1. Sekilas Tentang Pengertian, Definisi, Keputusan, dan Kesimpulan
Oleh : Zulva Munayati, S. Pd.
1. Pendahuluan
Akal merupakan satu hal penting yang membedakan antara manusia dengan hewan.
Dengan akal manusia dapat memahami sesuatu dan mampu menemukan hakikat kebenaran.
Dengan akal pula manusia mampu menyingkap rahasia-rahasia yang tersimpan di balik
penciptaan alam semesta.
Secara naluriah, di dalam hidupnya, manusia mempunyai kecenderungan untuk selalu
menggunakan akal, baik anak kecil ataupun orang dewasa, masing-masing menurut kapasitas
intelektual. Akan tetapi, proses beripikir itu tidak selamanya akan menghasilkan kesimpulan
yang benar. Tidak jarang dalam berpikir tersebut, tanpa disadari, manusia sampai pada
kesimpulan yang keliru sehingga mengaburkan batas antara benar dan salah. Oleh karena itu,
agar manusia terbebaskan dari sesat pikir sehingga pengetahuannya benar-benar dapat terjamin
dari kekeliruan, manusia mesti memahami kaidah-kaidah berpikir yang baku (logika). Beberapa
unsur yang mesti dipahami dalam kaidah berpikir tersebut adalah pengertian, definisi, keputusan,
dan kesimpulan.
2. Pengertian
Apa yang dimaksud dengan pengertian? Pengertian adalah gambaran atau pengetahuan
tentang sesuatu di dalam pikiran (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988: 236). Sementara
menurut Ibrahimi (2012: 33), pengertian adalah arti yang diisyaratkan oleh sebuah kata. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian merupakan pengetahuan atau arti tentang sesuatu.
Untuk membantu memahami pengertian, perhatikan deskripsi berikut. Ketika seorang
melihat pohon, maka orang itu segera mengetahui bahwa yang dilihatnya pohon, yaitu pohon
sebagaimana adanya. Gambar pohon itu diterima oleh penginderaan, lalu masuk ke dalam jiwa.
Setelah itu, jadilah gambar itu pengertian pohon. Di dalam jiwa tergambarlah pohon itu, berupa
kayu, dahan, daun. Tergambar dalam jiwa sekalipun mata tidak lagi melihat pohon. Kesan
tentang pohon itulah disebut pengertian.
Lalu pengertian pohon dilambangkan dengan kata “pohon” dalam bahasa Indonesia.
Bagaimana membentuk pengertian? Membentuk pengertian adalah dengan jalan abstraksi.
Membentuk pengertian ialah dengan cara membuat gambaran dalam jiwa kita tentang objek itu
dengan membuang seluruh ciri aksidensinya, maka yang tertinggal ialah ciri esensinya. Itulah
pengertian objek itu. Pohon ialah kayu yang berakar, berbatang, berdaun. Pohon adalah abstrak,
sementara pohon kelapa adalah konkrit karena sudah dilekati ciri aksidensi.
1
2. Pengetahuan tentang pengertian sangatlah penting bagi pembelajar filsafat karena
pengertian bersifat umum. Membentuk pengertian berarti melatih berfikir abstrak, karena inti
pengetahuan terletak pada pengertian di dalam pengetahuan itu. Penguasaan pengertian berarti
menguasai inti pengetahuan tersebut.
Cara membentuk pengertian adalah dengan mengenali ciri esensi objek dan membuang
ciri aksidennya. Macam-macam ciri aksidensi adalah:
1. Sifat, seperti gagah, lemah, kuat, merah pahit;
2. Jumlah, seperti satu, dua, tiga;
3. Hubungan, seperti hubungan waktu, hubungan milik, hubungan tempat, hubungan
keluarga;
4. Aksi, seperti berjalan, menari;
5. Pasivitas, segala sesuatu yang dapat menjadikan substansi mengalami perubahan
keadaan, seperti juara, kalah, gagal, dengan melihat struktur kalimatnya;
6. Isi, seperti besar, kecil;
7. Waktu, seperti pagi, sore;
8. Situasi, keadaan yang melibatkan substansi;
9. Tempat.
3. Definisi
Tugas logika adalah membentuk pengertian menjadi definisi, yakni dengan cara
memindahkannya ke dalam kalimat, menuliskannya atau mengucapkannya. Setiap rumusan
definisi haruslah mewakili (menggambarkan) pengertian objek yang ada di dalam jiwa kita.
Sejauh ini telah banyak kita temukan penjelasan tentang definisi. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1988: 191) dijelaskan bahwa definisi merupakan rumusan tentang ruang
lingkup dan ciri-ciri suatu konsep yang menjadi pokok pembicaraan atau studi. Menurut Ibrahimi
(2012: 50), definisi adalah alat untuk memahami term sekaligus konsepnya. Sementara Bakri
(1971: 26) dan Mehra (1968) menjelaskan, definisi ialah pengertian yang lengkap tentang suatu
istilah yang mencakup semua unsur yang menjadi ciri utama istilah itu. Sedangkan Rapar (1996:
23) mengartikan definsi sebagai keterangan yang merupakan uraian atau penjelasan tentang arti
suatu kata atau ungkapan yang membatasi makna suatu kata atau ungkapan tersebut. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa definisi merupakan rumusan yang lengkap tentang suatu
konsep, yang mencakup ruang lingkup dan ciri-ciri utamanya.
Telah dipahami bahwa definisi merupakan penyebutan ciri esensi suatu objek. Oleh
karena itu, bila yang didefinisikan adalah objek yang umum, maka sebut saja ciri esensinya. Bila
yang didefinisikan objek tertentu yang lebih khusus, maka sebutkan seluruh ciri esensinya
ditambah dengan ciri aksidensi yang menunjukkan kekhususan ojek itu.
2
3. Secara garis besar definisi dibedakan atas tiga macam, yakni definisi nominalis, definisi
realis, dan definisi praktis.
a. Definisi nominalis ialah menjelaskan sebuah kata dengan kata lain yang lebih umum
dimengerti. Jadi, sekadar menjelaskan kata sebagai tanda, bukan menjelaskan hal yang
ditandai. Definisi nominalis terutama dipakai pada permulaan sesuatu pembicaraan atau
diskusi. Definisi nominalis ada 6 macam, yaitu definisi sinonim, definisi simbolik, definisi
etimologik, definisi semantik, definisi stipulatif, dan definisi denotatif.
Dalam membuat definisi nominalis ada 3 syarat yang perlu diperhatikan, yaitu: jika sesuatu
kata hanya mempunyai sesuatu arti tertentu harus selalu diikuti menurut arti dan
pengertiannya yang sangat biasa; jangan menggunakan kata untuk mendefinisikan jika tidak
tahu artinya secara tepat; jika arti sesuatu istilah menjadi objek pembicaraan, maka harus tetap
diakui oleh kedua pihak yang berdebat.
b. Definisi realis ialah penjelasan tentang hal yang ditandai oleh sesuatu istilah. Jadi, bukan
sekadar menjelaskan istilah, tetapi menjelaskan isi yang dikandung oleh suatu istilah. Definisi
realis ada 2 macam sebagai berikut:
1) Definisi esensial, yakni penjelasan dengan cara menguraikan bagian-bagian dasar yang
menyusun sesuatu hal, yang dapat dibedakan antrra definisi analitik dan definisi
konotatif. Definisi analitik, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan bagian-bagian
sesuatu benda yang mewujudkan esensinya. Definisi konotatif, yakni penjelasan dengan
cara menunjukkan isi dari suatu term yang terdiri atas genus dan diferensia.
2) Definisi deskriptif, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan sifat-sifat yang dimiliki
oleh hal yang didefinisikan yang dibedakan atas dua hal, definisi aksidental dan definisi
kausal. Definisi aksidental, yakni penjelasan dengan cara menunjukkan jenis dari halnya
dengan sifat-sifat khusus yang menyertai hal tersebut, Definisi kausal, yakni penjelasan
dengan cara menyatakan bagaimana sesuatu hal terjadi atau terwujud. Hal ini berarti
juga memaparkan asal mula atau perkembangan dari hal-hal yang ditunjuk oleh suatu
term.
c. Definisi praktis ialah penjelasan tentang sesuatu hal ditinjau dari segi kegunaan atau tujuan,
yang dibedakan atas 3 macam, definisi operasional, definisi fungsional, dan definisi persuasif.
Definisi operasional, yakni penjelasan suatu term dengan cara menegaskan langkah-langkah
pengujian khusus yang harus dilaksanakan atau dengan metode pengukuran serta
menunjukkan bagaimana hasil yang dapat diamati. Definisi fungsional, yakni penjelasan
sesuatu hal dengan cara menunjukkan kegunaan atau tujuannya. Definisi persuasif, yakni
penjelasan dengan cara merumuskan suatu pernyataan yang dapat mempengaruhi orang lain.
3
4. Definisi persuasif pada hakikatnya merupakan alat untuk membujuk atau teknik untuk
menganjurkan dilakukannya perbuatan tertentu.
Menurut Bakri (1971: 26) dan Mehra (1968), ada empat syarat yang harus dipenuhi untuk
membuat definisi yang benar. Keempat syarat tersebut meliputi :
1. Ciri esensi yang disebut tidak boleh berlebihan dan tidak boleh kurang;
2. Tidak memakai kata yang berulang-ulang;
3. Tidak memakai kata yang terlalu umum;
4. Tidak memakai kata negatif.
Istilah lain dari definisi adalah konsep. Penguasaan beberapa konsep atau definisi telah
banyak menolong kehidupan kita. Tetapi banyak permasalahan kehidupan yang tidak dapat
diselesaikan hanya dengan menguasai konsep-konsep. Oleh karenanya, konsep-konsep itu harus
dihubung-hubungkan untuk membentuk pengetahuan yang lebih operasional, misalnya
membentuk hipotesis, teori, dan aksioma. Tahapan ini di dalam logika disebut tahapan
memutuskan, dan hasilnya disebut putusan.
4. Keputusan
Keputusan merupakan sesuatu yang telah ditetapkan setelah melalui pertimbangan,
pemikiran, atau berbagai bentuk evaluasi.
Pengertian, yang bersifat abstrak, dilambangkan dengan simbol berupa kata atau yang
dirumuskan dalam bentuk definisi agar dapat dipahami oleh orang lain. Banyak pengertian atau
konsep, misalnya “pohon”, “mangga”, “manis”. Pengertian tersebut berguna bagi kita untuk
dapat mengenali objek-objek yang berupa pohon, mangga, dan rasa manis. Untuk membuat
putusan, konsep dihubungkan sampai terbentuk pengetahuan baru. Inilah yang disebut
memutuskan, dan hasilnya disebut putusan. Kita hubungkan (buah) pohon mangga (rasanya)
manis.
Putusan tidaklah selalu benar. Sebuah putusan akan benar bila sesuai dengan kenyataan,
atau bila sesuai dengan objeknya. Untuk itu, dalam kegiatan memutuskan haruslah
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
a. Menguasai struktur kalimat
b. Menyadari mana esensi dan mana aksidensi
c. Menyadari mana esensi dan mana aksidensi yang telah menjadi aksidensi untuk objek yang
lebih khusus
d. Memahami pola putusan
Ada tiga jenis putusan jika dilihat dari segi jumlah, yakni:
- Putusan umum (universal), seperti : Semua mahasiswa X hadir.
- Putusan sebagian (particular), seperti : Sebagian mahasiswa X hadir.
4
5. -
Putusan tunggal (singular), seperti : Seorang mahasiswa X hadir.
Sementara jika dilihat dari segi hubungan subjek-predikat, terdapat tiga jenis putusan yakni:
-
Putusan tanpa syarat, yakni hubungan antara subjek-predikat tidak mempunyai syarat
apa-apa. Misalnya : Si A lulus.
Putusan bersyarat, yakni hubungan antara subjek dan predikat bersyarat. Misalnya : Bila
si A mendapat angaka minimal enam, ia lulus.
Putusan pilihan, yakni untuk subjek hanya ada satu predikat yang benar. Misalnya : Si A
lulus atau tidak lulus.
Demikian telah dipahami bahwa pengertian merupakan gambaran di dalam jiwa tentang
objek yang telah diabstraksikan, sementara putusan merupakan pengetahuan yang dibentuk dari
pengertian-pengertian yang dihubungkan. Adapun penuturan adalah putusan baru yang dibentuk
dari putusan-putusan yang telah ada. Kegiatan membuat putusan baru tersebut disebut menutur.
Jadi, jika dibuat urutan, maka urutannya adalah pengertian (konsep), putusan, dan putusan baru.
Di dalam penuturan digunakan dua metode, yakni metode deduksi dan metode induksi.
Disebut menggunakan metode deduksi manakala penuturan dilakukan dari putusan umum
membentuk putusan khusus. Sementara dalam metode induksi, dari bahannya yang berupa
putusan-putusan khusus, ditarik menjadi putusan umum.
Salah satu bentuk induksi yang terkenal di dalam logika adalah silogisme. Bila putusan
ditarik dari dua putusan yang tersedia, disebut silogisme; bila ditarik dari satu putusan disebut
penuturan langsung; bila ditarik lebih dari dua putusan disebut induksi.
Silogisme merupakan cara menuturkan dengan menggunakan dua putusan. Berikut
contohnya :
A adalah manusia,
Manusia itu mortal.
Jadi, A adalah mortal
A=B
B=C
A=C
Manusia (B) dipakai sebagai pembanding. Kalimat atau putusan A = B dan B = C disebut
premis/preposition. Karenanya silogisme ialah metode penuturan yang menggunakan dua
premis. A = b disebut premis kecil (minor); B = C premis besar (mayor); premis mayor
harus dilengkapi premis minor.
Contoh penuturan langsung adalah sebagai berikut: Firman tuhan melarang mencuri;
diambil putusan bahwa mencuri jelek. Biasanya jenis penuturan ini dasarnya adalah agama, adat,
dan moral.
Selain memperhatikan teknik, kita juga harus memperhatikan kebenaran isi premispremis. Sama halnya dengan penuturan langsung atau penuturan induksi, tentang kebenaran isi
5
6. proposisi (bahan penuturan) merupakan tugas logika material. Menurut Aristoteles, ada putusan
(premis) yang tidak diragukan kebenaran isinya, jadi tidak perlu pengujian logika material.
Putusan ini disebut principia atau principium. Prinsip adalah kebenaran yang tidak perlu
dibuktikan. Selanjutnya, menurut Aristoteles, ada tiga pola yang dianggap principium, yakni :
1. Principium identitas
2. Principium contradictoris,
3. Principium exclusi tertii.
Principium identitas (prinsip persamaan) mengajarkan bahwa sesuatu hanya sama dengan
sesuatu itu saja ( A hanya sama dengan A ). Ini prinsip, ini pasti benar, tidak perlu pembuktian.
Principium contradictoris (prinsip pertentangan) merupakan kebalikan A = A. Prinsip ini hanya
menegaskan prinsip pertama. Bentuknya A
bukan A (A tidak sama dengan bukan A).
Principium exclusi tertii (prinsip menolak kemungkinan ket Principium exclusi tertiga) juga
merupakan penegasan prinsip pertama A = A. Prinsip ini mengajarkan bahwa bila dua putusan
bertentangan, hanya mungkin kedua-duanya salah atau salah satu yang benar, tidak mungkin ada
kebenaran ketiga (tidak mungkin kedua-duanya benar). Jika A bukan B, maka hanya mungkin A
atau B saja yang benar, bahkan mungkin A dan B salah.
Ketiga prinsip pada hakekatnya hanya satu. Prinsip itu amat mudah dalam
memahaminya. Akan tetapi, prinsip itu sering dilanggar manusia. Jadi mudah memahaminya,
sulit memenuhinya. Contoh: Saya setuju Pancasila. Pancasila hanya sama dengan Pancasila. Jadi
saya harus hidup sesuai dengan Pancasila. Bila saya membenarkan juga sedikit atau banyak
komunisme, maka saya sebenarnya telah melanggar prinsip ini. Bila saya tidak beribadah
menurut salah satu agama yang dibenarkan oleh Pancasila, saya berarti telah melanggar prinsip
ini. Contoh bahwa prinsip memang mudah. Yang sulit ialah filsafat yang terkandung di dalam
prinsip itu serta melaksanakan filsafat tersebut. Logika mengajarkan kejujuran, konsisten, dalam
hidup. Logika bukan saja berisi aturan berpikir benar.
5. Kesimpulan
Dalam Wikepedia bahasa Indonesia, sebuah ensiklopedia bebas, dijelaskan bahwa
kesimpulan adalah suatu proposisi (kalimat yang disampaikan) yang diambil dari beberapa
premis (ide pemikiran) dengan aturan-aturan inferensi yang berlaku. Sementara menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (1988: 842), kesimpulan adalah keputusan yang diperoleh berdasarkan
metode berpikir induktif dan deduktif. Dengan demikian dapat ditarik pemahaman bahwa
kesimpulan merupakan sebuah gagasan yang tercapai pada akhir pembicaraan atau hasil dari
suatu pembicaraan yang diambil berdasarkan kaidah inferensi yang berlaku.
Dalam teori logika dikenal perbedaan antara kesimpulan yang tepat dan kesimpulan yang
benar. Kesimpulan yang tepat diperoleh bila bentuk berpikirnya benar (logika formal);
kesimpulan yang benar berasal dari penyelidikan terhadap isi kesimpulan itu. Bila isinya benar,
6
7. pasti bentuknya tepat; tetapi belum tentu sebaliknya. Ketepatan dibicarakan oleh logika formal,
sementara kebenaran dibicarakan oleh logika material.
Perhatikan contoh berikut untuk membantu pemahaman kita tentang penarikan sebuah
kesimpulan berdasarkan logika formal dan logika material.
1) Deduksi ini bentuknya benar (tepat) dan isinya benar :
Setiap manusia akan mati.
Muhammad adalah manusia.
Jadi, Muhammad akan mati.
2) Deduksi ini bentuknya tepat, tapi isinya tidak benar :
Manusia adalah jenis hewan.
Kuda adalah sejenis hewan.
Jadi, kuda sama dengan manusia.
6. Penutup
Setiap manusia dibekali potensi akal oleh Tuhan Yang Maha Kuasa yang harus digali dan
dimanfaatkan secara maksimal dalam rangka kebahagiaan hidupnya. Untuk menuju hal tersebut,
setiap individu hendaknya melatih dirinya melalui proses beripikir untuk menghasilkan
pengertian, definisi, keputusan, dan kesimpulan yang benar sesuai dengan kaidah-kaidah berpikir
yang baku (logika).
Berbagai seluk-beluk tentang pengertian, definisi, keputusan, dan kesimpulan telah
dibahas dalam makalah ini. Harapan penulis, deskripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
dalam rangka menambah pemahamannya seputar kaidah-kaidah berpikir.
Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Depdikbud RI.
http:///wikepedia.go.id. “Kesimpulan”. Diakses 3 Desember 2013.
Ibrahimi, Muhammad Nur. 2012. Logika Lengkap. Yogyakarta: IRCiSoD.
Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Logika, Asas-Asas Penalaran Sistematis. Jakarta: Kanisius.
Tafsir, Ahmad. 1990. Filsafat Umum, Akal dan Hati Sejak Tales Sampai Capra. Bandung:
Rosdakarya.
7