SlideShare a Scribd company logo
1 of 9
Nama        : LUTHFIA ZAUMA

                                       NIM         : 6411410106

                                       Rombel      :

                       TEORI LINGKUNGAN


I. ANTROPOSENTRISME ( Shallow Environtmental Ethics)

       Antroposentrisme adalah teori lingkungan yang memandang manusia
sebagai pusat dari alam semesta. Mengaggap bahwa manusia manusia dan
kepentingannya sebagai nilai tertinggi, sehingga mengatakan bahwa nilai dan
prinsip moral hanya berlaku bagi manusia sehingga etika hanya berlaku bagi
manusia. Kewajiban dan tanggung jawab manusia terhadap alam merupakan
perwujudan kewajiban dan tanggung jawab moral terhadap sesama manusia, bukan
terhadap alam itu sendiri.

       Etika ini bersifat intrumentalistik artinya pola hubungan manusia dengan
alam yaitu alam sebagai alat kepentingan manusia. Manusia peduli terhadap alam,
demi menjamin kebutuhan hidup manusia sehingga jika alam itu tidak berguna bagi
kepentingan hidup manusia maka akan diabaikan saja. Disebut sebagai etika
teologis karena mendasarkan pertimbangan moral pada akibat dari tindakan
tersebut bagi kepentingan manusia. Suatu kebijakan dan tindakan yang baik dalam
kaitan dengan lingkungan hidup akan dinilai baik kalau mempunyai dampak yang
menguntungkan bagi kepentingan manusia.

       Etika ini juga bersifat egoistis karena hanya mengutamakan kepentingan
manusia, karena kepentingan mahkluk hidup lain mendapat pertimbangan moral
tetap saja demi kepentingan manusia, maka dianggap sebagai etika lingkunan yang
dangkal dan sempit (shallow environmental ethics).

       Krisis lingkungan dianggap terjadi karena perilaku manusia yang
dipengaruhi cara pandang antroposentris. Cara pandang ini menyebabkan pola
perilaku manusia yang eksploitatif, dekstruktif dan tidak perduli terhadap alam.
Apa saja boleh dilakukan manusia terhadap alam sejauh tidak erugikan kepentingan
manusia. Kepentingan manusia dalam hal bersifat jangka pendek.
1. Argumen Antroposentris

   Historis pemikiran antroposentris :

a. Teori Kristen

   o Kitab Kejadian 1: 26-28

       Penafsiran akan ayat ini adalah Allah memberi wewenang penuh kepada
       manusia untuk mengeksploitasi alam demi kepentingan manusia.

   o Kejadian Pasal 2: 9

       Ketidakpatuhan manusia terhadap Allah melainkan memutuskan sendiri
       mana yang baik atau tidak baik dilakukan. Kaitannya dengan alam semesta
       menganggap yang baik adalah yang menunjang kehidupannya sebagai
       manusia sehingga dipelihara, dan yang jahat adalah yang mengancam
       kehidupan manusia sehingga harus dibasmi.

Terjadinya krisis lingkungan karena manusia mengintervensi lingkungan demi
kepentingannya.

b. The Great Chain of Being

Fokus utama terhadap Rantai Kehidupan ( The Great Chain of Being) dimana semua
kehidupan di bumi membentuk dan berada dalam sebuah rantai kesempurnaan
kehidupan, mulai dari yang paling sederhana sampai pada Maha Sempurna, yaitu
Allah. Setiap ciptaan lebih rendah dimaksudkan untuk kepentingan ciptaan yang
lebih tinggi. Hal itu dianggap sah karena demikianlah kodrat kehidupan dan tujuan
penciptaan.

c. The Free and Rational Being

Manusia lebih tinggi dan terhormat dibandingkan dengan mahkluk ciptaan lain
karena manusia adalah satu-satunya mahkluk bebas dan rasional, oleh karena itu
Tuhan menciptakan dan menyediakan segala sesuatu di bumi demi kepentingan
manusia. Manusia mampu mengkomunikasikan isi pikirannya dengan sesama
manusia melalui bahasa. Manusia diperbolehkan menggunakan mahkluk non-
rasional lainnya untuk mencapai tujuan hidup manusia, yaitu mencapai suatu
tatanan dunia yang rasional.

Perspektif serta pemahaman antroposentris oleh WH. Murdy dan F. Frase Darling
merupakan pembelaan akan teori ini. Murdy menyatakan bahwa semua mahkluk di
dunia ini ada dan hidup sebagai tujuan pada dirinya sendiri, sehingga hal yang
wajar dan alamiah kalau manusia menganggap dirinya lebih tinggi dari mahkluk
lain. Demi mencapai tujuannya manusia harus menilai tinggi alam, karena
kelangsungan hidup dan kesejahteraan hidup manusia tergantung dari kualitas,
keutuhan dan stabilitas ekosistem seluruhnya. Permasalahannya adalah tujuan-
tujuan yang berlebihan yang berada di luar batas toleransi ekosistem itu sendiri. Jadi
menurut Murdy krisis lingkungan disebabkan oleh penedekatan antroposentris
yang berlebihan.

Menurut Darling, pendekatan antroposentrisme tidak salah karena dengan
menempatkan manusia pada posisi lebih terhormat, manusia dituntut untuk
bertanggung jawab khusus terhadap seluruh isi alam semesta. Yang salah adalah
penerapan antroposentrisme yang hanya melihat superioritas posisi manusia yang
berkuasa atas alam secara sewenang-wenang.

2. Etika Intrumentalistik

     Beberapa posisi dan argumen moral yang dapat menjadi pegangan bagi
manusia dalam hubungannya dengan lingkungan.

 Prudential and Instrumental Argument

Prudential Argument menekankan bahwa kelangsungan hidup dan kesejahteraan
manusia tergantung dari kualitas dan kelestarian lingkungan.

Argumen Instrumental adalah penggunaan nilai tertentu pada alam dan segala
isinya, yakni sebatas nilai instrumental. Dengan argumen ini, manusia
mengembangkan sikap hormat trhadap alam.

 Teologi Kristen

Dalam kisah penciptaan, manusia diciptakan secitra dengan Allah, sehingga
manusia sebagai wakil Allah mempunyai tanggung jawab moral khusus, bahkan
sangat berat, untuk menjaga dan melestarikan alam ciptaanNya.

Pembelaan atas teori antroposentris adalah :

       Validitas argumennya sulit dibantah sehingga yang salah bukan
       antroposentrime itu sendiri tetapi antroposentrisme yang berlebihan.
       Antroposentrisme menawarkan etika lingkungan yang mempunyai daya
       tarik kuat untuk mendorong manusia menjaga lingkungan.
Kelemahan dari teori etika antroposentrisme :

      Mengabaikan masalah-masalah lingkungan yang tdak langsung menyentuh
      kepentingan manusia.
      Kepentingan manusia selalu berubah-ubah dan berbeda-beda kadarnya.

II. BIOSENTRISME (Intermediate Environmental Ethics)

 Ciri-ciri Teori Etika Biosentrisme

   Biocentric, menganggap setiap kehidupan dan mahkluk hidup mempunyai nilai
   dan berharga pada dirinya sendiri. Mendasarkan moralitas keluhuran kehidupan,
   baik pada manusia ataupun makhluk hidup lainnya. Karena bernilai pada
   dirinya sendiri, kehidupan harus dilindungi. Untuk itu, dibutuhkan etika sebagai
   penuntun manusia dalam bertindak melindungi dan menjaga kehidupan.

1. Teori Lingkungan yang Berpusat pada Kehidupan (Life-Centered Theory of
    Environment)

      Intinya adalah manusia mempunyai kewajiban moral terhadap alam yang
bersumber dan berdasarkan pada pertimbangan bahwa, kehidupan adalah sesuatu
yang bernilai. Etika ini diidasarkan pada hubungan yang khas anatara alam dan
manusia, dan nilai yang ada pada alam itu sendiri.

      Menurut Paul Taylor, biosentrisme didasarkan pada empat keyakinan yaitu:

      Manusia adalah anggota komunitas kehidupan di bumi, sama halnya dengan
      makhuk lain.
      Spesies manusia, dan spesies lain adalah bagian dari sistem yang saling
      tergantung.
      Semua organisme adalah pusat kehidupan yang mempunyai tujuan sendiri.

Pemikiran-pemikiran tersebut melahirkan pemahamn baru akan manusia yaitu :

      Manusia hanya makhluk biologis yang sama dengan makhluk biologis lain.
      Manusia mendiami bumi yang sama dengan makhluk lain
      Manusia merupakan bagian dari keseluruhan, bukan pusat dari alam semesta.

       Perlu adanya pembedaan antara pelaku moral dan subjek moral untuk lebih
memahami teori ini. Pelaku Moral adalah makhluk yang memiliki kemampuan
bertindak secara moral (berupa akal budi, kebebasan dan kemauan), sehingga
berkewajiban dan bertanggungjawab atas tindakannya (accountable being). Subjek
Moral adalah makhluk yang bisa diperlakukan secara baik atau buruk, dan pelaku
moral berkewajiban dan bertanggungjawab terhadapnya, yang menurut teori ini
adalah semua organisme hidup dan kelompok organisme tertentu. Intinya adalah
semua pelaku moral adalah subjek moral, tetapi tidak semua subjek moral adalah
pelaku moral.

      Kewajiban utama manusia sebagai pelaku moral adalah menghormati dan
menghargai alam (respect for nature) yang dapat diwujudkan dalam kewajiban-
kewajiban :

 Tidak melakukan sesuatu yang merugikan alam dan isinya (Nonmaleficence atau
   Noharm )

 Tidak mencampuri (Non-Interference)

       Tidak membatasi dan menghambat kebebasan organisme berkembang dan
   hidup secara leluasa di alam sesuai hakikatnya

       Membiarkan organisme berkembang sesuai hakikatnya

 Kesetiaan (terhadap binatang tertentu untuk bijaga dan dibiarkan hidup di alam
  bebas

 Kewajiban restitutif dan keadilan retributif

2. Etika Bumi (Land Ethic) oleh Aldo Leopold

      Terdiri dari dua prinsip yaitu :

   a. “A thing is right when it tends to preserve the integrity, stability and beauty og the
       biotic community. It is wrong when it tends otherwise”

           Segala sesuatu di alam semesta ini (semacam suatu komunitas biotis)
      mempunyai nilai pada dirinya sendiri, terlepas dari apakah berkaitan dengan
      dan menunjang kehidupan manusia atau tidak.

   b. Gagasan memperluas pemberlakuan etika

            Komunitas moral yang dikenal dalam kehidupan manusia diperluas
      mencakup alam semesta secara keseluruhan. Perluasan tersebut mencakup
      perlakuan manusia terhadap alam dan segala isinya, serta sampai kepada
      kemungkinan evolusioner dan keniscayaan ekologis. Merupakan suatu
      holisme karena yang jadi fokus utama adalah bumi, komunitas biotis dan
bukan individu spesies atau makhluk hidup di dalamnya. Ada semacam
      piramida yang disebut piramida bumi yang merupakan suatu rantai yang
      kompleks seakan tdak teratur, tetapi stsebuabilitas sistem tersebut
      membuktikan bahwa rantai makanan merupakan struktur yang sangat rapi.

3. Anti-Spesiesme

       Teori ini menuntut perlakuan yang sama bagi semua makhluk hidup, karena
alasan semuanya mempunyai kehidupan. Keberlakuan prinsip moral perlakuan
yang sama (equal treatment). Anti-spesiesme membela kepentingan dan
kelangsungan hidup spesies yang ada di bumi. Dasar pertmbangan teori ini adalah
aspek sentience, yaitu kemampuan untuk merasakan sakit, sedih, gembira dan
seterusnya.

      Inti dari teori biosentris adalah dan seluruh kehidupan di dalamnya, diberi
bobot dan pertimbangan moral yang sama.

III. EKOSENTRISME (Deep Eernvirontmental Ethics)

       Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan biosentrisme.
Oleh karenanya teori ini sering disamakan begitu saja karena terdapat banyak
kesamaan. Yaitu pada penekanannya atas pendobrakan cara pandang
antroposentrisme yang membatasi pemberlakuan etika hanya pada komunitas
manusia. Keduanya memperluas pemberlakuan etika untuk komunitas yang lebih
luas. Pada biosentrisme, konsep etika dibatasi pada komunitas yang hidup (biotis),
seperti tumbuhan dan hewan. Sedang pada ekosentrisme, pemakaian etika
diperluas untuk komunitas ekosistem seluruhnya (biotis dan a-biotis).

       Biosentrisme dan ekosentrisme, memandang manusia tidak hanya sebagai
makhluk sosial (zoon politikon). Manusia pertama-tama harus dipahami sebagai
makhluk biologis, makhluk ekologis. Dunia bukan sebagai kumpulan objek-objek
yang terpisah, tetapi sebagai suatu jaringan fenomena yang saling berhubungan dan
saling tergantung satu sama lain secara fundamental. Etika ini mengakui nilai
intrinsik semua makhluk dan memandang manusia tak lebih dari salah satu bagian
dalam jaringan kehidupan.

      Bagaimanapun keseluruhan organisme kehidupan di alam ini layak dan
harus dijaga. Holocaust ekologis telah membawa dampak pada setiap dimensi
kehidupan ini. Ekosentrisme tidak menempatkan seluruh unsur di alam ini dalam
kedudukan yang hierarkis dan atau sub-ordinasi. Melainkan sebuah kesatuan
organis yang saling bergantung satu sama lain.
1. Deep Ecology

       Salah satu bentuk etika ekosentrisme ini adalah etika lingkungan yang
sekarang ini dikenal sebagai Deep Ecology. Sebagai istilah, Deep Ecology pertama kali
diperkenalkan oleh Arne Naess, seorang filsuf Norwegia, pada 1973, di mana
prinsip moral yang dikembangkan adalah menyangkut seluruh komunitas ekologis.

       Istilah Deep Ecology sendiri digunakan untuk menjelaskan kepedulian
manusia terhadap lingkungannya. Kepedulian yang ditujukan dengan membuat
pertanyaan-pertanyaan yang sangat mendalam dan mendasar, ketika dia akan
melakukan suatu tindakan. Kesadaran ekologis yang mendalam adalah kesadaran
spiritual atau religius, karena ketika konsep tentang jiwa manusia dimengerti
sebagai pola kesadaran di mana individu merasakan suatu rasa memiliki, dari rasa
keberhubungan, kepada kosmos sebagai suatu keseluruhan, maka jelaslah bahwa
kesadaran ekologis bersifat spiritual dalam esensinya yang terdalam. Oleh karena
itu pandangan baru realitas yang didasarkan pada kesadaran ekologis yang
mendalam konsisten dengan apa yang disebut filsafat abadi yang berasal dari
tradisi-tradisi spiritual, baik spiritualitas para mistikus Kristen, Budhis atau filsafat
dan kosmologis yang mendasari tradisi-tradisi Amerika Pribumi.

       Ada dua hal yang sama sekali baru dalam Deep Ecology. Pertama, manusia
dan kepentingannya bukan ukuran bagi segala sesuatu yang lain. Deep Ecology
memusatkan perhatian kepada seluruh spesies, termasuk spesies bukan manusia. Ia
juga tidak memusatkan pada kepentingan jangka pendek, tetapi jangka panjang.
Maka dari itu, prinsip etis-moral yang dikembangkan Deep Ecology menyangkut
seluruh kepentingan komunitas ekologis.

       Kedua, Deep Ecology dirancang sebagai etika praktis. Artinya, prinsip-prinsip
moral etika lingkungan harus diterjemahkan dalam aksi nyata dan konkrit. Etika
baru ini menyangkut suatu gerakan yang jauh lebih dalam dan komprehensif dari
sekedar sesuatu yang amat instrumental dan ekspansionis. Deep Ecology
merupakan gerakan nyata yang didasarkan pada perubahan paradigma secara
revolusioner, yaitu perubahan cara pandang, nilai dan perilaku atau gaya hidup.

       Perspektif Deep Ecology menekankan pada kepentingan dan kelestarian
lingkungan alam. Pandangan ini berdasar etika lingkungan yang kritikal dan
mendudukkan lingkungan tidak saja sebagai objek moral, tetapi subjek moral.
Sehingga harus diperlakukan sederajat dengan manusia. Pengakuan lingkungan
sebagai moral subjek, membawa dampak penegakkan prinsip-prinsip keadilan
dalam konteks hubungan antara manusia dan lingkungan sebagai sesama moral
subjek. Termasuk di sini isu animal rights. Deep Ecology memandang proses
pembangunan harus sejak awal melihat implikasinya terhadap lingkungan. Karena
setiap proses pembangunan akan melibatkan perubahan dan pemanfaatan
lingkungan dan sumber daya alam.

      Dapat disimpulkan bahwa Deep Ecology timbul karena meningkatnya
kesadaran manusia terhadap kaitan dirinya dengan lingkungan sekitarnya.
Kesadaran tersebut timbul karena manusia mulai menyadari akibat dari berbagai
kerusakan yang dilakukan oleh dirinya terhadap lingkungan sekitarnya. Kesadaran
yang sama kemudian mendorong berkembangnya konsep pembangunan
berkelanjutan. Pada konsep ini manusia harus memperhatikan daya dukung alam
dalam memenuhi kebutuhannya.

2. Prinsip-prinsip Gerakan Lingkungan

   a. Biospheric egalitarianism-in principle, yaitu pengakuan semua organisme dan
      makhluk hidup adalah anggota berstatus sama dari suatu keseluruhan terkait
      sehingga bermartabat sama.

   b. Non-antroposentrisme, yaitu manusia merupakan bagian dari alam, bukan di
      atas atau terpisah dari alam.

   c. Realisasi diri (self-realization), realisasi diri manusia sebagai ecological self yaitu
       pemenuhan dan perwujudan semua kemampuannya yang beraneka ragam
       sebagai makhluk ekologis.

   d. Pengakuan dan penghargaan terhadap keanekaragaman dan kompleksitas
      ekologis dalam suatu hubungan simbiosis.

   e. Perlu perubahan politik menuju ecopolitics, yaitu mencapai suatu keberlanjutan
       ekologi secara luas yang berjangkauan jauh ke depan.

3. Sikap DE terhadapa Beberapa Isu Lingkungan

   a. Isu Pencemaran

      Prioritas DE adalah mengatasi sebab utama yang paling dalam dari
      pencemaran, dan bukan sekedar dampak superfisial dan jangka pendek.

   b. Isu Sumber daya Alam

      Alam dan kekayaan yang terkandung didalamnya tidak direduksi dan dilihat
      semata-semata dari segi nilai dan fungsi ekonomis, tetapi juga nilai dan
      fungsi sosial, budaya, spiritual dan religius, medis dan biologis.
c. Isu Jumlah Penduduk

   Pengurangan penduduk adalah yang menjadi prioritas utama.

d. Isu Keberagaman Budaya dan Teknologi Tepat Guna

   DE berusaha melindungi keberagaman budaya dari invansi masyarakat
   industri maju, karena keberagaman budaya dilihat sebagai analog dan
   berkaitan dengan keragaman dan kekayaan bentuk-bentuk kehidupan.

e. Pendidikan dan Penelitian Ilmiah

   Prioritas sialihkan dari ”ilmu-ilmu keras ” ke ”ilmu-ilmu lunak”, khususnya
   enhetahuan budaya, filsafat dan etika serta penggalian kearifan tradisional
   untuk memperkaya wawasan masyarkat modern.

More Related Content

What's hot

Etika lingkungan hidup
Etika lingkungan hidupEtika lingkungan hidup
Etika lingkungan hidupAto Bazahona
 
Etika lingkungan hidup
Etika lingkungan hidupEtika lingkungan hidup
Etika lingkungan hidupSari Ferviani
 
Analisis mata kuliah falsafah etika dan moral konservasi
Analisis mata kuliah falsafah etika dan moral konservasiAnalisis mata kuliah falsafah etika dan moral konservasi
Analisis mata kuliah falsafah etika dan moral konservasidewi_utari
 
Baiq aluh nurfatimah, isbd, farmasi, dr. taufiq ramdani, s.th.i., m.sos
Baiq aluh nurfatimah, isbd, farmasi, dr. taufiq ramdani, s.th.i., m.sosBaiq aluh nurfatimah, isbd, farmasi, dr. taufiq ramdani, s.th.i., m.sos
Baiq aluh nurfatimah, isbd, farmasi, dr. taufiq ramdani, s.th.i., m.sosBaiqAluh
 
HUBUNGAN MANUSIA & LINGKUNGAN.pdf
HUBUNGAN MANUSIA & LINGKUNGAN.pdfHUBUNGAN MANUSIA & LINGKUNGAN.pdf
HUBUNGAN MANUSIA & LINGKUNGAN.pdfMukhlishah Sam
 
prinsip etika lingkungan hidup
prinsip etika lingkungan hidupprinsip etika lingkungan hidup
prinsip etika lingkungan hidupIbel007
 
Ppt part 7 ekologi pab sma tmi
Ppt part 7 ekologi pab sma tmiPpt part 7 ekologi pab sma tmi
Ppt part 7 ekologi pab sma tmitiyo noiss
 

What's hot (18)

Etika lingkungan
Etika lingkungan Etika lingkungan
Etika lingkungan
 
Etika lingkungan hidup
Etika lingkungan hidupEtika lingkungan hidup
Etika lingkungan hidup
 
Etika lingkungan hidup
Etika lingkungan hidupEtika lingkungan hidup
Etika lingkungan hidup
 
Etika lingkungan
Etika lingkunganEtika lingkungan
Etika lingkungan
 
Analisis mata kuliah falsafah etika dan moral konservasi
Analisis mata kuliah falsafah etika dan moral konservasiAnalisis mata kuliah falsafah etika dan moral konservasi
Analisis mata kuliah falsafah etika dan moral konservasi
 
Bab ii
Bab iiBab ii
Bab ii
 
PLH teori etika lingkungan
PLH teori etika lingkunganPLH teori etika lingkungan
PLH teori etika lingkungan
 
Ppt lingkungan
Ppt lingkunganPpt lingkungan
Ppt lingkungan
 
Etika lingkungan
Etika lingkunganEtika lingkungan
Etika lingkungan
 
Makalah 1
Makalah 1Makalah 1
Makalah 1
 
Etika Lingkungan
Etika LingkunganEtika Lingkungan
Etika Lingkungan
 
Tugas prof-kliwon
Tugas prof-kliwonTugas prof-kliwon
Tugas prof-kliwon
 
Etika lingkungan
Etika lingkunganEtika lingkungan
Etika lingkungan
 
Baiq aluh nurfatimah, isbd, farmasi, dr. taufiq ramdani, s.th.i., m.sos
Baiq aluh nurfatimah, isbd, farmasi, dr. taufiq ramdani, s.th.i., m.sosBaiq aluh nurfatimah, isbd, farmasi, dr. taufiq ramdani, s.th.i., m.sos
Baiq aluh nurfatimah, isbd, farmasi, dr. taufiq ramdani, s.th.i., m.sos
 
Etika Lingkungan
Etika Lingkungan Etika Lingkungan
Etika Lingkungan
 
HUBUNGAN MANUSIA & LINGKUNGAN.pdf
HUBUNGAN MANUSIA & LINGKUNGAN.pdfHUBUNGAN MANUSIA & LINGKUNGAN.pdf
HUBUNGAN MANUSIA & LINGKUNGAN.pdf
 
prinsip etika lingkungan hidup
prinsip etika lingkungan hidupprinsip etika lingkungan hidup
prinsip etika lingkungan hidup
 
Ppt part 7 ekologi pab sma tmi
Ppt part 7 ekologi pab sma tmiPpt part 7 ekologi pab sma tmi
Ppt part 7 ekologi pab sma tmi
 

Viewers also liked

Viewers also liked (16)

Nodejs in Production
Nodejs in ProductionNodejs in Production
Nodejs in Production
 
Cloud computing Fundamentals
Cloud computing FundamentalsCloud computing Fundamentals
Cloud computing Fundamentals
 
I Promise You
I Promise YouI Promise You
I Promise You
 
Laporan penelitian sanling makanan
Laporan penelitian sanling makananLaporan penelitian sanling makanan
Laporan penelitian sanling makanan
 
Perencanaan gizi
Perencanaan giziPerencanaan gizi
Perencanaan gizi
 
презентація балинці (2) м
презентація  балинці (2) мпрезентація  балинці (2) м
презентація балинці (2) м
 
Sn vlada prezent
Sn vlada prezentSn vlada prezent
Sn vlada prezent
 
Happy Birthday
Happy BirthdayHappy Birthday
Happy Birthday
 
Representation of race, ethnicity and colour
Representation of race, ethnicity and colourRepresentation of race, ethnicity and colour
Representation of race, ethnicity and colour
 
Afinal o que é a web
Afinal o que é a webAfinal o que é a web
Afinal o que é a web
 
2 some terminology
2   some terminology2   some terminology
2 some terminology
 
Nice (1)
Nice (1)Nice (1)
Nice (1)
 
Digital channels best buy (1)
Digital channels best buy (1)Digital channels best buy (1)
Digital channels best buy (1)
 
Digital channels best buy (1)
Digital channels best buy (1)Digital channels best buy (1)
Digital channels best buy (1)
 
Sn vlada
Sn vladaSn vlada
Sn vlada
 
Responsive webdesign
Responsive webdesignResponsive webdesign
Responsive webdesign
 

Similar to Plh baru

Etika Lingkungan Hidup (Tugas Pengetahuan Lingkungan)
Etika Lingkungan Hidup (Tugas Pengetahuan Lingkungan)Etika Lingkungan Hidup (Tugas Pengetahuan Lingkungan)
Etika Lingkungan Hidup (Tugas Pengetahuan Lingkungan)Nurul Afdal Haris
 
Rasa Cinta Etika Lingkungan
Rasa Cinta Etika LingkunganRasa Cinta Etika Lingkungan
Rasa Cinta Etika LingkunganAdis Daddis
 
Ppt lingkungan
Ppt lingkunganPpt lingkungan
Ppt lingkunganSahalArief
 
MAteri Dr Retno.pdf
MAteri Dr Retno.pdfMAteri Dr Retno.pdf
MAteri Dr Retno.pdfLABKECE
 
Bab 2_Etika Lingkungannnnnnnnnnnnnnn.ppt
Bab 2_Etika Lingkungannnnnnnnnnnnnnn.pptBab 2_Etika Lingkungannnnnnnnnnnnnnn.ppt
Bab 2_Etika Lingkungannnnnnnnnnnnnnn.pptMichael Bradley
 
ETIKA LINGKUNGAN BIOSENTRISME.pptx
ETIKA LINGKUNGAN  BIOSENTRISME.pptxETIKA LINGKUNGAN  BIOSENTRISME.pptx
ETIKA LINGKUNGAN BIOSENTRISME.pptxTiaInsanNurfadillah1
 
MAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docx
MAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docxMAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docx
MAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docxelsaraihana210
 
Makalah Filsafat Ust. Nely Ilmi Q.docx tugas
Makalah Filsafat Ust. Nely Ilmi Q.docx tugasMakalah Filsafat Ust. Nely Ilmi Q.docx tugas
Makalah Filsafat Ust. Nely Ilmi Q.docx tugasarifrahman87863
 
PPT ALAM SEMESTA MUHAMMAD IQBAL GASSING.pptx
PPT ALAM SEMESTA MUHAMMAD IQBAL GASSING.pptxPPT ALAM SEMESTA MUHAMMAD IQBAL GASSING.pptx
PPT ALAM SEMESTA MUHAMMAD IQBAL GASSING.pptxanggraenidamayantisa
 

Similar to Plh baru (20)

6 Etika LH.pptx
6 Etika LH.pptx6 Etika LH.pptx
6 Etika LH.pptx
 
Etika Lingkungan Hidup (Tugas Pengetahuan Lingkungan)
Etika Lingkungan Hidup (Tugas Pengetahuan Lingkungan)Etika Lingkungan Hidup (Tugas Pengetahuan Lingkungan)
Etika Lingkungan Hidup (Tugas Pengetahuan Lingkungan)
 
Rasa Cinta Etika Lingkungan
Rasa Cinta Etika LingkunganRasa Cinta Etika Lingkungan
Rasa Cinta Etika Lingkungan
 
Makalah erosi tugas PLH
Makalah erosi tugas PLH Makalah erosi tugas PLH
Makalah erosi tugas PLH
 
Ppt lingkungan
Ppt lingkunganPpt lingkungan
Ppt lingkungan
 
MAteri Dr Retno.pdf
MAteri Dr Retno.pdfMAteri Dr Retno.pdf
MAteri Dr Retno.pdf
 
Bab 2_Etika Lingkungannnnnnnnnnnnnnn.ppt
Bab 2_Etika Lingkungannnnnnnnnnnnnnn.pptBab 2_Etika Lingkungannnnnnnnnnnnnnn.ppt
Bab 2_Etika Lingkungannnnnnnnnnnnnnn.ppt
 
ETIKA LINGKUNGAN BIOSENTRISME.pptx
ETIKA LINGKUNGAN  BIOSENTRISME.pptxETIKA LINGKUNGAN  BIOSENTRISME.pptx
ETIKA LINGKUNGAN BIOSENTRISME.pptx
 
Paradigma keperawatan
Paradigma keperawatanParadigma keperawatan
Paradigma keperawatan
 
Sembilan prinsip etika lingkungan hidup
Sembilan prinsip etika lingkungan hidupSembilan prinsip etika lingkungan hidup
Sembilan prinsip etika lingkungan hidup
 
Sembilan prinsip etika lingkungan hidup
Sembilan prinsip etika lingkungan hidupSembilan prinsip etika lingkungan hidup
Sembilan prinsip etika lingkungan hidup
 
untuk slideshare.pdf
untuk slideshare.pdfuntuk slideshare.pdf
untuk slideshare.pdf
 
MAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docx
MAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docxMAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docx
MAKALAH MAMPU MENGAPLIKASIKAN ETIKA LINGUKUNGAN.docx
 
HAK ASASI ALAM.pptx
HAK ASASI ALAM.pptxHAK ASASI ALAM.pptx
HAK ASASI ALAM.pptx
 
MENGHORMATI LINGKUNGAN.pptx
MENGHORMATI LINGKUNGAN.pptxMENGHORMATI LINGKUNGAN.pptx
MENGHORMATI LINGKUNGAN.pptx
 
Makalah Filsafat Ust. Nely Ilmi Q.docx tugas
Makalah Filsafat Ust. Nely Ilmi Q.docx tugasMakalah Filsafat Ust. Nely Ilmi Q.docx tugas
Makalah Filsafat Ust. Nely Ilmi Q.docx tugas
 
Kep das 1 klp 7 fix
Kep das 1 klp 7 fixKep das 1 klp 7 fix
Kep das 1 klp 7 fix
 
Tajuk 5 Metafizik (USIM).pdf
Tajuk 5 Metafizik (USIM).pdfTajuk 5 Metafizik (USIM).pdf
Tajuk 5 Metafizik (USIM).pdf
 
PPT ALAM SEMESTA MUHAMMAD IQBAL GASSING.pptx
PPT ALAM SEMESTA MUHAMMAD IQBAL GASSING.pptxPPT ALAM SEMESTA MUHAMMAD IQBAL GASSING.pptx
PPT ALAM SEMESTA MUHAMMAD IQBAL GASSING.pptx
 
Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5Bahan perkuliahan ke 5
Bahan perkuliahan ke 5
 

Plh baru

  • 1. Nama : LUTHFIA ZAUMA NIM : 6411410106 Rombel : TEORI LINGKUNGAN I. ANTROPOSENTRISME ( Shallow Environtmental Ethics) Antroposentrisme adalah teori lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari alam semesta. Mengaggap bahwa manusia manusia dan kepentingannya sebagai nilai tertinggi, sehingga mengatakan bahwa nilai dan prinsip moral hanya berlaku bagi manusia sehingga etika hanya berlaku bagi manusia. Kewajiban dan tanggung jawab manusia terhadap alam merupakan perwujudan kewajiban dan tanggung jawab moral terhadap sesama manusia, bukan terhadap alam itu sendiri. Etika ini bersifat intrumentalistik artinya pola hubungan manusia dengan alam yaitu alam sebagai alat kepentingan manusia. Manusia peduli terhadap alam, demi menjamin kebutuhan hidup manusia sehingga jika alam itu tidak berguna bagi kepentingan hidup manusia maka akan diabaikan saja. Disebut sebagai etika teologis karena mendasarkan pertimbangan moral pada akibat dari tindakan tersebut bagi kepentingan manusia. Suatu kebijakan dan tindakan yang baik dalam kaitan dengan lingkungan hidup akan dinilai baik kalau mempunyai dampak yang menguntungkan bagi kepentingan manusia. Etika ini juga bersifat egoistis karena hanya mengutamakan kepentingan manusia, karena kepentingan mahkluk hidup lain mendapat pertimbangan moral tetap saja demi kepentingan manusia, maka dianggap sebagai etika lingkunan yang dangkal dan sempit (shallow environmental ethics). Krisis lingkungan dianggap terjadi karena perilaku manusia yang dipengaruhi cara pandang antroposentris. Cara pandang ini menyebabkan pola perilaku manusia yang eksploitatif, dekstruktif dan tidak perduli terhadap alam. Apa saja boleh dilakukan manusia terhadap alam sejauh tidak erugikan kepentingan manusia. Kepentingan manusia dalam hal bersifat jangka pendek.
  • 2. 1. Argumen Antroposentris Historis pemikiran antroposentris : a. Teori Kristen o Kitab Kejadian 1: 26-28 Penafsiran akan ayat ini adalah Allah memberi wewenang penuh kepada manusia untuk mengeksploitasi alam demi kepentingan manusia. o Kejadian Pasal 2: 9 Ketidakpatuhan manusia terhadap Allah melainkan memutuskan sendiri mana yang baik atau tidak baik dilakukan. Kaitannya dengan alam semesta menganggap yang baik adalah yang menunjang kehidupannya sebagai manusia sehingga dipelihara, dan yang jahat adalah yang mengancam kehidupan manusia sehingga harus dibasmi. Terjadinya krisis lingkungan karena manusia mengintervensi lingkungan demi kepentingannya. b. The Great Chain of Being Fokus utama terhadap Rantai Kehidupan ( The Great Chain of Being) dimana semua kehidupan di bumi membentuk dan berada dalam sebuah rantai kesempurnaan kehidupan, mulai dari yang paling sederhana sampai pada Maha Sempurna, yaitu Allah. Setiap ciptaan lebih rendah dimaksudkan untuk kepentingan ciptaan yang lebih tinggi. Hal itu dianggap sah karena demikianlah kodrat kehidupan dan tujuan penciptaan. c. The Free and Rational Being Manusia lebih tinggi dan terhormat dibandingkan dengan mahkluk ciptaan lain karena manusia adalah satu-satunya mahkluk bebas dan rasional, oleh karena itu Tuhan menciptakan dan menyediakan segala sesuatu di bumi demi kepentingan manusia. Manusia mampu mengkomunikasikan isi pikirannya dengan sesama manusia melalui bahasa. Manusia diperbolehkan menggunakan mahkluk non- rasional lainnya untuk mencapai tujuan hidup manusia, yaitu mencapai suatu tatanan dunia yang rasional. Perspektif serta pemahaman antroposentris oleh WH. Murdy dan F. Frase Darling merupakan pembelaan akan teori ini. Murdy menyatakan bahwa semua mahkluk di
  • 3. dunia ini ada dan hidup sebagai tujuan pada dirinya sendiri, sehingga hal yang wajar dan alamiah kalau manusia menganggap dirinya lebih tinggi dari mahkluk lain. Demi mencapai tujuannya manusia harus menilai tinggi alam, karena kelangsungan hidup dan kesejahteraan hidup manusia tergantung dari kualitas, keutuhan dan stabilitas ekosistem seluruhnya. Permasalahannya adalah tujuan- tujuan yang berlebihan yang berada di luar batas toleransi ekosistem itu sendiri. Jadi menurut Murdy krisis lingkungan disebabkan oleh penedekatan antroposentris yang berlebihan. Menurut Darling, pendekatan antroposentrisme tidak salah karena dengan menempatkan manusia pada posisi lebih terhormat, manusia dituntut untuk bertanggung jawab khusus terhadap seluruh isi alam semesta. Yang salah adalah penerapan antroposentrisme yang hanya melihat superioritas posisi manusia yang berkuasa atas alam secara sewenang-wenang. 2. Etika Intrumentalistik Beberapa posisi dan argumen moral yang dapat menjadi pegangan bagi manusia dalam hubungannya dengan lingkungan.  Prudential and Instrumental Argument Prudential Argument menekankan bahwa kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia tergantung dari kualitas dan kelestarian lingkungan. Argumen Instrumental adalah penggunaan nilai tertentu pada alam dan segala isinya, yakni sebatas nilai instrumental. Dengan argumen ini, manusia mengembangkan sikap hormat trhadap alam.  Teologi Kristen Dalam kisah penciptaan, manusia diciptakan secitra dengan Allah, sehingga manusia sebagai wakil Allah mempunyai tanggung jawab moral khusus, bahkan sangat berat, untuk menjaga dan melestarikan alam ciptaanNya. Pembelaan atas teori antroposentris adalah : Validitas argumennya sulit dibantah sehingga yang salah bukan antroposentrime itu sendiri tetapi antroposentrisme yang berlebihan. Antroposentrisme menawarkan etika lingkungan yang mempunyai daya tarik kuat untuk mendorong manusia menjaga lingkungan.
  • 4. Kelemahan dari teori etika antroposentrisme : Mengabaikan masalah-masalah lingkungan yang tdak langsung menyentuh kepentingan manusia. Kepentingan manusia selalu berubah-ubah dan berbeda-beda kadarnya. II. BIOSENTRISME (Intermediate Environmental Ethics)  Ciri-ciri Teori Etika Biosentrisme Biocentric, menganggap setiap kehidupan dan mahkluk hidup mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri. Mendasarkan moralitas keluhuran kehidupan, baik pada manusia ataupun makhluk hidup lainnya. Karena bernilai pada dirinya sendiri, kehidupan harus dilindungi. Untuk itu, dibutuhkan etika sebagai penuntun manusia dalam bertindak melindungi dan menjaga kehidupan. 1. Teori Lingkungan yang Berpusat pada Kehidupan (Life-Centered Theory of Environment) Intinya adalah manusia mempunyai kewajiban moral terhadap alam yang bersumber dan berdasarkan pada pertimbangan bahwa, kehidupan adalah sesuatu yang bernilai. Etika ini diidasarkan pada hubungan yang khas anatara alam dan manusia, dan nilai yang ada pada alam itu sendiri. Menurut Paul Taylor, biosentrisme didasarkan pada empat keyakinan yaitu: Manusia adalah anggota komunitas kehidupan di bumi, sama halnya dengan makhuk lain. Spesies manusia, dan spesies lain adalah bagian dari sistem yang saling tergantung. Semua organisme adalah pusat kehidupan yang mempunyai tujuan sendiri. Pemikiran-pemikiran tersebut melahirkan pemahamn baru akan manusia yaitu : Manusia hanya makhluk biologis yang sama dengan makhluk biologis lain. Manusia mendiami bumi yang sama dengan makhluk lain Manusia merupakan bagian dari keseluruhan, bukan pusat dari alam semesta. Perlu adanya pembedaan antara pelaku moral dan subjek moral untuk lebih memahami teori ini. Pelaku Moral adalah makhluk yang memiliki kemampuan bertindak secara moral (berupa akal budi, kebebasan dan kemauan), sehingga berkewajiban dan bertanggungjawab atas tindakannya (accountable being). Subjek
  • 5. Moral adalah makhluk yang bisa diperlakukan secara baik atau buruk, dan pelaku moral berkewajiban dan bertanggungjawab terhadapnya, yang menurut teori ini adalah semua organisme hidup dan kelompok organisme tertentu. Intinya adalah semua pelaku moral adalah subjek moral, tetapi tidak semua subjek moral adalah pelaku moral. Kewajiban utama manusia sebagai pelaku moral adalah menghormati dan menghargai alam (respect for nature) yang dapat diwujudkan dalam kewajiban- kewajiban : Tidak melakukan sesuatu yang merugikan alam dan isinya (Nonmaleficence atau Noharm ) Tidak mencampuri (Non-Interference)  Tidak membatasi dan menghambat kebebasan organisme berkembang dan hidup secara leluasa di alam sesuai hakikatnya  Membiarkan organisme berkembang sesuai hakikatnya Kesetiaan (terhadap binatang tertentu untuk bijaga dan dibiarkan hidup di alam bebas Kewajiban restitutif dan keadilan retributif 2. Etika Bumi (Land Ethic) oleh Aldo Leopold Terdiri dari dua prinsip yaitu : a. “A thing is right when it tends to preserve the integrity, stability and beauty og the biotic community. It is wrong when it tends otherwise” Segala sesuatu di alam semesta ini (semacam suatu komunitas biotis) mempunyai nilai pada dirinya sendiri, terlepas dari apakah berkaitan dengan dan menunjang kehidupan manusia atau tidak. b. Gagasan memperluas pemberlakuan etika Komunitas moral yang dikenal dalam kehidupan manusia diperluas mencakup alam semesta secara keseluruhan. Perluasan tersebut mencakup perlakuan manusia terhadap alam dan segala isinya, serta sampai kepada kemungkinan evolusioner dan keniscayaan ekologis. Merupakan suatu holisme karena yang jadi fokus utama adalah bumi, komunitas biotis dan
  • 6. bukan individu spesies atau makhluk hidup di dalamnya. Ada semacam piramida yang disebut piramida bumi yang merupakan suatu rantai yang kompleks seakan tdak teratur, tetapi stsebuabilitas sistem tersebut membuktikan bahwa rantai makanan merupakan struktur yang sangat rapi. 3. Anti-Spesiesme Teori ini menuntut perlakuan yang sama bagi semua makhluk hidup, karena alasan semuanya mempunyai kehidupan. Keberlakuan prinsip moral perlakuan yang sama (equal treatment). Anti-spesiesme membela kepentingan dan kelangsungan hidup spesies yang ada di bumi. Dasar pertmbangan teori ini adalah aspek sentience, yaitu kemampuan untuk merasakan sakit, sedih, gembira dan seterusnya. Inti dari teori biosentris adalah dan seluruh kehidupan di dalamnya, diberi bobot dan pertimbangan moral yang sama. III. EKOSENTRISME (Deep Eernvirontmental Ethics) Ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan biosentrisme. Oleh karenanya teori ini sering disamakan begitu saja karena terdapat banyak kesamaan. Yaitu pada penekanannya atas pendobrakan cara pandang antroposentrisme yang membatasi pemberlakuan etika hanya pada komunitas manusia. Keduanya memperluas pemberlakuan etika untuk komunitas yang lebih luas. Pada biosentrisme, konsep etika dibatasi pada komunitas yang hidup (biotis), seperti tumbuhan dan hewan. Sedang pada ekosentrisme, pemakaian etika diperluas untuk komunitas ekosistem seluruhnya (biotis dan a-biotis). Biosentrisme dan ekosentrisme, memandang manusia tidak hanya sebagai makhluk sosial (zoon politikon). Manusia pertama-tama harus dipahami sebagai makhluk biologis, makhluk ekologis. Dunia bukan sebagai kumpulan objek-objek yang terpisah, tetapi sebagai suatu jaringan fenomena yang saling berhubungan dan saling tergantung satu sama lain secara fundamental. Etika ini mengakui nilai intrinsik semua makhluk dan memandang manusia tak lebih dari salah satu bagian dalam jaringan kehidupan. Bagaimanapun keseluruhan organisme kehidupan di alam ini layak dan harus dijaga. Holocaust ekologis telah membawa dampak pada setiap dimensi kehidupan ini. Ekosentrisme tidak menempatkan seluruh unsur di alam ini dalam kedudukan yang hierarkis dan atau sub-ordinasi. Melainkan sebuah kesatuan organis yang saling bergantung satu sama lain.
  • 7. 1. Deep Ecology Salah satu bentuk etika ekosentrisme ini adalah etika lingkungan yang sekarang ini dikenal sebagai Deep Ecology. Sebagai istilah, Deep Ecology pertama kali diperkenalkan oleh Arne Naess, seorang filsuf Norwegia, pada 1973, di mana prinsip moral yang dikembangkan adalah menyangkut seluruh komunitas ekologis. Istilah Deep Ecology sendiri digunakan untuk menjelaskan kepedulian manusia terhadap lingkungannya. Kepedulian yang ditujukan dengan membuat pertanyaan-pertanyaan yang sangat mendalam dan mendasar, ketika dia akan melakukan suatu tindakan. Kesadaran ekologis yang mendalam adalah kesadaran spiritual atau religius, karena ketika konsep tentang jiwa manusia dimengerti sebagai pola kesadaran di mana individu merasakan suatu rasa memiliki, dari rasa keberhubungan, kepada kosmos sebagai suatu keseluruhan, maka jelaslah bahwa kesadaran ekologis bersifat spiritual dalam esensinya yang terdalam. Oleh karena itu pandangan baru realitas yang didasarkan pada kesadaran ekologis yang mendalam konsisten dengan apa yang disebut filsafat abadi yang berasal dari tradisi-tradisi spiritual, baik spiritualitas para mistikus Kristen, Budhis atau filsafat dan kosmologis yang mendasari tradisi-tradisi Amerika Pribumi. Ada dua hal yang sama sekali baru dalam Deep Ecology. Pertama, manusia dan kepentingannya bukan ukuran bagi segala sesuatu yang lain. Deep Ecology memusatkan perhatian kepada seluruh spesies, termasuk spesies bukan manusia. Ia juga tidak memusatkan pada kepentingan jangka pendek, tetapi jangka panjang. Maka dari itu, prinsip etis-moral yang dikembangkan Deep Ecology menyangkut seluruh kepentingan komunitas ekologis. Kedua, Deep Ecology dirancang sebagai etika praktis. Artinya, prinsip-prinsip moral etika lingkungan harus diterjemahkan dalam aksi nyata dan konkrit. Etika baru ini menyangkut suatu gerakan yang jauh lebih dalam dan komprehensif dari sekedar sesuatu yang amat instrumental dan ekspansionis. Deep Ecology merupakan gerakan nyata yang didasarkan pada perubahan paradigma secara revolusioner, yaitu perubahan cara pandang, nilai dan perilaku atau gaya hidup. Perspektif Deep Ecology menekankan pada kepentingan dan kelestarian lingkungan alam. Pandangan ini berdasar etika lingkungan yang kritikal dan mendudukkan lingkungan tidak saja sebagai objek moral, tetapi subjek moral. Sehingga harus diperlakukan sederajat dengan manusia. Pengakuan lingkungan sebagai moral subjek, membawa dampak penegakkan prinsip-prinsip keadilan dalam konteks hubungan antara manusia dan lingkungan sebagai sesama moral subjek. Termasuk di sini isu animal rights. Deep Ecology memandang proses
  • 8. pembangunan harus sejak awal melihat implikasinya terhadap lingkungan. Karena setiap proses pembangunan akan melibatkan perubahan dan pemanfaatan lingkungan dan sumber daya alam. Dapat disimpulkan bahwa Deep Ecology timbul karena meningkatnya kesadaran manusia terhadap kaitan dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Kesadaran tersebut timbul karena manusia mulai menyadari akibat dari berbagai kerusakan yang dilakukan oleh dirinya terhadap lingkungan sekitarnya. Kesadaran yang sama kemudian mendorong berkembangnya konsep pembangunan berkelanjutan. Pada konsep ini manusia harus memperhatikan daya dukung alam dalam memenuhi kebutuhannya. 2. Prinsip-prinsip Gerakan Lingkungan a. Biospheric egalitarianism-in principle, yaitu pengakuan semua organisme dan makhluk hidup adalah anggota berstatus sama dari suatu keseluruhan terkait sehingga bermartabat sama. b. Non-antroposentrisme, yaitu manusia merupakan bagian dari alam, bukan di atas atau terpisah dari alam. c. Realisasi diri (self-realization), realisasi diri manusia sebagai ecological self yaitu pemenuhan dan perwujudan semua kemampuannya yang beraneka ragam sebagai makhluk ekologis. d. Pengakuan dan penghargaan terhadap keanekaragaman dan kompleksitas ekologis dalam suatu hubungan simbiosis. e. Perlu perubahan politik menuju ecopolitics, yaitu mencapai suatu keberlanjutan ekologi secara luas yang berjangkauan jauh ke depan. 3. Sikap DE terhadapa Beberapa Isu Lingkungan a. Isu Pencemaran Prioritas DE adalah mengatasi sebab utama yang paling dalam dari pencemaran, dan bukan sekedar dampak superfisial dan jangka pendek. b. Isu Sumber daya Alam Alam dan kekayaan yang terkandung didalamnya tidak direduksi dan dilihat semata-semata dari segi nilai dan fungsi ekonomis, tetapi juga nilai dan fungsi sosial, budaya, spiritual dan religius, medis dan biologis.
  • 9. c. Isu Jumlah Penduduk Pengurangan penduduk adalah yang menjadi prioritas utama. d. Isu Keberagaman Budaya dan Teknologi Tepat Guna DE berusaha melindungi keberagaman budaya dari invansi masyarakat industri maju, karena keberagaman budaya dilihat sebagai analog dan berkaitan dengan keragaman dan kekayaan bentuk-bentuk kehidupan. e. Pendidikan dan Penelitian Ilmiah Prioritas sialihkan dari ”ilmu-ilmu keras ” ke ”ilmu-ilmu lunak”, khususnya enhetahuan budaya, filsafat dan etika serta penggalian kearifan tradisional untuk memperkaya wawasan masyarkat modern.