Dokumen tersebut membahas tentang asidi alkalimetri untuk menentukan normalitas larutan asam dan basa serta kadar zat kimia dalam sampel. Terdapat teori dasar tentang asidi alkalimetri, reaksi netralisasi, normalitas, dan molaritas. Juga cara kerja meliputi pembuatan larutan standar, penetapan kadar sampel, dan penentuan kadar zat kimia dalam sampel. Diberikan pula data pengamatan, perhitungan, dan pembahasan has
1. Asidi Alkalimetri
1. Tujuan
1.1 Menentukan normalitas larutan HCl
1.2 Menentukan normalitas larutan NaOH
1.3 Menentukan Sodium Karbonat (NaCO3) dalam soda kue
2. Teori Dasar
2.1 Asidi Alkalimetri
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan
larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi
basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya
disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses mengukur volume
larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain
yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan
perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk
mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa
ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar
diamati, karena hanya meruapakan titik akhir teoritis atau titik akhir
stoikometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang
membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi
meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran)
akan menyebabkan perubahan warna indikator (Anonim , 2008).
Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang
ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan
perubahan warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir
titrasi (Basset, 1994).
Dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari reaksi netralisasi adalah titik
pada reaksi dimana asam dan basa keduanya setara, yaitu dimana keduanya
tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi, suatu larutan yang akan dinetralkan,
misal asam, ditempatkan di dalam flask bersamaan dengan beberapa tetes
1
2. indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal basa) yang terdapat
didalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama ditambahkan cukup
banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik ekivalen terjadi
pada saat terjadinya perubahan warna indikator. Titik pada titrasi dimana
indikator warnanya berubah disebut titik akhir (Petrucci, 1997).
Titrasi biasanya merupakan larutan elektrolit kuat seperti NaOH dan HCl
yang diperlukan untuk bereaksi sempurna oleh zat yang dianalisis yang
disebut sebagai titik ekivalen. Perbedaan titik akhir dan titik ekivalen disebut
sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titk akhir adalah kesalahan acak yang
berbeda untuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan dan
nilainya dapat dihitung. Dengan menggunakan metode potensiometri dan
konduktometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai nol (Rivai, 1995).
2.2 Reaksi Netralisasi
Garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa. Prosesnya disebut
dengan reaksi netralisasi. Zat-zat yang dihasilkan yang berbentuk kristalin
disebut garam oleh ahli-ahli kimia zaman dulu. Pembentukan garam seakan-
akan merupakan hasil dari suatu proses kimia sejati. Tetapi ini sebenarnya
keliru. Lebih tepat dikatakan bahwa reaksi netralisasi sebagai penggabungan
ion-ion secara kimia.
Zat-zat atmosfer, atau amfolit mampu melangsungkan reaksi netralisasi
baik dengan asam maupun basa dan sifat ini disebut dengan sifat amfoter
(Khopkar, 1990).
2.3 Normalitas
Normalitas merupakan sistem konsentrasi didasarkan pada volume dari
larutan. Normalitas = jumlah ekivalen per liter larutan. Atau:
N=
N = Normalitas
e.q = jumlah ekivalen
V = volume larutan dalam liter
Karena e.q =
2
3. g = gram larutan
BE = berat ekivalen
Maka dihasilkan N =
Dengan hubungan Normalitas terhadap molaritas, sebagai berikut:
N= n. M
(Day and Underwood, 1988)
2.4 Molaritas
Sistem konsentrasi ini berdasarkan pada volume dan dapat
dipergunakan secara nyaman dalam prosedur laboratorium dimana
volume dari larutan adalah kuantitas yang diukur. Hal ini didefinisikan
sebagai berikut:
Molaritas = Junlah mol per liter larutan
Atau
M=
M = molaritas
N = jumlah mol dalam larutan
V = volume dari larutan
(dalam liter)
Karena n =
Maka M=
Atau g = M x V x BM
g = gram dari zat terlarut
BM =berat molekul larutan
(Basset, 1994)
3
4. 3. Cara Kerja
3.1 Pembuatan larutan baku NaOH dan Larutan H2C2O4. 2H2O
6,3 gr Kristal Asam Oksalat
4.
*ditimbang
*dimasukan kedalam Erlenmeyer
*dilarutkan aquades
Larutan Asam Oksalat
*NaOH dimasukan kedalam buret 50ml hingga tanda
batas
*ditambahkan 2-3 tetes PP
*dititrasi hingga titik ekivalen
5.
Asam Oksalat berubah warna
3.2 Penetapan kadar sampel
10 ml HCl
*dipipet menggunakan pipet volume
*ditambahkan 2 tetes pp
*dititrasi hingga titik ekivalen
HCl berubah warna
3.3 Penentuan Sodium Karbonat (Na2CO3)dalam Soda Kue
3 sampel soda kue
*ditimbang akurat
*dilarutkan 60ml air
Larutan Soda Kue
6.
4
5. *dititrasi dengan 0,1 M HCl
*dimasukan pp
Soda kue berubah warna
*dititrasi dengan metal jingga
Soda kue berwarna jingga merah
7.
*dipanaskan hingga mendidih
Larutan berubah warna
8.
*dititrasi hingga titik akhir titrasi
Larutan berubah menjadi merah muda
4 Data Pengamatan
4. 1.Standarisasi NaOH
No Volume Volume HCl PERUBAHAN
WARNA
1 V awal 0 0 Bening Merah
2 V akhir 7,9 7,8 Merah Muda
∆V 7,85
4.2 Standarisasi HCl
No Volume Volume PERUBAHAN
NaOH WARNA
1 V awal 0 0 Tidak Berwarna
2 Vakhir 9,45 9,45 Tidak Berwarna
∆V 9,45
5
6. 4.3Soda Kue
No Volume HCl pada titrasi soda kue
1 Vawal 0 0 0
2 Vakhir 21,72 14,70 15,40
3 Perubahan Jingga Jingga Merah
warna Merah Merah Muda
Reaksi yang terjadi:
Prosedur 1 (H2C2O4 dengan larutan NaOH)
2NaOH (aq) + H2C2O4 (aq). 2H2O Na2C2O4 (aq) + 2H2O(l)
Prosedur 2 (HCl dengan larutan NaOH)
NaOH (aq) + HCl(aq) NaCl(aq) + H2O(l)
Prosedur 3 (Na2CO3)
NaHCO3(aq) + HCl(aq) 2NaCl(aq) + H2O(l) + CO2(g)
2 NaHCO3 (aq) Na2CO3(aq) + H+ + CO2(g)
Na2CO3(aq) + HCl (aq) 2NaCl(aq) + H2O(l) + CO2(g)
Jadi, NaHCO3(aq) Na+ + HCO3-
NaHCO3 (aq) ) 2Na+ + CO3-
5 Perhitungan
*Pembuatan larutan H2C2O4
N= x 0,1 N = Gram = 0,675 gr
*Pembuatan larutan NaOH
N= x 0,1 N = Gram = 1,2 gr
*Volume rata-rata NaOH
∆V =
*Volume rata-rata HCl
6
7. ∆V = 9,45 + 9,45 = 9,45 ml
*Konsentrasi H2C2O4 dan 50 ml NaOH
V 1 .N 1 = V 2 . N 2
10 . 0,1 = 7,85 . N2
N2 = 0,172 N
*Konsentrasi HCl dan 50 ml NaOH
V 1 .N 1 = V 2 . N 2
10 . 0,1 = 9,45 . N2
N2 = 0,1 N
Perhitungan Seharusnya :
*Asam Oksalat
N= x
*Konsentrasi NaOH
V 1 .N 1 = V2 . N 2
10 . 0,095 = 7,82 . N2
N2 = 0,121 N
*Konsentrasi HCl
V 1 .N 1 = V2 . N 2
10 . N1 = 9,45 . 0,127
N1 = 0,12 N
*Titrasi ke 3
[HCO3-] = mol HCl = mol HCO3
V1 N 1 = V2 N2
21,72 . 0,14 = 60 . N2
N2 = 7×10-4 N
[CO3-2] = mol HCl = mol CO3-2
( 14,7+14,4)(0,1) = 60 . CO3-2
[CO3-2] =
7
8. 6 Pembahasan
Pada percobaan asidi alkalimetri ini menggunakan larutan standar
primer asam oksalat untuk menstandardisasikan larutan NaOH.
Standardisasi ini dilakukan karena NaOH mudah terkontaminasi dan bereaksi
dengan zat lain sehingga larutan NaOH yang digunakan bisa saja sudah kurang
murni. Dalam penyimpanannya NaOH mengalami perubahan diantaranya
karena sifat NaOH yang higroskopis sehingga menyerap uap air dari udara.
NaOH juga mudah bereaksi dengan CO2 dalam udara. Kedua proses ini
menyebabkan NaOH tidak murni lagi.
Indikator yang digunakan adalah indikator phenolphtelein.Pemilihan
indikator ini didasari oleh penyesuaian pH akhir titrasi dengan trayek pH
phenolphtelein. Reaksi antara NaOH 0.1 N dengan Asam Oksalat 0.1 N akan
memberikan pH titik akhir dalam trayek pH phenolphtelein yaitu antara 8.0-
9.2. Perubahan warna yang menentukan titik akhir titrasi adalah dari tidak
berwarna menjadi merah sangat muda. Fenolftalien tergolong asam yang
sangat lemah dan dalam keadaantidak terionisasi indikator tersebut tidak
berwarna. Jika dalam lingkungan basa,fenolftalien akan terionisasi lebih
banyak dan memberikan warna merah muda terang karena anionnya.
Pada saat proses titrasi berlangsung, digunakan alat bantu kertas putih
sebagai alas. Kertas putih disimpan dibawah erlenmeyer yang berisi asam
oksalat berfungsi untuk mempermudah dalam mengamati perubahan warna
yang terjadi, yakni dari tidak berwarna menjadi merah muda. Kertas putih ini
sengaja digunakan agar percobaan lebih tepat akurat dan dapat segera
dihentikan titrasinya ketika tepat pada titik akhir titrasinya. Dilakukan
setengah tetes jika pada analit sudah mulai memperlihatkan perubahan
warna dari yang masih samar kemudian hilang, agar volume yang terbaca
diburet merupakan volume titran yang sesungguhnya.
Terjadi kesalahan dalam pembuatan larutan baku primer NaOH
sehingga bisa dikatakan bahwa NaOH yang digunakan kurang murni. Ketika
dititrasi tidak ada perubahan warna yang terjadi. Hal ini disebabkan oleh
8
9. kesalahan pada perhitungan dan kurangnya ketelitian dalam pencampuran
bahan. Agar tidak terjadi kesalahan dalam pembuatan larutan baku primer
dan sekunder maka perlu adanya ketelitian, kehati-hatian dan peralatan
lengkap yang menunjang untuk proses pembuatan larutan. Misalnya ketika
memasukkan asam oksalat ke dalam labu erlenmeyer menggunakan volume
pipet. Volume pipet digunakan karena merupakan alat gelas kuantitatif
sehingga volume larutan yang terukur adalah tepat 10 ml. Dalam
penimbangan zat pun, yang dipilih adalah neraca analitis agar berat yang
ditimbang akurat. Akan berbeda hasilnya ketika menggunakan neraca manual,
hasil massa yang ditimbang relatif kurang tepat karena dipengaruhi oleh
subjektivitas. Begitu pula dengan penggunaan buret harus teliti dalam
pembacaan skalanya agar volume NaOH yang diukur tepat.
Praktikum kedua adalah alkalimetri yang meliputi dua percobaan yaitu
penentuan kadar sampel HCl dan penentuan kadar sodium karbonat NaCO3
dalam soda kue. Data hasil percobaan menunjukkan rata-rata konsentrasi
NaOH yang digunakan adalah 0.133 N.
Praktikum ini dirasa belum berhasil, karena terdapat kesalahan-
kesalahan yang terjadi selama praktikum. Kesalahan-kesalahan tersebut
terutama adalah kesalahan dalam pembuatan larutan baku primer NaOH.
Selain itu kesalahan titrasi, yaitu keterbatasan penglihatan dalam membaca
buret dan memperhatikan warna sehingga titik akhir titrasi mungkin saja
output (tidak benar-benar tepat). Kesalahan lain yang mungkin adalah
kesalahan volume pelarut untuk mengencerkan.
7 Kesimpulan
Dari hasil percobaan asidi alkalimetri didapatkan normalitas larutan
NaOH sebesar 0.133 N dan normalitas HCl sebesar 0.126 N serta kadar rata-
rata Sodium Karbonat (Na2CO3) dalam soda kue adalah 0.347 N.
9
10. Daftar Pustaka
Anomim. 2008. Petunjuk Praktikum Analisa Kimia. Laboratorium Kimia Analitik:
FMIPA UNPAD.
Basset, J, At all. 1994. Buku Ajar Vogel: Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Diterjemahkan oleh A. Hadyana P. buku kedokteran EGC. Jakarta: Erlangga.
Day, R.A dan Underwood, A.L. 1988. Analisis Kimia Kuantitatif. Diterjemahkan
oleh Iis Sopyan. Jakarta: Erlangga.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Diterjemahkan oleh A.
Saptoraharjo. Jakarta: UI-Press.
Petrucci, R.H. 1987. Kimia Dasar Pinsip dan Terapan Modern. Diterjemahkan oleh
Suminar Achmadi. Edisi keempat. Jilid dua. Jakarta: Erlangga.
Rivai, H. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI-Press.
Wulandari, Meyliana. 2012. Petunjuk Praktikum Kimia Analitik. UIN SGD:
Bandung.
10