SlideShare a Scribd company logo
1 of 24
Download to read offline
ARAH DAN STRATEGI REFORMASI
          LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA RI

Sebuah Pemikiran Awal Pengembangan Kapasitas Institusional LAN
         Menuju Penguatan Sistem Administrasi Negara




            Disampaikan dalam Rapat Kerja Nasional
                Lembaga Administrasi Negara RI

  Kampus PPLPN Pejompongan – Jakarta, 12 s.d. 14 Desember 2007




                        JAKARTA, 2007
ARAH DAN STRATEGI REFORMASI
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA RI
Sebuah Pemikiran Awal Pengembangan Kapasitas Institusional LAN
Menuju Penguatan Sistem Administrasi Negara




                                       PENDAHULUAN


LAN merupakan salah satu LPND yang dalam pelaksanaan tugasnya dikoordinasikan
oleh MENPAN 1 . Secara fungsional, LAN mempunyai tugas “melaksanakan tugas
pemerintahan di bidang administrasi negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku”. Untuk melaksanakan tugas tersebut di atas, LAN
menyelenggarakan fungsi kajian, kediklatan, dan advokasi dalam bidang administrasi
Negara2. Sebagai salah satu Instansi Pemerintah dan organisasi formal, LAN mempunyai
berbagai permasalahan terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsinya. Permasalahan
dimaksud dapat terjadi, baik dalam lingkup eksternal maupun internal, yang jika
dibiarkan berlarut-larut akan bermuara pada menurunnya kinerja LAN, yang dapat
diindikasikan dari menurunnya kualitas produk LAN.

Secara eksternal, meski telah ada pembagian rigid mengenai kedudukan dan tugas
lembaga-lembaga pemerintah seperti Menteri Koordinator, Menteri Negara, Departemen/
LPND 3 , pada implementasinya masih ditemukan beberapa penyimpangan maupun
overlapping dalam pelaksanaan tugas, fungsi dan kewenangan antar lembaga pemerintah
tersebut. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi LAN sebagaimana dikemukakan di muka,
seringkali dihadapkan pada ketidakpastian/kerancuan kedudukan, baik dari segi struktur
organisasi pemerintahan maupun dari segi substansi urusannya. Dari segi struktur
organisasi pemerintahan, perlu kejelasan mengenai kedudukan LAN sebagai lembaga
supporting staff kepada Presiden. Dalam prakteknya, ada hambatan struktural yang masih
mentradisikan perlunya penghormatan terhadap lembaga-lembaga yang bersifat lebih
khusus menangani permasalahan pemerintahan. Sedangkan dari segi substansi urusan,
ranah keilmuan administrasi negara yang mencakup tidak hanya wilayah
penyelenggaraan kekuasaan eksekutif, melainkan juga wilayah legislatif, yudikatif,
auditif, dan bidang kekuasaan negara lainnya berdasarkan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, terkadang tidak dapat diaktualisasikan 4 . Hal ini dikarenakan
masih belum kesamaan persepsi publik terhadap luasnya cakupan administrasi negara.

1
    Keppres No.103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan
    Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan
    Perpres No. 64 Tahun 2005.
2
    Berdasarkan Keppres No. 103 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Keppres No. 3 Tahun
    2002
3
    Simak Perpres No. 62 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Perpres No. 9 Tahun 2005 tentang
    Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara RI.
4
    Baca cakupan konsepsional Administrasi Negara dalam Edisi Revisi SANKRI III, LAN, Jakarta, 2006.


                                                                                                  1
Secara internal, untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, berdasarkan Keputusan
Kepala LAN No. 4 Tahun 2004, struktur organisasi LAN terdiri dari tujuh Unit Eselon I,
17 Unit Eselon II, 42 Unit Eselon III, dan 53 Unit Eselon IV, yang terbagi dalam lingkup
wilayah kerja LAN Jakarta, PKP2A I di Bandung, PKP2A II di Makassar, PKP2A III di
Samarinda, serta STIA LAN Jakarta, Bandung, dan Makassar. Dalam pelaksanaannya,
masih terjadi ketidakserasian kegiatan antar unit organisasi di LAN yang terkait dengan
substansi dan cakupan kerja. Masih ditemui adanya overlapping pekerjaan, baik antar
Unit Kerja, maupun antara LAN Jakarta dengan perwakilan di daerah. Hal ini
dikarenakan tatanan keorganisasian LAN masih menimbulkan ambiguitas mengenai
batasan kewenangan masing-masing Unit Kerja. Dari segi SDM, PNS di lingkungan
LAN tersebar dalam berbagai Jabatan Struktural, Jabatan Fungsional Tertentu dan
Jabatan Fungsional Umum/Pelaksana. Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam
pengelolaan SDM LAN adalah belum teridentifikasinya kebutuhan pengadaan Jabatan
Fungsional Tertentu, di samping pola pembinaan pegawai yang belum tertata dengan baik.
Selain itu, jumlah pegawai yang ada diasumsikan masih kurang berkaitan dengan
pengembangan struktur organisasi LAN yang baru, yaitu pembentukan PKP2A III di
Samarinda dan Balai Diklat Bahasa.

Demikian pula dari segi komposisi latar belakang pendidikan pegawai masih dirasakan
adanya kekurangan, baik dari segi kualitas, kuantitas maupun spesialisasi, khususnya
untuk level S-3 dan S-2. Begitu juga dengan kebutuhan penguasaan kompetensi teknis,
baik dalam bidang kajian, Diklat, maupun kesekretariatan, perlu mendapatkan perhatian
yang optimal. Secara umum, permasalahan dalam pengelolaan SDM pegawai adalah
perlu ditetapkannya pola pembinaan karier secara sistematis dan terpadu, yang
memberikan kesempatan pengembangan karier bagi PNS di lingkungan LAN. Dalam hal
ketatalaksanaan, telah ditetapkan berbagai kebijakan internal yang mengatur tentang
sistem dan mekanisme kerja. Namun, masih diperlukan penyempurnaan lebih lanjut
disesuaikan dengan perkembangan kebijakan dan tuntutan kebutuhan organisasi.
Disamping itu masih perlu ditetapkan beberapa pedoman kerja, dan implementasi
pedoman kerja yang sudah ditetapkan belum dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dalam
hal sarana atau fasilitas kerja, telah dilakukan berbagai upaya pengembangan, baik dalam
bentuk penambahan maupun peningkatan kualitas sarana fisik. Meski demikian, upaya
tersebut dinilai masih terbatas, khususnya dalam bidang teknologi informasi yang belum
sepenuhnya mampu mendukung proses kerja guna mewujudkan kinerja dan pelayanan
yang lebih baik. Atas dasar paparan di atas, perlu segera dirumuskan langkah-langkah
stratejik dalam rangka mewujudkan pengembangan kapasitas organisasi LAN pada
khususnya serta organisasi pemerintahan dan kenegaraan pada umumnya.



                                 POSITIONING LAN

Refleksi Singkat Kinerja LAN

Secara umum dapat diamati bahwa LAN telah cukup mampu membangun kinerja
kelembagaan yang baik. Sejak berdirinya, LAN telah berkontribusi secara konkrit dalam


                                                                                      2
perumusan berbagai kebijakan di bidang tata kepemerintahan, misalnya pengaturan
tentang organisasi departemen dan susunan organisasi departemen sebagaimana tertuang
dalam Keputusan Presiden Nomor 44 dan 45 Tahun 1974. Hingga saat ini, pemerintah
bersama DPR-RI masih belum mampu menuntaskan pembahasan RUU Kementerian
Negara sebagai pedoman umum penataan kelembagaan dan manajemen Departemen/
Kementerian Negara. Kondisi ini menyiratkan bahwa pada era tahun 1970-an, kita jauh
lebih maju dalam manajemen kepemerintahan karena telah memiliki aturan (walaupun
hanya setingkat Keppres) tentang Pokok-Pokok dan Susunan Organisasi Departemen.

Selain itu, LAN telah turut mengawal upaya mewujudkan good governance melalui
penguatan salah satu pilarnya, yakni prinsip akuntabilitas. Penguatan akuntabilitas sektor
publik ini secara legal formal tertuang dalam Instruksi Presiden No. 7 tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam Inpres tersebut, LAN mendapat tugas
untuk: 1) membuat pedoman penyusunan pelaporan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah; dan 2) memberikan bantuan teknis dan penyuluhan tentang pelaporan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Atas dasar amanat tersebut, Keputusan Kepala
LAN Nomor 589/IXIS/Y/99 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah, yang telah disempurnakan dengan Keputusan Kepala LAN
Nomor 239/1X/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP.

LAN juga telah menerbitkan buku SANRI (Sistem Administrasi Negara RI) Jilid I dan II,
yang selama dekade 1990-an telah menjadi buku rujukan utama (text-book) bagi pelajar
dan mahasiswa, aparat pemerintah, pengamat dan cendekiawan, serta banyak kalangan
lainnya dalam memahami sistem administrasi negara di Indonesia. Buku tersebut telah
disempurnakan dengan diterbitkannya buku SANKRI (Sistem Administrasi Negara
Kesatuan RI) Jilid I, II, dan III. Hingga saat ini, baik buku SANRI maupun SANKRI
masih dapat dikatakan sebagai acuan utama dan dokumen terlengkap mengenai
administrasi negara di Indonesia dari perspektif historis hingga zaman modern dewasa ini.
Dengan kata lain, kedua buku tersebut dapat dikatakan sebagai “Buku Induk” sistem
administrasi negara Indonesia.

Kontribusi positif LAN dalam membangun profesionalisme aparatur pemerintahan tidak
bisa dilepaskan juga dari amanat peraturan perundang-undangan yang tertuan dalam PP
No. 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS. Dalam PP tersebut
secara eksplisit dinyatakan bahwa LAN adalah Instansi Pembina Diklat yang secara
fungsional bertanggung jawab atas pengaturan, koordinasi, dan penyelenggaraan Diklat.
Sebagai instansi pembina, LAN telah melaksanakan serangkaian program penting sbb:

       a.   Penyusunan pedoman Diklat;
       b.   Bimbingan dalam pengembangan kurikulum Diklat;
       c.   Bimbingan dalam Penyelenggaraan Diklat;
       d.   Standarisasi dan akreditasi Diklat;
       e.   Standarisasi dan akreditasi widyaiswara;
       f.   Pengembangan sistem informasi Diklat;
       g.   Pengawasan terhadap program dan penyelenggaraan Diklat;
       h.   Pemberian bantuan teknis melalui konsultansi, bimbingan di tempat kerja,
            kerjasama dalam pengembangan, penyelenggaraan, dan evaluasi Diklat.


                                                                                        3
Program-program Diklat yang diselenggarakan dan/atau dikelola oleh LAN sendiri
meliputi Diklat Kepemimpinan (Tingkat I, II, III, dan IV); Diklat Teknis Fungsional
(TNA, TOT, MOT, TOC, dsb); Diklat Teknis Manajemen, serta berbagai jenis bimbingan
teknis. Dilihat dari jumlah alumni Diklat LAN yang mencapai ratusan ribu pegawai, serta
dilihat dari produk-produk pembinaan dan program Diklat yang telah dilaksanakan, dapat
dibayangkan bahwa LAN telah secara sistematis dalam kurun waktu yang sangat panjang
membangun kapasitas kepemerintahan melalui peningkatan kompetensi individual
pegawai, baik keterampilan teknis (technical competency), kompetensi kepemimpinan
(managerial competency), maupun pembenahan mental, sikap dan perilaku (behavioral
competency).

Melalui STIA-LAN, LAN juga telah mencetak puluhan ribu kader aparatur pada berbagai
jenjang dan disiplin/bidang keilmuan. Alumni STIA-LAN tersebar di seluruh penjuru
Nusantara serta telah/pernah menduduki jabatan strategis seperti Menteri, Ketua/anggota
DPR/DPRD, Gubernur, Bupati/Walikota, anggota TNI/Polri, Ketua/pengurus berbagai
Partai Politik, Pimpinan Lembaga Negara, tokoh LSM, dan sebagainya. Fakta ini
memberikan ilustrasi bahwa penyelenggaraan organisasi pemerintahan / politik / militer
tidak terlepas dari peran dan pemikiran para alumni LAN.

Diluar hal-hal diatas, LAN juga telah menghasilkan banyak policy paper dan policy
recommendation pada berbagai bidang, melalui fungsi pengkajian dan penerbitan jurnal-
jurnal ilmiah maupun buku-buku. Konsep-konsep baru dalam konteks pengembangan
ilmu dan metodologi administrasi, maupun konsep-konsep pragmatis dalam rangka
menyikapi fenomena-fenomena aktual kontemporer, telah banyak digagas dan
dikembangkan oleh LAN melalui fungsi-fungsi kajian, penelitian, asistensi, dan
konsultasi. Konsep-konsep tadi antara lain meliputi manajemen kinerja, organisasi
berbasis kinerja, budaya kerja, model-model penataan kelembagaan, dan sebagainya.
Keberadaan berbagai konsep tadi diharapkan dapat berfungsi menjadi software
(perangkat lunak) untuk memacu efektivitas dan efisiensi siklus penyelenggaraan
pemerintahan di suatu unit organisasi.

Meskipun kinerja LAN dapat dinilai cukup baik sebagaimana diuraikan diatas, namun
tentu saja masih banyak kekurangan dan kelemahan yang dapat ditemukan, baik dalam
hal mekanisme kerja atau output/outcomes yang ingin dicapai. Salah satu kritik
konstruktif datang dari ADB (2004) dalam publikasi berjudul Country Governance
Assessment Report, Republic of Indonesia. Beberapa hal yang masih lemah dalam sistem
administrasi dan kepegawai di Indonesia menurut ADB, adalah:

       •   National system of administration and the civil service system are not
           conducive to good governance.
       •   At present, operational planning, manpower planning, development planning,
           and budgeting take place independently of one another.
       •   Central institutions emphasize adherence to regulations rather than
           performance.




                                                                                     4
•   There is no mechanism for the transfer of staff to or between regions. Such a
           mechanism is urgently needed because of the large disparities in staff levels
           between regions, and excessive staffing in national government offices.
       •   The civil service system is a career system not focused on professionalism
           and performance.
       •   Civil service position are not professionally classified, there are no
           requirements for position-holders to have skills matching the tasks.
       •   Regions have more autonomy to organize themselves, but they have been
           provided with a model that is too limited.
       •   Many irregularities in data were found during the transfer of personnel to the
           regions.
       •   Indonesia has a poor track record in functional training programs supported
           by funding agencies.

Tentu saja, kritik yang disampaikan oleh ADB diatas bukan hanya dimaksudkan untuk
LAN semata, namun juga institusi pemerintah lainnya pada rumpun PAN, yakni Kantor
Menpan, BKN, BPKP, bahkan dalam hal tertentu juga menyangkut Depdagri. Meskipun
demikian, kritik tadi sangat baik untuk dijadikan sebagai cermin dalam membenahi
sistem administrasi negara yang memang masih belum ideal. Dan sebagai wujud otokritik
untuk menemukan strategi yang lebih tepat bagi LAN dalam menjalankan Tupoksinya
dimasa mendatang, paparan dibawah ini akan mengelaborasi lebih detail berbagai kondisi
dan permasalahan LAN.

LAN Ditengah Problema Internal

Kinerja kelembagaan LAN memiliki korelasi yang erat dengan faktor internal organisasi.
Artinya, kekuatan (strength) atau kelemahan (weakness) sumber daya internal akan
sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya atau baik buruknya kinerja dan citra LAN
sebagai sebuah institusi pemikir strategis di bidang administrasi negara. Itulah sebabnya,
identifikasi terhadap kelemahan, keterbatasan dan/atau berbagai kekurangan, perlu
dilakukan secara cermat. Hal ini dimaksudkan agar terhadap permasalahan atau
kekurangan yang ada, dapat dikelola dan ditransformasi menjadi faktor kekuatan. Adapun
beberapa problema internal yang masih sering dihadapi LAN meliputi hal-hal sebagai
berikut:
•   Peran kepemimpinan LAN secara institusional dalam proses transformasi sistem
    pemerintahan dan sistem administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia,
    dirasakan masih belum optimal. Berbagai kajian dan rumusan saran kebijakan
    reformasi administrasi Negara yang dihasilkan oleh LAN dalam kurun waktu lima
    tahun terakhir, tampaknya masih belum mampu memberikan inspirasi yang signifikan,
    baik secara substantif maupun instrumental bagi penyusunan dan penetapan rumusan
    kebijakan transformasi administrasi pemerintahan di Indonesia. Sebaliknya, LAN
    tampak seperti “tertinggal” atau bahkan “ditinggalkan” sendiri dalam dinamika
    reformasi nasional tersebut. Lebih parah lagi, LAN dewasa ini tampaknya
    “kehilangan identitas” sebagai lembaga “think-tank” bagi para pengambil kebijakan
    dilingkungan pemerintahan, khususnya bagi lembaga kepresidenan.




                                                                                        5
•   Produk kajian dan pengembangan, serta perumusan kebijakan nasional tertentu di
    bidang administrasi negara, cenderung masih terbatas kepada hal-hal yang berkaitan
    dengan fungsi-fungsi eksekutif. Itupun juga masih terbatas pada aspek-aspek
    kelembagaan, kewenangan, ketatalaksanaan, dan sumber daya manusia. Sedangkan
    aspek-aspek kebijakan yang bersifat substantif fungsional dalam berbagai bidang dan
    sektor pemerintahan masih belum tersentuh oleh kompetensi dan kapasitas
    kelembagaan LAN.
•   Program yang dikembangkan oleh unit-unit Diklat, Litbang dan STIA kurang terpadu
    satu sama lain bahkan terkadang duplikasi satu sama lain. Program-program Litbang
    tidak mendapat dukungan dari program Diklat begitu pula sebaliknya. Benturan dan
    duplikasi tadi antara lain muncul karena: 1) pembagian kewenangan yang tidak jelas
    sehingga menimbulkan duplikasi pekerjaan antar satuan kerja; 2) intensitas pekerjaan
    yang tidak merata baik antara pusat dan daerah maupun antara unit yang satu dengan
    unit yang lain; 3) sumber daya manusia yang kualitas dan kuantitasnya tidak merata,
    pekerjaan sering terkonsentrasi pada individu/pegawai tertentu saja. Akibatnya,
    pendistribusian pekerjaan tidak bisa dilakukan secara merata, dan kalaupun
    dipaksakan merata maka pekerjaan tidak bisa terselesaikan dengan target-target yang
    telah ditetapkan; 4) perencanaan yang belum memiliki arah yang jelas sehingga unit
    kerja menafsirkannya sendiri bahkan terkadang tidak lagi mengacu kepada sandaran
    yang ada tapi pada kebutuhan dan perkembangan di lapangan yang kadang hanya
    bersifat sesaat saja; 5) masih adanya ego unit dan ego individual; serta 6) tidak
    adanya jaminan untuk dapat terfokus untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.
•   Selain permasalahan duplikasi tadi, dalam dataran pelaksanaan, benturan jadwal
    kegiatan sering tidak bisa dihindari, akibat penumpukan pekerjaan yang tidak
    didukung oleh sumber daya manusia yang memadai baik secara kualitas maupun
    kuantitas. Duplikasi program tadi, ironisnya, terjadi juga antar lembaga-lembaga di
    rumpun PAN (Kantor Menpan, LAN, BKN), bahkan juga dengan Depdagri.
•   Permasalahan yang sering ditemui juga berkaitan dengan kurang terinternalisasinya
    visi bersama (shared vision) di seluruh jajaran pimpinan dan staf serta antar unit kerja.
    Pada saat yang bersamaan, terjadi proses melemahnya / lunturnya pemahaman dan
    internalisasi nilai-nilai normatif khas LAN menurut Motto Makarti Bhakti Nagari
    maupun motto Prestasi, Dedikasi, dan Partisipasi. Akibatnya, kohesivitas dan
    sinergitas antar unit kerja baik secara vertikal, horisontal, maupun diagonal melemah
    dan berkembang pola hubungan kerja dan prosedur kerja birokratis, hierarkhis,
    formalitas dsb.
•   Di bidang kelembagaan, fakta masih menunjukkan masih kurang seimbangnya
    struktur organisasi dengan beban kerja berdasarkan Tupoksi dan daya jangkau
    terhadap kelembagaan pemerintahan di Pusat maupun di Daerah. Akibatnya,
    representasi kompetensi kelembagaan LAN dalam momentum lintas sektoral dan
    lintas stakeholders masih lemah. Hal ini diperparah dengan fakta masih lemahnya
    sistem informasi manajemen serta ketersediaan data base kondisi lingkungan strategis,
    program diklat maupun stakeholders, serta masih lemahnya pembinaan hubungan
    kerja atau Human and Public Relationship dalam suatu jejaring kerja dengan para
    alumni diklat., maupun dengan berbagai unsur pimpinan lembaga pemerintahan
    secara lintas sektoral.


                                                                                           6
•   Sistem perencanaan program kerja jangka lima tahunan dan tahunan kurang terpola
    secara jelas, sehingga menghasilkan perencanaan yang lemah. Kondisi ini menjadi
    semakin terasa karena kurangnya komitmen dan konsistensi terhadap hasil
    perencanaan, serta lemahnya koordinasi dalam penyusunan perencanaan program
    antar unit/satker hingga tahap pelaksanaannya. Fenomena yang sering muncul adalah
    penyusunan perencanaan secara mendadak, sering berubah-ubah, serta berdasarkan
    pada format yang berbeda-beda. Akibat dari sistem perencanaan yang lemah ini dapat
    dirasakan pada tiga bentuk, yaitu: 1) ukuran tingkat capaian kinerja program menjadi
    tidak jelas; 2) keterkaitan antar program tidak jelas; serta 3) peran dan kinerja
    organisasi menjadi tidak jelas.
•   Kapasitas SDM internal masih relatif kurang optimal jika dikaitkan dengan beban
    kerja. Sebagai instansi pembina diklat, misalnya, LAN bertanggung jawab terhadap
    lembaga-lembaga diklat di 33 Provinsi, sebagian Kabupaten/Kota, dan badan-badan
    atau balai-balai diklat Departemen/LPND. Sementara di bidang kajian, dinamika
    kehidupan berbangsa pada skala lokal, nasional, dan global, tidak mungkin dapat
    diikuti secara cepat melalui perumusan program-program kajian, asistensi, maupun
    konsultasi. Dengan rasio (perbandingan) yang kurang ideal antara sumber daya
    internal dengan dinamika eksternal tersebut, maka dapat dipahami jika pembenahan
    sistem administrasi negara menjadi kurang optimal pula. Dalam kaitan ini, salah satu
    strategi yang dapat dikembangkan adalah penguatan organisasi (institutional
    strengthening) LAN yang dikaitkan dengan strategi kewilayahan.
•   Dalam bidang kediklatan, meski berstatus sebagai instansi pembina, harus diakui
    bahwa LAN masih dihadapkan pada berbagai problematika yang sistemik. Beberapa
    hal yang bisa diidentifikasi antara lain: 1) Kompetensi SDM Diklat yang masih
    kurang karena belum adanya standar kompetensi widyaiswara dan pengelola diklat,
    serta belum adanya sistem akreditasi dan sertifikasi widyaiswara dan pengelola diklat;
    2) Program diklat yang kurang efektif karena tidak dilakukakan analisis kebutuhan
    diklat secara matang, penyusunan program diklat yang tidak berdasarkan standar
    kompetensi (competence-based training), serta belum adanya akreditasi dan
    sertifikasi program diklat; 3) Daya dukung kelembagaan diklat yang masih kurang,
    yang diindikasikan oleh fakta belum ada standar kelembagaan diklat berdasarkan
    tipologi, sistem akreditasi dan sertifikasi lembaga diklat yang kurang jelas, serta
    evaluasi terhadap ”kelembagaan” diklat terakreditasi yang belum berjalan dengan
    baik dan konsisten; 4) Mekanisme pembinaan dan koordinasi belum berjalan dengan
    baik karena tidak adanya standar mekanisme koordinasi, serta pembagian peran antar
    lembaga penyelenggara diklat, antara lembaga diklat dengan instansi pembina, dan
    antara satker di lingkungan instansi pembina yang kurang jelas; 5) Sistem diklat yang
    tidak connect/inline dengan sistem pengembangan karir, karena kurang jelasnya pola
    pengembangan karir berdasarkan diklat. Contoh konkrit adalah Diklatpim yang lebih
    diperuntukan bagi ”persyaratan” jabatan bukan pemenuhan kompetensi.
•   Di sisi lain, keberfungsian LAN yang sangat dominan dalam pembinaan dan/atau
    penyelenggaraan Diklat Aparatur, khususnya Diklat Kepemimpinan, juga masih
    dipertanyakan berbagai pihak yang terkait dengan pendayagunaan para lulusan
    berbagai program diklat termaksud. Kapasitas LAN dalam penyelenggaraan dan/atau
    pembinaan Diklat seperti dalam proses akreditasi Lembaga Diklat, Evaluasi Program
    dan Paska Program Diklat, maupun Pembinaan Kewidyaiswaraan hingga dewasa ini


                                                                                        7
juga masih sering terkendala oleh berbagai keterbatasan kompetensi kelembagaan
    maupun SDM yang ada.
•   Keberadaan STIA-LAN sebagai lembaga pendidikan bergelar / berjenjang juga tidak
    luput dari persoalan pelik. Jika berbagai persoalan ini tidak diatasi secara tuntas,
    maka upaya membangun SDM aparatur yang profesional dan berkinerja tinggi, secara
    otomatis akan menjadi terhambat. Diantara permasalahan yang menuntut pemikiran
    serius di lingkungan STIA-LAN adalah: belum semua kampus STIA mempunyai
    unsur pelaksana akademik, kurikulum STIA belum sepenuhnya berorientasi pada
    kebutuhan dan tantangan perubahan, koordinasi berkala belum terlaksana dengan baik,
    Pusat PPM sebagai salah satu perwujudan fungsi pokok perguruan tinggi belum
    berfungsi optimal, keterikatan dengan alumni STIA relatif lemah, kurangnya
    networking dengan perguruan tinggi lain, belum jelasnya analisis kebutuhan
    pengembangan pegawai, serta sentralisasi program pengembangan SDM.

LAN Ditengah Perubahan dan Tantangan Besar

Sebagai lembaga pemerintah yang berfungsi sebagai perumus kebijakan dan konseptor
reformasi administrasi, LAN jelas tidak bergerak di ruang hampa. LAN merupakan satu
komponen kecil dari sistem kehidupan antar negara, antar lembaga, dan antar kelompok
masyarakat yang saling berinteraksi dan saling bergantung. Untuk itu, LAN dituntut
memiliki kemampuan mengelola perubahan sekaligus kemampuan menjawab berbagai
tantangan yang menyertai perubahan tersebut.

Beberapa perubahan besar yang dihadapi LAN antara lain dapat diidentifikasikan sebagai
berikut:
•   Proses Amandemen UUD 1945 sebanyak 4 kali yang memungkinkan
    terselenggaranya sistem Pemilu yang jauh lebih demokratis berdasarkan sistem multi
    partai pada Pemilu Legislatif, serta Pemilihan Umum Langsung Presiden / Wakil
    Presiden RI dan Pemilihan Langsung Kepala Daerah Propinsi, Kabupaten dan Kota.
    Secara fundamental, hal ini telah merubah sistem dan tatanan demokrasi lama model
    Orde Baru menjadi tatanan baru yang memberi tempat lebih luas bagi tumbuhnya
    partisipasi langsung masyarakat (direct democracy), tanpa mengabaikan sistem
    perwakilan (democracy by representation) yang sudah eksis sebelumnya.
•   Kelembagaan negara juga berubah secara drastis seiring dengan Amandemen UUD
    1945. Sistem parlementaria yang berkamar tunggal berubah menjadi bikameral (DPR
    dan DPD), bahkan trikameral (ditambah dengan MPR sebagai ”kamar” ketiga).
    Kekuasaan yudikatif juga berubah dengan lahirnya Mahkamah Konstitusi dan Komisi
    Yudisial. Sementara di lingkungan eksekutif, muncul banyak sekali ”lembaga negara”
    non struktural berbentuk Dewan, Komisi, atau Badan independen.
•   Perubahan pada dimensi suprastruktur tadi juga diikuti dengan perubahan pada
    dimensi infrastruktur politik. Proses demokrasi yang sebelumnya berbasis pada
    prinsip simplifikasi kepartaian, berubah total menjadi sistem multi partai. Secara
    langsung, kondisi ini berdampak pada komposisi keanggotaan legislatif yang
    bercorak ”pelangi”. Dan kefraksian yang sangat beragam di tubuh legislatif inilah
    yang menjadi salah satu pemicu munculnya kebiasaan membentuk kabinet koalisi


                                                                                      8
yang rapuh. Hak prerogatif Presiden untuk mengangkat para pembantunya menjadi
    kabur atau melemah akibat dari menguatnya pengaruh sistem kepartaian. Pada saat
    yang bersamaan – meski tidak ada landasan yuridisnya – sistem kepartaian
    sekonyong-konyong terbagi menjadi dua kelompok besar (dikotomi), yakni antara
    partai pemerintah (governing parties) dan partai oposisi (non-governing parties).
    Uniknya lagi, parpol seolah-olah memiliki hak untuk sewaktu-waktu menentukan
    pilihan apakah menjadi bagian dari partai pemerintah atau partai oposisi.
•   Dengan adanya perubahan suprastruktur dan infrastruktur politik tadi, sistem
    pemerintahan presidensial tidak dapat berjalan secara konsisten dan konsekuen.
    Padahal, desain konstitusional (amandemen UUD 1945) sesungguhnya lebih
    memperkokoh sistem Presidensial, yakni melalui mekanisme Pilpres secara langsung
    oleh rakyat (Pasal 6A) dan menjabat untuk waktu yang telah ditetapkan (Pasal 7).
    Kondisi ini juga tercerminkan hingga birokrasi yang paling bawah, dimana bukan
    hanya dalam hal pengangkatan Kepala Daerah saja, pengangkatan seseorang pada
    jabatan karir seperti Sekretaris Daerah juga sering diwarnai dengan kepentingan-
    kepentingan tertentu. Dengan kata lain, netralitas birokrasi menjadi dipertanyakan.
•   Desentralisasi luas yang diintroduksi sejak 1999 telah merangsang kelahiran daerah-
    daerah otonom baru, baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Pada level yang lebih
    rendah, hal tersebut berimplikasi terhadap bertambahnya unit-unit organisasi
    pemerintahan seperti kecamatan, kelurahan, dan desa. Dengan kata lain, struktur
    kelembagaan pemerintahan menjadi membesar di tingkat daerah, sebagai implikasi
    logis desentralisasi secara luas. Selain itu, otonomi luas juga membawa transformasi
    sumber daya secara massive dari Pusat ke Daerah dalam bentuk transfer kewenangan,
    SDM pegawai, sumber keuangan / pembiayaan, serta asset / kekayaan pemerintah.
•   Pada tataran global, integrasi dan disintegrasi negara bangsa (nation state) muncul
    dengan variasinya masing-masing. Negara Eropa Timur seperti Rusia, Cekoslovakia
    dan Yugoslavia ”memilih” jalan pemisahan diri (separatisme) untuk mendirikan
    negara-negara kecil yang otonom. Sedangkan negara Eropa Barat seperti Jerman
    Barat dan Jerman Timur memilih melebur menjadi kesatuan dalam wadah Republik
    Federal Jerman. Gejala disintegrasi juga sudah terjadi di Indonesia dengan
    merdekanya Timor Timur serta lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke tangan
    Malaysia. Diluar kasus itu, gerakan laten di Aceh, Maluku dan Papua juga masih
    terus menuntut pemisahan diri dari NKRI.
•   Pada saat bersamaan, kecenderungan perkembangan kemajuan teknologi informatika
    dan telekomunikasi serta globalisasi ekonomi telah mendorong berkembangnya apa
    yang oleh FW Riggs (2004) disebut sebagai “the Global Public Administration”, yang
    pada gilirannya mengikat sistem administrasi negara di Indonesia maupun negara
    lainnya di berbagai belahan dunia, untuk tunduk pada berbagai ketentuan protokol
    internasional di berbagai bidang dalam kerangka perwujudan kepentingan asasi
    masyarakat global.

Seluruh perubahan yang terjadi tersebut – khususnya pada level nasional – adalah sebuah
perubahan yang direncanakan dan diarahkan pada terwujudnya tata kepemerintahan yang
baik, bersih dan bebas KKN. Tentu saja, LAN menempati posisi sentral sebagai penjaga
dan pengaman kebijakan dan konsep reformasi administrasi. Hal ini mengandung


                                                                                      9
pemahaman bahwa LAN harus memiliki konsep akademik dan konsep kebijakan dalam
mengantisipasi dan merencanakan sebuah perubahan, sekaligus konsep akademik dan
kebijakan dalam mengelola setiap perubahan yang sedang dan/atau akan berlangsung.

Adapun tantangan besar administrasi negara yang dihadapi LAN antara lain dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
•   Proses demokratisasi yang sedang berjalan di Indonesia tidak segera memasuki fase
    konsolidasi yang mantap. Hal ini nampak dari sering berubah-ubahnya aturan main
    (rule of the game) dan format kelembagaan politik. Rivalitas antar pelaku dan partai
    politik sering terjadi secara tidak elegant, atau praktek-praktek suap, gratifikasi, dan
    bentuk-bentuk KKN yang lain, juga masih cukup menggejala dalam kehidupan
    berpolitik kita. Dengan kata lain, demokrasi Indonesia yang ideal masih terus mencari
    bentuknya. Dalam hubungan ini, sistem konstitusi NKRI nampaknya juga masih
    mencari bentuknya. Hal ini terlihat dari adanya keinginan sebagian komponen bangsa
    untuk melakukan amandemen terhadap UUD 1945.
•   Kesenjangan pembangunan antar wilayah masih sangat terasa antara Jawa dengan
    luar Jawa, atau antara Indonesia bagian Barat dengan kawasan Timur. wilayah KTI
    (Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua) seluas 67,91% dari total
    wilayah Indonesia, namun hanya dihuni hanya sekitar 20% penduduk Indonesia.
    Kondisi ini jelas sekali menyiratkan ketimpangan distribusi sumber-sumber daya
    pembangunan. Problematika pembangunan KTI ini semakin diperparah oleh fakta-
    fakta seperti rendahnya dukungan politik dan kelembagaan, potensi konflik horisontal
    dan vertikal, kualitas SDM yang relatif masih rendah, serta infrastruktur ekonomi
    yang sangat minim.
•   Masyarakat dan dunia usaha swasta hanya memiliki sedikit peran dalam
    penyelenggaraan pelayanan publik. Kepuasan masyarakat masih relatif rendah,
    sementara kepastian pelayanan dalam dimensi prosedur, biaya, persyaratan, dan mutu,
    juga belum dapat diwujudkan. Hal ini antara lain disebabkan karena kewajiban moral
    aparat pemerintah sebagai service provider dalam menetapkan Maklumat / Janji
    Pelayanan juga belum dapat dipenuhi.
•   Fakta tingginya angka pengangguran juga menjadi salah satu masalah klasik
    pembangunan ekonomi di Indonesia. Data 2006 menunjukkan bahwa pengangguran
    terbuka mencapai sekitar 10,4 persen dari total angkatan kerja, atau sebesar 106,3 juta
    orang. Sementara penciptaan lapangan kerja baru hanya sebesar 2,1 juta, dan itupun
    merupakan angka maksimal dari perkiraan (asumsi) pertumbuhan ekonomi pada
    tahun 2007 yang sebesar 6,3 persen. Jika pertumbuhan ekonomi lebih rendah, maka
    secara otomatis akan sangat sulit untuk menekan angka pengangguran tersebut.
    Masalahnya akan lebih berat lagi dengan adanya penduduk setengah penganggur
    yaitu yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu, yang jumlahnya saat ini mencapai
    sekitar 12 juta orang (Bappenas, 2007). Ironisnya, kemampuan sektor jasa, industri,
    manufaktur, dan lain-lain yang diharapkan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak
    pada tahun 2007 tidak terlalu bisa diandalkan karena terimbas oleh inflasi maupun
    kenaikan harga-harga kebutuhan pokok.
•   Seiring dengan tingginya angka pengangguran, jumlah penduduk miskin pada tahun
    2007 diperkirakan akan mencapai 45,7 juta jiwa (Pusat penelitian Ekonomi LIPI,


                                                                                         10
2007). Proyeksi lain mengestimasi bahwa tahun 2007 angka kemiskinan di Indonesia
    sebesar 17,75 persen dari total 222 juta penduduk (iNusantara Networks, 2007). Hal
    ini sedikit berbeda dengan pengumuman resmi pemerintah yang mengatakan bahwa
    Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta
    (16,58 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2006 yang
    berjumlah 39,30 juta (17,75 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar
    2,13 juta (BPS, 2007). Terlepas dari perbedaan data tersebut, yang pasti adalah bahwa
    kemiskinan belum teratasi dan tetap menjadi salah satu masalah besar bangsa.
•   Di bidang pembangunan hukum, tantangan yang masih sering ditemukan antara lain
    adalah: 1) masih adanya peraturan hukum yang tersedia tidak lengkap dan tidak jelas
    kaitan pengaturannya terhadap peristiwa konkrit tertentu; 2) lemahnya penegakan
    hukum yang berimplikasi terhadap menurunnya tingkat kepercayaan publik kepada
    aparat penegak hukum; 3) adanya diskrimasi dan desain celah hukum (law hole)
    dalam perumusan peraturan; 4) terciptanya mafia peradilan bagi masyarakat pencari
    keadilan; 5) lambatnya penanganan perkara, dan 6) berbagai permasalahan klasik
    dalam penegakan hukum yang diakibatkan lemahnya sistem pengawasan penegakan
    hukum secara efektif yang melibatkan peran aktif seluruh komponen masyarakat
    (social control).
•   Kondisi sumber daya alam dan lingkungan juga terancam semakin terdegradasi. Pola
    pemanfaatan lahan yang dilaksanakan cenderung mengarah kepada aspek ekonomi
    tanpa mempertimbangkan aspek ekologi. Kerusakan lingkungan pada gilirannya
    menyebabkan fungsi hutan tidak lagi optimal. Sistem hidrologi menjadi berubah,
    banjir yang diikuti oleh terjadinya erosi dan longsor, menimbulkan kerugian fisik,
    ekonomi, sosial, dan psikologis yang teramat besar. Sebagai ilustrasi, Hingga saat ini
    hutan di Indonesia mengalami penyusutan hampir mencapai kurang lebih 65 juta
    hektare. Sejak 1996 Indonesia telah kehilangan hutan mencapai angka 2 juta hektar
    per tahun atau sama dengan enam kali lapangan bola setiap menitnya (Lobja, 2007).
    Ironisnya, kerusakan lingkungan bukan hanya terjadi di sektor kehutanan melalui
    aktivitas illegal logging atau kasus-kasus kebakaran, tetapi juga pada sektor DAS
    (daerah aliran sungai), areal tambang, sumber daya hayati (flora dan fauna), dsb.
•   Korupsi telah menjadi penyakit yang menggerogoti daya tahan dan memperlemah
    daya saing bangsa. Munculnya berbagai kasus korupsi sendiri, selain disebabkan oleh
    praktek penyimpangan yang terlanjur “membudaya”, juga karena ada struktur yang
    membiarkan praktek korupsi merajalela, yang kemudian menimbulkan budaya
    koruptif. Hal inilah yang sering disebut orang sebagai “Republik Dracula”, yaitu
    segala struktur di dalam republik yang menjadi para penghisap darah yang
    menggerogoti habis segala sendi-sendi dalam negara tersebut (MTI, 1999). Meskipun
    sudah agak membaik, namun data CPI (Index Persepsi Korupsi) 2006 menunjukkan
    bahwa Indonesia masih berada dibawah Philipina, Sri Lanka, India, China, Thailand
    dan Malaysia. CPI Indonesia masih lebih baik dibanding Papua Nugini, Pakistan,
    Kamboja, Bangladesh, dan Myanmar (Hardjapamekas, 2007). Sayangnya, kinerja
    pemberantasan korupsi yang dikomandani oleh KPK masih sangat lemah. Potensi
    pengembalian kerugian negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki
    kekuatan hukum tetap (inkracht), yaitu putusan terhadap uang/barang rampasan, uang
    pengganti, dan denda, “hanya” sebesar Rp. 27.750.057.426. Dari jumlah tersebut,
    yang telah berhasil disetor ke Kas Negara “hanya” sebesar Rp. 12.771.271.205 (KPK,


                                                                                       11
Laporan Tahunan 2006). Hal ini menyiratkan bahwa agenda pemberantasan korupsi
    di Indonesia masih belum cukup menjanjikan untuk membentuk sosok
    kepemerintahan yang benar-benar bersih dan berwibawa.
•   Tidak kalah dengan tantangan besar lainnya, masalah etika penyelenggaraan negara
    yang lemah juga menjadi problematika klasik di Indonesia. Dalam hal ini, Eep
    Saefullah Fatah (2007) menyebutkan beberapa daftar persoalan tentang etika, yakni:
    1) kita mewarisi kerusakan infrastruktur etika bernegara; 2) agenda pembentukan
    kembali infrastruktur etika bernegara terbengkalai selama 9 tahun terakhir; 3)
    absennya infrastruktur etika bernegara melemahkan praktik good governance dalam
    beberapa aspek seperti political and bureaucratic accountability, freedom of
    association and participation, fairand reliable judicial system, effective and efficient
    public sector management. Dalam perspektif kedepan, dimensi etika dalam
    penyelenggaran negara ini perlu lebih ditonjolkan untuk mengurangi keterlibatan para
    pejabat negara dan pejabat pemerintahan dari praktek-praktek kotor yang tidak terpuji.

Keseluruhan fakta dan fenomena global diatas, secara umum telah berdampak pada
perubahan sistem dan praktek penyelenggaraan pemerintahan negara sebagai satu
kesatuan sistem administrasi negara yang berlaku di dalam kerangka NKRI paska
pemerintahan Orde Baru. Kondisi ini sesungguhnya merupakan faktor pendorong dan
sekaligus peluang yang sangat strategis bagi LAN untuk memantapkan dan meningkatkan
eksistensi, keberfungsian, dan peranannya sebagai lembaga fungsional di bidang
perumusan kebijakan, pengkajian dan pengembangan sistem administrasi negara, serta
pendayagunaan aparatur, khususnya di bidang pendidikan dan pelatihan bagi PNS.

Implikasinya, berbagai tantangan besar tadi secara kasat mata berada dihadapan LAN dan
menuntut jawaban yang cepat dan akurat berisi strategi, langkah-langkah dan agenda
pembenahan sistem administrasi negara baru yang mampu mengantisipasi sekaligus
mengatasi tantangan-tantangan besar yang ada. Tentu saja, dalam upaya turut mengurai
permasalahan dan tantangan yang ada secara sistematis, LAN tetap tetap berpijak pada
peraturan pembentukannya serta dalam koridor Tupoksinya. Dengan kata lain, LAN
bukanlah pelaku tunggal (single actor) yang bertanggungjawab terhadap keseluruhan
problematika nasional yang ada, melainkan menjadi bagian integral dari lembaga-
lembaga negara dan aktor lainnya untuk memainkan peran sebagai problem solver yang
komprehensif, sinergis dan kohesif.

LAN Diantara Landasan Filosofis Berbangsa dan Dinamika / Wacana Kritis

Perubahan-perubahan dan tantangan besar administrasi negara kedepan, pada dasarnya
merupakan issu-issu aktual dan sering muncul sebagai wacana kritis kehidupan berbangsa
dan bernegara. Issu-issu dan wacana inilah yang diharapkan dapat diolah dan diproses
oleh LAN menjadi formulasi-formulasi kebijakan, strategi manajemen, dan konsep-
konsep, ataupun modul, toolkit, dan bahan ajar dalam kerangka besar program reformasi
administrasi negara. Dengan demikian nampak bahwa LAN semestinya lebih banyak
bergerak di tataran dinamis / operasional kebijakan.

Dalam mengolah issu-issu maupun wacana dinamis tersebut, tentu LAN memiliki pijakan
berupa landasan filosofis. Landasan filosofis disini dimaksudkan sebagai sebuah


                                                                                        12
komitmen dan konsensus dasar dalam pembentukan negara bangsa (nation state), yang
secara konkrit misalnya berwujud Tujuan Negara, atau suasana kebatinan (gleistlichen
hintergrund) bangsa Indonesia ketika merumuskan konsenses bersama di awal masa-
masa kemerdekaan. Landasan filosofis tadi bisa juga berupa nilai-nilai universal yang
diakomodasikan secara legal formal kedalam norma-norma konstitusi (UUD 1945).

LAN Diantara Pelaksanaan Tupoksi dan Pencapaian Tujuan Negara

LAN adalah salah satu lembaga yang seharusnya mampu berperan aktif dalam proses
transformasi sistem administrasi Negara menuju terciptanya kepemerintahan yang baik
(good governance), guna mendorong percepatan peningkatan daya saing nasional. Hal ini
sesuai dengan tugas pokok LAN berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 9
tahun 2004 dan Keppres Nomor 11 tahun 2004, sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 11 tahun 2005, yaitu: “…melaksanakan tugas pemerintahan
di bidang administrasi negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.” Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, LAN memiliki fungsi-fungsi sbb:

•   Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional tertentu bidang administrasi negara;
•   Pengkajian kinerja kelembagaan dan sumber daya aparatur dalam rangka
    pembangunan administrasi negara dan peningkatan kualitas sumber daya aparatur;
•   Pengkajian dan pengembangan manajemen kebijakan dan pelayanan di bidang
    pembangunan administrasi negara;
•   Penelitian dan pengembangan administrasi pembangunan dan otomasi administrasi
    negara;
•   Pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur negara;
•   Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAN;
•   Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang administrasi
    negara; dan
•   Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
    perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian,
    keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.

Melihat rumusan tugas pokok dan fungsi LAN diatas, dapat dibayangkan betapa luasnya
cakupan tugas LAN. Berdasarkan Tupoksi diatas, maka tugas LAN menjangkau seluruh
sektor pemerintahan dan/atau pembangunan, sepanjang berkenaan dengan aspek
administrasi negara. Hal ini sesuai dengan pengertian “Administrasi Negara”, yakni
administrasi yang mendukung penyelenggaraan tugas / fungsi negara (pemerintah dalam
arti luas). Dalam bahasa lain, seluruh instansi / lembaga pemerintahan sesungguhnya
mempraktekkan fungsi dan aktivitas administrasi (negara).

Atas dasar pemahaman seperti itu, maka seluruh sumber daya LAN termasuk program
dan kegiatan lembaga, harus diarahkan sebesar-besarnya pada upaya mewujudkan tujuan
negara. Tujuan Negara sendiri dapat diwujudkan jika terdapat jaminan bahwa tujuan
pembentukan Lembaga Negara, Departemen/LPND, BUMN, Pemerintahan Daerah, serta
lembaga-lembaga lainnya, dapat diwujudkan. Ini berarti bahwa setiap lembaga memiliki
tanggung jawab dan kontribusi untuk turut mewujudkan tujuan negara, sebatas pada tugas
pokok dan fungsi yang dibebankan kepada lembaga tersebut. Peran LAN sendiri adalah


                                                                                      13
membenahi sistem administrasi negara yang kondusif dan menjadi landasan yang kokoh
bagi setiap lembaga publik untuk dapat mewujudkan tujuannya masing-masing.

Sementara itu dilingkup internal, LAN hanya akan mampu membangun sistem
administrasi negara makro yang kondusif jika satuan-satuan kerja yang ada dapat
membangun kinerjanya secara optimal. Dengan kata lain, satuan kerja internal LAN
seperti Kedeputian, STIA-LAN, PKP2A, dan Sekretariat Utama, secara langsung harus
mendukung dan/atau berkontribusi terhadap kinerja institusi LAN, dan secara tidak
langsung berkontribusi terhadap program reformasi administrasi negara secara umum.

Dalam lingkaran yang lebih mikro, satuan kerja internal LAN hanya dapat unjuk kinerja
optimal jika perumusan program dan kegiatan direncanakan dengan seksama, matang,
antisipatif (mengakomodasi kemungkinan perubahan dan bervisi kedepan), integratif
(memiliki korelasi positif dengan program di sektor/unit lain, atau program pada waktu
yang berbeda), dan komprehensif (mempertimbangkan semua faktor / aspek / dimensi).
Sebaliknya, jika program dan kegiatan tidak terencana dengan baik, maka cita-cita
membangun kinerja lembaga (institutional performance), atau mimpi mewujudkan
birokrasi yang handal dan profesional, serta harapan mewujudkan tujuan negara, hanya
akan menjadi sesuatu yang kosong dan tidak bermakna.

Oleh karena itu, reformasi administrasi negara secara sistemik dalam mewujudkan tujuan
negara harus dibarengi dengan pembenahan kelembagaan negara (state institutional
reform), yang selanjutnya diikuti dengan penguatan kelembagaan LAN (LAN
institutional strengthening). Konsep inilah yang dimaksudkan ssebagai orbit LAN dalam
konteks merealisasikan tujuan negara. Artinya, LAN harus berputar (menjalankan
aktivitas) mengikuti garis orbit yang telah tertentu, dengan pusat orbitnya yaitu tujuan
negara. Jika LAN berjalan menyimpang dari garis orbitnya, apalagi keluar orbit (offline),
maka tujuan negara akan tetap menjadi sebuah idealita atau retorika. Selanjutnya, untuk
dapat berhasil menjalankan program penguatan kelembagaan (internal), Tupoksi LAN
harus menjadi pusat orbit atas seluruh                 program dan kegiatan yang
dirumuskan. Dalam bentuk                                      model, garis orbit LAN
dalam         mewujudkan                                           tujuan negara dapat
disederhanakan dalam                                                  Gambar sbb:




                                                                                      14
Gambar 1. Garis Orbit LAN Dalam Mewujudkan Tujuan Negara


         REFORMASI LAN for REFORMASI ADMINISTRASI NEGARA


Dimensi Reformasi Administrasi Negara

Sebagaimana kritik ADB, sistem administrasi negara di Indonesia memiliki banyak
kelemahan. Persepsi banyak kalangan, termasuk pernyataan mantan Presiden Megawati
bahwa birokrasi kita ibarat keranjang sampah, juga mengilustrasikan bahwa aparatur
negara di Indonesia masih carut marut dan kurang profesional. Terhadap kondisi tersebut,
reformasi administrasi, reformasi birokrasi, reformasi pemerintahan, atau istilah-istilah
yang merujuk kepada pengertian yang serupa, adalah jawaban dan pilihan yang tidak
dapat ditawar-tawar lagi. Namun faktanya, merumuskan program reformasi birokrasi
ibarat mengurai benang kusut. Berbagai konsep reformasi disusun, dan berbagai lembaga
negara dengan fungsi melakukan reformasi dibentuk, namun birokrasi yang bersih,
berwibawa, dan profesional tidak kunjung datang. Nampaknya ada sesuatu yang salah
dengan program besar reformasi tadi. Terdapat semacam mis-orientasi, dari mana harus
memulai langkah reformasi, dan strategi apa yang harus dipilih untuk mengeksekusi
program reformasi nasional tersebut.

Mengingat fenomena tersebut, maka perlu adanya semacam cetak biru (blue print)
tentang reformasi administrasi negara yang lengkap dan komprehensif, mudah
diaplikasikan, terinci, serta disepakati dan/atau didukung oleh seluruh pihak / stakeholder
terkait. Sebab, sebagaimana dikemukakan oleh Mustopadidjaja (2000), kegagalan dalam
mengembangkan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan
merupakan salah satu penyebab krisis nasional di Indonesia pada akhir abad 20.

Dalam rangka lebih memperjelas tentang cakupan dan substansi reformasi sektor publik,
maka langkah pertama yang perlu disepakati adalah tingkatan atau cakupan dari
reformasi sektor publik itu sendiri. Artinya, untuk memudahkan dalam membuat agenda
kebutuhan reformasi, maka kita dapat menggolongkan reformasi tersebut menjadi 3 (tiga)
kelompok atau tingkatan sebagai berikut:

1. Governance Reform (Reformasi Tata Kepemerintahan).
   Reformasi pada kelompok ini merupakan program yang sifatnya makro dan
   mencakup berbagai dimensi dan berbagai cabang kekuasaan (Trias Politika).
   Beberapa cakupan dari governance reform ini antara lain reformasi konstitusional
   (Amandemen UUD 1945) termasuk peraturan perundang-undangan yang
   menjabarkannya (regulatory reform); pembenahan dunia peradilan menyangkut
   sistem hukum, struktur hukum dan budaya hukum; pemberantasan korupsi dan
   berbagai moda KKN lainnya; reformasi kepolitikan nasional seperti sistem Pemilu,
   susunan dan kedudukan lembaga legislatif (MPR, DPR, DPD, DPRD);
   penyempurnaan demokrasi melalui Pilkada, dan sebagainya.



                                                                                        15
2. Administrative Reform (Reformasi Birokrasi).
   Reformasi administratif disini merupakan sinonim dari reformasi birokrasi. Makna
   birokrasi sendiri identik dengan aparatur pemerintahan pada cabang kekuasaan
   eksekutif. Dengan demikian, reformasi birokrasi atau administrative reform
   merupakan bagian dari reformasi tata kepemerintahan (governance reform).
   Reformasi birokrasi ini antara lain meliputi pembaharuan manajemen kebijakan
   publik, penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan, kapasitas finansial dan
   manajemen keuangan, sistem perencanaan dan pengawasan pembangunan, sistem
   akuntabilitas dan transparansi informasi (information disclosure), peningkatan
   kualitas pelayanan publik, dan sebagainya.

3. Civil Service Reform (Reformasi Kepegawaian / SDM Aparatur).
   Reformasi kepegawaian merupakan tingkatan terendah dengan cakupan (scope) yang
   lebih sempit, yakni menyangkut dimensi-dimensi kepegawaian/personalia, sejak
   tahapan awal hingga tahap akhir dari siklus manajemen kepegawaian. Dengan kata
   lain, reformasi sistem kepegawaian ini berkaitan dengan aspek rekrutmen,
   pengembangan pegawai, standarisasi kompetensi, kinerja individual, sistem karir,
   pengembangan program kediklatan, gaji / insentif, pemensiunan, kesejahteraan
   pegawai, dan sebagainya. Reformasi kepegawaian, dengan demikian, merupakan
   bagian integral dari administrative reform dan governance reform.

Agenda Reformasi Administrasi Negara

Basis pemikiran yang dikembangkan dalam buku ini sesungguhnya sama dengan
kerangka kerja dan konsep RPJM Nasional mengenai penciptaan tata pemerintahan yang
bersih dan berwibawa. Permasalahan utama yang dihadapi adalah reformasi birokrasi
belum berjalan sesuai dengan tuntutan masyarakat. Pelanggaran disiplin,
penyalahgunaan kewenangan dan masih banyaknya praktek KKN; rendahnya kinerja
sumber daya manusia dan kelembagaan aparatur; sistem kelembagaan (organisasi) dan
ketatalaksanaan (manajemen) pemerintahan yang belum memadai; rendahnya efisiensi
dan efektifitas kerja; rendahnya kualitas pelayanan umum; rendahnya kesejahteraan PNS;
dan banyaknya peraturan perundang-undangan yang sudah tidak sesuai dengan
perkembangan keadaan dan tuntutan pembangunan, dan masih lemahnya pengawasan
terhadap kinerja aparatur negara, merupakan cerminan dari kondisi kinerja birokrasi yang
masih jauh dari harapan.

Atas dasar permasalahan inti diatas, maka reformasi administrasi negara yang dapat
diperankan oleh LAN harus bermuara pada terwujudnya sasaran berupa tata
pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, profesional, dan bertanggungjawab, yang
diwujudkan dengan sosok dan perilaku birokrasi yang efisien dan efektif serta kapasitas
optimal dalam pelayanan yang prima kepada seluruh masyarakat. Untuk mewujudkan
sasaran umum tersebut, maka beberapa sasaran khusus yang harus dapat dicapai meliputi
hal-hal sebagai berikut:

•   Berkurangnya secara nyata praktek korupsi di birokrasi, dan dimulai dari tataran
    (jajaran) pejabat yang paling atas;



                                                                                     16
•   Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang bersih,
    efisien, efektif, transparan, profesional dan akuntabel;
•   Terhapusnya aturan, peraturan dan praktek yang bersifat diskriminatif terhadap warga
    negara, kelompok, atau golongan masyarakat;
•   Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik;
•   Terjaminnya konsistensi seluruh peraturan pusat dan daerah, dan tidak bertentangan
    dengan peraturan dan perundangan di atasnya.

3 (Tiga) Agenda reformasi LAN

Terlepas dari segala keterbatasan dan kekurangan yang ada, sesuai dengan tugas pokok
dan fungsi yang dimiliki, LAN masih memiliki peluang yang besar untuk berperan lebih
pro-aktif dan inovatif dalam proses reformasi sistem penyelenggaraan pemerintahan
negara, baik di Pusat maupun di Daerah, dalam kerangka implementasi dan perwujudan
good and clean governance di Indonesia. Di samping itu, tuntutan masyarakat yang
semakin dinamis dan kritis terhadap kapasitas, kompetensi, maupun profesionalitas
aparatur negara dan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan publik; juga berimplikasi kepada keberfungsian LAN dalam pembinaan dan
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.

Dalam rangka memenuhi panggilan tugas negara serta memenuhi harapan masyarakat
terhadap sosok administrasi negara yang bersih, modern, profesional, dan berkompeten
tinggi, maka 3 (tiga) ranah reformasi internal perlu dilaksanakan secara simultan, kohesif,
dan berkelanjutan, sehingga melahirkan efek penguatan (reinforcing) satu dengan lainnya.
Adapun ketiga dimensi reformasi LAN tersebut adalah sebagai berikut:

1. Restrukturisasi Kelembagaan LAN
    Sebagai sebuah faktor input dalam mencapai tujuan lembaga, aspek kelembagaan
    memegang peran yang sangat penting. Dalam hal ini, model/format kelembagaan
    harus didesain sedemikian rupa agar tidak menjadi penghambat kreativitas dan
    fleksibilitas pelaksanaan tupoksi lembaga. Hambatan yang dapat muncul dari desain
    kelembagaan yang terlalu besar, kaku, dan ortodoks, misalnya koordinasi yang tidak
    lancar mengalir, tersumbatnya alur komunikasi antar unit kerja atau antar pegawai,
    keterlambatan penyelesaian program/kegiatan karena adanya berbagai red-tape,
    distribusi tugas dan tanggungjawab pekerjaan yang kurang seimbang, alokasi sumber
    daya yang tidak merata, dan sebagainya.
    Mengingat hal-hal tersebut, maka desain kelembagaan yang mencakup dimensi
    struktur, proses, maupun sistemnya, harus benar-benar memperhatikan prinsip-prinsip
    normatif penataan organisasi, misalnya memiliki visi yang jelas dan terarah,
    ramping/flat sesuai dengan beban kerja dan kebutuhan, memperkuat jabatan
    fungsional secara variatif, mampu mengembangkan strategi learning organization
    dan membangun jejaring organisasi (networking), mampu menyiapkan instrumen
    sebagai pusat pengembangan knowleged institution, dan sebagainya.

2. Revitalisasi Sumber Daya LAN



                                                                                       17
Kebijakan restrukturisasi dalam rangka reposisi kelembagaan LAN dalam arus
   perubahan lingkungan strategis diatas, perlu dibarengi atau ditindaklanjuti dengan
   kebijakan dan program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur LAN, baik
   struktural, fungsional maupun staf umum dalam berbagai bidang kompetensi yang
   relevan dengan berbagai aspek perkembangan lingkungan strategis. Hal ini
   mengandung konsekuensi bahwa manajemen kepegawaian, manajemen keuangan,
   manajemen asset, manajemen perencanaan dan monitoring di lingkungan LAN perlu
   diperbaharui kembali agar menjadi lebih baik.

3. Reaktualisasi Peran LAN
   Diantara ketiga aspek reformasi internal LAN diatas, aspek ke-3 merupakan aspek
   pokok yang menjadi inti dari buku ini. Hal ini mengandung pengertian bahwa 2 (dua)
   dimensi yang lain dianggap tetap (mutatis mutandis), dan diasumsikan masih cukup
   efektif dan efisien untuk mendukung peran baru LAN mewujudkan reformasi
   administrasi negara yang lebih berdayaguna dan berhasilguna. Alternatif lainnya,
   penyempurnaan dimensi pertama dan kedua harus segera dirumuskan setelah peran-
   peran LAN telah berhasil diaktualisasikan kembali. Dengan kata lain, program
   reposisi / restrukturisasi kelembagaan dan revitalisasi sumber daya LAN merupakan
   tahapan lebih lanjut dari tahap reformulasi peran lembaga.



      PERAN LAN DALAM MENDORONG REFORMASI ADM. NEGARA


   Sebagaimana diuraikan diatas, reformasi sektor publik terdiri dari 3 (tiga) tingkatan,
   dengan cakupan (scope) dan isi (content) yang berbeda sesuai dengan tingkatannya.
   Untuk dapat mewujudkan hasil yang optimal tentang sistem dan mekanisme
   penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan negara, maka ketiga tingkatan
   reformasi diatas perlu dilaksanakan secara paralel, simultan dan sinergis.
   Prinsip ”lebih dahulu telor atau ayam” jelas tidak dapat dipergunakan. Reformasi
   harus dimulau dan dilakukan secara serentak pada berbagai bidang dan berbagai lini,
   berbagai lembaga dan departemen, oleh berbagai aktor, serta dengan berbagai
   pendekatan. Inilah yang disebut sebagai reformasi yang holistik (holistic reform).

   Dalam rangka mendorong bergulirnya reformasi yang holistik tersebut, peran LAN
   cukup dominan. LAN harus memainkan peran untuk dapat menjamin berlangsungnya
   roda reformasi pada ketiga tingkatan tersebut. Untuk itu, peran yang tepat akan
   menentukan efektivitas hasil dari reformasi. Atas dasar pola pemikiran seperti ini,
   maka beberapa peran LAN yang dapat dipertimbangkan meliputi peran-peran sbb:

   1. Mengemban upaya-upaya dalam mewujudkan values (nilai-nilai yang
      menghikmati kehidupan bangsa atau nilai-nilai kebangsaan dan perjuangan
      bangsa) seperti perjuangan mewujudkan jatidiri bangsa dan tujuan bangsa
      bernegara.




                                                                                      18
2. Memperbaharui secara terus menerus sistem dan mekanisme kerja birokrasi
   dalam rangka menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi sistem
   administrasi negara dalam sebagian ataupun keseluruhan dimensinya (values,
   structure, process, outputs).
3. Menciptakan lingkungan yang kondusif (enabling environment) bagi
   berlangsungnya transformasi sistem administrasi negara menuju terciptanya
   kepemerintahan yang baik (good governance), sehingga mampu mendorong
   upaya percepatan peningkatan daya saing nasional dan perwujudan
   kepemerintahan yang baik, bersih dan bebas KKN. Dengan kata lain, LAN
   diharapkan akan memiliki wibawa dan pengaruh kepemimpinan institusional yang
   kuat sebagai “inspirator” dan “generator” dalam proses reformasi dan
   transformasi sistem administrasi negara di Indonesia.
4. Mendorong terbangunnya sebuah sistem, mekanisme, dan tata hubungan antar
   lembaga negara dan lembaga pemerintahan yang lebih berbasis pada
   keseimbangan dan saling bersinergi dalam pencapaian visi bersama
   penyelenggaraan negara (presenting political equilibrium). Dalam kaitan ini,
   peran tersebut harus diimbangi dengan pendidikan perilaku pejabat publik yang
   lebih berpihak kepada kepentingan bangsa secara kolektif (controlling political
   behavior).
5. Menjadi percontohan dalam implementasi manajemen pemerintahan di berbagai
   bidang (modelling / piloting roles). Penerapan e-government (termasuk e-
   procurement), anggaran berbasis kinerja, organisasi yang ramping dan efektif
   (lean in structure and fit in function), pola karir yang menjamin profesionalisme
   aparatur, budaya kerja, organisasi pembelajaran, dan berbagai bentuk best
   practices manajemen pemerintahan membutuhkan lembaga tententu sebagai
   model percontohan. Dan LAN-lah yang seharusnya memerankan peran
   sebagai ”laboratorium kebijakan” tersebut. Dengan kata lain, LAN harus
   memposisikan diri menjadi pionir pembaharuan administrasi negara (leading in
   renewal of public management) melalui proses pengabdian sepenuh hati (totally-
   devoting) dan pembelajaran terus menerus (continually-learning).
6. Memperkokoh ”peran-peran lama” (the genesis roles) dalam rangka memperkuat
   kinerja kelembagaan LAN. Salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah
   dengan penyelenggaraan kajian, konsultasi dan litbang administrasi yang lebih
   berorientasi pada problem solving dan costumer satisfaction and needs-fulfillment.
   Untuk dapat memenuhi orientasi tersebut, maka proses dan program kajian harus
   berbasis pada kompetensi yang tinggi (competence-based research), baik
   kompetensi kelembagaan, kompetensi tenaga peneliti, maupun kompetensi
   produk kajian/litbang. Salah satu upaya yang dapat dipikirkan adalah dengan
   menetapkan tahapan-tahapan capaian (milestones) dalam keseluruhan proses
   kajian/litbang. Milestones tadi misalnya didahului oleh produk / laporan kajian,
   kemudian ditransformasi menjadi agenda diklat atau pola pembelajaran tertentu
   berwujud sylabus, modul, atau bahan ajar. Milestones ini perlu terus
   ditransformasi dalam wujud-wujud yang lebih konkrit dan aplikatif hingga pada
   tahapan peningkatan kapasitas SDM dan sistem penyelenggaraan pemerintahan.




                                                                                 19
7. Peran pada butir ke-6 perlu juga di-reinforcing dengan perombakan sistem
      kediklatan dengan penguatan kompetensi akademik dan analisis pada SDM aparat
      level bawah. Artinya, semakin sedikit masa kerja seorang pegawai, maka semakin
      besar pula peluang yang harus diberikan untuk menempuh diklat dalam ranah
      intelectual competency. Sebaliknya, semakin lama masa kerja, maka semakin
      banyak peluang yang harus disediakan untuk mengikuti diklat yang membangun
      managerial competency. Dan bagi seluruh pegawai tanpa pembedaan masa kerja,
      harus diberikan kesempatan untuk membangun behavioral competency-nya
      melalui program diklat.
   8. LAN harus mampu menjamin dasar filosofis terjabarkan dalam substansi
      kebijakan (fungsi decoding/interpreting). Artinya, materi hukum atau substansi
      peraturan perundang-undangan harus dapat terjabarkan dalam produk hukum
      turunannya secara sinergis tanpa menimbulkan friksi, overlap dan pertentangan
      satu sama lain. Dalam hal ini, fungsi sosialisasi kebijakan dan replikasi penerapan
      kebijakan yang baik (good policy implementation) harus menjadi perhatian LAN
      di masa-masa mendatang. Pada saat yang bersamaan, LAN harus mampu
      mengakomodir wacana kritis dan menerjemahkan sesuai semangat filosofisnya
      (fungsi bridging / channeling). Ini mengandung pengertian bahwa aspirasi daerah,
      kelompok masyarakat, organisasi profesi, kaum intelektual/pakar, dan komponen
      masyarakat lain harus mampu diwadahi dalam kerangka kebijakan.



ROAD-MAP DAN PROGRAM REAKTUALISASI PERAN INSTITUSIONAL LAN


Harus diakui bahwa selama ini penyelenggaraan program di lingkungan LAN masih lebih
berorientasi pada sekedar melaksanakan tupoksi organisasi dari pada memikirkan
manfaat dan dampak (benefit and impact) dari pelaksanaan tupoksi tersebut. Orientasi
pada pelaksanaan tupoksi ini dapat kita sebut sebagai orientasi primitif dari sebuah
organisasi modern. Oleh karena itu, orientasi tahap awal ini harus kita tinggalkan jauh-
jauh karena sangat bertentangan dengan karakter dan spirit LAN sebagai think tank
pembaharuan sistem administrasi negara.

Orientasi kedua adalah pelaksanaan tugas dan menghasilkan produk tertentu (output
oriented). Dalam orientasi tahap kedua ini, kualitas juga masih cenderung
dikesampingkan. Kepuasan kerja hanya terukur dari adanya laporan kegiatan dan tidak
ada proses evaluasi terhadap susbstansi dan tindak lanjutnya. Dengan kata lain,
manajemen kinerja organisasi terhenti ketika program/kegiatan lembaga telah
mendapatkan hasil tertentu. Orientasi lembaga yang tidak mampu melampaui tahap
output ini dapat kita sebut sebagai orientasi bertahan (survival orientation) yang juga
harus kita hindarkan.

Pada tahap selanjutnya, LAN sudah mampu menyusun program dan menjalankan peran
yang lebih baik, yakni mengidentifikasi kebutuhan stakeholder. Dalam tahap ini, LAN
diasumsikan sudah relatif mampu melakukan konsolidasi internal untuk menjawab
tuntutan serta memenuhi harapan dan kebutuhan stakeholder. Namun nampaknya dalam


                                                                                      20
tataran ini masih lebih terperangkap pada daftar keinginan / kebutuhan (list of needs),
namun belum ada strategi yang jelas bagaimana kebutuhan tersebut dipuaskan. Orientasi
ini dapat kita katakan sebagai orientasi pasar, dimana program LAN sudah banyak
bersesuaian dengan realitas praktek administrasi negara dalam berbagai dimensinya.

Jalan organisasi yang harus ditempuh selanjutnya adalah membangun kepercayaan dan
kepuasan stakeholder. Oleh karenanya, orientasi pada tahap ini dapat dikatakan sebagai
orientasi kepercayaan dan kepuasan. Disini LAN sudah mampu membangun network
yang memiliki landasan kokoh agar berkesinambungan di masa-masa selanjutnya. LAN
juga sudah mampu memberikan jaminan kualitas (quality assurance) serta jaminan
bimbingan berkelanjutan. Selain itu, produk-produk kajian LAN dapat dijadikan sebagai
rujukan / referensi penting dalam pembenahan manajemen pemerintahan. Dan untuk
mampu mengimplementasikan orientasi ini, LAN perlu terus-menerus melakukan
penajaman fokus program/kegiatan jangka pendek, menengah, maupun panjang.

Adapun ”jalan tertinggi” yang harus dilalui oleh LAN adalah orientasi kinerja unggul.
Dalam tahap ini, aktualisasi peran LAN sudah mendapat pengakuan sangat luas diantara
lembaga-lembaga negara dan pemerintahan. Demikian pula, produk-produk LAN sudah
menjadi nationally standardized (bahkan internationally). Kapasitas kelembagaan makin
mengokoh dan mengakar yang ditopang oleh kapasitas SDM yang mumpuni. Image atau
citra LAN juga sangat positif baik dalam konteks kualitas produknya maupun perilaku
pejabatnya. Manajemen internal dan sosok / format kelembagaan sangat efektif dan
efisien untuk menciptakan kinerja institutional yang tertinggi.

Selanjutnya, kelima jalan organisasi diatas harus masuk dalam kerangka waktu yang
terukur. Dalam hal ini, LAN disarankan untuk mencapai tahap kelima (orientasi kinerja
unggul) pada tahun 2011. Secara skematik, roadmap LAN dalam membangun peran
maksimal membangun dan membenahi sistem admininistrasi negara dapat dilihat pada
gambar sebagai berikut.




                                                                                    21
22
PENUTUP


Dari paparan terdahulu dapatlah disimpulkan bahwa pembenahan sistem administrasi
negara dan peningkatan kualitas aparatur negara / pemerintahan mensyaratkan adanya
peningkatan peran LAN sebagai salah satu institusi yang memiliki tugas pokok di bidang
pendayagunaan administrasi negara. Selanjutnya secara implisit dapat disimpulkan pula
bahwa peningkatan peran administrasi negara berarti peningkatan kualitas sistem dan
kompetensi SDM dalam sistem administrasi negara utamanya dalam birokrasi. Hal itu
akan ditempuh melalui peningkatan kompetensi SDM, sedangkan perbaikan kualitas
sistem administrasi negara dilakukan melalui perbaikan-perbaikan struktur organisasi
dan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen termasuk pemanfaatan teknologi informasi
(electronic administration).

Dengan demikian, profesionalisme birokrasi bermakna ganda yaitu: 1) peningkatan
kualitas sistem administrasi negara, dan 2) peningkatan kualifikasi profesionalitas SDM
aparatur negara. Kedua hal tersebut tidak boleh lepas dari dan harus selalu dikaitkan
dengan dimensi-dimensi nilai yang melandasi dan mengarahkan sistem administrasi
negara. Dalam konteks Indonesia hal itu berarti “nilai-nilai kebangsaan dan perjuangan
bangsa” sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD
1945. Nilai-nilai tadi harus selalu melandasi dan menjadi acuan dalam penyelenggaraan
negara, yang sekaligus juga harus dapat diaktualisasikan dalam praktek penyelenggaraan
negara melalui konsep SANKRI.

Dalam rangka menggulirkan cita-cita dan program besar tersebut, maka reaktualisasi
peran LAN melalui konsolidasi internal, penajaman program-program, serta penetapan
peran-peran baru yang lebih menantang, menjadi kebutuhan yang mendesak. Disini
terdapat sebuah “hipotesa” bahwa efektivitas kelembagaan (LAN) akan menentukan
kinerja kelembagaan; kinerja kelembagaan akan menjadi faktor determinan dalam
mewujudkan reformasi yang berhasil; dan reformasi yang berhasil menjadi kunci dan
dasar untuk dapat mewujudkan cita-cita dan tujuan negara.




                                                                                    23

More Related Content

What's hot

Transformasi Peran Strategis Aparatur Pemda Provinsi DKI Jakarta melalui Pene...
Transformasi Peran Strategis Aparatur Pemda Provinsi DKI Jakarta melalui Pene...Transformasi Peran Strategis Aparatur Pemda Provinsi DKI Jakarta melalui Pene...
Transformasi Peran Strategis Aparatur Pemda Provinsi DKI Jakarta melalui Pene...Dadang Solihin
 
Pengembangan Kapasitas Desa dan Pengembangan Pelayanan di Tingkat Desa
Pengembangan Kapasitas Desa dan Pengembangan Pelayanan di Tingkat DesaPengembangan Kapasitas Desa dan Pengembangan Pelayanan di Tingkat Desa
Pengembangan Kapasitas Desa dan Pengembangan Pelayanan di Tingkat DesaTri Widodo W. UTOMO
 
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 42
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 42SRI SUWANTI - MIP - Latihan 42
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 42Sri Suwanti
 
Kepemimpinan dalam organisasi
Kepemimpinan dalam organisasiKepemimpinan dalam organisasi
Kepemimpinan dalam organisasiJoel mabes
 
Proposal penerapan fungsi koordinasi aparat pemerintah
Proposal penerapan fungsi koordinasi aparat pemerintahProposal penerapan fungsi koordinasi aparat pemerintah
Proposal penerapan fungsi koordinasi aparat pemerintahOperator Warnet Vast Raha
 
MAKALAH REFORMASI BIROKRASI SEBAGAI STRATEGI NASIONALdocx
MAKALAH REFORMASI BIROKRASI SEBAGAI STRATEGI NASIONALdocxMAKALAH REFORMASI BIROKRASI SEBAGAI STRATEGI NASIONALdocx
MAKALAH REFORMASI BIROKRASI SEBAGAI STRATEGI NASIONALdocxLisca Ardiwinata
 
AD Forum Komunitas Catur Profesional
AD Forum Komunitas Catur ProfesionalAD Forum Komunitas Catur Profesional
AD Forum Komunitas Catur ProfesionalBima Vabrian
 
Hasil Observasi Tata Usaha SMK Negeri 40 Jakarta
Hasil Observasi Tata Usaha SMK Negeri 40 JakartaHasil Observasi Tata Usaha SMK Negeri 40 Jakarta
Hasil Observasi Tata Usaha SMK Negeri 40 JakartaIlhamsyahIbnuHidayat
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloEKPD
 
19. agenda iii pka-bahan tayang akuntabilitas kinerja-
19. agenda iii pka-bahan tayang akuntabilitas kinerja-19. agenda iii pka-bahan tayang akuntabilitas kinerja-
19. agenda iii pka-bahan tayang akuntabilitas kinerja-temanna #LABEDDU
 
1.04 pembentukan struktur-organisasi
1.04 pembentukan struktur-organisasi1.04 pembentukan struktur-organisasi
1.04 pembentukan struktur-organisasiMikhail Rasyid
 
Perubahan kur pp kn revisi
Perubahan kur pp kn revisiPerubahan kur pp kn revisi
Perubahan kur pp kn revisiNarto Wastyowadi
 
Penyusunan Renstra MPR RI 2015-2019
Penyusunan Renstra MPR RI 2015-2019Penyusunan Renstra MPR RI 2015-2019
Penyusunan Renstra MPR RI 2015-2019Dadang Solihin
 

What's hot (16)

Transformasi Peran Strategis Aparatur Pemda Provinsi DKI Jakarta melalui Pene...
Transformasi Peran Strategis Aparatur Pemda Provinsi DKI Jakarta melalui Pene...Transformasi Peran Strategis Aparatur Pemda Provinsi DKI Jakarta melalui Pene...
Transformasi Peran Strategis Aparatur Pemda Provinsi DKI Jakarta melalui Pene...
 
Pengembangan Kapasitas Desa dan Pengembangan Pelayanan di Tingkat Desa
Pengembangan Kapasitas Desa dan Pengembangan Pelayanan di Tingkat DesaPengembangan Kapasitas Desa dan Pengembangan Pelayanan di Tingkat Desa
Pengembangan Kapasitas Desa dan Pengembangan Pelayanan di Tingkat Desa
 
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 42
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 42SRI SUWANTI - MIP - Latihan 42
SRI SUWANTI - MIP - Latihan 42
 
Kepemimpinan dalam organisasi
Kepemimpinan dalam organisasiKepemimpinan dalam organisasi
Kepemimpinan dalam organisasi
 
Tugas kelompok budaya organisasi ACHMADAVANDI,SE,MM
Tugas kelompok budaya organisasi  ACHMADAVANDI,SE,MMTugas kelompok budaya organisasi  ACHMADAVANDI,SE,MM
Tugas kelompok budaya organisasi ACHMADAVANDI,SE,MM
 
Proposal penerapan fungsi koordinasi aparat pemerintah
Proposal penerapan fungsi koordinasi aparat pemerintahProposal penerapan fungsi koordinasi aparat pemerintah
Proposal penerapan fungsi koordinasi aparat pemerintah
 
MAKALAH REFORMASI BIROKRASI SEBAGAI STRATEGI NASIONALdocx
MAKALAH REFORMASI BIROKRASI SEBAGAI STRATEGI NASIONALdocxMAKALAH REFORMASI BIROKRASI SEBAGAI STRATEGI NASIONALdocx
MAKALAH REFORMASI BIROKRASI SEBAGAI STRATEGI NASIONALdocx
 
AD Forum Komunitas Catur Profesional
AD Forum Komunitas Catur ProfesionalAD Forum Komunitas Catur Profesional
AD Forum Komunitas Catur Profesional
 
Usaid lgsp musrenbang
Usaid lgsp musrenbangUsaid lgsp musrenbang
Usaid lgsp musrenbang
 
Hasil Observasi Tata Usaha SMK Negeri 40 Jakarta
Hasil Observasi Tata Usaha SMK Negeri 40 JakartaHasil Observasi Tata Usaha SMK Negeri 40 Jakarta
Hasil Observasi Tata Usaha SMK Negeri 40 Jakarta
 
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi GorontaloLaporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
Laporan Awal EKPD 2011 Provinsi Gorontalo
 
19. agenda iii pka-bahan tayang akuntabilitas kinerja-
19. agenda iii pka-bahan tayang akuntabilitas kinerja-19. agenda iii pka-bahan tayang akuntabilitas kinerja-
19. agenda iii pka-bahan tayang akuntabilitas kinerja-
 
1.04 pembentukan struktur-organisasi
1.04 pembentukan struktur-organisasi1.04 pembentukan struktur-organisasi
1.04 pembentukan struktur-organisasi
 
Perubahan kur pp kn revisi
Perubahan kur pp kn revisiPerubahan kur pp kn revisi
Perubahan kur pp kn revisi
 
Roadmap RB Kota Padang
Roadmap RB Kota PadangRoadmap RB Kota Padang
Roadmap RB Kota Padang
 
Penyusunan Renstra MPR RI 2015-2019
Penyusunan Renstra MPR RI 2015-2019Penyusunan Renstra MPR RI 2015-2019
Penyusunan Renstra MPR RI 2015-2019
 

Similar to Arah dan Strategi Reformasi LAN

Peningkatan kompetensi pns melalui diklat administrasi
Peningkatan kompetensi pns melalui diklat administrasiPeningkatan kompetensi pns melalui diklat administrasi
Peningkatan kompetensi pns melalui diklat administrasiOktav77
 
CJR Manajemen Eka Gizi Reg_c.pdf
CJR Manajemen Eka Gizi Reg_c.pdfCJR Manajemen Eka Gizi Reg_c.pdf
CJR Manajemen Eka Gizi Reg_c.pdfChelsiTarigan
 
Permenpan No. 5/2012 Tentang Jabatan Fungsional Analis Kebijakan (JFAK) dan A...
Permenpan No. 5/2012 TentangJabatan Fungsional Analis Kebijakan (JFAK) dan A...Permenpan No. 5/2012 TentangJabatan Fungsional Analis Kebijakan (JFAK) dan A...
Permenpan No. 5/2012 Tentang Jabatan Fungsional Analis Kebijakan (JFAK) dan A...Tri Widodo W. UTOMO
 
Policy brief launching arsitektur kabinet (pusat inovasi kelembagaan dan sda ...
Policy brief launching arsitektur kabinet (pusat inovasi kelembagaan dan sda ...Policy brief launching arsitektur kabinet (pusat inovasi kelembagaan dan sda ...
Policy brief launching arsitektur kabinet (pusat inovasi kelembagaan dan sda ...Researcher Syndicate68
 
Implikasi Transformasi Kelembagaan Balitbang Menjadi BKT dan Kebutuhan Pembin...
Implikasi Transformasi Kelembagaan Balitbang Menjadi BKT dan Kebutuhan Pembin...Implikasi Transformasi Kelembagaan Balitbang Menjadi BKT dan Kebutuhan Pembin...
Implikasi Transformasi Kelembagaan Balitbang Menjadi BKT dan Kebutuhan Pembin...Tri Widodo W. UTOMO
 
Reformasi birokrasi dindikpora randudongkal
Reformasi birokrasi dindikpora randudongkalReformasi birokrasi dindikpora randudongkal
Reformasi birokrasi dindikpora randudongkalIndra Fibiona
 
Prioritas Diklat
Prioritas DiklatPrioritas Diklat
Prioritas Diklatsu7as
 
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkriSistem penyelengaraan administrasi negara nkri
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkrivirmannsyah
 
Rancangan aktualisasi mulhaeri (2)
Rancangan aktualisasi mulhaeri (2)Rancangan aktualisasi mulhaeri (2)
Rancangan aktualisasi mulhaeri (2)temanna #LABEDDU
 
Administrasi Negara, LAN dan Manajemen Kajian
Administrasi Negara, LAN dan Manajemen KajianAdministrasi Negara, LAN dan Manajemen Kajian
Administrasi Negara, LAN dan Manajemen KajianTri Widodo W. UTOMO
 
Analisis struktur organisasi terhadap efektivitas organisasi badan kepegawaia...
Analisis struktur organisasi terhadap efektivitas organisasi badan kepegawaia...Analisis struktur organisasi terhadap efektivitas organisasi badan kepegawaia...
Analisis struktur organisasi terhadap efektivitas organisasi badan kepegawaia...riaisdiana22
 
Rancangan Penguatan LAN Bidang Kajian Kebijakan: Sebuah Pemikiran Awal
Rancangan Penguatan LAN Bidang Kajian Kebijakan: Sebuah Pemikiran AwalRancangan Penguatan LAN Bidang Kajian Kebijakan: Sebuah Pemikiran Awal
Rancangan Penguatan LAN Bidang Kajian Kebijakan: Sebuah Pemikiran AwalTri Widodo W. UTOMO
 
Masukan saran sidang kelompok bidang pemerintahan
Masukan saran   sidang kelompok bidang pemerintahan Masukan saran   sidang kelompok bidang pemerintahan
Masukan saran sidang kelompok bidang pemerintahan Frans Dione
 
Modul 4 eselon 4 manajemen proyek
Modul 4 eselon 4 manajemen proyekModul 4 eselon 4 manajemen proyek
Modul 4 eselon 4 manajemen proyekDhiangga Jauhary
 
Rancangan aktualisasi presentasi
Rancangan aktualisasi presentasiRancangan aktualisasi presentasi
Rancangan aktualisasi presentasitomyjenius
 
HUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJA
HUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJAHUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJA
HUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJAAbby Lee
 

Similar to Arah dan Strategi Reformasi LAN (20)

Arah dan Strategi Reformasi LAN
Arah dan Strategi Reformasi LANArah dan Strategi Reformasi LAN
Arah dan Strategi Reformasi LAN
 
Peningkatan kompetensi pns melalui diklat administrasi
Peningkatan kompetensi pns melalui diklat administrasiPeningkatan kompetensi pns melalui diklat administrasi
Peningkatan kompetensi pns melalui diklat administrasi
 
Rancanga yuyun matriks
Rancanga yuyun matriksRancanga yuyun matriks
Rancanga yuyun matriks
 
CJR Manajemen Eka Gizi Reg_c.pdf
CJR Manajemen Eka Gizi Reg_c.pdfCJR Manajemen Eka Gizi Reg_c.pdf
CJR Manajemen Eka Gizi Reg_c.pdf
 
Permenpan No. 5/2012 Tentang Jabatan Fungsional Analis Kebijakan (JFAK) dan A...
Permenpan No. 5/2012 TentangJabatan Fungsional Analis Kebijakan (JFAK) dan A...Permenpan No. 5/2012 TentangJabatan Fungsional Analis Kebijakan (JFAK) dan A...
Permenpan No. 5/2012 Tentang Jabatan Fungsional Analis Kebijakan (JFAK) dan A...
 
Policy brief launching arsitektur kabinet (pusat inovasi kelembagaan dan sda ...
Policy brief launching arsitektur kabinet (pusat inovasi kelembagaan dan sda ...Policy brief launching arsitektur kabinet (pusat inovasi kelembagaan dan sda ...
Policy brief launching arsitektur kabinet (pusat inovasi kelembagaan dan sda ...
 
Makalah organisasi pemerintah
Makalah organisasi pemerintahMakalah organisasi pemerintah
Makalah organisasi pemerintah
 
Implikasi Transformasi Kelembagaan Balitbang Menjadi BKT dan Kebutuhan Pembin...
Implikasi Transformasi Kelembagaan Balitbang Menjadi BKT dan Kebutuhan Pembin...Implikasi Transformasi Kelembagaan Balitbang Menjadi BKT dan Kebutuhan Pembin...
Implikasi Transformasi Kelembagaan Balitbang Menjadi BKT dan Kebutuhan Pembin...
 
Reformasi birokrasi dindikpora randudongkal
Reformasi birokrasi dindikpora randudongkalReformasi birokrasi dindikpora randudongkal
Reformasi birokrasi dindikpora randudongkal
 
Prioritas Diklat
Prioritas DiklatPrioritas Diklat
Prioritas Diklat
 
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkriSistem penyelengaraan administrasi negara nkri
Sistem penyelengaraan administrasi negara nkri
 
Rancangan aktualisasi mulhaeri (2)
Rancangan aktualisasi mulhaeri (2)Rancangan aktualisasi mulhaeri (2)
Rancangan aktualisasi mulhaeri (2)
 
Makalah organisasi pemerintah
Makalah organisasi pemerintahMakalah organisasi pemerintah
Makalah organisasi pemerintah
 
Administrasi Negara, LAN dan Manajemen Kajian
Administrasi Negara, LAN dan Manajemen KajianAdministrasi Negara, LAN dan Manajemen Kajian
Administrasi Negara, LAN dan Manajemen Kajian
 
Analisis struktur organisasi terhadap efektivitas organisasi badan kepegawaia...
Analisis struktur organisasi terhadap efektivitas organisasi badan kepegawaia...Analisis struktur organisasi terhadap efektivitas organisasi badan kepegawaia...
Analisis struktur organisasi terhadap efektivitas organisasi badan kepegawaia...
 
Rancangan Penguatan LAN Bidang Kajian Kebijakan: Sebuah Pemikiran Awal
Rancangan Penguatan LAN Bidang Kajian Kebijakan: Sebuah Pemikiran AwalRancangan Penguatan LAN Bidang Kajian Kebijakan: Sebuah Pemikiran Awal
Rancangan Penguatan LAN Bidang Kajian Kebijakan: Sebuah Pemikiran Awal
 
Masukan saran sidang kelompok bidang pemerintahan
Masukan saran   sidang kelompok bidang pemerintahan Masukan saran   sidang kelompok bidang pemerintahan
Masukan saran sidang kelompok bidang pemerintahan
 
Modul 4 eselon 4 manajemen proyek
Modul 4 eselon 4 manajemen proyekModul 4 eselon 4 manajemen proyek
Modul 4 eselon 4 manajemen proyek
 
Rancangan aktualisasi presentasi
Rancangan aktualisasi presentasiRancangan aktualisasi presentasi
Rancangan aktualisasi presentasi
 
HUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJA
HUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJAHUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJA
HUBUNGAN PARTISIPASI TERHADAP KINERJA
 

More from Tri Widodo W. UTOMO

Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanStrategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanTri Widodo W. UTOMO
 
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiInovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiTri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTransformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTri Widodo W. UTOMO
 
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTri Widodo W. UTOMO
 
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluStrategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluTri Widodo W. UTOMO
 
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNPengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNTri Widodo W. UTOMO
 
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTri Widodo W. UTOMO
 
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikManajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikTri Widodo W. UTOMO
 
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarProspek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarTri Widodo W. UTOMO
 
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightGamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightTri Widodo W. UTOMO
 
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahSignifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahTri Widodo W. UTOMO
 
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaPeta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaTri Widodo W. UTOMO
 
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiKab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiTri Widodo W. UTOMO
 
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanPerumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanTri Widodo W. UTOMO
 
Recharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangRecharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangTri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTransformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTri Widodo W. UTOMO
 
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTransformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTri Widodo W. UTOMO
 
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaKorpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaTri Widodo W. UTOMO
 
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakInovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakTri Widodo W. UTOMO
 
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui InovasiMenjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui InovasiTri Widodo W. UTOMO
 

More from Tri Widodo W. UTOMO (20)

Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi BerkelanjutanStrategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
Strategi Kolaboratif untuk Inovasi Berkelanjutan
 
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi InformasiInovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
Inovasi Pelaksanaan Bangkom Berbasis Teknologi Informasi
 
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin BerprestasiTransformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
Transformasi untuk LAN Semakin Berprestasi
 
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus KebijakanTata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
Tata Kelola Kebijakan Berdasar Siklus Kebijakan
 
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam PemiluStrategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
Strategi Kebijakan Penguatan Netralitas ASN dalam Pemilu
 
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASNPengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
Pengelolaan Kinerja dalam Manajemen ASN
 
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor BerkelanjutanTranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
Tranformasi Kab. Bogor Berkelanjutan
 
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor PublikManajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
Manajemen Perubahan & Penerapannya di Sektor Publik
 
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan PijarProspek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
Prospek Kolaborasi LAN-Yayasan Pijar
 
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral InsightGamifikasi Zoom & Behavioral Insight
Gamifikasi Zoom & Behavioral Insight
 
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di DaerahSignifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
Signifikansi Pendampingan Labinov di Daerah
 
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di IndonesiaPeta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
Peta Kinerja Inovasi Daerah di Indonesia
 
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui InovasiKab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
Kab. Bireuen, Mengakselerasi Kinerja Melalui Inovasi
 
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus KebijakanPerumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
Perumusan Peraturan Berdasar Siklus Kebijakan
 
Recharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang PanjangRecharging Inovasi Padang Panjang
Recharging Inovasi Padang Panjang
 
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin BerprestasiTransformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
Transformasi untuk Parepare Semakin Berprestasi
 
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era DisrupsiTransformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
Transformasi Administrasi Publik Menjawab Tantangan Era Disrupsi
 
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu BangsaKorpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
Korpri & Inovasi sebagai Perekat & Pemersatu Bangsa
 
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik BerdampakInovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
Inovasi Sebagai Strategi Mewujudkan Pelayanan Publik Berdampak
 
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui InovasiMenjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
Menjunjung Tinggi Sijunjung Melalui Inovasi
 

Recently uploaded

PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxnataliadwiasty
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............SenLord
 
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa ya
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa yaSoal accurate terbaru untuk mahasiswa ya
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa yaMonaAmelia
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfNURAFIFAHBINTIJAMALU
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.aechacha366
 
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdfAPRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdfVenyHandayani2
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptAfifFikri11
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 

Recently uploaded (20)

PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
 
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa ya
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa yaSoal accurate terbaru untuk mahasiswa ya
Soal accurate terbaru untuk mahasiswa ya
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdfslide presentation bab 2 sain form 2.pdf
slide presentation bab 2 sain form 2.pdf
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
PUEBI.bahasa Indonesia/pedoman umum ejaan bahasa Indonesia pptx.
 
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdfAPRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
APRESIASI SURAT DAN MASUKAN CGP ANGKATAN X.pdf
 
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.pptP_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
P_E_R_I_L_A_K_U__K_O_N_S_E_L_O_R__v.1.ppt
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 

Arah dan Strategi Reformasi LAN

  • 1. ARAH DAN STRATEGI REFORMASI LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA RI Sebuah Pemikiran Awal Pengembangan Kapasitas Institusional LAN Menuju Penguatan Sistem Administrasi Negara Disampaikan dalam Rapat Kerja Nasional Lembaga Administrasi Negara RI Kampus PPLPN Pejompongan – Jakarta, 12 s.d. 14 Desember 2007 JAKARTA, 2007
  • 2. ARAH DAN STRATEGI REFORMASI LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA RI Sebuah Pemikiran Awal Pengembangan Kapasitas Institusional LAN Menuju Penguatan Sistem Administrasi Negara PENDAHULUAN LAN merupakan salah satu LPND yang dalam pelaksanaan tugasnya dikoordinasikan oleh MENPAN 1 . Secara fungsional, LAN mempunyai tugas “melaksanakan tugas pemerintahan di bidang administrasi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Untuk melaksanakan tugas tersebut di atas, LAN menyelenggarakan fungsi kajian, kediklatan, dan advokasi dalam bidang administrasi Negara2. Sebagai salah satu Instansi Pemerintah dan organisasi formal, LAN mempunyai berbagai permasalahan terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsinya. Permasalahan dimaksud dapat terjadi, baik dalam lingkup eksternal maupun internal, yang jika dibiarkan berlarut-larut akan bermuara pada menurunnya kinerja LAN, yang dapat diindikasikan dari menurunnya kualitas produk LAN. Secara eksternal, meski telah ada pembagian rigid mengenai kedudukan dan tugas lembaga-lembaga pemerintah seperti Menteri Koordinator, Menteri Negara, Departemen/ LPND 3 , pada implementasinya masih ditemukan beberapa penyimpangan maupun overlapping dalam pelaksanaan tugas, fungsi dan kewenangan antar lembaga pemerintah tersebut. Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi LAN sebagaimana dikemukakan di muka, seringkali dihadapkan pada ketidakpastian/kerancuan kedudukan, baik dari segi struktur organisasi pemerintahan maupun dari segi substansi urusannya. Dari segi struktur organisasi pemerintahan, perlu kejelasan mengenai kedudukan LAN sebagai lembaga supporting staff kepada Presiden. Dalam prakteknya, ada hambatan struktural yang masih mentradisikan perlunya penghormatan terhadap lembaga-lembaga yang bersifat lebih khusus menangani permasalahan pemerintahan. Sedangkan dari segi substansi urusan, ranah keilmuan administrasi negara yang mencakup tidak hanya wilayah penyelenggaraan kekuasaan eksekutif, melainkan juga wilayah legislatif, yudikatif, auditif, dan bidang kekuasaan negara lainnya berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, terkadang tidak dapat diaktualisasikan 4 . Hal ini dikarenakan masih belum kesamaan persepsi publik terhadap luasnya cakupan administrasi negara. 1 Keppres No.103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan Perpres No. 64 Tahun 2005. 2 Berdasarkan Keppres No. 103 Tahun 2001 sebagaimana telah diubah dengan Keppres No. 3 Tahun 2002 3 Simak Perpres No. 62 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Perpres No. 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara RI. 4 Baca cakupan konsepsional Administrasi Negara dalam Edisi Revisi SANKRI III, LAN, Jakarta, 2006. 1
  • 3. Secara internal, untuk melaksanakan tugas dan fungsinya, berdasarkan Keputusan Kepala LAN No. 4 Tahun 2004, struktur organisasi LAN terdiri dari tujuh Unit Eselon I, 17 Unit Eselon II, 42 Unit Eselon III, dan 53 Unit Eselon IV, yang terbagi dalam lingkup wilayah kerja LAN Jakarta, PKP2A I di Bandung, PKP2A II di Makassar, PKP2A III di Samarinda, serta STIA LAN Jakarta, Bandung, dan Makassar. Dalam pelaksanaannya, masih terjadi ketidakserasian kegiatan antar unit organisasi di LAN yang terkait dengan substansi dan cakupan kerja. Masih ditemui adanya overlapping pekerjaan, baik antar Unit Kerja, maupun antara LAN Jakarta dengan perwakilan di daerah. Hal ini dikarenakan tatanan keorganisasian LAN masih menimbulkan ambiguitas mengenai batasan kewenangan masing-masing Unit Kerja. Dari segi SDM, PNS di lingkungan LAN tersebar dalam berbagai Jabatan Struktural, Jabatan Fungsional Tertentu dan Jabatan Fungsional Umum/Pelaksana. Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan SDM LAN adalah belum teridentifikasinya kebutuhan pengadaan Jabatan Fungsional Tertentu, di samping pola pembinaan pegawai yang belum tertata dengan baik. Selain itu, jumlah pegawai yang ada diasumsikan masih kurang berkaitan dengan pengembangan struktur organisasi LAN yang baru, yaitu pembentukan PKP2A III di Samarinda dan Balai Diklat Bahasa. Demikian pula dari segi komposisi latar belakang pendidikan pegawai masih dirasakan adanya kekurangan, baik dari segi kualitas, kuantitas maupun spesialisasi, khususnya untuk level S-3 dan S-2. Begitu juga dengan kebutuhan penguasaan kompetensi teknis, baik dalam bidang kajian, Diklat, maupun kesekretariatan, perlu mendapatkan perhatian yang optimal. Secara umum, permasalahan dalam pengelolaan SDM pegawai adalah perlu ditetapkannya pola pembinaan karier secara sistematis dan terpadu, yang memberikan kesempatan pengembangan karier bagi PNS di lingkungan LAN. Dalam hal ketatalaksanaan, telah ditetapkan berbagai kebijakan internal yang mengatur tentang sistem dan mekanisme kerja. Namun, masih diperlukan penyempurnaan lebih lanjut disesuaikan dengan perkembangan kebijakan dan tuntutan kebutuhan organisasi. Disamping itu masih perlu ditetapkan beberapa pedoman kerja, dan implementasi pedoman kerja yang sudah ditetapkan belum dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dalam hal sarana atau fasilitas kerja, telah dilakukan berbagai upaya pengembangan, baik dalam bentuk penambahan maupun peningkatan kualitas sarana fisik. Meski demikian, upaya tersebut dinilai masih terbatas, khususnya dalam bidang teknologi informasi yang belum sepenuhnya mampu mendukung proses kerja guna mewujudkan kinerja dan pelayanan yang lebih baik. Atas dasar paparan di atas, perlu segera dirumuskan langkah-langkah stratejik dalam rangka mewujudkan pengembangan kapasitas organisasi LAN pada khususnya serta organisasi pemerintahan dan kenegaraan pada umumnya. POSITIONING LAN Refleksi Singkat Kinerja LAN Secara umum dapat diamati bahwa LAN telah cukup mampu membangun kinerja kelembagaan yang baik. Sejak berdirinya, LAN telah berkontribusi secara konkrit dalam 2
  • 4. perumusan berbagai kebijakan di bidang tata kepemerintahan, misalnya pengaturan tentang organisasi departemen dan susunan organisasi departemen sebagaimana tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 44 dan 45 Tahun 1974. Hingga saat ini, pemerintah bersama DPR-RI masih belum mampu menuntaskan pembahasan RUU Kementerian Negara sebagai pedoman umum penataan kelembagaan dan manajemen Departemen/ Kementerian Negara. Kondisi ini menyiratkan bahwa pada era tahun 1970-an, kita jauh lebih maju dalam manajemen kepemerintahan karena telah memiliki aturan (walaupun hanya setingkat Keppres) tentang Pokok-Pokok dan Susunan Organisasi Departemen. Selain itu, LAN telah turut mengawal upaya mewujudkan good governance melalui penguatan salah satu pilarnya, yakni prinsip akuntabilitas. Penguatan akuntabilitas sektor publik ini secara legal formal tertuang dalam Instruksi Presiden No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dalam Inpres tersebut, LAN mendapat tugas untuk: 1) membuat pedoman penyusunan pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah; dan 2) memberikan bantuan teknis dan penyuluhan tentang pelaporan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Atas dasar amanat tersebut, Keputusan Kepala LAN Nomor 589/IXIS/Y/99 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang telah disempurnakan dengan Keputusan Kepala LAN Nomor 239/1X/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan AKIP. LAN juga telah menerbitkan buku SANRI (Sistem Administrasi Negara RI) Jilid I dan II, yang selama dekade 1990-an telah menjadi buku rujukan utama (text-book) bagi pelajar dan mahasiswa, aparat pemerintah, pengamat dan cendekiawan, serta banyak kalangan lainnya dalam memahami sistem administrasi negara di Indonesia. Buku tersebut telah disempurnakan dengan diterbitkannya buku SANKRI (Sistem Administrasi Negara Kesatuan RI) Jilid I, II, dan III. Hingga saat ini, baik buku SANRI maupun SANKRI masih dapat dikatakan sebagai acuan utama dan dokumen terlengkap mengenai administrasi negara di Indonesia dari perspektif historis hingga zaman modern dewasa ini. Dengan kata lain, kedua buku tersebut dapat dikatakan sebagai “Buku Induk” sistem administrasi negara Indonesia. Kontribusi positif LAN dalam membangun profesionalisme aparatur pemerintahan tidak bisa dilepaskan juga dari amanat peraturan perundang-undangan yang tertuan dalam PP No. 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS. Dalam PP tersebut secara eksplisit dinyatakan bahwa LAN adalah Instansi Pembina Diklat yang secara fungsional bertanggung jawab atas pengaturan, koordinasi, dan penyelenggaraan Diklat. Sebagai instansi pembina, LAN telah melaksanakan serangkaian program penting sbb: a. Penyusunan pedoman Diklat; b. Bimbingan dalam pengembangan kurikulum Diklat; c. Bimbingan dalam Penyelenggaraan Diklat; d. Standarisasi dan akreditasi Diklat; e. Standarisasi dan akreditasi widyaiswara; f. Pengembangan sistem informasi Diklat; g. Pengawasan terhadap program dan penyelenggaraan Diklat; h. Pemberian bantuan teknis melalui konsultansi, bimbingan di tempat kerja, kerjasama dalam pengembangan, penyelenggaraan, dan evaluasi Diklat. 3
  • 5. Program-program Diklat yang diselenggarakan dan/atau dikelola oleh LAN sendiri meliputi Diklat Kepemimpinan (Tingkat I, II, III, dan IV); Diklat Teknis Fungsional (TNA, TOT, MOT, TOC, dsb); Diklat Teknis Manajemen, serta berbagai jenis bimbingan teknis. Dilihat dari jumlah alumni Diklat LAN yang mencapai ratusan ribu pegawai, serta dilihat dari produk-produk pembinaan dan program Diklat yang telah dilaksanakan, dapat dibayangkan bahwa LAN telah secara sistematis dalam kurun waktu yang sangat panjang membangun kapasitas kepemerintahan melalui peningkatan kompetensi individual pegawai, baik keterampilan teknis (technical competency), kompetensi kepemimpinan (managerial competency), maupun pembenahan mental, sikap dan perilaku (behavioral competency). Melalui STIA-LAN, LAN juga telah mencetak puluhan ribu kader aparatur pada berbagai jenjang dan disiplin/bidang keilmuan. Alumni STIA-LAN tersebar di seluruh penjuru Nusantara serta telah/pernah menduduki jabatan strategis seperti Menteri, Ketua/anggota DPR/DPRD, Gubernur, Bupati/Walikota, anggota TNI/Polri, Ketua/pengurus berbagai Partai Politik, Pimpinan Lembaga Negara, tokoh LSM, dan sebagainya. Fakta ini memberikan ilustrasi bahwa penyelenggaraan organisasi pemerintahan / politik / militer tidak terlepas dari peran dan pemikiran para alumni LAN. Diluar hal-hal diatas, LAN juga telah menghasilkan banyak policy paper dan policy recommendation pada berbagai bidang, melalui fungsi pengkajian dan penerbitan jurnal- jurnal ilmiah maupun buku-buku. Konsep-konsep baru dalam konteks pengembangan ilmu dan metodologi administrasi, maupun konsep-konsep pragmatis dalam rangka menyikapi fenomena-fenomena aktual kontemporer, telah banyak digagas dan dikembangkan oleh LAN melalui fungsi-fungsi kajian, penelitian, asistensi, dan konsultasi. Konsep-konsep tadi antara lain meliputi manajemen kinerja, organisasi berbasis kinerja, budaya kerja, model-model penataan kelembagaan, dan sebagainya. Keberadaan berbagai konsep tadi diharapkan dapat berfungsi menjadi software (perangkat lunak) untuk memacu efektivitas dan efisiensi siklus penyelenggaraan pemerintahan di suatu unit organisasi. Meskipun kinerja LAN dapat dinilai cukup baik sebagaimana diuraikan diatas, namun tentu saja masih banyak kekurangan dan kelemahan yang dapat ditemukan, baik dalam hal mekanisme kerja atau output/outcomes yang ingin dicapai. Salah satu kritik konstruktif datang dari ADB (2004) dalam publikasi berjudul Country Governance Assessment Report, Republic of Indonesia. Beberapa hal yang masih lemah dalam sistem administrasi dan kepegawai di Indonesia menurut ADB, adalah: • National system of administration and the civil service system are not conducive to good governance. • At present, operational planning, manpower planning, development planning, and budgeting take place independently of one another. • Central institutions emphasize adherence to regulations rather than performance. 4
  • 6. There is no mechanism for the transfer of staff to or between regions. Such a mechanism is urgently needed because of the large disparities in staff levels between regions, and excessive staffing in national government offices. • The civil service system is a career system not focused on professionalism and performance. • Civil service position are not professionally classified, there are no requirements for position-holders to have skills matching the tasks. • Regions have more autonomy to organize themselves, but they have been provided with a model that is too limited. • Many irregularities in data were found during the transfer of personnel to the regions. • Indonesia has a poor track record in functional training programs supported by funding agencies. Tentu saja, kritik yang disampaikan oleh ADB diatas bukan hanya dimaksudkan untuk LAN semata, namun juga institusi pemerintah lainnya pada rumpun PAN, yakni Kantor Menpan, BKN, BPKP, bahkan dalam hal tertentu juga menyangkut Depdagri. Meskipun demikian, kritik tadi sangat baik untuk dijadikan sebagai cermin dalam membenahi sistem administrasi negara yang memang masih belum ideal. Dan sebagai wujud otokritik untuk menemukan strategi yang lebih tepat bagi LAN dalam menjalankan Tupoksinya dimasa mendatang, paparan dibawah ini akan mengelaborasi lebih detail berbagai kondisi dan permasalahan LAN. LAN Ditengah Problema Internal Kinerja kelembagaan LAN memiliki korelasi yang erat dengan faktor internal organisasi. Artinya, kekuatan (strength) atau kelemahan (weakness) sumber daya internal akan sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya atau baik buruknya kinerja dan citra LAN sebagai sebuah institusi pemikir strategis di bidang administrasi negara. Itulah sebabnya, identifikasi terhadap kelemahan, keterbatasan dan/atau berbagai kekurangan, perlu dilakukan secara cermat. Hal ini dimaksudkan agar terhadap permasalahan atau kekurangan yang ada, dapat dikelola dan ditransformasi menjadi faktor kekuatan. Adapun beberapa problema internal yang masih sering dihadapi LAN meliputi hal-hal sebagai berikut: • Peran kepemimpinan LAN secara institusional dalam proses transformasi sistem pemerintahan dan sistem administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, dirasakan masih belum optimal. Berbagai kajian dan rumusan saran kebijakan reformasi administrasi Negara yang dihasilkan oleh LAN dalam kurun waktu lima tahun terakhir, tampaknya masih belum mampu memberikan inspirasi yang signifikan, baik secara substantif maupun instrumental bagi penyusunan dan penetapan rumusan kebijakan transformasi administrasi pemerintahan di Indonesia. Sebaliknya, LAN tampak seperti “tertinggal” atau bahkan “ditinggalkan” sendiri dalam dinamika reformasi nasional tersebut. Lebih parah lagi, LAN dewasa ini tampaknya “kehilangan identitas” sebagai lembaga “think-tank” bagi para pengambil kebijakan dilingkungan pemerintahan, khususnya bagi lembaga kepresidenan. 5
  • 7. Produk kajian dan pengembangan, serta perumusan kebijakan nasional tertentu di bidang administrasi negara, cenderung masih terbatas kepada hal-hal yang berkaitan dengan fungsi-fungsi eksekutif. Itupun juga masih terbatas pada aspek-aspek kelembagaan, kewenangan, ketatalaksanaan, dan sumber daya manusia. Sedangkan aspek-aspek kebijakan yang bersifat substantif fungsional dalam berbagai bidang dan sektor pemerintahan masih belum tersentuh oleh kompetensi dan kapasitas kelembagaan LAN. • Program yang dikembangkan oleh unit-unit Diklat, Litbang dan STIA kurang terpadu satu sama lain bahkan terkadang duplikasi satu sama lain. Program-program Litbang tidak mendapat dukungan dari program Diklat begitu pula sebaliknya. Benturan dan duplikasi tadi antara lain muncul karena: 1) pembagian kewenangan yang tidak jelas sehingga menimbulkan duplikasi pekerjaan antar satuan kerja; 2) intensitas pekerjaan yang tidak merata baik antara pusat dan daerah maupun antara unit yang satu dengan unit yang lain; 3) sumber daya manusia yang kualitas dan kuantitasnya tidak merata, pekerjaan sering terkonsentrasi pada individu/pegawai tertentu saja. Akibatnya, pendistribusian pekerjaan tidak bisa dilakukan secara merata, dan kalaupun dipaksakan merata maka pekerjaan tidak bisa terselesaikan dengan target-target yang telah ditetapkan; 4) perencanaan yang belum memiliki arah yang jelas sehingga unit kerja menafsirkannya sendiri bahkan terkadang tidak lagi mengacu kepada sandaran yang ada tapi pada kebutuhan dan perkembangan di lapangan yang kadang hanya bersifat sesaat saja; 5) masih adanya ego unit dan ego individual; serta 6) tidak adanya jaminan untuk dapat terfokus untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. • Selain permasalahan duplikasi tadi, dalam dataran pelaksanaan, benturan jadwal kegiatan sering tidak bisa dihindari, akibat penumpukan pekerjaan yang tidak didukung oleh sumber daya manusia yang memadai baik secara kualitas maupun kuantitas. Duplikasi program tadi, ironisnya, terjadi juga antar lembaga-lembaga di rumpun PAN (Kantor Menpan, LAN, BKN), bahkan juga dengan Depdagri. • Permasalahan yang sering ditemui juga berkaitan dengan kurang terinternalisasinya visi bersama (shared vision) di seluruh jajaran pimpinan dan staf serta antar unit kerja. Pada saat yang bersamaan, terjadi proses melemahnya / lunturnya pemahaman dan internalisasi nilai-nilai normatif khas LAN menurut Motto Makarti Bhakti Nagari maupun motto Prestasi, Dedikasi, dan Partisipasi. Akibatnya, kohesivitas dan sinergitas antar unit kerja baik secara vertikal, horisontal, maupun diagonal melemah dan berkembang pola hubungan kerja dan prosedur kerja birokratis, hierarkhis, formalitas dsb. • Di bidang kelembagaan, fakta masih menunjukkan masih kurang seimbangnya struktur organisasi dengan beban kerja berdasarkan Tupoksi dan daya jangkau terhadap kelembagaan pemerintahan di Pusat maupun di Daerah. Akibatnya, representasi kompetensi kelembagaan LAN dalam momentum lintas sektoral dan lintas stakeholders masih lemah. Hal ini diperparah dengan fakta masih lemahnya sistem informasi manajemen serta ketersediaan data base kondisi lingkungan strategis, program diklat maupun stakeholders, serta masih lemahnya pembinaan hubungan kerja atau Human and Public Relationship dalam suatu jejaring kerja dengan para alumni diklat., maupun dengan berbagai unsur pimpinan lembaga pemerintahan secara lintas sektoral. 6
  • 8. Sistem perencanaan program kerja jangka lima tahunan dan tahunan kurang terpola secara jelas, sehingga menghasilkan perencanaan yang lemah. Kondisi ini menjadi semakin terasa karena kurangnya komitmen dan konsistensi terhadap hasil perencanaan, serta lemahnya koordinasi dalam penyusunan perencanaan program antar unit/satker hingga tahap pelaksanaannya. Fenomena yang sering muncul adalah penyusunan perencanaan secara mendadak, sering berubah-ubah, serta berdasarkan pada format yang berbeda-beda. Akibat dari sistem perencanaan yang lemah ini dapat dirasakan pada tiga bentuk, yaitu: 1) ukuran tingkat capaian kinerja program menjadi tidak jelas; 2) keterkaitan antar program tidak jelas; serta 3) peran dan kinerja organisasi menjadi tidak jelas. • Kapasitas SDM internal masih relatif kurang optimal jika dikaitkan dengan beban kerja. Sebagai instansi pembina diklat, misalnya, LAN bertanggung jawab terhadap lembaga-lembaga diklat di 33 Provinsi, sebagian Kabupaten/Kota, dan badan-badan atau balai-balai diklat Departemen/LPND. Sementara di bidang kajian, dinamika kehidupan berbangsa pada skala lokal, nasional, dan global, tidak mungkin dapat diikuti secara cepat melalui perumusan program-program kajian, asistensi, maupun konsultasi. Dengan rasio (perbandingan) yang kurang ideal antara sumber daya internal dengan dinamika eksternal tersebut, maka dapat dipahami jika pembenahan sistem administrasi negara menjadi kurang optimal pula. Dalam kaitan ini, salah satu strategi yang dapat dikembangkan adalah penguatan organisasi (institutional strengthening) LAN yang dikaitkan dengan strategi kewilayahan. • Dalam bidang kediklatan, meski berstatus sebagai instansi pembina, harus diakui bahwa LAN masih dihadapkan pada berbagai problematika yang sistemik. Beberapa hal yang bisa diidentifikasi antara lain: 1) Kompetensi SDM Diklat yang masih kurang karena belum adanya standar kompetensi widyaiswara dan pengelola diklat, serta belum adanya sistem akreditasi dan sertifikasi widyaiswara dan pengelola diklat; 2) Program diklat yang kurang efektif karena tidak dilakukakan analisis kebutuhan diklat secara matang, penyusunan program diklat yang tidak berdasarkan standar kompetensi (competence-based training), serta belum adanya akreditasi dan sertifikasi program diklat; 3) Daya dukung kelembagaan diklat yang masih kurang, yang diindikasikan oleh fakta belum ada standar kelembagaan diklat berdasarkan tipologi, sistem akreditasi dan sertifikasi lembaga diklat yang kurang jelas, serta evaluasi terhadap ”kelembagaan” diklat terakreditasi yang belum berjalan dengan baik dan konsisten; 4) Mekanisme pembinaan dan koordinasi belum berjalan dengan baik karena tidak adanya standar mekanisme koordinasi, serta pembagian peran antar lembaga penyelenggara diklat, antara lembaga diklat dengan instansi pembina, dan antara satker di lingkungan instansi pembina yang kurang jelas; 5) Sistem diklat yang tidak connect/inline dengan sistem pengembangan karir, karena kurang jelasnya pola pengembangan karir berdasarkan diklat. Contoh konkrit adalah Diklatpim yang lebih diperuntukan bagi ”persyaratan” jabatan bukan pemenuhan kompetensi. • Di sisi lain, keberfungsian LAN yang sangat dominan dalam pembinaan dan/atau penyelenggaraan Diklat Aparatur, khususnya Diklat Kepemimpinan, juga masih dipertanyakan berbagai pihak yang terkait dengan pendayagunaan para lulusan berbagai program diklat termaksud. Kapasitas LAN dalam penyelenggaraan dan/atau pembinaan Diklat seperti dalam proses akreditasi Lembaga Diklat, Evaluasi Program dan Paska Program Diklat, maupun Pembinaan Kewidyaiswaraan hingga dewasa ini 7
  • 9. juga masih sering terkendala oleh berbagai keterbatasan kompetensi kelembagaan maupun SDM yang ada. • Keberadaan STIA-LAN sebagai lembaga pendidikan bergelar / berjenjang juga tidak luput dari persoalan pelik. Jika berbagai persoalan ini tidak diatasi secara tuntas, maka upaya membangun SDM aparatur yang profesional dan berkinerja tinggi, secara otomatis akan menjadi terhambat. Diantara permasalahan yang menuntut pemikiran serius di lingkungan STIA-LAN adalah: belum semua kampus STIA mempunyai unsur pelaksana akademik, kurikulum STIA belum sepenuhnya berorientasi pada kebutuhan dan tantangan perubahan, koordinasi berkala belum terlaksana dengan baik, Pusat PPM sebagai salah satu perwujudan fungsi pokok perguruan tinggi belum berfungsi optimal, keterikatan dengan alumni STIA relatif lemah, kurangnya networking dengan perguruan tinggi lain, belum jelasnya analisis kebutuhan pengembangan pegawai, serta sentralisasi program pengembangan SDM. LAN Ditengah Perubahan dan Tantangan Besar Sebagai lembaga pemerintah yang berfungsi sebagai perumus kebijakan dan konseptor reformasi administrasi, LAN jelas tidak bergerak di ruang hampa. LAN merupakan satu komponen kecil dari sistem kehidupan antar negara, antar lembaga, dan antar kelompok masyarakat yang saling berinteraksi dan saling bergantung. Untuk itu, LAN dituntut memiliki kemampuan mengelola perubahan sekaligus kemampuan menjawab berbagai tantangan yang menyertai perubahan tersebut. Beberapa perubahan besar yang dihadapi LAN antara lain dapat diidentifikasikan sebagai berikut: • Proses Amandemen UUD 1945 sebanyak 4 kali yang memungkinkan terselenggaranya sistem Pemilu yang jauh lebih demokratis berdasarkan sistem multi partai pada Pemilu Legislatif, serta Pemilihan Umum Langsung Presiden / Wakil Presiden RI dan Pemilihan Langsung Kepala Daerah Propinsi, Kabupaten dan Kota. Secara fundamental, hal ini telah merubah sistem dan tatanan demokrasi lama model Orde Baru menjadi tatanan baru yang memberi tempat lebih luas bagi tumbuhnya partisipasi langsung masyarakat (direct democracy), tanpa mengabaikan sistem perwakilan (democracy by representation) yang sudah eksis sebelumnya. • Kelembagaan negara juga berubah secara drastis seiring dengan Amandemen UUD 1945. Sistem parlementaria yang berkamar tunggal berubah menjadi bikameral (DPR dan DPD), bahkan trikameral (ditambah dengan MPR sebagai ”kamar” ketiga). Kekuasaan yudikatif juga berubah dengan lahirnya Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial. Sementara di lingkungan eksekutif, muncul banyak sekali ”lembaga negara” non struktural berbentuk Dewan, Komisi, atau Badan independen. • Perubahan pada dimensi suprastruktur tadi juga diikuti dengan perubahan pada dimensi infrastruktur politik. Proses demokrasi yang sebelumnya berbasis pada prinsip simplifikasi kepartaian, berubah total menjadi sistem multi partai. Secara langsung, kondisi ini berdampak pada komposisi keanggotaan legislatif yang bercorak ”pelangi”. Dan kefraksian yang sangat beragam di tubuh legislatif inilah yang menjadi salah satu pemicu munculnya kebiasaan membentuk kabinet koalisi 8
  • 10. yang rapuh. Hak prerogatif Presiden untuk mengangkat para pembantunya menjadi kabur atau melemah akibat dari menguatnya pengaruh sistem kepartaian. Pada saat yang bersamaan – meski tidak ada landasan yuridisnya – sistem kepartaian sekonyong-konyong terbagi menjadi dua kelompok besar (dikotomi), yakni antara partai pemerintah (governing parties) dan partai oposisi (non-governing parties). Uniknya lagi, parpol seolah-olah memiliki hak untuk sewaktu-waktu menentukan pilihan apakah menjadi bagian dari partai pemerintah atau partai oposisi. • Dengan adanya perubahan suprastruktur dan infrastruktur politik tadi, sistem pemerintahan presidensial tidak dapat berjalan secara konsisten dan konsekuen. Padahal, desain konstitusional (amandemen UUD 1945) sesungguhnya lebih memperkokoh sistem Presidensial, yakni melalui mekanisme Pilpres secara langsung oleh rakyat (Pasal 6A) dan menjabat untuk waktu yang telah ditetapkan (Pasal 7). Kondisi ini juga tercerminkan hingga birokrasi yang paling bawah, dimana bukan hanya dalam hal pengangkatan Kepala Daerah saja, pengangkatan seseorang pada jabatan karir seperti Sekretaris Daerah juga sering diwarnai dengan kepentingan- kepentingan tertentu. Dengan kata lain, netralitas birokrasi menjadi dipertanyakan. • Desentralisasi luas yang diintroduksi sejak 1999 telah merangsang kelahiran daerah- daerah otonom baru, baik Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Pada level yang lebih rendah, hal tersebut berimplikasi terhadap bertambahnya unit-unit organisasi pemerintahan seperti kecamatan, kelurahan, dan desa. Dengan kata lain, struktur kelembagaan pemerintahan menjadi membesar di tingkat daerah, sebagai implikasi logis desentralisasi secara luas. Selain itu, otonomi luas juga membawa transformasi sumber daya secara massive dari Pusat ke Daerah dalam bentuk transfer kewenangan, SDM pegawai, sumber keuangan / pembiayaan, serta asset / kekayaan pemerintah. • Pada tataran global, integrasi dan disintegrasi negara bangsa (nation state) muncul dengan variasinya masing-masing. Negara Eropa Timur seperti Rusia, Cekoslovakia dan Yugoslavia ”memilih” jalan pemisahan diri (separatisme) untuk mendirikan negara-negara kecil yang otonom. Sedangkan negara Eropa Barat seperti Jerman Barat dan Jerman Timur memilih melebur menjadi kesatuan dalam wadah Republik Federal Jerman. Gejala disintegrasi juga sudah terjadi di Indonesia dengan merdekanya Timor Timur serta lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan ke tangan Malaysia. Diluar kasus itu, gerakan laten di Aceh, Maluku dan Papua juga masih terus menuntut pemisahan diri dari NKRI. • Pada saat bersamaan, kecenderungan perkembangan kemajuan teknologi informatika dan telekomunikasi serta globalisasi ekonomi telah mendorong berkembangnya apa yang oleh FW Riggs (2004) disebut sebagai “the Global Public Administration”, yang pada gilirannya mengikat sistem administrasi negara di Indonesia maupun negara lainnya di berbagai belahan dunia, untuk tunduk pada berbagai ketentuan protokol internasional di berbagai bidang dalam kerangka perwujudan kepentingan asasi masyarakat global. Seluruh perubahan yang terjadi tersebut – khususnya pada level nasional – adalah sebuah perubahan yang direncanakan dan diarahkan pada terwujudnya tata kepemerintahan yang baik, bersih dan bebas KKN. Tentu saja, LAN menempati posisi sentral sebagai penjaga dan pengaman kebijakan dan konsep reformasi administrasi. Hal ini mengandung 9
  • 11. pemahaman bahwa LAN harus memiliki konsep akademik dan konsep kebijakan dalam mengantisipasi dan merencanakan sebuah perubahan, sekaligus konsep akademik dan kebijakan dalam mengelola setiap perubahan yang sedang dan/atau akan berlangsung. Adapun tantangan besar administrasi negara yang dihadapi LAN antara lain dapat diidentifikasikan sebagai berikut: • Proses demokratisasi yang sedang berjalan di Indonesia tidak segera memasuki fase konsolidasi yang mantap. Hal ini nampak dari sering berubah-ubahnya aturan main (rule of the game) dan format kelembagaan politik. Rivalitas antar pelaku dan partai politik sering terjadi secara tidak elegant, atau praktek-praktek suap, gratifikasi, dan bentuk-bentuk KKN yang lain, juga masih cukup menggejala dalam kehidupan berpolitik kita. Dengan kata lain, demokrasi Indonesia yang ideal masih terus mencari bentuknya. Dalam hubungan ini, sistem konstitusi NKRI nampaknya juga masih mencari bentuknya. Hal ini terlihat dari adanya keinginan sebagian komponen bangsa untuk melakukan amandemen terhadap UUD 1945. • Kesenjangan pembangunan antar wilayah masih sangat terasa antara Jawa dengan luar Jawa, atau antara Indonesia bagian Barat dengan kawasan Timur. wilayah KTI (Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua) seluas 67,91% dari total wilayah Indonesia, namun hanya dihuni hanya sekitar 20% penduduk Indonesia. Kondisi ini jelas sekali menyiratkan ketimpangan distribusi sumber-sumber daya pembangunan. Problematika pembangunan KTI ini semakin diperparah oleh fakta- fakta seperti rendahnya dukungan politik dan kelembagaan, potensi konflik horisontal dan vertikal, kualitas SDM yang relatif masih rendah, serta infrastruktur ekonomi yang sangat minim. • Masyarakat dan dunia usaha swasta hanya memiliki sedikit peran dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Kepuasan masyarakat masih relatif rendah, sementara kepastian pelayanan dalam dimensi prosedur, biaya, persyaratan, dan mutu, juga belum dapat diwujudkan. Hal ini antara lain disebabkan karena kewajiban moral aparat pemerintah sebagai service provider dalam menetapkan Maklumat / Janji Pelayanan juga belum dapat dipenuhi. • Fakta tingginya angka pengangguran juga menjadi salah satu masalah klasik pembangunan ekonomi di Indonesia. Data 2006 menunjukkan bahwa pengangguran terbuka mencapai sekitar 10,4 persen dari total angkatan kerja, atau sebesar 106,3 juta orang. Sementara penciptaan lapangan kerja baru hanya sebesar 2,1 juta, dan itupun merupakan angka maksimal dari perkiraan (asumsi) pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 yang sebesar 6,3 persen. Jika pertumbuhan ekonomi lebih rendah, maka secara otomatis akan sangat sulit untuk menekan angka pengangguran tersebut. Masalahnya akan lebih berat lagi dengan adanya penduduk setengah penganggur yaitu yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu, yang jumlahnya saat ini mencapai sekitar 12 juta orang (Bappenas, 2007). Ironisnya, kemampuan sektor jasa, industri, manufaktur, dan lain-lain yang diharapkan dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak pada tahun 2007 tidak terlalu bisa diandalkan karena terimbas oleh inflasi maupun kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. • Seiring dengan tingginya angka pengangguran, jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 diperkirakan akan mencapai 45,7 juta jiwa (Pusat penelitian Ekonomi LIPI, 10
  • 12. 2007). Proyeksi lain mengestimasi bahwa tahun 2007 angka kemiskinan di Indonesia sebesar 17,75 persen dari total 222 juta penduduk (iNusantara Networks, 2007). Hal ini sedikit berbeda dengan pengumuman resmi pemerintah yang mengatakan bahwa Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2007 sebesar 37,17 juta (16,58 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2006 yang berjumlah 39,30 juta (17,75 persen), berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,13 juta (BPS, 2007). Terlepas dari perbedaan data tersebut, yang pasti adalah bahwa kemiskinan belum teratasi dan tetap menjadi salah satu masalah besar bangsa. • Di bidang pembangunan hukum, tantangan yang masih sering ditemukan antara lain adalah: 1) masih adanya peraturan hukum yang tersedia tidak lengkap dan tidak jelas kaitan pengaturannya terhadap peristiwa konkrit tertentu; 2) lemahnya penegakan hukum yang berimplikasi terhadap menurunnya tingkat kepercayaan publik kepada aparat penegak hukum; 3) adanya diskrimasi dan desain celah hukum (law hole) dalam perumusan peraturan; 4) terciptanya mafia peradilan bagi masyarakat pencari keadilan; 5) lambatnya penanganan perkara, dan 6) berbagai permasalahan klasik dalam penegakan hukum yang diakibatkan lemahnya sistem pengawasan penegakan hukum secara efektif yang melibatkan peran aktif seluruh komponen masyarakat (social control). • Kondisi sumber daya alam dan lingkungan juga terancam semakin terdegradasi. Pola pemanfaatan lahan yang dilaksanakan cenderung mengarah kepada aspek ekonomi tanpa mempertimbangkan aspek ekologi. Kerusakan lingkungan pada gilirannya menyebabkan fungsi hutan tidak lagi optimal. Sistem hidrologi menjadi berubah, banjir yang diikuti oleh terjadinya erosi dan longsor, menimbulkan kerugian fisik, ekonomi, sosial, dan psikologis yang teramat besar. Sebagai ilustrasi, Hingga saat ini hutan di Indonesia mengalami penyusutan hampir mencapai kurang lebih 65 juta hektare. Sejak 1996 Indonesia telah kehilangan hutan mencapai angka 2 juta hektar per tahun atau sama dengan enam kali lapangan bola setiap menitnya (Lobja, 2007). Ironisnya, kerusakan lingkungan bukan hanya terjadi di sektor kehutanan melalui aktivitas illegal logging atau kasus-kasus kebakaran, tetapi juga pada sektor DAS (daerah aliran sungai), areal tambang, sumber daya hayati (flora dan fauna), dsb. • Korupsi telah menjadi penyakit yang menggerogoti daya tahan dan memperlemah daya saing bangsa. Munculnya berbagai kasus korupsi sendiri, selain disebabkan oleh praktek penyimpangan yang terlanjur “membudaya”, juga karena ada struktur yang membiarkan praktek korupsi merajalela, yang kemudian menimbulkan budaya koruptif. Hal inilah yang sering disebut orang sebagai “Republik Dracula”, yaitu segala struktur di dalam republik yang menjadi para penghisap darah yang menggerogoti habis segala sendi-sendi dalam negara tersebut (MTI, 1999). Meskipun sudah agak membaik, namun data CPI (Index Persepsi Korupsi) 2006 menunjukkan bahwa Indonesia masih berada dibawah Philipina, Sri Lanka, India, China, Thailand dan Malaysia. CPI Indonesia masih lebih baik dibanding Papua Nugini, Pakistan, Kamboja, Bangladesh, dan Myanmar (Hardjapamekas, 2007). Sayangnya, kinerja pemberantasan korupsi yang dikomandani oleh KPK masih sangat lemah. Potensi pengembalian kerugian negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap (inkracht), yaitu putusan terhadap uang/barang rampasan, uang pengganti, dan denda, “hanya” sebesar Rp. 27.750.057.426. Dari jumlah tersebut, yang telah berhasil disetor ke Kas Negara “hanya” sebesar Rp. 12.771.271.205 (KPK, 11
  • 13. Laporan Tahunan 2006). Hal ini menyiratkan bahwa agenda pemberantasan korupsi di Indonesia masih belum cukup menjanjikan untuk membentuk sosok kepemerintahan yang benar-benar bersih dan berwibawa. • Tidak kalah dengan tantangan besar lainnya, masalah etika penyelenggaraan negara yang lemah juga menjadi problematika klasik di Indonesia. Dalam hal ini, Eep Saefullah Fatah (2007) menyebutkan beberapa daftar persoalan tentang etika, yakni: 1) kita mewarisi kerusakan infrastruktur etika bernegara; 2) agenda pembentukan kembali infrastruktur etika bernegara terbengkalai selama 9 tahun terakhir; 3) absennya infrastruktur etika bernegara melemahkan praktik good governance dalam beberapa aspek seperti political and bureaucratic accountability, freedom of association and participation, fairand reliable judicial system, effective and efficient public sector management. Dalam perspektif kedepan, dimensi etika dalam penyelenggaran negara ini perlu lebih ditonjolkan untuk mengurangi keterlibatan para pejabat negara dan pejabat pemerintahan dari praktek-praktek kotor yang tidak terpuji. Keseluruhan fakta dan fenomena global diatas, secara umum telah berdampak pada perubahan sistem dan praktek penyelenggaraan pemerintahan negara sebagai satu kesatuan sistem administrasi negara yang berlaku di dalam kerangka NKRI paska pemerintahan Orde Baru. Kondisi ini sesungguhnya merupakan faktor pendorong dan sekaligus peluang yang sangat strategis bagi LAN untuk memantapkan dan meningkatkan eksistensi, keberfungsian, dan peranannya sebagai lembaga fungsional di bidang perumusan kebijakan, pengkajian dan pengembangan sistem administrasi negara, serta pendayagunaan aparatur, khususnya di bidang pendidikan dan pelatihan bagi PNS. Implikasinya, berbagai tantangan besar tadi secara kasat mata berada dihadapan LAN dan menuntut jawaban yang cepat dan akurat berisi strategi, langkah-langkah dan agenda pembenahan sistem administrasi negara baru yang mampu mengantisipasi sekaligus mengatasi tantangan-tantangan besar yang ada. Tentu saja, dalam upaya turut mengurai permasalahan dan tantangan yang ada secara sistematis, LAN tetap tetap berpijak pada peraturan pembentukannya serta dalam koridor Tupoksinya. Dengan kata lain, LAN bukanlah pelaku tunggal (single actor) yang bertanggungjawab terhadap keseluruhan problematika nasional yang ada, melainkan menjadi bagian integral dari lembaga- lembaga negara dan aktor lainnya untuk memainkan peran sebagai problem solver yang komprehensif, sinergis dan kohesif. LAN Diantara Landasan Filosofis Berbangsa dan Dinamika / Wacana Kritis Perubahan-perubahan dan tantangan besar administrasi negara kedepan, pada dasarnya merupakan issu-issu aktual dan sering muncul sebagai wacana kritis kehidupan berbangsa dan bernegara. Issu-issu dan wacana inilah yang diharapkan dapat diolah dan diproses oleh LAN menjadi formulasi-formulasi kebijakan, strategi manajemen, dan konsep- konsep, ataupun modul, toolkit, dan bahan ajar dalam kerangka besar program reformasi administrasi negara. Dengan demikian nampak bahwa LAN semestinya lebih banyak bergerak di tataran dinamis / operasional kebijakan. Dalam mengolah issu-issu maupun wacana dinamis tersebut, tentu LAN memiliki pijakan berupa landasan filosofis. Landasan filosofis disini dimaksudkan sebagai sebuah 12
  • 14. komitmen dan konsensus dasar dalam pembentukan negara bangsa (nation state), yang secara konkrit misalnya berwujud Tujuan Negara, atau suasana kebatinan (gleistlichen hintergrund) bangsa Indonesia ketika merumuskan konsenses bersama di awal masa- masa kemerdekaan. Landasan filosofis tadi bisa juga berupa nilai-nilai universal yang diakomodasikan secara legal formal kedalam norma-norma konstitusi (UUD 1945). LAN Diantara Pelaksanaan Tupoksi dan Pencapaian Tujuan Negara LAN adalah salah satu lembaga yang seharusnya mampu berperan aktif dalam proses transformasi sistem administrasi Negara menuju terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), guna mendorong percepatan peningkatan daya saing nasional. Hal ini sesuai dengan tugas pokok LAN berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 9 tahun 2004 dan Keppres Nomor 11 tahun 2004, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 11 tahun 2005, yaitu: “…melaksanakan tugas pemerintahan di bidang administrasi negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.” Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, LAN memiliki fungsi-fungsi sbb: • Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional tertentu bidang administrasi negara; • Pengkajian kinerja kelembagaan dan sumber daya aparatur dalam rangka pembangunan administrasi negara dan peningkatan kualitas sumber daya aparatur; • Pengkajian dan pengembangan manajemen kebijakan dan pelayanan di bidang pembangunan administrasi negara; • Penelitian dan pengembangan administrasi pembangunan dan otomasi administrasi negara; • Pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur negara; • Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAN; • Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang administrasi negara; dan • Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga. Melihat rumusan tugas pokok dan fungsi LAN diatas, dapat dibayangkan betapa luasnya cakupan tugas LAN. Berdasarkan Tupoksi diatas, maka tugas LAN menjangkau seluruh sektor pemerintahan dan/atau pembangunan, sepanjang berkenaan dengan aspek administrasi negara. Hal ini sesuai dengan pengertian “Administrasi Negara”, yakni administrasi yang mendukung penyelenggaraan tugas / fungsi negara (pemerintah dalam arti luas). Dalam bahasa lain, seluruh instansi / lembaga pemerintahan sesungguhnya mempraktekkan fungsi dan aktivitas administrasi (negara). Atas dasar pemahaman seperti itu, maka seluruh sumber daya LAN termasuk program dan kegiatan lembaga, harus diarahkan sebesar-besarnya pada upaya mewujudkan tujuan negara. Tujuan Negara sendiri dapat diwujudkan jika terdapat jaminan bahwa tujuan pembentukan Lembaga Negara, Departemen/LPND, BUMN, Pemerintahan Daerah, serta lembaga-lembaga lainnya, dapat diwujudkan. Ini berarti bahwa setiap lembaga memiliki tanggung jawab dan kontribusi untuk turut mewujudkan tujuan negara, sebatas pada tugas pokok dan fungsi yang dibebankan kepada lembaga tersebut. Peran LAN sendiri adalah 13
  • 15. membenahi sistem administrasi negara yang kondusif dan menjadi landasan yang kokoh bagi setiap lembaga publik untuk dapat mewujudkan tujuannya masing-masing. Sementara itu dilingkup internal, LAN hanya akan mampu membangun sistem administrasi negara makro yang kondusif jika satuan-satuan kerja yang ada dapat membangun kinerjanya secara optimal. Dengan kata lain, satuan kerja internal LAN seperti Kedeputian, STIA-LAN, PKP2A, dan Sekretariat Utama, secara langsung harus mendukung dan/atau berkontribusi terhadap kinerja institusi LAN, dan secara tidak langsung berkontribusi terhadap program reformasi administrasi negara secara umum. Dalam lingkaran yang lebih mikro, satuan kerja internal LAN hanya dapat unjuk kinerja optimal jika perumusan program dan kegiatan direncanakan dengan seksama, matang, antisipatif (mengakomodasi kemungkinan perubahan dan bervisi kedepan), integratif (memiliki korelasi positif dengan program di sektor/unit lain, atau program pada waktu yang berbeda), dan komprehensif (mempertimbangkan semua faktor / aspek / dimensi). Sebaliknya, jika program dan kegiatan tidak terencana dengan baik, maka cita-cita membangun kinerja lembaga (institutional performance), atau mimpi mewujudkan birokrasi yang handal dan profesional, serta harapan mewujudkan tujuan negara, hanya akan menjadi sesuatu yang kosong dan tidak bermakna. Oleh karena itu, reformasi administrasi negara secara sistemik dalam mewujudkan tujuan negara harus dibarengi dengan pembenahan kelembagaan negara (state institutional reform), yang selanjutnya diikuti dengan penguatan kelembagaan LAN (LAN institutional strengthening). Konsep inilah yang dimaksudkan ssebagai orbit LAN dalam konteks merealisasikan tujuan negara. Artinya, LAN harus berputar (menjalankan aktivitas) mengikuti garis orbit yang telah tertentu, dengan pusat orbitnya yaitu tujuan negara. Jika LAN berjalan menyimpang dari garis orbitnya, apalagi keluar orbit (offline), maka tujuan negara akan tetap menjadi sebuah idealita atau retorika. Selanjutnya, untuk dapat berhasil menjalankan program penguatan kelembagaan (internal), Tupoksi LAN harus menjadi pusat orbit atas seluruh program dan kegiatan yang dirumuskan. Dalam bentuk model, garis orbit LAN dalam mewujudkan tujuan negara dapat disederhanakan dalam Gambar sbb: 14
  • 16. Gambar 1. Garis Orbit LAN Dalam Mewujudkan Tujuan Negara REFORMASI LAN for REFORMASI ADMINISTRASI NEGARA Dimensi Reformasi Administrasi Negara Sebagaimana kritik ADB, sistem administrasi negara di Indonesia memiliki banyak kelemahan. Persepsi banyak kalangan, termasuk pernyataan mantan Presiden Megawati bahwa birokrasi kita ibarat keranjang sampah, juga mengilustrasikan bahwa aparatur negara di Indonesia masih carut marut dan kurang profesional. Terhadap kondisi tersebut, reformasi administrasi, reformasi birokrasi, reformasi pemerintahan, atau istilah-istilah yang merujuk kepada pengertian yang serupa, adalah jawaban dan pilihan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Namun faktanya, merumuskan program reformasi birokrasi ibarat mengurai benang kusut. Berbagai konsep reformasi disusun, dan berbagai lembaga negara dengan fungsi melakukan reformasi dibentuk, namun birokrasi yang bersih, berwibawa, dan profesional tidak kunjung datang. Nampaknya ada sesuatu yang salah dengan program besar reformasi tadi. Terdapat semacam mis-orientasi, dari mana harus memulai langkah reformasi, dan strategi apa yang harus dipilih untuk mengeksekusi program reformasi nasional tersebut. Mengingat fenomena tersebut, maka perlu adanya semacam cetak biru (blue print) tentang reformasi administrasi negara yang lengkap dan komprehensif, mudah diaplikasikan, terinci, serta disepakati dan/atau didukung oleh seluruh pihak / stakeholder terkait. Sebab, sebagaimana dikemukakan oleh Mustopadidjaja (2000), kegagalan dalam mengembangkan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara dan pembangunan merupakan salah satu penyebab krisis nasional di Indonesia pada akhir abad 20. Dalam rangka lebih memperjelas tentang cakupan dan substansi reformasi sektor publik, maka langkah pertama yang perlu disepakati adalah tingkatan atau cakupan dari reformasi sektor publik itu sendiri. Artinya, untuk memudahkan dalam membuat agenda kebutuhan reformasi, maka kita dapat menggolongkan reformasi tersebut menjadi 3 (tiga) kelompok atau tingkatan sebagai berikut: 1. Governance Reform (Reformasi Tata Kepemerintahan). Reformasi pada kelompok ini merupakan program yang sifatnya makro dan mencakup berbagai dimensi dan berbagai cabang kekuasaan (Trias Politika). Beberapa cakupan dari governance reform ini antara lain reformasi konstitusional (Amandemen UUD 1945) termasuk peraturan perundang-undangan yang menjabarkannya (regulatory reform); pembenahan dunia peradilan menyangkut sistem hukum, struktur hukum dan budaya hukum; pemberantasan korupsi dan berbagai moda KKN lainnya; reformasi kepolitikan nasional seperti sistem Pemilu, susunan dan kedudukan lembaga legislatif (MPR, DPR, DPD, DPRD); penyempurnaan demokrasi melalui Pilkada, dan sebagainya. 15
  • 17. 2. Administrative Reform (Reformasi Birokrasi). Reformasi administratif disini merupakan sinonim dari reformasi birokrasi. Makna birokrasi sendiri identik dengan aparatur pemerintahan pada cabang kekuasaan eksekutif. Dengan demikian, reformasi birokrasi atau administrative reform merupakan bagian dari reformasi tata kepemerintahan (governance reform). Reformasi birokrasi ini antara lain meliputi pembaharuan manajemen kebijakan publik, penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan, kapasitas finansial dan manajemen keuangan, sistem perencanaan dan pengawasan pembangunan, sistem akuntabilitas dan transparansi informasi (information disclosure), peningkatan kualitas pelayanan publik, dan sebagainya. 3. Civil Service Reform (Reformasi Kepegawaian / SDM Aparatur). Reformasi kepegawaian merupakan tingkatan terendah dengan cakupan (scope) yang lebih sempit, yakni menyangkut dimensi-dimensi kepegawaian/personalia, sejak tahapan awal hingga tahap akhir dari siklus manajemen kepegawaian. Dengan kata lain, reformasi sistem kepegawaian ini berkaitan dengan aspek rekrutmen, pengembangan pegawai, standarisasi kompetensi, kinerja individual, sistem karir, pengembangan program kediklatan, gaji / insentif, pemensiunan, kesejahteraan pegawai, dan sebagainya. Reformasi kepegawaian, dengan demikian, merupakan bagian integral dari administrative reform dan governance reform. Agenda Reformasi Administrasi Negara Basis pemikiran yang dikembangkan dalam buku ini sesungguhnya sama dengan kerangka kerja dan konsep RPJM Nasional mengenai penciptaan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Permasalahan utama yang dihadapi adalah reformasi birokrasi belum berjalan sesuai dengan tuntutan masyarakat. Pelanggaran disiplin, penyalahgunaan kewenangan dan masih banyaknya praktek KKN; rendahnya kinerja sumber daya manusia dan kelembagaan aparatur; sistem kelembagaan (organisasi) dan ketatalaksanaan (manajemen) pemerintahan yang belum memadai; rendahnya efisiensi dan efektifitas kerja; rendahnya kualitas pelayanan umum; rendahnya kesejahteraan PNS; dan banyaknya peraturan perundang-undangan yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan keadaan dan tuntutan pembangunan, dan masih lemahnya pengawasan terhadap kinerja aparatur negara, merupakan cerminan dari kondisi kinerja birokrasi yang masih jauh dari harapan. Atas dasar permasalahan inti diatas, maka reformasi administrasi negara yang dapat diperankan oleh LAN harus bermuara pada terwujudnya sasaran berupa tata pemerintahan yang baik, bersih, berwibawa, profesional, dan bertanggungjawab, yang diwujudkan dengan sosok dan perilaku birokrasi yang efisien dan efektif serta kapasitas optimal dalam pelayanan yang prima kepada seluruh masyarakat. Untuk mewujudkan sasaran umum tersebut, maka beberapa sasaran khusus yang harus dapat dicapai meliputi hal-hal sebagai berikut: • Berkurangnya secara nyata praktek korupsi di birokrasi, dan dimulai dari tataran (jajaran) pejabat yang paling atas; 16
  • 18. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang bersih, efisien, efektif, transparan, profesional dan akuntabel; • Terhapusnya aturan, peraturan dan praktek yang bersifat diskriminatif terhadap warga negara, kelompok, atau golongan masyarakat; • Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik; • Terjaminnya konsistensi seluruh peraturan pusat dan daerah, dan tidak bertentangan dengan peraturan dan perundangan di atasnya. 3 (Tiga) Agenda reformasi LAN Terlepas dari segala keterbatasan dan kekurangan yang ada, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang dimiliki, LAN masih memiliki peluang yang besar untuk berperan lebih pro-aktif dan inovatif dalam proses reformasi sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, baik di Pusat maupun di Daerah, dalam kerangka implementasi dan perwujudan good and clean governance di Indonesia. Di samping itu, tuntutan masyarakat yang semakin dinamis dan kritis terhadap kapasitas, kompetensi, maupun profesionalitas aparatur negara dan daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan publik; juga berimplikasi kepada keberfungsian LAN dalam pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan. Dalam rangka memenuhi panggilan tugas negara serta memenuhi harapan masyarakat terhadap sosok administrasi negara yang bersih, modern, profesional, dan berkompeten tinggi, maka 3 (tiga) ranah reformasi internal perlu dilaksanakan secara simultan, kohesif, dan berkelanjutan, sehingga melahirkan efek penguatan (reinforcing) satu dengan lainnya. Adapun ketiga dimensi reformasi LAN tersebut adalah sebagai berikut: 1. Restrukturisasi Kelembagaan LAN Sebagai sebuah faktor input dalam mencapai tujuan lembaga, aspek kelembagaan memegang peran yang sangat penting. Dalam hal ini, model/format kelembagaan harus didesain sedemikian rupa agar tidak menjadi penghambat kreativitas dan fleksibilitas pelaksanaan tupoksi lembaga. Hambatan yang dapat muncul dari desain kelembagaan yang terlalu besar, kaku, dan ortodoks, misalnya koordinasi yang tidak lancar mengalir, tersumbatnya alur komunikasi antar unit kerja atau antar pegawai, keterlambatan penyelesaian program/kegiatan karena adanya berbagai red-tape, distribusi tugas dan tanggungjawab pekerjaan yang kurang seimbang, alokasi sumber daya yang tidak merata, dan sebagainya. Mengingat hal-hal tersebut, maka desain kelembagaan yang mencakup dimensi struktur, proses, maupun sistemnya, harus benar-benar memperhatikan prinsip-prinsip normatif penataan organisasi, misalnya memiliki visi yang jelas dan terarah, ramping/flat sesuai dengan beban kerja dan kebutuhan, memperkuat jabatan fungsional secara variatif, mampu mengembangkan strategi learning organization dan membangun jejaring organisasi (networking), mampu menyiapkan instrumen sebagai pusat pengembangan knowleged institution, dan sebagainya. 2. Revitalisasi Sumber Daya LAN 17
  • 19. Kebijakan restrukturisasi dalam rangka reposisi kelembagaan LAN dalam arus perubahan lingkungan strategis diatas, perlu dibarengi atau ditindaklanjuti dengan kebijakan dan program peningkatan kapasitas sumber daya aparatur LAN, baik struktural, fungsional maupun staf umum dalam berbagai bidang kompetensi yang relevan dengan berbagai aspek perkembangan lingkungan strategis. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa manajemen kepegawaian, manajemen keuangan, manajemen asset, manajemen perencanaan dan monitoring di lingkungan LAN perlu diperbaharui kembali agar menjadi lebih baik. 3. Reaktualisasi Peran LAN Diantara ketiga aspek reformasi internal LAN diatas, aspek ke-3 merupakan aspek pokok yang menjadi inti dari buku ini. Hal ini mengandung pengertian bahwa 2 (dua) dimensi yang lain dianggap tetap (mutatis mutandis), dan diasumsikan masih cukup efektif dan efisien untuk mendukung peran baru LAN mewujudkan reformasi administrasi negara yang lebih berdayaguna dan berhasilguna. Alternatif lainnya, penyempurnaan dimensi pertama dan kedua harus segera dirumuskan setelah peran- peran LAN telah berhasil diaktualisasikan kembali. Dengan kata lain, program reposisi / restrukturisasi kelembagaan dan revitalisasi sumber daya LAN merupakan tahapan lebih lanjut dari tahap reformulasi peran lembaga. PERAN LAN DALAM MENDORONG REFORMASI ADM. NEGARA Sebagaimana diuraikan diatas, reformasi sektor publik terdiri dari 3 (tiga) tingkatan, dengan cakupan (scope) dan isi (content) yang berbeda sesuai dengan tingkatannya. Untuk dapat mewujudkan hasil yang optimal tentang sistem dan mekanisme penyelenggaraan negara untuk mewujudkan tujuan negara, maka ketiga tingkatan reformasi diatas perlu dilaksanakan secara paralel, simultan dan sinergis. Prinsip ”lebih dahulu telor atau ayam” jelas tidak dapat dipergunakan. Reformasi harus dimulau dan dilakukan secara serentak pada berbagai bidang dan berbagai lini, berbagai lembaga dan departemen, oleh berbagai aktor, serta dengan berbagai pendekatan. Inilah yang disebut sebagai reformasi yang holistik (holistic reform). Dalam rangka mendorong bergulirnya reformasi yang holistik tersebut, peran LAN cukup dominan. LAN harus memainkan peran untuk dapat menjamin berlangsungnya roda reformasi pada ketiga tingkatan tersebut. Untuk itu, peran yang tepat akan menentukan efektivitas hasil dari reformasi. Atas dasar pola pemikiran seperti ini, maka beberapa peran LAN yang dapat dipertimbangkan meliputi peran-peran sbb: 1. Mengemban upaya-upaya dalam mewujudkan values (nilai-nilai yang menghikmati kehidupan bangsa atau nilai-nilai kebangsaan dan perjuangan bangsa) seperti perjuangan mewujudkan jatidiri bangsa dan tujuan bangsa bernegara. 18
  • 20. 2. Memperbaharui secara terus menerus sistem dan mekanisme kerja birokrasi dalam rangka menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi sistem administrasi negara dalam sebagian ataupun keseluruhan dimensinya (values, structure, process, outputs). 3. Menciptakan lingkungan yang kondusif (enabling environment) bagi berlangsungnya transformasi sistem administrasi negara menuju terciptanya kepemerintahan yang baik (good governance), sehingga mampu mendorong upaya percepatan peningkatan daya saing nasional dan perwujudan kepemerintahan yang baik, bersih dan bebas KKN. Dengan kata lain, LAN diharapkan akan memiliki wibawa dan pengaruh kepemimpinan institusional yang kuat sebagai “inspirator” dan “generator” dalam proses reformasi dan transformasi sistem administrasi negara di Indonesia. 4. Mendorong terbangunnya sebuah sistem, mekanisme, dan tata hubungan antar lembaga negara dan lembaga pemerintahan yang lebih berbasis pada keseimbangan dan saling bersinergi dalam pencapaian visi bersama penyelenggaraan negara (presenting political equilibrium). Dalam kaitan ini, peran tersebut harus diimbangi dengan pendidikan perilaku pejabat publik yang lebih berpihak kepada kepentingan bangsa secara kolektif (controlling political behavior). 5. Menjadi percontohan dalam implementasi manajemen pemerintahan di berbagai bidang (modelling / piloting roles). Penerapan e-government (termasuk e- procurement), anggaran berbasis kinerja, organisasi yang ramping dan efektif (lean in structure and fit in function), pola karir yang menjamin profesionalisme aparatur, budaya kerja, organisasi pembelajaran, dan berbagai bentuk best practices manajemen pemerintahan membutuhkan lembaga tententu sebagai model percontohan. Dan LAN-lah yang seharusnya memerankan peran sebagai ”laboratorium kebijakan” tersebut. Dengan kata lain, LAN harus memposisikan diri menjadi pionir pembaharuan administrasi negara (leading in renewal of public management) melalui proses pengabdian sepenuh hati (totally- devoting) dan pembelajaran terus menerus (continually-learning). 6. Memperkokoh ”peran-peran lama” (the genesis roles) dalam rangka memperkuat kinerja kelembagaan LAN. Salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah dengan penyelenggaraan kajian, konsultasi dan litbang administrasi yang lebih berorientasi pada problem solving dan costumer satisfaction and needs-fulfillment. Untuk dapat memenuhi orientasi tersebut, maka proses dan program kajian harus berbasis pada kompetensi yang tinggi (competence-based research), baik kompetensi kelembagaan, kompetensi tenaga peneliti, maupun kompetensi produk kajian/litbang. Salah satu upaya yang dapat dipikirkan adalah dengan menetapkan tahapan-tahapan capaian (milestones) dalam keseluruhan proses kajian/litbang. Milestones tadi misalnya didahului oleh produk / laporan kajian, kemudian ditransformasi menjadi agenda diklat atau pola pembelajaran tertentu berwujud sylabus, modul, atau bahan ajar. Milestones ini perlu terus ditransformasi dalam wujud-wujud yang lebih konkrit dan aplikatif hingga pada tahapan peningkatan kapasitas SDM dan sistem penyelenggaraan pemerintahan. 19
  • 21. 7. Peran pada butir ke-6 perlu juga di-reinforcing dengan perombakan sistem kediklatan dengan penguatan kompetensi akademik dan analisis pada SDM aparat level bawah. Artinya, semakin sedikit masa kerja seorang pegawai, maka semakin besar pula peluang yang harus diberikan untuk menempuh diklat dalam ranah intelectual competency. Sebaliknya, semakin lama masa kerja, maka semakin banyak peluang yang harus disediakan untuk mengikuti diklat yang membangun managerial competency. Dan bagi seluruh pegawai tanpa pembedaan masa kerja, harus diberikan kesempatan untuk membangun behavioral competency-nya melalui program diklat. 8. LAN harus mampu menjamin dasar filosofis terjabarkan dalam substansi kebijakan (fungsi decoding/interpreting). Artinya, materi hukum atau substansi peraturan perundang-undangan harus dapat terjabarkan dalam produk hukum turunannya secara sinergis tanpa menimbulkan friksi, overlap dan pertentangan satu sama lain. Dalam hal ini, fungsi sosialisasi kebijakan dan replikasi penerapan kebijakan yang baik (good policy implementation) harus menjadi perhatian LAN di masa-masa mendatang. Pada saat yang bersamaan, LAN harus mampu mengakomodir wacana kritis dan menerjemahkan sesuai semangat filosofisnya (fungsi bridging / channeling). Ini mengandung pengertian bahwa aspirasi daerah, kelompok masyarakat, organisasi profesi, kaum intelektual/pakar, dan komponen masyarakat lain harus mampu diwadahi dalam kerangka kebijakan. ROAD-MAP DAN PROGRAM REAKTUALISASI PERAN INSTITUSIONAL LAN Harus diakui bahwa selama ini penyelenggaraan program di lingkungan LAN masih lebih berorientasi pada sekedar melaksanakan tupoksi organisasi dari pada memikirkan manfaat dan dampak (benefit and impact) dari pelaksanaan tupoksi tersebut. Orientasi pada pelaksanaan tupoksi ini dapat kita sebut sebagai orientasi primitif dari sebuah organisasi modern. Oleh karena itu, orientasi tahap awal ini harus kita tinggalkan jauh- jauh karena sangat bertentangan dengan karakter dan spirit LAN sebagai think tank pembaharuan sistem administrasi negara. Orientasi kedua adalah pelaksanaan tugas dan menghasilkan produk tertentu (output oriented). Dalam orientasi tahap kedua ini, kualitas juga masih cenderung dikesampingkan. Kepuasan kerja hanya terukur dari adanya laporan kegiatan dan tidak ada proses evaluasi terhadap susbstansi dan tindak lanjutnya. Dengan kata lain, manajemen kinerja organisasi terhenti ketika program/kegiatan lembaga telah mendapatkan hasil tertentu. Orientasi lembaga yang tidak mampu melampaui tahap output ini dapat kita sebut sebagai orientasi bertahan (survival orientation) yang juga harus kita hindarkan. Pada tahap selanjutnya, LAN sudah mampu menyusun program dan menjalankan peran yang lebih baik, yakni mengidentifikasi kebutuhan stakeholder. Dalam tahap ini, LAN diasumsikan sudah relatif mampu melakukan konsolidasi internal untuk menjawab tuntutan serta memenuhi harapan dan kebutuhan stakeholder. Namun nampaknya dalam 20
  • 22. tataran ini masih lebih terperangkap pada daftar keinginan / kebutuhan (list of needs), namun belum ada strategi yang jelas bagaimana kebutuhan tersebut dipuaskan. Orientasi ini dapat kita katakan sebagai orientasi pasar, dimana program LAN sudah banyak bersesuaian dengan realitas praktek administrasi negara dalam berbagai dimensinya. Jalan organisasi yang harus ditempuh selanjutnya adalah membangun kepercayaan dan kepuasan stakeholder. Oleh karenanya, orientasi pada tahap ini dapat dikatakan sebagai orientasi kepercayaan dan kepuasan. Disini LAN sudah mampu membangun network yang memiliki landasan kokoh agar berkesinambungan di masa-masa selanjutnya. LAN juga sudah mampu memberikan jaminan kualitas (quality assurance) serta jaminan bimbingan berkelanjutan. Selain itu, produk-produk kajian LAN dapat dijadikan sebagai rujukan / referensi penting dalam pembenahan manajemen pemerintahan. Dan untuk mampu mengimplementasikan orientasi ini, LAN perlu terus-menerus melakukan penajaman fokus program/kegiatan jangka pendek, menengah, maupun panjang. Adapun ”jalan tertinggi” yang harus dilalui oleh LAN adalah orientasi kinerja unggul. Dalam tahap ini, aktualisasi peran LAN sudah mendapat pengakuan sangat luas diantara lembaga-lembaga negara dan pemerintahan. Demikian pula, produk-produk LAN sudah menjadi nationally standardized (bahkan internationally). Kapasitas kelembagaan makin mengokoh dan mengakar yang ditopang oleh kapasitas SDM yang mumpuni. Image atau citra LAN juga sangat positif baik dalam konteks kualitas produknya maupun perilaku pejabatnya. Manajemen internal dan sosok / format kelembagaan sangat efektif dan efisien untuk menciptakan kinerja institutional yang tertinggi. Selanjutnya, kelima jalan organisasi diatas harus masuk dalam kerangka waktu yang terukur. Dalam hal ini, LAN disarankan untuk mencapai tahap kelima (orientasi kinerja unggul) pada tahun 2011. Secara skematik, roadmap LAN dalam membangun peran maksimal membangun dan membenahi sistem admininistrasi negara dapat dilihat pada gambar sebagai berikut. 21
  • 23. 22
  • 24. PENUTUP Dari paparan terdahulu dapatlah disimpulkan bahwa pembenahan sistem administrasi negara dan peningkatan kualitas aparatur negara / pemerintahan mensyaratkan adanya peningkatan peran LAN sebagai salah satu institusi yang memiliki tugas pokok di bidang pendayagunaan administrasi negara. Selanjutnya secara implisit dapat disimpulkan pula bahwa peningkatan peran administrasi negara berarti peningkatan kualitas sistem dan kompetensi SDM dalam sistem administrasi negara utamanya dalam birokrasi. Hal itu akan ditempuh melalui peningkatan kompetensi SDM, sedangkan perbaikan kualitas sistem administrasi negara dilakukan melalui perbaikan-perbaikan struktur organisasi dan pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen termasuk pemanfaatan teknologi informasi (electronic administration). Dengan demikian, profesionalisme birokrasi bermakna ganda yaitu: 1) peningkatan kualitas sistem administrasi negara, dan 2) peningkatan kualifikasi profesionalitas SDM aparatur negara. Kedua hal tersebut tidak boleh lepas dari dan harus selalu dikaitkan dengan dimensi-dimensi nilai yang melandasi dan mengarahkan sistem administrasi negara. Dalam konteks Indonesia hal itu berarti “nilai-nilai kebangsaan dan perjuangan bangsa” sebagaimana tersurat dan tersirat dalam Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945. Nilai-nilai tadi harus selalu melandasi dan menjadi acuan dalam penyelenggaraan negara, yang sekaligus juga harus dapat diaktualisasikan dalam praktek penyelenggaraan negara melalui konsep SANKRI. Dalam rangka menggulirkan cita-cita dan program besar tersebut, maka reaktualisasi peran LAN melalui konsolidasi internal, penajaman program-program, serta penetapan peran-peran baru yang lebih menantang, menjadi kebutuhan yang mendesak. Disini terdapat sebuah “hipotesa” bahwa efektivitas kelembagaan (LAN) akan menentukan kinerja kelembagaan; kinerja kelembagaan akan menjadi faktor determinan dalam mewujudkan reformasi yang berhasil; dan reformasi yang berhasil menjadi kunci dan dasar untuk dapat mewujudkan cita-cita dan tujuan negara. 23