuturan langsung atau penuturan induksi, tentang kebenaran isi
5
proposisi (bahan penuturan) merupakan tugas logika material. Menurut Aristoteles, ada putusan
(premis) yang tidak diragukan kebenaran isinya, jadi tidak perlu pengujian logika material.
Putusan ini disebut principia atau principium. Prinsip adalah kebenaran yang tidak perlu
dibuktikan. Selanjutnya, menurut Aristoteles, ada tiga pola yang dianggap principium, yakni :
1. Principium identitas
2. Principium contradictoris,
3. Principium exclusi tertii.
Principium identitas (prinsip persamaan) mengajarkan bahwa sesuatu hanya sama dengan
sesuatu itu saja ( A hanya sama dengan A ). Ini prinsip, ini pasti benar, tidak perlu pembuktian.
Principium contradictoris (prinsip pertentangan) merupakan kebalikan A = A. Prinsip ini hanya
menegaskan prinsip pertama. Bentuknya A
bukan A (A tidak sama dengan bukan A).
Principium exclusi tertii (prinsip menolak kemungkinan ket Principium exclusi tertiga) juga
merupakan penegasan prinsip pertama A = A. Prinsip ini mengajarkan bahwa bila dua putusan
bertentangan, hanya mungkin kedua-duanya salah atau salah satu yang benar, tidak mungkin ada
kebenaran ketiga (tidak mungkin kedua-duanya benar). Jika A bukan B, maka hanya mungkin A
atau B saja yang benar, bahkan mungkin A dan B salah.
Ketiga prinsip pada hakekatnya hanya satu. Prinsip itu amat mudah dalam
memahaminya. Akan tetapi, prinsip itu sering dilanggar manusia. Jadi mudah memahaminya,
sulit memenuhinya. Contoh: Saya setuju Pancasila. Pancasila hanya sama dengan Pancasila. Jadi
saya harus hidup sesuai dengan Pancasila. Bila saya membenarkan juga sedikit atau banyak
komunisme, maka saya sebenarnya telah melanggar prinsip ini. Bila saya tidak beribadah
menurut salah satu agama yang dibenarkan oleh Pancasila, saya berarti telah melanggar prinsip
ini. Contoh bahwa prinsip memang mudah. Yang sulit ialah filsafat yang terkandung di dalam
prinsip itu serta melaksanakan filsafat tersebut. Logika mengajarkan kejujuran, konsisten, dalam
hidup. Logika bukan saja berisi aturan berpikir benar.
5. Kesimpulan
Dalam Wikepedia bahasa Indonesia, sebuah ensiklopedia bebas, dijelaskan bahwa
kesimpulan adalah suatu proposisi (kalimat yang disampaikan) yang diambil dari beberapa
premis (ide pemikiran) dengan aturan-aturan inferensi yang berlaku. Sementara menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1988: 842), kesimpulan adalah keputusan yang diperoleh berdasarkan
metode berpikir induktif dan deduktif. Dengan demikian dapat ditarik pemahaman bahwa
kesimpulan merupakan sebuah gagasan yang tercapai pada akhir pembicaraan atau hasil dari
suatu pembicaraan yang diambil berdasarkan kaidah inferensi yang berlaku.
Dalam teori logika dikenal perbedaan antara kesimpulan yang tepat dan kesimpulan yang
benar. Kesimpulan yang tepat diperoleh bila bentuk berpikirnya benar (logika formal);
kesimpulan yang benar berasal dari penyelidikan terhadap isi kesimpulan itu. Bila isinya benar,
6
pasti bentuknya tepat; tetapi belum tentu sebaliknya. Ketepatan dibicarakan oleh logika formal,
sementara kebenaran dibicarakan oleh logika material.
Perhatikan contoh berikut untuk membantu pemahaman kita tentang penarikan sebuah
kesimpulan berdasarkan logika formal dan logika material.
1) Deduksi ini bentuknya benar (tepat) dan isinya benar :
Setiap manusia akan mati.
Muhammad adalah manusia.
Jadi, Muhammad akan mati.
2) Deduksi ini bentuknya tepat, tapi isinya tidak benar :
Manusia adalah jenis hewan.
Kuda adalah sejenis hewan.
Jadi, kuda sama dengan manusia.

6. Penutup
Setiap manusia dibekali potensi akal oleh Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus digali dan
dimanfaatkan secara maksimal dalam rangka kebahagiaan hidupnya. Untuk menuju hal tersebut,
setiap individu hendaknya melatih dirinya melalui proses beripikir untuk menghasilkan
pengertian, definisi, keputusan, dan kesimpulan yang benar sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir
yang baku (logika).
Berbagai seluk-beluk tentang pengertian, definisi, keputusan, dan kesimpulan telah
dibahas dalam makalah ini. Harapan penulis, deskripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
dalam rangka menambah pemahamannya seputar kaidah-kaidah berpikir.
Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Depdikbud RI.
http:///wikepedia.go.id. “Kesimpulan”. Diakses 3 Desember 2013.
Ibrahimi, Muhammad Nur. 2012. Logika Lengkap. Yogyakarta: IRCiSoD.
Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Logika, Asas-Asas Penalaran Sistematis. Jakarta: Kanisius.
Tafsir, Ahmad. 1990. Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Tales Sampai Capra. Bandung:
Rosdakarya.

7

More Related Content

What's hot

What's hot (20)

Kb1 dasar logika
Kb1 dasar logikaKb1 dasar logika
Kb1 dasar logika
 
Psikolinguistik ppt
Psikolinguistik  pptPsikolinguistik  ppt
Psikolinguistik ppt
 
Konsep, term dan definisi
Konsep, term dan definisiKonsep, term dan definisi
Konsep, term dan definisi
 
Isi tugas logika
Isi tugas logikaIsi tugas logika
Isi tugas logika
 
Logika pendahuluan
Logika pendahuluanLogika pendahuluan
Logika pendahuluan
 
TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK
TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIKTINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK
TINDAK UJARAN DALAM PSIKOLINGUISTIK
 
01. pengenalan logika matematika
01. pengenalan logika matematika01. pengenalan logika matematika
01. pengenalan logika matematika
 
Logika Hukum - Teori
Logika Hukum - TeoriLogika Hukum - Teori
Logika Hukum - Teori
 
Logika matematika
Logika matematika Logika matematika
Logika matematika
 
Logika5
Logika5Logika5
Logika5
 
Ontology
OntologyOntology
Ontology
 
Teori Atqakum
Teori AtqakumTeori Atqakum
Teori Atqakum
 
Pengertian tentang makna & teori pendekatannya
Pengertian tentang makna & teori pendekatannyaPengertian tentang makna & teori pendekatannya
Pengertian tentang makna & teori pendekatannya
 
Definisi dan penalaran filsafat
Definisi dan penalaran filsafatDefinisi dan penalaran filsafat
Definisi dan penalaran filsafat
 
Semantik makna
Semantik maknaSemantik makna
Semantik makna
 
Konsep dan bagian pragmatik
Konsep dan bagian pragmatikKonsep dan bagian pragmatik
Konsep dan bagian pragmatik
 
Asignment semantik terkini 20 sept 2013.............
Asignment semantik terkini  20 sept 2013.............Asignment semantik terkini  20 sept 2013.............
Asignment semantik terkini 20 sept 2013.............
 
Logika6
Logika6Logika6
Logika6
 
Intro To Logic
Intro To LogicIntro To Logic
Intro To Logic
 
Makalah semantik tentang makna
Makalah semantik tentang maknaMakalah semantik tentang makna
Makalah semantik tentang makna
 

Viewers also liked (8)

Makalah pendokumentasian por
Makalah pendokumentasian porMakalah pendokumentasian por
Makalah pendokumentasian por
 
Makalah definisi nominal dan operasional
Makalah definisi nominal dan operasionalMakalah definisi nominal dan operasional
Makalah definisi nominal dan operasional
 
Makalah BIO KIMIA
Makalah  BIO KIMIA Makalah  BIO KIMIA
Makalah BIO KIMIA
 
Metakognitif
MetakognitifMetakognitif
Metakognitif
 
Klasifikasi dan definisi (11)
Klasifikasi dan definisi (11)Klasifikasi dan definisi (11)
Klasifikasi dan definisi (11)
 
Makalah logika
Makalah logikaMakalah logika
Makalah logika
 
Makalah logika
Makalah logika Makalah logika
Makalah logika
 
Program Kerja
Program KerjaProgram Kerja
Program Kerja
 

Similar to Makalah definisi zulva

Psikologi gejala gejala psikologis
Psikologi gejala gejala psikologisPsikologi gejala gejala psikologis
Psikologi gejala gejala psikologisIndra Gunawan
 
Pengertian/Konsep/Term Logika
Pengertian/Konsep/Term LogikaPengertian/Konsep/Term Logika
Pengertian/Konsep/Term LogikaSiti Hardiyanti
 
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomenaPengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomenaM fazrul
 
Dasar Logika Modul 3 kb3
Dasar Logika Modul 3 kb3Dasar Logika Modul 3 kb3
Dasar Logika Modul 3 kb3Pet-pet
 
The rhetoric theory
The rhetoric theoryThe rhetoric theory
The rhetoric theoryRonzzy Kevin
 
Ketode Memahami ilmu Logika Presentasi.ppt
Ketode Memahami ilmu Logika Presentasi.pptKetode Memahami ilmu Logika Presentasi.ppt
Ketode Memahami ilmu Logika Presentasi.pptonelmumtaz
 
Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc
Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.docStudy eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc
Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.docMahasiswa
 
Study eksploratoris karakter keguruan profesional.doc
Study eksploratoris karakter keguruan profesional.docStudy eksploratoris karakter keguruan profesional.doc
Study eksploratoris karakter keguruan profesional.docdanisyarkani
 
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistikPengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistikkholid harras
 
Makalah filsafat ilmu inda
Makalah filsafat ilmu indaMakalah filsafat ilmu inda
Makalah filsafat ilmu indaFerdy Tohopi
 
Pertemuan 1 & 2 Teori organisasi umum 2
Pertemuan 1 & 2 Teori organisasi umum 2Pertemuan 1 & 2 Teori organisasi umum 2
Pertemuan 1 & 2 Teori organisasi umum 2Nunik21
 
1.1 psikologi kepribadian
1.1 psikologi kepribadian1.1 psikologi kepribadian
1.1 psikologi kepribadianSuharno M.Pd.B
 
Resume materi lkmm pra td
Resume materi lkmm pra tdResume materi lkmm pra td
Resume materi lkmm pra tdFauzul Aziz
 

Similar to Makalah definisi zulva (20)

Macam macam definisi
Macam macam definisiMacam macam definisi
Macam macam definisi
 
Psikologi gejala gejala psikologis
Psikologi gejala gejala psikologisPsikologi gejala gejala psikologis
Psikologi gejala gejala psikologis
 
Tugas 2
Tugas 2Tugas 2
Tugas 2
 
Konsep
KonsepKonsep
Konsep
 
Pengertian/Konsep/Term Logika
Pengertian/Konsep/Term LogikaPengertian/Konsep/Term Logika
Pengertian/Konsep/Term Logika
 
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomenaPengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
Pengertian dan peranan konsep, teori, generalisasi, fenomena
 
Dasar Logika Modul 3 kb3
Dasar Logika Modul 3 kb3Dasar Logika Modul 3 kb3
Dasar Logika Modul 3 kb3
 
Nama
NamaNama
Nama
 
The rhetoric theory
The rhetoric theoryThe rhetoric theory
The rhetoric theory
 
Ketode Memahami ilmu Logika Presentasi.ppt
Ketode Memahami ilmu Logika Presentasi.pptKetode Memahami ilmu Logika Presentasi.ppt
Ketode Memahami ilmu Logika Presentasi.ppt
 
Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc
Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.docStudy eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc
Study eksploratoris karakter keguruan profesional mona.doc
 
Study eksploratoris karakter keguruan profesional.doc
Study eksploratoris karakter keguruan profesional.docStudy eksploratoris karakter keguruan profesional.doc
Study eksploratoris karakter keguruan profesional.doc
 
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistikPengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
Pengertian dan ruang lingkup kajian psikolinguistik
 
Metpen definisi
Metpen definisiMetpen definisi
Metpen definisi
 
Makalah filsafat ilmu inda
Makalah filsafat ilmu indaMakalah filsafat ilmu inda
Makalah filsafat ilmu inda
 
Pertemuan 1 & 2 Teori organisasi umum 2
Pertemuan 1 & 2 Teori organisasi umum 2Pertemuan 1 & 2 Teori organisasi umum 2
Pertemuan 1 & 2 Teori organisasi umum 2
 
1.1 psikologi kepribadian
1.1 psikologi kepribadian1.1 psikologi kepribadian
1.1 psikologi kepribadian
 
pertemuan 4.pdf
pertemuan 4.pdfpertemuan 4.pdf
pertemuan 4.pdf
 
pertemuan 4.ppt
pertemuan 4.pptpertemuan 4.ppt
pertemuan 4.ppt
 
Resume materi lkmm pra td
Resume materi lkmm pra tdResume materi lkmm pra td
Resume materi lkmm pra td
 

More from zulvamunayati

Makalah tawuran pelajar
Makalah   tawuran pelajarMakalah   tawuran pelajar
Makalah tawuran pelajarzulvamunayati
 
Zulva munayati perkalian pecahan lks
Zulva munayati perkalian pecahan lksZulva munayati perkalian pecahan lks
Zulva munayati perkalian pecahan lkszulvamunayati
 
Zulva munayati perkalian pecahan lks
Zulva munayati perkalian pecahan lksZulva munayati perkalian pecahan lks
Zulva munayati perkalian pecahan lkszulvamunayati
 
Zulva munayati perkalian pecahan lks
Zulva munayati perkalian pecahan lksZulva munayati perkalian pecahan lks
Zulva munayati perkalian pecahan lkszulvamunayati
 
Lesson design perkalian
Lesson design perkalianLesson design perkalian
Lesson design perkalianzulvamunayati
 

More from zulvamunayati (9)

Dimensi tiga
Dimensi tigaDimensi tiga
Dimensi tiga
 
Makalah tawuran pelajar
Makalah   tawuran pelajarMakalah   tawuran pelajar
Makalah tawuran pelajar
 
Zulva munayati perkalian pecahan lks
Zulva munayati perkalian pecahan lksZulva munayati perkalian pecahan lks
Zulva munayati perkalian pecahan lks
 
Zulva munayati perkalian pecahan lks
Zulva munayati perkalian pecahan lksZulva munayati perkalian pecahan lks
Zulva munayati perkalian pecahan lks
 
Zulva munayati perkalian pecahan lks
Zulva munayati perkalian pecahan lksZulva munayati perkalian pecahan lks
Zulva munayati perkalian pecahan lks
 
Dimensi tiga zulva
Dimensi tiga zulvaDimensi tiga zulva
Dimensi tiga zulva
 
Lesson design perkalian
Lesson design perkalianLesson design perkalian
Lesson design perkalian
 
Powerpoint p4 tk
Powerpoint p4 tkPowerpoint p4 tk
Powerpoint p4 tk
 
Rpp pecahan
Rpp pecahanRpp pecahan
Rpp pecahan
 

Recently uploaded

PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxsudianaade137
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxHeruFebrianto3
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxintansidauruk2
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanNiKomangRaiVerawati
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 

Recently uploaded (20)

PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptxPanduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
Panduan Substansi_ Pengelolaan Kinerja Kepala Sekolah Tahap Pelaksanaan.pptx
 
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptxPPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
PPT Materi Jenis - Jenis Alat Pembayaran Tunai dan Non-tunai.pptx
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptxKonflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian Bagian 1.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikanTPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
TPPK_panduan pembentukan tim TPPK di satuan pendidikan
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 

Makalah definisi zulva

  • 1. Sekilas Tentang Pengertian, Definisi, Keputusan, dan Kesimpulan Oleh : Zulva Munayati, S. Pd. 1. Pendahuluan Akal merupakan satu hal penting yang membedakan antara manusia dengan hewan. Dengan akal manusia dapat memahami sesuatu dan mampu menemukan hakikat kebenaran. Dengan akal pula manusia mampu menyingkap rahasia-rahasia yang tersimpan di balik penciptaan alam semesta. Secara naluriah, di dalam hidupnya, manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu menggunakan akal, baik anak kecil ataupun orang dewasa, masing-masing menurut kapasitas intelektual. Akan tetapi, proses beripikir itu tidak selamanya akan menghasilkan kesimpulan yang benar. Tidak jarang dalam berpikir tersebut, tanpa disadari, manusia sampai pada kesimpulan yang keliru sehingga mengaburkan batas antara benar dan salah. Oleh karena itu, agar manusia terbebaskan dari sesat pikir sehingga pengetahuannya benar-benar dapat terjamin dari kekeliruan, manusia mesti memahami kaidah-kaidah berpikir yang baku (logika). Beberapa unsur yang mesti dipahami dalam kaidah berpikir tersebut adalah pengertian, definisi, keputusan, dan kesimpulan. 2. Pengertian Apa yang dimaksud dengan pengertian? Pengertian adalah gambaran atau pengetahuan tentang sesuatu di dalam pikiran (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988: 236). Sementara menurut Ibrahimi (2012: 33), pengertian adalah arti yang diisyaratkan oleh sebuah kata. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian merupakan pengetahuan atau arti tentang sesuatu. Untuk membantu memahami pengertian, perhatikan deskripsi berikut. Ketika seorang melihat pohon, maka orang itu segera mengetahui bahwa yang dilihatnya pohon, yaitu pohon sebagaimana adanya. Gambar pohon itu diterima oleh penginderaan, lalu masuk ke dalam jiwa. Setelah itu, jadilah gambar itu pengertian pohon. Di dalam jiwa tergambarlah pohon itu, berupa kayu, dahan, daun. Tergambar dalam jiwa sekalipun mata tidak lagi melihat pohon. Kesan tentang pohon itulah disebut pengertian. Lalu pengertian pohon dilambangkan dengan kata “pohon” dalam bahasa Indonesia. Bagaimana membentuk pengertian? Membentuk pengertian adalah dengan jalan abstraksi. Membentuk pengertian ialah dengan cara membuat gambaran dalam jiwa kita tentang objek itu dengan membuang seluruh ciri aksidensinya, maka yang tertinggal ialah ciri esensinya. Itulah pengertian objek itu. Pohon ialah kayu yang berakar, berbatang, berdaun. Pohon adalah abstrak, sementara pohon kelapa adalah konkrit karena sudah dilekati ciri aksidensi. 1
  • 2. Pengetahuan tentang pengertian sangatlah penting bagi pembelajar filsafat karena pengertian bersifat umum. Membentuk pengertian berarti melatih berfikir abstrak, karena inti pengetahuan terletak pada pengertian di dalam pengetahuan itu. Penguasaan pengertian berarti menguasai inti pengetahuan tersebut. Cara membentuk pengertian adalah dengan mengenali ciri esensi objek dan membuang ciri aksidennya. Macam-macam ciri aksidensi adalah: 1. Sifat, seperti gagah, lemah, kuat, merah pahit; 2. Jumlah, seperti satu, dua, tiga; 3. Hubungan, seperti hubungan waktu, hubungan milik, hubungan tempat, hubungan keluarga; 4. Aksi, seperti berjalan, menari; 5. Pasivitas, segala sesuatu yang dapat menjadikan substansi mengalami perubahan keadaan, seperti juara, kalah, gagal, dengan melihat struktur kalimatnya; 6. Isi, seperti besar, kecil; 7. Waktu, seperti pagi, sore; 8. Situasi, keadaan yang melibatkan substansi; 9. Tempat. 3. Definisi Tugas logika adalah membentuk pengertian menjadi definisi, yakni dengan cara memindahkannya ke dalam kalimat, menuliskannya atau mengucapkannya. Setiap rumusan definisi haruslah mewakili (menggambarkan) pengertian objek yang ada di dalam jiwa kita. Sejauh ini telah banyak kita temukan penjelasan tentang definisi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 191) dijelaskan bahwa definisi merupakan rumusan tentang ruang lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan atau studi. Menurut Ibrahimi (2012: 50), definisi adalah alat untuk memahami term sekaligus konsepnya. Sementara Bakri (1971: 26) dan Mehra (1968) menjelaskan, definisi ialah pengertian yang lengkap tentang suatu istilah yang mencakup semua unsur yang menjadi ciri utama istilah itu. Sedangkan Rapar (1996: 23) mengartikan definsi sebagai keterangan yang merupakan uraian atau penjelasan tentang arti suatu kata atau ungkapan yang membatasi makna suatu kata atau ungkapan tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa definisi merupakan rumusan yang lengkap tentang suatu konsep, yang mencakup ruang lingkup dan ciri-ciri utamanya. Telah dipahami bahwa definisi merupakan penyebutan ciri esensi suatu objek. Oleh karena itu, bila yang didefinisikan adalah objek yang umum, maka sebut saja ciri esensinya. Bila yang didefinisikan objek tertentu yang lebih khusus, maka sebutkan seluruh ciri esensinya ditambah dengan ciri aksidensi yang menunjukkan kekhususan ojek itu. 2
  • 3. Secara garis besar definisi dibedakan atas tiga macam, yakni definisi nominalis, definisi realis, dan definisi praktis. a. Definisi nominalis ialah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum dimengerti. Jadi, sekadar menjelaskan kata sebagai tanda, bukan menjelaskan hal yang ditandai. Definisi nominalis terutama dipakai pada permulaan sesuatu pembicaraan atau diskusi. Definisi nominalis ada 6 macam, yaitu definisi sinonim, definisi simbolik, definisi etimologik, definisi semantik, definisi stipulatif, dan definisi denotatif. Dalam membuat definisi nominalis ada 3 syarat yang perlu diperhatikan, yaitu: jika sesuatu kata hanya mempunyai sesuatu arti tertentu harus selalu diikuti menurut arti dan pengertiannya yang sangat biasa; jangan menggunakan kata untuk mendefinisikan jika tidak tahu artinya secara tepat; jika arti sesuatu istilah menjadi objek pembicaraan, maka harus tetap diakui oleh kedua pihak yang berdebat. b. Definisi realis ialah penjelasan tentang hal yang ditandai oleh sesuatu istilah. Jadi, bukan sekadar menjelaskan istilah, tetapi menjelaskan isi yang dikandung oleh suatu istilah. Definisi realis ada 2 macam sebagai berikut: 1) Definisi esensial, yakni penjelasan dengan cara menguraikan bagian-bagian dasar yang menyusun sesuatu hal, yang dapat dibedakan antrra definisi analitik dan definisi konotatif. Definisi analitik, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan bagian-bagian sesuatu benda yang mewujudkan esensinya. Definisi konotatif, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan isi dari suatu term yang terdiri atas genus dan diferensia. 2) Definisi deskriptif, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat yang dimiliki oleh hal yang didefinisikan yang dibedakan atas dua hal, definisi aksidental dan definisi kausal. Definisi aksidental, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan jenis dari halnya dengan sifat-sifat khusus yang menyertai hal tersebut, Definisi kausal, yakni penjelasan dengan cara menyatakan bagaimana sesuatu hal terjadi atau terwujud. Hal ini berarti juga memaparkan asal mula atau perkembangan dari hal-hal yang ditunjuk oleh suatu term. c. Definisi praktis ialah penjelasan tentang sesuatu hal ditinjau dari segi kegunaan atau tujuan, yang dibedakan atas 3 macam, definisi operasional, definisi fungsional, dan definisi persuasif. Definisi operasional, yakni penjelasan suatu term dengan cara menegaskan langkah-langkah pengujian khusus yang harus dilaksanakan atau dengan metode pengukuran serta menunjukkan bagaimana hasil yang dapat diamati. Definisi fungsional, yakni penjelasan sesuatu hal dengan cara menunjukkan kegunaan atau tujuannya. Definisi persuasif, yakni penjelasan dengan cara merumuskan suatu pernyataan yang dapat mempengaruhi orang lain. 3
  • 4. Definisi persuasif pada hakikatnya merupakan alat untuk membujuk atau teknik untuk menganjurkan dilakukannya perbuatan tertentu. Menurut Bakri (1971: 26) dan Mehra (1968), ada empat syarat yang harus dipenuhi untuk membuat definisi yang benar. Keempat syarat tersebut meliputi : 1. Ciri esensi yang disebut tidak boleh berlebihan dan tidak boleh kurang; 2. Tidak memakai kata yang berulang-ulang; 3. Tidak memakai kata yang terlalu umum; 4. Tidak memakai kata negatif. Istilah lain dari definisi adalah konsep. Penguasaan beberapa konsep atau definisi telah banyak menolong kehidupan kita. Tetapi banyak permasalahan kehidupan yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan menguasai konsep-konsep. Oleh karenanya, konsep-konsep itu harus dihubung-hubungkan untuk membentuk pengetahuan yang lebih operasional, misalnya membentuk hipotesis, teori, dan aksioma. Tahapan ini di dalam logika disebut tahapan memutuskan, dan hasilnya disebut putusan. 4. Keputusan Keputusan merupakan sesuatu yang telah ditetapkan setelah melalui pertimbangan, pemikiran, atau berbagai bentuk evaluasi. Pengertian, yang bersifat abstrak, dilambangkan dengan simbol berupa kata atau yang dirumuskan dalam bentuk definisi agar dapat dipahami oleh orang lain. Banyak pengertian atau konsep, misalnya “pohon”, “mangga”, “manis”. Pengertian tersebut berguna bagi kita untuk dapat mengenali objek-objek yang berupa pohon, mangga, dan rasa manis. Untuk membuat putusan, konsep dihubungkan sampai terbentuk pengetahuan baru. Inilah yang disebut memutuskan, dan hasilnya disebut putusan. Kita hubungkan (buah) pohon mangga (rasanya) manis. Putusan tidaklah selalu benar. Sebuah putusan akan benar bila sesuai dengan kenyataan, atau bila sesuai dengan objeknya. Untuk itu, dalam kegiatan memutuskan haruslah mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. Menguasai struktur kalimat b. Menyadari mana esensi dan mana aksidensi c. Menyadari mana esensi dan mana aksidensi yang telah menjadi aksidensi untuk objek yang lebih khusus d. Memahami pola putusan Ada tiga jenis putusan jika dilihat dari segi jumlah, yakni: - Putusan umum (universal), seperti : Semua mahasiswa X hadir. - Putusan sebagian (particular), seperti : Sebagian mahasiswa X hadir. 4
  • 5. - Putusan tunggal (singular), seperti : Seorang mahasiswa X hadir. Sementara jika dilihat dari segi hubungan subjek-predikat, terdapat tiga jenis putusan yakni: - Putusan tanpa syarat, yakni hubungan antara subjek-predikat tidak mempunyai syarat apa-apa. Misalnya : Si A lulus. Putusan bersyarat, yakni hubungan antara subjek dan predikat bersyarat. Misalnya : Bila si A mendapat angaka minimal enam, ia lulus. Putusan pilihan, yakni untuk subjek hanya ada satu predikat yang benar. Misalnya : Si A lulus atau tidak lulus. Demikian telah dipahami bahwa pengertian merupakan gambaran di dalam jiwa tentang objek yang telah diabstraksikan, sementara putusan merupakan pengetahuan yang dibentuk dari pengertian-pengertian yang dihubungkan. Adapun penuturan adalah putusan baru yang dibentuk dari putusan-putusan yang telah ada. Kegiatan membuat putusan baru tersebut disebut menutur. Jadi, jika dibuat urutan, maka urutannya adalah pengertian (konsep), putusan, dan putusan baru. Di dalam penuturan digunakan dua metode, yakni metode deduksi dan metode induksi. Disebut menggunakan metode deduksi manakala penuturan dilakukan dari putusan umum membentuk putusan khusus. Sementara dalam metode induksi, dari bahannya yang berupa putusan-putusan khusus, ditarik menjadi putusan umum. Salah satu bentuk induksi yang terkenal di dalam logika adalah silogisme. Bila putusan ditarik dari dua putusan yang tersedia, disebut silogisme; bila ditarik dari satu putusan disebut penuturan langsung; bila ditarik lebih dari dua putusan disebut induksi. Silogisme merupakan cara menuturkan dengan menggunakan dua putusan. Berikut contohnya : A adalah manusia, Manusia itu mortal. Jadi, A adalah mortal A=B B=C A=C Manusia (B) dipakai sebagai pembanding. Kalimat atau putusan A = B dan B = C disebut premis/preposition. Karenanya silogisme ialah metode penuturan yang menggunakan dua premis. A = b disebut premis kecil (minor); B = C premis besar (mayor); premis mayor harus dilengkapi premis minor. Contoh penuturan langsung adalah sebagai berikut: Firman tuhan melarang mencuri; diambil putusan bahwa mencuri jelek. Biasanya jenis penuturan ini dasarnya adalah agama, adat, dan moral. Selain memperhatikan teknik, kita juga harus memperhatikan kebenaran isi premispremis. Sama halnya dengan penuturan langsung atau penuturan induksi, tentang kebenaran isi 5
  • 6. proposisi (bahan penuturan) merupakan tugas logika material. Menurut Aristoteles, ada putusan (premis) yang tidak diragukan kebenaran isinya, jadi tidak perlu pengujian logika material. Putusan ini disebut principia atau principium. Prinsip adalah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan. Selanjutnya, menurut Aristoteles, ada tiga pola yang dianggap principium, yakni : 1. Principium identitas 2. Principium contradictoris, 3. Principium exclusi tertii. Principium identitas (prinsip persamaan) mengajarkan bahwa sesuatu hanya sama dengan sesuatu itu saja ( A hanya sama dengan A ). Ini prinsip, ini pasti benar, tidak perlu pembuktian. Principium contradictoris (prinsip pertentangan) merupakan kebalikan A = A. Prinsip ini hanya menegaskan prinsip pertama. Bentuknya A bukan A (A tidak sama dengan bukan A). Principium exclusi tertii (prinsip menolak kemungkinan ket Principium exclusi tertiga) juga merupakan penegasan prinsip pertama A = A. Prinsip ini mengajarkan bahwa bila dua putusan bertentangan, hanya mungkin kedua-duanya salah atau salah satu yang benar, tidak mungkin ada kebenaran ketiga (tidak mungkin kedua-duanya benar). Jika A bukan B, maka hanya mungkin A atau B saja yang benar, bahkan mungkin A dan B salah. Ketiga prinsip pada hakekatnya hanya satu. Prinsip itu amat mudah dalam memahaminya. Akan tetapi, prinsip itu sering dilanggar manusia. Jadi mudah memahaminya, sulit memenuhinya. Contoh: Saya setuju Pancasila. Pancasila hanya sama dengan Pancasila. Jadi saya harus hidup sesuai dengan Pancasila. Bila saya membenarkan juga sedikit atau banyak komunisme, maka saya sebenarnya telah melanggar prinsip ini. Bila saya tidak beribadah menurut salah satu agama yang dibenarkan oleh Pancasila, saya berarti telah melanggar prinsip ini. Contoh bahwa prinsip memang mudah. Yang sulit ialah filsafat yang terkandung di dalam prinsip itu serta melaksanakan filsafat tersebut. Logika mengajarkan kejujuran, konsisten, dalam hidup. Logika bukan saja berisi aturan berpikir benar. 5. Kesimpulan Dalam Wikepedia bahasa Indonesia, sebuah ensiklopedia bebas, dijelaskan bahwa kesimpulan adalah suatu proposisi (kalimat yang disampaikan) yang diambil dari beberapa premis (ide pemikiran) dengan aturan-aturan inferensi yang berlaku. Sementara menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988: 842), kesimpulan adalah keputusan yang diperoleh berdasarkan metode berpikir induktif dan deduktif. Dengan demikian dapat ditarik pemahaman bahwa kesimpulan merupakan sebuah gagasan yang tercapai pada akhir pembicaraan atau hasil dari suatu pembicaraan yang diambil berdasarkan kaidah inferensi yang berlaku. Dalam teori logika dikenal perbedaan antara kesimpulan yang tepat dan kesimpulan yang benar. Kesimpulan yang tepat diperoleh bila bentuk berpikirnya benar (logika formal); kesimpulan yang benar berasal dari penyelidikan terhadap isi kesimpulan itu. Bila isinya benar, 6
  • 7. pasti bentuknya tepat; tetapi belum tentu sebaliknya. Ketepatan dibicarakan oleh logika formal, sementara kebenaran dibicarakan oleh logika material. Perhatikan contoh berikut untuk membantu pemahaman kita tentang penarikan sebuah kesimpulan berdasarkan logika formal dan logika material. 1) Deduksi ini bentuknya benar (tepat) dan isinya benar : Setiap manusia akan mati. Muhammad adalah manusia. Jadi, Muhammad akan mati. 2) Deduksi ini bentuknya tepat, tapi isinya tidak benar : Manusia adalah jenis hewan. Kuda adalah sejenis hewan. Jadi, kuda sama dengan manusia. 6. Penutup Setiap manusia dibekali potensi akal oleh Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus digali dan dimanfaatkan secara maksimal dalam rangka kebahagiaan hidupnya. Untuk menuju hal tersebut, setiap individu hendaknya melatih dirinya melalui proses beripikir untuk menghasilkan pengertian, definisi, keputusan, dan kesimpulan yang benar sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir yang baku (logika). Berbagai seluk-beluk tentang pengertian, definisi, keputusan, dan kesimpulan telah dibahas dalam makalah ini. Harapan penulis, deskripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam rangka menambah pemahamannya seputar kaidah-kaidah berpikir. Daftar Pustaka Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud RI. http:///wikepedia.go.id. “Kesimpulan”. Diakses 3 Desember 2013. Ibrahimi, Muhammad Nur. 2012. Logika Lengkap. Yogyakarta: IRCiSoD. Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Logika, Asas-Asas Penalaran Sistematis. Jakarta: Kanisius. Tafsir, Ahmad. 1990. Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Tales Sampai Capra. Bandung: Rosdakarya. 7